PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN.

(1)

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN

SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh

Sumiyanti

1204694

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN

SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Oleh Sumiyanti

S.Pd Universitas Negeri Jakarta, 2003

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Sumiyanti 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA

TUNAGRAHITA RINGAN

(Sumiyanti, 1204694, Prodi PKKh, UPI, Bandung)

ABSTRAK

Siswa tunagrahita ringan adalah seseorang yang memiliki hambatan fungsi intelektual yang berdampak lemahnya daya ingat mereka. Secara umum siswa tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam menghafal dan mengingat bacaan shalat, namun bukan berarti mereka tidak memiliki potensi untuk dapat menghafal bacaan shalat. Oleh karena itu guru harus selalu berupaya mengoptimalkan potensi tersebut, agar mereka dapat melaksanakan shalat dengan benar sesuai syariat Islam. Dalam penelitian ini media karaoke adalah media yang dirancang berteknologi audiovisual yang berisikan bacaan shalat yang disertai pelafalan bacaan dan gerakannya, untuk membantu pembelajaran menghafal bacaan shalat. Melalui media ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat pada siswa tunagrahita ringan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai penggunaan media karaoke sebagai media pembelajaran menghafal bacaan shalat pada siswa tunagrahita ringan. Penelitian dilakukan di SLB Negeri Sungailiat Kabupaten Bangka dengan subyek penelitian siswa tunagrahita ringan kelas V SDLB yang berjumlah dua orang. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan pendekatan Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A. A yang pertama merupakan kondisi subyek sebelum menggunakan media karaoke, B adalah kondisi selama subyek menggunakan media karaoke,dan A yang kedua yaitu kondisi subyek setelah menggunakan media karaoke. Pengumpulan data menggunakan tes lisan yang mengacu pada instrumen penelitian. Instrumen penelitian dibuat berdasarkan 12 indikator kemampuan menghafal bacaan shalat. Data yang diperoleh dianalisis melalui metode inspeksi visual, dimana analisis dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam grafik. Komponen-komponen yang dianalisis yaitu analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Hasil penelitian menemukan bahwa penggunaan media karaoke sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat pada siswa tunagrahita ringan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase hafalan bacaan shalat yang mampu dilafalkan kedua subyek selama dan setelah penggunaan media karaoke.


(5)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE USE OF KARAOKE MEDIA TO IMPROVE THE ABILITY OF MEMORIZING PRAYERS FOR SHALAT (ISLAMIC WORSHIP) AMONG

STUDENTS WITH MILD INTELLECTUAL DISABILITIES

(Sumiyanti, 1204694, Special Needs Education Program, Indonesia University of Education, Bandung)

ABSTRACT

Intellectually disabled students are those who have constraints in their intellectual functions, resulting in low memories. In general, students with mild intellectual disabilities experience problems in memorizing and remembering prayers for shalat; however, it does not mean that they do not have the potentials to memorize the prayers. Therefore, teachers have to always try to optimize the potentials so that the students can pray correctly according to the Islamic regulations. In this research, karaoke media are defined as media designed with audiovisual technology to help the instruction of memorizing prayers for shalat. The media are expected to be able to optimally improve the ability of memorizing prayers among the students with mild intellectual disability. The research aimed to gain an understanding of the use of karaoke media in the teaching and learning of prayer memorization among mildly-intellectually disabled students. The research was conducted at State Special Needs Education Sungailiat, Bangka Regency, with two fifth graders of special needs elementary school with mild intellectual disabilities as the subjects. The method employed was experimental using single subject research approach with a design of A-B-A. The first A is the condition of the subjects before using the karaoke media, while B is the condition during the use of the karaoke media by the subjects, and the second A is the condition of the subject after using the media. Data were gathered using oral test referring to the research instrument. The instrument was made based on 12 indicators of the ability of memorizing prayers for shalat. The obtained data were then analyzed through visual inspection method, where a direct observation of the data that had been displayed in graphic was done. The analysis was done for the components of each of the conditions and for those between the three conditions. The results of the research showed that the use of karaoke media as instructional media could improve the ability of memorizing prayers for shalat among students with mild intellectual disabilities. This was proven by the increased percentage of the memorized prayers the subjects could recite during and after the use of karaoke media.


(6)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Batasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Masalah ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A.Konsep Dasar ketunagrahitaan ... 8

B.Konsep Dasar menghafal ... 10

C.Konsep Dasar Media Karaoke sebagai Media Pembelajaran ... 12

D.Konsep Dasar Belajar ... 17

E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan ... 21

F. Kerangka Pemikiran ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 24


(7)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Prosedur Penelitian ... 26

C.Lokasi dan Subyek Penelitian ... 28

D.Variabel Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31

G.Pengujian Instrumen Penelitian ... 34

H.Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A.Hasil Penelitian ... 44

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 53

A.Kesimpulan ... 53

B.Rekomendasi ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(8)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Berdasarkan tuntunan rukun dan tatacara shalat yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, memiliki gerakan-gerakan dan tatacara yang harus dilakukan sesuai urutannya. Tuntunan dan tatacara shalat tersebut diantaranya : bacaan shalat yang dilafalkan dengan menggunakan bahasa Arab, bacaan tersebut berisi

do’a-do’a yang ditujukan hanya kepada Allah SWT, bacaan shalat yang dilafalkan

harus sesuai dengan gerakan shalat yang dilakukan, dan lain-lain. Agar shalat yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan dan tatacara yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, maka setiap muslim harus hafal setiap bacaan shalat dalam setiap gerakan shalat.

Menghafal bacaan shalat merupakan kegiatan yang berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar bacaan-bacaan shalat selalu diingat. Untuk itu dalam menghafal bacaan shalat diperlukan daya ingat yang kuat. Di sisi lain siswa tunagrahita ringan memiliki rentang cukup pendek dalam kemampuan mengingat. Begitu pula kemampuan mereka dalam berbahasa seringkali dikatakan lemah, baik dari struktur maupun pelafalan. Hal lain yang dapat memperburuk keadaan terkait dengan bahasa yang dipelajari dalam bacaan shalat adalah bahasa Arab yang mungkin memiliki struktur dan pelafalan yang sangat berbeda disamping pemahaman terhadap bahasa Arab itu sendiri menjadi sangat abstrak. Namun demikian bukan berarti siswa tunagrahita tidak memiliki potensi untuk dapat mempelajari dan melafalkan bahasa Arab dengan baik, dalam hal ini bacaan shalat.

Dari hasil studi pendahuluan di SLB Negeri Sungailiat, peneliti menemukan bahwa dari semua siswa tunagrahita ringan yang duduk di kelas V SDLB tahun pelajaran 2012/2013 yaitu sebanyak lima siwa, ketika diminta mempraktikkan shalat dengan bacaannya secara nyaring, kelima siswa tersebut kurang mampu melafalkan hafalan bacaan shalat secara keseluruhan. Satu dari lima siswa mampu


(9)

2

melafalkan beberapa hafalan bacaan, seperti bacaan Surat Al Fatihah, bacaan

ketika ruku’, i’tidal , sujud, dan salam, bacaan yang lainnya meskipun masih

terbalik/tertukar urutan pelafalannya dan terkadang tidak sesuai dengan gerakan shalat. Dua siswa mampu mengingat dan melafalkan hafalan berupa surat Al Fatihah, bacaan takbir, dan salam, sedangkan dua siswa lainnya hanya mampu mengingat dan mengucapkan bacaan takbir yaitu “Allahu akbar”. Kebanyakan dalam setiap gerakan shalat yang dilakukan mereka hanya bacaan takbir saja yang sangat jelas dan benar dilafalkan, padahal sebelumnya materi menghafalkan bacaan shalat telah dibelajarkan. Dari pengakuan kelima siswa tersebut terungkap bahwa bahasa Arab sulit diucapkan seiring bacaan shalat, dan semua itu membuat mereka malas belajar menghafalkan bacaan shalat.

