Hubungan Antara Minat Baca Dengan Kreativitas Verbal Pada Mahasiswa Program Studi Psikologi USU

(1)

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN

KREATIVITAS VERBAL PADA MAHASISWA PROGRAM

STUDI PSIKOLOGI USU

SKRIPSI

Oleh :

AMINDA TRI HANDAYANI

021301024

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

BAB I PENDAHULUAN

I.A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya, yaitu kepada peserta didik (Munandar, 1999).

Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, dan arena itu membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula. Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu yaitu mengidentifkasikan dan membina, serta memupuk yaitu mengembangkan dan meningkatkan bakat tersebut. Namun, sekarang makin disadari bahwa yang menentukan keterbakatan bukan hanya kecerdasan melainkan juga kreativitas dan motivasi berprestasi (Munandar, 1999).

Kemampuan kreatif juga dibutuhkan dalam semua bidang kegiatan manusia, baik di keluarga, bangku sekolah, bangku kuliah, ataupun dalam masyarakat. Pendidikan yang diharapkan mampu memberi suasana untuk mengembangkan bakat kreatif individu, pada kenyataannya terjebak pada


(3)

pengoptimalan salah satu aspek saja, sehingga keativitas kurang dikembangkan dalam dunia pendidikan (Ayan, 2002).

Manusia kreatif acap kali memiliki kehidupan sosial yang mengasyikkan dan merangsang berinteraksi dengan banyak orang. Dengan demikian, individu terus-menerus belajar dan berbuat. Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya (Munandar, 1999).

Kemajuan di segala bidang serta informasi yang semakin pesat, menuntut mahasiswa untuk mampu menyesuaikan diri, bergerak dengan cepat serta mampu untuk mencari alternatif baru dalam proses pemecahan masalah. Mengantisipasi hal tersebut mahasiswa dituntut memiliki kemampuan untuk kreatif terhadap tantangan yang baru (Zulkarnain dan Ginting, 2003).

Kreativitas penting dipupuk dalam diri mahasiswa karena kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan diri. Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Pemikiran kreatif atau berpikir divergen perlu dilatih untuk membuat mahasiswa lancar dan fleksibel dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak gagasan. Kreativitas juga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan mengikutkan ide-ide baru, penemuan baru, dan teknologi. Perilaku kreatif perlu dipupuk agar tidak hanya menjadi konsumen pengetahuan tetapi mampu menghasilkan pengetahuan baru (Munandar, 1985)

Kenyataannya, mahasiswa di Indonesia masih memiliki tingkat kreativitas yang rendah. Penekanannya lebih pada hafalan dan mencari satu jawaban yang


(4)

benar terhadap soal-soal yang diberikan. Proses-proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain sebagaimana dinyatakan oleh Guilford (dalam Munandar, 1999) dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden dari American Psychological Association, bahwa:

Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru

Sedikit sekali individu yang mengerti bahwa mereka bisa belajar agar menjadi lebih kreatif. Umumnya, individu itu sendiri tidak tahu teknik mana yang harus digunakan untuk memunculkan ide baru, atau cara mengembangkan bakat seni yang alami. Individu belum pernah menjalani pelatihan, atau tidak punya latar belakang kreativitas apapun. Orangtua mereka dahulu tidak mengajarkannya. Sekolah serta universitas tempat individu belajar juga tidak menyelenggarakan mata kuliah dengan materi tersebut (Ayan, 2002).

Individu pada umumnya, membatasi pencarian dan kemampuan kreatif pada usia teramat muda, biasanya dimulai saat masuk SD. Di sini sedikit demi sedikit, kreativitas mulai dikekang oleh pendidikan tradisional. Individu duduk berderet atau berkelompok dan diharuskan tunduk pada peraturan dan prosedur yang kaku, yang kebanyakan membatasi keterampilan berpikir kreatif. Dalam belajar, individu lebih sering menghafal daripada mengeksplorasi, bertanya, atau


(5)

bereksperimen. Saat menapaki SD, SMP, dan seterusnya, kreativitas semakin jarang diasah, hingga akhirnya berhenti tumbuh (Ayan, 2002).

Namun, bukan cuma sistem pendidikan yang memasung kreativitas. Upaya kreatif sering ditanggapi dengan kritik dan umpan balik yang negatif, bukan dukungan atau dorongan. Bagi individu sikap menarik diri dan tidak lagi memperlihatkan kreativitas tampak jauh lebih aman daripada menerima resiko dipermalukan. Bakat kreatif sesungguhnya dimiliki setiap individu, tetapi perkembangan bakat kreatif ini sangat bergantung pada lingkungan dimana seorang individu berada. Lingkungan yang kondusif bagi perkembangan bakat kreatif adalah lingkungan yang memberi keamanan dan kebebasan psikologis pada individu untuk berkembang, baik kemampuan kognisi, kemampuan afeksi, maupun kemampuan psikomotoriknya secara bersama-sama. Lingkungan harus mampu memberi kesempatan pada individu untuk mendapatkan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat kreatif itu dapat terwujud (Munandar 1985).

Kreativitas sebagai salah satu kemampuan mental manusia sering dipandang sebagai suatu proses mengenai hal-hal baru yang bersifat unik, konkret maupun abstrak baik verbal maupun non verbal (Hurlock, 1978).

Kreativitas verbal dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kemampuan berbahasa digunakan untuk berkomunikasi sekaligus berpikir, sehingga antara penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dengan pikiran terdapat kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Manusia berpikir dengan menggunakan simbol-simbol dan bahasa adalah suatu proses yang kaya


(6)

akan simbol. Oleh karena itu proses pikir manusia terjadi dengan menggunakan bahasa (Hilgard, dalam Rismiati dan Mulandari, 2004).

Kreativitas yang dimiliki individu terbentuk melalui kata yang dinyatakan dari abstraksi kognitif, individu dapat mengeluarkan ide-ide yang bermakna secara berbeda, serta dapat mengungkapkannya secara verbal (Rismiati dan Mulandari, 2004).

Hal ini juga dialami mahasiswa di Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara. Dengan kurikulumnya yang diantaranya mencakup kemampuan dalam pengetahuan dasar psikologi dan teknik pengamatan secara psikologi, kemampuan mengasah dalam biopsikomoral, kemampuan melakukan penelitian di bidang psikologi, contohnya yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi. Dan juga berkenaan dengan dasar-dasar dan teknik konsultasi, maka dalam mewujudkan keseluruhannya diperlukan cara berpikir yang kreatif dan kemampuan kreativitas verbal, yang nantinya akan berguna dalam perkembangan bangsa ini (Supratiknya, 2003).

Sebagai data tambahan, peneliti melakukan wawancara awal dengan beberapa mahasiswa Program Studi Psikologi USU. Dari hasil wawancara disimpulkan bahwa sebagian besar materi perkuliahan di Program Studi Psikologi erat kaitannya dengan kreativitas secara verbal. Dimana kretivitas verbal ini berguna dalam setiap penyampaian materi perkuliahan yang kesehariannya diisi dengan presentasi, diskusi antar mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, praktek materi berupa wawancara baik dengan sesama mahasiswa Program Studi Psikologi, maupun individu di luar Program Studi Psikologi. Disini kreativitas verbal berperan amat penting dalam menjaga kualitas diri dalam


(7)

berinteraksi dengan lawan bicara. Kelancaran, kecepatan, dan kecakapan mahasiswa dalam memilih bahasa dan kata-kata yang bermakna, disampaikan dalam cara yang berbeda namun memiliki makna yang sama sehingga orang yang mendengarkan pun dapat memahami dan mengerti secara jelas, serta turut menunjang kepercayaan diri bagi mahasiswa itu sendiri.

Berdasarkan fenomena kreativitas verbal dalam Program Studi Psikologi yang diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut Munandar (1985) adalah kemampuan berpikir yang terdiri dari intelegensi. Diantara ciri-ciri perilaku yang secara tidak langsung telah disepakati sebagai tanda telah dimilikinya inteligensi yang tinggi, antara lain adalah kreativitas yang tinggi, imajinasi yang berkembang, kemampuan mengingat, dan menyelesaikan problem mental dengan cepat (Azwar, 1996).

Rahim (2005) mengungkapkan bahwa dalam meningkatkan intelegensi diperlukan proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca, sehingga individu lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.

Membaca adalah salah satu cara terbaik untuk mengisi otak dan jiwa. Seorang yang banyak membaca akan lebih luas pengetahuannya daripada orang yang sedikit membaca. Intelektualitas seseorang tidak akan tumbuh sempurna tanpa membaca bahan bacaan yang sehat dan cukup (Rahim, 2005).

Individu yang sering membaca lebih memiliki kesempatan untuk belajar kata yang baru daripada individu yang sedikit membaca dan yang tidak mempunyai minat membaca sama sekali. Minat inilah yang menjadi motivator


(8)

dalam diri individu untuk melakukan aktivitas membaca dengan sebaik-baiknya karena membaca mempunyai daya tarik dan menimbulkan kepuasan bagi dirinya (Kaligis, dalam Rismiati dan Mulandari, 2005).

Seringnya membaca, akan terpupuk kebiasaan minat membaca. Baginya, membaca dirasakan sebagai suatu pemenuhan kebutuhan. Orang yang demikian akan menganggap membaca koran pagi misalnya, sebagai sarapan. Dengan memiliki kebiasaan membaca yang tinggi, orang akan merasa ketagihan membaca (Sudiana, 2004).

Tidak seorang pun dari individu akan menyangkal betapa sumbangan dari keterampilan dan kegiatan membaca itu untuk keberhasilan belajar sangatlah tinggi. Hal itu, jauh lebih signifikan jika dikaitkan dengan tugas dan kewajiban individu sebagai mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi. Setiap individu sangat menyadari, sebagian besar bahan belajar di perguruan tinggi dikemas dalam format buku teks atau bacaan (Pamungkas, 2004).

