Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Sebagai Larvisida Nyamuk Culex sp.

(1)

iv ABSTRAK

EFEK EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI LARVISIDA NYAMUK Culex sp.

Patrysia Alvionita Susilo, 2013, Pembimbing I : Prof. Dr. dr. Susy Tjahjani, M.Kes.

Pembimbing II: dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc.

Nyamuk merupakan vektor berbagai penyakit menular degan distribusi paling luas di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis. Salah satu genus yang paling sering menularkan adalah Culex sp. Cara yang efektif menanggulangi penyakit tersebut adalah dengan cara memutus siklus hidup vektor penyakit, yaitu dengan cara membunuh larva nyamuk. Larvisida yang paling umum digunakan adalah Temephos yang memiliki efek samping terhadap lingkungan sehingga perlu dicari larvisida alami yang aman dan efektif, misalnya Ekstrak Daun Pepaya (EDP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek EDP terhadap larvisida nyamuk Culex sp. dan membandingkannya dengan bubuk Temephos.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan metode Rancang Acak Lengkap (RAL). Larva nyamuk Culex sp. sebanyak 480 ekor dibagi dalam 6 perlakuan dengan pengulangan 4 kali, yaitu diberikan akuades (kontrol negatif), EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm, dan bubuk Temephos 1% (kontrol positif). Data yang diamati adalah jumlah larva yang mati dalam waktu 24 jam. Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Mann Whitney dengan α=0,05.

Hasil penelitian menunjukan bahwa EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, dan 250ppm dengan kontrol negatif memiliki perbedaan sangat signifikan (p=0.000), serta EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, dan 250ppm memiliki perbedaan yang signifikan dengan Temephos 1%.

Simpulan penenlitian adalah ekstrak daun pepaya memiliki efek sebagai larvisida nyamuk Culex sp.

Kata kunci :


(2)

v

ABSTRACT

THE EFFECT OF PAPAYA LEAF (Carica papaya L.) EXTRACT AS A LARVICIDE AGAINST Culex sp.

Patrysia Alvionita Susilo, 2013, 1st Tutor : Prof. Dr. dr. Susy Tjahjani, M.Kes 2nd Tutor : dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc.

Mosquitoes are the most widespread vectors of communicable disease in the world, especially tropical and subtropical countries. One of their genus is Culex sp. The effective way to prevent transmission of a mosquito carried disease is by the life cycle of the vectors, which is by eliminating the larvae . Larvicide sold in the community is temephos which have side effects on the environment. It is needed to search larvicide with a safe, natural and more effective than temephos, such as papaya leaf extract (EDP). This research aims to determine the effect of EDP against larvicide of Culex sp. and compare it with temephos powder.

This research was a laboratory experimental using Completely Randomized Design (CRD) method. 480 Culex sp. larvae divided into 6 treatments with 4 times repetitions, which was given aquadest (negative control), EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm, and temephos 1% (positive control). Data observed was the number of larvae that died within 24 hours. The data is analyzed using Kruskal Wallis followed by a Mann Whitney with α = 0.05.

The results showed that EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, and 250ppm with negative control had a highly significant difference (p = 0.000), and EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, and 250ppm had significant difference with Temephos 1%.

The research conclusions are that papaya leaf extract has effect as a larvicide against Culex sp.

Keywords:


(3)

viii

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 2

1.4 Manfaat Penulisan ... 3

1.4.1 Manfaat Akademik ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Secara Umum ... 5

2.2 Morfologi Nyamuk ... 5

2.3 Siklus Hidup Nyamuk ... 7

2.4 Nyamuk Culex……… ... 10


(4)

ix

2.4.2 Penyakit dengan Vektor Culex sp ... 11

2.4.2.1 Japanese Encephalitis ... 11

2.4.2.1.1 Gambaran Klinis ... 12

2.4.2.1.2 Diagnosis ... 12

2.4.2.1.3 Penatalaksanaan ... 12

2.4.2.2 West Nile Virus ... 13

2.4.2.2.1 Transmisi ... 13

2.4.2.2.2 Gambaran Klinis ... 14

2.4.2.2.3 Diagnosis ... 14

2.4.2.2.4 Penatalaksanaan ... 14

2.4.2.3 Filariasis ... 15

2.4.2.3.1 Filariasis Bancrofti ... 15

2.4.2.3.2 Filariasis Malayi ... 18

2.4.2.3.3 Filariasis Timori ... 19

2.4.2.3.4 Diagnosis ... 20

2.4.2.3.5 Penatalaksanaan ... 21

2.5 Temephos ... 22

2.6 Pepaya(Carica papaya L.) ... 23

2.6.1 Taksonomi Carica papaya L. ... 24

2.6.2 Nama Daerah ... 24

2.6.3 Manfaat Tanaman ... 24

2.6.4 Kandungan Kimia Pepaya ... 25

2.7 Daun Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Larvisida ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 27

3.2 Metodologi Penelitian ... 28

3.2.1 Desain Penelitian ... 28

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 28

3.2.3 Metode Penarikan Replikasi Bahan Penelitian ... 28


(5)

x

3.2.4.1 Definisi Konsepsional ... 29

3.2.4.2 Definisi Operasional ... 29

3.3 Prosedur Kerja ... 29

3.3.1 Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya ... 29

3.3.2 Prosedur Kerja Penelitian ... 30

3.3.3 Metode Analisis ... 30

3.3.4 Hipotesis Statistik ... 30

3.3.5 Kriteria Uji ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan ... 32

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 36

4.2.1 Hal-hal yang Mendukung ... 36

4.2.2 Hal-hal yang Tidak Mendukung ... 36

4.2.3 Kesimpulan ... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 43


(6)

xi

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 4. 1 Mortalitas Larva Nyamuk Culex sp. Setelah Diberi Ekstrak Daun

