MENINGKATKAN KETERAMPILAN AKTIVITAS RITMIK TERSTRUKTUR BEBAS MELALUI PENDEKATAN FORMAL- INFORMAL DENGAN MEDIA MUSIK.

(1)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 21

C. Tujuan Penelitian ... 29

D. Manfaat Penelitian ... 30

E. Definisi Operasional ... 33

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani ... 35

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 35

2. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 39

3. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 40


(2)

2. Pembelajaran ... 46

3. Proses Belajar Mengajar ... 47

4. Konsep Belajar Keterampilan Gerak ... 49

5. Karakteristik Anak Sekolah Dasar... 53

6. Pendekatan Belajar Pendidikan Jasmani ... 55

7. Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SekolahDasar ... 56

8. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SekolahDasar... 58

9. Metode-Metode Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 60

10. Pendekatan Formal-Informal Dalam Pembelajaran Aktivitas Ritmik 79 C. Media Pembelajaran ... 85

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 85

2. Manfaat Media Pembelajaran ... 86

3. Media Musik ... 87

D. Aktivitas Ritmik ... 88

1. Kreativitas ... 90

2. Irama ... 93

3. Gerakan ... 94

4. Cha-Cha ... 96

5. Poco-Poco ... 102

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Rancangan Penelitian ... 105


(3)

C. Tahapan Penelitian ... 114

1. Tahap Persiapan dan Perencanaan Tindakan ... 114

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 117

3. Tahap Observasi ... 118

4. Tahap Refleksi ... 119

5. Tahap Perencanaan Tindakan Lanjutan ... 120

D. Instrumen Penelitian... 121

E. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 122

1. Teknik Pengumpulan Data ... 122

2. Analisis Data ... 124

3. Validasi Data ... 126

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal Penelitian ... 130

B. Paparan Data Tindakan ... 133

1. Paparan Data Siklus I ... 133

a. Perencanaan Pembelajaran ... 133

b. Pelaksanaan Pembelajaran ... 134

c. Evaluasi Pembelajaran ... 136

d. Data Hasil Belajar ... 139

e. Observasi dan Refleksi ... 141

2. Paparan Data Siklus II ... 146


(4)

d. Data Hasil Belajar ... 149

e. Observasi dan Refleksi ... 150

3. Paparan Data Siklus III ... 155

a. Perencanaan Pembelajaran ... 155

b. Pelaksanaan Pembelajaran ... 156

c. Evaluasi Pembelajaran ... 158

d. Data Hasil Belajar ... 159

e. Observasi dan Refleksi ... 160

4. Paparan Data Siklus IV ... 163

a. Perencanaan Pembelajaran ... 163

b. Pelaksanaan Pembelajaran ... 164

c. Evaluasi Pembelajaran ... 166

d. Data Hasil Belajar ... 166

e. Observasi dan Refleksi ... 168

C. Pembahasan ... ... 170

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 185

B. Saran ... 187

DAFTAR PUSTAKA ... 189

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 192


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Data Hasil Tes Awal Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas ... 11 4.1 Data Hasil Tes Awal Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas ... 132 4.2 Data Hasil Tes Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas Irama Cha-cha

Siklus I ... 139 4.3 Hasil Refleksi Pembelajaran Siklus I Melalui Media Musik Irama

Cha-cha... 145 4.4 Data Hasil Tes Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas Irama Cha-cha

Siklus II... 149 4.5 Hasil Refleksi Pembelajaran Siklus II Melalui Media Musik Irama

Cha-cha... 154 4.6 Data Hasil Tes Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas Irama Poco-poco

Siklus III ... 159 4.7 Hasil Refleksi Pembelajaran Siklus III Melalui Media Musik Irama

Poco-poco... 162 4.8 Data Hasil Tes Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas Irama Poco-poco

Siklus IV ... 167 .

4.9 Data Hasil Tes Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas Melalui Media


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Pendekatan Gabungan Formal – Informal (Sukarma 2001:7) ... 82 2.2 Langkah Dasar Cha-Cha ... 98 2.3 Langkah Dasar Poco-Poco ... 103 3.1 Bagan Penelitian model Spiral Kemmis & Mc.Taggar

(Wiriaatmaja R, 2005:66) ... 110 3.2 Alur Penelitian ... 110 3.3 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (Jurnal Pendidikan Dasar

Volume II, No. 2 September 2004) ... 111 4.1 Alur Belajar Aktivitas Ritmik Pola Mace and Benn ... 171


(7)

DAFTAR DIAGRAM

4.1 Diagram Batang Hasil Belajar Siklus I ... 140

4.2 Diagram Batang Hasil Belajar Siklus II ... 150

4.3 Diagram Batang Hasil Belajar Siklus III ... 160

4.4 Diagram Batang Hasil Belajar Siklus IV ... 168

4.5 Diagram Batang Hasil Belajar Melalui Media Musik... 175


(8)

Pendekatan Formal-Informal Melalui Media Musik

Siklus I ... 192

Lampiran 2. Rencana Pembelajaran Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas Menggunakan Pendekatan Formal-Informal Melalui Media Musik Siklus II ... 195

Lampiran 3. Rencana Pembelajaran Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas Menggunakan Pendekatan Formal-Informal Melalui Media Musik Siklus III... 199

Lampiran 4. Rencana Pembelajaran Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas Menggunakan Pendekatan Formal-Informal Melalui Media Musik Siklus IV... 203

Lampiran 5. Lembar Observasi Guru ... 207

Lampiran 6. Lembar Observasi Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 208 Lampiran 7. Lembar Observasi Keterampilan Bertanya Dasar ... 209

Lampiran 8. Lembar Observasi Keterampilan Menjelaskan ... 210

Lampiran 9. Lembar Observasi Keterampilan Memberikan Penguatan ... 211

Lampiran 10. Lembar Observasi Keterampilan Mengadakan Variasi ... 212

Lampiran 11. Lembar Observasi Keterampilan Mengelola Kelas dan Disiplin ... 213

Lampiran 12. Lembar Observasi Membimbing Kelompok Kecil ... 214

Lampiran 13. Lembar Observasi Siswa ... 215

Lampiran 14. Data Hasil Tes Keterampilan Aktivitas Ritmik Melalui Media Musik ... 217

Lampiran 15. Lembar Wawancara Siswa ... 218

Lampiran 16. Lembar Wawancara Guru ... 219

Lampiran 17. Komentar Kepuasan Siswa ... 220

B. Hasil Penelitian Lampiran 18. Data Awal Tes Keterampilan Aktivitas Ritmik Melalui Musik.. 221


(9)

Lampiran 22. Lembar Wawancara Siswa Siklus I ... 226

Lampiran 23. Lembar Hasil Member Cek Siklus I ... 227

Lampiran 24. Lembar Hasil Triangulasi Siklus I ... 228

Lampiran 25. Catatan Lapangan Siklus I ... ... 229

Lampiran 26. Lembar Observasi Guru Siklus II ... 230

Lampiran 27. Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 231

Lampiran 28. Data Hasil Tes Keterampilan Aktivitas Ritmik Cha-cha Siklus II ... 233

Lampiran 29. Lembar Wawancara Siswa Siklus II ... 234

Lampiran 30. Lembar Hasil Member Cek Siklus II ... 235

Lampiran 31. Lembar Hasil Triangulasi Siklus II ... 236

Lampiran 32. Catatan Lapangan Siklus II ... 237

Lampiran 33. Lembar Observasi Guru Siklus III ... 238

Lampiran 34. Lembar Observasi Siswa Siklus III ... 239

Lampiran 35. Data Hasil Tes Keterampilan Aktivitas Ritmik Poco-poco Siklus III ... 241

Lampiran 36. Lembar Wawancara Siswa Siklus III ... 242

Lampiran 37. Lembar Hasil Member Cek Siklus III ... 243

Lampiran 38. Lembar Hasil Triangulasi Siklus III ... 244

Lampiran 39. Lembar Hasil Audit Trial dan Pemeriksaan Sejawat Siklus III 245

Lampiran 40. Catatan Lapangan Siklus III ... 246

Lampiran 41. Lembar Observasi Guru Siklus IV ... 247

Lampiran 42. Lembar Observasi Siswa Siklus IV ... 248

Lampiran 43. Data Hasil Tes Keterampilan Aktivitas Ritmik Poco-poco Siklus IV ... 250


(10)

Lampiran 46. Lembar Hasil Triangulasi Siklus IV ... 253

Lampiran 47. Lembar Wawancara Guru Siklus IV ... 254

Lampiran 48. Catatan Lapangan Siklus IV ... 255

Lampiran 49. Komentar Kepuasan ... 256

Lampiran 50. Keputusan Direktur Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia... 257

Lampiran 51. Monitoring Pembimbing ... 259

Lampiran 52. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 261 Lampiran 53. Foto-foto Kegiatan Penelitian ..


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan hakikatnya adalah kebahagiaan, kesejahteraan, kemuliaan dan kemartabatan sumber daya manusia. Pendidikan secara operasional dirumuskan sebagai perwujudan manusia yang utuh, dan hendaknya secara aktif dapat berperan dalam pembangunan bangsa dan negara secara berkesinambungan dengan melibatkan seluruh komponen bangsa. Secara rinci hakikat pendidikan dikemukakan Raka Joni (Djoko Adi Walujo, 2008/2009) sebagai berikut:

1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subyek didik dengan kewibawaan pendidik. 2. Pendidikan merupakan upaya penyiapan subyek didik menghadapi; lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang cenderung semakin pesat. 3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat. 4. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.

Peserta didik adalah sekelompok manusia yang dengan upayanya dan dibantu upaya orang lain senantiasa meningkatkan kedewasaan dan kemandiriannya untuk dapat hidup dan mengikuti arus perkembangan pembangunan dunia. Pada hakikatnya peserta didik dikemukakan Raka Joni (Waini Rasyidin, 2006:96) sebagai berikut:

1. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan wawasan pendidikan seumur hidup.


(12)

2. Peserta didik mempunyai potensi, baik fisik maupun psikologis yang berbeda-beda sehingga masing-masing peserta didik adalah insan yang unik.

3. Peserta didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi.

4. Peserta didik pada dasarnya merupakan insan yang aktif mengahadapi lingkungan hidupnya.

Guru adalah manusia yang berupaya untuk meningkatkan kualitas kepribadian manusia, baik kemampuan dirinya maupun kemampuan manusia yang belum dewasa (siswa). Pada hakikatnya guru dikemukakan Raka Joni (Djoko Adi Walujo, 2008/2009) sebagai berikut:

1. Guru merupakan agen pembaharuan.

2. Guru berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat.

3. Guru sebagai fasilitator memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subyek didik untuk belajar.

4. Guru bertanggungjawab atas tercapainya hasil belajar subyek didik.

5. Pendidik tenaga kependidikan dituntut untuk menjadi contoh dalam pengelolaan proses belajar-mengajar bagi calon guru yang menjadi subyek didiknya.