Ketidakmampuan siswa melafalkan hafalan bacaan salat merupakan masalah yang harus segera ditemukan pemecahannya, bila tidak siswa tidak dapat berkembang potensinya secara optimal terutama dalam mata pelajaran PAI, selain itu siswa juga tidak dapat menjadi seorang muslim yang dapat menunaikan kewajibannya melaksanakan shalat sesuai syariat Islam dan rukun shalat yang ditetapkan.

Dalam penelitian Aprillia, Somad, dan Ristian (2007) didapatkan kesimpulan bahwa penerapan pendekatan multisensori dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat pada siswa tunarungu. Penelitian lainnya oleh Afdrikah (2010) membuktikan secara signifikan bahwa media audiovisual dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi menghafal surat pendek Al Quran dan meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa kelas II MI dalam pembelajaran. Hasil penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa, media audiovisual dapat digunakan untuk menyampaikan pesan mata pelajaran PAI yang sifatnya verbalis, misalnya dalam bentuk kata-kata atau bahasa lisan seperti cara melafalkan bacaan Al Quran yang harus dibaca saat melaksanakan shalat, selain itu melalui media ini siswa mengggunakan indera penglihatannya untuk melihat langsung pesan melalui gambar di proyektor, sehingga memungkinkan siswa secara tepat dan benar dapat memahami pembelajaran secara efektif dan efisien. Selanjutnya dalam penelitian Waluyandari dan Arthana (2011) ditemukan hasil bahwa


(10)

kemampuan menghafal huruf hijaiyah pada anak usia dini dapat ditingkatkan secara signifikan melalui pemanfaatan media Flashcard Hijaiyah dengan Pendekatan Beyond Centers and Circle Time. Dari ketiga hasil penelitian tersebut peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian guna memecahkan masalah ketidakmampuan siswa tunagrahita ringan dalam menghafalkan bacaan shalat.

Berpijak dari teori belajar sosial Albert Bandura dalam Novianti (2012) bahwa perilaku siswa dapat dipengaruhi lingkungannya serta proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Dalam penelitian ini peneliti ingin mempengaruhi siswa tunagrahita ringan melalui media karaoke. Dengan media karaoke diharapkan siswa dapat mengamati dan meniru gerakan dan bacaan salat secara benar, sehingga dapat belajar menghafalkan bacaan shalat.

Media karaoke biasanya berisi video klip lagu yang disertai suara nyanyian dan irama musik, dan dimunculkan bacaan lirik lagu yang ditebalkan sedikit demi sedikit sesuai lirik lagu yang dinyanyikan, proses tersebut dapat digunakan untuk belajar menyanyi sambil menghafalkan liriknya. Akan tetapi untuk keperluan pembelajaran shalat, media karaoke dirancang peneliti berisi video animasi gerakan shalat yang disertai suara orang yang melafalkan bacaan shalat sesuai gerakan shalat, dan dimunculkan tulisan bacaan shalat yang menebal sedikit demi sedikit sesuai bacaan shalat yang dilafalkan, sehingga dapat digunakan untuk belajar melafalkan bacaan shalat dan menghafal bacaan shalat sesuai gerakan shalat.

Media karaoke dirancang berteknologi audiovisual dan diproduksi sedemikian rupa dengan melibatkan respon pemakai secara aktif untuk menonton gambar bergerak sekaligus mendengar pemutaran suara, selain itu dengan menggunakan sistem tertentu pemakai dapat menghilangkan pemutaran suara lalu menggantinya dengan suara pemakai sendiri.

Media karaoke yang berteknologi audiovisual memiliki potensi tinggi dalam penyampaian pesan maupun kemampuannya dalam menarik minat dan perhatian siswa. Dikemukakan oleh Warsito (2008:30) bahwa media berteknologi audiovisual terbukti memiliki kemampuan yang efektif (penetrasi lebih dari 70%)


(11)

4

untuk menyampaikan informasi, hiburan, dan pembelajaran. Dengan demikian salah satu media pembelajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran adalah media karaoke.

Dari kelebihan yang dimiliki media karaoke, maka apabila siswa tunagrahita ringan belajar melalui media karaoke, diduga mereka akan mengamati program/acaranya dengan tenang, tertarik perhatiannya untuk mengamati perubahan-perubahan gambar yang terjadi, terdorong minatnya untuk membaca susunan kata-kata /teks bacaan shalat yang ada, serta akan termotivasi untuk aktif menirukan bunyi bacaan shalat serta gerakannya seperti yang dicontohkan model/gambar. Dengan seringnya siswa mengikuti panduan melafalkan teks bacaan shalat, diharapkan siswa terbiasa melafalkan bacaan shalat dan mudah mengingat hafalan bacaan shalat secara keseluruhan. Dengan demikian apabila daya mengingat siswa tentang bacaan shalat meningkat, maka kemampuan menghafal bacaan shalat juga meningkat. Siswa mampu melaksanakan shalat dengan baik dan benar, sehingga kewajibannya sebagai umat muslim dapat ditunaikannya.

Berpijak pada teori konstruktivisme Lev Semyonovich Vygotsky dalam Anis (2012) bahwa seorang siswa akan mendapatkan pengetahuannya dengan cara diberikan pengetahuan secara terbimbing (scaffolding). Pada tahap awal pembelajaran misalnya menghafal bacaan shalat, siswa diberikan sejumlah besar bantuan, yaitu siswa mendengarkan, mengamati, dan menonton sambil meniru model yang ditayangkan melalui media karaoke, pada tahap selanjutnya bantuan dikurangi, yaitu siswa hanya menonton sambil mengikuti tulisan bacaan yang muncul dan menebal melalui media karaoke, dan akhirnya siswa diberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar, yaitu mengerjakannya sendiri dengan cara siswa mempraktikkan shalat dengan melafalkan bacaannya secara nyaring.

B.Identifikasi Masalah


(12)

Siswa tunagrahita ringan yang beragama Islam juga diwajibkan untuk melaksanakan shalat seperti umat muslim lainnya. Akan tetapi karena dampak ketunagrahitaan yang dialami siswa tunagrahita membuat daya ingatnya lemah, sehingga kemampuan mengingat hafalan bacaan shalat sangat terbatas. Selain itu bacaan shalat menggunakan bahasa Arab yang sulit dipahami artinya, sehingga menjadi hal yang abstrak untuk dipelajari, padahal kenyataannya siswa tunagrahita ringan memiliki keterbatasan dalam mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak.

Menghafal bacaan shalat tidak dapat dilakukan hanya dengan sekali mendengar dan dihafalkan bacaannya sekaligus, akan tetapi harus dilakukan dengan cara mendengar bacaannya berulang-ulang sambil membaca tulisannya dan kemudian dihafalkan sedikit demi sedikit.

Belajar menghafal bacaan shalat harus di dalam lingkungan yang kondusif. Lingkungan belajar yang kondusif akan membuat siswa tunagrahita ringan tenang dan fokus dalam belajar serta termotivasi untuk belajar, sehingga memudahkan siswa tunagrahita ringan menghafal bacaan shalat. Apabila lingkungan belajar tidak kondusif, misalnya keadaan sekitar tempat belajar sangat ramai dan berisik, akan mengakibatkan ternganggunya konsentrasi belajar dan proses rekaman memori penghafalan siswa tunagrahita ringan.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan identifikasi di atas, penelitian ini di batasi hanya pada permasalahan sebagai berikut :

1. Shalat yang sesuai dengan syariat Islam terdiri dari gerakan shalat yang dilakukan secara runtun disertai bacaan shalat yang dilafalkan secara baik dan benar. Dalam penelitian ini yang diamati dan diteliti adalah kemampuan siswa dalam melafalkan hafalan bacaan shalat dengan benar, runtun, dan sesuai dengan gerakan shalat.