Pepaya …...……….….. 29 Tabel 4. 2 Rerata Larva yang Mati Setelah Transformasi ke Ln(x+1)...…..….. 33 Tabel 4. 3 Hasil Uji Statistik Kruskal Wallis Rerata Persentase Jumlah Larva

Nyamuk yang Mati ...….. 34 Tabel 4. 4 Hasil Uji Statistik Mann Whitney...……….... 34


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Nyamuk Culex sp. ... 8

Gambar 2.2 Telur Culex sp. ... 8

Gambar 2.3 Larva Culex sp ... 9

Gambar 2.4 Pupa Culex sp. ... 7

Gambar 2.5 Siklus Hidup Nyamuk ... 10

Gambar 2.6 Siklus hidup Wuchereria bancrofti ... 18

Gambar 2.7 Bubuk temephos. ... 22

Gambar 2.8 Ilustrasi pohon, bunga, buah, dan daun pepaya... 23


(8)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

LAMPIRAN 1 Foto-foto Penelitian ... 43

LAMPIRAN 2 Perhitungan Konsentrasi dan Pengenceran ... 45

LAMPIRAN 3 Transformasi Data ... 46

LAMPIRAN 4 Uji Statistik Nonparametrik Kruskal Wallis ... 48


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Nyamuk Culex sp. terdapat pada daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia dalam garis lintang 35°LU dan 35°LS, dengan ketinggian wilayah kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Beberapa spesies Culex sp. merupakan vektor dari beberapa penyakit yang berbahaya. Culex quinquefasciatus merupakan vektor dari Filariasis di daerah perkotaan Afrika timur dan sebagian Asia yang termasik daerah tropis. Culex pipiens dihubungkan dengan transmisi demam Rift valley dan vektor lainnya yang dibatasi oleh faktor geografis seperti C. tritaeniorhynchus yang mentransmisikan Japanese enchepalitis, C.tarsalis untuk St.louis encephalitis, C.annulirostris untuk Murray valley encephalitis dan penyakit Ross river, dan masih banyak spesies lain yan belum teridentifikasi (WHO, 1997).

Angka kejadian penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Culex sp. semakin meningkat, untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan solusi yang tepat yaitu mencegah cucukan nyamuk dengan mengunakan kelambu atau insect repellant, dengan meghilangkan habitat atau tempat bertelurnya nyamuk, dengan membunuh larva nyamuk secara kimiawi dan biologis, serta membunuh nyamuk dewasa (ISSG, 2006). Tetapi dengan membunuh nyamuk dewasa itu tidak efisien, sehingga lebih diajurkan untuk membunuh larva nyamuk dengan larvisida atau mencegah cucukan (Djojosumarto, 2008).

Temephos sebagai larvisida peggunaannya cukup luas karena sangat efektif dalam pengendalian jentik nyamuk, tetapi pada penggunan berulang terkadang dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti ganggan pernafasan dan pencernaan (Hazardous Substanes Databank, 2005). Hal ini mendorong berbagai usaha untuk menekuni pemberdayaan/ pemanfaatan pestisida alami sebagai alternatif pengganti pestisida sintesis yang relatif tidak berbahaya


(10)

2

dan ramah lingkungan (Dadang Prijono, 2008). Salah satu larvisida alami yang pernah diteliti adalah dengan getah buah pepaya (Carolina Cahyadi, 2012).

Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) juga dibudidayakan di kebun-kebun luas karena buahnya yang segar dan bergizi. Di Indonesia tanaman pepaya tersebar dimana-mana bahkan telah menjadi tanaman perkarangan. Penanaman buah pepaya di Indonesia tersebar di daerah Jawa barat (kabupaten Sukabumi), Jawa Timur (kabupaten Malang), Pasar Induk Kramat Jati DKI, Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja), Sulawesi Utara (Manado) (Annonymous, 2012). Daun Pepaya mengandung bahan aktif papain sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (Juliantara, 2012).

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ekstrak daun Pepaya terhadap larvisida nyamuk Culex sp.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah yang penulis paparkan adalah sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak daun Pepaya (Carica papaya L.) berefek sebagai larvisida terhadap nyamuk Culex sp.

2. Apakah ekstrak daun pepaya memiliki (Carica papaya L.) potensi lebih rendah dibandingkan dengan bubuk temephos.

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang pengaruh salah satu tanaman yang dikenal masyarakat terhadap mortalitas larva nyamuk Culex sp.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak daun Pepaya (Carica papaya L.) sebagai larvisida nyamuk Culex sp. , dan efek ekstrak daun pepaya yang potensinya lebih rendah dibandingkan dengan bubuk temephos.


(11)

3

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Akademik

Manfaat akademik penelitian karya tulis ilmiah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan bidang farmakologi daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap mortalitas larva nyamuk Culex sp.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian karya tulis ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang daun Pepaya (Carica papaya L.) yang dapat memutuskan siklus hidup nyamuk Culex sp. sebagai vektor berbagai penyakit, virus, dan parasit.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1Kerangka Pemikiran

Menurut peneliti Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Dr Ir Nuriani Bermawie, daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung berbagai enzim seperti papain, karpain, pseudokarpin, nikotin, kontinin, miosmin, dan glikosida karposid. Kandungan alkaloid karpanin telah banyak digunakan di masyarakat sebagai larvisida alami karena diyakini mempunyai daya racun yang dapat menimbulkan reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh larva dan menghambat hormon pertumbuhan, sehingga larva tidak dapat bermetamorfosis secara sempurna (Utomo dkk, 2010; Udoh et al, 2009; Krishna et al, 2008). Larvisida sintetis seperti temephos banyak digunakan untuk mengontrol populasi nyamuk. Temephos bekerja dengan cara menghambat enzim kolinesterase, sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas syaraf akibat tertimbunnya asetilkolin pada ujung syaraf. Satu-satunya bahan aktif yang telah diuji oleh Badan Kesehatan Internasional FAO/WHO adalah temephos. Sampai


(12)

4

saat ini diketahui bahwa belum ditemukannya bahan alamiah yang dianjurkan oleh pemerintah yang dapat mengalahkan efektifitas dari bubuk temephos (WHO,2008).

1.5.2 Hipotesis

1. Ekstrak daun Pepaya (Carica papaya L.) berefek sebagai larvisida nyamuk Culex sp.

2. Ekstrak daun Pepaya (Carica papaya L.) memiliki potensi lebih rendah dibandingkan dengan bubuk temephos 1%


(13)

38

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek larvisida nyamuk Culex sp.

2. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) 100ppm, 150ppm, 200ppm, dan 250ppm memiliki potensi yang lebih rendah dibandingkan dengan bubuk temephos.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian tentang efek samping penggunanan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai larvisida.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai larvisida terhadap spesies nyamuk yang lain.


(14)

53

RIWAYAT HIDUP

Nama : Patrysia Alvionita Susilo

Nomor Pokok Mahasiswa : 1010004

Tempat dan Tanggal Lahir : Pontianak, 19 Juli 1992

Alamat : Jl. Tanjung Pura No.132, Pontianak. Kalimantan-Barat

Riwayat Pendidikan :

1. 2004 Lulus SD Gembala Baik, Pontianak 2. 2007 Lulus SMP Gembala Baik, Pontianak 3. 2010 Lulus SMA Gembala Baik, Pontianak

4. 2010 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Marantha, Bandung


(15)

EFEK EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) SEBAGAI LARVISIDA NYAMUK Culex sp

Patrysia Alvionita Susilo*, Prof. Dr. dr. Susy Tjahjani, M.Kes.**, dr. Rita Tjokropranoto, M.Sc.***

*

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

**Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung ***Bagian Parasitologilogi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Jl.Prof. Drg. Suria Sumantri No.65, Bandung

ABSTRAK

Nyamuk merupakan vektor berbagai penyakit menular degan distribusi paling luas di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis. Salah satu genus yang paling sering menularkan adalah Culex sp. Cara yang efektif menanggulangi penyakit tersebut adalah dengan cara memutus siklus hidup vektor penyakit, yaitu dengan cara membunuh larva nyamuk. Larvisida yang paling umum digunakan adalah Temephos yang memiliki efek samping terhadap lingkungan sehingga perlu dicari larvisida alami yang aman dan efektif, misalnya Ekstrak Daun Pepaya (EDP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek EDP terhadap larvisida nyamuk Culex sp. dan membandingkannya dengan bubuk Temephos.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan metode Rancang Acak Lengkap (RAL). Larva nyamuk Culex sp. sebanyak 480 ekor dibagi dalam 6 perlakuan dengan pengulangan 4 kali, yaitu diberikan akuades (kontrol negatif), EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm, dan bubuk Temephos 1% (kontrol positif). Data yang diamati adalah jumlah larva yang mati dalam waktu 24 jam. Analisis data menggunakan uji Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Mann Whitney dengan α=0,05.

Hasil penelitian menunjukan bahwa EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, dan 250ppm dengan kontrol negatif memiliki perbedaan sangat signifikan (p=0.000), serta EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, dan 250ppm memiliki perbedaan yang signifikan dengan Temephos 1%.

Simpulan penenlitian adalah ekstrak daun pepaya memiliki efek sebagai larvisida nyamuk Culex sp.

Kata kunci :

larva Culex sp., temephos, ekstrak daun pepaya, larvisida

ABSTRACT

Mosquitoes are the most widespread vectors of communicable disease in the world, especially tropical and subtropical countries. One of their genus is Culex sp. The effective way to prevent transmission of a mosquito carried disease is by the life cycle of the vectors, which is by eliminating the larvae . Larvicide sold in the community is temephos which have side effects on the environment. It is needed to search larvicide with a safe, natural and more effective than temephos, such as papaya leaf extract (EDP). This research aims to determine the effect of EDP against larvicide of Culex sp. and compare it with temephos powder.


(16)

This research was a laboratory experimental using Completely Randomized Design (CRD) method. 480 Culex sp. larvae divided into 6 treatments with 4 times repetitions, which was given aquadest (negative control), EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, 250ppm, and temephos 1% (positive control). Data observed was the number of larvae that died within 24 hours. The data is analyzed using Kruskal Wallis followed by a Mann Whitney with α = 0.05.

The results showed that EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, and 250ppm with negative control had a highly significant difference (p = 0.000), and EDP 100ppm, 150ppm, 200ppm, and 250ppm had significant difference with Temephos 1%.

The research conclusions are that papaya leaf extract has effect as a larvicide against Culex sp.

Keywords:

Culex sp. Larvae, temephos, papaya leaf extract, larvicide.

PENDAHULUAN

Nyamuk Culex sp. terdapat pada daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia dalam garis lintang 35°LU dan 35°LS, dengan ketinggian wilayah kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Beberapa spesies

Culex sp. merupakan vektor dari

beberapa penyakit yang berbahaya.

Culex quinquefasciatus merupakan vektor dari Filariasis di daerah perkotaan Afrika timur dan sebagian Asia yang termasik daerah tropis. Culex

pipiens dihubungkan dengan transmisi

demam Rift valley dan vektor lainnya yang dibatasi oleh faktor geografis seperti C. tritaeniorhynchus yang mentransmisikan Japanese enchepalitis,

C.tarsalis untuk St.louis encephalitis, C.annulirostris untuk Murray valley encephalitis dan penyakit Ross river,

dan masih banyak spesies lain yan belum teridentifikasi1.

