PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH INKLUSI.

(1)

PENGARUH MODEL PEMEBELAJARAN KOOPERATIF INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU

(Studi Eksperimen Terhadap Siswa Tunarungu Kelas V di SDN Mandiri I)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Biasa

OLEH

ROFVINI.S

0800680

PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Di Sekolah Inklusi

Oleh Rofvini.s

0800680

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Endang Rusyani, M.Pd Drs.H.Mamad Widya,

M.Pd

NIP. 195705101985031003 NIP.

195208231978031002

Ketua Jurusan

Drs. Sunaryo, M.pd NIP. 195607221985031001


(3)

ABSTRAK

PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP PERILAKU SOSIAL

SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH INKLUSI.

(Rofvini.S, Jurusan PLB FIP UPI, 2012)

Sebagai makhluk sosia, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Setiap anak memiliki dorongan untuk bergabung dan diterima masyarakat tidak terkecuali anak tunarungu. Kenyataan di lapangan ditemukan anak tunarungu mengalami hambatan dalam perilaku sosial atau perilaku adaptifnya sehingga kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Kekurangan kemampuan tersebut berupa keterampilan sosial, yaitu keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Serta keterampilan saling bertukar pikiran dan pengalaman. Untuk meningkatkan aspek-aspek tersebut subjek membutuhkan intervensi untuk meningkatkan keterampilan sosial dengan pendekatan yang tepat. Maka dirumuskanlah permasalahan penelitian ini yaitu bagaimanakah keterampilan sosial dalam keterampilan aspek kerjasama, interaksi, komunikasi pada anak tunarungu kelas V SDN Inklusi setelah diberikan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok?

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunarungu di sekolah Inklusi. Adapun target behavior dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial anak tunarungu. Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah singel subjek research dengan desain A-B.

Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa subjek sesudah diberikan intervensi aspek keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lain menjadi meningkat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial pada aspek kerjasama, interaksi dan komunikasi subjek mengalami peningkatan ke arah yang positif dan secara kesimpulan umum terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan keterampilan sosial anak tunarungu.


(4)

DAFTAR ISI Abstrak Kata Pengantar Ucapan Terimakasih Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

Bab II Kajian Pustaka A. Konsep Dasar Keterampilan Sosial ... 12

B. Dimensi Dimensi Keterampilan Sosial ... 13

C. Faktor faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial ... 19

D. Keterampilan Sosial Tunarungu ... 24

1. Konsep dasar Tunarungu ... 24

2. Sosial Tunarungu ... 27

E. Metode pembelajaran Investigasi Kelompok ... 27

1. Konsep dasar pembelajaran kooperatif investigasi ... 27

2. Langkah langkah pembelajaran kooperatif ... 30

3. Prinsip- prinsip Metode Investigasi ... 32

F. Kerangka Pemikiran ... 35

Bab III Metode Penelitian A. Metode Penelitian ... 38

B. Desain Penelitian ... 39

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Persiapan dan prosedur ... 42

1. Persiapan Penelitian ... 42

2. Prosedur Penelitian ... 43

E. Tekhnik pengumpulan data ... 44

1. Pengolahan dan Analisis Data ... 44

F. Pengolahan Instrumen ... 45

1. Validitas Instrumen ... 45

2. Reliabilitas Instrumen ... 46

G. Instrumen penelitian ... 47

H. Kriteria Penilaian ... 48 I. Pelaksanaan Penelitian


(5)

Bab IV Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian ... 54

1. Identitas Subjek ... 54

2. Deskripsi Data ... 55

3. Analisis Data ... 56

B. Analisis Antar Kondisi ... 66

C. Pembahasan ... 71

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 78

Daftar Pustaka Daftar Lampiran Riwayat Hidup


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rousseau (martini, 2004: 28) menyatakan bahwa “ dalam diri manusia

terdapat kapasistas bagi timbulnya keterampilan anti sosial (anti-sosial behaviour) dan keterampilan (prososial behaviour)”. Selanjutnya, Raven dan Rubin

(Maertini, 2004: 29) menyatakan bahwa “ keterampilan prososial sering juga disebut keterampilan sosial yang positif, sedangkan keterampilan anti sosial disebut juga keterampilan yang negative”. Apabila seseorang dapat menampilkan keterampilan sosial yang positif, maka ia akan dapat menyesuaikan diri dan diterima di lingkungan sosialnya. Sebaliknya, apabila seseorang menampilkan keterampilan sosial yang negatif, maka kemungkinan besar akan ditolak dilingkungan sosialnya. Dengan demikian, untuk dapat diterima pada suatu lingkungan sosial, setiap individu harus mampu menampilkan keterampilan sosial yang positif sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan sosial tersebut

Seperti halnya individu lain, siswa tunarungu memiliki potensi yang sama dalam berbagai aspek kehidupan sebagai bekal yang dibawa sejak lahir, termasuk dalam aspek sosial. Oleh karena itu, siswa tunarungu memiliki kecenderungan untuk berkembang dan mencapai kematangan dalam membentuk keterampilan sosialnya. Namun, siswa tunarungu yang merupakan salah satu siswa berkebutuhan khusus mengalami gangguan pada fungsi pendengaran sehingga


(7)

menghambat perkembangan bahasa dan bicaranya. Hal tersebut mengakibatkan kesulitan dalam berkomunikasi sehingga siswa tunarungu sulit memahami informasi yang berasal dari luar dirinya, begitupun sebaliknya lingkungan sosial sulit memahami apa yang diungkapkan oleh siswa tunarungu. Seperti telah dikemukakan oleh hernawati (2000: 12) bahwa :

Dampak dari ketunarunguan adalah terhambatnya kemampuan berkomunikasi. Sedangkan komunikasi merupakan dasar bagi terjadinya interaksi sosial. Keterampilan sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sosial.