2. Berbagai media dapat digunakan dalam pembelajaran menghafal bacaan shalat diantaranya : kartu saku bacaan shalat, poster bergambar shalat yang disertai bacaan shalat, buku panduan shalat bergambar, dan lain-lain. Dalam penelitian


(13)

6

ini dibatasi pada penggunaan media karaoke sebagai media pembelajaran menghafal bacaan shalat yang berisi video animasi gerakan shalat yang diiringi suara orang yang melafalkan bacaan shalat sesuai gerakan shalat, dan disertai tulisan bacaan shalat yang muncul dan menebal sedikit demi sedikit sesuai bacaan shalat yang dilafalkan.

3. Siswa tunagrahita dikelompokkan menjadi tunagrahita ringan, sedang, dan berat. Dalam penelitian ini dibatasi hanya pada siswa tunagrahita ringan kelas V SDLB yang beragama Islam dan sudah mampu membaca tulisan latin.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka dapat diturunkan rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah : “Apakah penggunaan media karaoke sebagai media pembelajaran dapat

meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat siswa tunagrahita ringan kelas V SDLB?”

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut : 1. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media karaoke sebagai media pembelajaran terhadap kemampuan menghafal bacaan shalat siswa tunagrahita ringan kelas V SDLB.

2. Manfaat penelitian a. Bagi siswa

Media karaoke diharapkan dapat membelajarkan siswa tunagrahita ringan, baik secara individu maupun bersama dengan teman yang tidak hanya terfokus kepada guru sebagai pengajar.

b. Bagi sekolah dan guru-guru SLB bagian tunagarahita ringan

1) Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan


(14)

menyenangkan di sekolah dengan berbasis media berteknologi audiovisual.

2) Memberikan informasi tentang pengaruh media karaoke sebagai media pembelajaran dalam mengajarkan materi pelajaran yang sifatnya abstrak. c. Bagi Peneliti Lainnya

Media karaoke sebagai alternatif solusi dalam memecahkan masalah penelitian yang akan memberikan pemahaman baru bagi peneliti.


(15)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain penelitian subyek tunggal (Single Subject Research), karena penelitian ini dilakukan terhadap subyek tunggal. Yang dimaksud subyek tunggal dalam penelitian adalah perilaku yang ingin diubah, yaitu kemampuan menghafal bacaan shalat pada siswa tunagrahita ringan. Tawney dan Gast (1984:10) mengemukakan bahwa :

Single subject research design is an integral part of the behavior analytic tradition. The term refers to a research strategy developed to document changes in behavior of individual subject.

Definisi di atas diartikan bahwa desain penelitian subyek tunggal adalah bagian yang tak terpisahkan dari tradisi analisis perilaku. Istilah tersebut mengacu pada sebuah strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan-perubahan perilaku individu subyek. Definisi lainnya dikemukakan oleh Horner. et al (2005) bahwa :

Single-subject research is a rigorous, scientific methodology used to define basic principles of behavior and establish evidence -based practices.

Definisi di atas diartikan bahwa penelitian subyek tunggal adalah metodologi ilmiah yang penuh ketelitian yang digunakan untuk menetapkan prinsip-prinsip perilaku dan membangun praktik-praktik berbasis bukti.

Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian subyek tunggal adalah metode penelitian yang dikembangkan secara ilmiah dan teliti untuk mendokumentasikan perubahan perilaku individu yang berbasis pada praktek.


(16)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A.Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan desain A-B-A. Desain ini merupakan desain penelitian subyek tunggal di bidang modifikasi perilaku yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat dimana perilaku sasaran subyek (target behavior) diukur terlebih dahulu secara berulang-ulang pada kondisi baseline pertama (A1) dengan periode waktu tertentu, misalnya perminggu, perhari, atau perjam, selanjutnya diukur pada kondisi intervensi (B) dan kemudian diukur kembali pada kondisi baseline yang kedua (A2) sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga keyakinan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat lebih kuat. (Sunanto, et al., 2006:44).

Periode waktu (sesi) yang digunakan penelitian ini adalah perhari. Secara visual, desain A-B-A ini tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1. Desain A-B-A Keterangan :

= Observasi

= Perlakuan (intervensi)

A1 = Merupakan kondisi awal (baseline). Fase ini bertujuan untuk mengetahui keadaan awal subyek sebelum diberi perlakuan (intervensi). Keadaan awal dimaksud berkaitan dengan perilaku sasaran sekaligus sebagai variabel terikat dalam penelitian.

B = Merupakan kondisi intervensi. Berdasarkan data yang diperoleh


(17)

26

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagaimana tergambar dalam fase baseline, maka dalam fase ini subyek diberi perlakuan (intervensi). Setelah diberi perlakuan kemudian dilakukan pengukuran.

A2 = Merupakan pengulangan kondisi awal atau baseline. Langkah yang ditempuh pada fase ini sama seperti yang dilakukan pada fase A1, yang membedakannya adalah pengukuran dilakukan setelah subyek memiliki pengalaman sebagaimana fase B, sedangkan pada fase A1 subyek tidak diberikan perlakuan. Tujuan pengulangan fase ini adalah untuk meyakinkan ada atau tidaknya pengaruh intervensi yan dilakukan pada fase B.

B.Prosedur Penelitian

Berdasarkan desain penelitian, maka prosedur yang dilakukan di dalam penelitian ini berupa fase dan kegiatan berikut ini.

1. Baseline 1 (A1)

Baseline 1 (A1) merupakan suatu kondisi awal kemampuan subyek secara alami tanpa intervensi. Pengukuran perilaku sasaran pada fase ini dilakukan sebanyak lima sesi dengan kegiatan-kegiatan untuk setiap sesinya sebagai berikut :

a. Subyek dimasukkan ke dalam ruangan penelitian satu. Ruangan penelitian satu adalah ruangan yang digunakan selama penelitian berlangsung dengan ukuran ruangan tidak terlalu besar dan tanpa adanya media karaoke.

b. Subyek dikondisikan dalam situasi shalat.

c. Subyek diminta mempraktikkan shalat sambil melafalkan bacaannya secara nyaring.

d. Selama subyek mempraktikkan shalat dilakukan pengukuran dan pencatatan selama ± 10 menit mengenai kemampuan menghafal bacaan shalat subyek pada hari itu.


(18)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Intervensi (B)

Intervensi (B) merupakan suatu perlakuan yang diberikan kepada subyek secara berulang-ulang untuk mecapai perilaku sasaran. Pengukuran perilaku sasaran pada fase ini diberikan sebanyak 15 sesi dengan kegiatan-kegiatan untuk setiap sesinya sebagai berikut :

a. Subyek dimasukkan ke dalam ruangan penelitian dua. Ruangan penelitian dua adalah ruangan yang digunakan selama penelitian berlangsung dengan ukuran tidak terlalu besar dan telah disiapkan media karaoke.

b. Subyek dikondisikan dalam situasi belajar.

c. Subyek diminta mengamati dan menyimak penjelasan mengenai materi pembelajaran bacaan shalat dengan menggunakan media karaoke.

d. Subyek diminta mengikuti lafal bacaan shalat yang terdengar dari media karaoke sambil melihat tulisan bacaan shalat yang muncul di layar telivisi yang menebal sedikit demi sedikit.

e. Program suara model yang melafalkan bacaan shalat dari media karaoke dinonaktifkan.

f. Subyek diminta mengisi kekosongan suara di media karaoke dengan melafalkan bacaan shalat mengikuti tulisan bacaan yang muncul dan menebal sedikit demi sedikit.

g. Subyek diminta berkaraoke bacaan shalat secara berulang-ulang. Kegiatan ini dilakukan subyek selama ± 60 menit.

h. Subyek diberi waktu istirahat selama ± 10 menit. e. Subyek dikondisikan dalam situasi shalat.

f. Subyek diminta mempraktikkan shalat sambil melafalkan bacaannya secara nyaring.

i. Selama subyek mempraktikkan shalat dilakukan pengukuran dan pencatatan selama ± 10 menit mengenai kemampuan menghafal bacaan shalat subyek pada hari itu.


(19)

28

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Baseline 2 (A2)

Baseline 2 (A2) menunjukkan kondisi subyek setelah diberikan perlakuan. Pengukuran perilaku sasaran pada fase ini dilakukan sebanyak lima sesi dengan kegiatan-kegiatan untuk setiap sesinya sebagai berikut :

a. Subyek dimasukkan ke dalam ruangan penelitian satu. b. Subyek dikondisikan dalam situasi shalat.

c. Subyek diminta mempraktikkan shalat sambil melafalkan bacaannya secara nyaring.

d. Selama subyek mempraktikkan shalat dilakukan pengukuran dan pencatatan selama ± 10 menit mengenai kemampuan menghafal bacaan shalat subyek pada hari itu.

C.Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Sungaliat yang berada di Jl. Pemuda Kelurahan Parit Padang Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Berdasarkan studi pendahuluan di lokasi penelitian, siswa tunagrahita ringan yang beragama Islam kelas V SDLB semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 berjumlah lima orang, satu siswa diantaranya sudah 70% hafal bacaan shalat, empat siswa lainnya belum hafal bacaan shalat, tetapi hanya dua siswa yang sudah mampu membaca, sedangkan dua siswa lainnya belum mampu membaca, sehingga untuk keperluan penelitian ini, peneliti memutuskan bahwa subyek penelitian adalah dua orang siswa yang belum hafal bacaan shalat tetapi sudah mampu membaca tulisan latin.

D.Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah media karaoke, sedangkan yang menjadi variabel terikat juga merupakan


(20)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perilaku sasaran (target behavior) dalam penelitian ini adalah kemampuan menghafal bacaan shalat. Definisi konsep variabel penelitian diuraikan berikut ini.

1. Media Karaoke

Media karaoke termasuk dalam kelompok media berteknologi audiovisual, dirancang sedemikian rupa dengan melibatkan respon pemakai secara aktif untuk menonton gerakan-gerakan shalat sekaligus mendengar pelafalan bacaan shalat dari setiap gerakan shalat.

Media karaoke yang digunakan untuk belajar menghafal bacaan shalat selain dilengkapi dengan sistem program dimana pemakai dapat menghilangkan suara pelafalan bacaan lalu menggantinya dengan suara pemakai sendiri. Media karaoke terdiri dari perangkat : televisi, pemutar Digital Versatile Disc (DVD) karaoke, mikrofon, dan kaset DVD karaoke yang berisi gambar animasi anak sedang shalat, diiringi dengan tulisan bacaan shalat yang muncul dan menebal sedikit demi sedikit beserta suara pelafalannya.

2. Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008:110,473&1208) menghafal diartikan sebagai berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Shalat dalam KKBI ditulis dengan salat yang berarti do’a kepada Allah, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan menghafal bacaan shalat adalah kemampuan

mengingat do’a-do’a kepada Allah yang dibacakan pada saat melakukan shalat mulai dari takbir sampai salam.

Kemampuan menghafal bacaan shalat berkaitan dengan aspek mengingat dan melafalkan, sehingga secara operasional variabel kemampuan menghafal bacaan shalat pada penelitian ini terdiri atas indikator, yaitu :

a. melafalkan hafalan niat shalat;

b. melafalkan hafalan bacaan takbiratul ihram; c. melafalkan hafalan do’a iftitah;


(21)

30

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. melafalkan hafalan surat Al Faatihah;

e. melafalkan hafalan surat pendek pilihan ( surat Al Ikhlas di rakaat pertama dan surat Al Ashr di rakaat kedua);

f. melafalkan hafalan do’a ruku; g. melafalkan hafalan do’a itidal; h. melafalkan hafalan do’a sujud;

i. melafalkan hafalan do’a duduk di antara dua sujud;

j. melafalkan hafalan do’a tahiyyat awal (di rakaat pertama); k. melafalkan hafalan do’a tahiyyat akhir (di rakaat terakhir); dan l. melafalkan hafalan bacaan salam.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. (Webster’s Collegiate dalam Soendari,

2011:13). Tes yang diberikan pada subyek penelitian berupa tes lisan yang diarahkan untuk memperoleh data dan informasi terhadap kemampuan menghafal bacaan shalat.

Dalam melakukan shalat, gerakan shalat yang dilakukan tidak terlepas dari bacaan shalat, begitu juga sebaliknya bacaan shalat yang dilafalkan harus sesuai dan sejalan dengan gerakan shalat yang dilakukan. Di sisi lain, gerakan shalat bagi siswa tunagrahita ringan dapat menjadi tanda/isyarat dimulainya bacaan tertentu dalam shalat, sehingga lebih memudahkan siswa untuk mengingat hafalannya. Oleh karena itu, untuk keperluan penelitian ini, tes hafalan bacaan shalat tidak terlepas dari gerakan shalat. Meskipun demikian, tes tetap diprioritaskan pada bacaan shalatnya, sedangkan gerakan shalat hanya menjadi unsur pendukung dalam mengukur hafalan bacaan shalat yang dapat dilafalkan siswa tunagrahita ringan yang menjadi subyek penelitian.


(22)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Jika subyek tidak melafalkan bacaan shalat, sehingga hanya melakukan gerakan shalat, maka subyek memperoleh skor nol perkata.

2. Jika subyek melafalkan bacaan shalat, tetapi bacaan tidak sesuai dengan gerakan shalat, maka subyek memperoleh skor nol koma lima perkata.

3. Jika subyek melafalkan bacaan shalat sesuai dengan gerakan shalat, tetapi pelafalannya kurang benar (salah mengucapkan huruf atau ada pengurangan/ penambahan suku kata dalam kata), maka subyek memperoleh skor satu perkata.

4. Jika subyek melafalkan bacaan shalat sesuai dengan gerakan shalat, tetapi pelafalannya kurang runtun (kata dalam bacaan tertukar urutannya dengan kata sebelum/berikutnya), maka subyek memperoleh skor satu koma lima perkata. 5. Jika subyek melafalkan bacaan shalat dengan benar, runtun, dan bacaan sesuai

dengan gerakan shalat, maka subyek memperoleh skor dua perkata. 6. Skor maksimum adalah 806.

7. Persentase kemampuan menghafal bacaan shalat subyek dihitung dengan membagi jumlah skor jawaban subyek dengan skor maksimum kemudian dikalikan 100 %.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam rangka pengumpulan data didasarkan atas kisi-kisi instrumen penelitian berikut ini.

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Persentase Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat

Jumlah Skor Jawaban

=

Skor Maksimum


(23)

32

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel

Penelitian Materi

Jenis Tes

Aspek yang

Dinilai Indikator

Nomor

Soal Jumlah

Kemampuan menghafal bacaan shalat. Menghafal niat shalat. Tes lisan Pengetahuan hafalan niat shalat. Melafalkan hafalan niat shalat.

1-10 10

Menghafal bacaan takbiratul ihram. Tes lisan Pengetahuan hafalan bacaan takbiratul ihram. Melafalkan hafalan bacaan takbiratul ihram.

11-12 2

Menghafal do’a iftitah. Tes lisan Pengetahuan hafalan do’a iftitah. Melafalkan hafalan do’a iftitah.