Belajar-mengajar merupakan suatu proses interaksi pendidikan antara guru dengan siswa. Hakikat belajar mengajar dikemukakan Raka Joni (Djoko Adi Walujo, 2008/2009) sebagai berikut:

1. Peristiwa belajar-mengajar terjadi apabila subyek didik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru.


(13)

2. Proses belajar-mengajar yang efektif memerlukan strategi dan media/teknologi pendidikan yang tepat.

3. Program belajar-mengajar dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu system.

4. Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.

5. Pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktik serta materi dan metodologi penyampaiannya.

Keberhasilan dan kegagalan pendidikan sangat ditentukan oleh aplikasi asumsi faktor-faktor hakikat di atas, karena pendidikan merupakan sistem terprogram yang menyangkut, siswa, guru dan proses belajar mengajar. Guru sebagai manusia, sebagai komunitas masyarakat, dan pendidik akan senantiasa bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar dengan peserta didik. Tanggung jawab guru dalam proses belajar mengajar adalah profesi yang memerlukan keahlian dan kompetensi, sehingga proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik.

Proses gerakan back to basic pendidikan jasmani secara evolusioner terjadi melalui pencantuman Pendidikan Jasmani pada GBHN dan secara aktual berubah setelah adanya pembaharuan kurikulum nasional untuk persekolahan, dimana pendidikan jasmani berorientasi kepada kepentingan pendidikan.

Realisasinya di lapangan, kurikulum 1994 secara serempak diberlakukan di seluruh tanah air, namun di lain pihak para guru pendidikan jasmani masih tetap menerapkan model model pembelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan yang


(14)

masih mengarah kepada gerak-gerak spesialisasi kecabangan olahraga, tidak mengarah kepada pendidikan gerak yang menurut Rusli Lutan (1995/1996:7) bahwa pendidikan jasmani merupakan “proses pendidikan via gerak insani (Human Movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan“.

Kebijakan pemerintah tentang kualifikasi guru Sekolah Dasar Strata SI, diharapkan akan mampu mengoptimalkan kompetensi para guru SD dimasa yang akan datang, karena dimasa transisi kualifikasi ini kiprah para guru, terutama para guru penjas saat ini, tidak dipungkiri lagi masih banyak masalah-masalah fundamental yang menyangkut kompetensi dan distorsi tanggungjawab yang sangat menghawatirkan. Hasil observasi dan diskusi dengan para guru pendidikan jasmani di SD yang menyangkut ketersediaan, keterlaksanaan dan ketercapaian kurikulum ditemukan sejumlah pelanggaran dan keterbatasan kompetensi. Hal yang paling mendasar adalah ditemukan kebiasaan universal menganulir beberapa materi ajar. Salah satu materi ajar yang paling sering dan paling umum mendapat kesulitan dalam pembelajarannya adalah materi Senam Irama (Kurikulum 1994), atau materi Aktivitas Ritmik (Kurikulum 2004 dengan Berbasis Kompetensi/KBK). Para guru Pendidikan Jasmani SD mayoritas adalah lulusan SGO yang melanjutkan program DII di LPTK UPI dan Universitas Terbuka, dan memperoleh materi kuliah yang memadai tentang aktivitas ritmik, namun jika ternyata para guru merasakan kesulitan dengan aktivitas ritmik tentunya ada hal-hal perlu mendapat kajian dan penelitian sehingga kesulitan itu dapat terselesaikan dan target kurikulum dapat tercapai dengan baik.


(15)

Fenomena pelanggaran ini sebetulnya telah terjadi sejak lama dan bersifat menyeluruh, bahkan nampaknya Kelompok Kerja Guru (KKG) pun, tidak berupaya dan tidak membuat solusi sehingga penyelewengan profesi ini dianggap biasa-biasa saja.

Senam irama atau aktivitas ritmik seringkali disebut sebagai senam wanita, mengingat karakter geraknya yang lemah gemulai mengikuti alunan irama musik. Sedangkan guru pendidikan jasmani dan olahraga yang mayoritas laki-laki memiliki latar belakang karakter yang keras sebagai dampak dari kegiatan dan hobinya pada olahraga keras seperti permainan yang banyak mengakibatkan distorsi fair play dan sportivitas.

Manusia adalah mahluk yang harus dididik dan memiliki potensi untuk mendidik dirinya sendiri dalam segala hal, sebagaimana ditulis Waini Rasyidin (2006:96) bahwa, “Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi yang selalu mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal dunia, dan perubahan-perubahan terjadi bertahap, tatapi secara wajar”. Guru sebagai pendidik harus mampu menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga potensi-potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal, diantara potensi-potensi tersebut lebih lanjut ditulis Waini Rasyidin adalah,”intelektual, cipta, rasa, karsa, kesadaran moral, keterampilan fisik dan perkembangan jasmani”. Hakekat hidup manusia adalah “rithme”, kehidupan manusia adalah sebuah irama atau irama kehidupan dan aktivitas manusia selalu tidak pernah terlepas dari ritmik. Allah pencipta alam telah memberikan keindahan kepada manusia dan alam ini, berupa struktur alam dan tata hidup alam yang berirama sehingga terjadi fenomena alam dan warna


(16)

hidup yang indah. Secara intrinsik aktivitas hidup manusia tertata rapih dengan irama, detak jantung, pernapasan, langkah kaki, ayunan tangan, pola gerak dan pola kerja organik lainnya senantiasa secara alamiah akan sesuai dengan irama kondisi aktivitas organiknya. Secara ektrinsik alam dan lingkungannya telah menyajikan suasana indah berupa sajian audio berirama berupa audio alam murni seperti gemericiknya air hujan, kicau burung di pegunungan, desir ombak di lautan, sampai suara kodok malam hari di pesawahan, dan audio rekayasa manusia seperti suara nyanyian pembajak sawah dengan kerbaunya, suara penggergaji, suara ronda malam dan segala jenis musik baik tradisional maupun modern. Manusia bisa belajar dari manusia, baik dirinya sendiri maupun orang lain karena manusia telah diberi kesempurnaan dan memiliki potensi untuk dipelajari dan alam dengan segala keanekaragamannya, keindahannya dan dinamisasinya dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

Pembelajaran senam irama atau aktivitas ritmik dengan nuansa gerak dan kepribadian yang lemah lembut, penuh kehalusan gerak, keindahan pada tatanan fisik, mental dan emosi, menjadikan para guru pendidikan jasmani merasa berada pada suasana yang agak asing dari kemampuan dan kepribadiannya. Para guru kurang menikmati proses pembelajaran dan kurang mampu membuat situasi belajar yang menyenangkan para siswanya saat belajar.

Masalah di atas dapat mengganggu keterlaksanaan pembelajaran aktivitas ritmik di sekolah dasar, padahal kehadiran senam irama atau aktivitas ritmik dalam kurikulum pendidikan jasmani adalah untuk mengimbangi terbentuknya sikap-sikap yang bertendensi keras atau kasar sebagai dampak dari pembelajaran


(17)

olahraga yang memiliki karakter keras seperti pada olahraga permainan atau beladiri.

Kurang optimalnya pembelajaran aktivitas ritmik ini akan mengurangi optimalisasi kemampuan siswa akan terbentuknya nilai-nilai estetika pada tatanan fisik, yang meliputi kawasan organik dan motorik. Pada tatanan cognitif akan mengurangi kepekaan perasaan siswa pada perilaku berpikir dan penentuan sikap. Sedangkan pada tatanan afektif akan mengurangi kepekaan perasaan siswa pada pengendalian emosional dan kepekaan sosial. Pada tingkat yang lebih ekstrim akan menimbulkan distorsi-distorsi nilai yang menyangkut nilai kepribadian, nilai kemasyarakatan, nilai berbangsa bernegara ataupun pada nilai-nilai kemanusiaan. Apakah fenomena pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia dengan berbagai keberingasan yang ada saat ini mencerminkan dampak kurang optimalnya pendidikan estetika, nilai dan norma?.

Di dalam Kurikulum Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) SI Guru Penjas terdapat mata kuliah Musik dan Gerak dengan bobot 2 SKS. Keberadaan mata kuliah ini sejalan dengan kandungan Kurikulum Penjas SD yang memuat materi Aktivitas Ritmik yang terstruktur mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya nilai-nilai harmonisasi hidup dengan nuansa keindahan, kehalusan terintegrasi, dengan nuansa hidup yang keras penuh tantangan dan persaingan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan seperangkat rambu-rambu belajar dengan maksud membentuk dan mengembangkan kompetensi dasar manusia agar mampu hidup sejahtera lahir batin. Perimbangan kematangan lahir


(18)

batin tidak lain adalah kesejahteraan dan kecerdasan society, yakni sebuah kemampuan untuk mengintegrasikan semua potensi kesejahteraan dan intelegensi dalam tatanan kehidupan yang hakiki.

Pembelajaran pendidikan jasmani di SD cenderung masih bernuansakan pendidikan olahraga, guru masih menjadikan bahan ajar sebagai tujuan, tidak menjadikannya sebagai alat/media belajar, suasana belajar masih kaku dengan metode-metode yang berpusat pada guru, sementara murid hanya dijadikan sebagai objek belajar. Penggunaan metode konvensional seperti demonstrasi, komando, bahkan drill sangat dominan dilakukan guru. Domain Psikomotor sangat mendominasi tatanan keberhasilan belajar. Siswa kurang diberi kesempatan untuk menggali, mengembangkan potensi dan membuat keputusan sehingga domain pengetahuan dan sikap kurang terkembangkan. Fenomena ini ditulis Rusli Lutan (2001:6) sebagai “Belajar tidak membuat siswa belajar”, selanjutnya Rusli Lutan menulis bahwa;

...kelemahan dalam pengajaran pendidikan jasmani adalah pengajaran yang dilaksanakan oleh guru pendidikan jasmani tidak berhasil membangkitkan suasana belajar. Guru mengatakan ia telah mengajar, tetapi ia sebenarnya tidak mengajar. Pengajaran pendidikan jasmani yang sukses, mampu membangkitkan proses pada anak.

Wacana keluhan guru tentang rendahnya tingkat ketercapaian kurikulum tidak pernah terdengar, tetapi fakta kegagalan Ujian Akhir Nasional merebak di mana-mana, sementara siswa yang ikut bimbingan belajar banyak yang lulus, kasus demikian menandakan tidak optimalnya proses pembelajaran. Di dalam pendidikan jasmani, guru selalu menyajikan pembelajaran sesuai dengan


(19)

ketentuan metodologis, urutan pembelajaran dikemas melalui tahapan Pemanasan-Inti dan Penenangan, tetapi pada praktiknya tatkala anak akan melakukan kegiatan olahraga urutan-urutan tersebut tidak pernah dilaksanakan sehingga berakibat terjadinya cedera, hal demikian menggambarkan bahwa mengajar yang tidak membuat anak belajar.