Berdasarkan pernyataan tersebut, hambatan komunikasi yang dialami siswa tunarungu akan menyebabkan mereka sulit mengembangkan keterampilan sosialnya melalui interaksi sosial.

Bagi siswa tunarungu yang berada dalam komunitasnya seperti dilingkungan sekolah luar biasa bagian tunarungu, melakukan interaksi sosial bukanlah masalah karena lingkungan sosial tersebut menggunakan system bahasa yang sama, yaitu bahasa isyarat. Oleh karena itu, mereka dapat berinteraksi dan saling memahami antara satu dengan yang lainnya. Untuk memberikan penegasan terhadaphal tersebut, penulis telah melakukan pengamatan terhadap keterampilan sosial siswa tunarungu selama melaksanakan Program Latihan Profesi di SLB B-C Sumbersari Antapani. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa siswa tunarungu mampu menampilkan keterampilan sosial dengan baik, seperti dalam keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Serta keterampilan saling bertukar fikiran dan pengalaman.

Seiring dengan paradigma baru dalam layanan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus, yaitu pendidikan inklusi, siswa tunarungu tidak lagi harus


(8)

berada ditengah tengah komunitasnya dalam mengenyam pendidikan. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa tunarungu tidak lagi harus berada ditengah tengah komunitasnya dalam mengenyam pendidikan. Hal ini pula dapat memberikan kesempatan kepada siswa tunarungu untuk dapat belajar bersama sama siswa siswa lain pada umumnya, bersosialisasi dengan teman, guru, dan lingkungan sekolah. Dalam hal ini, siswa tunarungu harus berhadapan dengan siswa lain yang memiliki sistem bahasa dan pola komunikasi yang berbeda. Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk dapat membuat anak tunarungu dapat mengikuti pelajaran secara maksimal.

Selain itu perlu difikirkan mengenai kesiapan anak tunarungu untuk berada ditengah tengah siswa pada umumnya, salah satunya dalam hal perkembangan keterampilan sosial. Seperti dikemukakan Meadow yang dikutip Kirk (Hernawati, 2000: 55-56) mengemukakan bahwa :

... siswa tunarungu mempunyai lebih banyak masalah penyesuaian diri dari pada siswa mendengar. Siswa tunarungu pada umumnya cenderung bersosialisai dengan orang yang memiliki kecacatan sama. akan tetapi apakah siswa tunarungu akan mengembangkan keterampilan sosialnya, tergantung pula dengan bagaimana lingkungan menerima ketidak mampuannya...

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa siswa tunarungu memiliki beban yang berat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang bukan komunitasnya sehingga perlu mendapatkan situasi yang kondusif dari lingkungan dan tentunya dengan metode pembelajaran yang mendukung agar keterampilan sosialnya dapat berkembang.


(9)

keterampilan sosial merupakan salah satu aspek yang mendukung dan menunjang proses interaksi. keterampilan sosial merupakan pendukung yang berkaitan dengan hubungan atau interaksi individu dengan yang lainnya. Menurut Sumaatmadja (1984:86): „keterampilan sosial merupakan keterampilan yang erat

hubungannya dengan kehidupan masyarakat‟. keterampilan sosial melibatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah sosial atau antar pribadi secara adaptif dan kemampuan untuk terlibat secara aktif dalam lingkungan sosial, baik lingkungan teman sebaya atau orang dewasa. Kedua dimensi kemampuan tersebut pada akhirnya mengarah pada penerimaan sosial terhadap individu-individu yang memiliki kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan antar pribadi cenderung memiliki keterampilan sosial yang rendah. Perubahan keterampilan sosial yang diharapkan sebagai pencapaian hasil belajar anak tunarungu di sekolah inklusi sering tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan siswa tunarungu yang menampilkan keterampilan sosial menarik diri. Sedangkan pembelajaran pada umumnya merupakan upaya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak secara optimal. Hasil belajar berupa nilai akademik, perilaku dan perubahan keterampilan anak terkadang tidak sesuai. Di satu sisi anak tunarungu dapat mencapai nilai akademik cukup tinggi, tetapi di sisi lain perubahan perilaku yang diharapkan kurang optimal. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar di sekolah inklusi, anak tunarungu seringkali sulit memahami pembicaraan guru sehingga timbul kekecewaan karena sulitnya memahami dan tidak dapat menyampaikan perasaan, pertanyaan, keinginan secara lisan. sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.


(10)

Hambatan-hambatan yang terjadi pada siswa tunarungu dalam proses belajar mengajar menjadi permasalahan yang dirasakan cukup menyulitkan guru. Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah proses mengkoordinasikan sejumlah komponen pengajaran agar satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh, sehingga menumbuhkan atau meningkatkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal mungkin.

