Ori-Kire, Perancangan Busana Siap Pakai untuk Wanita Dewasa Muda dengan Inspirasi Origami.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

“Ori-kire” merupakan tema yang diangkat untuk perancangan koleksi busana ready to wear untuk memenuhi tugas akhir fashion desain. Judul “Ori-kire” ini bermula dari kata “origami” yang merupakan inspirasi perancangan. Kata “

ori-gami” atau “ori-kami” memiliki arti “melipat kertas”, sementara modifikasi kata “ori-kire” memiliki arti “melipat kain”.

Awal inspirasi perancangan didasarkan pada kenyataan bahwa seni melipat tidak lagi begitu populer di masa kini. Origami sebagai sebuah seni tidak seharusnya pudar walaupun telah melalui berbagai revolusi seperti yang terjadi pada budaya-budaya kuno yang memiliki ketimpangan pola pikir di dunia modern ini. Oleh karena itu, perancangan busana “Ori-kire” memanfaatkan sifat dan karakter khusus dari seni origami yang diaplikasikan pada detail busana, menciptakan efek kain yang dilipat dengan membentuk garis-garis puritan. Penggunaan material interior berupa serat sintetis yang tebal dan kaku memperkuat kesan busana yang struktural.

Proses realisasi busana melalui beberapa tahap, mulai dari proses pembuatan pola dasar, proses pecah pola, pembuatan detail busana, sampai finishing. Teknik khusus yang digunakan dalam realisasi detail busana adalah teknik press pada tahap penyetrikaan. Teknik press ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil lipatan yang rapi seperti garis lipatan pada origami.

Perancangan koleksi busana “Ori-kire” memiliki tujuan memunculkan kembali origami ke dalam kehidupan sehari-hari. Busana-busana yang memiliki garis tegas dan struktural ini memberi kesan modern dan jiwa yang percaya diri. Oleh karena itu busana ditujukan untuk para wanita modern berusia antara 25-35 tahun yang percaya diri, peduli penampilan, dan tidak ragu untuk menjadi pusat perhatian.


(2)

ABSTRACT

“Ori-kire” is the topic raised for ready to wear design collection to fulfill final assignment in fashion design. “Ori-kire” comes from the word “origami” that inspired the designs itself. The word “ori-gami” or “ori-kami” means “ folding-paper” while the modification word of “ori-kire” means “folding-cloth”.

The initial design inspiration was based on reality that the folding art is not so popular anymore nowadays. Origami as an art should not be faded although it has gone through many revolutions as to ancient cultures that had imbalanced thoughts in modern world. Therefore, the fashion designing of “Ori-kire” uses the special characteristic of the art of origami that is applied onto fashion details, created a folded material effect by forming firm lines. The using of interior design materials such as a thick and rigid synthetic fiber can strengthen a structural fashion impression.

The realization process goes through some phases, from the making of basic pattern, pattern modification, fashion details, until finishing. The special technique

that is used in fashion detail is the “press-technique” in ironing. The “press

-technique” is used to get a neat folding line as in origami.

The design of “Ori-kire” has a purpose of rising the origami in daily life. The designs that have firm and structural lines give such a modern and confident impression. Therefore, the collection is objective to modern women aged between 25-35 years old that have self-confident, pay attention on appearance, and not hesitant to be the centre of attention.


(3)

v Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 2

1.3Batasan Masalah ... 3

1.4Tujuan Perancangan ... 3

1.5Metode Perancangan ... 4

1.6Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Teori Busana ... 6

2.2 Perkembangan Fashion ... 6

2.2.1 Jenis-jenis Busana ... 7

2.3 Teori Desain ... 7

2.4 Teori Warna ... 10

2.5 Teori Pola Dan Jahit ... 11

2.6 Prinsip Dan Teknik Origami ... 14

BAB III. OBJEK PERANCANGAN ... 16

3.1 Sejarah Origami ... 16

3.2 Perkembangan Origami ... 16


(4)

