PEMERIKSAAN KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III STIKES ICME JOMBANG - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

  

PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP

KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA

DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III

STIKES ICME JOMBANG

(Studi di STIKES ICME Jombang)

KARYA TULIS ILMIAH

  

INTAN NOFILA PUTRI

14.131.0018

PROGRAM DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

  

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

  

PENGARUH KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP

KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA

DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III

STIKES ICME JOMBANG

KARYA TULIS ILMIAH

  Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan

  

INTAN NOFILA PUTRI

14.131.0018

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

  

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

  ABSTRAK PEMERIKSAAN KUALITAS TIDUR YANG KURANG TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA MAHASISWA DIII ANALIS KESEHATAN KELAS B SEMESTER III STIKES ICME JOMBANG Intan Nofila Putri*, Zainul Arifin**, Umaysaroh** Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel

tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism),

memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan

metabolisme dan biokimiawi tubuh. Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa

gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler. Akibat

berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait

dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin.

  Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap

kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III

STIKes ICMe Jombang. Metode pemeriksaan glukosa darah puasa yang digunakan

adalah GOD-PAP. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 9 orang mahasiswa yang telah

memasuki kriteria tidur yang kurang 7-8 jam. Desain penelitian ini adalah analitik dengan

teknik sampling purposive sampling. Setelah data hasil pemeriksaan glukosa darah

puasa terkumpul dilakukan uji statistik uji ANOVA dengan bantuan program SPSS For

Windows 19.

  Hasil penelitian ini didapatkan uji normalitas p>α dinyatakan normal, uji homogenitas

p>α dinyatakan homogen dan uji ANOVA diperoleh nilai (p=0,003). Hasil ini berarti

terdapat pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.

  Kata Kunci : Glukosa darah puasa, Insulin, Kualitas tidur yang kurang

  

ABSTRACT

CHECKING OF LESS SLEEPING QUALITY TO LEVEL OF FASTING BLOOD

GLUCOSE TO STUDENTS OF DIII HEALTH ANALYST IN CLASS B

SEMESTER III OF STIKES ICME JOMBANG Intan Nofila Putri*, Zainul Arifin**, Umaysaroh**

  Sleeping is a process needed by human to forming new body cells, improvement of

broken body cells (natural healing mechanism), giving time for body organ to take a rest

as well to keep balancing of metabolism and body biochemistry. Less sleeping can cause

some disturbances to immune response, endocrine metabolism and cardiovascular

function. Less sleeping can influence the function of endocrine system especially related

to disturbance of glucose tolerance, insulin resistance and decreasing of insulin

response.

  This research had a purpose to know effect of less sleeping to level of fasting blood

glucose to students of DIII health analyst in class B semester III of STIKesICMeJombang.

Checking method of fasting blood glucose used was GOD-PAP. Number of samples

taken were 9 students that fulfilled criteria of less sleeping for 7-8 hours. Research design

was analytic with sampling technique was purposive sampling. After result data of

checking of fasting blood glucose collected, then statistic test of ANOVA test was done

with SPSS program for Windows 19.

  This research result was known that normality test p>α was declared normal, homogeneity test p>α was declared homogeny and ANOVA test was obtained value

(p=0,003). This result meant that there was effect of less sleeping quality to level of

fasting blood glucose.

  Keywords : Fasting blood glucose, Insulin, Less sleeping quality

RIWAYAT HIDUP

  Penulis dilahirkan di Pamekasan, 03 November 1996 dari pasangan bapak Muhammad Hafiluddin dan ibu Latifah. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

  Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Tamberu 1, tahun 2011 penulis lulus dari SMPN 1 Waru, dan tahun 2014 penulis lulus dari SMK Kesehatan Bina Husada Pamekasan. Pada tahun 2014 penulis lulus seleksi masuk STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur mandiri. Penulis memilih Program Studi DIII Analis Kesehatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang.

  Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

  Jombang, July 2017 Yang menyatakan Intan Nofila Putri

  14.131.0018

  

MOTTO

“Seekor burung cenderawasih

Akan selalu terlihat keindahannya dari jauh

  

Tanpa menunjukkan suara

KATA PENGANTAR

  Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya, atas segala karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

  “Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa

Darah Puasa Pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Kelas B Semester III

STIKes ICMe Jombang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Alhi

  Madya Analis Kesehatan STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

  Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. H. M. Zainul Arifin, Drs., M.Kes., Ibu Umaysaroh, S. ST.,Ibu Erni Setiyorini, S.KM., MM., Ibu Sri Lestari, S.KM., dosen-dosen Analis Kesehatan STIKes ICMe Jombang, ayah dan ibu, serta semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

  Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Karya Tulis Ilmiah yang penulis susun ini masih memerlukan penyempurnaan. Krtitik dan saran sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan karya ini.

