PENGGUNAAN METODE TERPADU BIL HIKMAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP BACAAN MAD FAR’I DI SMP NEGERI 2 UJUNGJAYA.

(1)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi... v

Daftar tabel ... viii

Daftar Diagram... x

Pedoman Transliterasix ... i

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 19

C. Tujuan ... 21

D. Manfaat ... 22

E. Definisi Operasional ... 23

F. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II KAJIAN TEORI ... 25

A. Membaca Al Qur’ān ... 25

1. Adab Membaca al Qur’ān ... 26

2. Tingkatan Membaca al Qur’ān ... 29


(2)

B. Metode Bil Hikmah ... 34

1. Sejarah Metode Bil Hikmah ... 34

2. Landasan Metode Bil Hikmah ... 38

3. Prinsip Metode Bil Hikmah ... 41

4. Profil Metode Bil Hikmah ... 44

C. Ilmu Tajwid ... 47

1. Pengertian ... 47

2. Ruang Lingkup Ilmu Tajwid ... 49

3. Dasar Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid ... 50

4. Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid ... 51

5. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid ... 52

6. Keutamaan Ilmu Tajwid ... 54

7. Cabang Ilmu Tajwid ... 55

D. Tajwid Bil Hikmah ... 66

E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 75

BAB III METODE PENELITIAN ... 78

A. Metode Penelitian ... 78

B. Subjek Penelitian ... 80

C. Prosedur Penelitian ... 81

D. Instrumen Penelitian ... 86


(3)

F. Teknik Analisis Data ... 88 G. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN88

A. Hasil Penelitian ... 90 B. Hasil Penggunaan Metode Terpadu Bil Hikmah yang dilakukan Setiap Siklus

... 96 C. Pembahasan ... 117

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI121

A. Simpulan ... 125 B. Rekomendasi ... 127


(4)

DAFTAR TABEL

1.1 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Semester Genap Tahun 2008/2009 ... 8

1.2 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Semester Ganjil Tahun 2009/2010 ... 9

1.3 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Semester Genap Tahun 2009/2010 ... 10

1.4 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Semester Ganjil Tahun 2010/2011 ... 11

1.5 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Semester Genap Tahun 2010/2011 ... 12

1.6 Data Kemampuan Baca Al Qurǎn Siswa SMPN 2 Ujungjaya ... 13

1.7 Data Kemampuan Baca Mad Far’i ... 16

2.1 Himpunan Huruf Hijaiyah ... 42

4.1 Tabel Distribusi Pre Tes Siklus I ... 94

4.2 Tabel Distribusi Post Tes Siklus I ... 101

4.3 Tabel Hasil Pre Tes Siklus II ... 106

4.4 Tabel Distribusi Pre Tes Siklus II ... 108

4.5 Tabel Distribusi Post Tes Siklus II ... 111


(5)

4.7 Tabel Distribusi Post Tes Lisan Siklus II ... 115

4.8 Rekapitulasi Nilai Akhir Siswa Pada Keseluruhan Siklus ... 118


(6)

DAFTAR DIAGRAM

4.1 Hasil Pre Tes Siklus I ... 91

4.2 Nilai Pre Tes Siklus I ... 95

4.3 Hasil Post Tes Siklus I ... 100

4.4 Nilai Post Tes Siklus ... 102

4.5 Hasil Post Tes Siklus II ... 111


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Yusuf dan Juntika (2008: 2), pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Pendidikan merupakan upaya yang strategis untuk membangun umat manusia. Muhaimin (2004, 37), memberikan pengertian pendidikan ditinjau dari cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena, yakni:

Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau kelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual maupun mental dan sosial, sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak.

Pernyataan ini sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional yang termaktub dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi “... bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertangung jawab.”


(8)

Tujuan utama dari suatu proses pendidikan adalah iman dan taqwa. Iman dan taqwa ini diharapkan tercermin dalam kepribadiannya, yaitu menjadi manusia yang “insan kamil”, yakni manusia yang utuh rohani dan jasmaninya. Hal ini sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan Islam. Maka dari itu, di dalam UUSPN No. 2/ 1989 pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat antara lain pendidikan agama (Muhaimin, 2004: 75).

Kemudian muncul sebuah pertanyaan mengapa pendidikan agama penting dilaksanakan pada jenjang pendidikan. Daradjat (2004: 87) menyatakan bahwa pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan. Oleh karena itu, pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Di dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 pasal 12 ayat 1 butir a dinyatakan bahwa “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.”

Merujuk pada pernyataan di atas, secara yuridis formal mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran wajib di sekolah umum sejak TK sampai Perguruan Tinggi. Hal ini telah dijelaskan pula dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Pasal 30 dan telah termaktub pula dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007.


(9)

Tujuan dilaksanakannya PAI di sekolah telah termaktub dalam UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 pasal 30 ayat 2 yakni “Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan/ atau menjadi ahli ilmu agama.” Pemerintah pun mengeluarkan peraturan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yang di dalamnya memberikan penjelasan mengenai tujuan dilaksanakannya PAI.

Tujuan yang telah diharapkan tersebut pada kenyataannya belum dapat terwujud, hal ini dikarenakan selama ini pelaksanaan pendidikan agama yang berlangsung di sekolah masih mengalami banyak kelemahan. Mochtar Buchori (Muhaimin, 2009: 23) menilai pendidikan agama masih gagal. Kegagalan ini disebabkan karena praktik pendidikannya hanya memperthatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Selain itu juga, kegiatan pendidikan agama yang berlangsung selama ini lebih banyak bersikap menyendiri, kurang berinteraksi dengan kegiatan pendidikan lainnya. Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Muhammad Maftuh Basyumi (Muhaimin, 2009: 23) bahwa pendidikan agama yang berlangsung saat ini cenderung lebih mengedepankan aspek kognisi (pemikiran) daripada afeksi (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku).