Mahasiswa sebagai individu yang mendapatkan berbagai gelar seperti: agent of change, director of change, creative minority, calon pemimpin bangsa dan lain sebagainya, senantiasa menempatkan mahasiswa dalam posisi terhormat dalam perubahan besar di negeri ini (Kusumah, 2005).

Pengembangan mahasiswa merupakan tugas nasional yang penting, karena mahasiswa sebagai sumber daya manusia merupakan potensi vital strategis serta mempunyai ciri-ciri tersendiri yang khusus. Mahasiswa dengan latar belakang pendidikan yang tinggi diharapkan kelak dapat dijadikan panutan dan pemimpin dimasa depan yang bertanggung jawab, untuk itu tidak hanya harus menguasai


(9)

disiplin ilmu akan tetapi harus memiliki kecakapan, kreatif dan dapat menguasai diri (Zulkarnain dan Ginting, 2003).

Adapun alasan diadakannya penelitian ini di Program Studi Psikologi USU adalah dikarenakan beberapa alasan yang bersifat teoritis maupun praktis. Berdasarkan kurikulum program pendidikan sarjana psikologi yang mencakup kemampuan dalam pengetahuan dasar psikologi dan teknik pengamatan secara psikologi, dan kemampuan melakukan penelitian di bidang psikologi, contohnya yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi. Dan juga berkenaan dengan dasar-dasar dan teknik konsultasi, maka dalam mewujudkan keseluruhannya diperlukan cara berpikir yang kreatif dan kemampuan kreativitas verbal. Kreativitas verbal yang dipengaruhi oleh intelegensi dan dalam meningkatkan intelegensi diperlukan proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca, hal ini memungkinkan bagi peneliti untuk meneliti hubungan antara minat membaca buku dengan kreativitas verbal. Selain itu peneliti sebagai mahasiswa Program Studi Psikologi USU itu sendiri menjadi alasan praktis bagi peneliti untuk melakukan penelitian di Program Studi Psikologi USU.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara Minat Baca dengan Kreativitas Verbal pada Mahasiswa Program Studi Psikologi USU.

I.B. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Minat Baca dengan Kreativitas Verbal pada Mahasiswa Program Studi Psikologi USU.


(10)

I.C. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian-penelitian psikologi lainnya sehingga dapat dipergunakan sebagai referensi atau bahan pembanding bagi peneliti-peneliti berikutnya yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan minat baca dan kreativitas, khususnya kreativitas verbal.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan pada dunia pendidikan. Terutama bagi mahasiswa Program Studi Psikologi yang terkait erat dengan minat baca dan kemampuan mereka dalam kreativitas khususnya kreativitas verbal. Untuk dapat memperkaya kosa kata dan tata bahasa, merangsang imajinasi, serta merangsang mahasiswa untuk memperluas bahan bacaan atau buku, baik cerita (fiksi) maupun ilmu pengetahuan (non fiksi).

I.D. SISTEMATIKA PENULISAN

Skripsi ini disajikan dalam beberapa bab, dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Bab I akan menjelaskan uraian latar belakang mengenai minat baca dan hubungannya dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(11)

Bab II. Landasan Teori

Bab II berisikan teori-teori mengenai minat baca dan kreativitas verbal, hubungan, serta mengemukakan hipotesa penelitian.

Bab III. Metode Penelitian

Bab III akan menjelaskan tentang variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, prosedur penelitian, dan metode analisis data untuk pengujian hipotesis yang digunakan peneliti dalam penelitian.

BAB IV. Analisa Data

Bab IV berisikan uraian hasil utama penelitian, dan interpretasi data serta hasil tambahan yang dapat memperkaya penelitian ini

BAB V. Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Bab V berisikan kesimpulan akhir dari hasil penelitian, berbagai kemungkinan yang terjadi mengenai alasan dari hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan teori yang dipakai, serta saran-saran praktis sesuai dengan hasil penelitian dan saran yang dapat memberikan inspirasi bagi peneliti-peneliti lain.


(12)

BAB II

LANDASAN TEORI

II. A. KREATIVITAS

II. A. 1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim memadukan informasi yang nampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau ide-ide yang menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinil dalam berpikir (Munandar, 1999).

Selanjutnya dikatakan pada umumnya hampir setiap orang memiliki kreativitas yang tinggi pada masa kanak-kanaknya, namun hanya sedikit yang mampu terus mempertahankan sampai usia dewasa. Kreativitas adalah sintesa dari empat fungsi, yaitu berpikir, merasa, mengindra dan intuisi. Bila salah satu saja dari keempat fungsi di atas dihambat, maka kreativitas pun akan menurun (Munandar, 1999).

Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik (Basuki, 2005)

Sedangkan menurut Jawwad (2002), kreativitas adalah memunculkan sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya. Kemudian, para pakar lain mengatakan kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.


(13)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat dan memikirkan hal-hal yang luar biasa, upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya dan menghasilkan karya baru yang bisa diterima oleh komunitas tertentu atau bisa diakui oleh mereka sebagai sesuatu yang bermanfaat.

II. A. 2. Pengertian Kreativitas Verbal

Munandar (1985) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada diungkapkan secara verbal. Kemampuan untuk menciptakan tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gambaran dari hal-hal sudah ada sebelumnya, yang diperoleh dari pengalaman selama hidupnya.

Memperjelas pendapat sebelumnya, Munandar (1992) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan yang terungkap secara verbal, berdasarkan data atau informasi yang didapat dari banyaknya kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.

Kreativitas verbal merupakan struktur intelek manusia merupakan akulturasi dari kecakapan-kecakapan intelektual yang meliputi hampir semua kecakapan individu, dimana dalam segi-segi tertentu dapat dikategorikan menjadi tiga, sesuai dengan operasi, jenis isi atau informasi, dan jenis produk yang dihasilkan (Prakosa, 1995).


(14)

Syah (1995) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah pemikiran yang menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama besarnya.

Goevremont (1999) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan dalam memahami dan menggunakan arti kata-kata secara efektif, memahami hubungan antar kata, dan arti kalimat dalam satu paragraf. Kemampuan tersebut merupakan faktor verbal yang paling penting karena kemampuan tersebut digunakan untuk memahami, menggunakan, dan berhubungan dengan bahasa tulisan dan lisan.

Kreativitas verbal merupakan keterampilan kecakapan berbahasa pasif tertulis yang diberikan dalam bentuk bahasa yang berpengaruh pada kecakapan berbahasa aktif lisan yang terungkap secara verbal. Individu yang mempunyai kemampuan verbal dengan baik mampu menyampaikan ekspresi-ekspresi emosional, mengungkapkan pendapat atau pesan, mengutarakan sikap dan berbagai aktivitas sosial manusial lainnya (Rismiati dan Mulandari, 2004).

Kreativitas verbal dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kemampuan berbahasa digunakan untuk berkomunikasi sekaligus berpikir (Sertain, dalam Rismiati dan Mulandari, 2004). Penggunaan antara bahasa untuk berkomunikasi dengan pikiran, terdapat kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Manusia berpikir dengan menggunakan simbol-simbol dan bahasa adalah suatu proses yang kaya akan simbol. Oleh karena itu proses pikir manusia terjadi dengan menggunakan bahasa (Hilgard, dalam Rismiati dan Mulandari, 2004).


(15)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas verbal merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi yang penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban dimana dalam segi-segi tertentu dapat dikategorikan menjadi tiga, sesuai dengan operasi, jenis isi atau informasi, dan jenis produk yang dihasilkan dan berhubungan dengan bahasa tulisan dan lisan, dan dapat ditunjukkan dengan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

II. A. 3. Aspek-Aspek Kreativitas Verbal

Menurut Munandar (1999), ada empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal, yaitu:

a. Kelancaran Berpikir

Kelancaran berpikir adalah banyaknya ide yang keluar dari pemikiran seseorang.

b. Fleksibilitas

Fleksibilitas atau keluwesan, yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, orang yang kreatif adalah orang yang kreatif dalam berpikir, mereka dapat dengan mudah meninggalkan cara berpikir yang lama dan menggantikan dengan cara berpikir yang baru.

c. Elaborasi

Elaborasi adalah kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan mengurai secara terinci.


(16)

d. Orisinalitas

Orisinalitasatau keaslian, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. Berdasarkan uraian di atas, terdapat empat aspek yang mempengaruhi kreativitas verbal, yaitu kelancaran berpikir, fleksibilitas, elaborasi, dan orisinalitas.

II. A. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Munandar (1985) mengungkapkan bahwa ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kreativitas, yaitu :

a. Kemampuan berpikir

Terdiri dari intelegensi dan pemerkayaan bahan. berpikir berupa pengalaman dan keterampilan.

b. Sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu

Faktor kepribadian terdiri dari rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif.

Menurut Hurlock (2000) ada 6 faktor yang menyebabkan munculnya variasi/perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:

a. Jenis Kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan.

b. Status Sosial Ekonomi

Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial ekonomi kelompok yang lebih rendah.


(17)

c. Urutan Kelahiran

Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin lebih kreatif daripada yang lahir pertama.

d. Ukuran Keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar.

e. Lingkungan Kota vs Lingkungan Pedesaan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan.

f. Intelegensi

Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai.

Berdasarkan uraian di atas, Munandar mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, yaitu kemampuan berpikir, sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Kemudian Hurlock juga mengungkapkan bahwa jenis kelamin, status sosial ekonomi, urutan kelahiran, ukuran keluarga, lingkungan kita vs lingkungan pedesaan, dan intelegensi juga merupakan faktor yang turut mempengaruhi kreativitas.