3.4 Busana Ready to Wear ... 19

3.5 Deskripsi Perancangan ... 20

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN ... 21

4.1 Perancangan Umum ... 21

4.1.1 Image Board ... 21

4.1.2 Konsep ... 21

4.1.3 Koleksi Desain ... 23

4.2 Perancangan Khusus ... 24

4.2.1 Desain I ... 24

4.2.2 Desain II ... 26

4.2.3 Desain III ... 28

4.2.4 Desain IV ... 30

4.3 Perancangan Detail ... 32

BAB V. PENUTUP ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

BIODATA PENULIS ... 38


(5)

vii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4 The Color Wheel ... 10

Gambar 2.5 Contoh Pola Busana Blouse ... 13

Gambar 2.5 Contoh Pola Busana Rok ... 14

Gambar 3.2 Monumen Children’s Peace ... 17

Gambar 3.2 Waterbombs, Flapping Bird, Jumping Frogs, Fortune Teller ... 17

Gambar 3.2 Origami Table Decoration ... 18

Gambar 4.1 Image Board ... 21

Gambar 4.1.3 Ilustrasi Fashion ... 23

Gambar 4.2.1 Gambar Teknis Busana 1 (blus) ... 24

Gambar 4.2.1 Gambar Teknis Busana 1 (rok) ... 25

Gambar 4.2.2 Gambar Teknis Busana 2 (blus) ... 26

Gambar 4.2.2 Gambar Teknis Busana 2 (celana) ... 27

Gambar 4.2.3 Gambar Teknis Busana 3 (blus) ... 28

Gambar 4.2.3 Gambar Teknis Busana 3 (rok) ... 29

Gambar 4.2.4 Gambar Teknis Busana 4 (blus) ... 30

Gambar 4.2.4 Gambar Teknis Busana 4 (cape) ... 31

Gambar 4.2.4 Gambar Teknis Busana 4 (rok) ... 31

Gambar 4.3 Eksperimen Detail Dengan Material Katun ... 32


(6)

(7)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Ukuran Model dan Pola Kecil ... 39

Lampiran B: Material ... 52

Lampiran C: Dokumentasi ... 53

Lampiran D: Gambar Teknik ... 57

Lampiran E: Ilustrasi Fashion ... 75

Lampiran F: Proses Pembuatan ... 79

Lampiran G: Rincian Harga ... 81


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awalnya Jepang memperkenalkan origami sebagai teknik melipat yang dianggap sebagai pemisah antara golongan atas dan golongan bawah. Pada masa Heian (749-1185) yang merupakan masa kejayaan kehidupan kekaisaran Jepang, origami dianggap sebagai simbol bangsawan dan merupakan suatu hal yang penting dalam berbagai kegiatan upacara kaum bangsawan. Saat itu origami menjadi suatu trend yang menyebar dengan cepat di kalangan masyarakat Jepang dan mudah diterima oleh banyak orang. Teknik melipat ini merupakan suatu inovasi unik yang sangat digemari walaupun asal usul sebenarnya bukanlah dari negara Jepang itu sendiri, terlebih lagi tidak semua golongan dapat menggunakannya.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap budaya seni melipat di masa modern ini, didapat fakta bahwa sebagian besar masyarakat kini tidak lagi terlalu peduli dengan seni origami yang dahulu sempat menjadi tren dunia. Semakin maju dan berkembangnya jaman, semakin origami kehilangan nilai fungsinya sebagai seni. Pemikiran sempit tentang origami terus mengubur origami bersama budaya kuno lainnya yang lama kelamaan akan memudar.

Hari-hari ini origami hanya dianggap sebagai hobi pengisi waktu luang dan pendidikan tambahan di sekolah taman kanak-kanak. Proses belajar melipat baik untuk perkembangan imajinasi dan kreativitas anak serta melatih motorik anak. Itulah sebabnya kini origami lebih populer di kalangan pendidikan. Namun sebenarnya selain digunakan untuk sarana pendidikan, masih banyak pemanfaatan origami dalam kehidupan modern ini. Origami mengajarkan ketenangan dan ketelitian bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus, oleh karena itu origami menjadi salah satu alat terapi yang digunakan dalam bidang kedokteran (Kompas.com, 31 Agustus 2010, diakses 2 Januari 2014).


(9)

2 Universitas Kristen Maranatha

“Ori-kire” diangkat menjadi tema dalam perancangan busana ready to wear

dengan memanfaatkan kembali seni lipat yang sudah tidak populer lagi ke dalam fashion. Hal ini bertujuan mengingatkan kembali akan tren seni melipat yang sudah pudar dan menunjukkan pada masyarakat bahwa origami tidak hanya terbatas dalam lingkup pendidikan saja layaknya anggapan masyarakat umum sekarang. Perancangan koleksi busana ini juga bertujuan menyediakan variasi busana ready to wear yang variatif, memperlihatkan garis-garis puritan dan siluet yang struktural pada busana bergaya minimalis.

Koleksi busana origami ini memiliki potongan yang tidak sepenuhnya mengikuti siluet tubuh namun cenderung membentuk suatu struktur yang kaku. Material yang digunakan berupa bahan interior yang biasa dimanfaatkan untuk melapis kursi atau sofa. Material dari bidang interior memiliki karakter bahan kaku sehingga garis lipatan origami pada busana dapat dihasilkan dengan rapi. Siluet yang terbentuk adalah siluet struktural dengan lipatan-lipatan origami yang menjadi perhatian utama. Serat bahan yang tebal menciptakan tekstur yang jelas dan memberi variasi pada busana tanpa penambahan aplikasi atau ornament. Pemilihan warna

untuk koleksi busana “Ori-kire” ini menggunakan padu-padan warna-warna netral

seperti broken white, beige, cokelat, dan cokelat tua untuk memberikan kesan simple dan tidak berlebihan.

Busana ditujukan untuk para wanita dari golongan menengah sampai menengah ke atas atau bagi mereka yang sudah berpenghasilan cukup dengan kisaran usia antara 25-35 tahun. Busana memiliki kesan modern, cocok untuk para wanita yang mempunyai pemikiran terbuka serta karakter percaya diri. Busana origami ini dapat dikenakan ke acara-acara khusus atau semiformal, namun penggunaan warna-warna netral memudahkan busana untuk disesuaikan (mix and match) dengan busana sehari-hari sehingga memberi kesan casual bagi pemakainya.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana menciptakan variasi busana ready to wear dengan penerapan detail origami.


(10)

2. Menyesuaikan komposisi detail origami, siluet struktural, dan gaya minimalis pada busana ready to wear.

3. Penggunaan bahan interior yang tebal dan kaku sebagai material utama pembuatan busana origami.

4. Menyediakan busana yang kekinian bagi para wanita modern dengan memanfaatkan tren origami yang sudah pudar.

5. Penggunaan warna-warna netral pada desain busana modern. 1.3 Batasan Masalah

1. Mengaplikasikan garis-garis lipatan pada busana yang dihasilkan dari teknik origami.

2. Memperlihatkan dengan jelas garis lipat dan garis celah origami pada detail busana.

3. Memanfaatkan karakteristik bahan interior yang kaku untuk menghasilkan garis kaku pada detail origami.

4. Menggunakan warna-warna broken white, beige, cokelat, dan cokelat tua untuk busana sehari-hari yang mudah dipadukan dengan busana lain.

1.4 Tujuan Perancangan

1. Menyediakan desain busana ready to wear dengan kesan deluxe.

2. Mengingatkan kembali akan origami yang merupakan tren lama ke dalam fashion dengan penerapan detail origami pada busana.

3. Menghasilkan busana yang fashionable dengan gaya minimalis bagi para wanita modern.


(11)

4 Universitas Kristen Maranatha 1.5 Metode Perancangan

Awal Perancangan

pencarian inspirasi, ide, dan konsep pencarian dan penyusunan data

pembuatan moodboard penyusunan konsep perancangan desain pemilihan warna dan material

Proses Produksi pembuatan pola dasar

proses pecah pola

penerapan pola pada kain belacu proses pemotongan kain

melakukan teknik press pada detail lipatan penjahitan

Pasca Produksi

finishing dan proses penyetrikaan pembuatan portofolio


(12)

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir ini berisi empat bab utama yang masing-masing

menjelaskan dengan rinci mengenai koleksi busana dengan tema “Ori-kire”.

Penjelasan-penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, bab ini terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, dan sistematika penulisan sebagai landasan perancangan koleksi busana “Ori-kire”.

BAB II LANDASAN TEORI, bab ini menjelaskan berbagai teori yang melandasi perancangan koleksi busana, yaitu teori fashion, teori busana, teori desain, teori warna, teori pola dan jahit, dan teori origami yang behubungan dengan konsep desain busana.

BAB III OBJEK PERANCANGAN, bab ini berisi penjelasan mengenai objek studi perancangan yaitu seni melipat kertas, busana ready to wear berdasarkan survei lisan, dan deskripsi perancangan.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN, bab ini menjelaskan proses perancangan busana dimulai dari perancangan umum, perancangan khusus, dan perancangan detail. Setiap proses dilengkapi dengan penjelasan moodboard, ilustrasi fashion, dan gambar teknis busana.


(13)

34 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

“Ori-kire” merupakan tema koleksi busana yang mengangkat inspirasi umum dari origami, lebih dalam lagi mengambil bentuk lipatan-lipatan yang terbentuk pada origami. Setelah melalui setiap proses dan menyelesaikan detail perancangan, penulis menyampaikan beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap seni melipat yang mulai pudar di

masa kini, koleksi busana “Ori-kire” dirancang sebagai busana ready to wear yang kembali membawa origami sebagai seni melalui kain busana. Busana dirancang dengan garis detail yang memberi efek menyerupai lipatan origami sebagai fokus utama detail busana. Detail busana mengambil bentuk-bentuk dasar atau lipatan origami yang terbentuk saat proses melipat. Estetis busana terlihat melalui detail yang memperlihatkan garis-garis celah yang terbentuk pada lipatan origami pada tiap busana.

Koleksi “Ori-kire” memiliki garis busana kaku dan detail simetris, diadaptasi dari sifat origami itu sendiri. Garis-garis tegas memperkuat kesan busana yang struktural namun tetap bergaya minimalis, berpotongan sederhana, tanpa aksen atau ornamen. Kombinasi warna-warna netral bersifat ‘menenangkan’ agar busana struktural tidak terlihat terlalu berlebihan atau terkesan salah kostum.

Berdasarkan setiap pengamatan, perancangan, dan proses yang telah dilakukan, terciptalah variasi koleksi busana ready to wear dengan detail busana dan kesan busana yang juga variatif namun tetap menunjukkan kesatuan dalam koleksi. Hasil perancangan koleksi “Ori-kire” memunculkan kembali seni origami ke permukaan kehidupan modern ini dengan mengingatkan kepada masyarakat bahwa origami bukan sebatas ‘sesuatu yang indah’ namun ‘suatu nilai seni’ yang dapat diolah dan dikembangkan.


(14)

5.2 Saran

Dalam proses perancangan, ditemui beberapa kendala dalam hal teknis. Kendala terbesar berasal dari penggunaan material busana. Tidak seperti busana pada

umumnya, busana “Ori-kire” memanfaatkan material dari bidang interior. Material yang digunakan adalah dua jenis serat sintetis yaitu olefin dan polyester, yang memiliki ketebalan dan tekstur yang lebih kasar dari serat alami lainnya. Tingkat ketebalan mengakibatkan sulitnya pencapaian sudut yang lancip dan tingkat kerapihan yang diharapkan pada proses penjahitan. Terlebih lagi, material olefin merupakan material yang rentan terhadap suhu tinggi, sehingga pada tahap teknik press diperlukan perantara kain tipis dan harus dilakukan dengan hati-hati. Jika terjadi kesalahan press atau penjahitan pada material ini, proses penyetrikaan untuk perbaikan tidak berfungsi sama sekali, maka dari itu dalam proses pembuatan detail harus dilakukan dengan sangat cermat.

Berdasarkan konsep seni origami, proses melipat harus disertai dengan tingkat ketelitian yang tinggi sehingga tercapai hasil yang rapi dan bentuk yang simetris. Begitu pula dengan proses perancangan detail busana yang membutuhkan tingkat kecermatan dan ketelitian yang tinggi sehingga detail di kedua sisi memiliki hasil yang simetris.


(15)

36 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Trend Forcasting 2014. 2013. Jakarta: BDA

Barnard, Malcolm. 2007. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra Beech, Rick. 2003. Decoration Origami. London: Southwater

Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

LaFosse, Michael G. 2005. Advanced Origami. North Clarendon VT: Tuttle Publishing

Scully, Kate & Cobb, Debra Johnston. 2012. Color Forcasting For Fashion. London: Laurence King Publishing Ltd

Soekarno. 2002. Buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Helmy, Cornelius. 2010. Origami, Tidak Sekadar Melipat Kertas.

http://female.kompas.com/read/2010/08/31/11220648/function.file-get-contents

Diakses: 2 Januari 2014

Setianto. Yearry Panji. 2009. Budaya Dan Fashion System.

http://yearrypanji.wordpress.com/2009/01/03/budaya-dan-fashion-system/ Diakses: 29 Maret 2014

Morton, J.L. 1995. Color Matters.

http://www.colormatters.com/color-and-design/basic-color-theory Diakses: 30 Maret 2014


(16)

Anonim, 2012. International Multicultural Center.

http://www.imccsub.com/tentang-jepang/kebudayaan-jepang.html?start=9 diakses 24 Feb 2014


(1)

4 Universitas Kristen Maranatha

1.5 Metode Perancangan

Awal Perancangan

pencarian inspirasi, ide, dan konsep pencarian dan penyusunan data

pembuatan moodboard penyusunan konsep perancangan desain pemilihan warna dan material

Proses Produksi

pembuatan pola dasar proses pecah pola

penerapan pola pada kain belacu proses pemotongan kain

melakukan teknik press pada detail lipatan penjahitan

Pasca Produksi

finishing dan proses penyetrikaan pembuatan portofolio


(2)

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan Tugas Akhir ini berisi empat bab utama yang masing-masing

menjelaskan dengan rinci mengenai koleksi busana dengan tema “Ori-kire”. Penjelasan-penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, bab ini terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan perancangan, metode perancangan, dan sistematika penulisan sebagai landasan perancangan koleksi busana “Ori-kire”.

BAB II LANDASAN TEORI, bab ini menjelaskan berbagai teori yang melandasi perancangan koleksi busana, yaitu teori fashion, teori busana, teori desain, teori warna, teori pola dan jahit, dan teori origami yang behubungan dengan konsep desain busana.

BAB III OBJEK PERANCANGAN, bab ini berisi penjelasan mengenai objek studi perancangan yaitu seni melipat kertas, busana ready to wear berdasarkan survei lisan, dan deskripsi perancangan.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN, bab ini menjelaskan proses perancangan busana dimulai dari perancangan umum, perancangan khusus, dan perancangan detail. Setiap proses dilengkapi dengan penjelasan moodboard, ilustrasi fashion, dan gambar teknis busana.


(3)

34 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

“Ori-kire” merupakan tema koleksi busana yang mengangkat inspirasi umum dari origami, lebih dalam lagi mengambil bentuk lipatan-lipatan yang terbentuk pada origami. Setelah melalui setiap proses dan menyelesaikan detail perancangan, penulis menyampaikan beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap seni melipat yang mulai pudar di

masa kini, koleksi busana “Ori-kire” dirancang sebagai busana ready to wear yang kembali membawa origami sebagai seni melalui kain busana. Busana dirancang dengan garis detail yang memberi efek menyerupai lipatan origami sebagai fokus utama detail busana. Detail busana mengambil bentuk-bentuk dasar atau lipatan origami yang terbentuk saat proses melipat. Estetis busana terlihat melalui detail yang memperlihatkan garis-garis celah yang terbentuk pada lipatan origami pada tiap busana.

Koleksi “Ori-kire” memiliki garis busana kaku dan detail simetris, diadaptasi dari sifat origami itu sendiri. Garis-garis tegas memperkuat kesan busana yang struktural namun tetap bergaya minimalis, berpotongan sederhana, tanpa aksen atau ornamen. Kombinasi warna-warna netral bersifat ‘menenangkan’ agar busana struktural tidak terlihat terlalu berlebihan atau terkesan salah kostum.

Berdasarkan setiap pengamatan, perancangan, dan proses yang telah dilakukan, terciptalah variasi koleksi busana ready to wear dengan detail busana dan kesan busana yang juga variatif namun tetap menunjukkan kesatuan dalam koleksi. Hasil perancangan koleksi “Ori-kire” memunculkan kembali seni origami ke permukaan kehidupan modern ini dengan mengingatkan kepada masyarakat bahwa origami bukan sebatas ‘sesuatu yang indah’ namun ‘suatu nilai seni’ yang dapat diolah dan dikembangkan.


(4)

5.2 Saran

Dalam proses perancangan, ditemui beberapa kendala dalam hal teknis. Kendala terbesar berasal dari penggunaan material busana. Tidak seperti busana pada

umumnya, busana “Ori-kire” memanfaatkan material dari bidang interior. Material yang digunakan adalah dua jenis serat sintetis yaitu olefin dan polyester, yang memiliki ketebalan dan tekstur yang lebih kasar dari serat alami lainnya. Tingkat ketebalan mengakibatkan sulitnya pencapaian sudut yang lancip dan tingkat kerapihan yang diharapkan pada proses penjahitan. Terlebih lagi, material olefin merupakan material yang rentan terhadap suhu tinggi, sehingga pada tahap teknik press diperlukan perantara kain tipis dan harus dilakukan dengan hati-hati. Jika terjadi kesalahan press atau penjahitan pada material ini, proses penyetrikaan untuk perbaikan tidak berfungsi sama sekali, maka dari itu dalam proses pembuatan detail harus dilakukan dengan sangat cermat.

Berdasarkan konsep seni origami, proses melipat harus disertai dengan tingkat ketelitian yang tinggi sehingga tercapai hasil yang rapi dan bentuk yang simetris. Begitu pula dengan proses perancangan detail busana yang membutuhkan tingkat kecermatan dan ketelitian yang tinggi sehingga detail di kedua sisi memiliki hasil yang simetris.


(5)

36 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Trend Forcasting 2014. 2013. Jakarta: BDA

Barnard, Malcolm. 2007. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra Beech, Rick. 2003. Decoration Origami. London: Southwater

Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

LaFosse, Michael G. 2005. Advanced Origami. North Clarendon VT: Tuttle Publishing

Scully, Kate & Cobb, Debra Johnston. 2012. Color Forcasting For Fashion. London: Laurence King Publishing Ltd

Soekarno. 2002. Buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Helmy, Cornelius. 2010. Origami, Tidak Sekadar Melipat Kertas.

http://female.kompas.com/read/2010/08/31/11220648/function.file-get-contents

Diakses: 2 Januari 2014

Setianto. Yearry Panji. 2009. Budaya Dan Fashion System.

http://yearrypanji.wordpress.com/2009/01/03/budaya-dan-fashion-system/ Diakses: 29 Maret 2014

Morton, J.L. 1995. Color Matters.

http://www.colormatters.com/color-and-design/basic-color-theory Diakses: 30 Maret 2014


(6)

Anonim, 2012. International Multicultural Center.

http://www.imccsub.com/tentang-jepang/kebudayaan-jepang.html?start=9 diakses 24 Feb 2014