BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN - DOCRPIJM 1505364824BAB II Konds.Sarolangun

BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH
KABUPATEN SAROLANGUN
2.1. Kondisi Umum
Kabupaten Sarolangun yang berumur belum genap 10 (sepuluh) tahun
merupakan kabupaten pemekaran berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 1999. Secara administratif, batas wilayah kabupaten
ditetapkan sebagai berikut:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Merangin.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari dan Provinsi
Sumatera Selatan.
Bentang

alam

yang

membentuk


wilayah

Kabupaten

Sarolangun

menunjukkan bentuk topografi yang bervariasi, mulai dari datar, bergelombang,
sampai berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar antara 10-1.000 m di atas
permukaan laut. Daerah yang datar-bergelombang tersebar di bagian utara,
sedang wilayah yang bergelombang dijumpai di bagian timur. Topografi
perbukitan terdapat di bagian selatan, dan daerah ini merupakan bagian dari
rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang membentang dari utara-selatan
sepanjang Pulau Sumatera. Berdasarkan bentuk topografinya maka Kabupaten
Sarolangun dapat dibedakan berdasarkan kemiringan wilayahnya, daerah datar
dengan kemiringan 0-2% (luas 94.096 ha), daerah bergelombang dengan
kemiringan 3-15% (luas 239.783 ha), daerah berbukit curam dengan kemiringan
berkisar antara 16-40% (luas 165.589 ha), dan daerah berbukit sangat curam
dengan kemiringan lebih dari 40% (luas 117.935 ha). Bentang alam dengan
topografi datar, bergelombang, dan perbukitan yang tersebar di wilayah
kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.


13

Tabel 2.1. Luas dan kelerengan wilayah kecamatan
di Kabupaten Sarolangun.
No

Kecamatan
0-2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10


Batang Asai
Limun
Cermin Nan Gedang
Pelawan
Singkut
Sarolangun
Batin VIII
Pauh
Air Hitam
Mandiangin
Jumlah

1.575
(?)
15.120
(?)
30.387
(?)
35.856

(?)
11.158
94.096

Kemiringan (%) dan
Luas Lahan (ha)
3-15
16-40
15.278
42.933
1.982
(?)
(?)
25.430
9.750
(?)
(?)
40.084
11.229
(?)

(?)
103.086
85.158
(?)
(?)
28.250
24.193
239.783
165.589

Jumlah
(ha)

>40
70.522
47.410
(?)
(?)
(?)
(?)

117.935

85.800
111.900
(?)
50.300
(?)
81.700
(?)
224.100
(?)
63.600
617.400

Sumber: BPS Kabupaten Sarolangun 2007; (?) data belum tersedia

2.1.1. Profil Geografis
Kabupaten Sarolangun secara geografis terletak antara 102º03’39”
sampai 103º13’17” BT dan 01º53’39” sampai 02º46’24” LS. Luas wilayah
Kabupaten Sarolangun sekitar 6.174 km 2, yang terdiri dari 8 (delapan)

kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Batang Asai, luas 858 km 2.
2. Kecamatan Limun, luas 804 km2.
3. Kecamatan Cermin Nan Gedang, luas 315 km 2.
4. Kecamatan Pelawan, luas (?)
5. Singkut, luas (?).
6. Kecamatan Sarolangun, luas 319 km 2.
7. Kecamatan Batin VIII, luas 498 km 2.
8. Kecamatan Pauh, luas1.770 km2.
9. Kecamatan Air Hitam, luas 471 km2.
10. Kecamatan Mandiangin, luas 636 km2.
Berdasarkan topografinya, daerah Sarolangun pada umumnya dibedakan
menjadi 2 (dua) satuan bentang alam, yaitu: (1) dataran rendah dengan luas
sekitar 5.248 km2 atau 85% dan (2) dataran tinggi dengan luas 926 km 2 atau

14

sekitar 15%. Oleh karena itu, wilayah ini sebagian besar merupakan dataran
rendah (lowland). Sedangkan, ketinggian wilayah di kabupaten ini berkisar
antara 20 m dan ≥1000 m dari permukaan laut. Dataran tertinggi terletak di

Kecamatan Batang Asai/Pekan Gedang, dan terendah berada di Kecamatan
Mandiangin. Luas wilayah menurut ketinggian secara lengkap diperlihatkan
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Luas wilayah menurut ketinggian di Kabupaten Sarolangun.
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Batang Asai

Limun
Cermin Nan Gedang
Pelawan
Singkut
Sarolangun
Batin VIII
Pauh
Air Hitam
Mandiangin
Jumlah

10-100
9.132
43.934
(?)
35.173
(?)
72.692
(?)
168.075

(?)
44.846
373.825

Ketinggian (m) dan luas (ha)
100-500 500-1000
≥1000
11.312
56.591
8.765
31.219
34.592
2.155
(?)
15.127
(?)
9.008
(?)
56.025
(?)

