SOSIALISASI PERATURAN DAN MEKANISME PEMILUKADA DALAM MEMBENTUK KOMPETENSI KEWARGANEGRAAN PEMILIH PEMULA : Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta.

(1)

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR BAGAN DAN TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Stuktur Organisasi Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Sosialisasi. ... 16

1. Pengertian Sosialisasi ... 16

2. Komunitas, Kelompok Sosial dan Sosialisasi politik ... 27

3. Agen Sosialisasi Politik. ... 33

4. Mekanisme Sosialisasi Politik ... 42

B. Pemilihan Umum Kepala Daerah ... 46

1. Dasar Hukum Pemilihan Kepala Daerah ... 46

2. Asas-asas Pemilihan Umum Kepala Daerah ... 49

C. Komisi Pemilihan Umum dan Sosialisasi Pemilu ... 52

D. Kompetensi Kewarganegaraan... 58

1. Pengetahuan Kewarganegaraan ... 58

2. Keterampilan Kewarganegaraan ... 60

3. Watak Kewarganegaraan ... 63

E. Tipologi Pemilih dan Pemilih Pemula ... 65

F. Melek Politik Warganegara... 74

G. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 80

H. Paradigma Penelitian ... 83

BAB III METODE PENELITIAN... 84

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 84


(2)

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xiii

C. Definisi Operasional... 91

D. Instrumen dan Teknik Penelitian ... 93

E. Teknik Pengumpulan Data ... 94

F. Analisis Data ... 100

G. Keabsahan Temuan Penelitian ... 105

H. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian di lapangan ... 110

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 114

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian (Profil KPU Provinsi DKI Jakarta).. 114

B. Deskripsi Hasil Penelitian……… ... 119

1. Proses sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula ... 120

2. Hasil sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula ... 130

3. Kendala sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula ... 142

4. Upaya mengatasi kendala sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula. ... 144

C. Pembahasan ... 147

1. Proses sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula.. ... 147

2. Hasil sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula ... 162

3. Kendala sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula. ... 178

4. Upaya mengatasi kendala Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula. ... 181

5. Matrik Hasil Penelitian ... 188

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 190

1. Kesimpulan ... 190

2. Rekomendasi ... 192

DAFTAR PUSTAKA ... 194


(3)

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xiii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 1.1. Paradigma Penelitian ... 83

Bagan 1.2. Komponen analisis ada ... 103

Bagan 1.3 Tabel Rata-rata kemampuan mengingat ... 156

Bagan 1.4 Kecakapan Kewarganegaraan ... 167


(4)

1

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar belakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penulisan tesis.

A. Latar Belakang Masalah

Mewujudkan negara yang demoktaris adalah cita-cita besar bangsa Indonesia. Demokrasi adalah kedaulatan rakyat, berarti rakyatlah yang harus menjadi pusat grafitasi dari keseluruhan aktifitas politik yang berkaitan dengan pengaturan negara. Kemajuan praktek demokrasi disuatu negara ditandai dengan seberapa jauh rakyat dan aspirasi mereka menjadi perumusan kebijakan publik sekaligus referensi utama bagi setiap lembaga yang bertugas meramu kepentingan publik.

Wujud dari proses demokrasi di Indonesia dapat dilihat secara nyata dalam proses pemilihan umum (pemilu). Partisipasi rakyat dalam pemilu adalah hal mutlak. Berhasil tidaknya pemilu sangat bergantung pada suara mayoritas rakyat, karena suara rakyat ini yang akan menentukan nasib bangsa kedepan. Indonesia telah mengalami pasang surut dalam sistem pemilu. Pemilu pertama yang diadakan di Indonesia pada masa pemerintahan presiden soekarno, Pemilu yang diselenggarakan tahun 1955 ini menggunakan sistem multipartai dan


(5)

2

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilaksanakan dengan dua tahap, tahap pertama untuk memilih anggota DPR dan tahap kedua untuk memilih anggota konstituante. Pemilu tahun 1955 ini merupakan pemilu satu-satunya yang dilaksanakan oleh pemerintahan orde lama.

Pada awal masa pemerintahan orde baru, pemilu diadakan pada tahun 1971 yang diikuti oleh 10 partai politik tetapi pada pemilu-pemilu berikutnya hanya diikuti oleh 3 partai politik yaitu Golongan karya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). PPP dan PDI adalah hasil gabungan partai politik yang dikalahkan oleh Golkar pada pemilu tahun 1971. Pada pemilu orde baru ini, rakyat hanya memilih partai politik dan kemudian partai politik yang akan mengutus wakilnya untuk duduk sebagai anggota MPR/DPR. Sedangkan presiden dan wakil dipilih oleh anggota MPR/DPR.

Setelah orde baru runtuh pemilu dilaksanakan pada tahun 1999 diikuti oleh 48 partai politik. Pada pemilu ini sistematikanya masih sama, rakyat hanya memilih partai politik dan kemudian partai politiklah yang akan memilih siapa-siapa saja yang akan duduk di kursi parlemen. Begitu pula dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, anggota parlemenlah yang akan memilih.

Pada pemilu tahun 2004 terjadi perubahan dalam sistem pemilu, pemilu tahun 2004 yang lalu adalah pengalaman pertama bagi bangsa Indonesia memilih presiden dan wakil presiden secara langsung. Sebelumnya pemilihan presiden dan wakil presiden dipercayakan kepada anggota MPR/DPR, sedangkan pada pemilu 2004 rakyatlah yang berdaulat memilih dan menentukan figur pemimpin negara


(6)

3

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk jangka lima tahun kedepan. Dengan begitu, presiden dan wakil presiden yang terpilih mempunyai basis legitimasi yang kuat dari rakyat, sekaligus menjadi amanah yang harus dipertanggung jawabkan pada rakyat.

Belajar dari keberhasilan pemilihan presiden dan wakil presiden yang berjalan dengan baik, aman dan damai serta bermodalkan niat dan itikad baik untuk menuju perubahan maka dilaksanakan pula pemilihan kepala daerah secara langsung yang lebih dikenal dengan istilah Pemilukada. Pemilihan kepala daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota) dilaksanakan secara langsung setelah diterbitkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagai revisi atas Undang-Undang No.22 Tahun 1999. Perubahan pemilihan kepala daerah yang tadinya tidak langsung (dipilih oleh DPRD) menjadi dipilih langsung oleh rakyat merupakan suatu kemajuan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia dalam upaya memperkuat demokrasi di Indonesia.

Sebagaimana diketahui sebelumnya proses pemilihan kepala daerah dimonopoli oleh DPRD, sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Akan tetapi yang terjadi, kedaulatan rakyat tersebut disalahgunakan oleh anggota dewan terhormat yang duduk sebagai wakil rakyat. “kedaulatan rakyat “dikebiri” menjadi oligarki segelintir elite, yang kemudian menentukan siapa yang akan menjadi kepala daerah. Dengan adanya Pemilukada langsung maka politik oligarki tersebut akan hilang” (Romli, 2005:280). Dengan demikian, pemilihan langsung kepala daerah berpeluang memutus mata rantai oligarki partai yang mewarnai perpolitikan di DPRD. Selain itu Pemiludaka langsung merupakan wujud nyata asas


(7)

4

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

responsibilitas dan akuntabilitas. Pemilukada langsung lebih accountable dibandingkan sistem yang dulu digunakan karena rakyat tidak harus menitipkan suaranya melalui DPRD, melainkan dapat menentukan pilihannya berdasarkan kriteria yang jelas dan transparan. Apabila kepala daerah terpilih ternyata tidak dapat memenuhi harapan rakyat maka pemilihan berikutnya, kandidat yang bersangkutan tidak akan dipilih kembali.

