DAMPAK PERMAINAN TRADISIONAL KELOMPOK TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL SISWA TUNARUNGU : Studi Eksperimen Pada Siswa Tuna Rungu di SLB B Cicendo Bandung.

(1)

DAMPAK PERMAINAN TRADISIONAL KELOMPOK

TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL SISWA TUNARUNGU ( Studi Eksperimen Pada Siswa Tuna Rungu di SLB B Cicendo Bandung )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

DEVI PRIMAWATI SUSANTI 0700153

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Hak Cipta

DAMPAK PERMAINAN TRADISIONAL

KELOMPOK TERHADAP PERUBAHAN

PERILAKU SOSIAL SISWA

TUNARUNGU

Oleh

Devi Primawati Susanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Devi primawati Susanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DEVI PRIMAWATI SUSANTI

DAMPAK PERMAINAN TRADISIONAL KELOMPOK TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Eksperimen Pada Siswa SMALB SLB B Cicendo Kota Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS.,AIFO NIP. 195603031983031005

Pembimbing II

Dr. Bambang Abduljabbar, M.Pd NIP. 196509091991021001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001


(4)

ABSTRAK

Devi Primawati Susanti NIM. 0700153. Skripsi : Dampak Permainan Tradisional Kelompok Terhadap Perubahan Perilaku Sosial Siswa Tunarungu (Studi Eksperimen Pada Siswa SMALB SLB B Cicendo Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014). Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS., AIFO. Pembimbing II Dr. Bambang Abduljabbar, M.Pd.

Tujuan penelitian untuk mengetahui dampak permainan tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu. Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Desain penelitian one group pretest-posttest. Populasi adalah siswa SMALB sejumlah 15 orang dengan rentang usia 16- 19 tahun, sedangkan sampel sebanyak 15 siswa yang diambil melalui teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan menggunakan skala Guttman. Hasil pengujian diperoleh thitung (5.612) lebih besar dari ttabel (5.561) pada tingkat kepercayaan atau taraf signifikansi α = 0,05 dengan df (n-1) = 14. Kesimpulan bahwa permainan tradisional kelompok memberi pengaruh terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu. Perubahan terlihat sebelum diberikan permainan tradisional kelompok siswa jarang berkomunikasi dan setelah diberikan permainan tradisional kelompok siswa lebih sering berkomunikasi.


(5)

ABSTRACT

Devi Primawati Susanti NIM. 0700153. Skripsi : Impact Of Traditional Games Group Students Against Social Behavior Change Deaf (Experimental Study On Students SMALB SLB B Cicendo Bandung Academic Year 2013/2014). Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Prof. Dr. Beltasar Tarigan, MS., AIFO. Pembimbing II Dr. Bambang Abduljabbar, M.Pd.

The purpose of the study to determine the impact of the traditional game of the group against changes in the social behavior of students with hearing impairment. The method used is an experimental research method. The study design one group pretest-posttest. The population is 15 students SMALB number of people with age range 16-19 years, while the sample of 15 students drawn through simple random sampling technique. The research instrument used was a questionnaire using a Guttman scale. Test results obtained t (5,612) is greater than t table (5,561) at the level of confidence or significance level α = 0.05 with df (n-1) = 14. Conclusion that traditional game group to give effect to changes in the social behavior of students with hearing impairment. Changes seen prior to a group of students given traditional games and rarely communicate after a group of students given

traditional games more often communicate.


(6)

DAFTAR ISI

HAL

PERNYATAAN ……….. i

ABSTRAK……… ii

KATA PENGANTAR………. iii

UCAPAN TERIMA KASIH………... iv

DAFTAR ISI……….... vii

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR………... ix

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah………... 5

C. Rumusan Masalah……….. 6

D. Tujuan Penelitian………... 6

E. Manfaat Penelitian………. 6

F. Anggapan Dasar………. 7

G. Hipotesis……….... 9

H. Batasan Penelitian……….. 9

I. Metode Penelitian………... 10

J. Populasi dan Sampel……….. 11

K. Batasan Istilah……… 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN………... 12

A. Kajian Pustaka……… 12

1.Permainan Tradisional………... 12

2.Sasaran Permainan Tradisional………... 13

3.Manfaat Permainan Tradisional……….. 15

4.Contoh Permainan Tradisional Kelompok……….. 17

a. Terompah Panjang………... b. Galah Asin………... c. Benteng atau Bebentengan……… d. Oray- Orayan………. 17 22 28 32 5.Perilaku Sosial………. 33

a. Pengertian Perilaku Sosial……… b. Bentuk Perilaku Sosial……….. c. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial……….……….. 34 35 37 B. Hipotesis………...……….. 39


(7)

BAB III METODE PENELITIAN……… 46

A. Metode Penelitian……….. 46

B. Lokasi dan Subjek Penelitian………. 48

1.Lokasi Penelitian………..

2. Populasi dan Sampel……….

48 48

C. Definisi Operasional……….. 49

D. Instrumen Penelitian dan Skala Pengukuran……….. 51 1. Instrumen Penelitian……….

2.Skala Pengukuran………...

51 53 E. Teknik Pengumpulan Data ………... 54

F. Langkah- Langkah Penelitian ………... 58

G. Proses Pengembangan Instrumen ………

1.Pengujian Validitas ………...

2.Pengujian Reliabilitas ………... 60 61 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..

63

A. Pengolahan Data………

1. Analisis Uji Coba Instrumen ………. 2. Deskripsi Statistik ……….

3. Uji Asumsi ………

4. Uji Hipotesis………..

63 63 66 68 73

B. Pembahasan Penelitian………... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 78

Daftar Pustaka Lampiran


(8)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Indikator- indikator Perilaku Sosial……… 52

Tabel 3.2 Kisi- Kisi Instrumen Perilaku Sosial……… 52

Tabel 3.3 Kategori Pemberian Skor Alternatif……… 54

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen... 63

Tabel 4.2 Hasil Penghitungan Validitas Instrumen……… 64

Tabel 4.3 Statistik Deskripsi Perilaku Sosial Pre- Test………... 66

Tabel 4.4 Statistik Deskripsi Perilaku Sosial Post- Test…………... 67

Tabel 4.5 Statistik Deskripsi Tingkat Perilaku Sosial Siswa……... 68

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data……… 69

Tabel 4.7 Kesimpulan Normalitas Data……… 71

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Data……….……… 72


(9)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Lintasan Terompah Panjang………. 18

Gambar 2.2 Bendera Start………. 19

Gambar 2.3 Terompah Untuk 3 Orang………. 20

Gambar 2.4 Terompah Untuk 5 Orang………. 20

Gambar 2.5 Permainan Galah Asin………... 25

Gambar 2.6 Permainan Bebentengan………... 31

Gambar 3.1 Desain Penelitian……….. 47

Gambar 3.2 Langkah- Langkah Penelitian………... 58

Gambar 4.1 Grafik Perbedaan Rata- Rata Skor Siswa………. 68

Gambar 4.2 Grafik Normalitas Pre- Test……….. 70


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permainan rakyat atau olahraga tradisional adalah sebuah nilai budaya dalam khasanah kearifan lokal masyarakat Indonesia. Seperti halnya dengan berbagai nilai- nilai budaya lainnya yang ada dalam budaya masyarakat, permainan rakyat atau yang lebih spesifik pada permainan tradisonal mengalami berbagai transformasi nilai sepanjang sejarah kehidupan masyarakat pemiliknya.

