BAB II KAJIANPUSTAKA A. Dukungan Sosial - YENI SETIAWATI BAB II

BAB II KAJIANPUSTAKA A. Dukungan Sosial

  1. Pengertian Dukungan Sosial Tarmidi dan Rambe (2010:217) mengatakan dukungan sosial adalah dukungan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya baik secara emosional, penghargaan, instrumental, informasi ataupun kelompok. Dukungan orangtua merupakan sistem dukungan sosial yang terpenting, dibandingkan dengan sistem dukungan sosial lainnya, dukungan orang tua berhubungan dengan kesuksesan akademis, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, motivasi dan kesehatan mental.

  Ritter (Smet, 1994:134) menjelaskan dukungan sosial merupakan segi- segi struktural jaringan mencangkup pengaturan-pengaturan hidup, frekuensi kontak, keikutsertaan dalam kegiatan sosial, keterlibatan dalam jaringan sosial. Dukungan sosial mengacu pada bantuan emosional, instrumental, dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang. Segi-segi fungsional mencangkup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, pemberian nasehat atau informasi, pemberian bantuan material.

  Menurut Desmita (2010:203-204) dukungan sosial adalah dukungan orang tua terhadap anaknya dalam memberikan saran dan nasehat ketika hendak membuat suatu keputusanyang penting tetapi sulit untuk dilakukan atau dukungan orang tua yang masih sangat dibutuhkan oleh anak. Sejalan

  5 dengan pendapat Desmita, Rook dalam bukunya Smet (1994:134) mendefinisikan dukungan sosial sebagai salah satu fungsi pertalian sosial yang dihasilkan melalui hubungan interpersonal yang akan melindungi individu.

  Santrock (2002:23) mendefinisikan dukungan sosial adalah dukungan keluarga dan praktik-praktik managemen yang mencakup pemantauan tempat anak berada, penggunaan disiplin yang efektif bagi perilaku antisosial, keterampilan-keterampilan pemecahan masalah yang efektif, dan dukungan bagi pengembangan keterampilan-keterampilan prososial. Winnubst dkk (Smet, 1994:135) mengatakan dukungan sosial berarti segi gejala lingkungan yang obyektif, kuantitatif, dan atau kualitatif atau persepsi perseorangan terhadap dukungan yang potensial (dukungan sosial sebagai perceived helpfulness and supportiveness).

  Menurut Shochib (2010:17) dukungan sosial merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Sejalan dengan pendapat Shochib Sarafino (Smet, 1994:147) juga menjelaskansocial

  

support refers to the perceived comfort, caring, esteem, or help a person

receives from other people or groups. Gottlieb dalam Desmita (2010:204)

  mengatakan dukungan sosial merupakan dukungan orang terhadap pembentukan orientasi masa depan anak dapat dilakukan melalui pemberian informasi atau nasehat verbal dan non-verbal, bantuan nyata atau tindakan yang mempunyai manfaat emosional bagi anak.

  Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka peneliti dapat simpulkan bahwa dukungan sosial adalah kebersamaan sosial yang menunjukkan bahwa seseorang merasa dirinya diperhatikan dan dicintai serta mempunyai kesempatan yang baik untuk mengerti masalah bersama-sama dengan orang lain karena manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Seseorang memerlukan kebutuhan dalam hidupnya diantarannya, Kebutuhan fisik (sandang, pangan, dan papan) dan kebutuhan psikis (rasa ingin tahu, rasa aman) tidak mungkin dapat terpenuhi tanpa bantuan orang lain, apalagi jika seseorang sedang mengalami masalah maka mereka membutuhkan dukungan dari orang lain sehingga mereka merasa diperhatikan dan dihargai.