(10)

Towaf (Muhaimin, 2009: 25) telah mengamati adanya kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di sekolah, antara lain:

1. Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian;

2. Kurikulum pendidikan agama islam yang dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum imformasi, tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya, sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh;

3. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut diatas, maka guru PAI kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bias dipakai untuk pendidikan agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton;

4. Keterbatasan sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting sering kali kurang diberi prioritas dalam urusan pasilitas.

Dalam konteks sistem pembelajaran, titik lemah pendidikan agama lebih terletak pada komponen metodologinya. Menurut Muhaimin (2009: 27) kelemahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut;


(11)

1. Kurang bisa mengubahan pengetahuan agama yang kognitif menjadi

“makna” dan “nilai” atau kurang mendorong penjiwaan. Terhadap nilai

-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik; 2. Kurang dapat belajar bersama dan bekerja sama dengan program-program

pendidikan non- agama;

3. Kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial budaya, dan/ bersipat statis akontekstual dan lepas dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup materi PAI pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu al-Qurān dan hadis, keimanan, syariah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (Muhaimin, 2004: 78).

Dari tujuh unsur pokok materi PAI tersebut, yang perlu diutamakan diajarkan kepada peserta didik adalah materi al-Qurān. Pelaksanaan pentingnya pendidikan al-Qurān telah diatur dalam PP Nomor 55 tahun 2007 pasal 24. Dikarenakan al-Qurān itu merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, yang senantiasa dijadikan pedoman hidup dan petunjuk dalam menjalani kehidupan. Mengingat demikian pentingnya peran al-Qurān dalam memberikan dan mengarahkan kehidupan manusia, maka belajar membaca, memahami, dan menghayati al-Qurān untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari merupakan kewajiban bagi seluruh umat manusia.


(12)

Dengan demikian kemampuan dasar lulusan yang diharapkan dari materi al-Qurān adalah kemampuan membaca, menulis dan memahami terjemahan ayat dan menghayatinya. Namun, pada kenyataannya harapan tersebut belum tercapai 100%, meskipun materi tersebut senantiasa diberikan pada setiap jenjang pendidikan baik ditingkat dasar, menengah maupun perguruan tinggi.

Membaca al-Qurān tentu berbeda dengan membaca buku biasa, majalah, koran maupun bentuk lainnya yang bersifat tulisan. Hal ini dikarenakan al-Qurān merupakan kitab suci yang barang siapa membacanya pasti akan mendapatkan pahala. Sebagaimana Allah SWT memerintahkan untuk senantiasa membaca al-Qurān dengan tartīl (secara perlahan-lahan/ tidak tergesa-gesa). Firman Allah SWT dalam QS. Al Mujamil ayat 4:

ايِتْرَ ت َنآْرُقْلا ِلّتَرَو ِهْيَلَع ْدِز ْوَأ

(

٤

)

Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah al-Qurān itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al Mujamil [73]: 4).1

Sebagaimana pernyataan di atas, bahwa membaca al-Qurān itu berbeda dengan membaca buku biasa dan harus dibaca secara tartīl, maka kita dituntut untuk mempelajari ilmunya. Salah satunya yaitu ilmu tajwīd, yakni ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana cara melafalkan atau membaca al-Qurān dengan baik dan benar.

1

Seluruh teks dan terjemah al-Qurān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word menu Add-Ins dan

diverifikasi dengan Al-Hikmah: Al-Qurān dan Terjemahnya, terjemahan Tim Penerjemah Departemen


(13)

Secara empiris, dewasa ini khususnya di Indonesia kemampuan membaca al-Qurān masih harus mendapat perhatian khusus dikarenakan masih banyak sekali orang Islam yang belum mampu membaca al-Qurān. Bahkan masih ada yang belum hapal benar huruf-huruf ḥijāiyyah. Beberapa data dari berbagai sumber berkaitan dengan kemampuan membaca al-Qurān umat Islam dan pelajar/ mahasiswa di Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut.

Budiyanto (1995: 2) mencatat pada tahun 1950, umat Islam Indonesia yang tidak mampu membaca al-Qurān hanya ada 17%, dan pada tahun 1980 telah meningkat menjadi 56%. Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pengurus Muhammadiyah wilayah DKI Jakarta bekerja sama dengan dengan Dewan Dakwah Indonesia pada tahun 1988 didapatkan fakta bahwa 75% pelajar SMA di Jakarta buta huruf al-Qurān. Sedangkan hasil survey pada tahun 1994 di Kotamadya Semarang untuk anak-anak SD se-Kotamadya Semarang tercatat data bahwa keberhasilan pengajaran membaca al-Qurān di SD se-Kotamadya Semarang hanya 10%.

Hasil penelitian lain, dinyatakan oleh Guntur (Munawaroh, 2010: 3) bahwa di Indonesia dengan penduduk Islam terbesar yaitu 170 juta jiwa, ternyata hanya 36% saja yang bisa membaca al-Qurān. Kemudian dari 36% itu hanya 16% saja yang bisa membaca al-Qurān dengan tartil dan benar


(14)

tajwīdnya, dan ironisnya dari 16% tersebut hanya 3% saja yang rutin membaca al-Qurān.