Memilih figur pemimpin negara ataupun daerah secara langsung merupakan momentum yang sangat krusial bagi suatu negara untuk itu harus dibarengi dengan tingginya tingkat partisipasi politik rakyat. Dalam hal ini partisipasi yang diinginkan bukan hanya sekedar menggunakan hak pilihnya tetapi yang terpenting bagaimana hak pilih tersebut dapat diimplementasikan dengan pilihan rasional dalam rangka memberikan yang terbaik untuk negara. Pelajar atau remaja adalah sebuah komunitas yang cukup besar dan cukup diperhitungkan sebagai basis suara pada setiap pemilu. Komunitas pelajar yang baru pertama kali mengikuti pemilihan umum disebut pemilih pemula atau pemilih yang baru pertama kali memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih. “Pemilih pemula adalah mereka yang telah berusia 17-22 tahun, yang telah memiliki hak suara dalam pemilu dan terdiri atas pelajar, mahasiswa ataupun pekerja muda yang belum berusia 17 tahun tetapi telah menikah” (Chamim, 2003:13). Ada juga kalangan yang lebih longgar memberikan batasan bagi pemilih pemula, “yakni TNI/Polri yang baru pensiun dan kembali menjadi warga sipil yang memiliki hak memilih, juga dikategorikan sebagai pemilih pemula, karena seperti diketahui saat


(8)

5

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menjadi anggota TNI/Polri, mereka tidak memiliki hak pilih dalam pemilu. Setelah mereka memasuki masa pensiun dalam usia tertentu, barulah mereka memiliki hak memilih dan dipilih dalam pemilu” (KPU Provinsi DKI Jakarta, 2011: 4).

Pemilih pemula usia SMA memang menjadi segmen yang unik, seringkali memunculkan kejutan dan tentu saja menjanjikan secara kuantitas. Disebut unik, sebab perilaku pemilih pemula dengan antusiasme yang tinggi sementara keputusan pilihan yang belum bulat. Sebenarnya pemilih pemula bisa ditempatkan sebagai swing voters yang sesungguhnya. Pilihan politik mereka belum dipengaruhi motivasi ideologis tertentu dan lebih didorong oleh konteks dinamika lingkungan politik lokal. Pemilih pemula mudah dipengaruhi kepentingan-kepentingan tertentu, terutama oleh orang terdekat seperti anggota keluarga, mulai dari orangtua hingga kerabat. Kondisi tersebut tampak jika merunut perilaku pemilih pemula pada beberapa penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada). Hasil jajak pendapat pasca-pemungutan suara (exit poll), pada Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta (8 Agustus 2007), menunjukkan orangtua adalah yang paling memengaruhi pilihan para pemilih pemula. Teman dan saudara juga ikut memengaruhi namun dengan persentase yang lebih kecil” (Litbang Kompas, 2007).

Jumlah pemilih pemula di Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata. Jumlah pemilih pemula yang ikut dalam pemilu 2009, berkisar sekirar 36 juta orang atau setara dengan 19-20% dari jumlah pemilih secara keseluruhan. Jumlah


(9)

6

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ini sangat signifikan karena setara dengan 20% dari total jumlah kekuatan suara nasional. Menurut Lembaga survei Indonesia potensi yang dimiliki pemilih pemula dapat dicontohkan sebagai berikut:

1. Dengan 20% suara akan membuat suatu partai baru bisa lolos electoral threshold pada pemilu tahun 2004 yang lalu, sehingga bisa lolos pada pemilu 2009. Begitu pula dengan pemilu 2009, potensi 20% suara akan membawa ke pemilu berikutnya.

2. Dengan angka 20% itu juga bisa mencalonkan capres dan cawapres. Karena persyaratan mencalonkan capres dan cawapres itu hanya mendapatkan lima persen total suara DPRD nasional atau tiga persen kursi DPR secara nasional.

3. Dengan 20% suara, bisa menjadi kekuatan politik terbesar ketiga di Indonesia.

Dari data diatas menunjukkan pemilih pemula adalah komunitas yang memiliki potensi untuk menyumbang suara dalam pemilu atau Pemilukada, hanya saja haruslah diimbangi dengan sosialisasi pemilu sebagai salah satu cara memberikan pendidikan politik bagi pemilih pemula, hal ini dikarenakan sebagai orang yang baru pertama kali pemilih rentan sekali dengan eksploitasi dari beberapa kelompok tertentu jika tidak mendapatkan sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih yang cukup matang.

Pada dasarnya secara psikologis pemilih pemula memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang-orang tua pada umumnya. Misalnya kritis, mandiri,


(10)

7

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

independen, anti status quo atau tidak puas dengan kemapanan, pro perubahan dan sebagainya. Karakteristik itu cukup kondusif untuk membangun komunitas pemilih cerdas dalam pemilu yakni pemilih yang memiliki pertimbangan rasional dalam menentukan pilihannya. Misalnya memilih karena integritasnya, track record-nya, atau program kerja yang ditawarkan. Karena belum memiliki pengalaman memilih dalam pemilu, pada umumnya banyak dari kalangan pemilih pemula yang belum mengetahui berbagai hal yang terkait dengan pemilihan umum. Misalnya untuk apa pemilu diselenggarkan, apa saja tahapan pemilu, siapa saja yang menjadi peserta pemilu, apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi peserta pemilu, siapa saja yang boleh memilih dalam pemilu, apa itu politik dan sebagainya. Pemilih pemula juga tidak tahu bahwa suaranya sangat berarti bagi proses politik di negaranya. Bahkan tidak jarang pemilih pemula enggan berpartisipasi dalam pemilu dan memilih untuk ikut-ikutan tidak mau menggunakan hak pilihnya atau memilih menjadi golongan putih (golput).

Fakta maraknya pemilih pemula yang enggan menggunakan hak pilihnya sesuai dengan temuan Lembaga Peduli Remaja (LPR) Kriya Mandiri Solo yang melakukan jejak pendapat pada pemilih pemula di kota Solo tanggal 19 Febuari 2009. Menurut survei LPR Potensi golput pemilih pemula di Solo cukup tinggi. Dari 340 responden yang dipilih secara acak dari sepuluh SMA dan SMK di Solo hanya 21,49% saja yang menyatakan siap memberikan suara. Sisanya 60,51% menyatakan belum yakin apakah akan memilih atau tidak, artinya berpotensi golput dan 18 % dengan tegas menyatakan tidak memilih.


(11)

8

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil survei lainnya juga pada pemilu tahun 2009 menunjukkan 67,55% pemilih pemula belum mengetahui secara persis tahapan dan sistem pemilu. Tidak hanya itu, sebanyak 76,40% bahkan mengaku tidak mengetahui jumlah kontestan partai politik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketertarikan pemilih pemula pada pemilu 2009 lalu masih sangat rendah. Sikap ini terlihat dari 91,01% responden menyatakan tidak bersedia turut serta dalam kegiatan kampanye (KPU Provinsi DKI Jakarta, 2011:8).