Menurut Laksono (2006:1) yang disebut sebagai olahraga tradisional : “harus memenuhi dua persyaratan yaitu berupa olahraga dan sekaligus juga tradisional baik dalam memiliki tradisi yang telah berkembang selama beberapa generasi, maupun dalam arti sesuatu yang terkait dengan tradisi budaya suatu bangsa secara lebih luas.”

Permainan tradisional adalah warisan leluhur Indonesia. Dalam permainan tradisional ini terkandung nilai- nilai sosial dan nilai fisik yang sangat berguna bagi perkembangan sosial anak disamping itu kita dapat melestarikan budaya bangsa Indonesia.

Permainan rakyat atau olahraga tradisional sebagai aset budaya bangsa perlu dilestarikan. Digali dan ditumbuh kembangkan, karena selain merupakan olahraga atau permainan untuk mengisi waktu luang, juga mempunyai potensi untuk dapat lebih dikembangkan sebagai olahraga yang bisa membantu meningkatkan kualitas jasmani bagi pelakunya. Selain itu, olahraga ini berdampak positif pula bagi terwujudnya masyarakat yang sehat, bugar dan berkecukupan gerak. Karena didalamnya terkandung berbagai aktivitas dan gerak badaniah yang mendukung kebugaran. Pembinaan olahraga tradisional tersebut dapat dilakukan dikalangan sekolah serta dikalangan masyarakat awam pada umumnya.

Hakekat keterlibatan seseorang dalam melakukan aktivitas jasmani yaitu memenuhi kebutuhannya baik sebagai individu maupun makhluk sosial. Kebutuhan itu ialah gerak yang spesifik yang dilakukan secara sadar dan bertujuan. Bergerak itu merupakan kebutuhan dasar. Karena bergerak manusia


(11)

2

mampu bertahan hidup dan melalui geraklah manusia dapat mencapai beberapa tujuan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan sosial.

Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Apabila manusia kekurangan gerak maka manusia akan mengalami berbagai keterbatasan fisik, mental dan sosial.

Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas individu dalam relasi interpersonal ini biasa disebut perilaku sosial.

Perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian adalah gejala psikologi sosial seperti yang diungkapkan oleh Nurjanah (1983:351) adalah telaah tentang cara kita berpikir, merasa dan bertindak dalam lingkungan sosial dan pengaruh lingkungan sosial terhadap pikiran, perasaan dan tindakan kita.

Psikologi sosial menekankan bahwa perilaku manusia merupakan fungsi dari orang dan situasi yang ada. Perilaku sosial sangat berkaitan dengan kehidupan individu, baik pada masa kanak- kanak, remaja dan dewasa. Perilaku sosial pada masa kanak- kanak di arahkan oleh orang tua yang nantinya apabila anak itu tumbuh dewasa mampu berinteraksi tidak hanya dilingkungan keluarga tetapi di lingkungan masyarakat juga, pada masa remaja perilaku sosial masih di arahkan orang tua tapi tidak sepenuhnya, selebihnya mereka menentukan sendiri bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan luar, pada masa dewasa bisa dikatakan perilaku sosial mereka sudah tidak perlu arahan dari orang tua karena pada masa ini kehidupanya mulai mandiri dan kadang perilaku sosial pada masa remaja masih tergolong labil.

Menurut Ibrahim, perilaku sosial ini identik dengan reaksi sosial dari seseorang terhadap orang lain, sedangkan menurut Moekjat (2004:14) sosial merupakan kehidupan masyarakat dimana masyarakat itu selalu memerlukan bantuan dari orang lain dan mereka tidak bisa hidup berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.


(12)

3

Dengan ini makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, makhluk sosial dipastikan membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Bagaimana cara mereka berinteraksi terlihat dari bagaimana mereka berhubungan dengan teman dekatnya, bila seseorang berinteraksi baik dengan teman dekatnya maka seseorang tersebut akan baik pula berinteraksi dengan lingkungan barunya.

Pendidikan jasmani juga dimanfaatkan untuk para siswa yang berkebutuhan khusus. Pendidikan jasmani yang sifatnya untuk memenuhi kebutuhan para siswa berkebutuhan khusus sering diarahkan pada orientasi melakukan terapi kebutuhan melalui aktivitas jasmani dan oleh karena itu pula disebut pendidikan jasmani adaptif.

Penjas adaptif merupakan salah satu alternatif pendidikan untuk membantu anak- anak cacat agar kemampuan geraknya dapat dioptimalkan. Sebagaimana dijelaskan Tarigan (2008:9) bahwa: “Penjas adaptif bertujuan untuk merangsang perkembangan anak secara menyeluruh, dan diantara aspek penting yang dikembangkan adalah kosep diri yang positif”. Penjas adaptif diarahkan untuk membangkitkan kesenangan pada anak- anak yang mengalami cacat mental, disamping tugas gerak dan materi pembelajaran yang diberikan untuk siswa.

Anak yang mengalami penyimpangan seperti itu merupakan anak luar biasa yang meliputi anak cacat fisik, cacat mata, termasuk buta atau setengah buta, cacat pada tulang, termasuk lumpuh karena gangguan otak, tuli, termasuk tuli total dan tuli sebagian, cacat pada alat bicara, epilepsi, gangguan emosi dan cacat bawaan. Sejalan berkaitan dengan hal tersebut Tarigan (2002:12) menjelaskan:

Anak luar bisa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri- ciri penyimpangan mental, fisik, emosi, atau tingkah laku yang membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara maksimal semua potensi yang dimilikinya.

Kemudian Tarigan (2008:15) menambahkan :

Oleh karena itu guru penjas adaptif seyogianya membantu peserta didiknya agar tidak merasa rendah diri dan terisolasi dari lingkungannya. Kepada peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas jasmani melaui berbagai macam olahraga dan permainan. Pemberian kesempatan itu merupakan pengakuan bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan anak- anak normal.