Angka kejadian penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Culex sp. semakin meningkat, untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan solusi yang tepat yaitu mencegah cucukan nyamuk dengan mengunakan kelambu atau insect repellant, dengan meghilangkan habitat atau tempat bertelurnya nyamuk, dengan membunuh larva nyamuk secara kimiawi dan biologis, serta membunuh nyamuk dewasa2. Tetapi dengan membunuh nyamuk dewasa itu tidak efisien, sehingga lebih diajurkan untuk membunuh larva nyamuk dengan larvisida atau mencegah cucukan3.

Temephos sebagai larvisida peggunaannya cukup luas karena sangat efektif dalam pengendalian jentik nyamuk, tetapi pada penggunan berulang terkadang dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan,


(17)

seperti ganggan pernafasan dan pencernaan4. Hal ini mendorong berbagai usaha untuk menekuni pemberdayaan/ pemanfaatan pestisida alami sebagai alternatif pengganti pestisida sintesis yang relatif tidak berbahaya dan ramah lingkungan5 .Salah satu larvisida alami yang pernah diteliti adalah dengan getah buah pepaya (Carolina Cahyadi, 2012).

Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) juga dibudidayakan di kebun-kebun luas karena buahnya yang segar dan bergizi. Di Indonesia tanaman pepaya tersebar dimana-mana bahkan telah menjadi tanaman perkarangan. Penanaman buah pepaya di Indonesia tersebar di daerah Jawa barat (kabupaten Sukabumi), Jawa Timur (kabupaten Malang), Pasar Induk Kramat Jati DKI, Yogyakarta (Sleman), Lampung Tengah, Sulawesi Selatan (Toraja), Sulawesi Utara (Manado)6. Daun Pepaya mengandung bahan aktif

papain sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap7.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ekstrak daun Pepaya terhadap larvisida nyamuk Culex sp.

Maksud dan Tujuan Penulisan Maksud penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang pengaruh

salah satu tanaman yang dikenal masyarakat terhadap mortalitas larva nyamuk Culex sp.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak daun Pepaya (Carica papaya L.) sebagai larvisida nyamuk Culex sp. , dan efek ekstrak daun pepaya yang potensinya lebih rendah dibandingkan dengan bubuk

temephos.

ALAT, BAHAN, SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksprimental sungguhan dengan menggunakan rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap ( RAL ). Data yang didapat dari percobaan dianalisis secara statistik menggunakan uji statistik nonparametrik Kruskal Wallis pada taraf kepercayaan 95%, dan apabila bermakna kemudian dilanjutkan dengan uji statistik Mann Whitney α = 0,05.

Bahan Penelitian  Ekstrak daun pepaya

 Akuades

 Makanan ikan yang sudah dihaluskan untuk makanan larva


(18)

Alat Penelitian :

 Pipet tetes untuk mengambil larva

 Gelas ukur

 Timbangan / neraca 2 lengan

 Penyaring

 Peralatan ekstrak daun pepaya

 Gelas beker

 Gelas penampung larva nyamuk ( 200ml )

 Kain kasa untuk menutup gelas

Subjek Penelitian :

 Larva nyamuk Culex sp.

Sebanyak 480 ekor

Prosedur Kerja :

 Menyiapkan 24 gelas plastik 200ml.

 Gelas plastik dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 buah gelas.

 Pada kelompok I diberikan 100 ml aquades, pada kelmpok II

diberikan larutan temephos 1 ppm dosis 0,1mg/ 100ml aquades, pada kelompok III diberikan ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi 100 ppm, pada kelompok IV diberikan ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi 150 ppm, pada kelompok V diberikan ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi 200 ppm, dan pada kelompok VI diberikan ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi 250 ppm.

 Mempersiapkan 20 ekor larva

Culex sp. lalu masukan secara

bersamaan ke dalam gelas plastik yang telah disiapkan.

 Pengamatan dilakukan setalah 24 jam, kemudian dicatat jumlah larva yang mati tiap - tiap kelompok. Tanda – tanda larva yang mati adalah tenggelam di dasar gelas dan tidak bergerak aktif.

Tabel 4. 1 Mortalitas Larva Nyamuk Culex sp Setelah Diberi Ekstrak Daun Pepaya

Pengulangan Kontrol Negatif EDP 1 EDP 2 EDP 3 EDP 4 Kontrol Positif

1 0 6 9 20 8 20

2 0 10 16 15 10 20

3 0 10 15 14 10 20

4 0 10 8 15 8 20

Total Mortalitas Rerata 0 0 36 9 48 12 64 16 36 9 80 20


(19)

Keterangan :

Kontrol Negatif = Akuades

EDP 1 = Ekstrak Daun Pepaya 100 ppm EDP 2 = Ekstrak Daun Pepaya 150 ppm EDP 3 = Ekstrak Daun Pepaya 200 ppm EDP 4 = Ekstrak Daun Pepaya 250 ppm Kontrol Positif = temephos 1%

Grafik 4. 1 Rerata Persentase Jumlah Larva yang Mati

Tabel 4.4 Hasil Uji Mann Whitney Jumlah Larva yang Mati Dalam Persen Antar Kelompok Perlakuan

Keterangan :

Kontrol Negatif = Akuades

EDP 1 = Ekstrak Daun Pepaya 100 ppm EDP 2 = Ekstrak Daun Pepaya 150 ppm EDP 3 = Ekstrak Daun Pepaya 200 ppm EDP 4 = Ekstrak Daun Pepaya 250 ppm