Hal lain yang menghambat tercapainya tujuan adalah kurang atau tidak adanya alat dan media pembelajaran yang memadai, seperti contoh dalam pembelajaran aktivitas ritmik, media yang dipergunakan hanya menggunakan aba-aba tepuk tangan atau nyanyian-nyanyian siswa secara langsung. Padahal kehadiran media belajar sangat menentukan optimalisasi ketercapaian tujuan belajar, yang pada pelaksanaannya guru dapat mengembangkan media belajar ini secara sederhana sesuai dengan lingkungan belajar, sebagaimana ditulis Supartono (2000:3) bahwa media adalah “segala hal yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta pirantinya untuk kegiatan tersebut”.

Fokus masalah penelitian ini berawal dari diskusi perkuliahan dengan guru-guru pendidikan jasmani, pada tanggal 26 April 2007 di Kampus UPI Sumedang, adalah bahwa terdapat dua materi kurikulum yang ketercapaiannya kurang optimal, yakni materi pembelajaran Aktivitas Air dan Aktivitas Ritmik. Materi Aktivitas Air sangat dimungkinkan karena fasilitas yang tidak memungkinkan, karena banyak SD yang berlokasi jauh dari kolam renang terutama yang berlokasi di pegunungan. Sedangkan materi Aktivitas Ritmik hanya disampaikan dengan materi Aktivitas Ritmik Terstruktur Baku (SKJ) saja, dengan alasan kurang jelas, namun cenderung dikarenakan faktor kompetensi guru. Berbekal hasil wawancara


(20)

ini peneliti memfokuskan penelitian kepada Aktivitas Ritmik. Kemudian peneliti menindak-lanjutinya dengan mendatangi SD Sukamaju untuk melakukan diskusi dengan guru penjas, kepala sekolah dan guru kelas IV. Temuan hasil diskusi adalah :

1. Pembelajaran Aktivitas ritmik di SD Sukamaju dilaksanakan sebagaimana tuntutan kurikulum. Namun demikian menyetujui jika masih terkendala dalam optimalisasinya.

2. Menyetujui dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas, yang dilaksanakan oleh peneliti secara kolaboratif dengan melibatkan tiga orang guru penjas dan satu orang guru kelas IV.

3. Menyetujui materi pembelajaran yang diteliti adalah Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas.

4. Menyetujui untuk melakukan tes awal tanggal 8 Maret 2008 untuk memperoleh data lapangan/data empirik.

5. Pelaksanaan penelitian diselenggarakan di SD Sukamaju dan di Kampus UPI Sumedang.

Berdasarkan tes keterampilan aktivitas ritmik terstruktur bebas ditemukan data hasil tes awal sebagaimana tergambar pada Tabel 1.1.


(21)

Tabel 1.1

Data Hasil Tes Awal Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas

Kategori

Gerak Pola Gerak Irama Fleksibilitas Kontinuitas

Jml = RN 4

RN

X 100 =% N Kurang Cukup Baik Baik Sekali N N N N 17 5 4 -16 6 4 -18 4 4 -20 4 2 -17.75 4.75 3.5 -68.27% 18.27% 13.46%

-Jumlah 26 26 26 26 26 100%

Data hasil tes menggambarkan bahwa keterampilan anak kelas IV SDN Sukamaju dalam melakukan aktivitas ritmik terstruktur bebas adalah sebagai berikut:

1. Kategori Kurang adalah 68.27%. 2. Kategori Cukup adalah 18.27 %. 3. Kategori Baik adalah 13.46%. 4. Kategori Baik Sekali adalah 0 %.

Hasil di atas menunjukkan bahwa kategori baik 13.46% sangat jauh dari batas Ketercapaian Kompetensi Minimal (KKM) yang ditentukan pihak sekolah sebesar 70%. Hal ini menggambarkan bahwa kreativitas anak kurang berkembang dengan baik karena guru selalu menyampaikan materi yang baku dengan pendekatan belajar formal. Sehingga tidak memberikan kesempatan kepada para


(22)

siswa untuk kreatif mengembangkan hasil belajarnya secara mandiri. Selain dari hasil tes, dapat teramati pada saat observasi dimana sebagian besar anak-anak melakukan gerak selalu melihat dan meniru gerakan teman-temannya atau guru. Hal demikian membuktikan bahwa siswa kesulitan dalam melakukan gerak mengikuti musik yang disajikan penguji, walaupun materi aktivitas ritmik ini telah disampaikan sebelumnya dengan jenis irama musik pengiring yang telah dipelajarinya.

Hasil observasi dan tes menyimpulkan bahwa yang menjadi kesulitan siswa adalah:

1. Membuat variasi gerakan. 2. Membuat rangkaian gerakan. 3. Beradaptasi dengan irama musik.

4. Takut berbuat salah sehingga kepercayaan dirinya kurang.

Secara spesifik penyebab utama kesulitan ini peneliti meninjau dari dua sisi, yakni meliputi kreativitas guru untuk mengembangkan proses pembelajaran dan kreativitas siswa dalam belajar, sesuai dengan pengertian “Aktivitas Ritmik anak adalah kegiatan berairama untuk anak-anak. Kegiatan ini berbentuk gerakan-gerakan berirama yang kreatif” (Sutoto, 1993:21).

Kinerja guru dalam mengembangkan pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi harus terencana dan terintegrasi dengan baik, sehingga mampu membuat keputusan-keputusan belajar yang bulat dalam membentuk seluruh aspek perkembangan siswa yang komprehensif, terutama dalam mengembangkan kreativitas, sebab pengembangan kreativitas pada post


(23)

modern ini menjadi pilar kehidupan yang sangat penting, karena hanya orang-orang yang kreatiflah yang akan mampu hidup mandiri dalam pasca moderen ini. Dalam hal pembelajaran jangan dilaksanakan asal-asalan agar hasil belajar tidak sekenanya atau kebetulan. Sebagaimana ditulis Djoko Adi Waluyo (2008/2009), sebagai berikut:

Memahami segala sesuatu secara “serampangan” atau sekenanya, akan berkonsekuensi pada pengambilan keputusan yang sekenanya. Artinya keputusan yang sekenanya mengandung ketidak pastian (uncertainty). Sebaliknya jika kita melihat secara komprehensif, holistik, maka keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang bulat dan utuh, konsekuensinya keputusan tersebut dijamin tingkat keakurasiannya dan menuju ke ranah kepastian (certanty).

Pembelajaran pendidikan jasmani masih menekankan pada pengembangan psikomotor, masih kurang membelajarkan anak dalam domain kognitif dan afektif, sehingga sikap dan pengetahuan anak/nalar anak dan kreativitas anak kurang terkembangkan. Pembelajaran cenderung berfokus pada guru (teacher centered) yang berdampak pada rendahnya keberanian anak dan sempitnya wawasan berpikir anak. Dari segi teknik mengajar kurang adanya variasi mengajar sehingga siswa cepat bosan, tidak menantang siswa untuk bereksplorasi melakukan penelitian dan penyelidikan, tidak memberikan ruang yang besar kepada siswa untuk belajar menemukan hasil belajarnya berdasarkan potensi siswa yang berbeda-beda.

Sarana dan prasarana olahraga merupakan bagian dari sarana dan prasarana pendidikan jasmani, karena olahraga merupakan bagian dari pendidikan jasmani. “Bahan ajar yang diberikan dalam pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani. Itu dapat berupa permainan, tari-tarian, dan latihan-latihan” (Abdulkadir, Ateng,


(24)

1992:5). Sarana dan prasarana pendidikan jasmani di tiap sekolah selayaknya lebih edukatif, lengkap dan memadai. Dalam hal pengadaan alat-alat ini sangat memerlukan inovasi guru untuk memodifikasi alat dan fasilitas belajar sesuai dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak. Fakta di lapangan menunjukan bahwa alat-alat olahraga sangat kurang, sementara alat-alat modifikasi bermain yang edukatifpun tidak ada. Hal ini juga menjadi inti penyebab permasalahan dalam penelitian ini, yang diperkuat oleh Rusli Lutan (1997:96) pada sebuah jurnal bahwa :

Keadaan tersebut merupakan akumulasi pengaruh beberapa faktor seperti ketiadaan sarana prasarana olahraga, rendahnya kepedulian kepala sekolah, kekurangan guru spesialis pendidikan jasmani dan kemampuan guru pendidikan jasmani dalam mengorganisasi dan mengelola bidang studi tersebut.

Kompetensi dasar keguruan atau standar kompetensi guru merupakan standar normatif yang harus dimiliki oleh setiap guru. Komponen standar kompetensi guru ini adalah “sikap dan kepribadian” yang meliputi, “pengelolaan pembelajaran dan pendidikan, kompetensi akademik/ vokasional, pengembangan profesi” (Depdiknas ; 2004:6). Selanjutnya komponen-komponen tertulis di atas dijabarkan sebagai berikut :

Komponen Kompetensi Pengelolaan pembelajaran dan Wawasan kependidikan, yang terdiri atas :

Sub Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran : 1. Menyusun rencana pembelajaran


(25)

3. Menilai prestasi belajar peseta didik

Keterampilan mengajar adalah akumulasi dari kompetensi individual. Kompetensi-kompetensi di atas akan melahirkan seni mengajar. Seni mengajar merupakan cerminan keahlian seseorang dalam pembelajaran agar pelajaran dapat dinikmati dan membuat selera siswa untuk belajar. Ilmu dan seni pada konsep belajar mengajar olahraga secara umum baik pada intrakurikuler maupun ekstra kurikuler disebut pedagogi olahraga, dan ditulis Adang Suherman (1998:1) sebagai berikut :

Pedadogi Olahraga dapat diartikan sebagai cabang disiplin ilmu pengetahuan olahraga (sport medicine) yang membahas tentang pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan-keterampilan dasar mengajar yang sangat diperlukan bagi para guru dalam mengajar olahraga sehingga siswa atau anak didik dapat belajar dan meraih tujuan pembelajaran dengan efektif dan efesien dari pada hanya sekedar belajar sendiri tanpa adanya bantuan guru yang mengajar.

Selanjutnya Siedentop (1991), dalam Adang Suherman (1998:2), menulis bahwa; ‘Pedagogy can be difined as the skillful arrangement of an environment in such a way that students acquire specifically intended learnings’. Pedagogi dapat diartikan sebagai rekayasa sebuah lingkungan dengan terampil sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan tujuan pembelajarannya.

Model-model yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dikemukakan Remy Muchtar (1995:7) meliputi : “model pendidikan jasmani perkembangan (Developmental Physical Education), model permainan (Play Education) dan model pendidikan gerak (Movement Education)“. Apapun model pendekatan yang dikembangkan, Remy Muchtar lebih lanjut menulis:


(26)

1. Memberi kesempatan kegiatan maksimal bagi anak 2. Kegiatan lebih berpusat pada anak (Child Centered)

3. Wawasan lebih efektif dibentuk secara langsung dan bukan hanya sebagai dampak pengiring

4. Lebih mengembangkan keterampilan kognitif secara langsung 5. Lebih mengarah kepada pola keberhasilan

6. Siswa lebih diperlakukan sebagai pembuat keputusan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani sebaiknya diarahkan pada pembelajaran yang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa, sehingga mereka terlibat langsung dalam beragam pengalaman belajar dan mendorong perkembangan multilateral, tidak seperti halnya pada kontek olahraga yang cenderung pada gerak spesifik kecabangan .

Strategi pembelajaran lebih cenderung bersifat pemecahan masalah secara terintegrasi yang melibatkan fase-fase pengembangan aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek perilaku dengan berbagai metode dan pendekatan belajar yang bervariasi, tidak hanya disampaikan dalam satu metode secara instruksional atau komando saja.

Pendekatan pembelajaran dikolaborasikan antara metode yang berpusat pada guru dengan metode yang berpusat pada siswa, perpaduan metode ini selanjutnya dikatakan sebagai penerapan pendekatan formal-informal.

Di dalam penerapan pendekatan formal peran guru adalah subyek belajar sementara peran siswa hanya sebagai obyek belajar, sebagaimana dikatakan Sukarma (2001:4) bahwa’ ”Proses pengajaran terlalu didominasi oleh guru.


(27)

Dengan metode ini gurulah yang mengatur dan menentukan kegiatan siswa dari permulaan sampai akhir pengajaran. Tugas siswa adalah melihat, mendengar, mencatat, menghapal atau berlatih dan kemudian mengikuti ujian”.

Aktivitas ritmik adalah bagian dari senam atau senam irama, dengan kategori gerak stabilisasi, lokomosi dan manipulasi baik tertutup maupun terbuka. Sebagai bagian dari senam dalam pengajarannya siswa dituntut untuk memberikan respon yang relatif stabil, terkontrol berbeda dengan pembelajaran permainan, sebagimana ditulis Sukarma (2001:6) bahwa;”...dalam hal belajar senam siswa dituntut untuk menguasai teknik gerakan dengan benar, jadi semua siswa diharapkan memberikan respon yang sama. Maka pada fase ini guru akan lebih baik menggunakan pendekatan formal dengan gaya komando”.

Pendekatan informal merupakan pendekatan yang menekankan agar siswa belajar. Pada situasi belajar diharapkan agar seluruh pribadi siswa berkembang.

Aktivitas ritmik terstruktur bebas merupakan aktivitas berirama yang dilakukan secara bebas, tidak dibatasi dengan rambu-rambu gerak yang baku atau rambu-rambu musik yang baku sebagaimana SKJ yang dibakukan secara nasional. Aktivitas ini dapat dikembangkan secara mandiri oleh siswa atau diciptakan siswa bersama guru dengan musik pengiring yang dibuat sendiri dan untuk dinikmati sendiri atau orang lain. Dengan karakteristik demikian harus tercipta situasi belajar yang mencerminkan belajar kelompok, kerja sama untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, sebagaimana ditulis Sukarma (2001:6) bahwa;” ...apabila yang menjadi tujuan adalah memupuk kerja-sama, inisiatif, kreativitas dan keorganisasian siswa, maka pendekatan informal dengan gaya penugasan,


(28)

kelompok kecil, dan pemecahan masalah dan lain sebagainya akan lebih mencapai sasaran.

Penerapan pendekatan formal-informal dalam penelitian ini meliputi penerapan metoda ceramah, metoda demonstrasi metoda komando, metode tugas, metode diskusi, metode tanya jawab, metoda penemuan dan metoda eksplorasi kelompok kecil.

Pembelajaran aktivitas ritmik menggunakan pendekatan formal–informal akan memperoleh hasil yang optimal dengan pertimbangan bahwa, pembentukan gerak dasar aktivitas ritmik cukup rumit sehingga pada awal pembelajaran memerlukan proses pembelajaran yang seksama, disiplin dan bertanggungjawab, sehingga diperlukan pendekatan belajar yang mencerminkan suasana yang serius dan disiplin. Untuk itu pendekatan yang relevan dengan kondisi demikian adalah pendekatan formal yang terdiri dari metode ceramah, demonstrasi dan komando.

Dalam rangka mengembangkan kreativitas siswa berdasarkan potensi siswa secara individual, kolektif dan memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk belajar dengan modal kemampuan teknik dasar gerak yang telah dimiliki, maka penerapan pendekatan informal akan memberikan peluang yang besar pada anak untuk mengembangkan bahan ajar secara mandiri dan kelompok. Perlu diingat dalam hal ini anak-anak punya potensi untuk berkembang karena anak adalah mahluk bergerak yang punya potensi bergerak, sedangkan musik bersifat universal, siapapun memiliki apresiasi terhadap musik.

Musik adalah “bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang” (Anonymous, 2008). Di


(29)

antara definisi sejati tentang musik adalah “Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik” (Anonymous,2008).

Irama musik cha-cha, poco-poco, rok dan lain sebagainya merupakan bagian dari aliran musik diatonis. “Diatonis berasal dari bahasa Yunani “diatonikos” yang artinya Merenggangkan”. (Anonymous,2008). Sedangkan “skala diatonis adalah komponen dasar teori musik dunia barat. Skala diatonis memiliki tujuh not yang berbeda dalam satu oktaf. Not-not ini adalah not-not putih pada piano. Dalam notasi solmisasi, not-not tersebut adalah”Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si”.

Musik irama cha-cha dan poco-poco versi dangdut merupakan jenis musik diatonis yang cenderung lebih dikenal anak-anak, sering didengar, lebih dipahami, beredar di masyarakat luas, lebih universal, menasional bahkan mendunia sebagaimana kutipan di atas sebagai komponen dasar teori musik dunia barat. Sedangkan musik pentatonis merupakan jenis musik tradisional dengan lingkup lokal yang cenderung kurang dikenal anak-anak, sehingga diperkirakan sebagian besar anak-anak, apalagi di perkotaan kurang memiliki apresiasi terhadap musik jenis ini.

Dengan melakukan gerakan aktivitas ritmik terstruktur bebas mengikuti media musik yang lebih diapresiasi anak diprediksi akan lebih mudah untuk mengoptimalkan hasil belajar aktivitas ritmik.

“Irama Cha-cha dan Poco-poco adalah sama dengan irama Mars, yakni memiliki birama 4/4, yang berarti bahwa pada setiap di antara dua garis birama


(30)

dalam lagu tersebut mempunyai empat (4) hitungan (1,2,3,4)”(Sutoto dkk, 1993:355).

Pendekatan pembelajaran aktivitas ritmik terstruktur bebas melalui pendekatan formal-informal dan penggunaan media musik, diprediksi dapat menutupi kekurangan-kekurangan kompetensi guru, dan sekaligus akan lebih menghidupkan suasana/iklim belajar pendidikan jasmani di sekolah dasar serta akan menyelesaikan kesulitan belajar siswa, sesuai dengan konsep pendidikan jasmani yang menurut Rusli Lutan (1995/1996:1-2) sebagai berikut :

Pertama; penjaskes merupakan upaya sistematis untuk mengembangkan kepribadian anak, seperti pengembangan hormat diri (self esteem), kepercayaan diri, toleransi sesama kawan, dan lain-lain.

Kedua; isi dari tugas ajar (learning tasks) diselaraskan dengan perkembangan anak. Suasana kegiatan lebih bebas untuk menyatakan diri dan bermain secara leluasa untuk mengenal lingkungan dalam situasi yang menggembirakan.

Ketiga; Jika arah pengajaran pada keterampilan cabang olahraga, arahkan tekanan pada pengembangan gerak umum yang menyeluruh, namun tugas gerak, alat dan pelaksanaannya diubah sesuai dengan kemampuan anak.

Keempat ; Model pembelajaran lebih banyak ditandai oleh pemberian kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan diri, berinisiatif dan memecahkan masalah secara kreatif, guru berperan mengelola PBM.

Kelima; Meskipun TIU dan TIK adalah sasaran belajar, tetapi upaya dampak pengiring positif seperti pengembangan nalar, disiplin, kejujuran dan lain-lain dikembangkan.


(31)

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya permasalahan yang utama pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN Sukamaju pada materi aktivitas ritmik terstruktur bebas. Hal ini disebabkan oleh metoda pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat, sehingga siswa kurang aktif, pembelajaran terpusat pada guru, motivasi belajar siswa rendah, karena kurang diberi kebebasan untuk berekspresi mengembangkan kreativitasnya.

Masalah di atas akibat dari penerapan metode yang kurang berpihak pada pertumbuhan dan perkembangan siswa tetapi berpihak pada bahan ajar sebagai tujuan, seperti penerapan metode ceramah, demonstrasi dan komando, hasilnya adalah anak belajar tetapi makna belajarnya tidak ada.

Hal ini perlu diteliti mengingat tujuan pendidikan adalah mewujudkan manusia yang utuh. Pematangan otak kanan dan otak kiri pada anak-anak harus dikembangkan secara seimbang sebagaimana ditulis Conny Semiawan (1990/1991: 6) bahwa;

... meningkatkan kualitas perkembangan kognitif, diusahakan pengajaran dan pendidikan yang lebih ditujukan pada latihan meneliti dan menemukan. Pembebanan otak dengan pengetahuan hapalan, latihan ulangan, drill yang berlebihan tidak akan mewujudkan penanjakan perkembangan kognitif, melainkan akan menjadikan siswa tidak berpikir kreatif, yang mengarah kepada hasil (produk) berpikir yang konvergen.


(32)

Dalam segi kognitif kehausan belajar anak SD sangat meningkat, tetapi sering terganjal dengan proses belajar mengajar yang kurang berpihak pada siswa, seperti ditulis Conny Semiawan (1990/1991:8) sebagai berikut; “...karena di sekolah sering “dihujani” drill, memorisasi, latihan hapalan sehingga terjadi Creativitys Drops”. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kreativitas anak, seyogyanya informasi persepsi banyak diberikan melalui metode penemuan, sehingga proses belajar diorientasikan kepada pendekatan keterampilan “mengelola perolehan”, melalui metode-metode mengajar variatif yang lebih berpusat pada siswa.

Permasalahan penelitian ini berada pada kawasan pembelajaran pendidikan jasmani, dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan harapan terjadi peningkatan kualitas hasil belajar siswa. Hal-hal yang menjadi acuan peningkatan kualitas pembelajaran mengacu kepada pengelolaan pembelajaran yang meliputi; perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, kendala-kendala pembelajaran dan upaya-upaya mengatasi masalah perbelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran aktivitas ritmik di atas maka diterapkan pendekatan formal-informal melalui media musik, dengan harapan mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas ritmik terstruktur bebas, mampu memaknai gerakan dan dapat memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Agar kegiatan penelitian ini lebih terarah, maka permasalahannya dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :


(33)

1. Bagaimana merencanakan pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas melalui pendekatan formal-informal dengan media musik di kelas IV SD Sukamaju kabupaten Sumedang ?

2. Bagaimana melaksanakan pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas melalui pendekatan formal-informal melalui musik ?

3. Bagaimana mengevaluasi pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas melalui pendekatan formal-informal melalui media musik ?

4. Seberapa besar hasil pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas melalui pendekatan formal-informal melalui media musik?

5. Hambatan-hambatan apa sajakah yang terjadi dalam pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas melalui pendekatan formal-informal melalui media musik ?

6. Upaya-upaya apa sajakah yang dapat dilakukan dalam mengatasi hambatan- hambatan pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas melalui pendekatan formal-informal melalui media musik ?

Sebagai bagian dari prosedur penelitian ini adalah menentukan landasan teori dan menentukan tindakan pemecahan masalah.

Pembelajaran Pendidikan jasmani konvensional yang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang tradisional menghasilkan sikap, perilaku dan hasil belajar yang kurang mencerminkan pengembangan kreativitas anak. Kurangnya pengembangan kreativitas siswa akan sangat menghambat terhadap kemampuan kemandirian dan meningkatkan sikap ketergantungan kepada orang lain. Hal demikian sangat bertentangan dengan nilai inti (core values) yang harus terjadi


(34)

melalui pembelajaran. Sebagaimana ditulis Waini Rasyidin dkk (2006:157) sebagai berikut : “... menunjuk substansi kemandirian (independence) menjadi sebuah nilai inti yang harus dikembangkan”. Maksud nilai kemandirian menurut Waini Rasyidin (2006 : 157) adalah:

... berupa kemampuan membuat keputusan sendiri setelah secara matang memperhitungkan berbagai kondisi lingkungan. Nilai kemandirian, pada tingkat individual, kolektif, maupun nasional sesungguhnya hanyalah terjadi oleh dukungan keberdayaan, yaitu adanya kekuatan yang dapat digunakan untuk menghadirkan dampak yang diinginkan. Keberdayaan bercirikan kesadaran akan kemampuan diri, pemahaman yang sehat terhadap kenyataan kehidupan, pola kehidupan yang sehat, bebas dari perasaan takut, keberanian untuk berfikir dan bertindak, memiliki informasi yang memadai untuk menjalani kehidupan, dan memiliki keteguhan pendirian.

Sebagai bagian dari senam aktivitas ritmik memiliki kaidah-kaidah gerak teknis mendasar yang harus dipenuhi, di mana gerakannya harus sistimatis dalam rangka membentuk kepribadian siswa yang harmonis. Penggunaan pendekatan formal-informal yakni memadukan karakteristik metoda yang berpusat pada guru dan metoda yang berpusat pada siswa sangat relevan dengan karakteristik materi aktivitas ritmik terstruktur bebas yang berisikan karakteristik gerak yang memiliki teknik gerak dasar yang harus dikuasai anak secara seragam yang dilanjutkan dengan gerak gerak pengembangan berdasarkan kreativitas guru dan kreativitas siswa. Fokus belajar dengan kategori materi tehnik dasar senam akan ideal dengan menggunakan pendekatan formal (komando, ceramah, demonstrasi), dilanjutkan dengan pengembangan teknik dasar menjadi pengembangan rangkaian gerak dengan mengoptimalkan kreativitas siswa melalui pendekatan informal (diskusi,


(35)

tugas, tanya-jawab, eksplorasi). Pengembangan pendekatan formal-informal ini bisa dikatakan sebagai metoda gabungan.

Salah satu kriteria dalam penentuan tujuan pembelajaran adalah Condition, penentuan tujuan dan proses yang berlangsung harus sesuai dengan kondisi yang ada, pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada harus dioptimalkan. Menggunakan aba-aba tepuk tangan, bilangan, nyanyian saja dalam pembelajaran aktivitas ritmik terstruktur bebas hanya akan menghilangkan kreativitas guru dan kreativitas siswa saja, sekaligus akan menghambat pengembangan kemampuan appresiasi siswa terhadap musik. Pemanfaatan musik diatonis sebagai media belajar gerak ritmik akan sangat mudah dan membantu siswa untuk melakukan aktivitasnya mengingat pada zaman sekarang ini anak lebih mengenal musik-musik diatonis dari pada musik-musik pentatonis, dan keberadaannya di pasaran lebih banyak.

Peneliti beranggapan bahwa pembelajaran Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas melalui pendekatan Formal-Informal dan media musik, akan meningkatkan kualitas pembelajaran, sekaligus meningkatkan kemampuan anak dalam melakukan aktivitas ritmik terstruktur bebas. Hal ini didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut:

1. Gerak dasar aktivitas ritmik terstruktur bebas merupakan gerak yang tidak terpola, sehingga bentuk yang dipelajari sangat mungkin pernah dilakukan oleh anak.


(36)

2. Kompleksitas gerak sangat relatif, namun demikian gerak dasarnya perlu dipahami secara teknik dengan baik melalui metode yang tepat untuk mengajarkan teknik.

3. Pengembangan gerak dapat dikemas dengan bebas sesuai dengan karakteristik dan kemampuan siswa dengan berpedoman kepada kemampuan gerak dasar yang disepakati dan dipahami siswa.

4. Berdasarkan hasil observasi dan tes awal terdapat beberapa anak yang bisa melakukan pola gerak dasar, walaupun tidak bisa melakukan rangkaian gerak. 5. Irama cha-cha merupakan irama yang dinamis merangsang dan menantang

anak untuk bergerak dan sudah akrab ditelinga para siswa.

6. Media belajar sangat banyak dipasaran sehingga anak dapat membeli kaset dengan bebas di toko-toko atau menggunakan kaset yang ada dengan irama yang sesuai untuk berlatih di luar jam pelajaran baik di sekolah atau di rumah.

Untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka dikembangkan suatu metode penelitian pembelajaran yang dapat menyelesaikan permasalahan. Metode penelitian pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas praktik pembelajaran itu adalah melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Permasalahan penelitian adalah berkaitan dengan kemampuan hasil belajar dan pengembangan kreativitas siswa dalam belajar aktivitas ritmik. Mengacu pada permasalahan di atas, maka penulis berkeyakinan bahwa untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pembelajaran aktivitas ritmik terstrutur bebas dengan menerapkan pendekatan formal-informal melalui


(37)

media musik. Penelitian ini akan menyelesaikan permasalahan di atas karena pada praktiknya, penerapan metode akan bervariasi, dimana pada saat penerapan pendekatan formal melalui ceramah, demonstrasi dan komando yang berpusat pada guru akan menunjukkan kinerja guru yang maksimal, diperlukan kesiapan guru secara fisik, mental, wawasan materi disiapkan sedemikian rupa, guru harus membuat persiapan pembelajaran yang matang. Pada saat penerapan pendekatan informal melalui metoda tugas, metoda diskusi, metoda tanya jawab, metoda eksplorasi kelompok kecil yang berpusat pada siswa akan menunjukkan aktivitas belajar siswa yang kondusif, siswa akan mengelola hasil belajarnya secara mandiri dan kelompok dengan bimbingan guru. Dua pusat belajar yang terpola ini akan mengoptimalkan kegiatan yang saling mengisi dan saling ketergantungan antara kinerja guru dan aktivitas siswa sehingga akan bersinergi dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Langkah-langkah penerapan pembelajaran pendekatan formal-informal mengacu kepada pendapat Mace dan Benn (1982) dalam Sukarma (2001:12) sebagai berikut:

1. Latihan Pendahuluan 2. Latihan orientasi 3. Latihan Inti 4. Ekspansi 5. Variasi 6. Rangkaian

Seperti diuraikan di atas bahwa hasil belajar yang diharapkan adalah bukan saja anak mampu melakukan gerakan aktivitas ritmik tetapi anak mampu menerapkan keterampilannya dalam ruang, waktu dan media yang berbeda serta memiliki nilai-nilai yang terdapat di dalamnya, sehingga kebermaknaan


(38)

pembelajaran itu akan dirasakan oleh siswa. Untuk hal itu secara garis besar prosedur penerapan pendekatan formal-informal melalui media musik adalah sebagai berikut:

1.Tahap Persiapan.

a. Menyusun rencana pembelajaran

b. Menyiapkan Media pembelajaran yang terdiri dari tape recorder, kaset irama cha-cha.

c. Menyiapkan alat pembelajaran beberapa buah bola. d. Menyiapkan lembar observasi dan lembar penilaian 2. Tahap Pelaksanaan

a. Menjelaskan topik belajar.

b. Menerapkan pendekatan formal yang terdiri dari metoda ceramah, demonstrasi dan komando secara klasikal.

c. Menerapkan pendekatan informal yang terdiri dari metode tugas, tanya jawab, diskusi, ekplorasi secara kelompok.

d. Melakukan evaluasi, kesimpulan dan tindak-lanjut. 3. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir setelah pelaksanaan pembelajaran. Pada penelitian ini, tes yang dilaksanakan berupa tes unjuk kerja (performance test). Pelaksanaan unjuk kerja dilaksanakan secara berkelompok memperagakan keterampilan melakukan gerakan aktivitas ritmik terstruktur bebas mengikuti irama musik, namun demikian penilaian dilakukan secara perorangan.


(39)

Aspek-aspek yang dinilai meliputi; Pola gerak, Ketepatan Irama, Kelentukan dan Kontinuitas, dengan bobot penilaian 1 sampai dengan 4.

Adapun indikator keberhasilan praktik pembelajaran diukur melalui proses dan hasil pembelajaran, di antaranya :

1. Kinerja guru

Evaluasi yang dilakukan dalam aspek kinerja guru terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

2. Aktivitas siswa

Evaluasi yang dilakukan dalam aspek aktivitas siswa meliputi perhatian, respon, percaya diri, dan kerjasama.

3. Keterampilan siswa

Evaluasi hasil belajar dalam aspek keterampilan adalah peningkatan keterampilan melakukan gerakan aktivitas ritmik terstruktur bebas pada setiap siklusnya.

C. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada rumusan masalah, maka tujuan “Classroom Action Research” ini adalah:

1. Ingin mendeskripsikan rancangan pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas pendekatan formal-informal melalui media musik.

2. Ingin mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas pendekatan formal-informal melalui media musik.

3. Ingin mendeskripsikan evaluasi pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas pendekatan formal-informal melalui media musik.


(40)

4. Ingin mengetahui seberapa besar hasil pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas pendekatan formal-informal melalui media musik.

5. Ingin mengetahui hambatan hambatan yang terjadi selama pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas pendekatan formal-informal melalui media musik.

6. Ingin mendeskripsikan upaya upaya atau solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas pendekatan formal-informal melalui media musik.

D. Manfaat Penelitian

Sebagaimana tujuan Penelitian Tindakan Kelas, yakni untuk memberikan sumbangsih kepada masarakat pendidikan dalam hal tindakan perbaikan pembelajaran, bukan memberikan sumbangsih dalam hal teori atau konsep sebagaimana penelitian formal (formal research), maka manfaat utama dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi tindakan (action), dalam mengefektifkan pembelajaran aktivitas ritmik terstruktur bebas yang menjadi masalah belajar melalui optimalisasi penerapan pendekatan, metode mengajar dan media mengajar sebagai produk dari penelitian formal.

Hasil penelitian ini memberi sumbangan berarti dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani sebagai pendidikan gerak di sekolah dasar, khususnya dalam pembelajaran aktivitas ritmik terstruktur bebas. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah:


(41)

1. Bagi Peneliti

a. Memberikan wawasan praktis tentang Penelitian Tindakan Kelas, yang selama ini hanya dalam kajian-kajian konsep saja.

b. Memberikan wawasan praktis tentang karakteristik anak SD dan hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran pendidikan jasmani di SD.

2. Bagi Siswa SD

a. Mencairkan kesulitan belajar senam irama/aktivitas ritmik di sekolah dasar, yang selama ini keterlaksanaannya tidak sesuai dengan porsi yang tertuang dalam kurikulum. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode konvensional dan waktu yang konvensional hanya pada jam pelajaran saja.

b. Diharapkan dapat mengintegrasikan keterampilan gerak, pengetahuan dan sikap. Dampak pengiring keterampilan gerak siswa menyatu dengan pengetahuan dan sikap, menjadi suatu kepribadian yang utuh dalam tatanan etika, moral dan estetika. Karena ritmik adalah irama, irama identik dengan kehidupan.

c. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar memecahkan masalah. Melalui penerapan pendekatan formal-informal siswa dihadapkan dengan proses belajar memecahkan masalah secara kelompok dan motivasi berorganisasi, karena pemecahan masalah secara kelompok dihadapkan dengan interaksi yang di dalamnya terdapat nilai interaksi. Yang menurut Soekanto Soerjono (1999:76) bahwa bentuk bentuk interaksi itu berupa, “...kerja-sama (cooperation) persaingan (competition) dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conplict).


(42)

3. Bagi Guru

a. Memperluas wawasan kemampuan dan kreativitas guru dalam mengembangkan bahan ajar dan memanfaatkan media belajar yang ada di lingkungan sekitar yang mudah, murah dan edukatif. Guru akan memperoleh pengalaman praktis tentang PTK sebagai proses “Reflektif Teaching”, bentuk-bentuk kreatif dalam mengembangkan bahan ajar aktivitas ritmik, menjadikan siswa dan lingkungan sebagai media dan sumber belajar.

b. Memberi pengetahuan baru bahwa dengan menggunakan pendekatan formal-informal dan media musik dapat meningkatkan kemampuan aktivitas ritmik terstruktur bebas.

c. Penerapan model yang dikembangkan oleh peneliti ini adalah bukan satu-satunya solusi untuk memecahkan masalah ini, sehingga guru dapat mencari alternatif lain yang lebih praktis dan lebih menarik.

4. Bagi LPTK PGSD UPI Program Studi Pendidikan Jasmani. Hasil penelitian ini menjadi khasanah praktis penerapan konsep Penelitian yang berbasis pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.

Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat membantu guru pendidikan jasmani dalam mengatasi kesulitan siswa dalam belajar aktivitas ritmik. Manfaat itu antara lain:

1. Menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam belajar aktivitas ritmik terstruktur bebas.

2. Membantu dan merangsang (stimuli) memunculkan ide-ide dan gagasan dalam pemahaman gerak dan irama.


(43)

3. Membantu siswa dalam merangkaikan gerak ritmis terstruktur secara bebas. 4. Upaya mengatasi kesulitan dan hambatan-hambatan yang dihadapi siswa pada

saat melakukan aktivitas ritmik terstruktur bebas.

E. Definisi Operasional

1. Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas

Sutoto dkk (1993:21) menulis aktivitas ritmik adalah “kegiatan berirama”. Terstruktur bebas adalah tersusun, terprogram atau terangkai secara bebas, tidak terpola baku dan tidak dibakukan.

Yang dimaksud dengan Aktivitas ritmik terstruktur bebas dalam penelitian ini adalah melakukan rangkaian gerak berirama yang kreatif secara bebas, bukan mengikuti gerak berirama yang baku.

2. Pendekatan Formal-Informal.

Mengenai pendekatan Formal-Informal, Sukarma (2001:7) menulis, “suatu garis kontinum, semakin ke kanan semakin siswa aktif, dan semakin ke kiri sebaliknya semakin guru dominan”.

a. Pendekatan Formal, “dengan menggunakan gaya komando” (Sukarma, 2001:12).

b. Pendekatan Informal, “dengan gaya yang lebih mengaktifkan siswa, misalnya dengan gaya penugasan, kelompok kecil dan sebagainya” (Sukarma, 2001:12). Pendekatan formal-Informal, merupakan pendekatan mengajar yang

memadukan dua karakter metode yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa.


(44)

3. Media Musik

Supartono (2000:3) menulis media audio adalah sebagai “ alat bantu dengar yang sebelum ini dikenal dengan sebutan AVA, kependekan dari Audio-Visual Aids”.

Musik adalah “bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang” (Anonymous, 2008).


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Rancangan Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Penelitian Tindakan (Action Research) yang menurut Riduwan (2004:52) adalah :

Suatu proses yang dilalui oleh perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut dan kemudian, setelah sampai pada tahap kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur tersebut. Tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk mengubah situasi, perilaku, organisasi dan termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja serta sarana prasarana.

Penelitian Tindakan ini berada pada setting pembelajaran di kelas, maka dikategorikan sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR.). Penelitian Tindakan Kelas sangat penting dalam pendidikan. Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya PTK menurut Kasihani (1998:8) adalah sebagai berikut:

Pertama, dengan melakukan penelitian tindakan kelas berarti guru dapat melihat kembali apa yang sudah dilakukan selama ini di kelasnya.

Kedua, penelitian tindakan kelas memberikan keterampilan pada guru untuk segera dapat menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas unjuk kerjanya.


(46)

Ketiga, penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki mutu program pembelajaran di semua jenjang pendidikan termasuk SD.

Secara tegas Hopkin (1993) dalam Wiriaatmadja (2004:11) menulis bahwa penelitian tindakan kelas adalah: ‘penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan’.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian kualitatif, maka penelitian ini teridentifikasi sebagai penelitian eksperimen yang bernapaskan kualitatif. Dikatakan penelitian eksperimen karena pada pelaksanaannya melalui tindakan atau perlakuan-perlakuan siklus belajar yang terencana, sesuai konsep manajemen pembelajaran yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran, namun demikian pengolahan data dilaksanakan secara kualitatif tidak melalui analisis statistik inferensial.

Moleong (2004:8) mengemukakan bahwa;

Seorang peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasannya berorientasi pada teoritis. Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data yang diuji kembali secara empiris.

Pendapat di atas, sesuai dengan ciri kekhasan penelitian kualitatif yang menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian, ciri khas penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :


(47)

Pertama, penelitian kualitatif dilakukan pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan.

Kedua, dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama.

Ketiga, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Keempat, lebih banyak mementingkan segi “proses” dari pada “hasil”.

Kelima, penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Keenam, menyusun desain yang tidak ketat dan kaku.

Ketujuh, hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama (Moleong,2004:4-8).

Proses penelitian yang dilakukan tergambarkan dengan menggunakan kata-kata untuk memberi gambaran penyajian laporan penelitian tersebut. Data tersebut berasal dari sumber data, yang diperoleh melalui alat pengumpul data yang meliputi lembar wawancara, lembar observasi, rekaman video, data hasil tes dan dokumen resmi lainnya.

Pemilihan pendekatan kualitatif ini sangat cocok dengan penelitian kegiatan belajar mengajar, karena yang dijadikan obyek penelitian di dalam proses pembelajaran adalah siswa, sedangkan peneliti sebagai orang yang mengumpulkan data dari obyek yang dijadikan alat pengumpul data utama. Peneliti sebagai instrumen penelitian dijelaskan Moleong (2004:121) bahwa: 1. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan perencana.


(48)

2. Sebagai pelaksana pengumpul data. 3. Sebagai analisis, menafsirkan data.

4. Pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Peranan metode penelitian kualitatif sangat menentukan dalam upaya mengumpulkan data yang terjadi di lapangan sesuai yang diperlukan dalam penelitian ini, serta memberi petunjuk bagaimana langkah-langkah penelitian tersebut dilaksanakan.

Sebagai penelitian pengajaran reflektif, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, tes keterampilan, catatan lapangan, lembar kepuasan siswa, audio visual dan visual.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan maksud untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang ada, sehingga akan menyelesaikan masalah-masalah belajar yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah model pembelajaran yang dapat diterapkan pada kasus yang sama.

2. Rancangan Penelitian.

Rancangan penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), sebagai bentuk penelitian reflektif yang dapat dilakukan guru sendiri, yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, menciptakan iklim belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya. Sebagaimana dikatakan Kasihani (1998:22-25) sebagai berikut:

Pertama, penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri. Sebagai pengelola program di kelas guru merupakan sosok yang benar-benar mengenal


(49)

lapangan tempat ia mengajar. Oleh karena itu, guru kelas inilah yang mengetahui dan mengenal situasi kelasnya termasuk masalah yang ada di dalamnya.

Kedua, penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik faktual. Permasalahan faktual adalah permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.

Ketiga, adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan.

