Judul Skripsi : ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE LIYE - Test Repository

  

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AMELIA

KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

RISKY PERMATA SARI

115 13 001

  

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AMELIA

KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

Oleh:

RISKY PERMATA SARI

115 13 001

  

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL AMELIA

KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh

RISKY PERMATA SARI

115 13 001

  

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2017

  

MOTTO

سانلل مهعفنأ سانلا ريخ

  

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat

bagi manusia lain.

  

(HR. Bukhari dan Muslim)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmad dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan karya ini saya persembahkan kepada:

  • kasih sayang dan tetesan air mata serta doa yang tulus dan tiada henti untuk putrinya ini. telah memberikan dukungan moral maupun materil, serta memberikan motivasi agar segera menyelesaikan tugas ini

  Ayahanda Nur Salim dan ibunda Lies Marwiyana tercinta yang penuh

  • Kania Sari, Citra Nur Hidayah dan Nanik Widayati, terimakasih untuh motivasi dan kenangannya selama ini. Aku akan sangat merindukan semua hal bersama kalian.

  Teruntuk sahabat-sahabatku terkasih, Silvia Wijayanti Santoso, Sera

  • mengingatkan, dan saling support untuk lulus bareng tahun ini. Semangat!!!!

  Teruntuk sahabatku KKN Posko 74, terimakasih sudah selalu

  • bantuannya dan kerjasama nya selama ini, berbagi keceriaan dan melewati setiap suka duka selama kuliah.

  Teruntuk teman-teman PGMI A angkatan 2013, terimakasih untuk

  

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

  yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Gaya Bahasa Personifikasi dan Nilai Pendidikan dalam Novel Amelia Karya Tere Liye. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang mencintainya.

  Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd.selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga 3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI 4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sri Guno Najib Chaqoqo, M.Pd. selaku pembimbing akademik yang membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

  7. Ayahanda Nur Salim dan Ibunda Lies Marwiyana, dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  8. Teman-teman senasib seperjuangan 2013, khususnya jurusan PGMI.Selamat jalan, kini kita harus berpisah, meneruskan langkah masing-masing.

  9. Sahabat-sahabat yang sangat aku sayangi (Silvia, Sera, Citra, Nanik) terimakasih atas doa dan motivasinya selama ini, kenangan kita tidak akan pernah terlupakan.

  10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas bantuan dan motivasinya.

  Karena keterbatasan penulis, penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini masih banyak kekurangannya dan penulis berharap saran dan masukan dari para pembaca demi kebaikan penelitian ini.

  Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta dapat menjunjung pengembangan ilmu pengetahuan.

  Salatiga, 6 Oktober 2017 Penulis

  Risky Permata Sari

  ABSTRAK

  Sari, Risky Permata. 2017. Analisis Gaya Bahasa Personifikasi dan Nilai Pendidikan dalam

  Novel Amelia Karya Tere Liye . Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

  Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.

  Kata Kunci: gaya bahasa personifikasi & nilai pendidikan.

  Bicara tentang sastra bicara pula tentang gaya bahasa. Gaya bahasa atau yang kerap di sebut sebagai majas telah banyak sekali macamnya. Mengetahui gaya bahasa sangat penting sekali bagi pengetahuan siswa pada zaman sekarang, berguna untuk mendorong bakat dan potensi mereka dalam hal tulis menulis. Novel Amelia terdapat banyak sekali contoh-contoh gaya bahasa personifikasi dan banyak pula nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya yang dapat melahirkan pemahaman baru dan memberikan pembelajaran hidup serta memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

  Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan wujud gaya bahasa personifikasi yang digunakan Tere Liye dalam novelnya. (2) Mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung di dalam novel tersebut. (3) Mengetahui relevansi gaya bahasa personifikasi dan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Amelia dalam pendidikan anak madrasah ibtidaiyah.

  Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Gaya bahasa personifikasi yang digunakan Tere Liye lebih banyak untuk menyatakan suasana entah itu menunjukkan waktu, cuaca atau suasa yang sedang terjadi pada saat itu,. (2) Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Amelia adalah nilai pendidikan religi, nilai pendidikan moral dan nilai pendidikan budaya. (3) Relevansi gaya bahasa personifikasi nilai pendidikan yang terkandung dalam novel tersebut yaitu: (a) Untuk menghangatkan suasana, (b) Untuk menarik minat para pembaca, sehimgga novel tersebut asik untuk dibaca, (c) Untuk memperjelas suasana agar pembaca dapat membayangkan dan seperti melihat sendiri kejadian yang berlangsung, kemudian untuk relevansi nilai pendidikan yang terkandung dalam novel tersebut yaitu: (a) Nilai pendidikan religi: taat beribadah,

  menyegerakan shalat, melaksanakan khitan. (b) Nilai pendidikan moral: jujur, pemberani, merasa kasih sayang, membantu teman, peduli terhadap sesama. (c) Nilai pendidikan budaya: tradisi menunggu rumah yang ada di kampung Amelia, yaitu si penunggu rumah adalah anak bungsu dan menunggu rumah ini dalam artian mereka tidak boleh pergi untuk bekerja atau pun belajar keluar dari kampung tersebut.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i LEMBAR BERLOGO ..................................................................................... ii JUDUL ............................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... vi MOTTO ........................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix ABSTRAK ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 7 E. Metode Penelitian ............................................................................ 8 F. Penegasan Istilah ............................................................................. 9

  G.