(13)

4

Siswa yang berkebutuhan khusus memiliki kemampuan gerak yang sangat terbatas dalam mengikuti pendidikan jasmani. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Tarigan (2008:33) “Faktor penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adaptif adalah terjadi komunikasi dua arah yang efektif, yang semua intruksi harus jelas dan isyarat- isyarat yang diberikan dapat dipahami dengan baik.” Pada siswa yang mengalami gangguan pendengaran (tunarungu) proses komunikasi tidak lancar karena siswa tunarungu tidak mampu mendengar intruksi yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani.

Menurut Tarigan (2008:30) ada dua kategori gangguan pendengaran yaitu:

“Pertama disebut tuli berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran yang cukup berat sehingga tidak bisa menerima informasi bahasa termasuk memprosesnya, dan yang kedua adalah sulit mendengar berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran yang sifatnya bisa tetap dan tidak tetap namun tidak sama dengan tuli.”

Meskipun siswa- siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) mempunyai keterbatasan, namun kebutuhan untuk belajar penjas sangat diprioritaskan seperti pelajaran lainnya. Secara umum pembelajaran penjas adaptif di SLB sama dengan pembelajaran siswa- siswi di sekolah umum. Yang membedakannya adalah model pembelajaran yang disesuaikan dengan jenis dan tingkat ketunaannya sehingga memenuhi kebutuhan pendidikan siswa berkebutuhan khusus. Artinya jenis aktivitas olahraga tidak dapat diberikan sesuai dengan yang diberikan di sekolah umum tetapi diadaptasikan sesuai dengan karakteristik masing- masing kelainan pada anak. Pelaksanaan pembelajaran penjas di SLB harus ditunjukkan pada tingkat kemampuan fisik dan ketidakmampuan fisik siswa berkebutuhan khusus tersebut.

Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana, terarah dan terbimbing diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Liputan tujuan itu terdiri atas pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional, sosial dan moral- spiritual.


(14)

5

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa sering terlihat siswa tunarungu merasa takut, enggan atau bermalas- malasan dan bahkan menolak berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran. Keterbatasan yang dimiliki seringkali menghambat sikap atau perilaku kerjasama, kepercayaan diri bahkan merendahkan self esteem sehingga para siswa tidak berpartisipasi dalam pembelajaran. Di satu sisi konsep pendidikan jasmani yang membangun interaksi sosial tidak menumbuhkan atau mengembangkan keunggulan dari para siswa itu sendiri. Oleh karena itu, guru memerlukan sikap yang baik dalam menghadapi siswa tunarungu serta guru pun memerlukan ilmu pengetahuan yang cukup serta keterampilan yang baik untuk memudahkan dalam mendekatan diri kepada siswa serta dapat lebih mudah dalam penyampaian materi. Sehingga dapat meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran serta dapat merangsang peningkatan kemampuan intelektual siswa. Proses pendidikan merupakan hal penting untuk menanamkan nilai- nilai dan sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan baik dari segi fisik maupun mentalnya sehingga mereka mampu bersosialisasi dengan lingkungan dan memiliki rasa percaya diri dan harga diri.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan sepintas siswa tunarungu banyak dihinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam komunikasinya, hal seperti ini akan membingungkan siswa tunarungu.

Kekakuan, egosentris dan keras kepala ini merupakan bagian dari aspek psikologis dan sosial, semua ini akan muncul apabila anak tunarungu telah berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga didalam menghadapi hidup ini anak tunarungu merasa asing dari lingkungan sosialnya. Sehingga dapat mengakibatkan kemunduran untuk bersosialisasi.

Melalui aktivitas permainan tradisional kelompok yang dilakukan oleh siswa di sekolah diduga dapat memberikan dampak positif bagi mereka antara lain kedisiplinan, menghargai sesama, kejujuran, keberanian, displin, bertanggung jawab dan sportivitas.


(15)

6

Pembelajaran permainan tradisional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang memanfaatkan berbagai ragam permainan tradisional yang diterapkan kepada siswa tunarungu. Para siswa diajak berpartisipasi dalam permainan tradisional berkelompok.

Sedangkan perilaku sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah interaksi sosial, kerjasama, komunikasi, disiplin dan sportivitas.

C.Rumusan Masalah

Atas dasar indentifikasi variabel timbul pertanyaan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah ada pengaruh signifikan dari permainan tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu di SLB B Cicendo?

D.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian yang diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh permainan tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku siswa tunarungu di SLB B Cicendo.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis bagi program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, lingkup Sekolah Luar Biasa dan masyarakat sebagai berikut:

1. Lingkup Sekolah Luar Biasa

 Menambah wawasan dan pengetahuan tentang manfaat permainan tradisional terhadap sikap sosial siswa tunarungu.

 Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan permainan tradisional bagi siswa tunarungu.

 Meningkatkan minat siswa pada permainan tradisional melalui pendidikan jasmani adaptif.


(16)

7

 Menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya di daerah Jawa Barat.

2. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

 Memberikan informasi maupun pengetahuan yang bermanfaat tentang permainan tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu.

 Sebagai saran atau masukkan bagi lembaga pendidikan serta penyelenggara pendidikan mengenai pembelajaran permainan tradisional kelompok terhadap sikap sosial siswa tunarungu.

 Bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang ingin atau hendak meneliti hal- hal yang berhungungan dengan permainan tradisional atau perilaku sosial siswa tunarungu.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah suatu pendapat yang diyakini kebenarannya dan dijadikan sebagai titik tolak penelitian untuk memecahkan suatu permasalahan.

Dalam hal ini Arikunto (2006:59) mengemukakan bahwa:

Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya untuk penelitian yang harus dirumuskan secara jelas dan berfaedah untuk memperkuat permasalahan seta membantu peneliti dalam memperjelas dan memantapkan objek penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengambilan data.

Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini diantaranya adalah:

Pada masa kanak- kanak, bermain merupakan kebutuhan dasar yang hakiki. Bahkan para ahli mengatakan bahwa anak- anak identik dengan bermain, karena hampir semua hidupnya tidak lepas dari bermain. Sukintaka (1992) mengatakan tentang fungsi bermain:


(17)

8

“kalau anak bermain atau diberi permainan dalam rangka pendidikan jasmani, maka anak akan melakukan permainan itu dengan rasa senang. Karena rasa senang inilah maka anak mengungkapkan keadaan pribadinya yang asli pada saat mereka bermain, baik itu berupa watak asli, ataupun kebiasaan yang telah membentuk watak aslinya. Dengan bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang”.

Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan individu lainnya. Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Dengan istilah lain kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling membutuhkan, saling melengkapi dan saling ketergantungan satu sama lain.

Menurut Gerungan (2009:26), “Manusia adalah makhluk sosial”. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Artinya sebagai makhluk sosial kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri, kita selalu menjalin hubungan dengan orang lain, mencoba untuk mengenali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi, serta berusaha untuk mempertahankan interaksi tersebut. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau mengadakan interaksi.

Agar interaksi terjadi dengan baik manusia harus mempunyai perilaku yang baik pula, begitu pula interaksi dengan teman- teman dan orang- orang dewasa termasuk transmisi sosial dan memegang peranan dalam perkembangan intelektual siswa.

Perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan peranan (role disposition) dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal yaitu yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial, memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya, mampu memimpin teman-teman kelompok, tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul.

Perilaku sosial merupakan sifat yang relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara- cara yang berbeda, misalnya ada orang yang memiliki sifat pemurah dalam bekerjasama, atau penyabar dan tenang dalam menanggapi reaksi


(18)

9

penolakan yang keras dari pihak lain. Sementara itu ada pula orang yang menunjukkan perilaku bermusuhan, baik dalam ucapan yang menyakitkan perasaan orang atau bahkan tindakan meresahkan orang lain. Semua itu merupakan contoh pola perilaku yang melibatkan interaksi antar individu.

Sebaliknya, perilaku sosial individu dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respon interpersonal yaitu kurang mampu bergaul secara sosial, mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain, pasif dalam mengelola kelompok, tergantung kepada orang lain bila akan melakukan suatu tindakan.

G. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara sebagai acuan dalam melakukan penelitian sebagai pedoman dan arah pada tujuan penelitian. Menurut Arikunto (2006:36) menjelaskan, bahwa hipotesis dapat di artikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai melalui data yang terkumpul.

Adapun hipotesis penelitian adalah permainan tradisional kelompok berpengaruh signifikan terhadap perilaku siswa tunarungu.

H. Batasan Penelitian

Pembatasan penelitian diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah. Mengenai pembatasan masalah, dijelaskan oleh Surakhmad (1998:36) sebagi berikut:

“Pembatasan penelitian diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untu dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya: tenaga, waktu, biaya dan sebagainya yang timbul dari rencana tersebut.”


(19)

10

Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka penelitian ini dibatasi pada hal- hal sebagai berikut:

1. Meneliti tentang dampak olahraga tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu di SLB B Cicendo

2. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian dengan variabel:  Variabel Bebas : Dampak permainan tradisional kelompok  Variabel Terikat : Perubahan perilaku sosial siswa tunarungu 3. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini siswa tunarungu dengan rentang usia 16 - 19 tahun.

I. Metode Penelitian

Kegiatan studi penelitian tidak akan terlepas dari penentuan metode yang akan digunakan, hal ini terkait dengan keberhasilan yang ingin dicapai dengan menetukan metode yang tepat sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Sugiyono (2010:3) menjelaskan bahwa “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Metode ini dipergunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat langsung dari suatu perlakuan atau treatment. Untuk mengumpulkan data dan mengetahui dampak perilaku siswa dilihat dari angket dan diamati melalui observasi.

Eksperimen atau pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan dengan intensitas pertemuan tiga kali seminggu. Mengenai jangka waktu lamanya latihan menurut Juliantine, dkk. (2007: 2.65) menyatakan bahwa: “….latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam seminggu.” Adapun latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu.


(20)

11

Penggunaan metode ini diharapkan dapat mengungkapkan dampak aktivitas jasmani terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu di SLB B Cicendo.

J. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SLB B Cicendo yang berjumlah 15 siswa. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMALB Cicendo dengan rentang usia 16- 19 tahun yang berjumlah 15 orang.

K. Batasan Istilah

Untuk menghindari adanya penafsiran yang kurang tepat, penulis memberikan penjelasan mengenai istilah yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu:

1. Dampak menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik negatif maupun positif.

2. Olahraga tradisional harus memenuhi dua persyaratan yaitu berupa olahraga dan sekaligus juga tradisional baik dalam arti memiliki tradisi yang telah berkembang selama beberapa generasi, maupun dalam arti sesuatu yang terkait dengan tradisi budaya suatu bangsa secara lebih luas.

(Bambang Laksono 2006:1)

3. Perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respon antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain.

Baron (1991) yang dikutip oleh Ibrahim (2001:4)

4. Tunarungu yaitu gangguan pendengaran. Tunarungu dibagi menjadi dua kategori: pertama disebut tuli berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran yang cukup berat sehingga tidak bisa menerima informasi bahasa termasuk memprosesnya, dan yang kedua adalah sulit mendengar berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran yang sifatnya bisa tetap dan tidak tetap namun tidak sama dengan tuli.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam suatu penelitian merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan tujuan dalam sebuah penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan dan mengumpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian yang dilakukan. Mengenai metode ini Sugiyono (2010:2), mengemukakan “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam suatu penelitian terdapat beberapa metode yang biasa dipergunakan diantaranya eksperimen.

Metode penelitian eksperimen merupakan sebuah penelitian yang memberikan perlakuan (treatmen) kepada objek penelitinya agar memberikan sebuah dampak atau hasil yang diinginkan. Menurut Sugiyono (2010:72) “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Lebih lanjut Arikunto (2006:9) menjelaskan bahwa, “Eksperimen selalu dimaksudkan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan”.

Dengan demikian berdasarkan pengertian tersebut, peneliti beranggapan bahwa metode eksperimen tepat digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat diketahui bagaimana dampak permainan tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu.

Banyak macam dan bentuk eksperimen yang dapat digunakan misalnya, pre experimental, true experimental, factorial experimental dan quasi experimental, lebih lanjut Sugiyono (2009:73) menjelaskan bahwa :


(22)

36

bentuk pre experimental design ada beberapa macam yaitu: one-shot case

study, one group pretest-posttest design dan intact-group comparison, bentuk

true experimental design yaitu: posttest only control design dan pretest group

design, factorial design merupakan modifikasi dari true experimental design,

dan bentuk quasi experimental design yaitu: time series design dan nonequivalen group design.

Dari penjelasan tentang macam dan bentuk metode eksperimen di atas, peneliti memilih metode one group pretest-posttest design dengan bentuk pre

experimental. One group pretest-posttest design merupakan salah satu metode

yang hanya mempunyai satu kelompok eksperimen.

