Analisis Proses Penagihan Pajak Aktif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak pada KPP Madya Bandung.

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The research is aimed to know how active tax billing process was conducted towards tax arrears disbursement on KPP Madya Bandung. Active tax billing process are consisted of admonition letters, compulsion letters, confiscating order letters, foreclosure letters, sale of confiscated assets, and efforts to confiscate; while tax arrears disbursement was based on numbers of targets KPP needed to attain. Field research, in forms of interviews and data gathering related to this research (documentation) were used as the approach method. On this research, tax arrears disbursement were only consisted of admonition letters, compulsion letters, and tab foreclosure letters on year 2013-2014. While confiscating order letters, sale of confiscated assets and efforts to confiscate is not actively used on 2013-2014, on year 2013, KPP are able to reach its targets despite of the lack the foreclosure letters publishing on tax arrears disbursement, compared to year 2014. Meanwhile, KPP was not able to reach its target on 2014. The results of this research showed that admonition and compulsion letters had a positive feedback during its application.


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penagihan pajak aktif terhadap pencairan tunggakan pajak pada KPP Madya Bandung. Penagihan pajak aktif terdiri atas surat teguran, surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan, surat sita, lelang/penjualan aset sitaan, upaya cegah serta sandera sedangkan pencairan tunggakan pajak didasarkan pada suatu target yang harus dicapai oleh KPP. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi lapangan melalui wawancara dan mengumpulkan sendiri data-data yang terkait dengan penelitian ini (dokumentasi). Dalam penelitian ini data mengenai penagihan pajak aktif hanya terdiri atas surat teguran, surat paksa dan surat sita rekening pada tahun 2013-2014 sedangkan surat perintah melakukan penyitaan, lelang/penjualan aset sitaan, upaya cegah serta sandera tidak terjadi pada tahun 2013-2014 dan untuk pencairan tunggakan pajak pada tahun 2013, KPP berhasil mencapai targetnya meskipun jumlah surat sita yang diterbitkan lebih sedikit dari tahun 2014 sedangkan untuk tahun 2014 KPP tidak berhasil mencapai targetnya. Hasil dari penelitian ini adalah surat teguran dan surat paksa mempunyai feedback yang baik dalam pelaksanaannya.


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.4Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pengertian Pajak ... 7

2.2 Fungsi Pajak ... 7

2.3Asas-asas Pemungutan Pajak ... 8

2.4Teori-teori yang Mendukung Pemungutan Pajak ... 9

2.5Cara Pemungutan Pajak ... 10

2.6Sistem Pemungutan Pajak ... 11

2.7Syarat Pemungutan Pajak ... 12

2.8Hambatan Pemungutan Pajak ... 13

2.9Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, dan Pemungutnya... 14

2.10Penagihan Secara Umum ... 15


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

2.12Tindakan Penagihan ... 17

2.13Penagihan Seketika dan Sekaligus ... 18

2.14Penagihan dengan Surat Teguran ... 19

2.15Tata Cara Penerbitan Surat Teguran ... 21

2.16Penagihan dengan Surat Paksa... 22

2.17Prosedur Penerbitan Surat Paksa ... 23

2.18Tata Cara Penyampaian Surat Paksa ... 25

2.19Surat Perintah Melaksanan Penyitaan ... 27

2.20Penyitaan Monetary Assets Penunggak Pajak ... 27

2.21Lelang ... 30

2.22Pencegahan Bepergian ke Luar Negeri ... 31

2.23Penyanderaan ... 31

2.24Hak dan Kewajiban Wajib Pajak/Penanggung Pajak ... 32

2.25Daluwarsa Penagihan Pajak ... 33

BAB III METODE PENELITIAN...35

3.1Objek Penelitian ... 35

3.1.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung... 35

3.1.2Uraian Tugas dan Jabatan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung ... 39

3.1.3Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung ... 42

3.2 Metode Penelitian ... 43

3.3 Jenis Data ... 44

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...46

4.1Proses Penagihan Pajak Secara Aktif ... 46

4.1.1Proses Penagihan Dengan Surat Teguran ... 46

4.1.2Proses Penagihan Dengan Surat Paksa ... 48


(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

4.1.4Proses Penagihan Dengan Surat Sita ... 49

4.1.5Proses Pelelangan/Penjualan Aset Sitaan ... 50

4.1.6Proses Pencegahan Bepergian ke Luar Negeri... 51

4.1.7Proses Penyanderaan ... 51

4.2Pencairan Tunggakan Pajak ... 52

4.3Analisis Proses Penagihan Pajak Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak ... 55