  Demikian, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

  Jombang, July 2017 Penulis

  Intan Nofila Putri

  DAFTAR ISI

  22 4.2 Desain Penelitian ............................................................

  39 6.2 Saran ...................................................................................

  35 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ..........................................................................

  32 5.3 Pembahasan .......................................................................

  32 5.2 Data Hasil Penelitian............................................................

  29 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................................

  26 4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data .....................

  25 4.6 Peralatan, Bahan dan Prosedur ......................................

  24 4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ..................

  23 4.4 Populasi, Sampling dan Sampel ......................................

  22 4.3 Kerangka Kerja ...............................................................

  21 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian .........................................

  Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................. i HALAMAN JUDUL DALAM ................................................................. ii ABSTRAK ............................................................................................ iii LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH ............................. v LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. vii RIWAYAT HIDUP ............................................................................... viii MOTTO ............................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii DAFTAR SINGKATAN......................................................................... . xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv

  21 3.3 Hipotesis ...............................................................................

  20 3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual .........................................

  18 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual............................................................

  2.3 Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah.. ...................................................................

  14

  6 2.2 Kadar Glukosa Darah ...........................................................

  5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Tidur ........................................................................

  5 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................

  4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................

  BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................

  39 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 4.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ..........................

  25 Tabel 5.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah .......................

  32 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden .......

  33 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin .............

  33 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lamanya Waktu Tidur

  33 Tabel 5.5 Kadar Glukosa Darah Puasa ...........................................

  34 Tabel 5.6 Hasil Uji Statistik Normalitas dan Homogenitas ...............

  34 Tabel 5.7 Hasil Uji Statistik ANOVA ................................................

  35 Tabel 5.8 Hasil Uji Tukey ................................................................

  35

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Kualitas Tidur yangKurang Terhadap Kadar Glukosa Darah ...................................

  20 Gambar 4.3 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh Kualitas Tidur yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa Darah ...................................

  23

DAFTAR SINGKATAN

  ACTH : Adreno Corticotropin Hormon ECG : Electrocardiograph EEG : Electroencephalogram EMG : Electromiogram GH : Growth Hormon HPA : Hypotalamus Pituitary Adrenal HPS : Hypotalamus Pituitary Somatotropich NREM : Non Rapid Eye Movement REM : Rapid Eye Movement

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Surat Izin Penelitian di STIKes ICMe Jombang Lampiran 2 Informed Consent (Lembar Persetujuan) Lampiran 3 Lembar Kuesioner Lampiran 4 Dokumentasi Lampiran 5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 Surat Penelitian Lampiran 7 Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah Lampiran 8 Surat Pemberitahuan Seminar Proposal Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing 1 Lampiran 11 Lembar Konsultasi Pembimbing 2 Lampiran 12 Pernyataan Bebas Plagiasi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, rata-rata hampir satu perempat hingga satu pertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh. Disamping itu tidur bagi manusia dapat mengendalikan irama kehidupan sehari-hari. Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk memungkinkan sistem syaraf pulih setelah digunakan selama satu hari. Dalam The

  World Book Encyclopedia, dikatakan tidur memulihkan energi kepada tubuh, khususnya kepada otak dan sistem syaraf (Purwanto, 2008).

  Tidur yang baik adalah tidur selama 7-8 jam setiap hari. Tidur sebaiknya dilakukan pada malam hari setelah melakukan aktivitas seharian (Suharjana, 2012).

  Beberapa penelitian yang ditulis di beberapa situs menyebutkan bahwa orang Indonesia tidur rata-rata pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 keesokan harinya. Kemudian penelitian terhadap kelompok anak-anak muda di Denpasar menunjukkan 30-40% aktivitas mereka untuk tidur. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Jepang disebutkan 29% responden tidur kurang dari 6 jam, 23% merasa kekurangan dalam jam tidur 6% menggunakan obat tidur, kemudian 21% memiliki prevalensi insomnia dan 15% kondisi mengantuk yang parah pada siang harinya (Liu dalam Purwanto, 2008).