Data terbaru yang dapat dijadikan pertimbangan, yakni hasil tes yang dilakukan oleh sebuah organisasi mahasiswa yakni BAQI (Belajar al-Qurān Intensif) UPI terhadap mahasiswa UPI pada tahun akademik 2008/ 2009, 2009/ 2010, 2010/ 2011, dan 2011/ 2012. Adapun datanya dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 1.1

Data Kemampuan Baca al-Qurān Peserta Tes BAQI

Mahasiswa Peserta Kuliah PAI Semester Genap Tahun 2008/ 2009

Fakultas

Kriteria Kelulusan

Jumlah

TPD 1 TPD 2 TD TT TM

FPMIPA 148 364 43 6 0 561

FPTK 47 225 143 15 6 436

FPOK 17 112 169 33 4 335

FPIPS/ SPIG 2 25 10 5 1 43

Jumlah 214 726 365 59 11

1375

1305 70

Prosentase Keseluruhan

94, 9% 5, 1% 100%


(15)

Tabel 1.2

Data Kemampuan Baca al-Qurān Peserta Tes BAQI Mahasiswa Peserta Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)

Semester Ganjil Tahun 2009/ 2010

Fakultas

Kriteria Kelulusan

Jumlah

TPD 1 TPD 2 TD TT TM

FPBS 15 102 327 557 122 1123

FIP 2 44 208 394 82 730

FPIPS 8 39 173 309 51 580

Jumlah 25 185 708 1260 255 2433

Prosentase Tingkat Kemampuan

1,03% 7,60% 29,10% 51,79% 10,48% 100%

Jumlah Keseluruhan Tingkat Kelulusan

25 185 708 1260 255

2433

918 1515

Prosentase Keseluruhan

37, 73% 62,27% 100%


(16)

Tabel 1.3

Data Kemampuan Baca al-Qurān Peserta Tes BAQI Mahasiswa Peserta Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)

Semester Genap Tahun 2009/ 2010

Fakultas

Kriteria Kelulusan

Jumlah

TPD 1 TPD 2 TD TT TM

FPMIPA 66 252 288 102 7 715

FPTK 31 119 259 105 15 529

FPOK 14 52 757 116 14 353

FPEB 23 123 280 130 17 573

FPIPS-SPIG 0 0 1 12 0 13

Jumlah 134 546 985 465 53 2183

Prosentase Tingkat Kemampuan

6,14% 25,01% 45,12% 21,30%

2,43 %

100%

Jumlah Keseluruhan Tingkat Kelulusan

134 546 985 465 53

2183 1665

518 Prosentase

Keseluruhan

76, 27% 23, 73% 100%


(17)

Tabel 1.4

Data Kemampuan Baca al-Qurān Peserta Tes BAQI Mahasiswa Peserta Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)

Semester Ganjil Tahun 2010/ 2011

Fakultas

Kriteria Kelulusan

Jumlah

TPD 1 TPD 2 TD TT TM

FIP 90 451 199 39 2 781

FPBS 65 545 364 117 12 1103

FPIPS 63 383 265 80 6 797

FPTK/Tek.Bangun n

0 14 15 6 1 36

Jumlah 218 1393 843 242 21 2717

Prosentase Tingkat Kemampuan

8,02% 51,27% 31,03% 8,91% 0,77% 100%

Jumlah Keseluruhan Tingkat Kelulusan

218 1393 843 242 21

2717 2454

263 Prosentase

Keseluruhan

90, 32% 9, 68% 100%


(18)

Tabel 1.5

Data Kemampuan Baca al-Qurān Peserta Tes BAQI Mahasiswa Peserta Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)

Semester Genap Tahun 2010/ 2011

Fakultas

Kriteria Kelulusan

Jumlah

TPD 1 TPD 2 TD TT TM

FPEB 6 101 238 115 29 489

FPMIPA 1 67 210 221 73 572

FPOK 5 116 145 37 6 309

FPTK 15 122 276 86 16 515

FPIPS-SPIG 0 9 16 3 1 29

Jumlah 27 415 885 462 125

1914

1327 587

Prosentase Tingkat Kemampuan dan Kelulusan

69, 33%

30, 67% 100%

Sumber: Dokumentasi UKM BAQI UPI tahun 2008

Melihat data di atas ternyata masih banyak mahasiswa yang memiliki kualifikasi belum bisa membaca al-Qurān, baik yang berkriteria TPD 1 (tidak mengenal huruf ḥijāiyyah bersyakal mandiri atau bisa membaca huruf ḥijāiyyah mandiri tetapi masih tertukar), TPD 2 (bisa membaca huruf


(19)

ḥijāiyyah sambung, membacanya masih lambat atau terbata-bata, atau membaca huruf ḥijāiyyah sambung tetapi makhrajnya masih kurang tepat), maupun TD (membaca huruf ḥijāiyyah sambung lancar tetapi tajwīd praktisnya banyak yang salah). Sedangkan yang memiliki kualifikasi bisa, dinilai masih rendah, baik yang berkriteria TT (membaca dengan lancar, tajwīdnya relatif benar dan sedikit mengetahui teori tajwīd ) dan TM (membaca dengan tahsin, tajwīdnya benar dan menguasai teori tajwīd).

Selain itu juga, peneliti memiliki data hasil tes membaca al-Qurān pada siswa SMP, tepatnya siswa SMP N 2 Ujung Jaya, dengan mengambil sampel beberapa siswa dari tiap tingkatan kelas, yang didokumentasikan pada tahun 2012, adapun datanya sebagai berikut:

Table 1.6

Data Kemampuan Baca al-Qurān Siswa SMP Negeri 2 Ujungjaya

Nama Kelas

Kriteria Kelulusan

TPD 1 TPD 2 TD TT TM

Wiwin Windiani VII 

Mia Rosmiati VII 

Ida Elina VII 

Yayat Supriyatna VII 


(20)

Lia Nurlaela VIII 

Nurlaela VIII 

Peren Andriyani VIII 

Ruliyanti VIII 

Saryono VIII 

Seli Puspitasari VIII 

Siti Barokah VIII 

Andre Agustin VIII 

Diana Dinawati N VIII 

Elvara VIII 

Ihda Komala VIII 

Nunung M VIII 

Reni M. S VIII 

Vina Theana VIII 

Ai Wiwin VIII 

Ecih Suangsih VIII 

Hasanudin VIII 

Nyai Rina R VIII 

Sumiati VIII 


(21)

Anis Lestari IX 

Cucu Cahyati IX 

Lina Herlina IX 

Sri Yuniarti IX 

Wartikah IX 

Rismayanti IX 

Elin IX 

Ipah Winarsih IX 

Juju Julaeha IX 

Sri Wilastri IX 

Tati Kartinah IX 

Tri Maryana IX 

Sumber: Dokumentasi pengembangan diri keagamaan tahun 2012

Ternyata, hasil tes pada siswa SMP tidak jauh berbeda dengan hasil tes pada mahasiswa. Hasil persentase dengan kriteria TPD 2 sebesar 27, 03%, TD sebesar 51, 35%, TT sebesar 10, 81% dan TM sebesar 10, 81%. Dapat disimpulkan dari hasil tes tersebut kebanyakan siswa yang belum bisa membaca al-Qurān.