  2. Manfaat Dukungan Sosial Trommsdoff dalam (Desmita, 2010:204) menjelaskan manfaat dukungan sosial yaitu dukungan sosial memberikan pengaruh yang sangat penting bagi pembentukan orientasi masa depan anak, terutama dalam menumbuhkan sikap optimis dalam memandang masa depannya. Anak yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari orang tuanya, akan mengembangkan rasa percaya dan sikap yang positif terhadap masa depan, percaya akan keberhasilan yang akan dicapainya, serta lebih termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di masa depan. Sebaliknya, anak yang kurang mendapat dukungan dari orang tua, akan tumbuh menjadi individu yang kurang optimis, kurang memiliki harapan tentang masa depan, kurang percaya atas kemampuannya merencanakan masa depan, dan pemikirannya pun menjadi kurang sistematis dan kurang terarah.

  Berdasarkan manfaat di atas, peneliti juga dapat menyimpulkan bahwa dukungan sosial sangat bermanfaat agar dapat membuat individu aman, mempunyai konsep diri dan harga diri yang tinggi, menumbuhkan rasa optimis, lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologis. Oleh sebab itu maka dukungan sosial orang tua sangatlah dibutuhkan terhadap pendidikan anaknya pada saat anaknya tumbuh dan berkembang didalam proses pembelajaran (sekolah). Adanya dukungan dari orang tua diharapkan anak akan lebih bahagia dan mempunyai rasa percaya diri dalam melakukan segala sesuatunya sehingga dapat meningkatkan potensi yang dimiliki anaknya, selain itu dukungan dari orang tua juga dapat menghidarkan atau mencegah anak melakukan hal-hal yang negatif.

  3. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial Diuraikan oleh Winnubst (Desmita, 2010:204) terdapat empat bentuk dukungan sosial, adapun bentuk-bentuk dukungan sosial tersebut sebagai berikut:

  a. Dukungan Emosional Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang tua terhadap anaknya. Wujud dari dukungan emosional diantaranya adalah melakukan konsultasi dengan pihak sekolah untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah. Brooks (2011:527) mengatakan model kerja sama orang dengan sekolah salah satunya, dengan sekolah selalu menginformasikan isu sekolah serta kemajuan dan perilaku siswa kepada orang tua, mengenai prestasi siswa, kesulitan, dan perilaku yang harus dicermati.

  Orang tua juga harus mengawasi anak ketika belajar di rumah agar anak belajar dengan benar. Brooks (2011:528) menjelaskan guru membantu orang tua mengawasi dan membantu anak belajar di rumah. Sekolah membuat tujuan pendidikan dan kurikulum, menunjukkan pada orang tua bagaimana mendampingi anak, dan memberikan tugas yang bisa dikerjakan orang tua dan anak bersama-sama. Guru hendaknya memberikan tugas kepada anak yang sekiranya bisa dikerjakan dengan cara berdiskusi dengan orang tua agar orang tua juga sekaligus memantau belajar anak di rumah.

  b. Dukungan Penghargaan Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan penghargaan positif, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan, dan membangkitkan harga diri anak. Wujud dari dukungan penghargaan diantaranya adalah dengan memberikan semangat belajar kepada anak, sehingga anak dapat bersemangat dalam belajarnya. Pemberian semangat yang diberikan orang tua dapat berupa pujian, pemberian hadiah, dan lain sebagainya. Slameto (2010:176) mengatakan bila anak mengalami keberhasilan, orang tua diharapkan memberikan hadiah pada anak dapat berupa pujian, pemberian sesuatu, dan lain sebagainya, sehingga anak terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

  Pengecekkan catatan anak di sekolah juga termasuk diantaranya wujud dari dukungan penghargaan, karena hal ini dapat digunakan orang tua untuk mengetahui perkembangan anak di sekolahnya. Slameto (2010:85) mengatakan membuat catatan besar pengaruhnya dalam membaca. Catatan yang tidak jelas, semrawut, dan tidak teratur antara materi satu dengan materi lainnya akan menimbulkan rasa bosan dalam membaca dan belajar akan kacau. Catatan yang baik, rapi, lengkap, teratur akan menambah semangat dalam belajar khususnya dalam membaca karena tidak terjadi kebosanan membaca. Tulisan harus jelas dan teratur agar mudah dibaca/dipelajari.

  c. Dukungan Instrumental Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung secara materi atau pemberian fasilitas dan pelayanan pada anak, seperti: pemberian dana, pemenuhan buku-buku sarana pendidikan lainnya, serta kesediaan orang tua meluangkan waktu untuk berdialog atau senantiasa siap memberikan pertolongan ketika dibutuhkan oleh anak.