Selanjutnya Kasihani (1998:19) menulis bahwa:

1. Tujuan penelitian tindakan kelas bertujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.

2. Penelitian ini disamping sebagai implementasi tindakan juga untuk memecahkan masalah.

3. Penelitian merupakan proses dinamis mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Penelitian Tindakan Kelas sebagai bentuk penelitian praktis mengacu kepada apa yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya, menurut Kemmis dan Taggart (1992) dalam Soli Abimanyu (1995:5), bahwa penelitian tindakan adalah,’suatu pendekatan yang dilakukan sendiri oleh pelaksana, dalam hal ini guru, untuk memperbaiki pengajaran dengan cara melakukan perubahan-perubahan dan mempelajari akibat-akibat dari perubahan itu’.

Dalam desain penelitian atau rancangan PTK ini, digunakan sistem Spiral Refleksi Diri yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (1988) dalam


(50)

Rencana Rencana yg direvisi Refleksi Tindakan Observasi Refleksi Tindakan Observasi Refleksi Tindakan Observasi Rencana yg direvisi Rencana yg direvisi

Wiriaatmaja (2005:66) bahwa, ‘Proses pelaksanaan model ini menghendaki adanya siklus belajar yang terdiri dari 4 (empat) kegiatan, yakni; Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflection)’. Seperti nampak pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Bagan Penelitian Model Spiral Kemmis & Mc.Taggar (Wiriaatmaja R, 2005:66)

Alur kerja PTK yang direncanakan meliputi :

⇒ ⇒ ⇒ ⇓ ⇐ Gambar 3.2 Alur Penelitian

Plan Action & Observation Reflect Revision Plan


(51)

Langkah langkah tindakan yang dilakukan direncanakan secara rinci dan sistematis, sehingga dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan kegiatan.

Keempat langkah tahapan ini harus dilalui oleh peneliti di setiap siklusnya seperti nampak pada Gambar 3.3.

Siklus I

--- Siklus II

--- Siklus III

Gambar 3.3 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Sumber : Jurnal Pendidikan Dasar Volume II, No. 2 September 2004

Pengajaran Reflektif konsepsi Graham, Ann Holt/ Hale & Parker (1980) dalam Cholik Mutohir dan Rusli Lutan (1996/1997:4) adalah:

1. sebagai alternatif untuk mengganti metode pengajaran tradisional.

2. batasan pengajaran reflektif ini sama dengan pengajaran efektif yang pada hakikatnya menolak pendekatan secara linier, rutin dan monoton.

Refleksi Pelaksanaan Tindakan Rencana Tindakan Refleksi Observasi Pelaksanaan Tindakan Refleksi Observasi Rencana Tindakan Pelaksanaan

Tindakan Hasil dari kesimpulan Penelitian Observasi

Rencana Tindakan


(52)

Dalam pengajaran reflektif seorang guru dikatakan berhasil apabila ia mencapai kepuasan profesionalnya, karena secara kreatif mampu menggunakan berbagai keterampilan mengajar yang berinteraksi secara efektif dengan lingkungan pengajarannya. Seorang guru yang reflektif harus mampu memanfaatkan lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi dimana anak terangsang untuk senang belajar.

Rancangan penelitian disusun sebagai panduan awal, namun demikian pelaksanaan perlakuan bersifat fleksibel tergantung hasil observasi pelaksanaan tindakan, refleksi dan hasil tes keterampilan. Kriteria keberhasilan penelitian adalah tercapainya hasil belajar kategori baik dari keterampilan aktivitas ritmik terstruktur bebas di atas 70%. Jika kriteria ini telah terlampaui maka penelitian berakhir.

Rancangan penelitian disusun sebagai berikut :

Siklus I : Pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas melalui pendekatan formal-informal dan media musik irama cha-cha. Siklus II : Pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas melalui

pendekatan formal-informal dan media musik irama cha-cha. Siklus III : Pembelajaran Aktivitas Ritmik terstruktur bebas melalui

pendekatan formal-informal dan media musik irama cha-cha. Rancangan awal tiga siklus didasari oleh:

a. Alokasi waktu belajar cukup memadai dengan 4X40 menit/pertemuan.

b. Jumlah siswa 26 orang heterogen terdiri dari laki-laki 12 orang dan perempuan 14 orang.


(53)

c. Penggunaan metode tugas memberi peluang kepada siswa belajar di luar jam pelajaran.

Berdasarkan hasil refleksi, dari tiga siklus yang direncanakan, pada pelaksanaannya berkembang menjadi empat siklus, di mana siklus ke tiga dan ke empat pelaksanaan pembelajaran menggunakan media musik irama poco-poco.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian.

Penelitian dilaksanakan di SD Sukamaju Kabupaten Sumedang yang merupakan salah satu SD inti yang menjadi pusat kegiatan guru-guru se Kecamatan Sumedang Utara dan berfungsi sebagai Laboratoriumnya UPI Kampus Sumedang.

Penetapan lokasi penelitian di SD Sukamaju yang menjadi pusat kegiatan guru memudahkan sosialisasi hasil penelitian ini, sekaligus memunculkan inspirasi pada proses penelitian dan pengembangan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar.

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD Sukamaju yang berjumlah 26 orang, terdiri dari laki-laki 12 orang dan siswa perempuan 14 orang. Situasi lingkungan belajar dan lapangan pendidikan jasmani cukup baik dan menunjang untuk penelitian.

Penetapan subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV, dengan maksud agar dapat mengamati kehidupan kelas secara umum, menyeluruh, alamiah, sehingga suasana kelas betul-betul apa adanya, wajar seperti tidak dibuat-buat dan seperti tidak ada maksud lain selain maksud pembelajaran.


(54)

Pemilihan siswa kelas IV sebagai subyek penelitian, dengan pertimbangan bahwa:

1. Peneliti menemukan masalah yang harus dicari pemecahannya, yaitu tentang kesulitan siswa dalam pembelajaran Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas. 2. Materi aktivitas ritmik terstruktur bebas di dalam Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), terprogram di kelas IV.

3. Berdasarkan persetujuan dan dukungan dari kepala sekolah serta kesiapan guru kelas IV.

C. Tahapan Penelitian

1. Tahap Persiapan dan Perencanaan Tindakan

Pada tahap persiapan ini peneliti menghadap Kepala Sekolah untuk menyampaikan rencana untuk melakukan penelitian, sekaligus memohon izin untuk pelaksanaannya. Setelah memperoleh izin secara lisan dari kepala sekolah dilanjutkan dengan pertemuan dengan mitra peneliti, yang terdiri dari dua orang guru penjas definitif dan satu orang guru penjas sukwan alumni DII UPI kampus Sumedang, untuk melakukan koordinasi menindaklanjuti temuan awal tentang rencana penelitian. Tiga mitra peneliti ini banyak terlibat dalam penelitian ini dalam hal, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan observasi, melakukan refleksi dan segala hal yang berhubungan dengan penyelesaian penelitian ini.

Hasil pertemuan diskusi pertama ini adalah sebagai berikut:

1. Menyepakati tentang adanya kesulitan dalam pembelajaran Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas. Kesepakatan ini diawali dengan wawancara dengan guru


(55)

pengajar penjas kelas IV, yang dikemas dalam bentuk diskusi tentang permasalahan pembelajaran aktivitas ritmik. Hasil diskusi ini mengarah kepada kesulitan guru dan siswa dalam membuat variasi dan rangkaian gerak. 2. Kesepakatan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas yang

dilaksanakan di kelas IV dengan materi aktivitas ritmik terstruktur bebas. 3. Kesepakatan tentang personil Penelitian yang terdiri dari satu peneliti utama

dan tiga orang mitra peneliti. Salah satu dari mitra peneliti, yakni guru sukwan penjas di SD yang bersangkutan bertindak sebagai praktisi atau pengajar, yang melakukan perlakuan pembelajaran.

4. Untuk memperkuat informasi tentang kesulitan siswa dan gambaran kemampuan siswa dalam melakukan gerakan aktivitas ritmik, maka disepakati untuk melakukan tes aktivitas ritmik terstruktur bebas pada tanggal 8 April 2008, mengikuti musik irama cha-cha dan poco-poco. Irama musik ini dipilih dengan alasan bahwa anak-anak kelas IV pernah mempelajarinya dengan jenis irama yang sama, tetapi lagu-lagunya berbeda. Kemudian di tes aktivitas ritmik baku SKJ 2004 dengan maksud untuk mempertegas anggapan dan pembuktian bahwa pembelajaran aktivitas ritmik terstruktur bebas sering diganti dengan materi SKJ 2004. Hasil tes menggambarkan bahwa kemampuan anak dalam melakukan aktivitas ritmik terstruktur bebas masih kurang baik, anak kesulitan menerapkan kemampuan gerak yang dimilikinya ke dalam irama musik yang disajikan, berbeda dengan hasil tes SKJ, anak-anak mampu mengikutinya dari awal sampai akhir dengan baik.


(56)

5. Setelah selesai pelaksanaan tes, disepakati untuk dilaksanakan wawancara dengan beberapa siswa tentang minat siswa mengikuti pembelajaran jasmani, pelaksanaan pertemuan pelajaran penjas, pelaksanaan pembelajaran aktivitas ritmik dan minat siswa dalam mempelajari aktivitas ritmik. Hasil wawancara menggambarkan siswa positif menyenangi pembelajaran pendidikan jasmani. Berkenaan dengan pembelajaran aktivitas ritmik siswa kurang memahami materi ini, dan lebih memahami materi tentang SKJ. Hal ini disebabkan karena SKJ dilaksanakan secara terjadwal satu minggu satu kali. Siswa pernah melakukan satu kali belajar aktivitas ritmik dan pernah mendapat pembelajaran aktivitas ritmik irama poco-poco yang dilakukan oleh salah satu perusahaan sabun mandi selama 3 hari.

Berbekal data-data yang diperoleh pada tahap persiapan, selanjutnya tim peneliti melakukan pertemuan kedua untuk menyusun rencana pembelajaran. Tahap perencanaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menyusun Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) tentang pembelajaran aktivitas ritmik terstruktur bebas melalui pendekatan formal-informal dan media musik irama cha-cha.