Merujuk dari data survei diatas, sosialisasi pemilu dan pendidikan politik bagi pemilih pemula merupakan keniscayaan dan tidak bisa dihindari guna meningkatkan melek politik pemilih pemula. Sosialisasi pemilu dan pendidikan politik bagi pemilih pemula disekolah sudah terintegrasi dengan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Menurut Tim ICCE UIN Jakarta: “Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude, political effeicacy and political participation serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional”. Dalam hal ini guru PKn hanya tinggal melakukan pengembangan metode atau model pembelajaran yang tepat sasaran agar pendidikan politik bagi pemilih pemula memiliki nilai kebermaknaan yang tinggi, karena pada dasarnya siswa adalah warganegara hipotetik, yakni warga negara yang “belum jadi” oleh sebab itu masih harus dididik menjadi warganegara yang dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya (Budimansyah, 2007:11).


(12)

9

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Materi tentang kepemiluan dalam mata pelajaran PKN belum cukup untuk memberikan informasi utuh pada pemilih pemula karena materi yang disampaikan tidak secara spesifik dan mendetail membahas tentang pemilu dan sistemnya. Oleh karena itu Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga penyelenggara pemilu berkewajiban memberikan sosialisasi pemilu sebagai bagian dari pendidikan pemilih, hal ini sesuai dengan Peruturan Komisi Pemilihan Umum No. 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dalam peraturan tersebut menyebutkan KPU memiliki wewenang untuk melakukan sosialisasi pemilu dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pemilih tentang pemilihan umum dan meningkatkan kesadaran serta partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada.

Sosialisasi pemilu bagi pemilih pemula saat ini sangat penting mengingat perlu adannya transfer pengetahuan politik, tidak hanya yang terkait dengan berbagai hal tentang pemilu seperti sistemnya, tahapannya, dan lembaga penyelengaranya tetapi lebih dari itu terkait juga dengan arti penting pemilu bagi bangsa dan negara, untuk itu muatan dalam sosialisasi pemilu sebagai bagian dari pendidikan pemilih harus dapat mengembangkan kompetasi kewarganegaraan yang utuh. “Kompetensi kewarganegaraan adalah seperangkat pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan yang mendukung menjadi warga negara yang partisipatif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara” (Branson, 1999:8-9). Kompetensi ini nantinya akan memberi bekal


(13)

10

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kepada setiap pemilih pemula agar menjadi warganegara cerdas dan baik (be smart and good citizenship).

Tiga kompetensi penting yang harus dimiliki oleh pemilih pemula adalah kompetensi kewarganegaraan yang diadopsi dari pendapat Branson (1999:8) yaitu:

1. Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan),

berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh pemilih pemula

2. Civic skill (kecakapan kewarganegaraan), adalah

kecakapan intelektual dan partisipatoris pemilih pemula yang relevan; dan

3. Civic disposition (watak kewarganegaraan) yang

mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional.

Sosialisasi pemilu sebagai proses pembentukan dan pengembangan kompetensi kewarganegaraan saat ini merupakan suatu kebutuhan dasar bagi pemilih pemula. hal ini penting karena dengan kompetensi kewarganegaraan yang mapan pemilih pemula dapat mempertimbangkan sisi kualitas calon yang akan dipilih. Sebab pemilu menggunakan sistem proposional terbuka yang mengharuskan calon pemilih mencoblos tanda calon yang ikut serta dalam Pemilukada. Pilihan-pilihan pemilu sekarang ini tidak bisa lagi memilih “kucing dalam karung”, tetapi harus benar-benar berdasarkan suara hati nurani dan pilihan rasionalnya. Dengan begitu pimpinan negara atau daerah yang dihasilkan adalah mereka yang benar-benar berintegritas, berkualitas, jujur, amanah dan terhindar dari penyakit-penyakit kronis yang timbul dari kekuasaan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.


(14)

11

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pembentukan dan pengembangan kompetensi kewarganegaraan dalam sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih, mengajak pemilih pemula tidak hanya tahu tentang bagaimana memilih, tetapi juga membangun kesadaran dan daya kritis terhadap setiap tahapan proses pemilu. Dengan begitu, pemilih pemula tidak lagi menjadi objek dalam pemilu, tetapi sebaliknya mereka bisa menjadi subjek yang kritis dalam menentukan pilihan politik, sekaligus menjadi pendorong pendewasaan partai politik untuk memperjuangkan aspirasi rakyat banyak, bukan kepentingan orang per-orang, sehingga hal ini mampu menumbuhkan iklim demokrasi di Indonesia.

Disisi lain Pembentukan dan pengembangan kompetensi kewarganegaraan dalam sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih, juga bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengeliminasi konflik massa dalam proses pemilu. Perlu diingat, polarisasi masyarakat Indonesia yang terkotak-kotak dalam politik aliran masih menjadi gejala yang memprihatinkan. Dalam situasi menjelang pemilu, polarisasi tersebut bisa mengeras menjadi kekerasan yang massif, terutama pada masa kampanye pemilu. Pendukung fanatik sebuah partai politik akan sangat mudah bersinggungan dan berbenturan dengan pendukung fanatik partai politik yang lain, sehingga akan dengan mudah menyulut konflik massa di tingkat grass-root, apalagi jika provokasi oleh kepentingan politik tertentu pada masa menjelang pemilu. Oleh karena itu, pemilih pemula harus terus dibentuk dan dikembangkan kompetensi kewarganegaraannya agar sadar bahwa pemilu adalah salah satu proses pembangunan demokrasi. Sikap saling


(15)

12

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menghormati, toleran dan menghargai hak pilih orang lain harus dibangun dan diinternalisasi dalam diri setiap individu sebagai calon pemilih. Kalah dan menang dalam pemilu adalah sesuatu yang wajar dan biasa, hal itu harus menjadi kesadaran bersama seluruh komponen masyarakat.

Keniscayaan pemilu yang demokratis (luber dan jurdil) untuk melahirkan pemimpin nasional, daerah dan wakil-wakil rakyat yang aspiratif, capable dan acceptable merupakan agenda besar bangsa ini. Oleh karena itu, pemilih pemula harus benar-benar dipersiapkan untuk menjadi masyarakat politik yang cerdas, rasional, dan paham akan hak-hak sipil yang dimilikinya, sehingga pilihan mereka pada pemilu mendatang merupakan pilihan sadar, rasional, argumentatif, bebas indimidasi dan berani dipertanggungjawabkan. Disinilah pentingnya sosialisasi pemilu sebagai bagian dari pendidikan pemilih dalam membentuk kompetensi kewarganegaraan yang utuh bagi pemilih pemula.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka penulis merasa perlu untuk merumuskan apa yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi persoalan inti dan sekaligus menjadi fokus telaah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana sosialisasi peraturan dan mekanisme Pemilukada oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dalam membentuk kompetensi kewarganegraan pemilih pemula?


(16)

13

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk memperjelas permasalahan tersebut, maka masalah pokok dapat dijabarkan menjadi sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula?

2. Bagaimana hasil sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kapadapemilih pemula?

3. Kendala apa saja yang dihadapi KPU Provinsi DKI Jakarta dalam sosialisasi Pemilukada kepada pemilih pemula?

4. Bagaimana upaya KPU Provinsi DKI Jakarta untuk mengatasi kendala-kendala dalam sosialisasi Pemilukada kepada pemilih pemula?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara faktual mengenai sosialisasi peraturan dan mekanisme Pemilukada oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dalam membentuk kompetensi kewarganegraan pemilih pemula. Sementara itu tujuan khusus penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula.

2. Untuk mengetahui hasil sosialisasi Pemilukada yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta kepada pemilih pemula.