  Menurut Slameto (2010:76) belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya:

  1. Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran,

  2. Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat menggangu mata,

  3. Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.

  d. Dukungan Informatif Dukungan informatif mencakup memberikan nasehat, petunjuk- petunjuk, saran-saran atau umpan balik mengenai bagaimana anak seharusnya bertindak, mengenali, dan menyelesaikan masalah secara lebih mudah, sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh orang tua. Menurut Brooks (2011:486) menjelaskan kemampuan orang tua untuk bersikap tenang dan positif dalam membantu anak mengerjakan PR membuat anak dapat menjaga kepercayaan dirinya mengenai kemampuan belajarnya. Orang tua tetap bersikap positif dan memerhatikan anak meski merasa frustasi terhadap PRnya, hal ini akan membantu anak untuk bersikap ulet dan belajar.

  Berdasarkan bentuk-bentuk dukungan sosial yang telah disampaikan, maka dapat peneliti simpulkan bahwa bentuk-bentuk dukungan sosial meliputi dukungan emosional yaitu empati, kepedulian seperti menanyakan perkembangan anaknya kepada wali kelas, memperhatikan kebutuhan pendidikan anaknya. Dukungan penghargaan berupa ekspresi dan dorongan yang positif, motivasi, ungkapan hormat (penghargaan) yang bertujuan untuk membangun harga diri seperti menghargai usaha yang telah dilakukan anak, memberikan motivasi ataupun semangat. Dukungan instrumental berupa bantuan secara langsung berupa penyediaan sarana atau peluang waktu seperti meluangkan waktunya untuk menemani anak belajar, menabung untuk keperluan pendidikan anaknya. Dukungan informatif berupa pemberian informasi seperti nasehat, pengarahan, saran-saran untuk membantu mengatasi suatu permasalahan seperti memberikan saran jika anak mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

B. Kebiasaan Belajar

  1. Pengertian Kebiasaan Belajar Menurut Burghardt dalam Dalyono (2010:214) kebiasaan belajar timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlakukan karena proses penyusutan/pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.

  Ralph Preston dan Morton Botel dalam bukunya Gie (1994:192) mengatakan kebiasaan belajar adalah sebuah langkah rutin yang dilaksanakan secara teratur, menjalankan tanpa ketinggalan waktu tugas- tugas membaca, melakukan belajar pada waktu dan tempat yang sama setiap hari, dan melakukan belajar sendiri.

  Menurut Syah (2011:128) menjelaskan kebiasaan belajar adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan- kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran.

  Sejalan dengan pendapat Syah, Djaali (2011:128) mengatakan kebiasaan belajar sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. Aunurrahman (2010:185) menjelaskan kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya.

  Gie (1994:192) menjelaskan kebiasaan belajar merupakan segenap perilaku atau tindakan seseorang yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam cara yang sama. Kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan dari lahir yang dimiliki seseorang sejak kecil, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja karena selalu diulang sepanjang waktu.

  Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:17,146) menjelaskan kebiasaan berarti antar pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. Belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Kebiasaan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu yang dilakukan secara berulang.

  Berdasarkan pendapat- pendapatdiatasdapatdisimpulkanbahwakebiasaanbelajarmerupakantingkahl akuyangterbentukkarenadilakukan secara berulang-ulang. Kebiasaan belajar adalah cara-cara belajar yang seringdilakukan oleh anak dan kebiasaan belajar dapat terbentuk dariaktifitas belajar, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.