(18)

II. B. MINAT BACA II. B. 1. Pengertian Minat

Sebelum membicarakan tentang minat membaca, terlebih dahulu kita akan berbicara tentang pengertian minat. Ekspresi minat dapat diketahui melalui suatu pernyataan dan aktivitas yang menunjukkan seseorang lebih menyukai sesuatu daripada yang lain. Hurlock (2000) menyebutkan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya. Hal ini kemudian akan mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang.

Hurlock (2000) juga menjelaskan minat individu terhadap suatu objek mengandung aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif berkaitan dengan konsep bidang yang diminati, diperoleh dari pengalaman di rumah, sekolah dan masyarakat, sedangkan aspek afektif minat minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat dari pengalaman pribadi serta sikap orang-orang sekitar.

Selanjutnya Hurlock (2000) juga menjelaskan meskipun kedua aspek tersebut sama pentingnya, aspek afektif mempunyai peran yang lebih penting dari aspek kognitif. Hal ini disebabkan: (1) aspek afektif lebih besar peranannya dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Perasaan yang menyenangkan akan memperkuat minat individu. Dan sebaliknya, perasaan yang tidak menyenangkan akan melemahkan minat individu. Perasaan itu mengakibatkan kebosanan disertai pengaruh yang memperlemah motivasi atau yang mendorong tindakan yang menganggu penyesuaian pribadi dan sosial yang baik. (2) aspek afektif yang sudah terbentuk cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan aspek


(19)

kognitif. Informasi yang tidak tepat tentang suatu hal yang berkaitan dengan minat, yang merupakan aspek kognitif dari minat, dapat diperbaiki secara relatif mudah tatkala seorang individu bertambah dewasa. Sedangkan merubah aspek afektif minat seorang individu sangatlah sulit.

II. B. 2. Pengertian Minat Baca

Kedudukan minat dalam membaca menduduki tingkat teratas, karena tanpa minat seseorang akan sukar melakukan kegiatan membaca (Rahim, 2005).

Minat baca menurut Rahim (2005) adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Rahim juga mengemukakan bawa minat membaca seorang anak perlu sekali dikembangkan. Menumbuhkan minat baca seorang anak lebih baik dilakukan pada saat dini, yaitu pada saat anak baru belajar membaca permulaan, atau bahkan pada saat anak baru mengenal sesuatu.

Kemudian Sumadi (dalam Sudiana, 2004) mengungkapkan bahwa minat baca adalah kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ini ditunjukkan oleh adanya keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca.

Berdasarkan pengertian minat dan minat baca dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca mengandung aspek kognitif dan afektif. Di mana dalam minat baca, aspek afektif mempunyai peran yang lebih penting dari aspek kognitif. Hal ini


(20)

disebabkan: (1) aspek afektif lebih besar peranannya dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. (2) aspek afektif yang sudah terbentuk cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan aspek kognitif.

II. B. 3. Aspek-aspek Minat Baca

Sebelum membicarakan tentang aspek minat baca, terlebih dahulu akan dikemukakan aspek minat seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1980), yang terdiri dari: (1) pengalaman, (2) daya tarik pribadi, (3) nilai yang terkandung. Dari ke tiga aspek minat ini, Frymeir (dalam Rahim, 2005) menambahkan tiga aspek lagi untuk minat baca, yaitu: (1) informasi yang bermakna, (2) tingkat keterlibatan tekanan, (3) kekompleksitasan informasi.

Jadi, aspek minat baca menurut Frymeir (dalam Rahim, 2005) adalah sebagai berikut:

a. Pengalaman sebelumnya

Individu tidak akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu jika mereka belum pernah mengalaminya.

b. Konsepsinya tentang diri sendiri

Individu akan menolak informasi yang dirasa mengancamnya, sebaliknya individu akan menerima jika informasi itu dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya.

c. Nilai-nilai

Minat individu timbul jika sebuah informasi yang disajikan oleh orang yang berwibawa.


(21)

d. Informasi yang bermakna

Informasi yang mudah dipahami oleh individu akan menarik minat mereka. e. Tingkat keterlibatan tekanan

Jika individu merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat membaca mereka mungkin akan lebih tinggi.

f. Kekompleksitasan informasi

Individu yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks.

Berdasarkan penjelasan di atas terdapat beberapa aspek dari minat baca, berupa pengalaman sebelumnya, konsepsinya tentang diri sendiri, nilai-nilai, informasi yang bermakna, tingkat keterlibatan tekanan, kekompleksitasan informasi.

II. B. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2005), adalah:

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca.

b. Faktor intelektual

Intelegensi itu sendiri menurut Henmon (dalam Azwar, 1996) terdiri atas dua macam faktor, yaitu: kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.


(22)

c. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan itu mencakup:

1. Faktor latar belakang dan pengalaman individu di rumah

Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa individu. Kondisi di rumah mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri individu dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu individu, dan dapat juga mengahalangi individu dalam membaca. Individu yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak-anaknya, dan mempersiapkan seorang individu dengan harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca. 2. Faktor sosial ekonomi

Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah individu. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi individu mempengaruhi kemampuan verbal individu. Semakin tinggi status sosioekonomi individu semakin tinggi kemampuan verbal individu. Anak-anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan intelegensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca individu. Individu yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.


(23)

d. Faktor psikologis

Faktor psikologis ini juga mencakup beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut:

1. Motivasi

Motivasi adalah faktor kunci dalam membaca. Kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa/individu praktik pengajaran dengan minat dan pengalaman individu, sehingga individu memahami belajar itu sendiri sebagai suatu kebutuhan.

2. Kematangan sosial, ekonomi, emosi dan penyesuaian diri

Individu yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya, daripada individu yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri akan mendapat kesulitan dalam membaca.

Individu yang kurang percaya diri, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannnya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca adalah faktor fisiologis, faktor intelektual, faktor lingkungan dan faktor psikologis.


(24)

II. C. MAHASISWA PSIKOLOGI II. C. 1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa menurut kamus umum bahasa Indonesia (2002) adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi.

Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18 atau 19 sampai dengan 24 atau 25 tahun. Rentang umur ini masih dapat dibagi-bagi atas periode 18 atau 19 tahun sampai 20 atau 21 tahun yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan semester IV dan periode waktu 21 atau 22 tahun sampai dengan 24 atau 25 tahun, yaitu dari semester V sampai dengan semester VIII (Hurlock, 2000)

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi, berumur 18 atau 19 sampai dengan 24 atau 25 tahun yaitu mahasiswa dari semester I sampai dengan semester VIII.

II. C. 2. Mahasiswa Psikologi

Menurut Brewer (dalam Supratiknya, 2003) tujuan dasar pendidikan psikologi pada jenjang undergraduate adalah mengajar peserta didik agar mampu berpikir sebagai ilmuwan tentang perilaku dan pengalaman hidup disertai dengan delapan tujuan umum, meliputi: (1) pengetahuan yang luas; (2) keterampilan berpikir; (3) keterampilan berbahasa; (4) keterampilan mengumpulkan informasi dan membuat sintesis; (5) kemampuan meneliti; (6) keterampilan interpersonal; (7) sejarah psikologi; (8) etika dan nilai-nilai.


(25)

Meitti (dalam menuju standarisasi nasional pendidikan psikologi di Indonesia, 2005) menambahkan bahwa ada tujuh kompetensi utama S1 psikologi, yaitu:

a. Penguasaan teori-teori psikologi

Penguasaan teori psikologi yaitu mahasiswa menguasai konsep-konsep umum, hasil-hasil empiris dan sebagainya.

b. Penguasaan metode penelitian dasar

Penguasaan metode penelitian dasar, memiliki keterampilan wawancara, observasi, desain penelitian, mengenal skala, angket, alat ukur psikologi dan mampu menganalisis baik dalam bentuk metode kuantitatif maupun kualitatif. c. Pengukuran(Assessment)

Pengukuran yaitu menguasai prinsip diagnostik dasar. Pengamatan secara objektif dan sistematis mengenai bakat, minat dan kepribadian.

d. Kemampuan membangun hubungan interpersonal

Kemampuan membangun hubungan interpersonal yaitu membangun hubungan yang konstruktif supaya memiliki keterampilan dan menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki.

e. Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan

Etis dan pluralitas atau memahami perbedaan tidak membeda-bedakan dan penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada individu dan kelompok.

f. Kemampuan soft skill

Kemampuan soft skill yaitu dapat berpikir kritis, kemampuan komunikasi lisan dan tulis, leadership, percaya diri, penggunaan teknologi informasi


(26)

berdasarkan perubahan yang terjadi dan pengembangan diri sebagai problem solver.

Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa psikologi harus menguasai keterampilan dalam berbahasa, keterampilan wawancara, konsultasi, membangun hubungan yang konstruktif, menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki, memiliki penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada individu dan kelompok, dapat berpikir kritis, memiliki kemampuan dalam berkomunikasi lisan dan tulis.

Maka dari itu, kreativitas verbal yang diawali dengan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan ide melalui kata-kata, mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata , yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan sangat berpengaruh dalam penguasaan materi psikologi.

II. D. HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KREATIVITAS VERBAL Kreativitas verbal merupakan pembentukan ide melalui kata-kata, serta mengarahkan ide melalui kata-kata, mengarahkan fokus permasalahan pada penguasaan bahasa atau kata-kata, yang akan menentukan jelas tidaknya pengertian mengenai ide yang disampaikan. Hal ini sangat berpengaruh dalam penguasaan materi psikologi undergraduate, berupa penguasaan keterampilan dalam berbahasa, keterampilan wawancara, konsultasi, membangun hubungan yang konstruktif, menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikasikan apa yang dimiliki, memiliki penguasaan etika dalam memberikan pelayanan kepada


(27)

individu dan kelompok, dapat berpikir kritis, dan menguasai kemampuan dalam berkomunikasi lisan dan tulis.