Salah satu alasan terpenting mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan adalah bahwa para pendidik dan ilmuwan sosial telah lama mengetahui tentang pengaruh yang merusak dari persaingan yang sering digunakan di dalam kelas ( Slavin : 2008:5 ). bukannya ingin mengatakan bahwa persaingan itu selalu salah, jika diatur dengan baik, persaingan diantara para pesaing yang sesuai dapat menjadi sarana yang efektif dan tidak berbahaya untuk memotivasi orang melakukan yang terbaik. Namun bentuk bentuk persaingan yang biasa digunakan di dalam kelas jarang sekali bersifat efektif dan sehat.

Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama sesama siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (

cooperative learning) adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis

mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, menyayangi, dan tenggang rasa antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan metode pengajaran langsung. Di samping pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul


(11)

dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit. Para pengembang metode ini telah menunjukkan bahwa struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis (Robert Slavin:2008) . Metode pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman. Pembelajaran ini akan menciptakan siswa untuk berpartisipasi aktif dan ikut serta secara aktif serta turut serta bekerja sama sehingga antara siswa akan berfikir bersama, berdiskusi bersama, melakukan penyelidikan bersama dan berbuat ke arah yang sama.

Strategi pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan belajar anak tunarungu karena dengan strategi ini dapat membantu siswa untuk bekerjasama dan bersosialisasi. Hal ini sejalan dengan apa yang di

kemukakan oleh Amin (1995: 188) mengemukakan bahwa „Strategi pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi, merangsang peningkatan daya ingat, menumbuhkan motivasi belajar dan dapat meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong„. Berdasarkan hal tersebut strategi pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar terhadap siswa tunarungu dalam merubah keterampilan sosialnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Johnson & Johnson dalam Abdurahman (1997:7)

Strategi pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan anak, antara lain : meningkatkan hubungan antara manusia yang heterogen, keterampilan penyesuaian sosial yang positif, ketrampilan hidup bergotong royong, dan sikap yang positif terhadap sekolah dan guru.


(12)

Salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif adalah investigasi kelompok. Investigasi kelompok merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, dan guru bertindak sebagai narasumber pembantu dan fasilitator. Siswa dilibatkan dalam perencanaan baik pada topik yang akan dipelajari dan cara-cara untuk memulai investigasi mereka. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran . Hal ini memerlukan norma-norma dan struktur kelas yang lebih canggih bila dibandingkan dengan penggunaan metode lain. Pada pembelajaran kooperatif investigasi kelompok siswa tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga diajarkan keterampilan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan kelompoknya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Killen ( Laila

2010:39 ) bahwa “Metode ini juga menuntut siswa diajarkan keterampilan dalam

komunikasi, keterampilan-keterampilan proses kelompok dan menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri”.

Metode ini diajukan sebagai salah satu cara untuk menciptakan lingkungan pembelajaran sosial di mana para siswa bekerja bersama-sama untuk menjalankan tugas pembelajaran yang dilakukan oleh mereka sendiri. Atas dasar tersebut maka penulis akan mencoba mengadakan penelitian tentang “ Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap keterampilan Sosial Siswa


(13)

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Keterampilan sosial anak tunarungu disekolah inklusi, berdampak pada keseluruhan prilaku dan pribadinya, termasuk dalam pencapaian prestasinya.

2. Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan anak-anak yang bukan penyandang tunarungu, maka diperlukan upaya untuk mengembangkan keterampilan sosial sebagai bekal bila mereka bergaul sehari-hari danhidup di masyarakat atau lingkungan sepermainannya.

3. Akibat dari sulitnya berkomunikasi dengan anak anak yang bukan tunarungu, maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat menciptakan siswa untuk berpartisipasi aktif dan turut serta bekerja sama sehingga keterampilan sosial anak dapat dikembangkan.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah yang diungkap dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh pembelajaran kooperatif investigasi terhadap pengembangan keterampilan sosial siswa tunarungu disekolah inklusi, yaitu keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, serta keterampilan saling bertukar pikiran dan pengalaman dengan anak anak yang bukan tunarungu.


(14)

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dimaksud agar penelitian yang dilakukan memiliki arah yang tepat dan jelas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran kooperatif investigasi kelompok berpengaruh terhadap pengembangan keterampilan sosial siswa tunarungu di SDN Mandiri 1 cimahi.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran investigasi kelompok terhadap pengembangan keterampilan sosial siswa tunarungu dengan anak anak pada umumnya.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan pengaruh pembelajaran kooperatif investigasi kelompok terhadap pengembangan keterampilan sosial, yaitu keterampilan untuk bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, serta saling bertukar pikiran dan pengalaman siswa tunarungu dengan siswa siswa selain tunarungu, memperoleh data keterampilan sosial siswa sebelum diberi perlakuan danuntuk memperoleh data keterampilan sosial siswa setelah diberi perlakuan


(15)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat secara teoritis.