3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi KPU Provinsi DKI Jakarta dalam sosialisasi Pemilukada kepada pemilih pemula


(17)

14

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Untuk mengetahui upaya KPU Provinsi DKI Jakarta untuk mengatasi kendala-kendala dalam sosialisasi Pemilukada kepada pemilih pemula.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara keilmuan (teoretik) maupun secara empirik (praktis). Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoretik :

Secara akademis (keilmuan) diharapkan penelitian tentang sosialisasi peraturan dan mekanisme Pemilukada oleh KPU Provinsi DKI Jakarta dalam membentuk kompetensi kewarganegraan pemilih pemula dapat menjadi tambahan refrensi untuk mengkaji dan merumuskan ilmu pengetahuan tentang sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih sebagai upaya pengembangan kompetensi kewarganegaraan.

2. Manfaat Praktis :

a. Para akademisi atau komunitas akademik, khususnya dalam bidang pendidikan kewarganegraaan sebagai bahan kontribusi ke arah pengembangan kompetensi kewarganegraaan

b. Para pengambil kebijakan khususnya yang terkait dengan sosialisasi pemilu dan pendidikan politik bagi pemilih pemula

c. Memberi gambaran kepada partai politik agar memberikan pendidikan politik yang efektif bagi pemilih pemula


(18)

15

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tesis yang nantinya akan dikembangkan terdiri dari 5 bab, yakni: (1) bab pendahuluan, (2) tinjauan pustaka, (3) metodologi penelitian, (4) hasil penelitian dan pembahasan serta (5) kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab pendahuluan secara rinci mendeskripsikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis.

Pada bab selanjutnya tinjauan pustaka berisikan tentang sosialisasi politik yang terdiri dari pengertian sosialisasi dan sosialisasi politik, komunitas, kelompok sosial dan sosialisasi politik, agen sosialisasi politik dan mekanisme sosialisasi politik. Tinjauan pustaka selanjutnya yaitu tentang pemilihan umum kepala daerah yang terdiri dari dasar hukum pemilihan kepala daerah, asas-asas pemilihan umum kepala daerah, komisi pemilihan umum dan sosialisasi pemilu. kemudian dilanjutkan dengan kompetensi kewarganegaraan yang terdiri dari pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan dan watak kewarganegaraan. Selanjutnya tipologi pemilih, melek politik dan penelitian terdahulu. Di bagian akhir ditutup dengan paradigma penelitian.

Bab berikutnya merupakan metodologi penelitian yang mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analsis data, keabsahan temuan penelitian serta tahap-tahap pelakasanaan penelitian di lapangan. Pada bab selanjutnya yaitu bab tentang hasil dan pembahasan yang mencakup tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.


(19)

16

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bab terakhir merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analsis temuan penelitian.


(20)

84

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analsis data, keabsahan temuan penelitian serta tahap-tahap pelakasanaan penelitian di lapangan.

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta yang terletak di Jl. Budi Kemuliaan No. 12 Jakarta Pusat. Komisi Pemilihan Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dijadikan tempat penelitian karena saat ini DKI Jakarta sedang menyelenggarakan pesta demokrasi dalam rangka pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah dalam hal ini pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta sehingga data yang didapat sesuai dengan realitas yang ada.

2. Subjek Penelitian

Terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam penetapan subjek penelitian, yakni latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa-peristiwa (events), dan proses (process) (Miles dan Huberman, 1992:56). Kriteria pertama: adalah latar, yang dimaksud adalah situasi dan tempat berlangsungnya


(21)

85

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

proses pengumpulan data, yakni Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta. Kriteria kedua: pelaku yang di maksud disini adalah Pokja sosialisasi pemilukada Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta dan pemilih pemula. Kriteria ketiga: adalah peristiwa yang dimaksud hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada seperti kegiatan ceramah tatap muka dalam bentuk seminar, lomba cerdas cermat dan lomba karya tulis ilmiah. Keempat: adalah proses, yang dimaksud proses disini adalah wawancara peneliti dengan subjek penelitian berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap fokus masalah dalam penelitian ini.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada dalam membentuk kompetensi kewarganegraan pemilih pemula adalah pendekatan penelitian kualitatif yaitu pendekatan yang tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif. Creswell (1998:15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

Pendapat di atas dapat dijelaskan penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian


(22)

86

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi yang alamiah. Pendekatan penelitian kualitatif disebut juga pendekatan naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau alamiah, apa adanya, dan tidak dimanipulasi (Cresswell, 1998; Nasution, 1992:18).

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif adalah k epedulian terhadap ”makna”. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak peduli terhadap persamaan dari obyek penelitian melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang (manusia) berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen.

Pendekatan kualitatif dipandang sesuai dengan masalah penelitian ini dengan alasan sebagai berikut :

a) Permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada oleh KPU dalam mengembangkan kompetensi kewarganegaraan pemilih pemula ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual.


(23)

87

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b) Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya.

c) Penelitian ini berfokus pada bagaimana proses sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada oleh KPU dalam mengembangkan kompetensi kewarganegaraan pemilih pemula, hasil sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada oleh KPU dalam mengembangkan kompetensi kewarganegaraan pemilih pemula. Hal ini dapat terungkap melalui pendekatan kualitatif sesuai dengan karakteristik kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan & Mien (1982:28) : qualitative researchers are concerned with process rather than simply with outcomes or products. Penekanan kualitatif pada proses secara khusus memberikan keuntungan dalam penelitan ini dimana dapat memperoleh gambaran dan informasi berupa bagaimana proses, hasil, kendala dan upaya sosialisasi pemilukada secara nyata dalam membentuk kompetensi kewarganegaraan pemilih pemula.

Pendekatan naturalistik-kualitatif yang digunakan dalam model studi kasus, yang satuan kajiannya dilakukan dalam lingkup yang terbatas. Bodgan dan Biklen (1982:58) mengatakan: “... a detailed examinitaion of one setting, or one single subject, or one single despositiry or document, or one particular event". Dalam hal yang lebih khusus, model studi kasus seperti digambarkan di atas, pada prinsipnya


(24)

88

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

adalah model studi kasus tunggal (single case study). Penggunaan model studi kasus dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitiannya dilakukan pada satu fokus yaitu dimasyarakat. Di samping itu, studi kasus mempunyai kelebihan dibanding studi lainnya yaitu peneliti dapat mempelajari sasaran penelitian secara mendalam dan menyeluruh.

Dengan melakukan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti dapat lebih leluasa mengetahui sejauh mana sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada yang dilakukan KPU dalam membentuk kompetensi kewarganegaraan pemilih pemula. Selain itu peneliti ingin dapat mengungkapkan perilaku persons pengetahuan, gagasan dan pikirannya, sebab penelitian kualitatif pada hakekatnya juga merupakan pengamatan kepada orang-orang tertentu dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka dan berusaha memahami bahasa mereka serta menafsirkannya sesuai dengan dunianya. (Nasution, 1992:5; Bogdan & Biklen, 1992:49; dan Lincoln & Guba, 1985:3)

Beberapa literatur menyebutkan ciri-ciri penelitian kualitatif/naturalistik, antara lain, sumber data adalah situasi wajar (natural setting), peneliti sebagai instrumen utama pengumpul data penelitian (key, instrument), sangat deskriptif, mementingkan proses, mengutamakan data langsung (first hand), triangulasi (data dari satu sumber harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data yang sama dari sumber lain), mementingkan perspektif emik (pandangan informan), audit-trail (apakah laporan penelitian sesuai data yang terkumpul), partisipasi tanpa mengganggu


(25)

89

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(passive participation), analisis dilakukan sejak awal dan selama melakukan penelitian dan desain penelitian muncul selama proses penelitian (emergent, evolving dan developing).

2. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus atau penelitian kasus (case study) yang merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Craswell (2010:20) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif sebenarnya meliputi sejumlah metode penelitian diantaranya Etnografi, Grounded Theory, Studi Kasus, Fenomenologi dan Naratif. Penelitian studi kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu-individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpukan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan Stake (dalam Craswell 2010:20). Sedangkan Robert K.Yin (2008:18) mendeskripsikan studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata bilamana, batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber bukti dimanfaatkan.

Hal di atas sedana dengan apa yang di kemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1998:120), yang menyatakan bahwa: Penelitian kasus


(26)

90

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam membicarakan kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data menyusun data mengaflikasikannya dan menginterprestasikannya.

Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincon dan Guba (1985:137) mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut :

a) Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

b) Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

c) Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan informan.

d) Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness)

e) Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.


(27)

91

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

f) Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Dari pendapat di atas digambarkan bahwa metode studi kasus lebih menitikberatkan pada suatu kasus, adapun kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada dalam membentuk kompetensi kewarganegraan pemilih pemula. Kasus tersebut dibatasi dalam suatu ruang lingkup sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada DKI Jakarta 2012 terhadap pemilih pemula. Penggunaan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus diharapkan mampu mengungkap aspek-aspek yang diteliti terutama, mengetahui bagaimana proses sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada bagi pemilih pemula dan bagaimana hasil sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada bagi pembentukan kompetensi kewarganegaraan pemilih pemula.

Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dengan studi kasus dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi yang obyektif dan mendalam tentang fokus penelitian. Pendekatan studi kasus dipilih karena permasalahan yang dijadikan fokus penelitian ini hanya terjadi di tempat tertentu (Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta). Dalam pelaksanaannya, penulis lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal didalam penelitian ini, artinya selama proses penelitian penulis lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan KPU Provinsi DKI Jakarta terutama dengan ketua pokja sosialisasi,


(28)

92

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kepala bagian humas KPU Provinsi DKI Jakarta dan anggota sekretariat yang membantu pokja sosialisasi.

C.Definisi Operasional

Definisi konsep merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati sebagai konsep pokok dalam penelitian ini adalah : sosialisasi dan sosialisasi politik, pemilihan umum kepala daerah, kompetensi kewarganegaraan, pemilih pemula dan komisi pemilihan umum.

1. Sosialisasi

Sosialisasi didefinisikan sebagai proses dimana orang-orang memperoleh pengetahuan, keterampilan dan watak yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi sebagai anggota-anggota kelompok masyarakat (Williams, 1983:xiii)

2. Sosalisasi Politik

Fred T. Greenstein dalam Internasional Encyclopedia Of The Social Sciences (Komaruddin,2008:146) memberikan definisi sosialisasi politik secara sempit sebagai penanaman informasi politik yang disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan intruksional secara formal ditugaskan untuk tanggung jawab ini. Definisi diatas menggambarkan bahwa KPU Provinsi DKI Jakarta sebagai penyelenggara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dibentuk sebagai agen sosialisasi yang mencoba memberikan informasi politik yang disengaja kepada masyarakat luas dan juga kepada pemilih pemula.


(29)

93

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Pemilihan Umum Kepala Daerah

Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut Pemilikada adalah pemilu untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pemilukada meliputi : 1. Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur; 2. Pemilu Bupati dan Wakil Bupati; 3. Pemilu Walikota dan Wakil Walikota (Komisi Pemilihan Umum, 2010 : 12)

4. Kompetensi Kewargenagaraan

Kompetensi kewarganegaraan adalah seperangkat pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan yang mendukung menjadi warga negara yang partisipatif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ada tiga kompetensi penting yang harus dimiliki oleh kader partai adalah kompetensi kewarganegaraan yang diadopsi dari pendapat Branson (1999:8) yaitu:

a) Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), berkaitan

dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh pemilih pemula

b) Civic skill (kecakapan kewarganegaraan), adalah kecakapan

intelektual dan partisipatoris pemilih pemula yang relevan; dan

c) Civic disposition (watak kewarganegaraan) yang

mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional.


(30)

94

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pemilih pemula adalah mereka yang telah berusia 17-22 tahun, yang telah memiliki hak suara dalam pemilu dan terdiri atas pelajar, mahasiswa ataupun pekerja muda yang belum berusia 17 tahun tetapi telah menikah dan TNI/Polri yang telah pension (Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, 2011:4) 6. Komisi Pemilihan Umum

Komisi pemilihan umum adalah lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional, mandiri dan tetap (Budimansyah dan Baehaqi, 2008:32)

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Penelitian 1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti sebagai intrumen utama sesuai yang dikemukakan oleh Creswell (1998: 261) bahwa “peneliti berperan sebagai instrument kunci (researcher as key instrument) atau yang utama” para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data mellaui dokumentasi, observasi perilaku atau wawancara. Human Instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982: 33-36) yaitu:

Riset kualitatif mempunyai latar alami karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dari perisetnya.Riset kualitatif itu bersifat deskriptif. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif. Makna merupakan soal essensial untuk rancangan kualitatif.


(31)

95

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan parapartisipan. Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak menggadakan kontak dengan orang-orang dilokasi penelitian yaitu komisi pemilihan umum provinsi DKI Jakarta. Dengan demikian peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

E.Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key instrument) dalam pengumpulan data. Karena itu, peneliti memiliki peranan yang fleksibel dan adaptif. Artinya, peneliti dapat menggunakan seluruh alat indera yang dimilikinya untuk memahami fenomena sesuai dengan fokus penelitian (Cresswell, 1998; Lincoln dan Guba, 1985: 4; Bogdan dan Biklen, 1992: 28). Sehubungan dengan hal itu, maka dalam penelitian ini peneliti sendiri terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai dengan fokus penelitian. Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara tak berstuktur kepada infroman yakni pojka Sosialisasi peraturan dan mekanisme pemiluka Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, pemilih pemula dan Pengamat Politik. Miles and Huberman (1992:15) dalam melakukan penelitian


(32)

96

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lapangan, peneliti dituntut untuk melakukan (1) interaksi secara intensif dan jangka panjang dilokasi penelitian (2) melakukan pencatatan (recording) tentang apa yang terjadi dilokasi penelitian, membuat catatan-catatan lapangan, dan mengumpulkan dokumen-dokumen dan (3) refleksi analitik berikutnya pada catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang dikumpulkan dari lapangan dan dilaporkan dengan cara mendeskripsikannya secara detil, antara lain dengan membuat sketsa-sketsa naratif dan kutipan langsung dari interview maupun dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk-bentuk yang lebih umum.

1. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution, 1993:113). Maksud dilakukannya wawancara tersebut antara lain untuk membuat suatu konstruksi sekarang dan di sini mengenai orang, peristiwa, aktivitas, motifasi, perasaan dan lain sebagainya. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pokja sosialisasi peraturan dan mekanisme pemiluka Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta dan pemilih pemula Siswa SMA

Wawancara sebagaimana dikemukakan Lincoln dan Guba (1985:268), adalah percakapan dengan suatu tujuan. Tujuan yang dimaksud dalam wawancara bisa meliputi hal-hal diluar diri yang diwawancarai, capaian yang sedang dijalani subjek penelitian saat ini, suatu peristiwa, aktivitas, organisasi,


(33)

97

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

perasaan, motivasi, pengakuan dan berbagai macam lainnya. Wawancara juga boleh menyangkut projeksi tentang masa depan subjek penelitian baik menyangkut keinginannya maupun pengalaman masa depannya, verifikasi dan perluasan informasi.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak-berstruktur. Sesuai dengan bentuk wawancara ini, peneliti tidak terikat secara ketat pada pedoman wawancara. Pelaksanaannya bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja selama berhubungan dengan fenomena dan fokus penelitian. Tipe wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara luas dan mendalam atau indepth interview (Patton, 2009 :199).