  Kurang tidur dapat membahayakan bagi diri kita. Bila tidur kurang lelap, maka kita akan merasa letih, lemah, dan lesu pada saat bangun.

  Kehilangan jam tidur meskipun sedikit mempunyai akibat yang sangat berpengaruh untuk beraktivitas, kemampuan konsentrasi, kinerja, produktivitas, keterampilan komunikasi, dan kesehatan secara umum, termasuk sistem gastrointestinal, fungsi kardiovaskuler dan sistem kekebalan tubuh (Parmet dalam Purwanto, 2008).

  Tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan irama alam semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit dan terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari, tidur merupakan kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk menghilangkan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-tahapan tidur dengan poligrafi tidur yaitu Electroencephalogram (EEG),

  

Electrocardiograph (ECG), Electromiogram (EMG). Pada saat berbaring

  dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua puluh putaran perdetik dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt (Panteri dalam Purwanto, 2008).

  Manusia memakai satu pertiga waktunya untuk tidur. Tidur merupakan perilaku normal ketika individu kehilangan kontak dengan lingkungannya untuk sementara. Pada waktu tidur individu menutup matanya, pupil mengecil, otot melemas, denyut jantung melemah, tekanan darah menurun dan metabolisme tubuh melambat (Kedja

  Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay, Caple & Grose dalam Arifin 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin. Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam Arifin, 2011).

  Pada keadaan normal, kadar kortisol di darah akan menurun menjelang malam hari sehingga mencapai kadar terendah saat tidur (Van dkk dalam Arieselia dkk, 2014). Namun pada keadaan sleep deprived, kadar kortisol akan meningkat disebabkan karena teraktivasinya aksis

  

Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) (Balbo & Reynolds dkk dalam

  Arieselia dkk, 2014). Pengaktifan aksis HPA berfungsi untuk mempertahankan keadaan terjaga, yang telah dibuktikan oleh adanya korelasi positif antara pelepasan kortisol dengan aktivitas tinggi di EEG. Namun menurut beberapa penelitian, pengaktifan aksis HPA ini akan berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi kurang tidur, yang disebabkan oleh penurunan efektivitas aktivitas aksis HPA (Balbo dkk dalam Arieselia dkk, 2014). Kortisol menginhibisi penyerapan glukosa oleh otot, menginhibisi sintesis dan sekresi insulin, dan meningkatkan produksi glukosa oleh hepar (Van & Dinneen dkk dalam Arieselia, 2014).

  Peningkatan kadar kortisol pada malam hari akan mengganggu aktivitas insulin, sehingga penyerapan glukosa oleh otot menurun.

  Penelitian ini juga membuktikan bahwa produksi glukosa oleh hepar meningkat karena kortisol menganggu fungsi sel ß pankreas, serta pembentukan glukosa (glukoneogenesis) dan pemecahan glikogen (glikogenolisis) (Dinneen dalam Arieselia, 2014).

  Peningkatan kadar glukosa darah terkait dengan sistem neuroendokrin yaitu melalui jalur Hypotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA axis). Aktivitas setres menyebabkan hipotalamus mensekresi

  Corticotropin Releasing Factor yang menyebabkan pengeluaran

  adrenocorticotropin dan merangsang korteks adrenal untuk mensekresi hormon glukokortikoid seperti kortisol. Kortisol mempengaruhi pemecahan karbohidrat, protein dan lemak melalui proses glukoneogenesis yang menghasilkan glukosa sebagai sumber energi serta berperan dalam mempengaruhi fungsi tubuh selama periode istirahat (Smeltzer & Bare dalam Arifin, 2011).

  Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan 4 dari 10 mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes

  ICMe Jombang menyatakan kualitas tidurnya cukup sedangkan 6 dari 10 di antaranya kualitas tidurnya kurang.

  Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.

1.2 Rumusan Masalah

  Apakah ada pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis

  Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.

  1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis kualitas tidur yang kurang.

  2. Menganalisis kadar glukosa darah puasa.

  3. Menganalisis pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa..

  1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Manfaat Teoritis Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.

  1.4.2 Manfaat Praktis

  1.4.2.1 Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.

  1.4.2.2 Bagi Instansi Dapat memberikan penyuluhan kepada berbagai pihak mengenai adanya pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa.