Kreativitas adalah salah satu kemampuan individu yang harus ditumbuhkembangkan, sebab tanpa adanya kreativitas, suatu masyarakat akan melakukan kegiatan yang sama dari waktu ke waktu, dan sama sekali tidak mengalami perubahan serta kemajuan yang berarti dalam kehidupannya. Selain itu kreativitas sangat dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan, sebab dengan kreativitas individu akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik maupun sosial dan budaya (Munandar, 1999).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut Munandar (1985) adalah kemampuan berpikir yang terdiri dari intelegensi. Diantara ciri-ciri perilaku yang secara tidak langsung telah disepakati sebagai tanda telah dimilikinya inteligensi yang tinggi, antara lain adalah kreativitas yang tinggi, imajinasi yang berkembang, kemampuan mengingat, dan menyelesaikan problem mental dengan cepat (Azwar, 1996).

Rahim (2005) mengungkapkan bahwa dalam meningkatkan intelegensi diperlukan proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca, sehingga individu lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.

Kemudian Flynn (dalam Azwar, 1996) mendefenisikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman. Kemampuan abstraksi adalah suatu kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan gagasan dan simbol-simbol (Azwar, 1996). Intelegensi itu


(28)

sendiri menurut Henmon (dalam Azwar, 1996) terdiri atas dua macam faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.

Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis. Yang lebih penting lagi, membaca memperkenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif, dan dengan demikian mempertajam kepekaan linguistik dan kemampuan menyatakan perasaan. Dengan membaca, kita belajar mengenai metafora, persuasi, sifat nada, dan banyak unsur ekspresi lain. Membaca juga memicu imajinasi. Buku yang baik mengajak kita membayangkan dunia beserta isinya, lengkap dengan segala kejadian, lokasi dan karakternya. Bayangan yang terkumpul dari tiap buku atau artikel ini melekat dalam pikiran, dan seiring dengan berlalunya waktu, membangun sebuah bentang jaringan ide dan perasaannya menjadi dasar ide kreatif. Bayangan ini akhirnya menjadi dasar metafora yang kita tulis, gambar yang dibuat, bahkan keputusan yang akan diambil (Ayan, 2002).

Dengan seringnya membaca, akan terpupuk kebiasaan minat membaca. Baginya, membaca dirasakan sebagai suatu pemenuhan kebutuhan. Orang yang demikian akan menganggap membaca koran pagi misalnya, sebagai sarapan. Dengan memiliki kebiasaan membaca yang tinggi, orang akan merasa ketagihan membaca (Sudiana, 2004).

II. E. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesa utama dari penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU.


(29)

Diasumsikan bahwa semakin tinggi minat baca mahasiswa, maka kreativitas verbalnya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah minat baca mahasiswa, maka kreativitas verbalnya juga semakin rendah.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yaitu metode penelitian yang bertujuan melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.

III. A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini variabel yang terlibat adalah:

1. Variabel Bebas : Minat Baca 2. Variabel Tergantung : Kreativitas Verbal

III. B. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Defenisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

III. B. 1. Minat Baca

Minat baca merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri (Rahim, 2005).

Minat baca diungkap melalui skala minat baca yang disusun peneliti berdasarkan enam aspek minat baca menurut Frymeir (dalam Rahim, 2005). Enam aspek minat baca tersebut yaitu: (1) pengalaman, (2) daya tarik pribadi, (3) nilai


(31)

yang terkandung, (4) informasi yang bermakna, (5) tingkat keterlibatan tekanan, (6) kekompleksitasan informasi.

Skor tinggi pada skala ini menunjukkan minat baca yang tinggi dan sebaliknya skor rendah pada skala ini menunjukkan minat baca yang rendah pada mahasiswa.

III. B. 2. Kreativitas Verbal

Munandar (1985) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada diungkapkan secara verbal. Kemampuan untuk menciptakan tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gambaran dari hal-hal sudah ada sebelumnya, yang diperoleh dari pengalaman selama hidupnya.

Kreativitas verbal diungkap melalui alat ukur yang digunakan untuk mengukur kreativitas verbal dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas dari Munandar (1999). Aspek kreativitas verbal yang dirancang menggunakan baterai tes yang terdiri atas enam subtes, yaitu: (1) permulaan kata(word beginning), (2) menyusun kata (anagram), (3) membentuk kalimat tiga kata (three word sentences), (4)sifat-sifat yang sama (thing categories), (5)penggunaan tidak biasa (unusual uses), (6) apa akibatnya ( consequences).

Skor tinggi pada masing-masing subtes menunjukkan kreativitas verbal yang tinggi dan sebaliknya skor rendah pada subtes ini menunjukkan kreativitas verbal yang rendah pada mahasiswa.


(32)

Berikut akan dipaparkan uraian skoring tes kreativitas verbal, yaitu: 1. Permulaan kata

Setiap kata mendapat skor 1 (satu), jika memenuhi persyaratan, yaitu kata tersebut dimulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata tersebut harus betul ejaannya. Sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan, tapi tidak perlu sempurna.

Dasar pertimbangan adalah subtes ini tidak merupakan tes bahasa, akan tetapi merupakan tes kreativitas. Misalnya: ditulis “Kalimantan”. Ini betul dan mendapat skor 1 (satu), oleh karena itu penggunaan susunan huruf “ka” yang diberikan adalah benar, akan tetapi jika ditulis “kamari”, yang seharusnya “kemari”, jawaban ini tidak benar, karena disini penggunaan susunan huruf “ka” yang diberikan tidak tepat.

Kata-kata seperti kantong, kandungan, kancil, kambing, benar karena seperti dicantumkan dalam instruksi. Nama orang tidak dibenarkan, tapi nama negara, kota, gunung dibenarkan.

2. Menyusun kata

Keseluruhan kata yang dibentuk harus betul ejaannya, karena kata tersebut harus dibentuk dari huruf-huruf yang telah ditentukan. Jadi ini merupakan persyaratan dalam stimulus tersebut. Perlu diperhatikan bahwa tidak dibenarkan untuk menggunakan huruf-huruf lain yang tidak terkandung dalam kata dari aitem tes. Selain tidak dibenarkan pula untuk menggunakan suatu huruf dalam kata item tes sampai dua kali, kecuali kalau dalam kata aitem tes huruf tersebut memang muncul dua kali, seperti: huruf ‘a’ dalam kata ‘kreativitas’.


(33)

Singkatan tidak dibenarkan, seperti PLN, kecuali sudah menjadi bahasa sehari-hari, misalnya: TV.

Bahasa asing atau daerah tidak dibenarkan, kecuali sudah jadi bahasa atau diterima sebagai Bahasa Indonesia.

3. Membentuk kalimat tiga kata

Seperti tercatat dalam instruksi tes, urutan huruf-huruf yang diberikan dalam perbuatan kalimat boleh diubah. Jadi, tidak selalu harus berurut, seperti yang diberikan. Tiap kalimat boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat sebelumnya, tetapi tidak mendapat skor.

Dapat menggunakan nama orang. Susunan kata dalam kalimat harus betul dan logis. Kesalahan dalam ejaan kata tidak mempengaruhi skor, kecuali jika menyangkut huruf pertama dari kata, karena huruf itu berfungsi sebagai stimulus tes dan merupakan persyaratan tes.

4. Sifat yang sama

Dibawah ini dirumuskan apa yang diartikan dengan sifat-sifat yang disebut pada masing-masing aitem, yaitu:

a. Bulat dan keras

Maksud pernyataan bulat dan keras adalah bulat gepeng (bundar), misalnya: uang logam, atau bulat sepenuhnya, misalnya: bola. Yang dapat diambil sebagai patokan adalah bahwa kesan keseluruhan adalah kebulatannya. Yang dimaksud dengan keras adalah tahan tekanan atau tidak mudah ditekan, tidak mudah berubah bentuk.


(34)

b. Putih dan dapat dimakan

Maksud dari pernyataan putih dan dapat dimakan adalah dalam arti kata yang luas, meliputi makanan atau minuman, misalnya: susu, bahan yang matang, telah dimasak maupun yang masih perlu dimasak, misalnya: beras dan tepung.

c. Panjang dan tajam

Maksud dari pernyataan panjang dan tajam adalah berkaitan dengan bentuk memanjang dan tidak melebar. Jarum adalah jawaban yang benar. Tajam berarti lembing, pisau dan seterusnya.

d. Panas dan berguna

Maksud dari pernyataan panas dan berguna adalah semua benda yang kegunaannya adalah akibat dari ‘kepanasannya’ atau ‘kehangatannya’. Jika kepanasan dari benda adalah akibat dari berfungsinya, tapi tidak merupakan sumber kegunaannya, maka jawaban seperti itu tidak dapat skor. Benda atau zat yang mempunyai efek panas, walaupun suhu benda atau zat tersebut tidak harus tinggi, dibenarkan, misalnya: minyak-serai, obat-gosok, param, balsam.

e. Macam-macam kegunaan

Untuk apa benda itu memang diperuntukkan atau dibuat dan tidak perlu ditulis. Jadi, semua jawaban yang menunjukkan pada penggunaan yang lazim atau biasa tidak mendapat skor. Demikian pula jawaban-jawaban yang menunjukkan pada kegunaan yang kurang lebih sama, karena tes ini mengukur ‘fleksibilitas dalam pemikiran’. Penggunaan benda tersebut tidak harus dalam keadaan utuh dan tidak perlu dipakai


(35)

keseluruhannya, misalnya: surat kabar boleh dikoyak-koyak untuk dijadikan bahan prakarya.

