The Simple Line: Proses Perancangan Busana Wanita Siap Pakai dengan Inspirasi Seni Kubisme.

ABSTRACK
The Simple Line is a title Gerrit Rietveld’s furniture designs. His furniture designs are simple and very modern im
pression. inspired by Piet Mondrians painting. Piet Mondrian is an artist well known for his cubism paintings.
Cubism is the media of painting and sculpting throught the approach of each form using geometric shapes (
triangle, square, cone, cube, circle ). The design for th this collection displays a simple line and shows the
impression of zig – zag, stripes and geometric shapes. The simple line is a collection for women aged 26 to 36
living in the metropolis. This woman has a dynamic and independent personality. The clothes are pratical and
easy to use for work in the morning and special occasion for the evening. The designs are taken from the broken
lines or patterns with different colors, but still showing the simplicity of the dress. The results of this collection is
a ready to wear clothing with a feminime, elegant, and simple style.
Keywords: simple, feminine, elegant

ABSTRAK
The Simple Line merupakan judul yang terinspirasi dari furniture rancangan Gerrit Rietveld yang berkesan
simple dan modern. Rancangan Gerrit Rietveld terinspirasi dari lukisan Piet Mondrian yang menganut aliran
kubisme. Aliran kubisme dimulai pada media lukisan dan patung melalui pendekatannya masing-masing bentuk
- bentuk karyanya menggunakan bentuk geometri (segitiga, segiempat, kerucut, kubus, lingkaran). Koleksi
rancangan ini menampilkan style line yang sederhana dan menampilkan kesan zig-zag, garis-garis dan bentuk
geometris. Koleksi kali ini termasuk ke dalam produk Ready To Wear yang dapat dipadukan dengan busana lain.
Dalam rancangan desain kali ini, perancang memiliki target market wanita karir yang berusia 26 hingga 36 tahun yang hidup di
kota metropolis. Wanita karir yang menjadi target konsumer perancang memiliki gaya hidup modern ala

metropolis, mandiri, dan berkepribadian dinamis. Koleksi busana terbuat dari Silk Velvet, dan cara pakai busana
sangat praktis mudah di gunakan untuk busana kerja pada pagi hari dan untuk sore hingga ke malam hari untuk p
ergi bersama teman atau bersama para pengusaha. Desain busana yang penulis rancang terdapat bentuk- bentuk
dari inspirasi tersebut yang membentuk seperti garis atau pecah pola dengan beda warna yang membentuk
inspirasi yang diambil namun tetap menunjukkan kesederhanaan dalam busana tersebut. Hasil busana Ready To
Wear menghasilkan gaya feminim, elegan namun tetap terlihat sederhana.

Kata kunci : sederhana, feminim, elegan

DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN HASIL KARYA ILMIAH
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN
ABSTRAK……………………………………………………………………………i

ABSTRACK…………………………………………………………………………
..ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………iii


v
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….
..vii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1

a. Latar Belakang…………………………………………………………………….1
b. Identifikasi Masalah……………………………………………………………….2
c. Tujuan Perancangan……………………………………………………………….2
d. Metode Perancangan……………………………………………………………...2
e. Sistematika Penulisan……………………………………………………………..3

BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………….4

2.1 Fashion dan Trend………………………………………………………………...4
2.2 Kubisme, Seni dan Fashion……………………………………………………….5

2.3 Warna……………………………………………………………………………..6
2.3.1 Teori Rupa Dasar…………………………………………………………..8
2.3.2 Elemen Desain………………………………………………………………8


2.4 Teori Reka Bahan Tekstil………………………………………………………
....9
......9
2.5 Pembuatan Pola Dasar, Jahit dan Pengembangannya………………………...
BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI…………………………………………….11
3.1 Identifikasi Objek Rancangan…………………………………………………….11

3.2 Praktik Rancangan………………………………………………………………..12
3.3 Deskripsi dan Survey Fungsi……………………………………………………..13

BAB IV KONSEP PERANCANGAN…………………………………………….14
4.1 Perancangan Umum………………………………………………………………14
4.2 Perancangan Khusus……………………………………………………………...15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………16
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….16
5.2 Saran……………………………………………………………………………...16

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Roda Warna……………………………………………………………..6
2.2 Gambar Silhuette A-Line………………………………………………………….8
2.3 Gambar Silhouette Y-Line………………………………………………………...8
2.4 Gambar zig – zag Line……………………………………………………………9
2.5 Gambar vertical Line……………………………………………………………..9