  2. Pembentukkan Kebiasaan Belajar yang Tidak Baik Menurut Aunurrahman (2010:185) ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar, yaitu: a. Belajar tidak teratur

  b. Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa)

  c. Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian

  d. Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap

  e. Tidak terbiasa membuat ringkasan

  f. Tidak memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran

  g. Senang menjiplak pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas h. Sering datang terlambat i. Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok)

  Gie (1994:193) juga berpendapat tentang bentuk kebiasaan belajar yang tidak baik, yakni: a. Melakukan belajar hanya pada saat akan ujian

  b. Mempersiapkan semua keperluan belajar sesaat sebelum berangkat sekolah c. Sering terlambat sekolah

  d. Umumnya belajar seperlunya saja sehingga butir-butir pengetahuan masih banyak terlupakan e. Jarang sekali masuk perpustakaan

  3. Pembentukkan Kebiasaan Belajar yang Baik Gie (1994:193) mengatakan bentuk kebiasaan belajar yang baik yakni sebagai berikut: a. Melakukan belajar secara teratur setiap hari

  b. Mempersiapkan semua keperluan belajar pada malam hari sebelum keesokan harinya berangkat sekolah c. Hadir di sekolah tepat waktu

  d. Terbiasa belajar sampai paham dan bahkan tuntas tak terlupakan lagi

  e. Terbiasa mengunjungi perpustakaan untuk menambah bacaan atau buku referensi Sedangkan Sudjana (2010:165-173) menjelaskan bentuk-bentuk kebiasaan belajar yang baik yaitu: a. Cara mengikuti pelajaran

  Cara mengikuti pelajaran di sekolah merupakan bagian penting dari proses belajar sebab dalam proses belajar anak diberi arahan tentang apa dan bagaimana pelajaran harus dikuasai. Beberapa petunjuk mengikuti pelajaran, yaitu: 1) Baca dan pelajari materi yang lalu dan yang akan dipelajari. 2) Siapkan keperluan belajar 3) Konsentrasi belajar dan mencatat hal-hal yang penting b. Cara belajar mandiri di rumah Belajar di rumah adalah tugas paling pokok dari setiap anak.

  Syarat utama belajar di rumah adalah adanya keteraturan belajar, bukan lamanya belajar yang diutamakan tetapi kebiasaan teratur dan rutin melakukan belajar. Beberapa petunjuk belajar mandiri di rumah, yakni: 1) Pelajari kembali materi pelajaran di sekolah 2) Belajar pada waktu tertentu 3) Istirahat belajar untuk membantu kesegaran otak

  c. Cara belajar kelompok Belajar bersama pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama. Pikiran dari banyak orang biasanya lebih sempurna daripada satu orang. Beberapa petunjuk belajar bersama, yaitu: 1) Pilih orang yang cocok untuk diajak belajar bersama 2) Tentukan waktu, tempat dan materi untuk belajar

  d. Mempelajari buku teks Buku adalah sumber ilmu, oleh karenanya membaca buku adalah keharusan bagi anak. Kebiasaan membaca buku harus dibudayakan dalam kehidupan, terutama buku-buku ilmiah. Membaca buku dapat memperkaya dalam memahami bahan pelajaran yang diberikan guru, bahkan tidak mustahil jika terlebih dahulu mengerti tentang materi sebelum dijelaskan oleh guru.

  Menurut Rahim (2008:13) menjelaskan peningkatan kemapuan berpikir melalui membaca seharusnya dimulai sejak dini. Guru SD dapat membimbing siswanya dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan yang memungkinkan mereka bisa meningkatkan kemampuan berpikirnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru hendaknya merangsang siswa berpikir, seperti pertanyaan mengapa dan bagaimana. Pertanyaan yang diajukan sehubungan dengan bacaan tidak hanya pertanyaan yang menghasilkan jawaban berupa fakta.

  Slameto (2010:84) berpendapat bahwa untuk keteraturan dan kedisiplinan dalam membaca perlulah adanya jadwal yang ditepati pelaksanaannya. Membaca haruslah dilaksanakan dengan sungguh- sungguh dan berkonsentrasi penuh untuk memperoleh hasil yang sebanyak-banyaknya.

  e. Menghadapi ujian Keadaan yang paling mencemaskan bagi anak adalah saat menghadapi ulangan atau ujian.Cemas, sibuk kurang istirahat karena mengejar belajar untuk ujian sehingga menimbulkan keteganganpsikologis yang berakibat kepercayaan diri menurun. Bagi yang sudahmempersiapkan diri dari awal, ujian adalah hal biasa. Halyang sebenarnya menganggap ujian itu lebih mudah yaitu dengan cara belajar atau kebiasaanbelajar yang dilakukan secara teratur.Oleh karena itu ujian bukan merupakan kekhawatiran dan ketegangan melainkan sebaliknya.