Disamping itu, siswa/ mahasiswa yang telah berkualifkasi lulus, kemampuan penerapan tajwīdnya masih rendah. Ini terbukti dengan masih banyaknya siswa/ mahasiswa yang berkualifikasi TT. Sedangkan membaca


(22)

al-Qurān itu harus sesuai dengan hukum tajwīdnya supaya tidak terjadi perubahan makna, dari makna sebenarnya. Pentingnya belajar ilmu tajwīd ini telah termaktub dalam PP Nomor 55 tahun 2007 pasal 24 ayat 5, disana sudah jelas mengenai kurikulum pendidikan al qurān. Berikut data yang menyatakan

rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan hukum tajwīd pada bacaan

mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad

‘iwad dan mad layyin).

Tabel 1.7

Data Kemampuan Bacaan Mad Far‟i Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Ujungjaya

Nama Siswa

Mad Wājib Muttaşil

Mad Jāiz

Munfaşil

Mad ‘Arid

Lisukūn Mad ‘Iwad

Mad Layyin 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Agus S √ √ √ √ √

A Wiwin √ √ √ √ √

Apep H √ √ √ √ √

Ari F √ √ √ √ √

Cucun N √ √ √ √ √

Ecih S √ √ √ √ √

Elma E √ √ √ √ √


(23)

Hasanudin √ √ √ √ √

Ilman S √ √ √ √ √

Komalasari √ √ √ √ √

Lia Y √ √ √ √ √

Lilies S √ √ √ √ √

Melinda √ √ √ √ √

M. Rizki P √ √ √ √ √

Nengsih S √ √ √ √ √

Nina M √ √ √ √ √

Nyai Rina √ √ √ √ √

Perin A √ √ √ √ √

Siti M √ √ √ √ √

Sumiati √ √ √ √ √

Tati Y √ √ √ √ √

Ujang T √ √ √ √ √

Yudi R √ √ √ √ √

Yupita P √ √ √ √ √

Keterangan:

1 : Tidak bisa membaca dan tidak tahu hukum 2 : Bisa membaca dan tidak tahu hukum 3 : Bisa membaca dan tahu hukum


(24)

Table 1.8

Tabel Distribusi Kemampuan Bacaan Mad Far‟i Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Ujungjaya

No. Jenis Bacaan

Jumlah Dari Tiap Kualifikasi

Persentase Dari Tiap Kualifikasi

1 2 3 1 2 3

1 Mad Wājib Muttaşil 10 14 2 38, 5% 53, 8% 7,7 %

2 Mad Jāiz Munfaşil 10 16 0 38, 5% 61, 5% 0 %

3 Mad „Arid Lisukūn 10 13 3 38, 5% 50 % 11, 5%

4 Mad „Iwad 10 16 0 38, 5% 61, 5% 0 %

5 Mad Layyin 10 14 2 38, 5% 53, 8% 7, 7%

Dengan melihat data diatas ternyata persentase siswa yang belum mampu menerapkan bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) dalam membaca al-Qurān masih tinggi. Sebagian besar siswa mampu membaca, namun apabila di tanya jenis hukumnya, mereka tidak paham.

Jika kita analisis, ada beberapa permasalahan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan rendahnya kemampuan membaca al-Qurān dengan menerapkan hukum tajwid, diantaranya jam untuk KBM PAI hanya 2 jam pelajaran dan di dalam kegiatan pembelajaran lebih menekankan yang


(25)

bersifat pengetahuan dibandingkan aplikasi, motivasi belajar al-Qurān rendah, rendahnya peran orang tua dalam memotivasi anak untuk belajar al-Qurān, rendahnya tingkat keberagamaan dan pergaulan siswa. Selain itu juga siswa kurang mempunyai bekal ilmu al-Qurān, yang menyebabkan siswa membaca al-Qurānnya tidak sesuai dengan ilmu tajwīdnya.

Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan metode yang tepat dan praktis. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan. (Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 3)

Berdasarkan pemahaman di atas, maka penyusun termotivasi untuk lebih lanjut meneliti mengenai pembelajaran membaca al-Qurān dengan menggunakan metode terpadu Bil Hikmah sebagai langkah awal untuk mengatasi masalah membaca al-Qurān. Untuk itu, judul kajian penyusun adalah penggunaan metode terpadu bil hikmah untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad far’i.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan di atas, secara


(26)

metode terpadu Bil Hikmah dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad far’i”, dan secara khusus peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi awal kemampuan siswa menerapkan hukum bacaan

mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad

‘iwad dan mad layyin) dalam membaca al-Qurān sebelum menggunakan metode terpadu Bil Hikmah?

2. Bagaimana perencanaan penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dalam meningkatkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad

far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad

‘iwad dan mad layyin)?

3. Bagaimana proses penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dalam meningkatkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad

far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad

‘iwad dan mad layyin)?