Pada awal pertemuan siswa akan diberikan kuesioner mengenai perilaku sosial yang mencakup kerjasama, interaksi sosial, komunikasi, disiplin dan sportivitas. Kelompok eskperimen diberi posttest untuk mengetahui keadaaan awal. Kemudian kelompok eksperimen akan diberi perlakuan pembelajaran permainan tradisional berkelompok yang terdiri dari permainan tradisional terompah panjang, galah asin, bebentengan dan oray- orayan. Pembelajaran permainan tradisional dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan. Setelah pemberian perlakuan selama jangka waktu tersebut kelompok eksperimen kembali diberi

posttest mengenai perilaku sosial yang mencakup kerjasama, interaksi sosial,

komunikasi, disiplin dan sportivitas. Kemudian data yang terkumpul dari hasil penyebaran angket diolah dengan statistik sederhana. Dan desain penelitian menurut Sugiyono (2009:79) dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Penelitian R = O1 -> X -> O2

Keterangan

R Random menentukan sampel dengan acak X

Perlakuan/ treatmen yang diberikan kepada sampel yaitu permainan tradisional

O1

Pre- test awal sebelum perlaukan yang diberikan pada kelompok eksperimen O2

Post- test akhir setelah perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen


(23)

37

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian ini di Sekolah Luar Biasa di Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Tepatnya di SLB B Cicendo.

2. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Sugiyono (2009:80) menjelaskan bahwa “Populasi adalah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Lebih lanjut Arikunto (2006:173) menjelaskan bahwa “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMALB Cicendo Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Jumlah populasi yang peneliti ambil adalah 15 orang dengan rentang usia 16 - 19 tahun.

Dari jumlah populasi yang ada maka peneliti akan mengambil sampel sebagai objek yang akan diteliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono (2009:81) menjelaskan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Lebih lanjut Arikunto (2006:173) menjelaskan “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, ada beberapa teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan. Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan jumlah sampel yang akan menjadi objek penelitian. Menurut Sugiyono (2010:81) secara skematis macam- macam sampling terbagi menjadi :

probability sampling dan non probability sampling, probability sampling

terdiri dari simple randome sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, area (cluster) sampling / sampling menurut daerah, sedangkan non probability sampling terdiri dari sampling sistematis, sampling kuota, sampling incidental, purposive sampling, sampling jenuh dan snowball sampling.


(24)

38

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik probability sampling bentuk samping jenuh. Menurut Sugiyono (2010:84) “probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Sedangkan sampling jenuh lebih lanjut Sugiyono (2010:85) menjelaskan bahwa “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Berdasarkan pengertian tersebut dan jumlah populasi yang kurang dari 100 maka peneliti menggunakan teknik sampling jenuh dengan alasan semua jumlah populasi yang ada dijadikan sampel penelitian. Hal ini senada dengan Arikunto (2006:120) mengemukakan bahwa “apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar maka dapat diambil 10%- 25% atau lebih”.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMALB Cicendo Kota Bandung yang berjumlah 15 orang. Dan semua anggota populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul- betul representatif (mewakili).

C. Definisi Operasional

1. Permainan Tradisional

Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan mengasah perilaku sosialnya sehingga timbul interaksi dengan orang lain, nyaman dan terbiasa dalam kelompok. Permainan tradisional dalam penelitian ini adalah permainan yang akan dimainkan oleh anak- anak, baik menggunakan alat maupun tanpa alat tradisional.

2. Perilaku Sosial Dan Interaksi Sosial

a. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001:4), perilaku sosial itu tampak dalam pola respon antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi.


(25)

39

b. Perilaku sosial juga sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron dan Byrne (1991) dalam Rusli Ibrahim (2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan atau rasa hormat terhadap orang lain

c. Maryati dan Suryawati (2003) dalam Tanti (2011) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.

3. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial

Ibrahim (2001) menjelaskan, “Ada 12 sifat respons antar pribadi yang diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yang dapat berubah- ubah yaitu: kecenderungan perilaku peran, kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial, kecenderungan perilaku ekspresif.”

a.Kecenderungan perilaku peran

1) Sifat pemberani dan pengecut secara sosial 2) Sifat berkuasa dan sifat patuh

3) Sifat inisiatif secara sosial dan pasif 4) Sifat mandiri dan tergantung

b.Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial 1) Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain 2) Suka bergaul atau tidak suka bergaul 3) Simpatik atau tidak simpatik

c.Kecenderungan perilaku ekspresif

1) Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka kerjasama)

2) Sifat agresif dan tidak agresif 3) Sifat tenang secara sosial


(26)

40

D. Instrumen Penelitian dan Skala Pengukuran

1. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan sebuah alat pengukuran yang digunakan dalam sebuah penelitian untuk mempermudah dalam mengumpulkan data penelitian. Arikunto (2006:134) mengungkapkan bahwa “Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah.” Untuk memperoleh data seoang peneliti harus menggunakan alat atau instrumen yang dapat menunjang dalam memperoleh data dari permasalahan yang akan diteliti dan untuk menentukkan jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Pada penelitian ini akan meneliti tentang “dampak permainan tradisional terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu” dan instrumen yang dibuat adalah instrumen untuk mengukur perubahan perilaku sosial siswa tunarungu.

Ada beberapa cara untuk menyusun instrumen penelitian, menurut Sugiyono (2010:103) langkah- langkah untuk “menyusun instrumen yaitu menentukkan variabel penelitian, menetapkan indikator- indikator variabel, menyusun pernyataan dari variabel”.

Dengan berdasarkan pada metode penelitian yang telah peneliti pilih, yaitu eksperimen maka instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk kuesioner (angket). Kuesioner berfungsi sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur perubahan perilaku sosial siswa tunarurungu. Menurut Sugiyono (2010:142) menyatakan bahwa :

kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Dalam penelitian ini kuesioner (angket) yang akan dibuat adalah “perilaku sosial” (variabel) dan indikator perilaku sosial yang digunakan seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim (2001) pada tabel berikut :


(27)

41

Tabel 3.1

Indikator- Indikator Perilaku Sosial

ASPEK INDIKATOR

Perilaku sosial 1. Kemampuan berkomunikasi

2. Menjalin hubungan dengan orang lain 3. Menghargai diri sendiri dan orang lain

4. Mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain 5. Memberi atau menerima feedback

6. Memberi atau menerima kritik

7. Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku.

Untuk memperjelas dan mempermudah penelitian, maka peneliti membuat angket dalam bentuk kisi- kisi sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kisi- Kisi Instrumen Perilaku Sosial Definisi

Konsep Variabel Indikator

No Pertanyaan + - Perilaku sosial Saling menghargai

Menghargai diri sendiri dan orang lain

7,29, 20, 34

9, 26,49, 52, 50, Mendengarkan pendapat atau

keluhan dari orang lain 39 54,

Memberi atau menerima

feedback 22 26

Memberi atau menerima kritik 21 51

Kerjasama Kemampuan berkomunikasi 6,17, 35,38 Menjalin hubungan dengan

orang lain

14,25, 43, 45

4, 9, 40, 47 Tanggung

jawab dan Disiplin

Bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku

1, 3, 5, 8,12, 13,

15, 23, 32,44

2, 10, 11, 16, 18, 28,53 31, 36, 37,46


(28)

42

2. Skala Pengukuran

Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala pengukuran untuk mempermudah dalam perhitungannya. Skala pengukuran merupakan acuan untuk menentukan jumlah jawaban yang digunakan pada instrumen. Menurut Sugiyono (2010:92) “skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif”.

Skala pengukuran terbagi menjadi beberapa macam skala menurut Sugiyono (2010:93) “beberapa skala pengukuran yang digunakan untuk penelitian adalah skala Likert, skala Guttman dan Rating Scale Semantic Deferential”.

Dari tabel diatas, mengenai kisi- kisi angket perilaku sosial yang mengikuti permainan tradisional kelompok di SLB B Cicendo tampak aspek dan indikator untuk membuat butir pertanyaan. Setiap butir pertanyaan angket diberikan bobot skor dengan menggunakan skala Guttman, skala Guttman menurut Sugiyono (2010:96) sebagai berikut: “Skala pengukuran dengan tipe ini akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya- tidak; benar- salah; pernah- tidak pernah; positif- negatif.” Lebih lanjut Sugiyono (2010:26) menjelaskan “selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol.

Untuk kategori uraian tentang alternatif jawaban dalam angket, penulis menetapkan kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Ya=1, Tidak=0, sedangkan kategori untuk setiap pernyataan negatif, yaitu Ya=0, Tidak=1. Kategori tersebut disusun untuk memberikan skor terhadap jawaban yang diberikan responden, sehingga melalui skor - skor tersebut dapat disusun dan ditetapkan suatu penilaian mengenai pengaruh permainan tradisional terhadap


(29)

43

perubahan perilaku sosial siswa tunarungu. Mengenai kategori penilaian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban

Skor Alternatif Jawaban

+ -

Ya 1 0

Tidak 0 1

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses penting yang harus dilakukan oleh penelitian untuk mendapatkan sebuah sumber penelitian sehingga dapat memperoleh hasil yang diharapkan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2010:137)

“terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan cara- cara yang digunakan untuk mengumpulkan data”

Ada beberapa cara untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian baik penelitian kuantitatif dan kualitatif. Menurut Sugiyuno (2010:137) “teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dokumentasi dan gabungan”.

Untuk menunjang penelitian ini maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Kuesioner (angket)

Menurut Sugiyono (2010:142) “kuesioner merupakan teknik pengumpulkan data yang dilakukan dengan memberikan seperangat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.


(30)

44

Jenis- jenis kuesioner yang dapat dipakai sebagai alat pengumpul data dijelaskan oleh Arikunto (2006:195) adalah sebagai berikut:

Kuesioner dapat dibeda- bedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangnya:

a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada:

1)Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

2)Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

b. Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:

1)Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

2)Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.

c. Dipandang dari bentuknya, maka ada:

1)Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner

tertutup.

2)Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.

3)Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda

check () pada kolom yang sesuai.

4)Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh

kolom- kolom yang menunjukkan tingkatan- tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.

Penggunaan angket dalam hal ini memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dijelaskan Arikunto (2006:195) adalah sebagai berikut:

Keuntungan angket :

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing- masing dan menurut waktu senggang responden

d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu- malu menjawab

e. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar- benar sama.


(31)

45

Dalam menyusun butir- butir pertanyaan peneliti berpatokan kepada prinsip penyusunan butir- butir pertanyaan angket. Dalam merumuskan pertanyaan- pertanyaan itu peneliti berpedoman pada pendapat Uma Sekaran dalam Sugiyono (2010:142) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu :

a. Isi dan tujuan pertanyaan b. Bahasa yang digunakan c. Tipe dan bentuk pertanyaan d. Pertanyaan tidak mendua

e. Tidak menanyakan yang sudah lupa f. Pertanyaan tidak menggiring

g. Panjang pertanyaan h. Urutan pertanyaan i. Prinsip pengukuran j. Penampilan fisik angket

Angket dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang dijabarkan melalui sub variabel, indikator- indikator dan pernyataan. Model angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model angket tertutup. Untuk memudahkan dalam penyusunan butir- butir pernyataan angket serta alternatif yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu alternatif jawaban saja. Jawaban yang dikemukakan oleh responden merupakan jawaban sendiri.

2. Interview (wawancara)

Wawancara merupakan kegiatan tanya- jawab yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang ada. Menurut Sugiyono (2010:137) mengatakan bahwa:

“wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil.”

Kegiatan wawancara terbagi menjadi dua cara yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur, dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(32)

46

wawancara tidak terstruktur, menurut Sugiyono (2010:140) mendefinisikan wawancara tidak terstruktur adalah :

“wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis- garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.”

Wawancara ini digunakan dalam penelitian pendahuluan untuk mengetahui masalah responden yang lebih mendalam yang akan diteliti, wawancara ini dilakukan secara terbuka.

3. Dokumentasi

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik kegiatan formal ataupun informal biasanya selalu didokumentasikan, karena dokumentasi merupakan hal penting yang bisa dipertanggungjawabkan keotentikan kegiatan tersebut. Menurut Sugiyono (2010:240) menyatakan bahwa “dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya- karya monumental dari seseorang”.

F.Langkah- Langkah Penelitian

Langkah- langkah penelitian dapat digambarkan dalam bagan berikut :

Populasi

Sampel

Instrumen Jadi Uji Coba Instrumen

Observasi awal untuk mencari permasalahan Menetapkan pokok bahasan Penyusunan bentuk treatmen Evaluasi


(33)

47

Gambar 3.2

Langkah- Langkah Penelitian

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan pada penelitian ini meliputi beberapa langkah sebagai berikut :

a. Merumuskan masalah

b. Studi literatur perilaku sosial siswa tunarungu dan permainan tradisional c. Menyusun pelaksanaan permainan tradisional yang akan digunakan sebagai

treatmen pada kelompok eksperimen

d. Penyusunan instrumen penelitian

Instrumen yang akan digunakan adalah kuesioner (angket) yang berisi beberapa pernyataan mengenai perilaku sosial.

e. Uji coba instrumen penelitian

Menguji instrumen penelitian pada responden untuk mencari data yang akan dianalisis.