  4. Manfaat Kebiasaan Belajar Manfaat kebiasaan belajar menurut Donald A. Laird dan Harry Dexter

  Kitson dalam bukunya Gie (1994:194-196) dijelaskan sebagai berikut:

  a. Penghematan waktu (Economy of time) Kebiasaan dapat banyak menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau memakai pikiran. Penghematan waktu berarti tersedianya waktu yang longgar untuk belajar, waktu yang seketika terus dipakai untuk belajar (karena tidak perlu berpikir-pikir atau ragu-ragu lebih dahulu) umumnya menjadi momentum yang kuat untuk terus melaju dalam melakukan belajar.

  b. Meningkatkan efisiensi manusia (Human efficiency) Hal ini berarti kebiasaan melakukan sesuatu secara otomatis akan membebaskan pikiran sehingga dapat dipakai untuk tujuan lain pada saat yang sama.

  c. Membuat seseorang menjadi lebih cermat Sesuatu kegiatan yang telah begitu tertanam dalam pikiran seseorang dan demikian terbiasa dikerjakannya akan terlaksana secara lebih cermat daripada aktivitas yang masih belum terbiasa.

  d. Membantu seseorang menjadi ajeg (consistent) Kebiasaan belajar tidak hanya menciptakan keajegan perilaku saja, melainkan yang jauh lebih penting ialah dapat menjadi pengganti bagi daya kemauan (will-power) yang mendorong seseorang dalam batinnya untuk melakukan belajar.

C. Perkembangan Belajar Anak Sekolah Dasar

  Perkembangan tingkah laku belajar anak usia SD sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya yang ada di sekitarnya. Kedua hal itu tidak mungkin dipisahkan karena proses belajar terjadi karena interaksi anak dangan lingkungannya.

  Menurut Piaget (Rusman, 2011:251) menjelaskan bahwa setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi, yaitu menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan akomodasi, yaitu proses memanfaatkan konsep- konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan objek yang dilihatnya. Kedua proses tersebut jika berlangsung terus-menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang.

  Hamalik (2001:102) mengatakan situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, sikap, tujuan, disiplin, dan perbuatan siswa di sekolah. Apabila di rumah siswa mengalami tekanan, merasa tak aman, frustasi maka ia juga akan mengalami perasaan asing di sekolah dan akan mempengaruhi sikap, tujuan, dan tingkah laku siswa di sekolah. Guru perlu mengenal situasi dan kondisi dalam keluarga siswa, agar dapat merencanakan kegiatan-kegiatan yang serasi, pengaruh keluarga ini tidak mutlak menentukan berhasilnya seorang siswa, karena pada kenyataannya sering juga terjadi di mana anak mengalami maladjustment sebagai akibat lingkungan sekolah.

  Slameto (2010:61) menjelaskan orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan- kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar, dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.

  Anak pada usia Sekolah Dasar (7-11 tahun) berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia ini tingkah laku anak yang tampak yaitu: (1) anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) anak mulai berpikir operasional, (3) anak mampu mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) anak dapat membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) anak dapat memahami konsep substansi, panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan, dan berat (Rusman, 2011:251).

  Djamarah (2008:125) mengatakan beberapa sifat khas anak pada masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, sebagai berikut:

  1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

  2. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

  3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.

  4. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang- orang dewasa lainnya.

  5. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya.