4. Bagaimana hasil/ pengaruh penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dalam meningkatkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan

mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad


(27)

C. TUJUAN

Dalam penelitian ini, secara umum peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin). Adapun secara khusus, peneliti memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi awal kemampuan siswa menerapkan hukum

bacaan mad far‟i mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad

‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin)dalam membaca al-Qurān sebelum menggunakan metode terpadu Bil Hikmah;

2. Untuk mengetahui perencanaan penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad

far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid lisukun, mad ‘iwad dan mad layyin);

3. Untuk mengetahui penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dalam meningkatkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad

far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid lisukun, mad ‘iwad dan mad layyin);

4. Untuk mengetahui hasil/ pengaruh penggunaan metode terpadu Bil Hikmah dalam meningkatkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap bacaan mad far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid


(28)

D. MANFAAT

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau sebagai bahan kajian terhadap penggunaan metode pembelajaran terutama metode dalam mengembangkan kemampuan membaca al-Qurān;

b. Sebagai bahan kajian bagi para pengembang kebijakan (stekholder) dalam penggunaan metode terpadu bil hikmah guna meningkatkan kemampuan membaca al-Qurān;

c. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menggambarkan peranan teori-teori pembelajaran dalam meningkatkan mutu pembelajaran membaca al-Qurān;

d. Sebagai rekomendasi untuk penggunaan metode yang tepat pada dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca al-Qurān.

2. Secara Praktis

a. Sebuah penelitian yang memberikan hasil bersifat aplikatif untuk digunakan dalam kegiatan belajar pada jangka waktu yang panjang; b. Sebagai sumbangsih kepada guru PAI untuk menggunakan metode Bil

Hikmah dalam mendidik siswa dalam membaca al-Qurān terutama untuk menerapkan ilmu tajwīd;


(29)

E. DEFINISI OPERASIONAL

Supaya tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda antara peneliti dengan pembaca mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan istilah-istilah tersebut. Adapun istilah-istilah yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Metode terpadu Bil Hikmah adalah salah satu metode belajar cepat membaca al-Qurān dengan menerapkan hukum tajwīd. Metode Bil Hikmah merupakan metode eklektik, yang mana dalam hal ini mengambil sisi-sisi keunggulan dari metode şautiyah dan mengambil sisi-sisi keunggulan dari metode baghdadiyah.;

2. Mad far‟i adalah salah satu cabang hukum mad dalam ilmu tajwīd yang

terdiri dari 14 kelompok. Namun, yang akan peneliti teliti hanya sebagian saja, yaitu mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid lisukun, mad

‘iwad dan mad layyin.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman dalam penelitian skripsi ini, maka peneliti membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan;


(30)

Bab kedua memuat kajian pustaka yang meliputi pemaparan mengenai membaca al-Qurān, metode terpadu Bil Hikmah, ilmu tajwīd, tajwīd Bil Hikmah dan penelitian terdahulu yang relevan;

Bab ketiga metode penelitian, pada bab ini berisi tentang metode penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab keempat menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasan, pada bab ini dibahas temuan-temuan peneliti dalam penelitian disertai analisisnya;


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Menurut Susdikin (Sukardi, 2009: 210), penelitian tindakan berasal dari istilah bahasa action research. Dengan kata lain, penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Secara praktis, penelitian tindakan pada umumnya sangat cocok untuk meningkatkan kualitas subjek yang hendak diteliti.

Menurut Hopkin (Emzir, 2009: 233), penelitian tindakan adalah suatu proses yang dirancang untuk memberdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru dan peserta lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di dalam pengalaman pendidikan. Penelitian dideskripsikan sebagai suatu penelitian informal, kualitatif, formatif, subjektif, interpretif, reflektif dan suatu model penelitian pengalaman, di mana semua individu dilibatkan dalam studi sebagai peserta yang mengatahui dan menyokong.


(32)

Penelitian tindakan kelas, berasal dari bahasa Inggris dengan istilah Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Penelitian tindakan kelas sebagai kelanjutan penelitian eksperimen karena tujuan dari penelitian tindakan adalah mengetahui dampak dari sesuatu perlakuan, yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati akibat perlakuan tersebut. (Suharsimi, 2010: 128).

Berikut siklus penelitian tindakan kelas (Sukardi, 2009: 20): Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan Siklus 1

Refleksi

?

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan Siklus 2


(33)

Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti digambarkan dalam dalam bagan, melalui tahap sebagai berikut:

a. Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan.

b. Tahap 2: Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan kelas.

c. Tahap 3: Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat. d. Tahap 4: Refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan

kembali apa yang sudah terjadi.

Penelitian tindakan kelas di kelas VIII C SMP Negeri 2 Ujung Jaya dilakukan dalam upaya penerapan metode terpadu Bil Hikmah dalam meningkatkan pemahaman hukum bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin). Penggunaan PTK ini diharapkan dapat mengembangkan profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas pelajaran PAI.

B. SUBJEK PENELITIAN

Menurut Arikunto (2010: 188), subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ujung Jaya yang beralamat di Desa Cibuluh Kecamatan Ujung Jaya Kabupaten Sumedang.


(34)

Yang menjadi subjek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas VIII C yang terdiri dari 25 siswa, dengan komposisi siswa laki-laki 9 orang dan siswa perempuan 16 orang.

C. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus diberikan tiga tindakan yaitu pre test, eksperimen dan post test dengan melalui empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Pre test digunakan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa

mengenai materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin), yang kemudian dilanjutkan dengan post test untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan metode terpadu Bil Hikmah.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan data kondisi awal keadaan sekolah dan kelas yang dijadikan tempat penelitian supaya dapat menyusun rencana tindakan


(35)

yang akan dilakukan peneliti, maka diperlukan penjajagan awal keadaan kelas melalui pengamatan langsung di dalam kelas dengan bantuan pedoman pengamatan atau alat pengumpul data.

Aspek-aspek yang menjadi perhatian dari pengamatan langsung ini antara lain adalah keadaan, kemampuan,dan perilaku siswa sehari-hari dan terutama dengan intelektual,kreatifitas,keterbukaan dan rasa ingin tahu terutama dalam pelajaran PAI pada materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin).

Aspek-aspek lain dengan kemampuan siswa juga tidak luput dari pengamatan awal ini seperti aspek-aspek yang berhubungan dengan kerja sama antar siswa, kemampuan siswa dalam kemandirian kepercayaan diri,kestabilan emosi siswa,dan kepedulian siswa terhadap orang lain, akan tetapi fokus utama pengamatan langsung didalam kelas ini adalah yang berkaitan dengan aspek-aspek sikap dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran PAI pada materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin).