Untuk memudahkan ingatan terhadap data atau informasi, maka peneliti menggunakan catatan-catatan lapangan. Dalam penggunaan catatan lapangan, peneliti mengaplikasikan perspektif emik, yaitu mementingkan atau mengutamakan pandangan informan dan interpresentasinya. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah yang diharapkan dapat memberi keuntungan dimana informan yang diwawancarai bisa merekonstruksi dan menafsirkan ide-idenya. Dalam pelaksanaannya, penelitian menggunakan alat bantu berupa catatan-catatan lapangan. Tujuannya adalah untuk memudahkan mengingat data yang dikumpulkan, baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Selain itu, penggunaan alat bantu tersebut sangat penting untuk mengimbangi keterbatasan daya ingat peneliti mengenai informasi yang diperoleh dengan cara wawancara secara terbuka atau


(34)

open-98

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ended interview. 2. Observasi

Jenis-jenis observasi yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif, antara lain observasi non-interaktif dan observasi interaktif (Bogdan & Biklen, 1992:287). Dalam observasi non-interaktif berarti tidak ada observasi secara langsung, atau tidak melibatkan pengamatan secara langsung: sedangkan dalam observasi interaktif, berarti dalam pengumpulan data dilakukan dengan partisipan dan melibatkan pengamatan. Dalam pengamatan ini, peneliti menggunakan secara dominan bentuk partisipasi interaktif dan observasi nonpartisipatif (observasi secara tidak langsung atau tidak secara terang-terangan).

Cara seperti itu memungkinkan sebagaimana dikemukakan Patton ( 2009:131-132), bahwa pengamatan berperan serta dapat dilakukan dengan empat cara. Pertama, pengamatan berperan serta secara lengkap (complete participant). Dalam peran ini, aktivitas peneliti sepenuhnya menjadi anggota dari kelompok yang diamati. Dengan cara demikian, seorang peneliti dapat memperoleh semua informasi dan subjek penelitian, termasuk yang rahasia sekalipun.

Kedua, berperan serta sebagai pengamat (participant as observer). Dalam peran ini, peneliti masuk ke dalam kelompok subjek penelitian tidak sepenuhnya, melainkan sekadar sebagai pengamat, sehingga keberadaannya dalam kelompok tersebut berpura-pura. Peran yang demikian


(35)

99

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

konsekuensinya sering terbatas untuk mendapatkan seluruh informasi yang ada, terutama yang bersifat rahasia.

Ketiga, peneliti berperan sebagai pengamat yang berperan serta (observer as participant). Peran ini dilakukan peneliti, karena peneliti secara umum memang diketahui pekerjaannya sebagai peneliti, atau bahkan ia disponsori oleh para subjek penelitian. Peran ini memungkinkan bagi peneliti untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, termasuk informasi yang rahasia sekalipun.

Keempat, peneliti berperan sebagai pengamat penuh (complete observer). Peran ini dilakukan peneliti secara bersembunyi dan tidak langsung dalam arti terjun ke lapangan tapi bukan sebagai identitas peneliti melainkan dengan cara sebagai warga masyarakat juga, dengan cara seperti ini pengamat dengan leluasa melihat setiap aktivitas dan prilaku yang diteliti. Hampir dapat dikatakan, tidak ada rahasia yang dapat diamati.

Berdasarkan deskripsi diatas peneliti melakukan observasi dengan cara-cara yang kedua, ketiga dan keempat. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik tentang bagaimana sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada DKI Jakarta kepada pemilih pemula. Dalam hal ini peneliti observasi langsung saat kegiatan sosiasialisasi tatap muka berlangsung kepada pemilih pemula SMA dan mahasiswa.

3. Studi Dokumentasi


(36)

100

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

informasi yang sangat berguna. Ada beberapa alasan menggunakan dokumen dan catatan, seperti dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985:276-277) antara lain sebagai berikut :

a) Dokumen dan catatan selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relatif mudah

b) Merupakan sumber informasi yang mantap, baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan didalamnya.

c) Dokumen dan catatan merupakan informasi yang kaya

d) Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan formal

e) Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non-reactive, tidak memberi reaksi/respon atas perlakuan peneliti. Meskipun istilah dokumen dan catatan seringkali digunakan untuk menunjukkan satu arti, tetapi pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda bila ditinjau dari tujuan dan analisis yang digunakan.

Menurut Lincoln dan Guba (1985:276-277), catatan dan dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggungjawaban. Untuk keperluan penelitian ini, peneliti mengumpulkan catatan dan dokumen yang dipandang perlu untuk membantu analisis dengan memanfaatkan sumber kepustakaan berupa undang-undang yang terkait dengan proses pemilukada dan sosialisasinya seperti Pedoman Teknis Pelaksanaan Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012, Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Dalam Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraa Pemilihan umum, modul pendidikan untuk pemilih,


(37)

101

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

materi-materi sosialisasi dari pembicara dalam tatap muka dan perangkat pre test dan post test.

4. Studi Literatur

Studi literatur, yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi atau diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Faisal (992:30) mengemukakan bahwa hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti, termasuk juga latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti. Teknik studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah mempelajari sejumlah literatur yang berupa buku, jurnal, surat kabar dan sumber-sumber kepustakaan lainnya guna mendapatkan informasi-informasi yang menunjang dan berhubungan dengan sosialisasi dan sosialiasasi politik, pemilihan umum kepala daerah, komisi pemilihan umum, kompetensi kewarganegaraan, tipologi pemilih dan melek politik warga negara.

5. Analisis Data Penelitian

Analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan secara sistematis terhadap transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang terkumpul untuk meningkatkan pemahaman tentang data serta menyajikan apa yang telah ditemukan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen, 1992:145). Dalam penelitian kualitatif, analisis data yang digunakan adalah analisis data induktif. Goetz dan LeCompte (1984:4) mengemukakan


(38)

102

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

“…inductive research starts with examination of a phenomena and then, from successive examinations of similar and dissimilar phenomena, develops a theory to explain what was studied. Artinya, penelitian induktif dimulai dengan pengujian fenomena dan kemudian dari pengujian fenomena yang sama dan berbeda mengembangkan teori untuk menjelaskan apa yang telah dipelajari. Sedangkan Patton (2009:390) mengemukakan “Inductive analysis means that the patterns, themes, and categories of analysis come from the data; they emerge out of the data rather than being imposed on them prior to data collection and analysis”. Artinya, analisis induktif meliputi pola-pola, tema-tema dan kategori-kategori analisis yang berasal dari data; pola, tema dan kategori ini berasal dari data bukan ditentukan sebelum pengumpulan dan analisis data. Dengan demikian, analisis data adalah tahapan pembahasan terhadap data dan informasi yang telah terkumpul agar bermakna baik berupa pola-pola, tema-tema maupun kategori.