Dan untuk menentukan skor ‘originalitas’ dipakai suatu tabel yang telah dibuat oleh Munandar berdasar hasil penelitian terhadap 267 responden.

f. Apa Akibatnya

Subtes ini menghasilkan suatu skor yang merupakan gabungan dari kelancaran dalam memberikan gagasan atau elaborasi. Seperti jawaban yang menunjuk pada akibat yang masuk akal dari kejadian hipotesis yang dilakukan mendapat satu skor. Kecuali, setiap elaborasi atau perincian yang ditambahkan dan memperkaya jawaban atau yang merupakan akibat tambahan juga mendapat skor. Misalnya: apakah yang terjadi jika kita bisa mendengar isi hati orang lain?, dengan jawaban sebagai berikut: maka orang dapat mengetahui rahasia orang lain, dan dapat mengatahui pikiran-pikiran jahatnya, sehingga dapat menimbulkan permusuhan atau saling tidak mempercayai lagi. Jawaban ini mendapat skor 4 (empat).

III. C. POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL III. C. 1. Populasi dan Sampel

Menurut Hadi (2000) populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk yang sedikitnya memiliki satu sifat yang sama sebagai karakteritik. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Psikologi USU.


(36)

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus memiliki paling sedikit atau sifat yang sama (Hadi, 2000). Sampel dalam penelitian ini adalah 58 orang mahasiswa Program Studi Psikologi USU. Menurut Sukadji (2000) besarnya sampel yang dapat diterima untuk penelitian korelasional minimal sebanyak 30 orang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara minat baca dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU. Oleh karena itu subjek yang diambil harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karakteristik subjek penelitian ini adalah:

1. Usia 18 tahun

III. C. 2. Teknik pengambilan Sampel

Subjek penelitian menurut Azwar (2000) adalah sumber utama data penelitian, yaitu mereka yang memiliki data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti. Karakteristik subjek penelitian diperlukan untuk menjamin homogenitas sampel penelitian.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik non random purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari populasi yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Teknik purposive sampling ini tergolong non probability yaitu tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek penelitian (Hadi, 2000). Alasan menggunakan teknik ini disebabkan karena subjek penelitian dipilih atas dasar tujuan atau pertimbangan


(37)

usia tertentu sesuai dengan standarisasi Tes Kreativitas Verbal, yaitu usia 18 tahun.

Setiap orang yang ditemui di lapangan yang memenuhi karakteristik subjek penelitian ini akan ditanya kesediaannya mengikuti tes dan mengisi skala. Orang-orang yang bersedia dan sesuai dengan karakteristik subjek penelitianlah yang dijadikan subjek dalam penelitian ini.

III. D. METODE PENGUMPULAN DATA

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala dan metode tes.

Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa konstrak atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000). Cronbach (dalam Azwar, 2000) menyatakan bahwa skala merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap performansi tipikal individu yang cenderung dimunculkan secara sadar dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu yang sedang dihadapi.

Metode skala mempunyai kebaikan-kebaikan dan alasan-alasan penggunaan, yaitu :

1. Pernyataan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang tidak disadari.


(38)

3. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap dari pernyataan skala.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala minat baca.

III. D. 1. Skala Minat Baca

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Minat Baca yang diadaptasi dari Frymeir (dalam Rahim, 2005).

Model skala minat baca ini selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan model Likert yang terdiri dari 75 butir pertanyaan. Aitem-aitem dalam skala ini merupakan pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung (favorable) dan tidak mendukung (Unfavorable). Nilai yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable (mendukung), yaitu: SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1 sedangkan untuk pernyataan unfavorable (tidak mendukung) adalah SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4.


(39)

Berikut ini merupakan blue print yang menyajikan distribusi aitem-aitem skala minat baca:

Tabel 1.

Distribusi Susunan Aitem-Aitem Skala Minat Baca Sebelum Uji Coba Komponen Sikap

Minat Baca

Komponen Minat Baca Total

% Favourable Unfavourable

Pengalaman

sebelumnya 9, 22, 15, 74, 30, 41, 51, 46

53, 33, 19, 26,

43, 59, 57, 54 16 21.33 % Konsepsinya tentang

diri sendiri 60, 37, 28, 11, 5, 1, 3, 7

71, 67, 63, 69,

4, 48, 39, 75 16 21.33 % Nilai-nilai

35, 27, 24, 40 64, 73, 68, 2, 6 9 12 % Informasi yang

bermakna 10, 13, 17, 20, 25

29, 31, 34, 38,

42 10 13.33 %

Tingkat keterlibatan

tekanan 44, 49, 50, 52, 58

55, 61, 65, 70,

72 10 13.33 %

Kekompleksitasan

informasi 66, 62, 56, 47, 45, 36, 32

23, 21, 18, 16,

14, 12, 8 14 18.67 %

Total 37 38 75 100%

III. D. 2. Tes Kreativitas Verbal

Kreativitas Verbal diungkap melalui alat ukur yang digunakan untuk mengukur kreativitas verbal dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas dari Munandar (1999). Aspek Kreativitas Verbal yang diadaptasi Munandar dari Torrance (1974) menggunakan Tes Kreativitas Verbal yang terdiri atas enam subtes dengan masing-masing subtes berisi empat aitem. “Kreativitas” atau “berpikir kreatif” secara operasional dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, elaborasi dan orisinalitas dalam berpikir.


(40)

Berikut ini akan dipaparkan penjelasan mengenai tes kreativitas verbal (Munandar, 1999), yang meliputi:

1. Permulaan Kata (Word Beginning), mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang mulai dengan susunan huruf tertentu sebagai rangsangan. Tes ini mengukur kelancaran dengan kata, yaitu kemampuan untuk menemukan kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu.

Contoh : Sa

2. Menyusun Kata(Anagram), mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini subjek harus menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf-huruf dari satu kata yang diberikan sebagai rangsangan (dalam kepustakaan tes ini juga anagram). Seperti tes permulaan kata, tes ini mengukur “kelancaran kata”, tetapi tes ini juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi.

Contoh : Proklamasi

3. Membentuk Kalimat Tiga Kata (Three Word Sentences), mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini, subjek harus menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai rangsangan, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbeda-beda, menurut kehendak subjek.


(41)

4. Sifat-Sifat yang Sama (Thing Categories), mengungkap elaborasi

Pada subtes ini, subjek harus menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari “kelancaran dan memberikan gagasan”, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas. Contoh : Merah dan cair

5. Penggunaan Tidak Biasa (Unusual Uses), mengungkapkan fleksibilitas dan originalitas

Pada subtes ini subjek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan ukuran dari “kelenturan dalam berpikir”, karena dalam tes ini subjek harus dapat melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Kecuali mengukur kelenturan dalam berpikir, tes ini juga mengukur orisinalitas dalam berpikir, orisinalitas ditentukan secara statistis, dengan melihat kelangkaan jawaban yang diberikan.

6. Apa Akibatnya (Consequences), mengungkap kelancaran kata dan elaborasi Pada subtes ini subjek harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu kejadian hipotesis yang telah ditentukan sebagai rangsangan. Kejadian atau peristiwa itu sebetulnya tidak mungkin terjadi di Indonesia, akan tetapi dalam hal ini subjek harus mengumpamakan, andaikata hal itu terjadi di sini, pengaruh apa saja yang akan ditimbulkannya. Tes ini merupakan ukuran kelancaran dalam memberi gagasan digabung dengan ‘elaborasi’ diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu gagasan, merincinya, dengan mempertimbangkan macam-macam implikasi.


(42)

Contoh : Apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti burung?

Tahun 1986 dilakukan penelitian standarisasi Tes Kreativitas Verbal oleh Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, bagian Psikologi Pendidikan, yang menghasilkan nilai baku untuk umur 10-18 tahun (Munandar, 1999).

III. E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR III. E. 1. Validitas

Menurut Sukadji (2000), validitas merupakan derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada tes itu sendiri, tetapi tergantung penggunaan dan subjeknya. Tes kreativitas verbal dan angket minat baca dalam penelitian ini akan diuji validitasnya berdasarkan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau melalui professional judgement (Azwar, 1996).

Setelah dilakukan uji validitas maka selanjutnya dilakukan uji daya beda aitem. Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu untuk membedakan antara individu ataupun kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengukuran konsistensi aitem total ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dikenal


(43)

dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000). Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian yaitu, skala minat baca. Prosedur pengujian ini menggunakan taraf signifikansi 5 % (p < 0,05). Pengolahan data dilakukan dengan bantuan SPSS versi 12.0 for Windows.

III. E. 2. Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur digunakan untuk menguji konsistensi hasil pengukuran terhadap subjek. Uji reliabilitas digunakan pada aitem-aitem yang memiliki daya beda yang memadai.

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek penelitian. Teknik ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi (Azwar, 2000). Teknik yang digunakan adalah teknik koefisien reliabilitas Alpha Cronbach. Dimana nantinya, pengujian reliabilitas ini akan menghasikan reliabilitas dari skala minat baca. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan SPSS versi 12.0 for Windows.

III. E. 3. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala minat baca dilakukan terhadap 100 orang mahasiswa Program Studi Psikologi USU yang berusia di atas 18 tahun. Berikut ini merupakan distribusi skala minat baca setelah dilakukan uji coba.


(44)

Tabel 2

Distribusi Aitem-Aitem Skala Minat Baca Setelah Uji Coba No Komponen Sikap Minat

Baca

Komponen Minat Baca Total Favourable Unfavourable 1 Pengalaman sebelumnya 9, 15, 74, 30,

41, 51, 46

53, 33, 19, 26,

43, 59, 57, 54 15 2 Konsepsinya tentang diri

sendiri 60, 37, 28, 11,

5, 3 71, 69, 4 9

3 Nilai-nilai

27, 40 64, 73, 68, 2, 6 7 4 Informasi yang bermakna

10, 20 29, 31, 38, 42 6 5 Tingkat keterlibatan

tekanan 49, 50, 52 61, 65, 70, 72 7

6 Kekompleksitasan

informasi 66, 62, 47, 36, 32

23, 21, 16, 14,

12, 8 11

Total 25 30 55

Dari tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa setelah uji coba, berdasarkan nilai r product moment dengan interval kepercayaan 95 % dan standar untuk nilai r adalah 0.275 didapat sejumlah aitem yang lolos seleksi yaitu 55 item. Peneliti menggunakan nilai r = 0.275 sebagai standar karena menurut Azwar (2000), nilai r dapat diturunkan sedikit dari 0.3 apabila jumlah aitem yang lolos belum memenuhi jumlah yang diinginkan.