4.3.1Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran ... 55

4.3.2Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa ... 57

4.3.3Penagihan Pajak Dengan Surat Perintah Melakukan Penyitaan ... 58

4.3.4Penagihan Pajak Dengan Surat Sita ... 59

4.3.5Penagihan Pajak Dengan Proses Pelelangan / Penjualan Aset Sitaan ... 60

4.3.6Penagihan Pajak Dengan Proses Pencegahan Bepergian ke Luar Negeri ... 61

4.3.7Penagihan Pajak Dengan Proses Penyanderaan ... 61

4.3.8 Analisa Proses Penagihan Pajak Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak ... 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...65

5.1Simpulan ... 65

5.2Keterbatasan Penelitian ... 66

5.3Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ...68


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tahap Pelaksanaan Penagihan Pajak Aktif ... 18 Gambar 2 Struktur Organisasi KPP Madya Bandung ... 43


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel I Data Pencairan Tunggakan Pajak ... 53

Tabel II Data Surat Teguran ... 56

Tabel III Data Surat Paksa ... 57

Tabel IV Data Surat Sita ... 59


(8)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Burton (2004:3) peran penerimaan pajak sangatlah penting bagi kemandirian suatu pembangunan, karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari dalam negeri yang paling utama selain minyak dan gas bumi untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal tersebut dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tahun 2012 dimana dari total pendapatan Negara sebesar Rp 1.358,2 M, pendapatan dari sektor perpajakan sebesar Rp 1.016,3M atau dengan kata lain, sektor perpajakan menyumbang sekitar 74,8% dari total pendapatan, yang jika dibandingkan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tahun 2013, total pendapatan Negara sebesar Rp 1.529,1 M, dan pendapatan dari sektor perpajakan sebesar Rp 1.193,1 M atau sekitar 78%, maka dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012. Hal tersebut merupakan salah satu bukti bahwa pajak merupakan salah satu sumber pemasukan utama dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin negara (www.anggaran.depkeu.go.id.) Menurut Mardiasmo (2006:1) pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) secara langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Sedangkan menurut Waluyo (2013:2) pajak


(9)

B A B I P E N D A H U L U A N 2

Universitas Kristen Maranatha merupakan iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan suatu bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak pribadi maupun badan. Sedangkan penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh oleh pemerintah yang bersumber dari pajak yang diberikan oleh wajib pajak pribadi maupun badan.

Peranan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan dalam negeri dari tahun ke tahun terus meningkat. Kecenderungan kenaikan tersebut disebabkan seiring dengan semakin meningkatnya kondisi ekonomi Indonesia dan adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Sementara dengan meningkatnya penerimaan pajak diikuti juga dengan peningkatan tunggakan pajak (Burton , 2004:5).

Penyebab timbulnya tunggakan pajak antara lain disebabkan pengetahuan tentang peraturan hukum, pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum, sikap terhadap peraturan hukum, dan pola-pola perlakuan hukum. Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan melakukan berbagai langkah untuk menagih tunggakan tersebut, mulai dari penagihan aktif sampai pelelangan atas harta Wajib Pajak, bahkan upaya sandera (Burton, 2004:6). Pencairan tunggakan pajak merupakan salah satu bagian dari upaya Dirjen Pajak dalam mengumpulkan penerimaan pajak (Burton, 2004:6). Realisasi penerimaan dalam negeri dari sektor pajak dapat ditingkatkan lagi jika tunggakan tersebut dapat dicairkan (Burton, 2004:6). Sebagaimana yang dikatakan Gunadi (2004:116), pada akhirnya tolok ukur dari


(10)

B A B I P E N D A H U L U A N 3

Universitas Kristen Maranatha sistem perpajakan yang bagaimanapun akan dinilai dari besar kecilnya pemasukan uang pajak ke kas negara, baik yang dibayar secara sukarela (voluntary compliance) oleh Wajib Pajak maupun yang dipungut oleh petugas pajak melalui tindakan aktif penagihan pajak. Tidak efektifnya pencairan tunggakan pajak diindikasikan karena kurang efektifnya tindakan-tindakan penagihan hukum (tindakan pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan pajak), serta faktor-faktor eksternal seperti kondisi perekonomian yang kurang mendukung dan berkepanjangan ikut mempengaruhi jumlah wajib pajak yang tidak mampu melunasi kewajiban/utang pajaknya. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini dituntut untuk meningkatkan efektivitas tindakan penegakan hukum, seperti tindakan pemeriksaan dan penagihan pajak (Gunadi, 2004:116).

Penagihan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan fiskus agar wajib pajak atau penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Dalam tindakan penagihan aktif fiskus diberikan kewenangan untuk menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberikan surat

paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan

penyanderaan dan menjual barang yang telah disita (Kurniawan, 2011:56). Hal ini diperlukan bilamana wajib pajak tidak atau belum memiliki kesadaran, kejujuran, tax mindedness, dan disiplin. Maka masih banyak diperlukan campur tangan dari Direktorat Jenderal Pajak dalam berbagai bentuk, dan pada kenyataannya terdapat cukup banyak wajib pajak dengan berbagai alasan tidak melaksanakan kewajibannya membayar pajak sesuai ketetapan pajak yang diterbitkan, tidak dilunasinya utang pajak tentu saja menjadi beban administrasi tunggakan pajak (Kurniawan, 2011:58).


(11)

B A B I P E N D A H U L U A N 4

Universitas Kristen Maranatha Oleh sebab itu, untuk mencairkan tunggakan pajak yang dimaksud dilakukan penagihan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagaimana yang disampaikan Gunadi (2004:116) bahwa peningkatan frekuensi dan mutu penagihan pajak lebih diperlukan mengingat semakin besarnya jumlah tunggakan pajak. Pada paparan kepada media massa disebutkan bahwa tunggakan pajak per 30 Juni 2010 adalah Rp 59,69 triliun. Melihat jumlah tunggakan pajak yang sangat besar tersebut potensi penerimaan pajak yang dapat dicairkan melalui tindakan penagihan masih cukup signifikan (Gunadi, 2004:117).

Penelitian-penelitian yang terkait dengan penelitian ini telah menjelaskan bagaimana analisis proses penagihan pajak aktif terhadap pencairan tunggakan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Rosmala Sari (2014) membuktikan bahwa tindakan penagihan pajak aktif dengan menggunakan surat teguran dan surat paksa masih tergolong tidak efektif, namun dengan menggunakan surat perintah melakukan penyitaan tergolong efektif sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hasbi Rifqiansyah, Muhammad Saifi, Devi Farah Azizah (2014) membuktikan bahwa tindakan penagihan pajak aktif secara keseluruhan belum cukup dikatakan efektif.

Penelitian ini merupakan pembaharuan penelitian dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Dian Rosmala Sari (2014) dan Hasbi Rifqiansyah, Muhammad Saifi, Devi Farah Azizah (2014). Penelitian ini akan dilakukan pada KPP Madya Bandung sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian Rosmala Sari (2014) dilakukan pada KPP Pratama Gorontalo dan Hasbi Rifqiansyah, Muhammad Saifi, Devi Farah Azizah (2014) dilakukan pada KPP Pratama Malang Utara.


(12)

B A B I P E N D A H U L U A N 5

Universitas Kristen Maranatha Dari uraian di atas dan ditambah dengan data tunggakan pajak yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, yang diikuti dengan usaha-usaha pemerintah meningkatkan efektifitas pelaksanaan pemeriksaan pajak dan tindakan penagihan pajak aktif, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana proses pencairan tunggakan pajak dengan tindakan penagihan pajak aktif dalam sebuah penelitian

yang berjudul “Analisis Proses Penagihan Pajak Aktif Terhadap Pencairan

Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses penagihan pajak aktif yang dilakukan oleh Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung pada tahun 2013-2014?

2. Seberapa besar pencairan tunggakan pajak yang diperoleh oleh Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung pada tahun 2013-2014?

3. Bagaimana analisis proses penagihan pajak aktif terhadap pencairan

tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses penagihan pajak aktif yang dilakukan

oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung pada tahun 2013-2014.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pencairan tunggakan pajak yang diperoleh


(13)

B A B I P E N D A H U L U A N 6

Universitas Kristen Maranatha

3. Untuk mengetahui bagaimana analisis proses penagihan pajak aktif terhadap

pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini berguna sebagai bahan bacaan/referensi guna menambah pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai proses penagihan pajak aktif dan hambatan-hambatan yang terjadi selama proses penagihan pajak aktif.

2. Bagi penulis

Untuk memperluas wawasan berpikir dan untuk memperdalam pengetahuan penulis, dan merupakan sarana penerapan teori yang diperoleh selama perkuliahan khususnya mata kuliah perpajakan dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.


(14)

65 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan penulis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Semua prosedur kerja penagihan aktif di KPP Madya Bandung telah dilakukan

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan Republik Indonesia.

2. Penagihan aktif dengan surat teguran, surat paksa, surat sita yang diterbitkan KPP

Madya Bandung telah mencapai target pencairan tunggakan pajak yang telah ditentukan pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 110.000.000.000,00, sedangkan pada tahun 2014 surat teguran, surat paksa, surat sita yang diterbitkan tidak mencapai target pencairan tunggakan pajak yang telah ditentukan yaitu sebesar Rp 130.000.000.000,00 ; meskipun jumlah surat sita yang diterbitkan pada tahun 2014 lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2013.

3. Penagihan aktif dengan surat teguran dan surat paksa dapat dikatakan efektif

mengingat tercapainya target pencairan tunggakan pajak yang telah ditentukan pada tahun 2013 dengan persentase pencairan sebesar 100% sedangkan jumlah penagihan dengan surat sita yang meningkat pada tahun 2014 serta surat teguran dan surat paksa yang menurun dari tahun sebelumnya tidak sebanding dengan target pencairan tunggakan pajak. Pada tahun 2014 KPP tidak mampu mencapai target dan hanya mampu mencapai persentase pencairan sebesar 86,9%.


(15)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 66

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki bebarapa keterbatasan yang seharusnya dilakukan oleh peneliti selanjutnya, yaitu :

1. Penelitian ini hanya berfokus pada proses penagihan pajak aktif, sedangkan untuk

hasil yang lebih general bisa ditambahkan dengan keseluruhan bentuk penagihan yang ada pada KPP Madya Bandung termasuk penagihan pasif.

2. Penelitian ini tidak meninjau langsung ke Wajib Pajak untuk mengetahui

faktor-faktor yang menyebabkan ketidakefektivan beberapa jenis tindakan penagihan aktif. Peneliti hanya meninjau langsung ke dalam KPP Madya Bandung melalui wawancara kepada Juru Sita yang ada di KPP Madya Bandung. Peneliti berharap, akan ada penelitian selanjutnya yang meninjau secara langsung karakteristik Wajib Pajak yang mempunyai tunggakan pajak dan mencari tahu lebih spesifik mengenai faktor-faktor yang membuat mereka mengabaikan kewajiban perpajakannya.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu proses penagihan pajak aktif dengan surat teguran dan surat paksa yang dalam pelaksanaannya dikatakan efektif serta surat sita yang dalam pelaksanaannya masih kurang efektif, maka saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Juru Sita perlu mempelajari karakteristik Wajib Pajak agar dapat mengetahui cara

paling efektif untuk melakukan penagihan yang bersifat persuasif terhadap penunggak pajak.


(16)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 67

Universitas Kristen Maranatha

2. Juru Sita perlu bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mempermudah

aksesnya menagih tunggakan pajak terhadap Wajb Pajak.

3. Direktorat Jenderal Pajak perlu melakukan perekrutan pegawai sebagai Juru Sita

Pajak yang baru untuk menambah kemampuan kantor pajak menjangkau keberadaan Wajib Pajak.

4. Upgrade dan Maintenance SIDJP secara berkala harus dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan Pemberian diklat kepada pegawai tentang SIDJP agar sistem tersebut dapat berfungsi secara optimal.

5. Direktorat Jenderal Pajak perlu untuk menggencarkan sosialisasi perpajakan

terhadap wajib pajak tentang peraturan-peraturan perpajakan yang dikemas dengan hiburan yang menarik agar Wajib Pajak tertarik untuk mengikuti sosialisasi tersebut dan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak akan meningkat.

6. Perlunya pemberian sanksi yang tegas kepada penunggak pajak yang tidak


(17)

68 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Gunadi. 2004. Bunga Rampai Pemeriksaan, Penyidikan & Penagihan Pajak, Jakarta: PT. Multi Utama Indojasa.

Hidayat, Rudi., dan Cheisviyanny, Charoline. 2013. Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal WRA, Vol.1 No. 1, April 2013

Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman, BPFE, Yogyakarta.

Kurniawan. 2011. Upaya Hukum Terkait dengan Penyidikan dan Penagihan Pajak, Jakarta: Graha Ilmu.

Mardiasmo. 2006. Perpajakan, Yogyakarta: CV. Andi Offset. Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor.

Pandiangan, Liberti. 2014. Administrasi Perpajakan, Jakarta: Penerbit Erlangga Peraturan Menteri Keuangan No.24/PMK.03/2008 sttd Peraturan Menteri Keuangan

No. 85/PMK.03/2010 tentang Penerbitan Surat Teguran.

Peraturan Menteri Keuangan No. 85/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Seketika dan Sekaligus.

Peraturan Pemerintah No.135 Tahun 2000 tentang Penyitaan.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus, Salembat Empat, Jakarta.

Rifqiansyah, Hasbi., Saifi, Muhammad., dan Azizah, Devi Farah. 2014. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penagihan Pajak Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 15, Oktober 2014.

Sari, Diana. 2014. Konsep Dasar Perpajakan, Revika Aditama, Bandung.

Sari, Rosmala Dian. 2014. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penagihan Aktif Sebagai Upaya Pencairan Tunggakan Pajak. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak, Salemba Empat, Jakarta.


(18)

69 Universitas Kristen Maranatha Undang-Undang Pasal 27 ayat (5) PP 80 Tahun 2008 sttd PP No. 74 Tahun 2011

tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Wahono, Sugeng. 2012. Mengurus Pajak Itu Mudah, Jakarta : PT. Alex Media Komputindo Kompas.

Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.

Wirawan B.Ilyas, Richard Burton. 2004. Hukum Pajak, Jakarta : Penerbit Salemba Empat.


(1)

B A B I P E N D A H U L U A N 6

Universitas Kristen Maranatha 3. Untuk mengetahui bagaimana analisis proses penagihan pajak aktif terhadap

pencairan tunggakan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini berguna sebagai bahan bacaan/referensi guna menambah pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai proses penagihan pajak aktif dan hambatan-hambatan yang terjadi selama proses penagihan pajak aktif.

2. Bagi penulis

Untuk memperluas wawasan berpikir dan untuk memperdalam pengetahuan penulis, dan merupakan sarana penerapan teori yang diperoleh selama perkuliahan khususnya mata kuliah perpajakan dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.


(2)

65 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan penulis pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Semua prosedur kerja penagihan aktif di KPP Madya Bandung telah dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan Republik Indonesia.

2. Penagihan aktif dengan surat teguran, surat paksa, surat sita yang diterbitkan KPP Madya Bandung telah mencapai target pencairan tunggakan pajak yang telah ditentukan pada tahun 2013 yaitu sebesar Rp 110.000.000.000,00, sedangkan pada tahun 2014 surat teguran, surat paksa, surat sita yang diterbitkan tidak mencapai target pencairan tunggakan pajak yang telah ditentukan yaitu sebesar Rp 130.000.000.000,00 ; meskipun jumlah surat sita yang diterbitkan pada tahun 2014 lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2013.

3. Penagihan aktif dengan surat teguran dan surat paksa dapat dikatakan efektif mengingat tercapainya target pencairan tunggakan pajak yang telah ditentukan pada tahun 2013 dengan persentase pencairan sebesar 100% sedangkan jumlah penagihan dengan surat sita yang meningkat pada tahun 2014 serta surat teguran dan surat paksa yang menurun dari tahun sebelumnya tidak sebanding dengan target pencairan tunggakan pajak. Pada tahun 2014 KPP tidak mampu mencapai target dan hanya mampu mencapai persentase pencairan sebesar 86,9%.


(3)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 66

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki bebarapa keterbatasan yang seharusnya dilakukan oleh peneliti selanjutnya, yaitu :

1. Penelitian ini hanya berfokus pada proses penagihan pajak aktif, sedangkan untuk hasil yang lebih general bisa ditambahkan dengan keseluruhan bentuk penagihan yang ada pada KPP Madya Bandung termasuk penagihan pasif.