Selain itu juga perencanaan yang akan direncanakan pada tahap ini adalah:

a. Identifikasi masalah dan penerapan alternatif pemecahan masalah; b. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam KBM;


(36)

c. Menentukan pokok bahasan bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) yang akan disampaikan pada waktu pembelajaran;

d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); e. Menyiapkan sumber belajar;

f. Membuat perangkat tes;

g. Membuat format observasi aktivitas guru. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan meliputi: Siklus I

a. Guru melaksanakan tindakan pembelajaran siklus I. Guru mengawali pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) dengan memberikan tindakan pre test;

b. Guru melaksanakan proses pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin);

c. Guru melakukan post test setelah pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin).


(37)

Siklus II

a. Guru melaksanakan tindakan pembelajaran siklus I. Guru mengawali pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) dengan memberikan tindakan pre test;

b. Guru melaksanakan proses pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin);

c. Guru melakukan post test setelah pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin).

3. Tahap Observasi

Kegiatan inti yang dilakukan peneliti adalah menghimpun data melalui pedoman pengamatan atau alat pengumpul data yang telah disiapkan untuk dapat menghasilkan temuan dan masukan yang didapat selama kegiatan tindakan berlangsung dalam upaya untuk memodifikasi dan merencanakan kembali tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II yaitu guru melakukan observasi terhadap kegiatan siswa selama berlangsung pembelajaran.

Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh peneliti dalam lembar observasi, di antaranya:


(38)

a. Respon siswa;

b. Perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran;

c. Keterampilan guru dalam menggunakan metode terpadu Bil Hikmah, baik dalam tindakan awal, tindakan inti, maupun tindakan akhir, dan kesesuaian antara rencana dan implementasi tindakan. 4. Tahap Analisis dan Refleksi

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah menganalisis dan merefleksi pelaksanaan dan hasil tindakan pembelajaran pada tiap siklus. Untuk keperluan analisis ini dilakukan kegiatan antara lain;

a. Melihat kembali photo-photo kegiatan pembelajaran; b. Memeriksa catatan lapangan;

c. Memeriksa hasil pre test dan post tes.

Menurut Kunandar (2008: 75), dalam refleksi ada beberapa kegiatan penting, seperti:

a. Merenungkan kembali mengenai kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang telah dilakukan;

b. Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung;

c. Memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul;


(39)

e. Memperkirakan akibat dan implikasi atas tindakan yang direncanakan.

Sedangkan menurut Arikunto, dkk (2010, 133), refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru.

5. Tahap Perencanaan Tindakan Lanjutan

Hasil analisis dan refleksi terhadap tindakan siklus I akan menjadi rekomendasi dan revisi rencana tindakan siklus II. Pada tahap ini peneliti melakukan replaning untuk merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi sebelumnya.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan instrumen tes dengan menggunakan tes inteligensi (tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas) dan tes prestasi (tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu) untuk mengukur sejauh


(40)

mana pemahaman siswa. Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang bersifat resmi.

Tes dilakukan dua tahap yaitu pre test dan post test. Pre test dilaksanakan pada awal pembelajaran sebelum siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang materi yang akan diajarkan. Sedangkan post test dilaksanakan di akhir pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan.

2. Non tes

Pengumpulan data melalui non tes, penulis lakukan dengan cara: a. Observasi

Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

b. Catatan lapangan

Mencatat segala hal kegiatan siswa selama proses pembelajaran.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Menurut Kunandar (2008: 123), prinsip pengumpulan data tidak jauh berbeda dengan penelitian lainnya. Dalam PTK umumnya dikumpulkan dua jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Pada penelitian ini data yang dikumpulkan adalah kualitatif.


(41)

Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau kejadian yang berkaitan dengan tindakan. Dalam penelitian ini pengumpulan data secara garis besar dilakukan pada saat:

1. Observasi awal atau studi pendahuluan dilakukan hingga identifikasi awal permasalahan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini adalah data tentang tempat dimana penelitian akan dilaksanakan.

2. Pada tahap pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap pembelajaran pada siklus I.

3. Pada tahap pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap pembelajaran pada siklus II.

4. Observasi proses belajar mengajar yang berkaitan dengan kinerja guru. 5. Evaluasi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang dianalisis dan diseleksi sebelumnya terlebih dahulu dikategorikan berdasarkan fokus penelitian. Data dalam penelitian ini didapatkan dari hasil pre test, post test, dan pada saat proses KBM dengan menggunakan metode terpadu Bil Hikmah pada materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin).

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, data tersebut kemudian dianalisis sesuai dengan kebutuhan. Teknik analisis data ada yang


(42)

bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang terkumpul diklasifikasikan menjadi data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau symbol (Arikunto, 2010: 277). Kegiatan pengolahan data dalam penelitian ini adalah kegiatan menimbang, menyaring, mengatur dan menarik kesimpulan.

Menurut Mulyasa (2010: 70), data yang dianalisis merupakan data hasil pengamatan tentang kegiatan pembelajaran di kelas, peneliti dapat menganalisis iklim kelas, suasana pembelajaran, cara guru mengajar, dan interaksi pembelajaran.

Dalam penelitian ini, data yang dianalisis diambil dari catatan hasil observasi dan hasil evaluasi (pre tes dan post tes). Hasil analisis, datanya akan diuraikan secara kualitatif.

G. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 2 Ujung Jaya yang betempat di Jln. Raya Cijelag – Cikamurang Km. 18, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang. Adapun waktu penelitiannya dilaksanakan pada bulan Mei, tepatnya di minggu ke tiga dan ke empat tahun 2012.