  1.4.2.3 Bagi Peneliti Lain Dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Tidur

  Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tidur merupakan periode istirahat yang berlangsung secara berkala melalui beberapa tahap mulai dari adanya penurunan kesadaran sampai dengan tidak adanya aktivitas (Venes dalam Arifin, 2011). Tidur berfungsi untuk mempertahankan status kesehatan yang optimal melalui periode istirahat untuk menyimpan dan menyiapkan energi untuk kegiatan berikutnya. Secara fisiologis periode tidur terdiri dari periode terjaga, tidur

  Non Rapid Eye Movement (NREM) dan tidur Rapid Eye Movement (REM) (Steiger & Loriz dalam Arifin, 2011).

2.1.1 Rapid Eye Movement (REM)

  Tidur REM sekitar 20-25% total waktu tidur yang bervariasi antara individu yang satu dengan yang lain. Pada orang dewasa normal, tidur REM meningkat pada malam hari dan merupakan sepertiga dari waktu tidur (Stevens dalam Arifin, 2011).

  Selama periode tidur REM terjadi beberapa perubahan fisiologis diantaranya frekuensi pernafasan dan denyut jantung lebih cepat dan tidak teratur, aliran darah ke otak meningkat, denyut jantung dan tekanan darah sangat bervariasi diantara individu. Selama 2 jam pertama periode tidur terjadi peningkatan sekresi Growth Hormon (GH), Adreno Corticotropin Hormon (ACTH) sedangkan hormon kortisol disekresi selama pertengahan waktu tidur (Venes dala Arifin, 2011).

2.1.2 Non Rapid Eye Movement (NREM)

  Tidur NREM merupakan 75-80% dari waktu tidur secara keseluruhan. Rentang waktu dari siklus tidur mulai dari NREM sampai dengan REM memerlukan waktu kurang lebih 90-100 menit (Stevens dalam Arifin, 2011).

  Selama periode tidur NREM terjadi beberapa perubahan fisiologis diantaranya adanya penurunan suhu tubuh, sekresi urine berkurang, denyut jantung dan frekuensi pernafasan menjadi lebih pelan dan teratur (Stevens dalam Arifin, 2011).

  Tidur adalah suatu fenomena biologis yang terkait dengan irama alam semesta, irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, terbit dan terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari, tidur merupakan kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk menghilangkan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-tahapan tidur dengan poligrafi tidur yaitu Electroencephalogram (EEG), Electrocardiograph (ECG),

  

Electromiogram (EMG). Pada saat berbaring dalam keadaan masih

  terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua puluh putaran perdetik dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt (Panteri dalam Purwanto, 2008).

  Manusia memakai sepertiga waktunya untuk tidur. Tidur merupakan perilaku normal ketika individu kehilangan kontak dengan lingkungannya untuk sementara. Pada waktu tidur individu menutup matanya, pupil mengecil, otot melemas, denyut jantung melemah, tekanan darah menurun dan metabolisme tubuh melambat (Kedja Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :

  1. Usia Kebutuhan tidur mengalami perubahan sesuai dengan usia, pada umumnya gangguan tidur meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada orang dewasa kebutuhan waktu istirahat tidur adalah kurang lebih 7-8 jam pada waktu malam hari untuk mempertahankan fungsi fisiologis setiap hari. Bertambahnya usia berhubungan dengan adanya penurunan kualitas tidur malam dimana sekitar 30% individu mengalami insomnia. Hubungan antar usia dengan insomnia adalah adanya perubahan irama sirkadian yang mengatur siklus tidur dan menyebabkan gangguan siklus tidur dan terjaga (Juddith, Julie & Elizabeth dalam Arifin, 2011).

  2. Gaya hidup Perubahan pola tidur dapat dipengaruhi oleh aktivitas rutin sehari-hari. Pada individu yang bekerja dengan 2 shift siang dan malam sering kesulitan dalam mengatur jadwal tidurnya. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi pola tidur adalah akibat bekerja berat, latihan, aktivitas sosial yang larut serta perubahan pola makan waktu malam hari (Potter & Perry dalam Arifin, 2011).

  3. Suhu Suhu tubuh dapat mempengaruhi pola tidur. Peningkatan suhu tubuh dapat mengganggu pola tidur karena individu menjadi lebih sering terbangun (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).

  4. Nutrisi Kebiasaan pola makan yang baik sangat berhubungan dengan kesehatan salah satunya adalah pola tidur. Gangguan pola tidur dapat berhubungan dengan pola makan. Hubungan pola makan dengan gangguan pola tidur dapat terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan makan sebelum waktu tidur dan makan yang berlebihan. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung kafein, nikotin, alkohol dan xanthine dapat merangsang sistem saraf pusat sehingga berdampak pada perubahan pola tidur (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).