  Sistematika Penulisan ...................................................................... 10

  BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Novel ................................................................................. 12 B. Biografi Penulis ............................................................................... 33 C. Karakteristik Novel Karya Tere Liye .............................................. 35 D. Karya-Karya Tere Liye .................................................................... 37 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A. Gaya Bahasa .................................................................................... 41 B. Nilai Pendidikan .............................................................................. 49 C. Relevansi Gaya Bahasa Personifikasi dan Nilai Pendidikan Dalam Novel

  ......................................................................................................... 60

  BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai Pendidikan dalam Novel Amelia ................................................ 67 B. Relevansi Nilai Pendidikan dalam Novel Amelia Bagi Pendidikan Anak Madrasah Ibtidaiyah ............................................................................. 80 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 90 B. Saran ..................................................................................................... 91 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 94

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Daftar Nilai SKK Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu sastra menunjukkan keistimewaan, barang kali juga keanehan

  yang mungkin tidak kita lihat pada banyak cabang ilmu pengetahuan lain: yaitu bahwa objek utama penelitiannya tidak tentu, malahan tidak karuan.

  Sampai sekarang belum ada seorang pun yang berhasil memberi jawaban yang jelas atas pertanyaan pertama yang paling hakiki, yang mau tak mau harus diajukan oleh ilmu sastra: apakah sastra?.(Teeuw,2015:19)

  Dalam bahasa-bahasa Barat gejala yang ingin kita perikan atau batasi disebut literature (Inggris), Literatur (Jerman), literature (Perancis), semua berasal dari bahasa Latin litteratura. Kata litteratura sebetulnya diciptakan sebagai terjemahan dari kata Yunani grammatika; litteratura dan gramatika masing-masing berdasarkan kata littera dan gramma yang berarti huruf (tulisan, letter). Menurut asalnya litteratura dipakai untuk tata bahasa dan puisi; seorang litteratus adalah orang yang tahu tata bahasa dan puisi; dalam bahasa Perancis masih dipakai kata lettre. Belanda geletterd: orang yang berperadaban dengan kemahiran khusus di bidang sastra, Inggris man of

  letters. Sebagai bahan perbandingan, kata sastra dalam bahasa Indonesia

  berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata hs-, dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi. Akhiran -tra biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka dari itu sastra dapat dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran; misalnya

  

silpasastra , buku arsitektur; kamasastra buku petunjuk mengenai seni cinta.

  Awalan su berarti baik, indah sehingga susastra dapat dibandingkan dengan

  

belles-lettres . Kata susastra tampaknya tidak terdapat dalam bahasa

  Sansekerta dan Jawa Kuno, jadi susastra adalah ciptaan Jawa dan atau Melayu yang kemudian timbul. (Teeuw, 2015:20)

  Berbicara tentang karya sastra, berbicara pula tentang pandangan masyarakat mengenai hasil karya sastra dari masa ke masa. Seperti halnya pada masa pra kemerdekaan, masyarakat Indonesia mulai mengenal karya sastra melayu. Dikarenankan kebanyakan penulis masih menulis dengan bahasa melayu. Mereka memilih sastra melayu rendah karena faktor kemudahan dalam membacanya. Kemudian sejarah berlanjut, mulai bermunculan karya sastra yang banyak diminati oleh masyarakat seperti wiro sableng atau lupus. Seiring kemajuan pemikiran dan perkembangan teknologi yang pesat, bermuculan penulis-penulis hebat asal Indonesia. Sikap masyarakat mengenai hasil karya sastra pun meningkat, alhasil setiap ada karya sastra terbit, mereka segera berbondong-bondong pergi ke toko buku untuk membelinya. Meski sudah banyak masyarakat yang gemar membaca dan menghargai karya sastra di Indonesia ini, tidak bisa dipungkiri pula kalau masih banyak masyarakat kita yang tidak suka membaca.

  Sastra yang diterapkan pada jenjang SD/MI biasanya mengenai cerita pendek, puisi, ataupun pantun. Dalam pembelajaran sastra pada siswa SD/MI, mereka diminta menyebutkan siapa tokoh yang ada di dalam cerita, kemudian watak dari masing-masing tokoh. Biasanya berkisan diantara unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya. Pembelajaran yang diterapkan disekolah sebenarnya agar siswa-siswi dapat dengan mudah memahami isi dari sebuah cerita dan dapat menyimpulkan serta dapat mengambil pelajaran dari cerita tersebut, tak lupa juga agar menarik minat siswa untuk gemar membaca.

  Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititik beratkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.(Keraf,1994:112)

  Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). (Keraf,1994:113)

  Gaya bahasa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. (Keraf,1994:140)

  Nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik kearah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan. Nilai-nilai pendidikan juga dapat membentuk karakter seseorang atau sebagai motivasi bagi pembaca agar lebih baik lagi.

  Novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel dan cerpen mempunyai kesamaan, yakni merupakan fiksi. Beda novel dan cerpen adalah tokoh di dalam novel lebih banyak dan permasalahan di dalam novel lebih kompleks daripada cerpen. Unsur-unsur yang terkandung dalam novel antara lain ada dua hal yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.

  Pada novel Amelia karya Tere Liye ini, menceritakan tentang gadis kecil, anak bungsu dari keluarga Syahdan dan Nurmala. Amelia merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara. Kakak-kakaknya adalah Eliana, Pukat, dan Burlian. Di dalam novel ini juga menceritakan bagaimana cara keluarga ini mendidik anak-anak mereka menjadi anak-anak yang mandiri. Seperti halnya Amelia, biasanya anak bungsu merupakan anak yang paling manja, namun sebaliknya. Di sini diceritakan bahwa pekerjaan rumah dibagi rata sesuai umur dari masing-masing anak. Misal Amelia yang masih duduk di bangku kelas 3 mendapat tugas harian yaitu menyapu dan mengepel lantai rumah, tak lupa mencuci sepatu kotornya itu merupakan suatu kewajiban masing-masing anak.

  Pengarang novel ini adalah Tere Liye, lahir 21 Mei 1979 di Sumatera. Tere Liye menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 2 Kikim Timur, kemudian juga melanjutkan SMP di SMPN 2 Kikim Timur, Sumatra Selatan.

  Kemudian melanjutkan ke SMU N 9 di Bandar Lampung. Setelah selesai kemudian ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Indonesia dengan mengambil Fakultas Ekonomi. Tere Liye merupakan salah satu penulis di Indonesia yang karya-karya nya laku di pasaran dan menjadi best seller.

  Berikut merupakan hasil karya Tere Liye, yaitu: Daun Yang Jatuh Tak Pernah

  

Membenci Angin, Serial Anak-Anak Emak(Eliana, Pukat, Burlian, Amelia),

Hafalan Shalat Delisa , Moga Bunda Disayang Allah, The Gogons Series

(James & Incridible Incodents, Bidadari-Bidadari Surga , Sang Penandai,

Rembulan Tenggelam di Wajahmu , Mimpi-Mimpi Si Patah Hati, Cintaku

Antara Jakarta dan Kuala Lumpur, Senja Bersama Rosie dan masih banyak

lagi.

  Gaya bahasa yang dimiliki seorang penulis memiliki suatu kekhasan yang mungkin saja tidak bisa ditiru dengan penulis-penulis yang lain, dan bahkan gaya bahasa yang terdapat dalam suatu novel memiliki keunikan tersendiri yang dapat menarik minat baca para pecinta novel. Nilai pendidikan dalam suatu novel sangatlah penting karena dapat pula membantu memperbaiki karakter seseorang sehingga dapat menjadi lebih baik lagi.

  Novel Amelia ini pantas diteliti, karena novel ini merupakan salah satu novel best seller yang ditulis oleh Tere Liye dan sudah tujuh kali melewati proses cetak ulang. Novel ini dalam segi kebahasaan memiliki gaya bahasa yang unik dan pemilihan kalimat oleh si penulis mudah dipahami karena menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana. Kemudian, penulis juga berkeinginan untuk meneliti gaya bahasa yang seperti apa yang sering muncul dalam novel Amelia karya Tere Liye ini. Tidak hanya itu, di dalam novel ini juga terdapat banyak sekali nilai pendidikan yang dapat diambil. Sehingga dapat memberikan pembelajaran dan dampak positif bagi pembaca. Dan berikut sedikit komentar dari para tokoh: “Serial ini sempurna untuk memahami dunia anak- anak.”-Ulil Absar, “Sebuah kisah yang mengharukan, sekaligus penuh besitan hikmah. Layak dikoleksi sebagai bacaan keluarga.”- Ahmadun Yosi Herfanda, Ketua Komunitas Sastra Indonesia.

  Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti novel tersebut dengan judul “Analisis Gaya Bahasa Personifikasi dan Nilai Pendidikan dalam Novel Amelia

  Karya Tere Liye” B.

   Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini membahas permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah wujud gaya bahasa personifikasi yang digunakan pengarang dalam novel Amelia karya Tere Liye?

2. Nilai Pendidikan apa yang terkandung dalam novel Amelia karya Tere

  Liye? 3. Bagaimana relevansi gaya bahasa personifikasi dan nilai pendidikan yang terkandung pada novel Amelia Karya Tere Liye?

C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

  1. Mendeskripsikan wujud gaya bahasa personifikasi yang ditampilkan Tere Liye dalam novel Amelia.

  2. Mendeskripsikan nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Amelia karya Tere Liye.

  3. Mengetahui relevansi gaya bahasa personifikasi dan nilai pendidikan yang terkandung pada novel Amelia Karya Tere Liye.

D. Kegunaan Penelitian

  Nilai dari suatu penelitian ditentukan oleh besar kegunaan yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Adapun kegunaan yang diharapkan penulis dan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis a.

  Dari hasil penelitian ini diharapkan pembaca dapat mengetahui dimana letak gaya bahasa personifikasi yang digunakan Tere Liye dalam novel.

  b.

  Dari hasil penelitian ini pula diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam novel Amelia ini, sehingga dapat menjadi suatu motivasi agar dapat mencontoh karakter Amelia dalam novel tersebut.

  c.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih terhadap karya sastra, terutama karya sastra yang banyak mengandung gaya bahasa personifikasi dan nilai pendidikan.

2. Manfaat Praktis

  Dari hasil penelitian ini diharapkan pembaca dapat mengetahui secara mendalam isi dari novel Amelia karya Tere Liye dan mengambil nilai pendidikan yang terkandung didalamnya.

E. Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Kegiatan penelitian deksriptif melibatkan mengumpulan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan status atau kondisi objek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasi apa yang ada. Pada penelitian deskriptif, apabila masalah penelitian telah didefinisikan, kajian pustaka dan hipotesis telah dibuat, selanjutnya peneliti harus hati-hati dalam memikirkan pemilihan sampel dan pengumpulan data (Sumanto,2014:179)

  Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Teknik membaca dilakukan dengan membaca novel Amelia secara cermat dan mendalam kemudian mencatat data untuk penelitian yang diperlukan dalam novel tersebut. Teknik ini digunakan untuk mencari gaya bahasa personifikasi dan nilai pendidikan yang ada pada Novel Amelia.

F. Penegasan Istilah 1.

  Gaya Bahasa Personifikasi Gaya bahasa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.(Keraf, 1994:140) 2. Nilai Pendidikan

  Nilai merupakan kadar relasi positif antara suatu hal terhadap seseorang. Nilai adalah sesuatu atau hal-hal yang berguna bagi kemanusiaan. Nilai berkitan erat dengan kebaikan yang ada pada sesuatu hal. Namun, kebaikan itu berbeda denngan sesuatu yang baik belum tentu bernilai. (Wicaksono, 2015:254)

  Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yang dilakukan secara terus menerus dan dimulai sejak anak dilahirkan sampai Ia meninggal dunia

  ‗long life education‘. (Wicaksono

  Andri,2014:259) 3. Novel

  Novel adalah suatu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi dalam ukuran yang panjang (setidaknya 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen) dan luas yang dalamnya menceritakan konflik-konflik kehidupan manusia yang dapat mengubah nasib tokohnya. Novel mengungkapkan konflik kehidupan para tokohnya secara lebih mendalam dan halus. Selain tokoh-tokoh, serangkaian peristiwa dan latar ditampilkan secara tersusun hingga bentuknya lebih panjang dibandingkan dengan prosa yang lain.(Wicaksono, 2015:77)

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika skripsi penelitian naskah dalam lima bab dibagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan isi penelitian. Adapun sistematika penulisan analisis novel Amelia ini adalah sebagai berikut:

  BAB I: PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti yaitu suatu perkara mengenai Gaya Bahasa Personifikasi dan Nilai Pendidikan pada novel Amelia. Dalam bab ini juga diuraikan tentang rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah serta sistematika penulisan.

  BAB II: BIOGRAFI NASKAH Dalam bab ini diuraikan tentang biografi naskah dengan memperkuat kajian teori yang berasal dari pada ahli maupun buku yang dijadikan sebagai sumber kutipan.

  BAB III: DESKRIPSI PEMIKIRAN Dalam bab ini diuraikan secara lebih umum tentang rumusan masalah yang sudah ada dengan menjabarkan hal-hal yang akan dibahas lebih lanjut dalam bab pembahasan.

  BAB IV: PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan tentang pembahasan pada tujuan penelitian yang dibuktikan dengan dari kutipan yang diambil dalam novel Amelia yaitu sebagai berikut: mendekripsikan nilai gaya bahasa dan nilai pendidikan yang terkandung dalam Novel Amelia karya Tere Liye, mendeskripsikan karakteristik tokoh utama dalam Novel Amelia karya Tere Liye, mendekripsikan gaya bahasa yang terkandung di dalamnya dan relevansi nilai pendidikan dalam Novel Amelia karya Tere Liye dengan kehidupan sehari- hari.

  BAB V: PENUTUP Menyajikan kesimpulan, saran dan keterbatasan penelitian yang diharapkan menjadi masukan yang berguna bagi pihak yang terkait.

BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Novel 1. Profil Novel Judul : Amelia (Serial Anak-Anak Mamak) Penulis : Tere Liye Desain dan Ilustrasi Sampul : Mano Wolfie Penerbit : Republika, Jakarta Tahun Terbit : 2013 Ukuran : 392 hlm; 20cm ISBN : 978-602-8997-73-7 2. Sinopsis Sinopsis adalah hasil dari kegiatan merangkum atau disebut juga

  ringkasan. Ringkasan diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu uraian menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara proposional antara bagian yang di ringkas dengan ringkasannya. (Handayani, 2012:3)

  Pada Bab I menceritakan tentang kakak Amelia yang suka mengatur. Namanya Eliana. Pagi itu adalah hari libur, dan Mamak harus menyiapkan bekal makanan untuk penyebar benih di Ladang Mang Dullah. Tetapi Amelia tidah diperbolehkan ikut karena ladangv Mang Dullah sangat jauh. Hari itu Amelia mendapat tugas menyapu, mengepel, mencuci sepatu dan merapikan semua kamar. Namun hingga siang hari, Amel masih saja duduk di teras dan asyik membaca buku. Itu sebabnya Eliana marah dan meminta Amelia untuk segera menyelesaikan pekerjaan rumahnya, Eliana selalu mengecek semua pekerjaan Amelia hingga benar-benar beres. Itulah yang membuat Amelia kesal dan menurutnya Eliana kakanya adalah si tukang ngatur-ngatur.

  Pada Bab II menceritakan tentang Amelia yang tidak mau jadi anak bungsu. Itu berawal dari Amelia yang selalu disuruh-suruh Eliana mengerjakan pekerjaan rumahnya. Sampai Eliana menyita semua buku bacaan Amelia agar ia bergegas menyelesaikan tugasnya. Hingga malam harinya Amelia duduk di teras ditemani oleh bapak. Pada saat itulah Amelia menceritakan kepada Bapak bahwa ia benci menjadi anak bungsu, ia tidak suka karena anak bungsu selalu di suruh-suruh. Sampai seragam sekolah pun ia hanya memperolehnya dari lungsuran Eliana. Amelia mendadak menyadari bahwa kalimat tersebut bisa menyinggung dan menyakiti hati bapak, kemudia ia langsung meminta maaf kepada bapak.

  Pada Bab III menceritakan tentang sekolah yang tiba-tiba diliburkan. Keesokan harinya, sekolah tiba-tiba diliburkan karena Pak bin, guru di sekolah tersebut sedang rapat di kota kabupaten, hingga sekolah terpaksa diliburkan. Kemudian Maya, teman sekelas Amelia mengajak Amelia untuk ikut dengannya memanen jamur di ladangnya. Amelia langsung ikut tanpa memberitahu kakaknya.

  Pada Bab IV menceitakan tentang Amelia pulang dari ladng Maya pada saat hari menjelang siang, Eliana yang menemukan Amelia baru saja pulang, langsung saja memarahi Amelia karena tidak meminta izin terlebih dahulu. Kemudian memuncaklah kekesalan Amelia hingga pada saat ia mandi, ia mencuci sepatu sekolahnya dengan sikat gigi Eliana.

  Pada Bab V menceritakan tentang perasaan bersalah Amelia. Ternyata tindakan tercela Amelia ketahuan pada saat semua anggota keluarga akan segera tidur dan Eliana pergi ke kamar mandi untuk sikat gigi dan menemukan sikatnya yang rusak. Kemudian Amelia duduk di teras rumah bersama bapak. Amelia menceritakan bahwa ia terpaksa melakukan itu semua karena ia sangat kesal dan karena ia selalu disuruh-suruh oleh Eliana. Malam itu juga bapak menceritakan bahwa Eliana seperti itu karena sayang kepada Amelia.

  Pada Bab VI menceritakan tentang hukuman bapak. Keesokan harinya, hukuman yang diterima Amelia adalah ia menggantikan Eliana dan ia mengerjakan semua pekerjaan rumah yang selama ini menjadi tanggung jawab Eliana.

  Pada Bab VII menceritakan tentan Amelia yang ingi di panggil Eli, seperti kakanya. Berawal setelah Amelia selesai mengerjakan tugasnya, ia disuruh mamak untuk mengambil kayu bakar di hutan bersama Eliana. perjalanan pulang, kaki Amelia malah terkilir dan ia tidak bisa berjalan, maka Eliana lah yang menggendong Amelia sampai rumah dengan sisa- sisa tenaganya. Baru saat itu juga Amelia menyadari bahwa selama ini Eliana sangat menyayanginya, dan ia ingin di panggil Eli karena ia ingin seperti kakaknya.

  Pada Bab VII menceritakan tentang kejadian di sekolahnya. Pada saat itu Pak Bin menyuruh Amelia untuk mendiktekan buku ipa, namun ditengah-tengan pembelajaran berlangsung, ada teman Amelia yang bernama Chuck Norris yang izin ke kamar mandi, sengaja pelajaran mencatatnya dihentikan untuk menunggu Chuck Norris. namun yang ditunggu ternyata tidak kunjung datang, padahal sudah setengah jam lamanya.

  Pada bab IX menceritakan Amelia yang diminta oleh Pak Bin untuk membantu Norris, menemani Norris mengerjakan PR dan cukup bersikap baik padanya agar Norris merasa ia masih memiliki teman.

  Pada Bab X menceritakan tentang percakapan sore hari di rumah Wak Yati.Saat itu Amelia ditanya oleh Wak Yati, kalau sudah besar Amelia mau jadi apa. Tetapi ia masih bingung karena disana ada tradisi bahwa anak bungsu mendapat julukan penunggu rumah yang artinya tidak diperbolehkan pergi dari kampong tersebut.

  Pada Bab XI menceritakan tentang kejadian di sekolah sata pelajaran Bahasa Indonesia. Pak Bin mengajari Amelia dan teman-temannya belajar mengarang. Di depan kelas dopasang gambar pemandangan pasar, kemudian anak-anak disuruh mengarang tentang gambar tersebut, kemudian setelah selesai salah satu karangannya akan dibacakan oleh Pak Bin di depan kelas.

  Pada Bab XII menceritakan tentang Amelia yang pergi ke rumah Chuck Norris untuk belajar bersama mengerjakan PR mengarang. Namun ketikan Amelia akan bergegas pulang, ia melihat foto keluaga Norris dan Amelia bertanya apakah foto itu adalah foto ibu Norris. tetapi ternyata hal itu memnbuat Norris marah dan menyuruh Amel segera pergi dari rumahnya

  Pada Bab XIII menceritakan tentang masa lalu Norris. ternyata selama ini ibu Norris pergi dari rumah dan Norris hanya tinggal bersama bapak dan kakak-kakaknya. Ternyata ibu Norris pergi bukan karena tidak ingin mengurus Norris melainkan ia sedang sakit dan sedang dirawat di rumah sakit Kota Provinsi.

  Pada Bab XIV menceritakan tentang Pasar Kalangan. Pasar Kalangan adalah pasar mingguan di kota kecamatan. Amelia dan keluarganya pagi- pagi sekali sudah berangkat ke Pasar Kalangan dengan membawa keranjang rotan yang akan dijual nantinya di Pasar Kalangan. Sesampainya disana Amel membeli buku tentang lukisan yang ternyata juga pilihan Norris. tetapi Amelia bersikeras bahwa ia yang berhak memiliki buku itu karena ia yang membayarnya terlebih dahulu. Namun diperjalanan pulang, Amelia dirundungi perasaan bersalah karena sudah bersikap egois terhadap Chuck Norris. sesampainya diruah, ia segera pergi ke rumah Norris untuk memberikan buku yang telah dibelinya tersebut.

  Pada Bab XV menceritakan tentang ujian lisan peta dunia di sekolahnya. Amelia berhasil menjawab semua pertanyaan Pak Bin dengan tepat. Namun setelah pembelajaran selesai, Amelia bertugas piket bersama Norris. Siang itu mendung dan Amelia meminta tolong kepada Norris untuk mengembalikan gulungan peta dunia itu ke ruang guru. Tetapi ternyata Norris hanya meninggalkannya di depan kelas dan gulungan peta itu hancur terkena air hujan. Amelia sangat marah dan ia bergegas pergi ke rumah noris untuk bertanya mengapa ia tega sekali meninggalkan gulungan peta itu di depan kelas hingga sekarang gulungan itu menjadi rusak.

  Pada Bab XVI menceritakan tentang Norris yang tidak berangkat sekolah setelah kejadian itu terjadi. Di kelas saat itu Pak Bin sedang membacakan PR membuat puisi. Dan kali itu puisi yang dibacakan adalah milik Amelia. Kejutan besar pada hari itu adalah Norris kembali, ia diantar bapaknya pergi ke sekolah dengan membawa gulungan kertas besar sekali, yang ternyata itu adalah peta dunia. Norris yang membuatnya, bakat yang Norris miliki selama ini adalah menggambar. Peta itu sangat terlihat nyata.

  Pada Bab XVII menceritakan tentang memanen kopi di lading milik keluarga Amel. Amel baru mengetahui bahwa ternyata kopi akan berbuah banyak jika bibit yang ditanam adalah bibit yang bagus dan dengan cara perawatan yang baik. Namun di kampungnya, para pemilik lading kopi masih saja menggunakan cara bertani yang mereka dapat dari nenek moyang, alhasil kopi yang dihasilkannya pun kurang baik dan kurang maksimal.

  Pada Bab XVIII menceritakan tentang rencana bapak setelah mendapat hasil dari lading kopi. Yaitu Amelia akan mendapatkan sepatu baru, seragam dan tas baru, Eli tidak jadi menumpang di rumah koh aceng melainkan ia akan disewakan kamar yang dekat dengan sekolahnya di kota kelak. Kemudian Burlian dan Pukat akan disunat.

  Pada Bab XIX menceritakan tentang sekolah Amelia yang kedatangan tamu dari kota yang sedang melaksanakan survey yang beralasan agar strategi dan prestasi di sekolah dapat meningkat. Namun nyatanya mereka mengganggu jam pelajaran siswa selama 1 jam.

  Pada Bab XX menceritakan tentang kekuatan doa. Nek kiba yang menceritakannya kepada Amelia, Eliana, Pukat dan Burlian.

  Pada Bab XXI menceritakan tentang hari dimana Pukat dan Burlian akan disunar, namun mereka malah melarikan diri dan mengacaukan acaranya. Beruntung mereka dapat tertangkap, hingga akhirnya mereka pun di sunat.

  Pada Bab XXII menceritakan tentang Kak Eli yang melanjutkan sekolahnya ke Kota Kabupaten. Semua keluarga mengantar Eliana ke stasiun kampung.

  Pada Bab XXIII menceritakan tentang pelajaran mencangkok di sekolahan Amelia.

  Pada Bab XXIV menceritakan tentang Wawak Amelia yang bernama Wak Yati. Amelia siang itu diminta oleh Mamak untuk mengantarkan rebung kerumah Wak Yati. Kemudian Amelia membantu Wak Yati merapikan buku-buku Wak Yati hingga cerita tentang perjalanan Wak Yati di tanah malaka itu diceritakan kepada Amelia.

  Pada Bab XXV menceritakan kasih sayang mamak. Mamak memang tidak menangis pada saat kepergian Eliana untuk melanjutkan sekolah di Kota Kabupaten, tetapi itu tidak berarti mamak tidak sedih. Mamak memang tidak menangis pada saat itu agar Eliana dapat pergi dengan riang dan tidak merasa terbebani.

  Pada Bab XXVI menceritakan tentang petualangan Amelia bersama Maya dan Paman Unus ke hutan paling dalam di kampungnya dan mereka disana melihat pohon yang sangat besar. Bisa disebut dengan Pohon raksasa. Disana Amelia juga diperlihatkan bahwa ada pohon kopi yang berbuah sangat lebat.

  Pada Bab XXVII menceritakan tentang pertemuan tetua kampung yang berlangsung di rumah Amelia. Pada saat itu Amelia memberanikan diri untuk mengemukakan pendapatnya bahwa sebaiknya lading kopi yang ada di kampungnya itu diganti dengan bibit kopi yang lebih baik agar hasilnya pun lebih banyak.

  Pada Bab XXVIII menceritakan tentang rencana-rencana besar Amelia tentang mengganti bibit kopi di kampungnya dengan bibit kopi yang lebih baik. Tempat penyemaian biji kopi tersebut berada di belakang sekolah Amelia.

  Pada Bab XXIX menceritakan tentang kultur jaringan yang dijelaskan oleh Paman Unus. Penggunaan kultur jaringan bertujuan agar hasil kopi yang dihasilkan sama baiknya dengan induknya.

  Pada Bab XXX menceritakan tentang gunjingan para warga tentang Amelia yang menyemai bibit kopi bersama teman-temannya. Ada juga mereka yang salah paham, mereka mengira hal itu hanya akan menguntungkan keluarga Amelia, padahal sebenarnya tidak.

  Pada Bab XXXI menceritakan tentang Amelia, Maya, Tambusai dan Norris yang berkeliling kampung untuk memberikan penjelasan kepada warga mengenai penggantian bibit kopi tersebut agar warga tidak salah paham lagi.

  Pada Bab XXXII menceritakan tentang cita-cita Amelia dan teman- temannya. Ketika mereka berada di rumah Wak Yati, Tambusai lah yang pertama ditanya, ia ingin menjadi apa, Tambusai ingin menjadi pedagang, Norris ingin menjadi pelukis besar, Maya ingin menjadi petualang, namun sayangnya Amelia belum memiliki cita-cita.

  Pada Bab XXXIII menceritakan tentang pertemuan besar tetua kampung yang dihadiri semua warga. Disana Amelia diminta menjelasakan tentang penggantian bibit kopi di kampungnya tersebut.

  Sebenarnya kisah Amel selesai pada pertemuan besar tersebut, namun Tere Liye menjelaskan kelanjutannya pada epilog. Ternyata rencana penggantian bibit kopi tersebut gagal total karena beberapa hari setelah rapat pertemuan besar itu terjadi bencana banjir bandang yang menghanyutkan 2000 bibit kopi tersebut. Amelia juga melanjutkan sekolah dan mendapatkan dua gelar doktor sekaligius, yang pertama dalam bidang pedagogik dan yang kedua dari bidang pertanian kultur jaringan.

3. Unsur Intrinsik Novel

  Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam.

  Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja misalnya, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan nilai dalam cerita.

  Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Amelia adalah sebagai berikut: a.

  Tema Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema cerita menyangkut segala persoalan, yaitu persoalan kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan. Bisa saja tema “dititipkan” dalam unsur penokohan, alur, atau latar.

  Tema dalam novel ini adalah tentang sebuah keluarga sederhana yang memiliki 4 anak spesial, dan anak terahir dari keluarga tersebut adalah Amelia, anak kelas 3 SD (Sekolah Dasar) yang memiliki pemahaman dan keteguhan hati lebih kuat dari ketiga kakanya dan anak seumuran lainnya.

  Novel ini juga mengajarkan tentang keberanian mengemukaan pendapat seorang anak seusia Amelia. (Kosasih, 2008:55) b.

  Penokohan Penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. (Kosasih, 2008:61) Berikut tokoh-tokoh dalam novel Amelia:

  1) Amelia

  Tokoh Amelia merupakan tokoh utama dalam novel ini, dia merupakan anak yang kuat dalam hal keteguhan hatinya dan pemahamannya.

  ―Kau anak paling kuat di keluarga ini, Amel. Benar sekali. Bukan kuat secara fisik, tapi kuat dari dalam.kau adalah anak yang paling teguh hatinya, paling kokoh dengan pemahaman baik. Lihatlah, bahkan pembicaraan seperti ini tidak akan kita peroleh dari Kak Eli, Kak Pukat, apalagi Kak Burlian. Tapi kau, dengan usia yang jauh lebih muda, bisa menunjukkan kemampuan memahami dengan baik. Tidak usah dipikirkan, Bapak maafkan soal baju lungsuran itu.‖ (Liye, 2013:26)

  Amelia juga merupakan anak yang baik hati, ia tetap sabar meski ada temannya yang sudah membuatnya jengkel.

  ―Apa kubilang, Amel.‖ Maya menepuk lenganku. ―seharusnya kau tidak meminjamkan apa pun ke biang rebut itu. Dijamin tidak akan kembali.‖ Aku menghembuskan napas, tidak mendengarkan kalimat Maya.

  Buku tulis itu penting sekali. Semua catatanku ada di sana. Tapi sudahlah, Norris telah menghilangkannya. Aku akan meminjam buku tulis Maya atau Lamsari, dan menyalinnya, masih banyak solusi atas masalah ini. (Liye, 2013:67)

  2) Eliana

  Eliana adalah kakak pertama Amelia, dia adalah anak yang pemberani.

  ―Kau juga terlalu kecil untuk tahu, saat usia kau masih dua tahun, Kak Eli-lah yang menjaga kau di rumah saat Mamak dan Bapak ke lading. Tidak pernah lalai, tidak pernah meninggalkan. Hari itu seekor anjing liar masuk ke halaman rumah, menaiki anak tangga. Kakak kau sendirian. Dia ketakutan setengah mati. Tapi dia tidak pergi. Dia memeluk adiknya yang menangis. Sendirian Kak Eli berusaha mengusir anjing itu. Menyuruh adiknya tengkurap lantas Kak Eli memeluknya dari atas,melindungi sepenuh hati. Jika tidak ada Pak Bin yang

kebetulan lewat, entahlah apa yang terjadi.‖(Liye. 2013:58)

  3) Pukat

  Pukat adalah Kakak ke 2 Amelia, dia merupakan anak yang jenius dan unik karena kadang ia sampai dimarahin mamak karena rasa penasarannya.

  Hanya si jenius, Kak Pukat, yang membuat sendiri perahu otok- otok-nya dengan mengambil kaleng sarden, kaleng kopi, kaleng apa saja milik Mamak-yang kadang jadi masalah. Menurut Kak Pukat, membuat perahu sebesar genggaman tangan itu mudah. Hanya butuh bagian tempat meletakkan kapas dilumuri minyak, kemudian dinyalakan. Api akan memanaskan bagian pipa yang berfungsi seperti knalpot, kemudian uap menyembur dari ujung knalpot tersebut, membuat perahu bergerak di atas permukaan air dengan mengeluarkan suara ―otok-otok-otok-otok‖.(Liye,

  2013:12) 4)

  Burlian Burlian adalah kakak ke 3 Amelia, Ia merupakan anak yang spesial yang akan melihat dunia luas, pergi ke banyak tempat.

  ―Juga Burlian, anak itu spesial sekali. Kakak kau yang satu ini akan melihat dunia luas, pergi ke banyak tempat,mungkin akan menjadi pujangga besar.‖(Liye, 2013:104)

  5) Maya

  Maya adalah teman baik Amelia, dia juga teman sebangku Amelia.

  ―Pagi, Maya.‖ Aku masuk ke dalam kelas, berseru senang. Ternyata ada teman sekelasku yang telah datang, malah teman satu meja, Maya. (Liye, 2013:29)

  6) Norris