Manfaat secara teoritis bahwa hasil penelitian yang dilakukan ini merupakan dasar selanjutnnya demi kesempurnaan dan tercapainya hasil penelitian yang lebih berkualitas, akurat dan bermanfaat mengenai pentingnya pembelajaran kooperatif investigasi kelompok bagi siswa tunarungu dalam mengembangkan keterampilan sosialnya.

b. Manfaat secara praktis

1) Bagi siswa

Membiasakan diri berketerampilan sosial yang sesuai, sehingga dikemudian hari menjadi anak yang memiliki budi pekerti yang luhur, sikap kerjasama dan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada lingkungannya.

2) Bagi Guru.

Memberikan sumbangan pemikiran dalam merencanakan model pembelajaran bagi siswa sesuai dengan kebutuhannya.

3) Bagi Sekolah.

Berkembangnya keterampilan sosial siswa maka proses pendidikan dan pembelajaran akan dapat berlangsung dengan lancar dan pada akhirnya diharapkan akan tercapainya tujuan institusional dengan baik.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut sugiono (2007:107), “metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Metode eksperimen dalam penelitian ini, bertjuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil atau akibat dari suatu perlakuan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif terhadap perilaku sosial anak tunarungu di sekolah inklusi.

Metode eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah singel

subject research (SSR). SSR merupakan metode menganalisis setiap subjek

secara tunggal terhadap perilaku tertentu. Tawney dan gats (1984:10) mengemukakan bahwa:

Single subject research design is an integral part of behavior analytic tradition. The term refers to a research strategy developed to document changes in the behavior of individual subject. Throught the accurate selection an utilization of the family design, it is possible to demonstrate a functional between intervention an a change.

Definisi diatas dapat diartikan bahwa singel subject research (SSR) merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku subjek secara perseorangan. Melalui seleksi yang akurat dan


(17)

pemanfaatan pola desain kelompok yang sama. Hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah laku .

Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata ( silfia, 2008:23 ) yang menjelaskan bahwa „pendekatan dasar dalam eksperimen subjek tunggal adalah meneliti individu dalam kondisi tanpa perlakuan dan akibatnya terhadapa variabel akibat dalam kedua kondisi tersebut”.

A. Desain Penelitian

Pola desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah A-B. Desain A-B menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat. Target behavior diukur pada kondisi baseline (A) secara kontinue selama periode waktu tertentu kemudian fase intervensi (B).

A adalah lambang dari data garis (baseline dasar). Baseline merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam keterampilan sosial yaitu perilaku sosial (interpersonal behavior) sebelum diberi perlakuan atau intervensi. Pengukuranpada fase inidilakukan sebanyak empat sesi, dengan durasi yang disesuaikan dengan kebutuhan (120 menit).

B (intervensi) adalah untuk data perlakuan atau intervensi, kondisi kemampuan subjek dalam kemampuan berinteraksi dengan orang lain selama intervensi. Pada tahap ini subejek diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Intervemsi diberikan sebanyak delapan sesi. Proses


(18)

intervensi setiap sesinya memakan waktu satu jam. Pada hakikatnya desain ini terdiri dari dua tahapan kondisi yaitu :

Baseline A (pengamatan awal), yaitu pengamatan atau pengambilan data

subjek sebelum diberikan perlakuan atau treatmen. Subjek diamati dan diambil datanya secara alami sehingga terlihat kemampuan/ perilaku awal yang dimiliki oleh subjek tersebut dimana pengamatan atau pengambilan data yang dimiliki oleh subjek tersebut dilakukan secara berulang ulang. Sementara itu menurut Sunanto (2006:41)” baseline adalah kondisi di mana pengukuran perilaku sasarn

dilakukan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi apapun”. Intervensi B “pemberian perlakuan atau (treatment) yaitu suatu kondisi ketika intervensi

telah diberikan dan perilaku sasaran diukur dibawah kondisi tertentu” (Sunanto,2006:41). Gambar tampilan desain A-B dapat dilihat sebagia berikut

sesi 0 2 4 6 8 10 12 14 16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

k et er a m pil a n so sia l


(19)

B. Subjek Penelitian

Penelitian menggunakan satu subjek yaitu seorang siswa tunarungu dengan identitas sebagai berikut :

Nama : DR

Jenis kelamin : perempuan

Kelas : IV

Tempat tanggal lahir : Bandung 12 maret 2001

Agama : Islam

Alamat : Komp perumahan BTN Cimindi Raya Blok GG 2

Kebutuhan : Tunarungu

Pemilihan subjek dalam penelitian ini berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sendiri pada anak yang ditunjang dengan hasil pengamatan penelitian selama observasi, karakteristik kemampuan perilaku sosial subjek yaitu kurang mampu berinteraksi pada lingkungan dengan baik anak cenderung pendiam dan menutup diri terhadap teman temannya di sekolah inklusi tempat anak belajar. Selain itu anak harus selalu ditemani helper agar tidak menyendiri.


(20)

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di SDN MANDIRI I cimahi. Yang mana sekolah ini adalah salah satu sekolah dimana terdapat beberapa anak dengan kebutuhan khusus (Tunarungu).

D. Persiapan dan prosedur penelitian 1. persiapan

a. melakukan studi pendahuluan mengenai kondisi subjek di lapangan b. menetapkan subjek penelitian yaitu siswa tunarungu kelas V SD

c. melakukan perizinan dengan mengurus surat penelitian dari jurusan PLB, Fakultas, BAAK, dinas propinsi Jawa Barat sampai pada SDN I Mandiri kota cimahi.

d. Menyusun kisi-kisi instrument penelitian

e. Melakukan uji coba istrumen penelitian untuk menguji kevalidan dan reliabilitas instrument penelitian.

f. Menghubungi pendamping subjek g. Melakukan eksperimen terhadap subjek

h. Mengolah data hasil penelitian dengan cara menghitung skor yang diperoleh dimana setiap pernyataan yang dilakukan anak mendapat nilai 1 dan pernyataan yang tidak dilakukan anak diberi skor nol. i. Melakukan analisis data


(21)

2. Prosedur Penelitian a. Baseline

b. Intervensi

E. Tekhnik pengumpulan data

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui observasi. Observasi sebagi suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, “observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra” (Arikuntoro, 2002:113). Tekhnik ini digunakan untuk mengamati dan mencatat secara cermat perilaku responden. Sudjana dan ibrahim (1989: 109) mengemukakan keuntungan penggunaan tekhnik observasi sebagai berikut:

Melalui observasi atau pengamatan dapat diketahui sikap dan perilaku individu, kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, tingkat kerjasama dalam suatu kegiatan, proses interaksi yang dilakukannya, kemampuan komunikasi, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.

Peneliti mengobservasi kemampuan perilaku sosial mulai dari baseline A, untuk mengetahui kemampuan awal subjek dan intervensi (B), untuk mengetahui keterampilan selama mendapatkan perlakuan.

F. Pengolahan instrument a. Validitas Instrumen


(22)

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data instrumen diujicobakan terlebih dahulu validitasnya. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada beberapa cara pengujian validitas, salah satunya adalah validitas isi, uji validitas ini dengan cara menggunakan pendapat dari ahli (judgement eksperts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli ( Sugiono, 2011:173-176).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan judgement eksperts kepada tiga orang ahli, satu orang pendidikan luar biasa, dan dua orang guru di sekolah. Skor hasil validitas tersebut kemudian diolah menggunakan rumus:

P= F X 100% N

Keterangan : F = jumlah cocok N = jumlah penguji P = persentase

Berdasarkan hasil judgement eksperts diperoleh hasil bahwa instrumen penelitian kemampuan keterampilan sosial dalam penelitian ini dinyatakan valid


(23)

dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data (hasil perhitungan dapat dilihat dilampiran)

b. Reliabilitas Instrumen

Suatu tes haruslah dapat dipercaya untuk mendapat nilai yang diinginkan. Realibilitas menunjukkan satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataan, maka beberapa kalipun diambil, tetap akan sama (Arikuntoro, 2001:154).

Pengujian realibilitasdalam penelitian ini menggunakan pengujian reliabilitas dengan internal consistency , dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus Alfa Cronbach. Pengujian realiabilitas dengan tekhnik Alfa Cronbach dilakukan untuk jenis data interval (Sugiono, 2008:359=365).

Adapun rumus Alfa Cronbach adalah sebagai berikut: ri = k

(k-1) Keterangan :

K = mean kuadrat antar subjek ∑si2= mean kuadrat kesalahan S2t = varians skor total

Klasifikasi analisis reliabilitas tes ( Arikunto, 2002)

Nilai r Interpretasi

0,000 – 0,199 Sangat rendah


(24)

0,400 – 0,599 Cukup

0,600 – 0,799 Tinggi

0,800 – 1,000 Sangat tinggi

Setelah hasil uji reliabilitas diinterpretasikan, diperoleh hasil sangat tinggi, sehingga instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian (hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat di lampiran).

G. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh atau mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Alat pengumpul data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan/ observasi dengan daftar cocok (checklist) seperti yang dikemukakan oleh Arikunto, S (2005) daftar cocok dapat digunakan dalam berbagai metode, karena nama daftar cocok lebih menunjuk pada cara mengerjakan tampilan instrumen dibandingkan dengan jenis instrumen sendiri.

KISI – KISI INSTRUMEN Keterampilan sosial anak tunarungu

Perilaku

Aspek

Indikator

Keterampilan sosial Keterampilan bekerjasama

Anak dapat mengerjakan tugas kelompok

Anak dapat menjaga ketertiban sekolah

Keterampilan berinteraksi Anak dapat membangun interaksi dengan orang lain


(25)

Anak dapat menjaga interaksi dengan orang lain

H. Kriteria penilaian

Kriteria penilaian untuk masing-masing pernyataan yang diberikan yaitu diberikan nilai dengan skala 1-0, apabila menjawab Ya diberikan nilai satu, dan untuk jawaban Tidak nilainya nol.

pernyataan ya tdk

1. Anak ikut mengerjakan tugas kelompok bersama teman

1 0

I. Pengolahan dan Analisis data

Dalam penelitian ini, tekhnik analisis data yang digunakan adalah tekhnik analisis statistik deskriptif yaitu tekhnik analisis yang menganalisa data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah digunakan pada penelitian eksperimen subjek tunggal adalah dengan statistik deskriptif sederhana dimana data dari hasil penelitian dijabarkan secara detail dalam bentuk grafik atau diagram. Sehingga akan terlihat dengan jelas apakah ada pengaruh positif atau negatif dari suatu intervensi terhadap target behavior.