  5. Latihan Latihan dapat mempengaruhi tidur sewaktu malam hari.

  Bertambahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan aktivitas tidur REM dan NREM. Latihan akan meningkatkan keluhan fatique sehingga akan memicu produksi Soporotic atau Sleep-inducing

  effect dan akan meningkatkan waktu istirahat dan tidur. Latihan

  yang dilakukan kurang lebih 2 jam sebelum tidur dapat memberikan waktu tubuh untuk istirahat akibat adanya rasa lelah serta akan meningkatkan relaksasi (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).

  6. Stres emosional Emosi dan rasa khawatir yang berlebihan dapat mengganggu pola tidur individu. Stres emosional menyebabkan adanya tekanan yang seringkali menimbulkan frustasi sehingga individu akan mengalami kesulitan untuk memulai tidur atau individu cenderung untuk lebih banyak tidur (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).

  7. Merokok Kadar nikotin yang tinggi menyebabkan peningkatan waktu terjaga dan perilaku agitasi. Nikotin memiliki waktu paruh sekitar

  1-2 jam, individu yang merokok lebih dari 1 batang dalam beberapa jam menjelang waktu tidur akan mengalami kesulitan untuk memulai tidur. Kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan paru secara permanen sehingga menimbulkan hipoksia. Hipoksia menyebabkan keluhan

  fatique sehingga tubuh memerlukan waktu yang lama untuk

  istirahat (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).

  8. Lingkungan Lingkungan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu memulai tidur dan mempertahankan waktu tidurnya.

  Keadaan ventilasi yang baik, suhu yang nyaman, penerangan ruangan yang cukup serta ukuran dan posisi tempat tidur merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan waktu istirahat dan tidur yang cukup (Harkreader, Hogan & Thobaban, Potter & Perry dalam Arifin, 2011).

  9. Penyakit Beberapa penyakit dapat mempengaruhi pola tidur diantaranya adalah asma, penyakit jantung koroner, hipertensi, hipotiroid, hipertiroid, dan diabetes (Potter & Perry dalam Arifin, 2011). Diabetes dan gangguan tidur saling berhubungan dimana beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur yang kurang akan meningkatkan resiko mengalami diabetes (Juddith, Smith, Julie & Elizabeth dala Arifin, 2011). Neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan- tahapan tidur dengan poligrafi tidur yaitu EEG, ECG, EMG. Pada saat berbaring dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan dengan gelombang otak beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima belas hingga dua puluh putaran perdetik dan bertegangan rendah yaitu kurang dari lima puluh mikrovolt (Panteri dalam Purwanto, 2008).

  Selanjutnya dalam keadaan yang lelah dan siap tidur mulai untuk memejamkan mata, pada saat ini gelombang otak yang muncul mulai melambat frekwensinya, meninggi tegangannya dan menjadi lebih teratur. Gelombang ini dinamakan gelombang alpha yang memiliki 8 hingga 12 putaran per detik yang menggambarkan keadaan santai, tidak tegang tapi terjaga (Purwanto, 2008).

  Setelah beberapa menit dalam keadaan alpha kecepatan napas mulai melambat. Ini adalah transisi tidur awal (tidak nyenyak) yang ditandai oleh gelombang theta 50 hingga 100 mikrovolt, 4 hingga 8 putaran perdetik. Dalam keadaan permulaan tidur ini denyut jantung melambat dan menjadi stabil, napas menjadi pendek pendek dan teratur. Tahap ini dapat berlangsung dari sepuluh detik hingga 10 menit dan kadang disertai dengan citra visual yang disebut halusinasi hipnagogik, karena otot rangka tiba-tiba mengendur, dan kadang mengalami sensasi seperti jatuh, yang menyebabkan kita terbangun sebentar dengan gerakan yang menyentak, keadaan ini dinamakan tidur tahap pertama (Purwanto, 2008).

  Tidur tahap kedua ditandai dengan gelombang otak theta dengan disertai munculnya gelombang tunggal dengan amplitudo tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum tidur, karena terlihat di monitor atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas otak). Pada tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun berlangsung sekitar 10 hingga 20 menit menandai permulaan tidur yang sebenarnya. Pada tahap ini seseorang biasanya tidak dapat merespon rangsang dari luar, dan rata-rata bila seseorang dibangunkan pada tahap ini akan merasa betul-betul telah tertidur (Purwanto, 2008).