Dalam penelitian ini, analisis data meliputi pekerjaan yang berkaitan dengan data tentang proses sosialisasi peraturan dan mekanisme Pemilukada oleh KPU Provinsi DKI Jakarta. Kegiatannya antara lain adalah menyusun data, memasukkannya ke dalam unit-unit secara teratur, mensintesiskannya, mencari pola-pola, menemukan apa yang penting dan apa yang harus dipelajari, dan memutuskan apa yang akan dikemukakan kepada orang lain.


(39)

103

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, namun setelah dibaca dan dipelajari serta ditelaah, peneliti kemudian melakukan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Sebagaimana dikemukakan Moleong (1995:190), abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.

Proses analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data, verifikasi dan penarikan kesimpulan. Untuk mendeskripsikan dan mengeksplanasi peristiwa berdasarkan data atau informasi yang terkumpul, maka harus dilakukan kegiatan-kegiatan yang identik dan sekaligus sebagai pengganti pengukuran dan pengolahan data yang lazim dilakukan dalam tradisi penelitian kuantitatif.

Dalam penelitian ini analisis data mengacu pada langkah-langkah yang dipakai oleh Miles dan Huberman (1992:16-18) yang terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/vervikasi. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.


(40)

104

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Komponen-komponen Analisis data (Miles dan Huberman, 1992:20). Bagan diatas dapat dijelaskan bahwa tiga jenis kegiatan utama pengumpulan data (reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verivikasi) merupakan proses siklus interaktif. Penulis harus siap bergerak di antara empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. a. Reduksi Data

Reduksi data digunakan untuk mendeskripsikan, mengkonstuksi, catatan lapagan. Data yang diperoleh jumlahnya cukup banyak, sehingga memerlukan susunan dan sistematika secara konsisten. Untuk itu perlu dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dan penting.

Selama proses reduksi data peneliti dapat melanjutkan meringkas, mengkode, menemukan tema, reduksi data berlangsung selama penelitian di lapangan sampai pada pelaporan penelitian selesai. Reduksi data merupakan yang menajamkan untuk mengorganisasikan data, dengan demikian kesimpulannya dapat diverifikasi untuk dijadikan temuan penelitian terhadap masalah yang

Pengumpulan data

Penyajian data Reduksi data

Kesimpulan dan Verivikasi


(41)

105

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diteliti. Reduksi data ini dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan aspek-aspek permasalahan penelitian. Dengan cara melakukan pengelompokkan tersebut maka peneliti untuk menampilkan konstruksi data yang diperoleh.

b. Display Data

Data yang telah direduksi kemudian disajikan atau ditampilkan (display) dalam bentuk deskripsi sesuai dengan aspek-aspek penelitian. Penyajian data ini dimaksudkan untuk menyimpulkan informasi secara konsisten. Sesuai dengan aspek-aspek penelitian ini, maka data atau informasi yang diperoleh dari lapangan disajikan secara berturut-turut mengenai keadaan aktual lokasi penelitian, dan starategi-strategi implementasi sosialisasi peraturan dan mekanisme pemilukada dalam membentuk kompetensi kewarganegraan pemilih pemula

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan akan dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan cara bertahap. Pertama, manarik kesimpulan sementara atau tentatif, namun seiring dengan bertambahnya data maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Kedua, verifikasi data juga dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari pihak-pihak lain yang ada keterkaitannya dengan penelitian dalam hal ini peneliti menjadikan pengamat politik Burhanudin Muhtadi sebagai Expert Opinion guna mengkroscek apa yang ditemukan peneliti dilapangan


(42)

106

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan pandangan beliau sebagai pengamat politik. Akhirnya peneliti menarik kesimpulan akhir untuk mengungkap temuan-temuan penelitian ini.

6. Keabsahan Temuan Penelitian

Dasar keabsahan adalah jawaban atas pertanyaan, bagaimana peneliti dapat meyakinkan audiens bahwa temuan peneliti memiliki nilai dan kegunaan: argument apa yang dikemukakan oleh peneliti, kriteria apa yang digunakan dalam penelitian, pertanyaan apa yang akan dijawab melalui penelitian tersebut. Secara umum, untuk memeriksa keabsahaan data dalam penelitian kualitatif (Lincoln & Guba, 1995:290), peneliti menggunakan kriteria truth value, applicability consistency, dan netrality yan g sering juga disebut dengan istilah-istilah credibility, transferability, dependability dan confirinbility. Keempat kriteria ini merupakan atribut-atribut yang membedakan penelitian kualitatif berturut-turut dengan validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas, dan objektivitas dalam tradisi atau paradigma penelitian positivistik (Moleong,1996:176; Sudjana& Ibrahim, 1989; dan Nasution, 19). Selain itu, peneliti juga melakukan triangulasi dengan melakukan cross-check yang bertujuan untuk pemeriksaan keabsahaan data dalam penelitian ini, yaitu membandingkan data yang terkumpul dengan cara memeriksa kesesuaian hasil analisis dengan kelengkapan data.

Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran data yang dikumpulkan dari suatu sumber berdasarkan kebenarannya dari sumber-sumber lain. Sesuai


(43)

107

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan konteks penelitian ini, suatu data atau informasi penelitian, dicek kebenarannya dari sumber-sumber lain yang juga terlibat dalam penelitian ini. Selain itu, triangulasi juga dilakukan untuk pengecekan kebenaran informasi atau data penelitian dari berbagai sumber dan/atau teknik pengumpulan data. Misalnya, informasi atau data yang diperoleh melalui teknik wawancara dicek kebenarannya melalui teknik dokumentasi.

Dalam uraian-uraian di bawah ini dijelaskan lebih jauh tentang pengujian keabsahan temuan penelitian.

a. Credibility (derajat kepercayaan-validitas internal)

Kredibilitas adalah suatu ukuran tentang kebenaran data yang dikumpulkan. Tujuannya dalam penelitian kualitatif adalah untuk menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau narasumber. Kredibilitas dalam penelitian kualitatif ini identik dengan validitas internal dalam tradisi penelitian positivistik. Untuk meningkatkan derajat kepercayaan dalam penelitian ini dapat dicapai dengan cara-cara: (1) peneliti cukup lama di lapangan; (2) triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahaan data dengan cara mengecek atau membandingkan data melalui pemanfaatan sumber-sumber lain, (3) peer debriefing (pembicaraan dengan kolega, termasuk pembicaraan dengan rekan-rekan kuliah yang tidak memiliki kepentingan langsung dengan penelitian yang dilakukan peneliti), dan (4) melakukan member-check.


(44)

108

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Suatu temuan penelitan naturalistik berpeluang untuk diterapkan pada konteks lain apabila ada kesamaan karakteristik antara setting penelitian dengan setting penerapan. Lincon dan Guba (1995:316) menerangkan:

The naturalist cannot specify the external validity of an inquiry, he or she can provide only the thick description necessary to enable some one interested in making a transfer to reach a conclusion about whether transfer can be contemplated as a possibility.

Ini berarti bahwa dalam konteks transferabilitas, permasalahan dalam kemampuan terapan adalah permasalahan bersama antara peneliti dengan pemakai. Dalam hal ini, tugas peneliti adalah mendeskripsikan setting penelitian secara utuh, menyeluruh, lengkap, mendalam dan rinci. Sedangkan tugas pemakai adalah menerapkannya jika terhadap kesamaan antara setting penelitian dengan setting penerapan.