2. Menentukan lokasi pembelajaran yaitu di Gedung Olahraga PGSD UPI Kampus Sumedang.

3. Menyiapkan media pembelajaran yaitu tape recorder dan pita kaset musik irama cha-cha.

4. Menyusun alat penilaian berupa tes perbuatan aktivitas ritmik terstruktur bebas dan format penilaiannya.


(57)

5. Menyusun format observasi kinerja guru. 6. Menyusun format observasi aktivitas siswa. 7. Menyusun format wawancara dengan guru. 8. Menyusun format wawancara dengan siswa. 9. Menyiapkan lembar catatan lapangan. 10. Menyiapkan lembar kepuasaan siswa. 11. Menyiapkan alat perekam audio visual. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Setelah rencana pembelajaran disiapkan, maka tindakan selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan sebagaimana mestinya sesuai rencana, namun demikian pelaksanaannya bersifat alamiah tidak dibuat-buat, siswa tidak merasa sedang diteliti atau diobservasi, sehingga proses belajar bisa berlangsung secara wajar dan kehadiran tim peneliti dirasakan oleh anak sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja tanpa menarik perhatian mereka dan mengganggu konsentrasi belajarnya. Tahap ini adalah tahap pelaksanaan dari rencana yang telah disusun bersama. Walaupun rencana ini telah disusun secermat mungkin dengan mempertimbangkan prosedur pelaksanaan penerapan pendekatan formal-informal dan masalah-masalah yang melatarbelakanginya, namun demikian tidak menutup kemungkinan masalah-masalah sebelumnya itu tidak tertanggulangi, atau muncul masalah-masalah baru yang memerlukan perhatian dari tim peneliti untuk ditemukan solusi secermat mungkin, sebagai bagian dari reflektif teaching untuk perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Untuk memudahkan tim peneliti mengamati pelaksanaan tindakan, dipandu dengan format-format observasi yang


(1)

4. Hasil Belajar

Peningkatan kualitas pembelajaran yang meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa, menunjukkan hasil belajar yang nyata, mampu melampaui KKM yang ditetapkan sebesar 70%.

5. Hambatan-hambatan

Hambatan-hambatan dalam pembelajaran Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas adalah sebagai berikut :

a. Pada sebagian anak laki-laki minat belajarnya kurang baik, kurang sungguh-sungguh, tidak seperti pada anak perempuan, pada anak laki-laki aktivitas ini kurang menantang, sehingga kurang sungguh-sungguh, main-main dan akhirnya mengganggu anak perempuan.

b. Pembelajaran secara klasikal kurang membentuk tanggung-jawab pada sebagian siswa.

c. Anak nampak jenuh dengan pembelajaran yang dilakukan terus- menerus selama 4 pertemuan.

1. Upaya-upaya Mengatasi Hambatan

a. Melakukan pemanasan sebagai media pengkondisian siswa dengan permainan dengan aktivitas fisik yang lebih menantang, melalui permainan bola beranting, bola raja, futsal dan permainan-permainan lainnya.

b. Pembelajaraan dilakukan secara kelompok dengan pengaturan posisi pria dan wanita diatur berselang sehingga anak semakin bertanggung-jawab dan serius untuk saling membantu.


(2)

c. Dibuat formasi gerak yang bervariasi dengan gerak lokomosi yang dinamis sehingga anak lebih tertantang untuk berpikir mengembangkan ide-ide kreatifnya.

Kesimpulan akhir penelitian bahwa, Penerapan Pendekatan Formal-Informal pola Mace and Benn Melalui Media Musik Irama Cha-Cha dan Poco-Poco, Dapat Meningkatkan Keterampilan Aktivitas Ritmik Terstruktur Bebas Siswa Kelas IV SDN Sukamaju Kabupaten Sumedang, dan dapat dijadikan model unggulan dalam pembelajaran aktivitas ritmik terstruktur bebas.

B. Saran

Dengan pembahasan dan simpulan yang telah diuraikan di atas maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Para guru disarankan untuk memiliki kemauan, keuletan, kreatif dan punya keberanian untuk mengembangkan pembelajaran dan mengembangkan berbagai potensi, baik potensi diri sebagai guru, potensi lingkungan maupun potensi siswa. Karena penelitian membuktikan bahwa pembelajaran aktivitas ritmik yang selama ini dinilai sulit oleh para guru, dengan kerja keras ternyata dapat dioptimalkan dengan baik.

2. Dalam mengembangkan langkah-langkah penerapan pembelajaran melalui pendekatan formal-informal sebaiknya guru berperan optimal sebagai motivator, fasilitator dan membimbing siswa sebaik-baiknya.

3. Dalam pembelajaran penjas materi aktivitas ritmik terstruktur bebas, hendaknya guru lebih menekankan pada proses bagaimana pengetahuan dan keterampilan itu dibangun sendiri oleh siswa, siswa kreatif mengembangkan, memunculkan,


(3)

mempraktikan ide-ide berpikirnya secara mandiri, sehingga akan lebih bermakna jika anak menemukan sendiri.

4. Penelitian ini bersipat lokal untuk siswa kelas IV SDN Sukamaju Kab. Sumedang tidak dapat digeneralisir. Namun demikian bagi guru yang punya problem yang sama disarankan untuk mencoba menerapkan model ini pada topik yang sama.

5. Bagi para siswa untuk lebih kreatif dan mandiri karena inti pendidikan adalah kreativitas dan kemandirian.

6. Bagi lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan jasmani untuk lebih peka, lebih peduli melihat keterlantaran pendidikan jasmani di sekolah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang lebih menyelesaikan persoalan-persoalan secara praktis.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Ateng (1992), Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani, Jakarta, Depdikbud

Adang, Suherman (1998), Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani, Bandung, IKIP Bandung Press.

Adang Suherman dan Toto Subroto (Tanpa tahun), Model Pembelajaraan Pendidikan Jasmani, Bandung, FPOK-IKIP.

Aip Syaripudin (1997), Azas dan Falsafah Penjaskes, Depdikbud

Aip Syarifudin dan Muhadi (1992/1992), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta, Depdikbud.

Amung Ma’mun dan Yuda, MS (1999/2000), Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak, Depdikbud.

Anonymous (2008), Tangga Nada Diatonik (Wikipedia), [Online] Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Tangga_Nada_diatonik [09-04-2009].

Aristo Rahadi (2003), Media Pembelajaran. Jakarta. Depdiknas.

Cholik Mutohir, T (1997), Metodik Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Di Sekolah Dasar, Jakarta, Depdikbud.

Cholik Mutohir,T dan Rusli Lutan (1996/1997), Pendidikan jasmani dan Kesehatan, Jakarta, Depdikbud.

Conny Semiawan,R (1990/1991), Hakekat Pendidikan di Sekolah Dasar, Depdikbud.

Depdikbud (1994), Penyempurnaan / Penyesuaian Kurikulum 1994 (Suplemen) kelas I,II,III,IV,V,VI, Jakarta , Depdikbud.

Depdikbud (1996/1997), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Tentang Efektivitas Pembelajaran Kelas, IKIP Yogyakarta.

Depdiknas (2003), Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Jakarta, Depdiknas.

Depdiknas (2004), Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar, Jakarta Depdiknas. Depdiknas Balitbang (2002), Kurikulum Berbasis Kompetensi; Rumpun Pelajaran

Pendidikan Jasmani, Jakarta, Depdiknas.


(5)

Djoko Adi Walujo (2008/2009), HakikatGuru-Hakikat Belajar-Hakikat Pendidikan, [Online] Tersedia: http://kafeguru.blogspot.com/2008/09/hakikat-guru-hakikat-belajar-hakikat.html.[09-04 2009].

Husdarta, JS (2001), Pengaruh Gaya Mengajar Resiprokal dan Ekplorasi Terhadap Peningkatan Keterampilan Gerak Dasar dan Kemampuan Memecahkan Masalah dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Bandung, FPOK-UPI. Ibrahim,R dan Syaodih,N (1991/1992), Perencanaan Pengajaran, Depdikbud Jamalus dan Hamzah Busro (1991/1992), Pendidikan Kesenian I (Musik), Jakarta,

Depdikbud.

Kasihani, Kasbolah (1998), Penelitian Tindakan Kelas, Malang, Depdikbud. Moleong Lexy, J(2002), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosdakarya. Mudjiono dan Moch. Dimyati (1992/1993), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta,

Depdikbud.

Mulyasa, E (2004) Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung, Remaja Rordakarya.

Nurdin, S. (2004). “Model Pembelajaran Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksarawan Baru”. Jurnal Pendidikan Dasar. 2,(2), 24-26.

Pasaribu LL, Simanjuntak (1983), Proses Belajar Mengajar, Bandung, Tarsito. Remi, Mohtar (1995), Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Di

Sekolah Dasar, Jakarta, Depdikbud.

Riduwan (2004), Methode dan Teknik Menyusun Thesis, Bandung, Alfabet. Rien, Saprina (1998/1999), Pendidikan Seni Musik, Jakarta Depdikbud.

Rochmadi Wahyu, Nur (1997), Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Education Classroom Action Research), Bandung, Mimbar Pendidikan IKIP.

Rohman, Natawijaya (1991/1992), Psikologi Pendidikan, Jakarta Depdikbud. Rusli Lutan (1996/1997), Hakekat dan Karakteristik Penjaskes, Jakarta,

Depdikbud.

Rusli Lutan (1997), “Intergrasi Teori Kurikulum dan Teori Pengajaran; Inovasi Kearah Pembelajaran Pendidikan Jasmani Bersuasana Ke SD an”. Mimbar Pendidikan.28.96-113.


(6)

Rusli Lutan (2001), Mengajar Pendidikan Jasmani (Pendekatan Pendidikan Gerak Di Sekolah Dasar), Jakarta Depdiknas.

Saeful, Sagala (2005), Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta. Sarosa Purwadi(1980), Metode-metode Mengajar, Jakarta Departemen P dan K.

Seaton, Don Cash et al (1983), Physical Education Handbook, New Jersey; Prentice Inc.

Sukarma, T (2001), Senam Ritmik; Bentuk Bentuk Tugas Ajar & Pembelajaran, Jakarta, Depdiknas.

Sukintaka (2001), Teori Bermain, Jakarta, Depdikbud.

Soli Abimanyu (1995/1996), Penelitian Praktis Untuk Perbaikan Pengajaran, Jakarta, Depdikbud.

Soli Abimanyu (1995), Rancangan Pengelolaan Kegiatan Penelitian Praktis, Jakarta, Depdikbud.

Supandi, (1992), Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan, Jakarta, Depdikbud.

Supartono (2000), Media Pembelajaran, Depdiknas.

Sutoto dkk (1993), Pendidikan Permainan anak dan Aktivitas Ritmik, Jakarta, Depdikbud.

Sukanto Soerjono (1999), Sosiologi; Suatu Pengantar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

Syaiful B dan Aswan Z (2002), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta. Tim Peneliti Proyek PGSM (1999), Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research), Jakarta, Depdikbud.

Yanuar Kiram (1992), Belajar Motorik, Jakarta, Depdikbud.

Waini, Rasyidin dkk (2006), Filsafat Pendidikan, Bandung, Upi Press.

Winataputra,S, Udin (1996), Psikologi Pendidikan, Bandung, Pribumi Merkar. Wiriaatmadja, Rochiati (2005), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Remaja