Aitem yang diujicobakan dalam skala ini sebanyak 75 aitem dan diperoleh 55 aitem yang lolos. Setelah dilakukan pengujian uji daya beda aitem, kemudian dilakukan perhitungan reliabilitas. Hasil perhitungan skala minat baca diperoleh koefisien α = 0.923

Keseluruhan dari 55 aitem tersebut digunakan untuk penelitian dan diberikan penomoran baru, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(45)

Tabel 3

Distribusi Aitem-Aitem Skala Minat Baca dengan Penomoran Baru Setelah Uji Coba

No Komponen Sikap Minat Baca

Komponen Minat Baca Total Favourabel Unfavourabel 1 Pengalaman sebelumnya 7, 12, 55, 22,

30, 37, 33

39, 25, 14, 18,

32, 42, 41, 40 15 2 Konsepsinya tentang diri

sendiri 43, 27, 20, 9,

4, 2 52, 50, 3 9

3 Nilai-nilai

19, 29 46, 54, 49, 1, 5 7 4 Informasi yang bermakna

8, 15 21, 23, 28, 31 6 5 Tingkat keterlibatan tekanan

35, 36, 38 44, 47, 51, 53 7 6 Kekompleksitasan informasi 48, 45, 34, 26,

24

17, 16, 13, 11,

10, 6 11

Total 25 30 55

III. F. PROSEDUR PENELITIAN III. F. 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Sebelum alat ukur dibuat maka hal pertama yang dilakukan peneliti adalah membuat dan menyusun alat ukur. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala minat baca. Setelah konsultasi dengan dosen pembimbing terdapat perbaikan dan penambahan aitem-aitem berdasarkan aspek-aspek dari alat ukur. Aitem-aitem yang telah disusun akan diuji validitas isi dan validitas tampangnya melalui analisa rasional oleh dosen pembimbing peneliti.


(46)

Alat Tes Kreativitas Verbal sudah tersedia di Program Studi Psikologi USU, peneliti hanya tinggal memperbanyak lembar tes sesuai dengan jumlah sampel.

2. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala minat baca dilakukan di Program Studi Psikologi USU pada tanggal 27 -31 Agustus 2007. Uji coba dikenakan pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU berusia di atas 18 tahun. Jumlah responden dalam uji coba penelitian ini adalah 100 orang. Uji coba ini dilakukan untuk memperoleh alat ukur yang memiliki validitas dan reabilitas yang memadai. 3. Perizinan

Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara minat baca dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU. Oleh karenanya terlebih dahulu dilakukan proses perizinan. Proses perizinan ini dimulai dari peneliti mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian kepada Program Studi Psikologi USU. Surat permohonan ini diberikan langsung oleh peneliti kepada Program Studi Psikologi USU.

III. F. 2. Tahap Pelaksanaan

Setelah uji coba alat ukur dilakukan dan diketahui validitas dan realibilitas maka peneliti melaksanakan penelitian di Program Studi Psikologi USU pada tanggal 6 September 2007. Tes berlangsung mulai dari pukul 12.00-13.15 WIB. Dalam melakukan penelitian, peneliti bekerja sama dengan dua orang staf unit pelayanan Program Studi Psikologi USU yang bertugas sebagai tester. Sampel dibagi menjadi dua ruangan terpisah, karena kapasitas ruangan yang tidak


(47)

memadai untuk menampung keeluruhan sampel. Tes kreativitas verbal dilakukan di ruang unit pelayanan dan ruang rapat Program Studi Psikologi USU. Ruang unit pelayanan berisi 38 sampel dan ruang rapat berisi 20 sampel dengan masing-masing satu orang tester. Tes berjalan sesuai dengan kaidah tes dan tertib, tanpa ditemukannya kecurangan (misalnya seorang sampel melihat lembar jawaban sampel yang lainnya) yang dilakukan di bawah pengawasan tester dan peneliti sendiri.

III. F. 3. Tahap Pengolahan Data

Peneliti melakukan perhitungan skor setelah seluruh skala dan alat tes terkumpul. Perhitungan skor skala minat baca dilakukan dengan cara membuat kunci jawaban sesuai dengan pernyataan dan selanjutnya dilakukan penskoran sesuai dengan nomor urut pernyataan. Sedangkan untuk perhitungan skor kreativitas verbal dilakukan dengan pengawasan pihak-pihak yang berwenang dalam penskoringan tes kreativitas verbal dan sesuai aturan skoring kreativitas verbal. Untuk data tes kreativitas verbal sebelum skor dijumlahkan, maka terlebih dahulu dikonversikan ke dalam skor standar, dalam hal ini skor T. Skor standar dijumlahkan sehingga merupakan total dari tes kreativitas verbal. Setelah diperolah hasil skor dan skala minat baca, maka untuk pengolahan data selanjutnya menggunakan SPSS for Windows 12.0 version


(48)

III. E. METODE ANALISA DATA

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan metode statistik. Pertimbangan penggunaan statsistik dalam penelitian ini adalah (Hadi, 2000):

1. Statistik bekerja dengan angka-angka 2. Statistik bersifat objektif

3. Statistik bersifat universal dalam arti dapat digunakan hampir pada semua bidang penelitian

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson Product-Moment. Alasan peneliti menggunakan analisa ini adalah metode ini cocok digunakan untuk menghubungkan dua gejala interval. Data yang didapatkan dalam penelitian ini berupa data interval karena data tes Kreativitas verbal berbentuk angka yang merupakan nilai dari hasil pengukuran non fisik (Hadi, 2000).

Sebelum dilakukan analisis statistik, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian, yaitu :

1. Uji Normalitas

Adapun maksud dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas pada penelitian dianalisa dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test 2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas (minat baca) dan variabel tergantung (kreativitas verbal) memiliki hubungan linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan


(49)

Scatterplot. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena efektif dalam hal waktu dan tenaga.


(50)

BAB IV

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

Bab ini akan menguraikan analisa data dan interpretasi hasil sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian.

IV. A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN

Jumlah subjek penelitian ini adalah 58 orang yang didasarkan atas karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari total 58 orang tersebut diperoleh gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin, urutan kelahiran dan ukuran keluarga.

IV. A. 1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Persentase

wanita 43 74 %

pria 15 26 %

Jumlah 58 100 %

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang berjenis kelamin wanita merupakan subjek penelitian dengan jumlah lebih banyak yaitu 43 orang (74 %) dibandingkan dengan subjek penelitian yang berjenis kelamin pria sebanyak 15 orang (26 %).


(51)

IV. A. 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Urutan Kelahiran

Berdasarkan urutan kelahiran maka dapat digambarkan penyebaran subjek seperti dilihat pada tabel 5. Berdasarkan data ini jumlah subjek penelitian urutan kelahiran terbanyak adalah anak tengah sebanyak 19 orang (33 %) dan yang paling sedikit adalah anak tunggal sebanyak 6 orang (10 %).

Tabel 5

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Urutan Kelahiran

Urutan Kelahiran N Persentase

Anak tunggal 6 10 %

Anak sulung 18 31 %

Anak tengah 19 33 %

Anak bungsu 15 26 %

Jumlah 58 100 %

IV. A. 3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Ukuran Keluarga

Berdasarkan ukuran keluarga subjek penelitian dapat digambarkan penyebarannya seperti terlihat pada tabel berikut ini. Ukuran keluarga keluarga ini terbagi dalam empat bagian. Menurut Hurlock (2000) ukuran keluarga terbagi dalam 4 bagian yaitu, keluarga satu anak yang berarti dalam keluarga tersebut hanya mempunyai satu anak. Kedua, keluarga kecil yaitu keluarga yang mempunyai dua atau tiga orang anak. Ketiga, keluarga sedang yaitu keluarga yang mempunyai empat atau lima orang anak. Keempat, keluarga besar yaitu keluarga yang mempunyai 6 orang anak atau lebih.


(52)

Tabel 6

Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Ukuran Keluarga

Ukuran Keluarga N Persentase

1 anak 6 10 %

Kecil 20 35 %

Sedang 28 48 %

Besar 4 7 %

Jumlah 58 100 %

Berdasarkan tabel 6 di atas maka dapat digambarkan penyebaran subjek penelitian dengan ukuran keluarga terbanyak adalah ukuran keluarga sedang sebanyak 28 orang (48 %) dan yang paling sedikit adalah ukuran keluarga besar sebanyak 4 orang (7 %).

IV. B. UJI ASUMSI PENELITIAN

Sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi pada data penelitian yang diperoleh yang meliputi uji normalitas sebaran, uji linieritas kemudian dilakukan uji hipotesis.

IV. B. 1. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0.05 maka sebaran data normal. Sedangkan jika p < 0.05 maka sebaran data tidak normal. Data minat baca menunjukkan nlai Z = 0.682 dengan p = 0.741 dan untuk data kreativitas verbal nilai Z = 0.580 dengan p = 0.890. Berdasarkan hasil analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa sebaran data kedua variabel tersebut adalah normal.


(53)

Tabel 7

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test MINAT

BACA

KREATIVITAS VERBAL

N 58 58

Normal Parameters(a,b) Mean 166.40 103.12

Std. Deviation 14.401 13.167

Most Extreme Differences

Absolute

.090 .076

Positive .090 .076

Negative -.079 -.060

Kolmogorov-Smirnov Z .682 .580

Asymp. Sig. (2-tailed) .741 .890

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

IV. B. 2. Uji Linearitas Hubungan

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan interactive graph menghasilkan diagram pencar (scatterplot). Diagram pencar pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel minat baca mempunyai hubungan linear dengan kreativitas verbal. Linearitas hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.