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pelaksanaan pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ujungjaya, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa metode Bil Hikmah efektif dan telah berhasil digunakan dalam pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin). Adapun secara khusus dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan awal siswa dalam menerapkan hukum bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) sebelum menggunakan metode Bil Hikmah sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil pre tes rata-rata nilai yang didapatkan yaitu 4, 45. Dan apabila dilihat secara persentase siswa yang bisa untuk bacaan mad wajib muttasil mencapai lebih dari 72,7%, mad jaiz munfasil mencapai kurang dari 36,4%, mad arid lisukun mencapai rata-rata 54,5%, mad iwad


(44)

mencapai kurang dari 27,3%, dan mad layyin mencapai kurang dari 40,9%;

2. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada materi bacaan mad far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid lisukun, mad iwad, dan mad layyin) di awali dengan menentukan materi, menyusun RPP, menyiapkan media, dan mengkondisikan waktu dan tempat. Perencanaan yang dilakukan dalam menggunakan metode Bil Hikmah pada materi bacaan mad far’i adalah menyusun perencanaan untuk menjelaskan bacaan mad far’i dengan menggunakan metode Bil Hikmah yakni secara terstruktur, diasosiasikan, terhimpun dan diulang-ulang dalam menjelaskan materinya.

3. Pelaksanaan penggunaan metode Bil Hikmah dalam bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) dilaksanakan secara terstruktur, diasosiasikan, terhimpun dan diulang-ulang. Proses pelaksanaan penggunaan metode Bil Hikmah dalam bacaan mad far’i ini dilaksanakan selama dua siklus dengan melalui empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

4. Dengan menggunakan metode Bil Hikmah dalam pembelajaran materi

bacaan mad far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid

lisukun, mad iwad, dan mad layyin) siswa telah mampu meningkatkan pemahaman dan kemampuannya. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, terutama jika


(45)

dibandingkan dengan hasil pre tes sebelum dilakukan tindakan dan telah terbukti dengan kemampuan siswa dalam menerapkan bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) pada bacaan ayat-ayat al Qurān.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil temuan pada pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) di kelas VIII C SMP N 2 Ujungjaya, maka penggunaan metode Bil Hikmah telah berhasil meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa. Oleh karena itu, peneliti mengajukan rekomendasi sebagai berikut :

1. Guna meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, disarankan agar guru-guru mengadakan pengembangan dalam hal penggunaan metode belajar. Salah satunya dengan menggunakan metode Bil Hikmah dalam pembelajaran materi ilmu tajwid maupun belajar membaca al Qurân;

2. Guna mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam mengajar, maka alangkah lebih baik melaksanakan pre tes dan post tes setiap pertemuan. Supaya perkembangan kemampuan siswa dapat terlihat di setiap materi pembelajaran;


(46)

3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Bil Hikmah dan materi pembelajaran yang mencakup hukum tajwid menyarankan penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan indikator yang akan dicapai dan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa, sehingga dibutuhkan pengadaan sarana dan prasarana, biaya serta pemikiran yang lebih banyak dari guru dan siswa. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif dan kerjasama dari semua pihak yang ada di sekolah.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

_____. (2008). Al-Hikmah: Al-Qurān dan Terjemahnya. Terjemahan Tim Penerjemah

Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Abdur Rauf, Abdul Aziz. (2010). Pedoman Dauroh Al Qur'an. Jakarta: Markaz Al

Qur'an.

Abdurrohim, Acep Iim. (2003). Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV. Diponegoro.

Amarullah, Fahmi. (2010). Ilmu al-Qurān Untuk Pemula. Jakarta: Artha Rivera.

Arifin, Gus. (2009). Membuka Pintu Rahmat dan Membaca Al Qur'an. Jakarta: Zikrul Hakim.

Budiyanto. (1995). Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra. Yogyakarta: Tim Tadarus AMM Yogyakarta.

Daradjat, Zakiah. (2004). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Dewi, Aprilianty. (2010). Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX. Bogor: CV. Bina Pustaka.

Pengembangan Diri Keagamaan. (2012). Data Kemampuan Baca al Qurān Siswa SMP Negeri 2 UJungjaya. Dokumen. Tidak diterbitkan.

Emzir. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Ismail, Adbul Mujib dan Maria Ulfah Nawawi. (1995). Pedoman Ilmu Tajwid. Surabaya: Karya Abditama.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press.

Lesmana, Deni. (2011). Efektivitas Pembelajaran Membaca Al Qurān pada UKM BAQI UPI. Skripsi IPAI UPI Badung. Tidak diterbitkan.


(48)

Lesmana, Hendra. (2011). Implementasi Metode Latihan dan Pengalaman dalam Pembelajaran Tajwid di MTS Al Inayah Kota Bandung. Skripsi IPAI UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ________. (2009). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Rajawali Press.

Mulyasa, E. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munawaroh, N. Maisjarijani. (2006). Efektivitas Penggunaan Metode Taghona dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca al Qurān Anak TK. Skripsi sarjana pada

Jurusan Pedagogik Upi Bandung. Tidak diterbitkan.

Nurzaman, Indriani. (2011). Efektivitas Metode Bil Hikmah Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al Qurān Anak Usia Dini. Skripsi IPAI UPI Bandung.

Tidak diterbitkan.

Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriadi, U. (2003). Studi Efektivitas Kutab Bil-Hikmah Dalam Upaya Pemberantasan Buta Huruf Al-Qurān Pada Mahasiswa UPI. Jurnal Kajian Pendidikan Islam.

Yahya, Wildan, dkk. (2002). Panduan Diklat Metoda Bil Hikmah dan Penyelenggaraan PPBQ. Bandung: Yayasan Baitul Hikmah.

______. 2010. Cepat Membaca Al Quran Buku I. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.

______. 2010. Cepat Membaca Al Quran Buku II. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.

______. 2010. Cepat Membaca Al Quran Buku III. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.

______. 2011. Cepat Menulis dan Tahsin Al Quran. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.

______. (2002). Cepat Belajar Tajwid. Bandung: Yayasan Baitul Hikmah Indonesia. Yusuf Syamsyu dan Juntika Nurihsan. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling.