f. Analisis hasil uji coba insturmen

Instrumen yang telah diujicobakan kemudian dianalisis untuk mencari kevaliditasan dan kereliabilitasan instrumen penelitian yang hasilnya akan menjadi instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Treatmen

Tahap pelaksanaan treatmen kelompok eksperimen, hal- hal yang dipersiapkan dan dilakukan dilapangan adalah sebagai berikut :


(34)

48

Sebelum melakukan treatmen, siswa mengisi beberapa pernyataan pada angket yang berkaitan dengan perilaku sosial, yang hasilnya digunakan sebagai data untuk mengetahui kemampuan awal. Hasilnya akan dianalisis lebih lanjut dengan perhitungan statistik.

b. Melakukan treatmen

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan dengan intensitas pertemuan 3 kali seminggu. Mengenai jangka waktu lamanya latihan menurut Juliantine, dkk. (2007: 2.65) menyatakan bahwa “….latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam seminggu.” Adapun latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu.

c. Melakukan post-test

Siswa kembali mengisi angket yang berisi pernyataan yang sama pada sebelumnya, hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir setelah diberikan treatmen.

d. Menganalisis data post-test

Skor- skor hasil dari pengisian angket akan dianalisis menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan SPSS 16 windows.

e. Membuat pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian

Membuat kesimpulan hasil dari penghitungan yang kemudian hasilnya dijadikan bahan pembahasan penelitian.

G.Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen dapat dilakukan setelah data hasil dari penelitian diperoleh. Pengembangan instrumen ini dilakukan berdasarkan metode statistika agar diperoleh data akhir atau kesimpulan yang benar. Menurut Nurhasan (2007:1) bahwa “Statistika ialah pengetahuan yang berhubungan dengan cara- cara pengumpulan fakta, pengolahan dan penganalisisannya serta penarikan kesimpulan dan pembuatan keputusan berdasarkan pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari hasil pengukuran”.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden, yang masuk ke dalam sampel, kemudian dilakukan pengujian


(35)

49

terhadap kuesioner untuk mengukur tingkat kebaikan kuesioner, maka kita dapat melakukan analisis validitas dan reliabilitas kuesioner.

Validitas menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang ditanyakan atau apa yang ingin diukur dalam penelitian. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,361 (Robert M Kaplan dan Dennis Saccuzo, 1993).

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,700 (Robert M Kaplan dan Dennis Saccuzo, 1993)

a. Uji Validitas

Untuk pengujian validitas instrumen data pengetahuan yang berupa skor dikotomi digunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut :

p p X Xi

X

PB 

  

 

1

 

Dimana : X = Rata-rata test untuk semua orang

Xi = Rata-rata pada test hanya untuk orang-orang yang menjawab benar pada item ke-I

p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i 1-p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i

X

 = Standar deviasi pada test untuk semua orang

Kriteria validitasnya adalah jika PB  0,361 item pertanyaan valid dan PB <


(36)

50

b. Uji Reliabilitas

Sama halnya seperti pengujian validitas data pengetahuan diberi skor yang berupa skor dikotomi kemudian untuk mencari koefisien reliabilitasnya digunakan koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20) yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

KR-20 =

  

 

  

2

2

1

1 S

p p S

n n

Dimana : KR-20 = Koefisien Reliabilitas KR-20 n = Jumlah item

S2 = Varians skor keseluruhan

p = Proporsi yang mendapatkan nilai benar untuk setiap item (1-p) = Proporsi yang mendapatkan nilai salah untuk setiap item Kriteria reliabilitasnya adalah jika KR-20  0,700 maka dimensi kuesioner reliabel (konsisten) dan jika KR-20 < 0,700 maka dimensi kuesioner tidak


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional kelompok memberikan pengaruh terhadap perubahan perilaku sosisal siswa tunarungu di SLB B Cicendo Kota Bandung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak permainan tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu di SLB B Cicendo Kota Bandung, penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan perilaku sosial siswa tunarungu, seyogianya guru penjas adaptif menerapkan model permainan tradisional kelompok dalam pembelajarannya.

2. Melalui model pemainan tradisional kelompok siswa akan lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti proses pembelajarannya.

3. Kepada para siswa diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga baik pada pembelajaran permainan tradisional kelompok maupun pembelajaran jasmani adaptif lainnya dapat meningkatkan perubahan perilaku sosial dirinya secara optimal.

4. Bagi para pembaca, sebaiknya dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif model pemainan tradisional kelompok dapat dijadikan alternatif guna meningkatkan perilaku sosial siswa tunarungu.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Baron, Robert A., Byrne, Donn. (2002). Psikologi Sosial 1. Jakarta: Erlangga. Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, Rusli. (2001). Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani di Sekolah

Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Juliantine, dkk. (2007). Modul Mata Kuliah Teori Latihan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Krech Drs. Saifuddin Azwar, MA.( 2003). Reliabilitas dan Validitas, Edisi ke-3, Pustaka Pelajar, yogyakarta, Hal 82-170.

Laksono, Bambang dkk. (2006). Kumpulan Permainan Rakyat Olahraga Tradisional. Bandung: Dinas Pemuda dan Olahraga.

Mahendra, Agus dkk. (2003). Model Pengembangan Olahraga Tradisional. Bandung.

Nurhasan. (2000). Tes dan Pengukuran Olahraga. Bandung: UPI.

Robert M Kaplan, Dennis P Sacuzzo, Psycological Testing Pinciples, Aplication, and Issue, 1992, California, Broks/Cole Publishing Company, Hal 106, 123 Soekanto, Soerjono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Subroto, Toto dkk. (2008). Modul Kuliah Teori Bermain. Bandung: UPI. Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. ALFABETA.

(2010). Metode kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: CV. ALFABETA.

Sukintaka. (1992). Permainan dan Metodik. Jakarta: PT. Enka Parahiyangan. Sumardiyanto. (2007). Sejarah dan Falsafah Olahraga. Bandung: UPI.

Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia.

Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Metodologi Ilmiah. Jakarta: Garamedia Pustaka Utama.


(39)

Syamsuddin Makmun, Abin. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Tarigan, Beltasar. (2008). Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung: UPI.

Tashadi. (1993). Transformasi Nilai Melalui Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Depdikbud.

Uhamisastra. (2010). Permainan Tradisional. Bandung: UPI.

Yusuf, Husain. (1984). Kontribusi Intelegensi dan Harga Diri Terhadap Kualitas Perilaku Sosial. TESIS (tidak diterbitkan), Bandung: IKIP.

Ballachey. From: http://teoriperilakusosialmanusia.blogspot.com

Diktat Mata Kuliah Psikologi Umum Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Indinesia.