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Kubisme adalah sebuah gerakan modern seni rupa pada awal abad ke-20 yang dipelopori oleh Picasso dan
Braque. Prinsip-prinsip dasar yang umum pada kubisme yaitu menggambarkan bentuk objek dengan cara
memotong, distorsi, overlap, penyederhanaan, transparansi, deformasi, menyusun dan aneka tampak. Gerakan
ini dimulai pada media lukisan dan patung melalui pendekatannya masing-masing.
Pada kubisme, karyanya menggunakan bentuk –bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, kerucut, kubus,
lingkaran dan sebagainya. Salah satu desainer furniture dan arsitek yang terkenal dengan gaya kubisme adalah
Gerrit Rietveld yang berasal dari negeri Belanda. Gerrit Rietveld merancang zig zag chair antara tahun 1932
1934 berdasarkan pemikiran Theo Van Doesburg’s yang mengenalkan garis miring untuk meralat bahwa
persepsi ruang interior hanya terdiri dari garis vertikal dan horizontal. Gerrit Rietveld juga
mendapatkan inspirasi dari “De Stijl” yang merupakan sebuah perkumpulan yang menganut aliran kubisme,

desain-desain yang modern, dan bentukbentuk geometris.
Gerrit Rietveld sebagai arsitek sekaligus pembuat mebel, mulai merancang bentuk- bentuk dan warna mebel
yang sesuai untuk menampung berbagai macam aktivitas yang terjadi pada ruangan salah satu rancangan Gerrit
Rietveld adalah Red Blue Chair yang berfungsi sebagai kursi santai pada ruang keluarga di Schroder House. Ben
tuk Red Blue chair disesuaikan dengan aktivitasnya untuk bersantai sehingga sudut antara dudukan dengan
sandaran punggung dibuat agar orang yang menggunakan dapat duduk dalam posisi yang tidak formal. Salah
satu inspirasi untuk produk Red Blue Chair ini adalah lukisan karya Piet Mondrian berjudul “ Composition with
Yellow, Blue, and Red ”.
Karya seni lukis Mondrian ini dianggap sangat futuristik dan menggambarkan dunia masa depan yang
semakin datar, ringkas dan horizontal sehingga fashion desainer Yves saint Laurent, menampilkan rangkaian
busana yang terinspirasi oleh lukisan Mondrian sebagai apresiasi atas komposisi jenius dalam sebuah karya
visual. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara fashion dan seni berupa ide ,imajinasi,
pengetahuan, pengamatan, idealisme dan ekspresi yang ingin diungkapkan atau dikomunikasikan. Berdasarkan
hubungan antara fashion dan seni maka desainer terinspirasi untuk mendesain busana yang mengandung unsur
dua arah antara pencipta dan pemakainya, agar pemakai dapat merasakan apa yang di rancang oleh Desainer. Des
ain busana yang di rancang akan di gunakan oleh wanita karir yang feminim dan berusia 26 – 36 tahun serta
dapat di gunakan untuk ke kantor, pergi bersama teman, dan berbagai event- event tertentu. Wanita karir yang
menjadi target konsumer perancang memiliki gaya hidup modern ala metropolis, mandiri, dan berkepribadian
dinamis.


1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka ada beberapa masalah yang muncul
mengenai pemilihan desain, pemilihan bahan, pemilihan warna, penggabungan warna dan pembuatan pola
dengan menggunakan teknik pecah pola untuk mewujudkan busana agar dapat sesuai dengan desain dan konsep
perancangan.

1.3 Tujuan Perancangan

Hasil yang akan dicapai melalui laporan tugas akhir adalah membuat desain busana dengan style line yang
terinspirasi dari bentuk – bentuk yang ada pada rancangan Rietveld untuk wanita karir menengah atas yang
dapat di pakai dikantor, pergi bersama teman, dan ke berbagai event – event tertentu. Wanita yang menjadi target
customer atau market adalah wanita yang hidup di kota metropolis dan berprofesi sebagai seorang pengusaha
atau memiliki karier profesional.

1.4 Metode Perancangan
Pendekatan perancangan yang dilakukan perancang adalah penndekatan berbasis seni dengan melakukan
kajian literatur dan visual untuk mendapat pengetahuan mengenai konsep kubisme kemudian diaplikasikan pada
rancangan melalui seni. Instrumen perancangan yang digunakan melalui studi literatur. Observasi tidak langsung
seperti internet dan observasi langsung seperti kehidupan sehari- hari yang dapat dari lingkungan perkotaan
mengenai gaya hidup wanita metropolitan..