D. Penelitian yang Relevan

  Berdasarkan hasil kesimpulan Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan, adalah sebagai berikut. Judul penelitian “Studi Deskriptif Kualitatif Dukungan Sosial Orang Tua Pada Anak Usia SD Yang Mengalami Kesulitan Belajar Membaca Di Kecamatan Tambak Kabupaten

  Banyumas”. Nama peneliti yaitu Ani Riana mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hasil dari penelitian tersebut yaitu:

  1. Dukungan Emosional Anak di rumah tidak pernah belajar dan orang tua tidak menemani karena orang tua tidak bisa mengajari anaknya belajar. Ada sebagian orang tua yang menyuruh anaknya belajar tetapi dirinya pergi menonton TV dan membiarkan saat anaknya tidak belajar. Dan ada sebagian orang tua yang menemani mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu anaknya saat sedang belajar.

  2. Dukungan Penghargaan Orang tua bersikap acuh pada masalah yang dihadapi anaknya, beliau tidak peduli dengan nilai yang didapat oleh anaknya yang mereka tahu hanya anaknya naik kelas tanpa mereka melihat nilai yang didapatkan. Sebagian orang tua ada yang selalu mengecek hasil belajar anaknya dan memberikan pujian. Peran orang tua yang positif dan pemberian dukungan yang baik pada anak yang mengalami kesulitan belajar membaca akan membantu untuk mengurangi bahkan menjadikan anak menjadi mampu membaca.

  3. Dukungan Instrumental Dalam hal pemenuhan kebutuhan ada orang tua yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan belajar anak dan kebutuhan sehari-hari dengan alasan penghasilan ekonomi keluarga. Dalam pemenuhan kebutuhan anak tidak sepenuhnya berakar dari kondisi ekonomi keluarga melainkan lebih kepada kemauan, niat, dan usaha orang tua memanfaatkan kondisi dan pelayanan kecil dengan manfaat besar seperti halnya buku bekas maupun majalah bekas dimanfaatkan untuk belajar.

  4. Dukungan Informatif Ditemukan bahwa tidak ada keterlibatan orang tua dalam belajar, anak sebagai usaha jalan keluar untuk memecahkan masalah anak. Orang tua hanya menyuruh anaknya belajar tetapi orang tua tidak terlibat dalam kegiatan belajar anak dan tidak ada tindakan dari orang tua untuk mengajaknya belajar, tetapi juga ada orang tua yang ikut terlibat dalam kegiatan belajar anak, dengan belajar bersama di rumah saat malam, les tambahan sebagai bentuk usaha jalan keluar untuk memecahkan masalah anak.

  Penelitian tersebut peneliti jadikan sebagai pembanding dengan penelitian yang telah peneliti lakukan. Peneliti telah melakukan penelitian yaitu mengenai dukungan sosial orang tua terhadap kebiasaan belajar anaknya sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ani Riana yaitu tentang dukungan sosial orang tua pada anak SD yang mengalami kesulitan belajar membaca. Ani Riana lebih menekankan pada dukungan sosial orang tua kepada anak yang mengalami kesulitan belajar membaca, sedangkan peneliti disini lebih memfokuskan pada dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua terhadap kebiasaan belajar anaknya. Selain itu, penelitian Ani Riana dilakukan di kecamatan Tambak sedangkan peneliti akan melakukan penelitian di SD Negeri Kedungrandu 3. Penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan mempunyai kaitan, yaitu dua penelitian ini sama-sama meneliti tentang dukungan sosial orang tua untuk anak usia SD. Hal yang diharapkan pada penelitian ini yaitu, diharapkan penelitian ini dapat mengetahui bagaimana dukungan sosial orang tua terhadap kebiasaan belajar anaknya.

E. Kerangka Berpikir

  Pendidikan Kebiasaan belajar anak

  Dukungan sosial orang tua Jenis dukungan sosial berupa:

  1. Dukungan Emosional

  2. Dukungan Penghargaan

  3. Dukungan Instrumental

  4. Dukungan Informatif

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

  Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, anak harus selalu belajar dan belajar. Kebiasaan belajar anak berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya, sehingga dukungan sosial orang tua sangat dibutuhkan untuk mengawasi proses belajar anaknya. Dukungan sosial orang tua ini berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif.