Pemberedelan Buku Tingkatkan Minat Baca.

o Sen;n o Selasa
123
17

18

OJan

19
8Peb

~ibnn Jabar

456
20

21

o Mar

OApr


.

Rabu

7
22

o Kam;s o Jumat

8
23

9

11
25

OJun


OMel

10

OJui

o Sabtu o M;nggu
12
27

26

14

13

0 Ags OSep

15
29


28

16
30

OHov

OOkt

31

ODes

PeInberedelan BUku
Tingl~atl~an Minat Baca
-~

-~


,

ipOdium.'

_no

S SAHALA TUA SARAGIH
Dosen Jurusan Jumalistik
Fikom Universitas Padjadjaran

MASY ARAKA T Indonesia
tampaknya terus semakin
maju. Salah satu indikatornya, pengguna internet dan
telepon genggam bertumbuh sangat pesat. Akan
tetapi, harus kita mengakui
jujur, hingga kini buku bukan bagian kehidupan sehari-hari mayoritas mutlak
warga negeri ini, termasuk
sebagian mahasiswa.
Dari tiap 1.000 penduduk


RI hanya

seorang

yang

berminat baca tinggi. Di
Singapura, di antara tiap
1.000 penduduknya terdapat 45 orang yang memiliki
minat baca tinggi. Di antara
11 negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), dalam hal
minat baca, ternyata Indonesia di peringkat terbawah. Dari 39 negara yang
diteliti UNESCO (Badan PBB
Urusan Pendidikan, Sosial,
dan Kebudayaan) beberapa
waktu lalu, ternyata negara
kita berada di peringkat
kedua dari bawah (Pikiran
Rakyat, 4/1). Padahal, salah
satu indikator pokok tinggirendahnya peradaban suatu bangsa adalah tinggirendahnya konsumsi buku

dan media cetak (Me) per
kapita per tahun di negara
yang bersangkutan.
Sungguh menyedihkan.
Semangat mengonsumsi
pulsa kini sanga t tinggi.
Banyak sekali keluarga
mengeluarkan ratusan ribu
rupiah untuk belanja pulsa
atau bertelekomunikasi.
Berapa belanja buku clan
MC mereka? Nol besar!
Buku dan MC bukanlah
kebutuhan pokok.
Buku dan MC tak terlintas
dalam benak sebagian besar penduduk Indonesia
dalam kehidupan seharihari. Buku dan MC baru
menjadi bahan perhatian
mereka ketika terbit buku
baru yang isinya menghebohkan atau kontroversial.

--- ---- ---

Demikian juga MC, baru
jadi bahan perhatian meteka bila ada isinya yang "ramai" atau "luar biasa". Sebagian di antara mereka segera melakukan berbagai
cara untuk memperoleh
buku-buku/MC
terlarang
resmi atau "setengah terlarang" itu.
Contoh terbaru adalah
Membongkar Gurita Cikeas,
buku kontroversial karya
George Junus Adi~ondro.
Sebenarnya harga banderolnya cuma Rp 39.000 per
eksemplar.
Akan tetapi,
karena tiba-tiba raib, padahal tak ada larangan resmi
dari penguasa (Kejaksaan
Agung), ada pedagang aji
mumpung di Jakarta yang
menjualnya

sampai Rp
400.000 per buku. Andaikata buku ini tak "diramaikan", terutama oleh Presiden SBY dan kroni-kroninya, belum tentu orangorang yang tidak memiliki
minat baca tinggi mau
memburunya.
Rupanya sangat banyak
orang di republik ini yang
bernafsu besar memburu
dan membaca buku-buku
dan/atau
MC yang diIarang resmi atau tak resmi
oleh penguasa. Tampaknya
naluri ini turunan atau
warisan naluri Hawa dan
Adam. Kita penasaran dan
sangat terangsang untuk
mengetahui dan menikmati
sesuatu yang terlarang. Bisa
jadi kita telah berkali-kali
melihat atau menyentuh
buku-buku terlarang itu di

toko/pasar
buku atau di
pameran buku. Namun kita
tak tertarik untuk membeli
dan membacanya. Namun
ketika Kejagung resmi melarangnya, kita langsung
memburunya di toko/pasar buku.
Sa yang seribu kali sayang, naluri dan nafsu kita
untuk menikmati barang
terlarang itu tak terpuas-

- - --

- -

--

-

kan. Buku-buku/MC itu telah menghilang. Mungkin

semuanya telah berada di
"gudang buku" Kejagung
Jakarta.
Tentu masih sangat hijau
dalam ingatan kita, ketika
George Junus Aditjondro
meluncurkan buku terbarunya yang dituduh mengandung banyak fitnah itu
di Yogyakarta padaRabu
(23-12-2009),di Jakarta pada
hari yang sarna Kejagung
mengeluarkan sepucuk surat keputusan ten tang larangan beredarnya
lima
buku. Padahal atau anehnya, buku-buku tersebut
telah beredar di pasar sejak
tahun 2008. Apakah Kejagung "telmi" ("telat mikir")? Entahlah.
Salah satu di antara lima
buku yang ditakutkan penguasa itu adalah Dalih
Pembunuhan Massal Gerakan
30 September dan Kudeta
Suharto, hasH penelitian

ilmiah John Roosa (dengan
mewawancarai
400 saksi
hidup tragedi 30 September
1965) terbit di Amerika Serikat oleh University of
Wisconsin Press pada Agustus 2006dengan judul, Pretext for Mass Murder, The
September 30th Movement
and Suharto's Coup d'Etat in
Indonesia. Masa penerjemahannya ke bahasa Indonesia 18 bulan, dan terbit
pad a Maret 2008 sebanyak
10.000 eksemplar (lebih separuh telah teIjual sebelum
ditarik penguasa dari pasar).
Karya iltniah ilmuwan ---

berpikir positif sajalah. Tak
perlu memprotes, apalagi
menghujat
pemerintah
alias penguasa. Kita justru
harus berterima kasih yang
sebesar-besarnya
kepada
penguasa.
Mengapa?
Sebab tiap kali penguasa membredel buku/MC,
banyak orang yang
tiba-tiba
memiliki
minat baca
tinggi. Semakin kita
dilarang
membaca
sebuah
atau bebedari Jurusan Sejarah, Unirapa buku/MC, semakin terangversity of Columbia, Vancouver, Kanada, itu merusang dan bernafsu pula kita
untuk memiliki dan mempakan salah satu dari tiga
buku terbaik di bidang
bacanya.
ilmu-ilmu sosial versi InterDalam situasi masih tiadanational Convention
of
nya atau sangat sangat renAsian Scholars, Kuala Lumdahnya minat baca mayoritas mutlak penduduk Inpur, Malaysia, pada 2007.
donesia, penguasa perlu seEIppat buku lainnya yang
dianggap penguasa kini
ring memberedel
buku"mengganggu
ketertiban
buku-buku bagus. Tak ada
umum" adalah SuaraGereja salahnya bila para penerbit
atau cukup
bagi Umat Tertindas Pende- sekali-sekali
ritaan, Tetesan Darah dan sering "mentraktir"
para
CucuranAir Mata Umat Tupenguasa untuk mengehan di Papua Barat Harus
luarkan surat larangan beredar buku-buku tertentu.
Diakhiri (karya Cocratez
Sofyana Yoman), LekraTak Para penerbit harus cerdas
Membakar Buku, Suara Se- memanfaatkan naluri penanyapLembarKebudayaanHa- saran dan nafsu ingin merian Rakjat1950-1965(karya
nikmati barang-barang terRhoma Dwi Aria Yuliantri
larang.
dan Muhidin M. Dahlan),
Sesungguhnya dalam zaEnam falan Menju Tuhan
man teknologi informasi
(karya Darmawan),
dan
dan komunikasi nan sangat
MengungkapMisteri Kebera- canggih kini dan kelak,
gamanAgama (oleh Syahruproduk budaya apa yang
tak bisa kita unduh dari
din Ahmad).
Beberapa waktu lalu reinternet? Jangankan buku21m Orde Reformasi juga
buku terlarang, film Fitita,
melarang peredaran belayang jelas dilarang keras
san buku, antara lain Atlas
masuk Indonesia beberapa
West Irian, KutemukanKe/:Je- tahun lalu, ternyata sangat
naranSejatidalamAl-Quran,
mudah (dan tentu saja graPemusnahan
EtnisMelanesia, tis) diunduh dari internet.
MemecahKebisuan Sejarah
Justru karena dilarang
Kekerasan
di PapuaBarat,dan
oleh penguasa waktu itu,
13 buku sejarah dari sepunafsu menontonnya bergeluh penerbit (Tempo, 4-10Jalora dalam diri banyak ornuari 2010).
ang di negeri ini. Jadi, apaTindakan
konyol pekah terlalu bodoh bila penguasa dan peristiwa konnguasa kini dan mendatang
troversial menjelang tutup
memberedel atau melarang
tah\ln 2009 dan awal tahun
buku, MC, film, dan proini sebaiknya kita lihat dari
duk-produk budaya lainperspektif lain. Kita mengnya? Anda tentu sudah tahu
gunakan
ilmu hikmah atau
jawabannya.:. (:~
-----......--