Kontrol Negatif EDP 1 EDP 2 EDP 3 EDP 4 Kontrol Positif

Kontrol Negatif ** ** ** ** **

EDP 1 NS * NS **

EDP 2 NS NS **

EDP 3 * NS

EDP 4 **

Kontrol Positif 0 20 40 60 80 100 120 Kontrol Negatif

EDP 1 EDP 2 EDP 3 EDP 4 Kontrol

Positif J u m la h l a rva m a ti (% ) Perlakuan


(20)

Kontrol Positif = temephos * = signifikan

** = sangat signifikan

NS = Non signifikan = tidak bermakna

Pada tabel 4.4 dengan uji statistik Mann Whitney diperoleh jumlah larva yang mati pada perlakuan dengan EDP 1, EDP 2, EDP 3, dan EDP 4 dibandingkan kelompok kontrol negatif (akuades) memiliki perbedaan yang sangat bermakna, yaitu dengan keseluruhan nilai p=0,000; berarti EDP 1 , EDP 2, EDP 3, dan EDP 4 memiliki efek membunuh larva.

Jumlah larva yang mati pada perlakuan dengan kontrol positif (temephos) dibandingkan dengan EDP 1, EDP 2, dan EDP 4 memiliki perbedaan yang sangat bermakna, yaitu dengan p=0,000. Berarti perlakuan dengan EDP 1, EDP 2, dan EDP 4 memiliki potensi larvisida yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol positif bubuk temephos. Sedangkan EDP 3 dibandingkan dengan kontrol positif tidak signifikan, yaitu dengan p=0,114; berarti EDP 3 memiliki potensi yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol positif (temephos) sebagai larvisida.

Jumlah larva yang mati pada perlakuan dengan EDP 1 dibandingkan EDP 3 memiliki perbedaan yang signifikan, yaitu dengan keseluruhan

nilai p=0,029. Perlakuan EDP 1 dibandingkan EDP 2, memiliki perbedaan yang tidak signifikan, yaitu dengan p=0,200. Sedangkan perlakuan EDP 1 dibandingkan EDP 4, memiliki perbedaan yang tidak signifikan, yaitu dengan p=0,886. Hal ini menunjukkan bahwa potensi dari tinggi ke rendah secara berturut-turut yaitu EDP 3, EDP 2, dan EDP 1, sedangkan EDP 4 dan EDP 1 memiliki potensi yang sama. Jumlah larva yang mati pada perlakuan dengan EDP 2 dibandingkan EDP 4 memiliki perbedaan yang tidak signifikan, yaitu dengan keseluruhan nilai p=0,200. Sedangkan perlakuan dengan EDP 2 dibandingkan dengan EDP 3, memiliki perbedaan yang tidak signifikan, yaitu dengan p=1,000. Hal ini menunjukkan bahwa potensi EDP 2 setara dengan EDP 3 tetapi lebih rendah dari potensi EDP 4.

Jumlah larva yang mati pada perlakuan dengan EDP 3 dibandingkan EDP 4 memiliki perbedaan yang signifikan, yaitu dengan keseluruhan nilai p=0,019.

Hal ini sesuai dengan percobaan tentang efek infusa daun papaya terhadap nyamuk Culex sp., dimana


(21)

angka kematian nyamuk Culex sp didapatkan sebanding dengan konsentrasi infusa daun papaya8. Hal ini juga mendukung penelitian lain yang melaporkan bahwa daun pepaya memiliki kandungan alkaloid karpain yang bersifat toksik dimana mempengaruhi sistem saraf dengan menghambat enzim kolinesterase, sehingga akan terjadi gangguan transmisi impuls yang menurunkan koordinasi otot dan menyebabkan kematian. Selain itu, terdapat pula pengaruh papain yang bersifat proteolitik dan menghambat hormon pertumbuhan larva7.

Dosis yang paling efektif sebagai larvisida adalah EDP 3 karena dapat membunuh 80% larva dalam 24 jam, pada dosis EDP 2 larva yang mati mencapai rerata 60%, sedangkan pada dosis EDP 1 dan EDP 4 larva yang mati hanya mencapai rerata 45%. Dari analisis data ini bisa diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pepaya, maka semakin tinggi pula tingkat kematian jentik sampai akhirnya mencapai batas maksimal kematian jentik.

Simpulan

1. Ekstrak daun pepaya (Carica

papaya L.) memiliki efek larvisida

nyamuk Culex sp.

2. Ekstrak daun pepaya (Carica

papaya L.) 100ppm, 150ppm,

200ppm, dan 250ppm memiliki potensi yang lebih rendah dibandingkan dengan bubuk

temephos.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian tentang efek samping penggunanan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai larvisida.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai larvisida terhadap spesies nyamuk yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO.1997. Chemical Methods

for the Control of Vectors and Pests of Public Health Importance. WHO Division of Control of Tropcal Disease, WHO Pesticide Evaluation

Scheme. Geneva.

http://whqlibdoc.who.int/hq/199

7/WHO_CTD_WHOPES_97.2. pdf, diunduh pada 18 Januari 2013.

2. ISSG (Invasive Species Specialist Group) http://www.issg.org/about.htm,


(22)

diunduh tanggal 20 Januari 2013.

3. Djojosumarto, P. 2008.

Pestisida dan Aplikasinya. PT

Agromedia Pustaka: Jakarta. 4. Hazardous Substance Databank

(HSDB). 2005. Temephos: National Library of Medicine, National Toxicology Program. http://www.intox.org/databank/d ocuments/chemical/temephos/ei cs0199.htm. diunduh tanggal 19 Januari 2013.

5. Dadang dan D. Prijono. 2008.

Insektisida Nabati: Prinsip,

Pemanfaatan, dan

Pengembangan. Departemen

Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

6. Anonymous, 2012. Carica

papaya. Kantor Deputi

Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta .

7. Juliantara, Ketut. 2012. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Pestisida Alami yang Ramah Lingkungan. http://www.kompa siana.com/, diunduh tanggal 23 Januari 2013.

8. Michael Valiant, Sylvia Soeng, Susy Tjahjani. 2010. Efek Infusa Daun Pepaya (Carica

papaya L.) Terhadap Larva

Nyamuk Culex sp. Jurnal Kedokteran Maranatha, 9 (2),


(23)

39

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2012. Carica papaya. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta .

Agoes R. 2010. Parasitologi kedokteran. EGC: Jakarta.

Behrman RE, HB Jenson, RM Kliegman. Lymphatic Filariasis (Brugria Malayi, Brugria timori, Wuchereria Bancrofti) in Nelson Textbook of Pediatric 18th Edition.2007 : 1502-1503

Bruneton Jean. 1999. Alkaloids. In H.K. Caroline : Pharmacognosy : Phytochemistry and medicinal plants. 2nd ed. Paris : Lavoisier publishing. p. 217-220.

Center for Disease Control and Prevention. 2013. West Nile Virus. http://www.cdc.gov/westnile/index.htm, diunduh tanggal 12 Januari 2013. Center for Disease Control and Prevention. 2013. Culex sp.

http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/arbor/culex.htm, diunduh tanggal 12 Januari 2013

Center for Disease Control and Prevention. 2013. Entomologyecology. http://www.cdc.gov/dengue/entomologyecology/m_lifecycle.html, diunduh tanggal 18 Januari 2013

Dadang dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penderita Filariasis Tersebar di

386 Kabupaten / Kota.

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/453penderita-filariasis-tersebar-di-386-kabupatenkota.html., diunduh tanggal 6 Januari 2013.

Duro International PTE LTD. 2008.

http://www.duro.com.sg/product_detail.asp?BID=6&PID=73, diunduh tanggal 20 Januari 2013.

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka: Jakarta.


(24)

40

Edison & Ford Winter Estates. 2011- 2013. Fort Myers Web Design & Fort Myers Marketing by Internet Services Group of Florida, LLC. http://www.tropicalfloridagardens.com/2011/06/27/growing-caring-for-papaya-trees/, diunduh tanggal 21 Januari 2013.

Gandahusada, Srisasi, dkk., 2006, Parasitologi Kedokteran, 284-285, UI Press, Jakarta.

Hazardous Substance Databank (HSDB). 2005. Temephos: National Library of

Medicine, National Toxicology Program.

http://www.intox.org/databank/documents/chemical/temephos/eics0199.htm. diunduh tanggal 19 Januari 2013.

Herdiman T. Pohan. Filariasis dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi III. 2004. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 525-529

Hiswani, 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Hudson Regional Health Commission, 2010. Mosquito Biology. Diakses dari http://www.hudsonregional.org/mosquito/mosquitobio.htm pada tanggal 15 Januari 2013.

ISSG (Invasive Species Specialist Group) http://www.issg.org/about.htm, diunduh tanggal 20 Januari 2013.

Juliantara, Ketut. 2012. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya)

sebagai Pestisida Alami yang Ramah

Lingkungan. http://www.kompasiana.com/, diunduh tanggal 23 Januari 2013.

Krishna, K.L., Paridhavi, M., Patel, J.A. 2008. Review on Nutrional, Medicinal, and Pharmacological Properties of Papaya (Carica papaya L.). Natural Product Radiance.

Lestari B, Rahardi, dan Gama Z. 2010. Identifikasi Nyamuk di Kelurahan

Sawojajar Kota Malang.

http://biologi.ub.ac.id/files/2010/12/BSS2010ZPGBR.pdf. Diakses tanggal 23 Januari 2013.

Margo Utomo, Siti Amaliah, Febria Ari Suryati. 2010. Daya Bunuh Bahan Nabati Serbuk Biji Papaya Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Isolat Laboratorium B2P2VRP Depkes RI Salatiga. Prosiding Seminar Nasional. Masri Sembiring Maha. 2012. Japanese Encephalitis. Bagian Biomedis dan


(25)

41

Kesehatan RI, Jakarta, Indonesia.

http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_193Japanese%20Encephalitis.pdf., diakses tanggal 21 Januari 2013.

Melindacare. Waspadai Filariasis , Si Kaki Gajah. Diunduh dari: http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=705_Wa spadai-Filariasis,-Si-Kaki-Gajah. Diakses Tanggal 06 januari 2013 Pukul 18.02 WIB

Michael Valiant, Sylvia Soeng, Susy Tjahjani. 2010. Efek Infusa Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Larva Nyamuk Culex sp. Jurnal Kedokteran Maranatha, 9 (2), hal.156-61.

Muhlisah, F., 2012, Tanaman Obat Keluarga (Toga), Penebar swadaya, Jakarta. Wikipedia Filariasis. Diunduh dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Filariasis

Diakses pada tanggal 14 Januari 2013 pukul 22.00

MTI, 2011. Culex Linnaeus, 1758. Diakses dari http://mosquito-taxonomic-inventory.info/genus-emculexem-linnaeus-1758. 2011. pada tanggal 3 Januari 2013.

MTI, 2011. Culicini Meigen, 1818. Diakses dari http://mosquito-taxonomic-inventory.info/tribe-culicini-Meigen-1818. 2011. pada tanggal 3 Januari 2013.

Natadisastra D, Agoes R. 2005. Parasitologi kedokteran. EGC: Jakarta.

PRLog, 2009. Diakses dari http://www.prlog.org/10316028-moquito-life-cycle-and-mosquito-disease.html pada tanggal 24 Januari 2013.