  Tahap selanjutnya setelah 20

  • –30 menit adalah memasuki tahap ketiga yaitu kombinasi theta dan delta (tegangan tinggi dengan frekuensi sangat rendah). Segera setelah tahap ke tiga ini dilanjutkan dengan tahap ke empat yaitu hilangnya sama sekali
  • >– gelombang theta dan tinggal yang ada gelombang delta dengan 0,5 2 putaran perdetik, amplitudo 100
  • –200 mikrovolt. Dalam tidur delta ini relaksasi otot terjadi sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut nadi dan pernafasan melambat. Pasokan darah ke otak berada pada batas minimal. Kondisi tidur normal ini tidak selamanya dirasakan oleh seseorang yang akan memasuki tidur. Gangguan dan kesulitan tidur seringkali mengganggu baik ketika memasuki tahap pertama tidur ataupun ketika tidur berlangsung. Gangguan ini dapat terjadi karena adanya permasalahan psikis maupun fisik, yang dapat menimbulkan kesulitan seseorang untuk memasuki keadaan tenang. Keadaan cemas yang berlebihan akan menyebabkan otot-otot tidak dapat relaks dan pikiran tidak terkendali (Purwanto, 2008).
Gangguan tidur yang sering muncul dapat digolongkan menjadi 4 yaitu (Purwanto, 2008) : 1) Insomnia : gangguan masuk tidur dan mempertahankan tidur. 2) Hypersomnia : gangguan mengantuk atau tidur berlebihan. 3) Disfungsi kondisi tidur seperti somnabolisme, night teror. 4) Gangguan irama tidur.

  Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay & Caple dkk dalam Arifin, 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin. Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam Arifin, 2011).

  Selama periode awal tidur malam sekresi hormon pertumbuhan

  

Growth Hormone (GH) meningkat sedangkan kadar Adreno Corticotropin

Hormon (ACTH) dan kortisol menurun. Adapun pada periode akhir tidur

  sekresi ACTH dan kortisol mengalami peningkatan sedangkan kadar hormon pertumbuhan GH menurun. Selama periode tidur malam hari juga terjadi hubungan yang bersifat timbal balik antara Hypothalamus-pituitary

  

somatotrophic (HPS) dan Hypothalamus pituitary adrenocortical (HPA)

(Steiger dalam Arifin, 2011).

  Pada keadaan normal, kadar kortisol di darah akan menurun menjelang malam hari, sehingga mencapai kadar terendah saat tidur (Van dkk dalam Arieselia dkk, 2014). Namun pada keadaan sleep

  

deprived, kadar kortisol akan meningkat disebabkan karena teraktivasinya

  Arieselia, 2014). Pengaktifan aksis HPA berfungsi untuk mempertahankan keadaan terjaga, yang telah dibuktikan oleh adanya korelasi positif antara pelepasan kortisol dengan aktivitas tinggi di EEG. Namun menurut beberapa penelitian, pengaktifan aksis HPA ini akan berkurang seiring dengan meningkatnya frekuensi kurang tidur, yang disebabkan oleh penurunan efektivitas aktivitas aksis HPA (Balbo dkk dalam Arieselia, 2014). Kortisol menginhibisi penyerapan glukosa oleh otot, menginhibisi sintesis dan sekresi insulin, dan meningkatkan produksi glukosa oleh hepar (Van & Denneen dkk dalam Arieselia, 2014).

  Peningkatan kadar kortisol pada malam hari akan mengganggu aktivitas insulin, sehingga penyerapan glukosa oleh otot menurun.

  Penelitian ini juga membuktikan bahwa produksi glukosa oleh hepar meningkat karena kortisol menganggu fungsi sel ß pankreas, serta meningkatkan kadar dan aktivitas enzim yang terlibat dalam proses pembentukan glukosa (glukoneogenesis) dan pemecahan glikogen (glikogenolisis) (Dinneen dalam Arieselia, 2014).

2.2 Kadar Glukosa Darah

  Glukosa merupakan karbohidrat terpenting yang kebanyakan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah bahan bakar utama dalam jaringan tubuh serta berfungsi untuk menghasilkan energi (Aritonang dalam Amir dkk, 2015).