From: http://healthiskesehatan.blogspot.com


(1)

48

Sebelum melakukan treatmen, siswa mengisi beberapa pernyataan pada angket yang berkaitan dengan perilaku sosial, yang hasilnya digunakan sebagai data untuk mengetahui kemampuan awal. Hasilnya akan dianalisis lebih lanjut dengan perhitungan statistik.

b. Melakukan treatmen

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan dengan intensitas pertemuan 3 kali seminggu. Mengenai jangka waktu lamanya latihan menurut Juliantine, dkk. (2007: 2.65) menyatakan bahwa “….latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam seminggu.” Adapun latihan yang diperlukan adalah selama 6 minggu.

c. Melakukan post-test

Siswa kembali mengisi angket yang berisi pernyataan yang sama pada sebelumnya, hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir setelah diberikan treatmen.

d. Menganalisis data post-test

Skor- skor hasil dari pengisian angket akan dianalisis menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan SPSS 16 windows.

e. Membuat pembahasan dan kesimpulan hasil penelitian

Membuat kesimpulan hasil dari penghitungan yang kemudian hasilnya dijadikan bahan pembahasan penelitian.

G.Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen dapat dilakukan setelah data hasil dari penelitian diperoleh. Pengembangan instrumen ini dilakukan berdasarkan metode statistika agar diperoleh data akhir atau kesimpulan yang benar. Menurut Nurhasan (2007:1) bahwa “Statistika ialah pengetahuan yang berhubungan dengan cara- cara pengumpulan fakta, pengolahan dan penganalisisannya serta penarikan kesimpulan dan pembuatan keputusan berdasarkan pengolahan dan analisis data yang diperoleh dari hasil pengukuran”.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden, yang masuk ke dalam sampel, kemudian dilakukan pengujian


(2)

49

terhadap kuesioner untuk mengukur tingkat kebaikan kuesioner, maka kita dapat melakukan analisis validitas dan reliabilitas kuesioner.

Validitas menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang ditanyakan atau apa yang ingin diukur dalam penelitian. Suatu pertanyaan dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,361 (Robert M Kaplan dan Dennis Saccuzo, 1993).

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,700 (Robert M Kaplan dan Dennis Saccuzo, 1993)

a. Uji Validitas

Untuk pengujian validitas instrumen data pengetahuan yang berupa skor dikotomi digunakan korelasi point biserial dengan rumus sebagai berikut :

p p X Xi

X

PB 

  

 

1 

Dimana : X = Rata-rata test untuk semua orang

Xi = Rata-rata pada test hanya untuk orang-orang yang menjawab

benar pada item ke-I

p = Proporsi dari orang yang menjawab benar pada item ke-i 1-p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i

X

 = Standar deviasi pada test untuk semua orang

Kriteria validitasnya adalah jika PB  0,361 item pertanyaan valid dan PB <


(3)

50

b. Uji Reliabilitas

Sama halnya seperti pengujian validitas data pengetahuan diberi skor yang berupa skor dikotomi kemudian untuk mencari koefisien reliabilitasnya digunakan koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20) yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

KR-20 =

  

 

  

2

2

1

1 S

p p S

n n

Dimana : KR-20 = Koefisien Reliabilitas KR-20 n = Jumlah item

S2 = Varians skor keseluruhan

p = Proporsi yang mendapatkan nilai benar untuk setiap item (1-p) = Proporsi yang mendapatkan nilai salah untuk setiap item Kriteria reliabilitasnya adalah jika KR-20  0,700 maka dimensi kuesioner reliabel (konsisten) dan jika KR-20 < 0,700 maka dimensi kuesioner tidak


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional kelompok memberikan pengaruh terhadap perubahan perilaku sosisal siswa tunarungu di SLB B Cicendo Kota Bandung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak permainan tradisional kelompok terhadap perubahan perilaku sosial siswa tunarungu di SLB B Cicendo Kota Bandung, penulis mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan perilaku sosial siswa tunarungu, seyogianya guru penjas adaptif menerapkan model permainan tradisional kelompok dalam pembelajarannya.

2. Melalui model pemainan tradisional kelompok siswa akan lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti proses pembelajarannya.

3. Kepada para siswa diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga baik pada pembelajaran permainan tradisional kelompok maupun pembelajaran jasmani adaptif lainnya dapat meningkatkan perubahan perilaku sosial dirinya secara optimal.

4. Bagi para pembaca, sebaiknya dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif model pemainan tradisional kelompok dapat dijadikan alternatif guna meningkatkan perilaku sosial siswa tunarungu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Baron, Robert A., Byrne, Donn. (2002). Psikologi Sosial 1. Jakarta: Erlangga. Gerungan, W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, Rusli. (2001). Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani di Sekolah

Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Juliantine, dkk. (2007). Modul Mata Kuliah Teori Latihan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Krech Drs. Saifuddin Azwar, MA.( 2003). Reliabilitas dan Validitas, Edisi ke-3, Pustaka Pelajar, yogyakarta, Hal 82-170.

Laksono, Bambang dkk. (2006). Kumpulan Permainan Rakyat Olahraga Tradisional. Bandung: Dinas Pemuda dan Olahraga.

Mahendra, Agus dkk. (2003). Model Pengembangan Olahraga Tradisional. Bandung.

Nurhasan. (2000). Tes dan Pengukuran Olahraga. Bandung: UPI.

Robert M Kaplan, Dennis P Sacuzzo, Psycological Testing Pinciples, Aplication, and Issue, 1992, California, Broks/Cole Publishing Company, Hal 106, 123 Soekanto, Soerjono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Subroto, Toto dkk. (2008). Modul Kuliah Teori Bermain. Bandung: UPI. Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. ALFABETA.

(2010). Metode kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: CV. ALFABETA.

Sukintaka. (1992). Permainan dan Metodik. Jakarta: PT. Enka Parahiyangan. Sumardiyanto. (2007). Sejarah dan Falsafah Olahraga. Bandung: UPI.

Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia.

Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Metodologi Ilmiah. Jakarta: Garamedia Pustaka Utama.


(6)

Syamsuddin Makmun, Abin. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Tarigan, Beltasar. (2008). Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung: UPI.

Tashadi. (1993). Transformasi Nilai Melalui Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Depdikbud.

Uhamisastra. (2010). Permainan Tradisional. Bandung: UPI.

Yusuf, Husain. (1984). Kontribusi Intelegensi dan Harga Diri Terhadap Kualitas Perilaku Sosial. TESIS (tidak diterbitkan), Bandung: IKIP.

Ballachey. From: http://teoriperilakusosialmanusia.blogspot.com

Diktat Mata Kuliah Psikologi Umum Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Indinesia.

From: http://healthiskesehatan.blogspot.com