2. Penelitian ini tidak meninjau langsung ke Wajib Pajak untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidakefektivan beberapa jenis tindakan penagihan aktif. Peneliti hanya meninjau langsung ke dalam KPP Madya Bandung melalui wawancara kepada Juru Sita yang ada di KPP Madya Bandung. Peneliti berharap, akan ada penelitian selanjutnya yang meninjau secara langsung karakteristik Wajib Pajak yang mempunyai tunggakan pajak dan mencari tahu lebih spesifik mengenai faktor-faktor yang membuat mereka mengabaikan kewajiban perpajakannya.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu proses penagihan pajak aktif dengan surat teguran dan surat paksa yang dalam pelaksanaannya dikatakan efektif serta surat sita yang dalam pelaksanaannya masih kurang efektif, maka saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Juru Sita perlu mempelajari karakteristik Wajib Pajak agar dapat mengetahui cara paling efektif untuk melakukan penagihan yang bersifat persuasif terhadap penunggak pajak.


(4)

B A B V S I M P U L A N D A N S A R A N 67

Universitas Kristen Maranatha 2. Juru Sita perlu bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mempermudah

aksesnya menagih tunggakan pajak terhadap Wajb Pajak.

3. Direktorat Jenderal Pajak perlu melakukan perekrutan pegawai sebagai Juru Sita Pajak yang baru untuk menambah kemampuan kantor pajak menjangkau keberadaan Wajib Pajak.

4. Upgrade dan Maintenance SIDJP secara berkala harus dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Pajak dan Pemberian diklat kepada pegawai tentang SIDJP agar sistem tersebut dapat berfungsi secara optimal.

5. Direktorat Jenderal Pajak perlu untuk menggencarkan sosialisasi perpajakan terhadap wajib pajak tentang peraturan-peraturan perpajakan yang dikemas dengan hiburan yang menarik agar Wajib Pajak tertarik untuk mengikuti sosialisasi tersebut dan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak akan meningkat.

6. Perlunya pemberian sanksi yang tegas kepada penunggak pajak yang tidak mengindahkan peraturan perpajakan.


(5)

68 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Gunadi. 2004. Bunga Rampai Pemeriksaan, Penyidikan & Penagihan Pajak, Jakarta: PT. Multi Utama Indojasa.

Hidayat, Rudi., dan Cheisviyanny, Charoline. 2013. Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan Tindakan Penagihan Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak.

Jurnal WRA, Vol.1 No. 1, April 2013

Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman, BPFE, Yogyakarta.

Kurniawan. 2011. Upaya Hukum Terkait dengan Penyidikan dan Penagihan Pajak, Jakarta: Graha Ilmu.

Mardiasmo. 2006. Perpajakan, Yogyakarta: CV. Andi Offset. Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor.

Pandiangan, Liberti. 2014. Administrasi Perpajakan, Jakarta: Penerbit Erlangga Peraturan Menteri Keuangan No.24/PMK.03/2008 sttd Peraturan Menteri Keuangan

No. 85/PMK.03/2010 tentang Penerbitan Surat Teguran.

Peraturan Menteri Keuangan No. 85/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Seketika dan Sekaligus.

Peraturan Pemerintah No.135 Tahun 2000 tentang Penyitaan.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus, Salembat Empat, Jakarta.

Rifqiansyah, Hasbi., Saifi, Muhammad., dan Azizah, Devi Farah. 2014. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penagihan Pajak Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara).

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 15, Oktober 2014.

Sari, Diana. 2014. Konsep Dasar Perpajakan, Revika Aditama, Bandung.

Sari, Rosmala Dian. 2014. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penagihan Aktif

Sebagai Upaya Pencairan Tunggakan Pajak. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak, Salemba Empat, Jakarta.


(6)

69 Universitas Kristen Maranatha Undang-Undang Pasal 27 ayat (5) PP 80 Tahun 2008 sttd PP No. 74 Tahun 2011

tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Wahono, Sugeng. 2012. Mengurus Pajak Itu Mudah, Jakarta : PT. Alex Media Komputindo Kompas.

Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.

Wirawan B.Ilyas, Richard Burton. 2004. Hukum Pajak, Jakarta : Penerbit Salemba Empat.