  Glukosa adalah gula sederhana atau monosakarida yang merupakan hasil dari metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

  Karbohidrat ketika berada dalam saluran pencernaan selanjutnya akan dipecah menjadi glukosa dan diabsorpsi secara langsung ke dalam aliran sel-sel saraf serta untuk mencegah gangguan fungsi syaraf dan kematian sel (Ignatavicius & Workman dalam Arifin, 2011).

  Glukosa darah merupakan bagian dari karbohidrat seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa darah adalah konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah dan diukur dalam mg/100 ml darah. Dalam keadaan normal kadar glukosa darah puasa dipertahankan dalam rentang 70-100 mg/dL. Untuk keadaan kadar glukosa darah puasa yang tidak normal ada dua yaitu Hiperglikemia dan Hipoglikemia. Hiperglikemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah puasa >100 mg/dL sedangkan hipoglikemia suatu kondisi dimana kadar glukosa darah puasa <70 mg/dL (The American Heritage Medical Dictionary dalam Arifin, 2011).

  Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah. Kadar glukosa darah pada orang normal berlangsung konstan, karena pengaturan karbohidrat yang baik (Soeryodibroto dalam Qurratuaeni, 2009).

  Faktor-faktor yang mepengaruhi kadar glukosa darah :

  1 Diet Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, penyakit lain, makanan, latihan fisik, obat hipoglikemia oral, insulin, emosi dan stres. Makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah (Holt dkk dalam Arifin, 2011).

  2 Aktivitas fisik Aktivitas fisik yang kurang juga dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Aktivitas fisik merupakan memerlukan energi melebihi pengeluaran energi selama istirahat. Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan struktur dengan gerakan secara berulang untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik (Sigal dalam Arifin,2011).

  3 Penggunaan obat Kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat hipoglikemia oral maupun dengan insulin.

  Mekanisme kerja obat dalam menurunkan kadar glukosa darah antara lain dengan merangsang kelenjar pankreas untuk meningkatkan produksi insulin, menurunkan produksi glukosa dalam hepar, menghambat pencernaan karbohidrat sehingga dapat mengurangi absorpsi glukosa dan merangsang reseptor. Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksisitas yang ditunjukkan dengan adanya perbaikan fungsi sel beta pankreas (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Chang dkk, Simadibrata & Setiati dalam Arifin, 2011).

  4 Stres Ketika terjadi stres maka tubuh akan merespon dengan mengaktifkan sistem saraf yang diikuti dengan adanya aktivitas jalur simpatis-adrenal-medula dan diakhiri oleh aktivitas sistem

  hipotalamus-pituitari. Respon sistem saraf simpatis berlangsung

  cepat dan singkat dengan mensekresi norepinefrin pada ujung saraf yang berhubungan langsung dengan organ target dan akan meningkatkan fungsi organ vital, peningkatan frekuensi jantung, vasokontriksi pembuluh darah perifer serta adanya peningkatan Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon yang menaikan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon epinefrin, hormon glukokortikoid, dan hormon pertumbuhan. Peningkatan konsentrasi kadar glukosa darah dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon. Sebaliknya penurunan glukosa darah mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan peningkatan glukagon (Soeryodibroto dalam Qurratuaeni, 2009).

  Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal dapat dilakukan oleh tubuh dengan mempertahankan hemostasis dalam tubuh melalui 2 cara yaitu :

  1. Bila glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa akan disuplai dari hati dengan jalan memecah glikogen hati.

  2. Bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan dibawa ke hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot dirubah menjadi glikogen otot (Suryono & Musaira dalam Qurratuaeni, 2009).

  Peningkatan kadar glukosa darah terkait dengan sistem neuroendokrin yaitu melalui jalur Hypotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA axis). Aktivitas stres menyebabkan hipotalamus mensekresi Corticotropin

  

Releasing Factor yang menyebabkan pengeluaran adrenocorticotropin

  dan merangsang korteks adrenal untuk menesekresi hormon glukokortikoid seperti kortisol. Kortisol mempengaruhi pemecahan karbohidrat, protein dan lemak melalui proses glukoneogenesis yang menghasilkan glukosa sebagai sumber energi serta berperan dalam mempengaruhi fungsi tubuh selama periode istirahat (Smeltzer & Bare dalam Arifin, 2011).

  Peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan beberapa organ tubuh yang utama. Hiperglikemia dapat menyebabkan komplikasi kronis yang meimbulkan terjadinya kerusakan dan gangguan fungsi ginjal, mata, syaraf dan risiko terjadinya gangguan kardiovaskuler yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian serta berkontribusi terhadap timbulnya kerusakan pembuluh darah perifer (James dalam Arifin, 2011). Berdasarkan hal tersebut, perlu diteliti apakah ada pengaruh kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada seseorang.

  

2.3 Pengaruh Kualitas Tidur Yang Kurang Terhadap Kadar Glukosa

Darah

  Kurang tidur diketahui mempunyai efek yang cukup mengganggu bagi kesehatan tubuh manusia. Hal itu karena saat seseorang tidur, tubuh akan melakukan detoksifikasi alami untuk mengusir racun dalam tubuh (Tarihoran, 2015).

  Tidur yang kurang dapat menyebabkan beberapa gangguan pada respon imun, metabolisme endokrin dan fungsi kardiovaskuler (Gay, Caple & Grose dalam Arifin 2011). Akibat berkurangnya waktu tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem endokrin terutama terkait dengan gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin dan berkurangnya respon insulin. Perubahan sistem endokrin yang terjadi selama periode tidur malam berhubungan dengan adanya sekresi beberapa hormon (Spiegel dalam Arifin, 2011).

  Pada keadaan kurang tidur, terdapat peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (Spiegel dalam Arieselia, 2014). Peningkatan aktivitas ini glukoneogenesis dan glikogenolisis (Gangwisch, Cumberbatch & Donga dalam Arieselia, 2014). Aktivitas saraf simpatis juga menginhibisi sekresi insulin oleh sel ß pankreas dan menurunkan penyerapan glukosa oleh hepar (net hepatic glucose uptake), sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah (Watanabe, Knutson, Spiegel & Moore dkk dalam Arieselia, 2014).

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

  Faktor pengaruh Variabel Independent Kualitas Tidur :

  Tidur Kualitas tidur : berkualitas

   Usia  Gaya hidup

   Suhu  Stress

   Nutrisi Tidur tidak emosional

   Latihan berkualitas

   Lingkungan  Merokok  Penyakit

  Faktor pengaruh kadar glukosa darah : Normal

  Variabel Dependent  Diet

   Kadar Glukosa  Aktifitas fisik

  Darah puasa Tidak normal

   Penggunaan obat  Stress

  Keterangan : : Diteliti

  : Tidak diteliti

Gambar 3.1 : Kerangka konseptual pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada

  mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.

  3.2 Penjelasan Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka konseptual di atas terdapat dua macam variabel yang diteliti yaitu Variabel Independent (Kualitas tidur) dan

  Variabel Dependent (Kadar Glukosa Darah). Kualitas tidur dipengaruhi oleh faktor : Gaya hidup, stress emosional dan lingkungan. Kadar Glukosa Darah dipengaruhi oleh faktor : Diet, aktifitas fisik, penggunaan obat dan stress.

3.3 Hipotesis

   Ho : Tidak ada pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar

  glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.

  Hi : Ada pengaruh kualitas tidur yang kurang terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa DIII Analis Kesehatan kelas B semester III STIKes ICMe Jombang.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

  4.1.1 Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI MADRASAH ALIYAH KALIBENING MOJOAGUNG JOMBANG - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 11

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN TINGKAT STRES MAHASISWA S1 KEPERAWATAN DALAM MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES ICME JOMBANG TAHUN 2017 - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 105

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH RUANG SERUNI RSUD JOMBANG - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 98

HUBUNGAN ANTARA SELF AWARENESS DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 (Di Poli Penyakit Dalam RSUD Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 2 122

PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 (Studi Di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

4 48 77

PENGARUH LAMA KERJA TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA PETUGAS SPBU DI KOTA JOMBANG (Studi Pada Petugas SPBU Di Kota Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 1 58

KADAR KALSIUM DARAH PADA WANITA MENOPAUSE (Studi Di DesaPuloLor RT.07/RW.02 Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 74

KADAR HEMOGLOBIN PADA MAHASISWA YANG MENGKONSUMSI MI INSTAN (Studi pada mahasiswa D III Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 13 89

PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP KUALITAS TIDUR IBU HAMIL TRIMESTER III (STUDI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLANDAAN JOMBANG) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

1 5 192

EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME MAHASISWA (STUDI DI PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES ICME JOMBANG SEMESTER 8) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 5 124