13-47 35

Menghafal surat Al Faatihah. Tes lisan Pengetahuan hafalan surat Al Faatihah. Melafalkan hafalan surat Al Faatihah. 48-72, 140-164, 263-287 75 Menghafal surat pendek pilihan (surat Al Ikhlas di rakaat pertama dan surat Al Ashr di rakaat kedua). Tes lisan Pengetahuan hafalan surat pendek pilihan(surat Al Ikhlas di rakaat pertama dan surat Al Ashr di rakaat kedua). Melafalkan hafalan surat pendek pilihan(surat Al Ikhlas di rakaat pertama dan surat Al Ashr di rakaat kedua). 73-88, 165-180 32


(24)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel

Penelitian Materi

Jenis Tes

Aspek yang

Dinilai Indikator

Nomor

Soal Jumlah

Menghafal do’a ruku. Tes lisan Pengetahuan hafalan do’a ruku. Melafalkan hafalan do’a ruku. 89-100, 181-192, 288-299 36 Menghafal

do’a itidal. Tes lisan

Pengetahuan hafalan do’a itidal.

Melafalkan hafalan do’a itidal. 101-107, 193-199, 300-306 21 Menghafal do’a sujud. Tes lisan Pengetahuan hafalan do’a sujud. Melafalkan hafalan do’a sujud. 108-119, 128-139, 200-211, 220-231, 307-318, 327-338 72 Menghafal do’a diantara dua sujud. Tes lisan Pengetahuan hafalan do’a diantara dua sujud. Melafalkan hafalan do’a diantara dua sujud. 120-127, 212-219, 319-326 24 Menghafal do’a tahiyyat awal. Tes lisan Pengetahuan hafalan do’a tahiyyat awal. Melafalkan hafalan do’a tahiyyat awal.

232-262 31

Menghafal do’a tahiyyat akhir. Tes lisan Pengetahuan hafalan do’a tahiyyat akhir.

Melafalkan hafalan do’a tahiyyat akhir.

339-399 61


(25)

34

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel

Penelitian Materi

Jenis Tes

Aspek yang

Dinilai Indikator

Nomor

Soal Jumlah

bacaan salam.

lisan hafalan bacaan salam.

hafalan bacaan salam.


(26)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G.Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas intstrumen penelitian. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. (Sugiyono, 2008:121). Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan dalam waktu yang berbeda terdapat kesamaan data. (Sugiyono, 2008:121). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan akan diperoleh data yang dapat dipercaya kebenarannya.

1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendapat dari para ahli di bidangnya (judgement experts). Para ahli yang dimintai pendapat mengenai media yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang, yaitu dua orang dosen pendidikan khusus yang ahli di bidang ketunagrahitaan, dan satu orang guru yang berpengalaman membuat media pembelajaran bagi siswa tunagrahita ringan. Para ahli ini dimintai tanggapannya mengenai media yang telah dibuat peneliti guna meningkatkan kualitas media dan kelayakan media untuk digunakan dalam penelitian. Sedangkan para ahli yang dimintai pendapat mengenai instrumen penelitian yang telah disusun sebanyak lima orang guru yang berpengalaman dalam mendidik siswa tunagrahita ringan, yaitu dua orang guru dari SLB Negeri Pangkalpinang Provinsi Kepualuan Bangka Belitung, dua orang guru dari SLB C Purnama Asih Provinsi Jawa Barat, dan satu orang guru dari SLB YPLAB Lembang Provinsi Jawa Barat. Hasil judgement instrumen penelitian dihitung guna mengetahui kevalidan instrumen dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah ahli yang menyatakan bisa

Persentase = x 100%


(27)

36

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah persentase diketahui, selanjutnya dibuat kesimpulan berdasarkan kriteria persentase, yaitu :

0% - 34% = Tidak valid 34% - 68% = Kurang valid 69% -100 % = Valid

Hasil uji validitas instrumen penelitian beserta perhitungannya dapat dlihat secara rinci di lembar lampiran.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti diuji reabilitasnya dengan menggunakan test-retest. Test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali dengan waktu pelaksanaan yang berbeda kepada subyek penelitian, kemudian hasil test-retest dihitung untuk mencari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan percobaan berikutnya dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment skor asli yang dikemukakan oleh Pearson dalam Susetyo (2010:180), yaitu :

Keterangan :

r : koefisien korelasi

x : hasil percobaan pertama y : hasil percobaan kedua  : jumlah

N : banyak subyek yang diujicoba

r = N −


(28)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah koefisien korelasi diketahui, selanjutnya dibuat kesimpulan berdasarkan klasifikasi koefisien korelasi menurut Goilford dalam Susetyo (2010:118), yaitu :

0,00 – 0,20 = Tidak ada korelasi 0,21 – 0,40 = Rendah atau kurang 0,41 – 0,70 = Cukup

0,71 – 0,90 = Tinggi

0,91 – 1,00 = Sangat tinggi (sempurna)

Hasil uji reabilitas instrumen penelitian beserta perhitungannya dapat dlihat secara rinci di lembar lampiran.

H.Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini sebelum dilakukan penarikan kesimpulan. Sunanto, et al (2006:65) mengemukakan bahwa :

Tujuan utama analisis data dalam penelitian di bidang modifikasi perilaku adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah. Metode analisis yang digunakan lazim disebut inspeksi visual dimana analisis dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam grafik.

Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka metode analisis data penelitian ini menggunakan inspeksi visual, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam grafik. Dalam rangka membuat grafik, komponen-komponen yang akan dipenuhi peneliti mengacu pada komponen yang diungkapkan Sunanto, et al., (2006:30), meliputi :

1. Absis

Komponen ini adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu , misalnya sesi, hari, atau tanggal.


(29)

38

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Ordinat

Komponen ini adalah sumbu Y yang merupakan sumbu vertical yang menunjukkan satuan untuk variable terikat atau perilaku sasaran, misalnya persen, frekuensi, atau durasi.

3. Titik awal

Komponen ini merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4. Skala

Komponen ini merupakan garis-garis pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%).

5. Label kondisi

Komponen ini merupakan keterangan ang menggambarkan kondisi penelitian, misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi

Komponen ini adalah garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

7. Judul grafik

Komponen ini yang mengarahkan pembaca agar segera mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.


(30)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara visual, bentuk dasar grafik tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2 Bentuk Dasar Grafik

Dalam rangka melakukan analisis dengan metode inspeksi visual guna mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah, maka komponen-komponen yang akan dipenuhi peneliti mengacu pada komponen yang diungkapkan Sunanto, et al (2006:65-76), meliputi :

1. Analisis dalam kondisi

Analisis dalam kondisi merupakan analisis perubahan yang terjadi dalam suatu kondisi, misalnya dalam kondisi baseline atau kondisi intervensi. Komponen-komponennya berikut ini.

a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi. Banyaknya data dalam kondisi menggambarkan banyaknya sesi (hari) yang dilakukan 0

20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

O

rdina

t

(Y

)

Absis (X)

Judul

Baseline Intervensi


(31)

40

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada tiap kondisi. Data dalam kondisi baseline dan intervensi dikumpulkan sampai diperoleh data yang stabil dan menunjukkan arah yang jelas.

b. Kecenderungan arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi. Ada tiga kemungkinan arah garis dalam suatu kondisi, yaitu mendatar, naik, dan turun. Arah garis akan mendatar apabila dalam suatu kondisi tidak ada perubahan data yang jelas dari satu sesi ke sesi berikutnya, misalnya pada kondisi baseline diperoleh frekuensi data sebagai berikut : sesi pertama 25%, sesi kedua 25%, sesi ketiga 25%, sesi keempat 25%, sesi kelima 25%, dan seterusnya. Dari contoh data tersebut akan diperoleh arah garis yang mendatar. Arah garis akan naik apabila data dalam suatu kondisi dari satu sesi ke sesi berikutnya bertambah, misalnya sesi pertama 25%, sesi kedua 30%, sesi ketiga 38%, sesi kelima 43%, sesi kelima 50%, dan seterusnya. Arah garis akan turun apabila data dalam suatu kondisi dari satu sesi ke sesi berikutnya berkurang, misalnya sesi pertama 25%, sesi kedua 20%, sesi ketiga 17%, sesi keempat 10%, sesi kelima 8%, dan seterusnya.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data yang terdapat dalam suatu kondisi. Tingkat stabilitas ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1) Menentukan kecenderungan stabilitas, dalam hal ini menggunakan kriteria stabilitas 15%. Perhitungannya seperti ini.