(49)

(1)

mencapai kurang dari 27,3%, dan mad layyin mencapai kurang dari 40,9%;

2. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada materi bacaan mad far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid lisukun, mad iwad, dan

mad layyin) di awali dengan menentukan materi, menyusun RPP,

menyiapkan media, dan mengkondisikan waktu dan tempat. Perencanaan yang dilakukan dalam menggunakan metode Bil Hikmah pada materi bacaan mad far’i adalah menyusun perencanaan untuk menjelaskan bacaan mad far’i dengan menggunakan metode Bil Hikmah yakni secara terstruktur, diasosiasikan, terhimpun dan diulang-ulang dalam menjelaskan materinya.

3. Pelaksanaan penggunaan metode Bil Hikmah dalam bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) dilaksanakan secara terstruktur, diasosiasikan, terhimpun dan

diulang-ulang. Proses pelaksanaan penggunaan metode Bil Hikmah dalam bacaan mad far’i ini dilaksanakan selama dua siklus dengan melalui empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

4. Dengan menggunakan metode Bil Hikmah dalam pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad arid

lisukun, mad iwad, dan mad layyin) siswa telah mampu meningkatkan


(2)

dibandingkan dengan hasil pre tes sebelum dilakukan tindakan dan telah terbukti dengan kemampuan siswa dalam menerapkan bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) pada bacaan ayat-ayat al Qurān.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil temuan pada pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran materi bacaan mad far’i (mad wājib muttaşil, mad jāiz munfaşil, mad ‘arid lisukūn, mad ‘iwad dan mad layyin) di kelas VIII C SMP N 2

Ujungjaya, maka penggunaan metode Bil Hikmah telah berhasil meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa. Oleh karena itu, peneliti mengajukan rekomendasi sebagai berikut :

1. Guna meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, disarankan agar guru-guru mengadakan pengembangan dalam hal penggunaan metode belajar. Salah satunya dengan menggunakan metode Bil Hikmah dalam pembelajaran materi ilmu tajwid maupun belajar membaca al Qurân;

2. Guna mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam mengajar, maka alangkah lebih baik melaksanakan pre tes dan post tes setiap pertemuan. Supaya perkembangan kemampuan siswa dapat terlihat di setiap materi pembelajaran;


(3)

3. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Bil Hikmah dan materi pembelajaran yang mencakup hukum tajwid menyarankan penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan indikator yang akan dicapai dan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa, sehingga dibutuhkan pengadaan sarana dan prasarana, biaya serta pemikiran yang lebih banyak dari guru dan siswa. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif dan kerjasama dari semua pihak yang ada di sekolah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

_____. (2008). Al-Hikmah: Al-Qurān dan Terjemahnya. Terjemahan Tim Penerjemah

Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Abdur Rauf, Abdul Aziz. (2010). Pedoman Dauroh Al Qur'an. Jakarta: Markaz Al

Qur'an.

Abdurrohim, Acep Iim. (2003). Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV. Diponegoro.

Amarullah, Fahmi. (2010). Ilmu al-Qurān Untuk Pemula. Jakarta: Artha Rivera.

Arifin, Gus. (2009). Membuka Pintu Rahmat dan Membaca Al Qur'an. Jakarta: Zikrul Hakim.

Budiyanto. (1995). Prinsip-prinsip Metodologi Buku Iqra. Yogyakarta: Tim Tadarus AMM Yogyakarta.

Daradjat, Zakiah. (2004). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Dewi, Aprilianty. (2010). Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas IX. Bogor: CV. Bina Pustaka.

Pengembangan Diri Keagamaan. (2012). Data Kemampuan Baca al Qurān Siswa

SMP Negeri 2 UJungjaya. Dokumen. Tidak diterbitkan.

Emzir. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Ismail, Adbul Mujib dan Maria Ulfah Nawawi. (1995). Pedoman Ilmu Tajwid. Surabaya: Karya Abditama.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press.

Lesmana, Deni. (2011). Efektivitas Pembelajaran Membaca Al Qurān pada UKM


(5)

Lesmana, Hendra. (2011). Implementasi Metode Latihan dan Pengalaman dalam

Pembelajaran Tajwid di MTS Al Inayah Kota Bandung. Skripsi IPAI UPI

Bandung. Tidak diterbitkan.

Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ________. (2009). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Rajawali Press.

Mulyasa, E. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munawaroh, N. Maisjarijani. (2006). Efektivitas Penggunaan Metode Taghona dalam

Meningkatkan Kemampuan Membaca al Qurān Anak TK. Skripsi sarjana pada

Jurusan Pedagogik Upi Bandung. Tidak diterbitkan.

Nurzaman, Indriani. (2011). Efektivitas Metode Bil Hikmah Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al Qurān Anak Usia Dini. Skripsi IPAI UPI Bandung.

Tidak diterbitkan.

Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriadi, U. (2003). Studi Efektivitas Kutab Bil-Hikmah Dalam Upaya

Pemberantasan Buta Huruf Al-Qurān Pada Mahasiswa UPI. Jurnal Kajian Pendidikan Islam.

Yahya, Wildan, dkk. (2002). Panduan Diklat Metoda Bil Hikmah dan

Penyelenggaraan PPBQ. Bandung: Yayasan Baitul Hikmah.

______. 2010. Cepat Membaca Al Quran Buku I. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.

______. 2010. Cepat Membaca Al Quran Buku II. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.

______. 2010. Cepat Membaca Al Quran Buku III. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.

______. 2011. Cepat Menulis dan Tahsin Al Quran. Bandung: Fakultas Dakwah UNISBA dan Yayasan Baitul Hikmah Indonesia.

______. (2002). Cepat Belajar Tajwid. Bandung: Yayasan Baitul Hikmah Indonesia. Yusuf Syamsyu dan Juntika Nurihsan. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling.


(6)