(26)

Penelitian ini pengambilan data dilakukan sebanyak 12 sesi di mana untuk

baseline (A) dilakukan sebanyak empat (4) sesi dan intervensinya dilakukan

sebanyak delapan sesi. Adapun langkah langkah dalam menganalisis data adalah, sebagai berikut:

1. Membuat tabel data baseline dan intervensi. Tabel ini berisi skor skor yang diperoleh subjek pada setiap sesinya.

2. Menentukan rentang stabilitas pada fase baseline, intervensi dan setelah intervensi dengan rumus :

Rentang stabil = nilai tertinggi x kriteriastabilitas 2

3. Menghitung mean level (rata-rata), batas bawah pada fase baseline dan intervensi dengan rumus :

Mean level = ∑ skor : interval

Batas atas = Mean level + rentang stabilitas Batas bawah = Mean level – rentang stabilitas

4. Menentukan variabel yang diubah variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku, atau bisa dikatakan analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran

5. Menentukan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku (target behavior) yang disebabkan oleh intervensi

6. Menentukan kecenderungan stabilitas pada fase baseline dan intervensi. Data dapat dikatakan stabil apabila data tersebutmenunjukkan arah


(27)

(menaik, menurun atau mendatar) secara konsisten. Atau jika sebanyak 50% atau lebih data dalam berada dalam rentang 50% diatas dan dibawah mean.

7. Menentukan perubahan level data, perubahan level data menunjukkan seberapa besar data berubah. Dengan cara menghitung selisih antara data terakhir pada base baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih dapat menggambarkan seberapa besar terjadinya perubahan perilaku sebagai akibat dari pengaruh intervensi.

8. Menentukan data yang tumpang tindih

J. Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 1 september sampai dengan 20 september 2012, di SDN I Mandiri Kota Cimahi. Adapun langkah langkahnya sebagai berikut :

a. Memilih subjek penelitian

b. Mengadakan pendekatan kepada subjek

c. Mengamati tingkah laku subjek selama pembelajaran di dalam kelas maupun diluar kelas

d. Melaksanakan tes awal ( baseline 1-4 ) untuk mengetahui keterampilan sosial siswa tunarungu sebelum dierikan perlakuan dengan memberikan intervensi. Instrumen diberikan kepada guru kelas V

e. Merumuskan tujuan pembelajaran yang perlu dirumuskan, yaitu tujuan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan sosial, dan tujuan menjalin


(28)

hubungan kerjasama berkomunikasi, memimpin, mempercayai orang lain dan berinteraksi sosial.

f. Menentukan besarnya kelompok besarnya kelompok belajar biasanya dua sampai lima siswa dalam satu kelompok, dengan mempertimbangkan kemampuan anak, ketersediaan bahan, dan ketersediian waktu.

g. Menentukan tempat duduk siswa

h. Merancang bahan untuk saling ketergantungan Untuk meningkatkan i. Melaksanakan tes akhir (intervensi 1-8)

j. Menentukan peran siswa

k. Mengkomunikasikan tujuan dan keharusan bekerjasama menjalin kerjasama dengan anggota kelompok mendapatkan tugas yang sesuai. l. Menyusun akuntabilitas agar seluruh anggota kelompok belajar

mengetahui adanya anggota kelompok yang memerlukan bantuan.

m. Menyusun kerjasama antar kelompok kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas dapat membantu anggota kelompok yang lain yang memerlukan bantuan.

n. Memantau perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung, guru hendaknya menggunakan waktunya untuk memantau kegiatan siswa. o. Mengevaluasi fungsinya kelompok belajar evaluasi dilakukan

untukmengetahui tentang apa yang masih perlu ditingkatkan dalam proses belajar.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Merujuk pada hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Memberikan Pengaruh Signifikan Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu kelas V SDN 1 Mandiri Kota Cimahi, khususnya dalam aspek saling bekerjasama, saling berinteraksi dan bertukar pikiran dan pengalaman. Hal ini dapat diketahui dari adanya peningkatan grafik pada sesi intervensi. Sehingga pernyataan hipotesis bahwa Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Memberikan Pengaruh Signifikan Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu kelas V SDN 1 Mandiri Kota Cimahi dapat diterima. Investigasi kelompok merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat bertanya kepada guru karena disini guru juga berperan sebagai narasumber dan fasilitator. Dalam pembelajaran kooperatif investigasi kelompok ini siswa dituntut untuk saling bekerjasama, berinteraksi dan saling bertukar pikiran dan pengalaman, hal ini terkadang terabaikan oleh guru ketika mengajar dikelas tetapi dengan menggunakan investigasi kelompok keterampilan sosial anak dapat berkembang sehingga anak dapat bekerjasama dengan baik.


(30)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa tunarungu, maka penulis mencoba mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Guru

Pembelajaran kooperatif investigasi kelompok berpengaruh terhadap pengembangan keterampilan sosial siswa tunarungu. Oleh karena itu diharapkan guru dapat mengimplementasikan pembelajaran tersebut dikelas pada materi yang sesuai.

2. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah penelitian ini hendaknya mengembangkan instrumen yang digunakan pada subyek dan kajian yang berbeda, serta dengan permasalahan yang lebih variatif. Sehingga dapat dipakai sebagai bahan studi yang lebih baik dan bermanfaat.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. (1992). Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bineka Cipta. Cahyono, C. P. (1984). Psikologi Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional.

Chaplin, C. P. (1993). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Drever, J. (1988). Kamus Psikologi. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Hartini dan Kaetasapoetra, G. (1992). Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hernawati, T. (2000). Program Layanan Dasar Bimbingan dalam Mengembangkan Perilaku

Sosial Anak Tunarungu Jenjang SLTPLB di SLB Bagian b Lembaga Pendidikan Anak Tuli Bisu Bandung. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Lestari,Sri (2008 ) Materi Kelas .Tersedia dalam http/srilestari student.fkip.uns.ac.id/materi-kelas (26 oktober 2011 )

Lie, Anita (2002). Cooperatif Learning, Mengidentifikasi Cooperatif Learning Di Ruang-ruang

Kelas. Jakarta : Grafindo

Martini, O. (2004). Pengembangan Program Bimbingan Perkembangan Perilaku Sosial Anak

Usia Dini di Kelompok Bermain (Studi Kasus di Kelompok Bermain Aryandini III Kecamatan Margacinta Bandung). Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Maryana, E. (2006). Perilaku Sosial Siswa Sekolah dasar. Skripsi pada PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan

Maryani,Enok. (2009 ). Development of IPS Study Progran to Improve Social Skill Competences. Makalah Seminar Internasional Th 2009. PIPS.Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung. Program Studi Pendidikan IPS UPI Bandung.

Samho, B. (2005). Internalisasi Sikap dan Perilaku Toleransi antar Peserta Didik Berbeda

Agama Berdasarkan Visi Pendidikan Umum. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak


(32)

Sasonglo, I. P. (2006). Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kebijakan Publik tentang

Penanggulangan Sampah (Studi Kasus di Kelurahan Leuwi Gajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi). Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Slavin, Robert. (2008 ). Cooperatif Learning Teori, Riset, dan Praktik, Jakarta : Nusamedia. Soekanto, S. (1985). Kamus Sosiologi. Jakarta: CV . Rajawali.

Soemantri, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Somad, P dan Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud Dikti. Sudjana , N. (1989 ). Penilaian hasil proses belajar mengajar.Bandung : Rosdakarya.

Sugiyono. ( 2010 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta. Sumaatmadja, N. (1984). Metodologi pengajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Bandung:

Alumni

Surya, H. (2006). Kiat Membina Anak Agar Senang Bergaul. Jakarta: Elex Media Komputindo. Tim Dosen UPI. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Laporan Buku, Makalah, Skripsi,

Tesis, Disertasi. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan

Indonesia.

Trianto (2007 ) . Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontrukstivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka

Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1. Yuliani, Y. (2004). Faktor-faktor yang Mendorong Terbentuknya Relasi Persahabatan Antara

Siswa di Sekolah Dasar. Skripsi pada PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Yusuf, H. (1984). Kontribusi Intelegensi dan Harga Diri Terhadap Kualitas Perilaku Sosial. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

Rofuini,2013

Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(menaik, menurun atau mendatar) secara konsisten. Atau jika sebanyak 50% atau lebih data dalam berada dalam rentang 50% diatas dan dibawah mean.

7. Menentukan perubahan level data, perubahan level data menunjukkan seberapa besar data berubah. Dengan cara menghitung selisih antara data terakhir pada base baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih dapat menggambarkan seberapa besar terjadinya perubahan perilaku sebagai akibat dari pengaruh intervensi.

8. Menentukan data yang tumpang tindih

J. Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 1 september sampai dengan 20 september 2012, di SDN I Mandiri Kota Cimahi. Adapun langkah langkahnya sebagai berikut :

a. Memilih subjek penelitian

b. Mengadakan pendekatan kepada subjek

c. Mengamati tingkah laku subjek selama pembelajaran di dalam kelas maupun diluar kelas

d. Melaksanakan tes awal ( baseline 1-4 ) untuk mengetahui keterampilan sosial siswa tunarungu sebelum dierikan perlakuan dengan memberikan intervensi. Instrumen diberikan kepada guru kelas V

e. Merumuskan tujuan pembelajaran yang perlu dirumuskan, yaitu tujuan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan sosial, dan tujuan menjalin


(2)

Rofuini,2013

Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hubungan kerjasama berkomunikasi, memimpin, mempercayai orang lain dan berinteraksi sosial.

f. Menentukan besarnya kelompok besarnya kelompok belajar biasanya dua sampai lima siswa dalam satu kelompok, dengan mempertimbangkan kemampuan anak, ketersediaan bahan, dan ketersediian waktu.

g. Menentukan tempat duduk siswa

h. Merancang bahan untuk saling ketergantungan Untuk meningkatkan i. Melaksanakan tes akhir (intervensi 1-8)

j. Menentukan peran siswa

k. Mengkomunikasikan tujuan dan keharusan bekerjasama menjalin kerjasama dengan anggota kelompok mendapatkan tugas yang sesuai. l. Menyusun akuntabilitas agar seluruh anggota kelompok belajar

mengetahui adanya anggota kelompok yang memerlukan bantuan.

m. Menyusun kerjasama antar kelompok kelompok yang telah selesai mengerjakan tugas dapat membantu anggota kelompok yang lain yang memerlukan bantuan.

n. Memantau perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung, guru hendaknya menggunakan waktunya untuk memantau kegiatan siswa. o. Mengevaluasi fungsinya kelompok belajar evaluasi dilakukan

untukmengetahui tentang apa yang masih perlu ditingkatkan dalam proses belajar.