Derajat keteralihan atau transferability ini identik dengan validitas eksternal dalam tradisi penelitian kuantitatif. Transferability yang tinggi dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan menyajikan deskripsi yang relatif banyak, karena metode ini tidak dapat menetapkan validitas ekternal dalam arti yang tepat. Dalam hal ini, peneliti mencoba mendeskripsikan informasi atau data penelitian secara luas dan mendalam tentang sosialisasi peraturan dan mekanisme Pemilukada dalam mengembangkan kompetansi kewarganegaraan.


(1)

200

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Zuhri, Sihabudin. (2010) Peranan Sekolah dalam Proses Sosialisasi Politik :

Studi Penelitian Terhadap Siswa SMA Negeri 2 Semarang. Tesis

Universitas Diponegoro

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang

Penyelenggaraa Pemilihan umum

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraa Pemilihan umum

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 65 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Dalam Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Dalam Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah

Keputusan KPU Provinsi DKI Jakarta Nomor10/kpts/KPU-Prov-010/2011 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Sosialisasi Penyelenggaraan


(2)

201

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2012

Internet

Litbang Kompas. (2010). Mematakan Minat Pemilih Pemula. (Online) tersedia : http://nasional.kompas.com/read/2008/12/01/15413966/Memetakan.Minat. Pemilih.Pemula#3_3,2_0_db28e514 diakses tanggal 30 desember 2011 Sigit, Rokhmad. (2011). Melek Politik : Memahami Aneka Tipu Daya Demokrasi.

(online) tersedia : www.Pinterpol.wordpress.com diakses tanggal 5 desember 2011

Kelompok-kelompok sosial dan pembelajaran politik. (online) tersedia :

(http://file.upi.edu.pempolitik) www.lsi.or.id

http://www.Kamus.//BahasaIndonesia.//20%.//Fileinside.doc http://www.Kemal_Blog.htm.//

www.wikipwdia_bahasaindonesia. Ensiklopedi bebas.htm (http://www.jakartapress.com/dana-pilgub-dki-dua-putaran).


(3)

190

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam Bab ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian yang dirumuskan dari hasil deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian bab sebelumnya.

A.Kesimpulan

Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Komisi pemilihan umum provinsi sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah memiliki tugas dan wewenang untuk melaksanakan sosialisasi kepada seluruh segmen pemilih termasuk pemilih pemula. Dalam proses sosialisasinya tersebut KPU Provinsi DKI Jakarta menyampaikan semua tahapan kegiatan pemilihan gubernur dan wakil gubernur, aturan main kegiatan pemilihan gubernur dan wakil gubernur dan mengajak semua pihak yang terkait untuk berperan aktif dalam kegiatan pemilihan gubernur dan wakil gubernur. Proses sosialisasi yang diselenggarakan KPU Provinsi DKI Jakarta sudah berjalan sesuai dengan peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, hanya saja cara menyampaikan informasi dan materi


(4)

191

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam sosialisasi cenderung monoton dan menjenuhkan bagi pemilih pemula ditambah lagi KPU Provinsi DKI Jakarta belum mampu menjangkau seluruh pemilih pemula yang jumlahnya hampir 20% dari jumlah pemilih hal ini dikarenakan dalam proses sosialisasi metode yang digunakan hanya terbatas pada tiga metode yakni sosialisasi ceramah tatap muka, cerdas cermat dan lomba karya tulis ilmiah.

2. Tujuan KPU Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan sosialisasi untuk pemilih pemula adalah agar pemilih pemula dapat menjadi pemilih cerdas, rasional, aktif dan kritis juga bertujuan meningkatkan partisipasi pemilih pemula dalam menggunakan hak pilihnya dengan benar pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012. Maka hasilnya pemilih pemula cukup mengetahui, memahami dan cukup mampu menganalisa tahapan Pemilukada DKI Jakarta 2012. Pengetahuan dan pemahaman tersebut pemilih pemula dapatkan bukan hanya dari sosialisasi KPU Provinsi DKI Jakarta tetapi ada upaya dari pemilih pemula untuk mencari tahu informasi Pemilukada DKI Jakarta 2012 melalui media massa.

3. Dalam melaksanakan sosialisasi peraturan dan mekanisme Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012 terdapat kendala yang dihadapi KPU Propinsi DKI Jakarta yakni kendala sumber daya manusia KPU Provinsi DKI Jakarta yang belum mampu memprogram kegiatan sosialisasi lebih inovatif dan efektif bagi peningkatan kompetensi kewarganegaraan pemilih pemula.


(5)

192

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Ada beberapa upaya yang dilakukan KPU dalam mengatasi kendala-kendala pelaksanaan sosialisasi diantaranya mengundang guru pendidikan kewarganegaraan se-DKI Jakarta dalam kegiatan workshop Pemilukada agar guru PKn dapat memberikan informasi tentang Pemilukada kepada anak didiknya disekolah, membuat nota kesepahaman dengan Departemen Pendidikan Nasional agar materi tentang kepemiluan yang telah ada dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat dikembangkan sehingga menghasilkan pemilih pemula yang cerdas dan upaya “jemput bola” ala KPU Provinsi DKI Jakarta artinya KPU Provinsi DKI berusaha proaktif terjun langsung kemasyarakat dalam rangka menghimbau semua segmen pemilih untuk menggunakan hak pilihnya pada Rabu, 11 Juli 2012.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas penelitian ini merekomendasikan beberapa hal yang berkaitan dengan sosialisasi peraturan dan mekanisme Pemilukada dalam membentuk kompetensi kewarganegaraan pemilih pemula. Rekomendasi ini disampaikan kepada beberapa pihak. Pihak-pihak yang dimaksud diantaranya adalah :

1. Kepada KPU Provinsi DKI Jakarta sebagai penyelenggara pemilihan gubernur dan Wakil Gubernur direkomendasikan untuk melakukan sosialisasi yang lebih inovatif dan efektif seperti roadshow kesekolah-sekolah dan melakukan simulasi pemungutan suara untuk pemilih pemula selain itu KPU Provinsi DKI Jakarta harus mengikutsertakan semua elemen masyarakat seperti tokoh-tokoh


(6)

193

Yulia Adhani, 2012

Sosialisasi Peraturan Dan Mekanisme Pemilukada Dalam Membentuk Kompetensi Kewarganegraan Pemilih Pemula

: Studi Kasus Sosialisasi Politik pada KPU Provinsi DKI Jakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

agama, akademisi, LSM, organisasi kepemudaan, organisasi perempuan dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya guna menyukseskan pemilihan Gubernur 2012 sehingga menghasilkan pemimpin yang berkualitas

2. Para akademisi atau komunitas akademik, khususnya kepada praktisi pendidikan seperti Guru dan Dosen Pendidikan kewarganegaraan direkomendasikan untuk berperan aktif dalam meramu materi tentang kepemiluan guna menanamkan pendidikan politik dan mengembangkan kompetensi kewarganegaraan sehingga dapat menjadikan pemilih pemula sebagai pemilih cerdas dalam rangka meningkatkan kualiatas demokrasi. 3. Kepada media massa direkomendasikan untuk memberikan informasi atau

berita yang netral, objektif, akurat dan berimbang tentang pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 serta memberikan tayangan yang mendidik kepada calon pemilih sehingga dapat menambah pengetahuan dan kedasaran pemilih agar berperan aktif dalam rangkaian pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012

4. Kepada partai politik direkomendasikan untuk melaksanakan pendidikan politik bukan hanya untuk kader-kader partai politik saja tetapi kepada pemilih pemula dan masyarakat luas sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab partai politik.