Taxonomicon. 2012. Genus Culex – Hierarchy. http://taxonomicon.taxonomy.nl/ TaxonName.aspx., diakses pada tanggal 07 Januari 2013.

Tips kesehatan anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diunduh dari:http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=200912011554.Fila riasis Limfatik.), 15 Januari 2013.

Udoh, P.B., Udoh, F.V., Umoren, E.B., James, U.W., Okeke, C.P., Agwu, B.2009. Effect of Caricapryl-99 Seed Alkaloid Extract on the Serum Levels of Sex Hormones and Pituitary Gonadotrophins in Male Albino Rats. Niger J Physiol Sci.

United States Department of Agriculture. 2012. Classification. http://plants.usda. gov/java/ClassificationServlet?source=profile&symbol=CAPA23&display= 31.,diunduh pada 18 Januari 2013.


(26)

42

UTAH PESTS News. 2010. Utah Plant Pest Diagnostic Laboratory and USU Extension Vol. IV. http://utahpests.usu.edu/htm/utah-pests-news/fall2010/west-nile-virus/, diunduh pada 19 Januari 2013.

WHO.1997. Chemical Methods for the Control of Vectors and Pests of Public Health Importance. WHO Division of Control of Tropcal Disease, WHO

Pesticide Evaluation Scheme. Geneva.

http://whqlibdoc.who.int/hq/1997/WHO_CTD_WHOPES_97.2.pdf, diunduh pada 18 Januari 2013.

WHO. 2008. Temephos. WHO Specifications and Evaluations for Public Health

Pesticides. Geneva.

http://www.who.int/whopes/quality/Temephos_eval_only_June_2011.pdf, diunduh pada 18 Januari 2013.

WHO. 2013. Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/ pada tanggal 13 Januari 2013.


(1)

angka kematian nyamuk Culex sp didapatkan sebanding dengan konsentrasi infusa daun papaya8. Hal ini juga mendukung penelitian lain yang melaporkan bahwa daun pepaya memiliki kandungan alkaloid karpain yang bersifat toksik dimana mempengaruhi sistem saraf dengan menghambat enzim kolinesterase, sehingga akan terjadi gangguan transmisi impuls yang menurunkan koordinasi otot dan menyebabkan kematian. Selain itu, terdapat pula pengaruh papain yang bersifat proteolitik dan menghambat hormon pertumbuhan larva7.

Dosis yang paling efektif sebagai larvisida adalah EDP 3 karena dapat membunuh 80% larva dalam 24 jam, pada dosis EDP 2 larva yang mati mencapai rerata 60%, sedangkan pada dosis EDP 1 dan EDP 4 larva yang mati hanya mencapai rerata 45%. Dari analisis data ini bisa diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pepaya, maka semakin tinggi pula tingkat kematian jentik sampai akhirnya mencapai batas maksimal kematian jentik.

Simpulan

1. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki efek larvisida nyamuk Culex sp.

2. Ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) 100ppm, 150ppm, 200ppm, dan 250ppm memiliki potensi yang lebih rendah dibandingkan dengan bubuk temephos.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian tentang efek samping penggunanan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai larvisida.

2. Perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai larvisida terhadap spesies nyamuk yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO.1997. Chemical Methods for the Control of Vectors and Pests of Public Health Importance. WHO Division of Control of Tropcal Disease, WHO Pesticide Evaluation

Scheme. Geneva.

http://whqlibdoc.who.int/hq/199

7/WHO_CTD_WHOPES_97.2. pdf, diunduh pada 18 Januari 2013.

2. ISSG (Invasive Species Specialist Group) http://www.issg.org/about.htm,


(2)

diunduh tanggal 20 Januari 2013.

3. Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka: Jakarta. 4. Hazardous Substance Databank

(HSDB). 2005. Temephos: National Library of Medicine, National Toxicology Program. http://www.intox.org/databank/d ocuments/chemical/temephos/ei cs0199.htm. diunduh tanggal 19 Januari 2013.

5. Dadang dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip,

Pemanfaatan, dan

Pengembangan. Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

6. Anonymous, 2012. Carica papaya. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta .

7. Juliantara, Ketut. 2012. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Pestisida Alami yang Ramah Lingkungan. http://www.kompa siana.com/, diunduh tanggal 23 Januari 2013.

8. Michael Valiant, Sylvia Soeng, Susy Tjahjani. 2010. Efek Infusa Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Larva Nyamuk Culex sp. Jurnal Kedokteran Maranatha, 9 (2), hal.156-61.


(3)

39

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2012. Carica papaya. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta .

Agoes R. 2010. Parasitologi kedokteran. EGC: Jakarta.

Behrman RE, HB Jenson, RM Kliegman. Lymphatic Filariasis (Brugria Malayi, Brugria timori, Wuchereria Bancrofti) in Nelson Textbook of Pediatric 18th Edition.2007 : 1502-1503

Bruneton Jean. 1999. Alkaloids. In H.K. Caroline : Pharmacognosy : Phytochemistry and medicinal plants. 2nd ed. Paris : Lavoisier publishing. p. 217-220.

Center for Disease Control and Prevention. 2013. West Nile Virus. http://www.cdc.gov/westnile/index.htm, diunduh tanggal 12 Januari 2013. Center for Disease Control and Prevention. 2013. Culex sp.

http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/arbor/culex.htm, diunduh tanggal 12 Januari 2013

Center for Disease Control and Prevention. 2013. Entomologyecology. http://www.cdc.gov/dengue/entomologyecology/m_lifecycle.html, diunduh tanggal 18 Januari 2013

Dadang dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penderita Filariasis Tersebar di

386 Kabupaten / Kota.

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/453penderita-filariasis-tersebar-di-386-kabupatenkota.html., diunduh tanggal 6 Januari 2013.