(3)

Rofuini,2013

Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Merujuk pada hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Memberikan Pengaruh Signifikan Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu kelas V SDN 1 Mandiri Kota Cimahi, khususnya dalam aspek saling bekerjasama, saling berinteraksi dan bertukar pikiran dan pengalaman. Hal ini dapat diketahui dari adanya peningkatan grafik pada sesi intervensi. Sehingga pernyataan hipotesis bahwa Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Memberikan Pengaruh Signifikan Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu kelas V SDN 1 Mandiri Kota Cimahi dapat diterima. Investigasi kelompok merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat bertanya kepada guru karena disini guru juga berperan sebagai narasumber dan fasilitator. Dalam pembelajaran kooperatif investigasi kelompok ini siswa dituntut untuk saling bekerjasama, berinteraksi dan saling bertukar pikiran dan pengalaman, hal ini terkadang terabaikan oleh guru ketika mengajar dikelas tetapi dengan menggunakan investigasi kelompok keterampilan sosial anak dapat berkembang sehingga anak dapat bekerjasama dengan baik.


(4)

Rofuini,2013

Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa tunarungu, maka penulis mencoba mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Guru

Pembelajaran kooperatif investigasi kelompok berpengaruh terhadap pengembangan keterampilan sosial siswa tunarungu. Oleh karena itu diharapkan guru dapat mengimplementasikan pembelajaran tersebut dikelas pada materi yang sesuai.

2. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah penelitian ini hendaknya mengembangkan instrumen yang digunakan pada subyek dan kajian yang berbeda, serta dengan permasalahan yang lebih variatif. Sehingga dapat dipakai sebagai bahan studi yang lebih baik dan bermanfaat.


(5)

Rofuini,2013

Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. (1992). Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bineka Cipta. Cahyono, C. P. (1984). Psikologi Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional.

Chaplin, C. P. (1993). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Drever, J. (1988). Kamus Psikologi. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Hartini dan Kaetasapoetra, G. (1992). Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hernawati, T. (2000). Program Layanan Dasar Bimbingan dalam Mengembangkan Perilaku

Sosial Anak Tunarungu Jenjang SLTPLB di SLB Bagian b Lembaga Pendidikan Anak Tuli Bisu Bandung. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Lestari,Sri (2008 ) Materi Kelas .Tersedia dalam http/srilestari student.fkip.uns.ac.id/materi-kelas (26 oktober 2011 )

Lie, Anita (2002). Cooperatif Learning, Mengidentifikasi Cooperatif Learning Di Ruang-ruang

Kelas. Jakarta : Grafindo

Martini, O. (2004). Pengembangan Program Bimbingan Perkembangan Perilaku Sosial Anak

Usia Dini di Kelompok Bermain (Studi Kasus di Kelompok Bermain Aryandini III Kecamatan Margacinta Bandung). Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Maryana, E. (2006). Perilaku Sosial Siswa Sekolah dasar. Skripsi pada PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan

Maryani,Enok. (2009 ). Development of IPS Study Progran to Improve Social Skill Competences. Makalah Seminar Internasional Th 2009. PIPS.Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung. Program Studi Pendidikan IPS UPI Bandung.

Samho, B. (2005). Internalisasi Sikap dan Perilaku Toleransi antar Peserta Didik Berbeda

Agama Berdasarkan Visi Pendidikan Umum. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak


(6)

Rofuini,2013

Pengaruh Model Pemebelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sasonglo, I. P. (2006). Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kebijakan Publik tentang

Penanggulangan Sampah (Studi Kasus di Kelurahan Leuwi Gajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi). Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Slavin, Robert. (2008 ). Cooperatif Learning Teori, Riset, dan Praktik, Jakarta : Nusamedia. Soekanto, S. (1985). Kamus Sosiologi. Jakarta: CV . Rajawali.

Soemantri, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Somad, P dan Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud Dikti. Sudjana , N. (1989 ). Penilaian hasil proses belajar mengajar.Bandung : Rosdakarya.

Sugiyono. ( 2010 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta. Sumaatmadja, N. (1984). Metodologi pengajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Bandung:

Alumni

Surya, H. (2006). Kiat Membina Anak Agar Senang Bergaul. Jakarta: Elex Media Komputindo. Tim Dosen UPI. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Laporan Buku, Makalah, Skripsi,

Tesis, Disertasi. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan

Indonesia.

Trianto (2007 ) . Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontrukstivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka

Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1. Yuliani, Y. (2004). Faktor-faktor yang Mendorong Terbentuknya Relasi Persahabatan Antara

Siswa di Sekolah Dasar. Skripsi pada PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Yusuf, H. (1984). Kontribusi Intelegensi dan Harga Diri Terhadap Kualitas Perilaku Sosial. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.