(54)

Gambar 1

Diagram Pencar Scatterplot Minat Baca dan Kreativitas Verbal

Linear Regression

80 90 100 110 120 130

KREATIVITAS VERBAL 140 160 180 200 220 M IN A T B A C A                                                          

MINAT BACA = 116.66 + 0.48 * KV R-Square = 0.19

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa garis regresi mengarah ke kanan atas. Hal ini membuktikan adanya linearitas pada hubungan dua variabel tersebut, yang dapat diartikan semakin tinggi minat baca individu, maka semakin tinggi tingkat kreativitas verbal individu.

IV. C. HASIL UTAMA PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, hipotesa penelitian ini adalah ”ada hubungan yang positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU”.


(55)

Untuk pengujian statistik, maka dirumuskan hipotesa statistik sebagai berikut :

Ho : ρ = 0 ”Tidak ada hubungan antara minat baca dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU”.

Ha : ρ > 0 ”Ada hubungan positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU”

Setelah dilakukan analisis statistik dengan menggunakan koefisien Pearson Product Moment, maka diperoleh nilai

r

xy = 0.441** dengan p = 0.000 hal ini berarti bahwa arah korelasi sesuai dengan arah hipotesis

r

xy bernilai positif, dan nilai p < 0.05 yang artinya ada hubungan positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU”.

Koefisien diterminan (r²) yang diperoleh dari hubungan antara minat baca dengan kreativitas verbal adalah 0.19 (r² = 0.19). Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan efektif minat baca dalam memunculkan kreativitas verbal sebesar 19 %. Artinya ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kreativitas verbal sebesar 81 %.

Tabel 8 Correlations

MINAT BACA

KREATIVITAS VERBAL MINAT BACA Pearson

Correlation 1 .441(**)

Sig. (1-tailed) . .000

N 58 58

KREATIVITAS VERBAL

Pearson

Correlation .441(**) 1

Sig. (1-tailed) .000 .

N 58 58


(56)

IV. D. DESKRIPSI DATA PENELITIAN IV. D. 1. Deskripsi Data Minat Baca

Deskripsi data skala minat baca dari hasil penelitian ini dapat dilihat dari perbandingan mean empirik dan mean hipotetik pada tabel 9 berikut:

Tabel 9

Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Minat Baca

Variabel Empirik Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD Minat

Baca 136 219 166.4 14.401 55 220 137.5 13.75

Skala minat baca terdiri dari 55 aitem dengan empat pilihan jawaban yang bergerak dari skor 1 sampai 4. Berdasarkan tabel di atas diperoleh mean empirik untuk skala minat baca sebesar 166.4 (

X

E = 166.4) dengan SD empirik sebesar 14.401, sedangkan mean hipotetik minat baca sebesar 137.5 (

X

H = 137.5) dengan SD hipotetik sebesar 13.75. Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa minat baca pada subjek penelitian pada subjek penelitian lebih tinggi dari rata-rata minat baca pada umumnya berdasarkan skala minat baca yang disusun oleh peneliti.

Deskripsi data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Menurut Azwar (2000) bahwa kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor subjek penelitian terdistribusi normal. Berdasarkan skor empirik yang diperoleh dari skala minat baca maka minat baca dapat dikategorisasikan menjadi tiga kategori dengan rumus :


(57)

Tinggi = µ + 1 (σ) ≤ X

Sedang = µ – 1 (σ) ≤ X < µ + 1 (σ)

Rendah = X < µ - 1 (σ)

Kriteria kategori untuk variabel minat baca dengan jumlah frekuensi dan persentase individu di dalamnya dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini

Tabel 10

Kategorisasi Data Empirik Minat Baca

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase Minat baca X < 151.999 Rendah 9 15.6 %

151.999 ≤ X < 180.801 Sedang 42 72.4 %

180.801 ≤ X Tinggi 7 12 %

Berdasarkan kategorisasi pada tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa Program Studi Psikologi USU termasuk ke dalam kategori sedang ( 72.4 %) untuk minat baca. Selebihnya 15.6 % tergolong kategori rendah dan 12 % kategori tinggi.

IV. D. 2. Deskripsi Data Kreativitas Verbal

Deskripsi data kreativitas verbal pada penelitian ini dapat dilihat dari skor mean empirik pada tabel 11 berikut ini :

Tabel 11

Deskripsi Data Kreativitas Verbal

N Min Max Mean SD

KREATIVITAS

VERBAL 58 78 134 103.12 13.167


(58)

Berdasarkan data kreativitas verbal pada tabel di atas diperoleh bahwa nilai mean empiriknya adalah 103.12 dengan SD empirik 13.167

Kriteria untuk variabel kreativitas verbal dikategorisasikan menjadi 3 kategori (Azwar, 2000) seperti pada tabel berikut :

Tabel 12

Kategorisasi Data Empirik Kreativitas Verbal

Variabel Rentang nilai Kategori Frekuensi Persentase Kreativitas

Verbal

X < 89.953 Rendah 10 17.2 % 89.953 ≤ X < 116.287 Sedang 38 65.6 %

116.287 ≤ X Tinggi 10 17.2 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kreativitas verbal mahasiswa sebagian besar termasuk ke dalam kategorisasi sedang (65.6 %). Dan selebihnya 17.2 % tergolong kategori rendah dan 17.2 % tergolong kategori tinggi.

IV. D. 3. Gambaran Kategorisasi Minat Baca dengan Kreativitas Verbal Pada Subjek Penelitian

Penyebaran variabel dalam bentuk kategorisasi minat baca dengan kategorisasi kreativitas verbal subjek penelitian dapat dilhat pada tabel 13 berikut:

Tabel 13

Gambaran Kategorisasi Minat Baca dengan Kreativitas Verbal Pada Subjek Penelitian

Kategorisasi Kreativitas

Verbal

Kategorisasi Minat Baca

Total

Tinggi Sedang Rendah

F % F % F % F %

Tinggi 6 10.3 4 6.9 0 0 10 17.2

Sedang 1 1.7 30 51.7 4 6.9 35 60.4

Rendah 1 1.7 10 17.2 2 3.4 13 22.4


(59)

Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang paling banyak yaitu subjek yang memiliki minat baca sedang dan kreativitas verbal sedang yaitu sebanyak 30 orang (51.7 %). Kemudian, subjek yang memiliki minat baca dan kreativitas tinggi sebanyak 6 orang (10.3 %). Subjek yang memiliki minat baca sedang dan kreativitas verbal rendah sebanyak 10 orang (17.2 %). Subjek yang memiliki minat baca sedang dan kreativitas verbal tinggi sebanyak 4 orang (6.9 %). Begitu juga dengan subjek yang memiliki minat baca rendah dan kreativitas verbal sedang juga sebanyak 4 orang (6.9 %). Subjek yang memiliki minat baca dan kreativitas verbal rendah sebanyak 2 orang (3.4 %). Paling sedikit yaitu subjek yang memiliki minat baca tinggi, kreativitas sedang dan subjek yang memiliki minat baca tinggi, kreativitas rendah sebanyak 1 orang (1.7 %). Terakhir, subjek yang memiliki minat baca rendah dan kreativitas tinggi 0 orang.

IV. E. HASIL ANALISA TAMBAHAN

Dalam penelitian yang diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian, diantaranya gambaran hubungan minat baca dengan kreativitas verbal mahasiswa berdasarkan jenis kelamin, urutan kelahiran dan ukuran keluarga subjek penelitian.

IV. E. 1. Hubungan Minat Baca dengan Kreativitas Verbal Berdasarkan Jenis Kelamin

Hubungan minat baca dengan kreativitas verbal berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(60)

Tabel 14

Hubungan Minat Baca dengan Kreativitas Verbal Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Jenis kelamin N Pearson Correlation Sig (1 tailed)

Pria 15 0.406 0.067

Wanita 43 0.427 0.002 Total 58

Berdasarkan data pada tabel 14, dapat dilihat bahwa pada subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki diperoleh korelasi sebesar 0.406 (

r

xy = 0.406) dengan p = 0.067 (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara minat baca dengan kreativitas verbal pada subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki.

Pada subjek penelitian berjenis kelamin perempuan diperoleh korelasi sebesar 0.427 (

r

xy = 0.074) dengan p = 0.002 (p < 0.05). Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan.

IV. E. 2. Hubungan Minat Baca dengan Kreativitas Verbal Berdasarkan Urutan Kelahiran

Hubungan minat baca dengan kreativitas verbal berdasarkan urutan kelahiran dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(61)

Tabel 15

Hubungan Minat Baca dengan Kreativitas Verbal Berdasarkan Urutan Kelaihiran Urutan Kelahiran N Pearson correlation Sig (1 tailed)

Bungsu 15 0.207 0.230

Tengah 19 0.149 0.271

Sulung 18 0.484(*) 0.021

Tunggal 6 0.835(*) 0.019

Total 58

Berdasarkan data pada tabel 15, diperoleh bahwa pada subjek penelitian anak bungsu terdapat korelasi sebesar 0.207 (

r

xy = 0.207) dengan p = 0.230 (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara minat baca dengan kreativitas verbal pada subjek penelitian anak bungsu.

Pada subjek penelitian anak tengah terdapat korelasi sebesar 0.149 (

r

xy = -0.149) dengan p = 0.271 (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara minat baca dengan kreativitas verbal pada subjek penelitian anak tengah.

Pada subjek penelitian anak sulung terdapat korelasi sebesar 0.484 (

r

xy = 0.484) dengan p = 0.021 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada subjek penelitian anak sulung.