Duro International PTE LTD. 2008.

http://www.duro.com.sg/product_detail.asp?BID=6&PID=73, diunduh tanggal 20 Januari 2013.

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka: Jakarta.


(4)

40

Edison & Ford Winter Estates. 2011- 2013. Fort Myers Web Design & Fort Myers Marketing by Internet Services Group of Florida, LLC. http://www.tropicalfloridagardens.com/2011/06/27/growing-caring-for-papaya-trees/, diunduh tanggal 21 Januari 2013.

Gandahusada, Srisasi, dkk., 2006, Parasitologi Kedokteran, 284-285, UI Press, Jakarta.

Hazardous Substance Databank (HSDB). 2005. Temephos: National Library of

Medicine, National Toxicology Program.

http://www.intox.org/databank/documents/chemical/temephos/eics0199.htm. diunduh tanggal 19 Januari 2013.

Herdiman T. Pohan. Filariasis dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi III. 2004. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 525-529

Hiswani, 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Hudson Regional Health Commission, 2010. Mosquito Biology. Diakses dari http://www.hudsonregional.org/mosquito/mosquitobio.htm pada tanggal 15 Januari 2013.

ISSG (Invasive Species Specialist Group) http://www.issg.org/about.htm, diunduh tanggal 20 Januari 2013.

Juliantara, Ketut. 2012. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya)

sebagai Pestisida Alami yang Ramah

Lingkungan. http://www.kompasiana.com/, diunduh tanggal 23 Januari 2013.

Krishna, K.L., Paridhavi, M., Patel, J.A. 2008. Review on Nutrional, Medicinal, and Pharmacological Properties of Papaya (Carica papaya L.). Natural Product Radiance.

Lestari B, Rahardi, dan Gama Z. 2010. Identifikasi Nyamuk di Kelurahan

Sawojajar Kota Malang.

http://biologi.ub.ac.id/files/2010/12/BSS2010ZPGBR.pdf. Diakses tanggal 23 Januari 2013.

Margo Utomo, Siti Amaliah, Febria Ari Suryati. 2010. Daya Bunuh Bahan Nabati Serbuk Biji Papaya Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Isolat Laboratorium B2P2VRP Depkes RI Salatiga. Prosiding Seminar Nasional. Masri Sembiring Maha. 2012. Japanese Encephalitis. Bagian Biomedis dan


(5)

41

Kesehatan RI, Jakarta, Indonesia.

http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_193Japanese%20Encephalitis.pdf., diakses tanggal 21 Januari 2013.

Melindacare. Waspadai Filariasis , Si Kaki Gajah. Diunduh dari: http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=705_Wa spadai-Filariasis,-Si-Kaki-Gajah. Diakses Tanggal 06 januari 2013 Pukul 18.02 WIB

Michael Valiant, Sylvia Soeng, Susy Tjahjani. 2010. Efek Infusa Daun Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Larva Nyamuk Culex sp. Jurnal Kedokteran Maranatha, 9 (2), hal.156-61.

Muhlisah, F., 2012, Tanaman Obat Keluarga (Toga), Penebar swadaya, Jakarta. Wikipedia Filariasis. Diunduh dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Filariasis

Diakses pada tanggal 14 Januari 2013 pukul 22.00

MTI, 2011. Culex Linnaeus, 1758. Diakses dari http://mosquito-taxonomic-inventory.info/genus-emculexem-linnaeus-1758. 2011. pada tanggal 3 Januari 2013.

MTI, 2011. Culicini Meigen, 1818. Diakses dari http://mosquito-taxonomic-inventory.info/tribe-culicini-Meigen-1818. 2011. pada tanggal 3 Januari 2013.

Natadisastra D, Agoes R. 2005. Parasitologi kedokteran. EGC: Jakarta.

PRLog, 2009. Diakses dari http://www.prlog.org/10316028-moquito-life-cycle-and-mosquito-disease.html pada tanggal 24 Januari 2013.

Taxonomicon. 2012. Genus Culex – Hierarchy. http://taxonomicon.taxonomy.nl/ TaxonName.aspx., diakses pada tanggal 07 Januari 2013.

Tips kesehatan anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diunduh dari:http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=200912011554.Fila riasis Limfatik.), 15 Januari 2013.

Udoh, P.B., Udoh, F.V., Umoren, E.B., James, U.W., Okeke, C.P., Agwu, B.2009. Effect of Caricapryl-99 Seed Alkaloid Extract on the Serum Levels of Sex Hormones and Pituitary Gonadotrophins in Male Albino Rats. Niger J Physiol Sci.

United States Department of Agriculture. 2012. Classification. http://plants.usda. gov/java/ClassificationServlet?source=profile&symbol=CAPA23&display= 31.,diunduh pada 18 Januari 2013.


(6)

42

UTAH PESTS News. 2010. Utah Plant Pest Diagnostic Laboratory and USU Extension Vol. IV. http://utahpests.usu.edu/htm/utah-pests-news/fall2010/west-nile-virus/, diunduh pada 19 Januari 2013.

WHO.1997. Chemical Methods for the Control of Vectors and Pests of Public Health Importance. WHO Division of Control of Tropcal Disease, WHO

Pesticide Evaluation Scheme. Geneva.

http://whqlibdoc.who.int/hq/1997/WHO_CTD_WHOPES_97.2.pdf, diunduh pada 18 Januari 2013.

WHO. 2008. Temephos. WHO Specifications and Evaluations for Public Health

Pesticides. Geneva.

http://www.who.int/whopes/quality/Temephos_eval_only_June_2011.pdf, diunduh pada 18 Januari 2013.

WHO. 2013. Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/ pada tanggal 13 Januari 2013.