Skor tertinggi X Kriteria stabilitas = Rentang Stabilitas 35 X 15% = 5,23


(32)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua data yang ada kemudian dibagi dengan banyaknya data.

Contoh : data dalam baseline yaitu 19, 20, 17, 19, 15 maka mean level yang diperoleh adalah

= 18

3) Menentukan batas atas dengan cara mean level ditambah dengan setengah dari rentang stabilitas.

Contoh : mean level 18 dan rentang stabilitas 5,23 maka batas atas yang diperoleh adalah 18 + 2,6 = 20,6

4) Menentukan batas bawah dengan cara mean level dikurang dengan setengah dari rentang stabilitas.

Contoh : mean level 18 dan rentang stabilitas 7 maka batas bawah yang diperoleh adalah 18 – 2,6 = 15,4

Sunanto, et al (2006:68) mengungkapkan bahwa “ Jika sebanyak 50% atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean,

maka data tersebut dikatakan stabil”.

d. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi maupun data antarkondisi. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir. Sedangkan tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi berikutnya.

e. Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahan data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu ; menaik, menurun, dan mendatar. Jika diperhatikan jejak data ini sesungguhnya sama dengan kecenderungan arah.


(33)

42

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN


(34)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang ini memberikan informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan (level change).

2. Analisis antar kondisi

Analisis antar kondisi merupakan analisis perubahan yang terjadi antara dua kondisi, misalnya antara kondisi baseline dengan kondisi intervensi. Komponen-komponennya berikut ini.

a. Variabel yang diubah

Pada bagian ini analisis difokuskan pada ada tidaknya variabel yang diubah dari satu kondisi ke kondisi berikutnya, misalnya dari kondisi baseline ke kondisi intervensi.

b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Makna kecenderungan arah dalam anlisis antar kondisi, menunjukkan perubahan perilaku sasaran (target behavior). Perubahan tersebut merupakan akibat diberikannya intervensi. Kemungkinan perubahan kecenderungan antar kondisi ini adalah :

1) Mendatar ke mendatar 2) Mendatar ke menaik 3) Mendatar ke menurun 4) Menaik ke menaik 5) Menaik ke mendatar 6) Menaik ke menurun 7) Menurun ke menaik 8) Menurun ke mendatar 9) Menurun ke menurun

Adapun pemaknaan terhadap perubahan tersebut akan sangat tergantung dari tujuan pemberian intervensi.


(35)

44

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN


(36)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data merupakan tingkat kestabilan perubahan sekelompok data. Data dapat dikatakan stabil jika data tersebut menunjukkan arah yang konsisten. Yang dimaksud konsisten dalam hal ini adalah menunjukkan arah mendatar, menaik atau menurun secara meyakinkan.

d. Perubahan level data

Dalam analisis antar kondisi, perubahan level data ditunjukkan dengan besarnya selisih antara data terakhir pada kondisi baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini menunjukkan seberapa besar pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku.

e. Data yang tumpang tindih (overlap)

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi misalnya kondisi baseline dan kondisi intervensi adalah terdapat data yang sama pada kedua kondisi tersebut. Jumlah persentase data yang tumpang tindih ini dapat dijadikan indikator dalam menentukan ada tidaknya pengaruh intervensi. Misalnya jika data lebih dari 90% tumpang tindih, maka hal ini menunjukkan bahwa intervensi tidak memberikan pengaruh terhadap perubahan perilaku.


(37)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Dampak ketunagrahitaan mengakibatkan lemahnya daya ingat, sehingga siswa tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam menghafal bacaan shalat. Menghafal bacaan shalat merupakan kegiatan meresapkan bacaan shalat ke dalam pikiran agar selalu ingat. Upaya yang dilakukan untuk memudahkan siswa tunagrahita ringan menghafal bacaan shalat adalah dengan menggunakan media karaoke sebagai media pembelajaran dalam proses belajar menghafal bacaan shalat.

Media karaoke dirancang berteknologi audiovisual dan dilengkapi dengan program tertentu, dimana pengguna media karaoke dapat menghilangkan suara pelafalan lalu menggantinya dengan suaranya sendiri, sehingga media ini dapat digunakan oleh siswa tunagrahita ringan secara berulang-ulang untuk belajar shalat dan menghafalkan bacaannya.

Penggunaan media karaoke memberikan pengaruh baik pada siswa tunagrahita ringan. Isi tayangan yang berisi materi pelajaran shalat yang dikemas secara apik dengan paduan komposisi warna dan animasi yang menarik, mampu membuat siswa tunagrahita ringan semangat belajar dan memudahkannya mengingat pesan yang disampaikan, sehingga rekaman memorinya berkembang secara optimal. Dengan demikian, kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam menghafal bacaan shalat juga berkembang, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan dari subyek penelitian dalam melafalkan hafalan bacaan shalat.

Peningkatan kemampuan menghafal bacaan shalat pada kedua subyek ditunjukkan melalui naiknya mean level persentase hafalan bacaan shalat yang mampu dilafalkan dari masing-masing subyek. Setelah diberikan intervensi mean level subyek I (AA) lebih tinggi 55% dibandingkan dengan mean level sebelum diberikan intervensi, begitu juga dengan subyek II (KP) mean level setelah


(38)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diberikan intervensi lebih tinggi 50% dibandingkan dengan mean level sebelum diberikan intervensi. Dengan demikian masalah yang menjadi pertanyaan penelitian ini yang ditulis dalam rumusan masalah dapat dijawab, yaitu: penggunaan media karaoke dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat pada siswa tunagrahita ringan.

Namun perlu diingat bahwa hasil penelitian ini hanya berlaku pada siswa tunagrahita ringan yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Siswa tunagrahita ringan lainnya atau siswa dengan jenis kekhususan yang berbeda, apabila diteliti dengan menggunakan metode penelitian yang sama dan media yang sama dengan penelitian ini, ada kemungkinan hasil yang didapat akan berbeda dengan hasil yang telah dicapai pada siswa tunagrahita ringan yang menjadi subyek penelitian ini, sehingga data penelitian yang terkumpul juga akan berbeda, dengan begitu kesimpulan dari penelitian pun akan menjadi berbeda.

B.Rekomendasi

Peneliti mengajukan rekomendasi sebagai berikut :

1. Kepada guru SLB yang menangani siswa tunagrahita ringan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran bagi siswa tunagrahita ringan. Media karaoke tidak hanya dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menghafal bacaan shalat, tetapi kemungkinan besar juga dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan lainnya pada diri siswa, seperti kemampuan melakukan gerakan shalat secara tertib dan/atau kemampuan melafalkan bacaan shalat dengan tajwid yang tepat. Di samping itu, media karaoke dapat memudahkan guru untuk mengaktifkan semua siswa dalam proses pembelajaran secara klasikal, dimana dalam satu ruangan jumlah siswa lebih dari satu, sehingga kondisi tersebut akan mengefisiensikan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada setiap siswa dalam satu ruangan dengan waktu yang bersamaan.

2. Kepada orang tua, hasil penelitian ini dapat dilakukan di rumah terhadap anaknya yang mengalami masalah belajar yang sama seperti subyek penelitian ini, sehingga orang tua tidak lagi selalu mengandalkan peran guru di sekolah


(39)

55

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam meningkatkan kemampuan anaknya. Dari segi metode, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode yang memiliki desain dan prosedur yang sederhana, sehingga mudah untuk dipahami dan dilakukan orang tua, namun untuk menambah pehamaman tentunya orang tua perlu membaca berbagai referensi lainnya mengenai metode yang dipakai dalam penelitian ini. Sedangkan dari segi media karaoke, orang tua juga dapat merancang sendiri media karaoke sesuai kebutuhan belajar anak, karena sistem program yang terdapat di media karaoke sudah umum dikenal orang, dan juga kemudahan dalam pengoperasiannya.

3. Kepada peneliti lainnya, semoga hasil penelitian ini menjadi inspirasi dan motivasi untuk memodifikasi media karaoke dengan rancangan yang berbeda dan dengan kreativitas yang lebih tinggi, sehingga media karaoke memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk belajar menyanyi atau belajar menghafal bacaan shalat, tetapi juga dapat digunakan untuk belajar hal lainnya, misalnya belajar mengucapkan dialog sebagai pengisi suara dalam sebuah drama/cerita, belajar berpidato dengan menggunakan bahasa asing, dan sebagainya.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan dengan hasil penelitian lainnya. Metode eksperimen dengan pendekatan subyek tunggal sangat tepat digunakan dalam penelitian yang mengujicobakan suatu media, strategi, pendekatan, atau program pembelajaran pada siswa dengan kebutuhan khusus, karena metode penelitian ini menganalisis secara individu. Kondisi dan kemampuan yang ada pada siswa berkebutuhan khusus dapat lebih fokus teramati dan tergali, sehingga hal ini sangat sejalan dengan program pendidikan individual di dalam pendidikan khusus.


(40)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Afdrikah, B. (2010). “Peningkatan Motivasi Menghafal Surat Pendek Pelajaran

Al- Qur’an Hadist dengan Media Audio Visual pada Kelas II MI Al-Hikmah

Buduran Sidoarjo”. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam. 01, (01), 66-76.

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud.

Amiruddin, A. (2009). Sudah Benarkah Shalatku ? : Panduan Gerakan dan Bacaan Shalat. Bandung: Khazanah Intelektual.

Anis, R. (2012). Teori Pembelajaran Vygotsky. [Online]. Tersedia : http://penembushayalan.wordpress.com/2012/05/26/teori-pembelajaran-vygotsky/ [18 Maret 2013].

Aprillia, I.D., Somad, P., dan Ristian, P. (2007). “Penerapan Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Bacaan Salat pada Siswa Tunarungu”. JASSI_ anakku. 6, (2), 12-22.

Astati. (2010). Bina Diri untuk Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur Karya Mandiri.

Astati., dan Mulyati, L. (2011). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Amanah Offset.

Dimyati., dan Mudjiono. (1999). Definisi atau Pengertian Hasil Belajar Menurut

Para Ahli. [Online]. Tersedia:

http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/definisipengertian-hasil-belajar.html [13 Desember 2012].

Hamalik. (2002). Definisi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia: http://ahli-definisi.blogspot.com/2011/02/definisi-hasil-belajar.html [13 Desember 2012].

Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Horner, R., et al. (2005). “The Use of Single-Subject Research to Identify Evidence-Based Practice in Special Education”. Council for Exceptional Children. 71, (2), 165-179.

Kurnia, D. (2009). Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi Dalam Meningkatkan Kemampuan Shalat Pada Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.


(41)

57

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kusumawati, Y. (2006). Kontribusi Media Video Terhadap Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Pada Siswa Tunagrahita Ringan. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.

Lestari, P.R., (2008). Penerapan Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat Pada Anak Tunarungu. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.

Novianti, I. (2012). Makalah Teori Pembelajaran Sosial. [Online]. Tersedia :

http://ceritapgz.blogspot.com/2012/10/makalah-teori-pembelajaran-sosial.html [18 Maret 2013].

Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ramayulis. (2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Sadiman, AS. (2009). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soendari, T. (2011). Asesmen dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Amanah Offset.

Somantri, S.( 2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

Sunanto, J., et al (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press. Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT.

Refika Aditama.

Susilana, R. dan Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran : Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

Syarefa, I. (2012). Peningkatan Kemampuan Menghapal Nama 10 Malaikat dan Tugasnya Dengan Strategi Pembelajaran Bernyanyi Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.


(42)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syarifudin, S. (2012). Mengapa Kita Harus Menghafal Al-Qur’an?. [Online]. Tersedia : http://ltqalhuda.blogspot.com/2012/01/mengapa-kita-harus-menghafal-al-quran.html [8 Desember 2013].

Taufiqurrahman, M. (2012). Penerapan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Pemahaman Warna Primer. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.

Tawney, J.W., dan Gast, D.L. (1984). Single Subject Research in Special Education. Columbus, Ohio: Charles E. Publishing Company dan A Bell & Howell Company.

Waluyandari, Y.W. dan Arthana, I.K.P. (2011). “Pemanfaatan Media Flashcard Hijaiyah dengan Pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT) untuk Meningkatkan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah pada Kelompok Bermain (Playgroup) di PAUD Aisyiyah Trenggalek”. Jurnal Mahasiswa

Teknologi Pendidikan (JMTP). 1, (1). [Online]. Tersedia :

http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jmtp/artikel/1573/pemanfaatan-media- flashcard-hijaiyah-dengan-pendekatan-beyond-centers-and-circle-time-bcct- untuk-meningkatkan-kemampuan-menghafal-huruf-hijaiyah-pada-kelompok-bermain-play-group-di-paud-aisyiyah-trenggalek [15 Maret 2013].

Warsito, B. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Wikipedia. (2012). Taksonomi Bloom. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom. [13 Desember 2012].


(1)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Dampak ketunagrahitaan mengakibatkan lemahnya daya ingat, sehingga siswa tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam menghafal bacaan shalat. Menghafal bacaan shalat merupakan kegiatan meresapkan bacaan shalat ke dalam pikiran agar selalu ingat. Upaya yang dilakukan untuk memudahkan siswa tunagrahita ringan menghafal bacaan shalat adalah dengan menggunakan media karaoke sebagai media pembelajaran dalam proses belajar menghafal bacaan shalat.

Media karaoke dirancang berteknologi audiovisual dan dilengkapi dengan program tertentu, dimana pengguna media karaoke dapat menghilangkan suara pelafalan lalu menggantinya dengan suaranya sendiri, sehingga media ini dapat digunakan oleh siswa tunagrahita ringan secara berulang-ulang untuk belajar shalat dan menghafalkan bacaannya.

Penggunaan media karaoke memberikan pengaruh baik pada siswa tunagrahita ringan. Isi tayangan yang berisi materi pelajaran shalat yang dikemas secara apik dengan paduan komposisi warna dan animasi yang menarik, mampu membuat siswa tunagrahita ringan semangat belajar dan memudahkannya mengingat pesan yang disampaikan, sehingga rekaman memorinya berkembang secara optimal. Dengan demikian, kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam menghafal bacaan shalat juga berkembang, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan dari subyek penelitian dalam melafalkan hafalan bacaan shalat.

