Kebangkrutan Dunia Usaha.

~~ o Pikiran
Rakyat
o
.
0

Senin

1
17

2
18

o Jan

--. -~

3
19


0 ",.-Peb

Selasa

G)

.

20
Mar

5

Rabu

C')

-

Jumat


0

-=:-- __

~

--

M

perekonomian dooia
menyebabkan banyak
perusahaan (korporasi) di dunia
dan di Indonesia diambang kebangkrutan. Krisisglobal sangat
memengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Betapa tidak, fmidamental
ekonomi yang masih lemah
seiring dengan belum membaiknya perekonomian akibat
krisis ekonomi jilid pertama

yang telah berlangsoog sejak
November 1997, ditambah lagi
dengan begitu besarnya total
utang negara ke lembaga
keuangan intemasional, turut
andil memperburuk perekonomian Indonesia.
World Economic Forum pada
pertemuannya sepakat menyatakan bahwa munculnya krisis
ekonomi global sekarang ini
bUkan musibah yang terjadi begitu saja, melainkan akibat dari
keputusan bisnis yang keliru
khususnya keputusan bisnis di
sektor lembaga keuangan seperti bank dan asuransi. Bahkan,
penasihat ekonomi Gedung
Putih, Laura Tyson menegaskan, lembaga perbankan
dunia tidak mengindahkan
rambu-rambu bisnis yang sehat
Rambu-rambu bisnis yang
sehat tiada lain adalah tata kelola perusahaan yang baik yang
sering dikenal dengan singkatan

GCG (good corporate governance). Good corporate governance adalah sistem dan struktur untuk- mengelola
perusa---

Kliping

haan
dengan
tujuan
meningkatkan nilai pemegang
saham (stakeholders' value)
serta mengalokasikan berbagai
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholder)
seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja,
pemerintah, dan masyarakat luas. Organization f()r Economic
Cooperation and Development
(OECD) mendefinisikan corporate
governance
sebagai
sekumpulan hubungan antara
manajemen perusahaan, board,

dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.
Good governance
dapat
dibedakan ke dalam dua kelompok, good government governance dan good corporate governance. Good government
governance berkaitan dengan
penerapan good governance
(tata kelola pemerintahan yang
baik) di birokrasi pemerintahan,
sedangkan GCG merupakan
penerapan good governance di
sektor swasta. Good corporate
governance hanya dapat diterapkan pada lingkungan di mana
pemerintah telah menerapkan
good government governance.
Tiga hal penting yang urgen 00tuk menciptakan clean government adalah pemberantasan
KKN(korupsi, kolusi, dan nepotisme), disiplin anggaran, dan
penghapusan dana nonbujeter,
serta peningkatan fungsi pengawasan.
Prinsip-prinsip GCG adalah


Humos

13

14
28

OOkt

15
29
ONov

16
30

31

ODIs


Dunia U saba

.. _ '"'""

Oleh SUDARYAT

EMBURUKNYA

o Minggu

Sabtu

12
7 -- 8
9
1,\
11
22
23
24

25
26
27
---.--Apr 0 Mei C Jun () Jul C Ags OSep
6

21

Kebangkrutan
-

0

Kamis

Unpod

~009

"'"--'--_ '- _ ~


""--o;.~""'-"-_
_
"- --

tanggungjawab (responsibility),
akuntabilitas (accountability),
keadilan
(fairness),
dan
transparansi (transparancy).
Inti dari prinsip tanggungjawab
adalah bahwa selain bertanggungjawab ootuk menjalankan
perusahaan kepada pemegang
saham, direksi, dan komisaris,
sertajajarannya,juga bertanggungjawab kepada pemangku
kepentingan (stakeholder) lainnya, termasuk karyawan dan
masyarakat.
Inti dari prinsip akuntabilitas
adalah bahwa terciptanya sistern pengendalian yang efektif