Pada subjek penelitian anak tunggal terdapat korelasi sebesar 0.835 (

r

xy = 0.835) dengan p = 0.019 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada subjek penelitian anak tunggal.


(62)

IV. E. 3. Hubungan Minat Baca dengan Kreativitas Verbal Berdasarkan Ukuran Keluarga Subjek Penelitian

Hubungan minat baca dengan kreativitas verbal berdasarkan ukuran keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 16

Hubungan Minat Baca dengan Kreativitas Verbal Berdasarkan Ukuran Keluarga Ukuran Keluarga N Pearson correlation Sig (1 tailed)

1 anak 6 0.835(*) 0.019

Kecil 20 0.155 0.257

Sedang 28 0.541(**) 0.001

Besar 4 -0.891 0.055

Total 58

Berdasarkan data pada tabel 16, diperoleh bahwa pada subjek penelitian yang memiliki ukuran keluarga 1 anak terdapat korelasi sebesar 0. 835* (

r

xy = 0. 835*) dengan p = 0.019 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada subjek penelitian yang memiliki ukuran keluarga 1 anak.

Pada subjek penelitian yang memiliki ukuran keluarga kecil terdapat korelasi sebesar 0.155 (

r

xy = 0.155) dengan p = 0.257 (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara minat baca dengan kreativitas verbal pada subjek penelitian yang memiliki ukuran keluarga kecil.

Pada subjek penelitian yang memiliki ukuran keluarga sedang terdapat korelasi sebesar 0.541** (

r

xy = 0.541**) dengan p = 0.001 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara minat baca dengan kreativitas verbal pada subjek penelitian yang memiliki ukuran keluarga sedang.


(1)

berarti bahwa besar atau kecil keluarga tidak ada kaitannya dengan kualitas hidup mereka.

V. C. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan diskusi dari penelitian ini, maka peneliti mencoba memberikan beberapa saran. Saran-saran berikut ini diharapkan berguna bagi perkembangan studi ilmiah tentang minat baca dan kreativitas verbal.

V. C. 1. Saran Bagi Mahasiswa Program Studi Psikologi USU

Pada penelitian ini kreativitas verbal yang dimiliki oleh mahasiswa cenderung sedang. Kreativitas dapat ditingkatkan dengan cara memberikan stimulus membaca. Dengan membaca individu dapat membangun konsep, mengembangkan perbendaharaan kata, memberikan pengetahuan, menambah proses pengayaan pribadi, mengembangkan intelektual, membantu memahami dan mengerti orang lain, mengembangkan konsep diri, dan sebagai suatu bentuk kesenangan.

Membaca buku secara berulang-ulang akan membentuk kebiasaan mahasiswa untuk membaca, dan kebiasaan individu untuk membaca tersebut akan menumbuhkan munat membaca pada buku-buku yang lainnya lagi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyarankan kepada mahasiswa untuk meningkatkan minatnya dalam membaca buku.


(2)

V. C. 2. Saran Bagi Pihak Program Studi Psikologi USU

Memberikan bantuan yang nyata dalam rangka mengatasi kesulitan mahasiswa dalam mengungkapkan pendapat, mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan konstruktif yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir, dan elaborasi terhadap gagasan tersebut.

Mengadakan bimbingan konseling bagi mahasiswa jika mengalami masalah-masalah yang dapat menghambat proses belajar.

Memantau perkembangan mahasiswa, sehingga dapat diketahui apakah terjadi peningkatan atau penurunan dalam menungkapkan pendapat, mengajukan pertanyaan dan mengemukakan suatu gagasan setiap tahunnya.

Menyediakan layanan bimbingan dan pelatihan dalam mengungkapkan pendapat, mengajukan pertanyaan serta mengemukakan suatu gagasan dan segala hal yang dapat meningkatkan kreativitas verbal individu, sehingga mahasiswa dapat mengevaluasi sendiri kemampuan kreativitas verbalnya.

V. C. 3. Saran Bagi Kelanjutan Studi Ilmiah

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat terhadap tema yang sama dalam penelitian ini, disarankan untuk memperhatikan variabel lain yang mempengaruhi kreativitas, misalnya bagaimana kreativitas verbal mahasiswa dilihat dari status sosial ekonomi, faktor Lingkungan kota dan lingkungan pedesaan juga intelegensi.


(3)

Pembagian minat baca buku menjadi dua jenis, yaitu minat baca buku fiksi dan minat baca buku non fiksi untuk mengetahui jenis mana yang paling mempengaruhi kreativitas verbal individu.

Juga disarankan agar memperbanyak sampel agar hasilnya lebih representatif.


(4)

Daftar Pustaka

Ayan, J. B. (2002). Bengkel kreativitas. Bandung: Kaifa.

Azwar, S. (1996). Pengantar psikologi intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar ________ (2000). Penyusunan skala psikologi (Edisi 1). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

________ (2000). Reliabilitas dan validitas data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Basuki, S. (2005). Potensi kreativitas dalam menghadapi krisis sosial budaya.

Jakarta: Gramedia.

Brewer. (1997). Undergraduate education in psychology: will the mermaids sing?.

American Psychologist, 52, 434-441

Firman, dkk. (2005). Pemanfaatan perpustakaan dan minat baca masyarakat pengunjung badan perpustakaan daerah propinsi Sumatera Utara. Jurnal Forum Pendidikan, 30 ,41-56.

Ginting, D. J., & Ulfasari, D. (2005). Perbedaan kreativitas ditinjau dari tipe adversity quontient. Jurnal Psikodinamik, 7, 29-42

Goevremont. (2000). Komposisi sebuah kemahiran berbahasa. Flores: Nusa Indah.

Hadi, S. (2000). Metodologi research (jilid 1-4). Yogyakarta: Andi.

Hilmansyah, H. (2003), Mengukur tingkat kreativitas si prasekolah. [On-line].

Available FTP: http://www.tabloid nakita.com/artikel.php3?edisi=05234&rubrik= prasekolah

Hurlock, E. B. (1978). Child development. Tokyo: Mc.Graw Hill.

___________ (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

___________ (2000). Perkembangan anak (Jilid 2). Jakarta: Erlangga.

Jawwad, A. A. (2002). Mengembangkan inovasi dan kreativitas berpikir pada diri dan organisasi anda. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.

Kolokium Psikologi Nasional XVI. (2005). Menuju standarisasi nasional pendidikan psikologi di Indonesia. Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Malang, Universitas Malang, Universitas Wisnuwardhana Malang, Universitas Merdeka Malang.


(5)

Kusumah, I. (2005). Identitas mahasiswa sebuah konsekuensi [On-line] Available FTP: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0105/18/1105.htm. Tanggal akses: November 2006.

Lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi. (1997).

Petunjuk praktis tes kreativitas verbal. Jakarta: Fakultas Psikologi UI. Munandar, U. (1985). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah.

Jakarta: PT.Gramedia.

____________ (1992). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. (Edisi revisi). Jakarta: Gramedia.

____________ (1999). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

____________ (2000). Kreativitas dan keterbakatan strategi mewujudkan potensi kreatif dan bakat. Jakarta: Gramedia Utama.

Nirmala, A.T., & Pratama, A.A. (2003). Kamus lengkap bahasa Indonesia. Surabaya: Prima Media.

Pamungkas, D. (2004). Minat dan kebiasaan baca mahasiswa. Jurnal Vidya Karya, 01, 21-28.

Prakosa, H. (1995). Analisis matriks multitrait-multimethod validitas konstrak tes kreativitas verbal. Jurnal Psikologi, 01, 1-8.

Rahim, F. (2005). Pengajaran membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Rismiati, K. A., & Mulandari, N. (2004). Efektivitas membaca cerita fiksi terhadap peningkatan kreativitas verbal pada masa anak sekolah. Jurnal Insight, 01, 3-18.

Sudiana (2004). Pengembangan minat baca di kalangan siswa.Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 02, 100-113.

Sugyono, DR. (2000). Statistika utk peneltian. Bandung: Alfabeta.

Sukadji, S. (2000). Menyusun dan mengevaluasi laporan penelitian. Jakarta: UI Press.

Supratiknya, A. (2003). Kurikulum program pendidikan sarjana psikologi 2002.

Jurnal Suksma, 01, 20-32.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas kebudayaan dalam pengembangan iptek.


(6)

Syah, M. (1995). Psikologi pendidikan suatu pendekatan baru. Bandung: Remaja Rusda Karya

Tarigan, H. G. (1990). Membaca dalam kehidupan. Bandung: Angkasa. Wulan, R. (1998). Belajar membaca dini. Bulletin Psikologi, 01, 32-39.

Zulkarnain & Ginting, D.J. (2003). Kreativitas ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Jurnal Nusantara, 36 (4), 176-180.


Dokumen yang terkait

Hubungan antara Persepsi terhadap E-learning dengan Motivasi Belajar pada Mahasiswa Fakultas Psikologi USU

3 51 91

Hubungan Kebiasaan Semasa Melihat Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2007-2009

1 54 102

Hubungan Antara Minat Membaca Buku dengan Kreativitas Verbal pada Remaja

0 2 9

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Hubungan Antara Resiliensi Dengan Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa.

0 4 16

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 14

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 18

HUBUNGAN ANTARA MINAT TERHADAP FAKULTAS DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan Antara Minat Terhadap Fakultas Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 4 18

HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS VERBAL DENGAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA Hubungan antara Kreativitas Verbal dengan Kemampuan Berbahasa Indonesia Pada Siswa Sekolah Dasar.

0 2 10

HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS VERBAL DENGAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA Hubungan antara Kreativitas Verbal dengan Kemampuan Berbahasa Indonesia Pada Siswa Sekolah Dasar.

2 4 102

Hubungan Antara Minat Baca dengan Ketera

0 0 18