Peningkatan kemampuan menghafal bacaan shalat pada kedua subyek ditunjukkan melalui naiknya mean level persentase hafalan bacaan shalat yang mampu dilafalkan dari masing-masing subyek. Setelah diberikan intervensi mean level subyek I (AA) lebih tinggi 55% dibandingkan dengan mean level sebelum diberikan intervensi, begitu juga dengan subyek II (KP) mean level setelah


(2)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diberikan intervensi lebih tinggi 50% dibandingkan dengan mean level sebelum diberikan intervensi. Dengan demikian masalah yang menjadi pertanyaan penelitian ini yang ditulis dalam rumusan masalah dapat dijawab, yaitu: penggunaan media karaoke dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat pada siswa tunagrahita ringan.

Namun perlu diingat bahwa hasil penelitian ini hanya berlaku pada siswa tunagrahita ringan yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Siswa tunagrahita ringan lainnya atau siswa dengan jenis kekhususan yang berbeda, apabila diteliti dengan menggunakan metode penelitian yang sama dan media yang sama dengan penelitian ini, ada kemungkinan hasil yang didapat akan berbeda dengan hasil yang telah dicapai pada siswa tunagrahita ringan yang menjadi subyek penelitian ini, sehingga data penelitian yang terkumpul juga akan berbeda, dengan begitu kesimpulan dari penelitian pun akan menjadi berbeda.

B.Rekomendasi

Peneliti mengajukan rekomendasi sebagai berikut :

1. Kepada guru SLB yang menangani siswa tunagrahita ringan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran bagi siswa tunagrahita ringan. Media karaoke tidak hanya dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menghafal bacaan shalat, tetapi kemungkinan besar juga dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan lainnya pada diri siswa, seperti kemampuan melakukan gerakan shalat secara tertib dan/atau kemampuan melafalkan bacaan shalat dengan tajwid yang tepat. Di samping itu, media karaoke dapat memudahkan guru untuk mengaktifkan semua siswa dalam proses pembelajaran secara klasikal, dimana dalam satu ruangan jumlah siswa lebih dari satu, sehingga kondisi tersebut akan mengefisiensikan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada setiap siswa dalam satu ruangan dengan waktu yang bersamaan.

2. Kepada orang tua, hasil penelitian ini dapat dilakukan di rumah terhadap anaknya yang mengalami masalah belajar yang sama seperti subyek penelitian ini, sehingga orang tua tidak lagi selalu mengandalkan peran guru di sekolah


(3)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam meningkatkan kemampuan anaknya. Dari segi metode, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode yang memiliki desain dan prosedur yang sederhana, sehingga mudah untuk dipahami dan dilakukan orang tua, namun untuk menambah pehamaman tentunya orang tua perlu membaca berbagai referensi lainnya mengenai metode yang dipakai dalam penelitian ini. Sedangkan dari segi media karaoke, orang tua juga dapat merancang sendiri media karaoke sesuai kebutuhan belajar anak, karena sistem program yang terdapat di media karaoke sudah umum dikenal orang, dan juga kemudahan dalam pengoperasiannya.

3. Kepada peneliti lainnya, semoga hasil penelitian ini menjadi inspirasi dan motivasi untuk memodifikasi media karaoke dengan rancangan yang berbeda dan dengan kreativitas yang lebih tinggi, sehingga media karaoke memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk belajar menyanyi atau belajar menghafal bacaan shalat, tetapi juga dapat digunakan untuk belajar hal lainnya, misalnya belajar mengucapkan dialog sebagai pengisi suara dalam sebuah drama/cerita, belajar berpidato dengan menggunakan bahasa asing, dan sebagainya.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan dengan hasil penelitian lainnya. Metode eksperimen dengan pendekatan subyek tunggal sangat tepat digunakan dalam penelitian yang mengujicobakan suatu media, strategi, pendekatan, atau program pembelajaran pada siswa dengan kebutuhan khusus, karena metode penelitian ini menganalisis secara individu. Kondisi dan kemampuan yang ada pada siswa berkebutuhan khusus dapat lebih fokus teramati dan tergali, sehingga hal ini sangat sejalan dengan program pendidikan individual di dalam pendidikan khusus.


(4)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Afdrikah, B. (2010). “Peningkatan Motivasi Menghafal Surat Pendek Pelajaran

Al- Qur’an Hadist dengan Media Audio Visual pada Kelas II MI Al-Hikmah

Buduran Sidoarjo”. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam. 01, (01), 66-76.

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud.

Amiruddin, A. (2009). Sudah Benarkah Shalatku ? : Panduan Gerakan dan Bacaan Shalat. Bandung: Khazanah Intelektual.

Anis, R. (2012). Teori Pembelajaran Vygotsky. [Online]. Tersedia : http://penembushayalan.wordpress.com/2012/05/26/teori-pembelajaran-vygotsky/ [18 Maret 2013].

Aprillia, I.D., Somad, P., dan Ristian, P. (2007). “Penerapan Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Bacaan Salat pada Siswa Tunarungu”. JASSI_ anakku. 6, (2), 12-22.

Astati. (2010). Bina Diri untuk Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur Karya Mandiri.

Astati., dan Mulyati, L. (2011). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Amanah Offset.

Dimyati., dan Mudjiono. (1999). Definisi atau Pengertian Hasil Belajar Menurut

Para Ahli. [Online]. Tersedia:

http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/definisipengertian-hasil-belajar.html [13 Desember 2012].

Hamalik. (2002). Definisi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia: http://ahli-definisi.blogspot.com/2011/02/definisi-hasil-belajar.html [13 Desember 2012].

Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Horner, R., et al. (2005). “The Use of Single-Subject Research to Identify Evidence-Based Practice in Special Education”. Council for Exceptional Children. 71, (2), 165-179.

Kurnia, D. (2009). Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi Dalam Meningkatkan Kemampuan Shalat Pada Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.


(5)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kusumawati, Y. (2006). Kontribusi Media Video Terhadap Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Pada Siswa Tunagrahita Ringan. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.

Lestari, P.R., (2008). Penerapan Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat Pada Anak Tunarungu. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.

Novianti, I. (2012). Makalah Teori Pembelajaran Sosial. [Online]. Tersedia :

http://ceritapgz.blogspot.com/2012/10/makalah-teori-pembelajaran-sosial.html [18 Maret 2013].

Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ramayulis. (2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sadiman, AS. (2009). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soendari, T. (2011). Asesmen dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Amanah Offset.

Somantri, S.( 2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sunanto, J., et al (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama.

Susilana, R. dan Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran : Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

Syarefa, I. (2012). Peningkatan Kemampuan Menghapal Nama 10 Malaikat dan Tugasnya Dengan Strategi Pembelajaran Bernyanyi Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.


(6)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syarifudin, S. (2012). Mengapa Kita Harus Menghafal Al-Qur’an?. [Online]. Tersedia : http://ltqalhuda.blogspot.com/2012/01/mengapa-kita-harus-menghafal-al-quran.html [8 Desember 2013].

Taufiqurrahman, M. (2012). Penerapan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Pemahaman Warna Primer. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.

Tawney, J.W., dan Gast, D.L. (1984). Single Subject Research in Special Education. Columbus, Ohio: Charles E. Publishing Company dan A Bell & Howell Company.

Waluyandari, Y.W. dan Arthana, I.K.P. (2011). “Pemanfaatan Media Flashcard Hijaiyah dengan Pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT) untuk Meningkatkan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah pada Kelompok Bermain (Playgroup) di PAUD Aisyiyah Trenggalek”. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan (JMTP). 1, (1). [Online]. Tersedia :

http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jmtp/artikel/1573/pemanfaatan-media- flashcard-hijaiyah-dengan-pendekatan-beyond-centers-and-circle-time-bcct- untuk-meningkatkan-kemampuan-menghafal-huruf-hijaiyah-pada-kelompok-bermain-play-group-di-paud-aisyiyah-trenggalek [15 Maret 2013].

Warsito, B. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Wikipedia. (2012). Taksonomi Bloom. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom. [13 Desember 2012].