berdasarkan atas distribusi clan
keseimbangan kekuasaan di antara anggota direksi, pemegang
saham, komisaris, dan pengawas. Para komisaris, direksi,
danjajarannya wajib memiliki
kemampuan dan integrita$.untuk menjalankan usaha sesuai
aturan dan ketentuan yang
berlaku. Sebagai contoh, kewenangan board of commisioners
dan board of directions diatur
dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga perusahaan yang dilaksanakan secara
konsekuen. Inti dari prinsip
keadilan adalah bahwa setiap
keputusan yang diambil senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham mayoritas. Atau dengan kata lain,
memberikan
perlindungan
kepada pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan lainnya dari rekayasa
dan transaksi yang bertentangan dengan peraturan yang
berlaku.
Inti dari prinsip transparansi


adalah meningkatkan keterbukaan dari kinelja perusahaan
secara teratur dan tepat waktu
serta benar. Dalam pengambiIan keputusan, direksi dan dewan komisaris senantiasa berupaya mengetengabkan keterbukaan kepada pemangku kepentingan.
Yang patut diingat bahwa
GCG bukanlah merupakan suatu norma sehingga tidak ada
kewajiban bagi perusahaan Untuk menerapkan GCG.Namun
demikian, tidak ada salahnya
bahkan baik apabila setiap perusahaan dapat menerapkan
GCG. Lagi pula, prinsip-prinsip
GCG sudah banyak diakomodasi dalam peraturan perundang-undangan,
sebut saja
dalam Undang-Undang No.8
Tahun 1995 tentang Pasar
Modal yang telah memasukkan
GCG ke dalam kewajiban
emiten baik sebelum maupun
sesudah go public melakukan
full disclosure atau prinsip
keterbukaan penuh. Prinsip ini
merupakan inti dari dari prinsip
transparansi
yang terdapat
dalam GCG. Oleh karena prinsip GCG ini telah masuk ke
dalam suatu norma maka kekuatannya dapat dipaksakan dan
sifatnya wajib sesuai dengan isi
peraturan itu sendiri.
Tidak diterapkannya prinsip
kehati-hatian
dalam menjalankan usaha telah mengakibatkan perusahaan
masuk
dalam kondisi karut-marut sehingga profesionalisme diabaikan.Kreditdariperoankan
dikucurkan kepada pos yang
kurang tepat. Contohnya, kred.
- --~"'."'"
'.

it disalurkan ke bisnis properti
yang notabene untuk saat ini
tidak terlalu baik. Maka, peluang terbesar yang akan dihadapi bank tersebut yaitu terjadinya la'edit macet. Padahal,
sebagai bank harusnya konsisten dalam menerapkan prinsip
kehati-hatian (prudent banking) yang mengacu kepada 5 C
Credit yaitu character, capital,
capacity, collateral, and condition of economi. Salah satu saja
dari 5 C tersebut tidak terlalu
diperhitungkan maka hampir
dapat dipastikan penyaluran
kreditnya kepada pihak yang
salah.
Begitu juga dengan bisnis
asuransi, munculnya produk
unitlink yang ditawarkan kepada masyarakat yang merupakan
gabungan produk antarasuransi dan investasi. Bahkan, tidak
jarang masuk dalam transaksi
derivatif yang tingkat risikonya
cukup tinggi. Akibatnya, ketika
teIjadi klaim perusahaan mengalami kesulitan likuiditas sehingga hak intidari nasabah
asuransi tidak didapatkan secara optimal. Binsis asuransi
adalah bisnis pengalihan risiko,
ketika bisnis ini diubah dan
konsepnya menjadi investasi
maka risiko spekulatifnya begitu besar, padahal perusahaan
asuransi tidak diperkenankan
memproteksi risiko yang spekulatif melainkan hanya risiko
murni.
Dari dua contoh tadi telah
terlihat bahwa tidak diterapkan
prinsip pengelolaan perusahaan yang baik akan berimplikasi pada kerugian bahkan

krisis ekonomi yang bersifat
globalyang awalnyateIjadi di
Amerika Serikat kemudian
berimbas ke negara-negara di
Uni Eropa dan Jepang. Indonesiabaru benar-benarakan
merasakan dampak krisis
ekonomiglobalinitahun 2010.
Namun, sebelum itu, banyak
perusahaan di Indonesia yang
mengalamikebangkrutan.***
Penulis, pengajar Hukum
Perusahaan Fakultas HUkum
Unpad.