1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 – PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah meliputi identifikasi masalah, tujuan perancangan, sistematika penulisan
BAB 2 - LANDASAN TEORI

Landasan teori berisi teori fashion,
BAB 3 – DESKRIPSI OBJEK STUDI

Menjelaskan tema, konsep, target market yang dicapai.
BAB 4 - KONSEP PERANCANGAN

Menjelaskan aplikasi konsep dan tema pada perancangan fashion.
BAB 5 – PENUTUP

Memberikan kesimpulan dari hasil akhir dan memberi saran.

BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN

Koleksi busana The Simple Line merupakan Ready-to-wear, yang dapat digunakan untuk sehari- hari seperti
pergi ke kantor, pergi bersama teman – teman dan event – event penting. Busana tersebut dapat dipadukan
dengan busana lain seperti blaser, bolero dan lain – lain.
Koleksi baju ini menampilkan Style Line yang terinspirasi dari furniture Gerrit Rietveld yang terkesan modern
dan siluet yang diambil siluet A – Line dan Y – Line. Cara pakai busana sangat praktis mudah di gunakan untuk
busana kerja pada pagi hari dan untuk sore hingga ke malam hari untuk pergi berkumpul bersama teman atau
bersama para pengusaha. Untuk pagi hari busana tesebut dapat dipadukan dengan blazer, bolero, tas tangan, high
heels, aksesoris kalung, jam tangan, make up natural dan di malam hari busana tersebut dapat dipadukan dengan h
igh heels, tas tangan atau tas kecil, assesories kalung, anting panjang atau anting bulat, gelang, make up yang
glamour. perancang memiliki target market wanita karir yang berusia 26 hingga 36 tahun yang hidup di kota
metropolis. Wanita karir yang menjadi target konsumer perancang memiliki gaya hidup modern ala metropolis,
mandiri, dan berkepribadian dinamis.

5.2 Saran
Dalam pembuatan busana, kesulitan awal yang di alami perancang adalah bagaimana inspirasi kemudian
dapat diaplikasikan ke dalam busana karena inspirasi yang diangkat merupakan sebuah konsep atau aliran seni.
Dari aliran seni tersebut perancang hanya mendapat inspirasi berupa visualisasi aliran kubisme sehingga
perancang kemudian mengambil inspirasi pendukung dari Gerrit Rietveld berupa furniture. Hal ini dilakukan
oleh perancang sebagai solusi dalam mendesain busana yang mengambil inspirasi dari sebuah konsep seni
untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai aliran kubisme. Dilihat dari kesimpulan, ada beberapa

hal yang menambah nilai guna rancangan seperti pemilihan kain dalam pembuatan busana lebih baik memilih
kain yang teksturnya tidak licin agar tidak perlu ditambah kain keras lagi. Dalam pecah pola kain yang
digunakan dapat berbeda jenis sesuai keinginan. Dalam proses penjahitan pola kain bagian atas dengan pola kain
bagian lain disatukan sesuai bentuk yang ditentukan tetapi
pada bagian yang menyudut satu titik pada kain bagian atas dan satu titik pada kain bagian lain disatukan
kemudian dijahit memakai jarum tangan agar pada saat dijahit mesin sudut tersebut dapat menyudut. Setelah
dijahit memakai jarum tangan dan titik satu dengan titik lain menyatu kemudian kain bagian atas dan bagian
lain dijahit mesin.
Tanpa asesories tas busana tersebut terlihat lebih elegan, jika memakai asesories tas akan menurunkan
penampilan visual koleksi.

DAFTAR PUSTAKA

Barnard, Malcolm 2007, fashion communication. Jakarta

Piliang, Y. A 2004, Pengertian Fashion. Bandung
Kamus Besar Indonesia 2008

Mulder, Ries 2011, Aliran kubisme. Jakarta
Diastaviran, Rinda 2008, Pengaruh karya Piet Mondrian pada rancangan Yves Saint Laurent. Jakarta

Hiyoto, Rajawali 2011, Teori Warna dan Ahlinya, artikel online

http://www.edupaint.com/warna/roda-warna/505-read-110620-teori-warna-dan-ahlinya.html ( diakses 20
oktober 2012 )
Gunawan 2004, Pengertian dan Definisi Warna, Jakarta
Jones, Sue Jenkyn, Fashion Design, 2005
Yuditesa, 2008, Pengertian Velvet, Jakarta

Pratiwi, 2001. Pola Dasar dan Pecah Pola Busana, Bandung