18.754
141.445
91.183
10.920

Jumlah
(ha)
85.800
111.900
(?)
50.300
(?)
81.700
(?)
224.100
(?)
63.600
617.400

Sumber: BPS Kabupaten Sarolangun 2007; (?) data belum tersedia

Tabel 2.3. Rata-rata curah hujan dan hari hujan pada tahun 2005 dan 2006.
Tahun
2005
2006
Curah Hujan
Hari Hujan
Curah Hujan
Hari Hujan
1.
Januari
858,4
15
333,25
12
2.
Februari
708,0
22
378,03
15
3.
Maret
106,9
5
166,83
12
4.
April
237,6
14
341,83
15
5.
Mei
89,9
6
138,75
6
6.
Juni
164,2
7
166,12
9
7.
Juli
162,3
11
208,40
9
8.
Agustus
308,1
17
61,13
3
9.
September
708,8
21
81,74
5
10.
Oktober
883,0
19
23,55
4
11.
Nopember
280,2
13
192,20
1
12.
Desember
296,4
12
140,43
8
Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .
No

Bulan

Seperti daerah-daerah beriklim tropis lain di Indonesia, wilayah Sarolangun
memiliki rata-rata curah hujan dan jumlah hari hujan yang bervariatif di
sepanjang tahun (Tabel 2.3).

15

2.1.2. Profil Demografi
2.1.2.1. Kependudukan
Informasi mengenai kondisi demografi atau kependudukan Kabupaten
Sarolangun yang disajikan di sini bersumber dari referensi Sarolangun Dalam
Angka Tahun 2007. Sumber data yang dipergunakan dalam buku itu terlihat
beragam, diantaranya dari hasil Sensus Penduduk tahun 2000, Supas 2005,
dan Susenas 2006. Berdasarkan data BPS tahun 2007, jumlah penduduk
Kabupaten Sarolangun diestimasikan sekitar 208.753 jiwa, dengan rata-rata
pertumbuhan penduduk per tahun adalah 2,32%. Tingkat kepadatan penduduk
rata-rata per km2 pada tahun 2007 adalah 41 jiwa/km2. Kepadatan penduduk
untuk masing-masing kecamatan tampak berbeda-beda, yaitu:
1. Kecamatan Batang Asai 17 jiwa/km 2.
2. Kecamatan Limun 15 jiwa/km2.
3. Kecamatan Cermin Nan Gedang 20 jiwa/km2.
4. Kecamatan Pelawan (?).
5. Kecamatan Singkut (?).
6. Kecamatan Sarolangun 101 jiwa/km2.
7. Kecamatan Batin VIII 35 jiwa/km 2.
8. Kecamatan Pauh km10 jiwa/km2.
9. Kecamatan Air Hitam 41 jiwa/km2.
10. Kecamatan Mandiangin 40 jiwa/km2.
Profil kependudukan Kabupaten Sarolangun diperlihatkan berturut-turut dari
Tabel 2.4 sampai dengan Tabel 2.6 berikut ini.
Tabel 2.4. Jumlah rumah tangga, penduduk, dan rata-rata anggota rumah
tangga menurut kecamatan tahun 2004-2006.
No
1.
2.
3.
4.

Kecamatan
Batang Asai
Limun
Cermin Nan Gedang
Pelawan

Jumlah
Rumah
Tangga
3.994
(?)
(?)
(?)

Penduduk
L
7.308
6.335
3.114
12.699

P
7.705
6.014
3.281
12.267

L+P
15.013
12.349
6.395
24.966

Rata-rata
Anggota
Rumah
Tangga
4
4
4
4

16

No
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Penduduk

Jumlah
Rumah
Tangga

Kecamatan
Singkut
Sarolangun
Batin VIII
Pauh
Air Hitam
Mandiangin
Jumlah 2006
2004
2005

L

(?)
7.912
4.305
4.199
4.399
6.533
49.088
46.961
51.456

P

16.723
16.307
8.872
9.115
9.551
13.423
103.608
100.840
100.442

L+P

16.154
15.784
8.589
9.386
9.834
12.629
101.482
95.069
98.380

32.877
32.091
17.461
18.501
19.385
26.052
205.090
195.909
198.822

Rata-rata
Anggota
Rumah
Tangga
4
4
4
4
4
4
4
4
4

Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

Tabel 2.5. Luas, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk menurut
kecamatan tahun 2006.
No

Kecamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Batang Asai
Limun
Cermin Nan Gedang
Pelawan
Singkut
Sarolangun
Batin VIII
Pauh
Air Hitam
Mandiangin
Jumlah

Luas
(km2)
858
804
315
?
?
319
498
1.770
471
636
6.174

Jumlah Penduduk

Kepadatan

15.013
12.349
6.395
24.966
32.877
32.091
17.461
18.501
19.385
26.052
205.090

17
15
20
?
?
101
35
10
41
41
33

Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .

Tabel 2.6. Jumlah penduduk menurut kecamatan tahun 2005-2006.
No

Kecamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Batang Asai
Limun
Cermin Nan Gedang
Pelawan
Singkut
Sarolangun
Batin VIII
Pauh
Air Hitam
Mandiangin

2005

Jumlah

14.553
11.972
6.200
24.494
32.256
31.110
16.927
17.936
18.793
25.256
199.497

2006
15.013
12.349
6.395
24.966
32.877
32.091
17.461
18.501
19.385
26.052
205.09

Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

17

2.1.2.2. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur
Struktur penduduk di Kabupaten Sarolangun secara umum mengalami
perubahan dari tahun 2004-2006. Jumlah penduduk kecenderunan meningkat
dari 195.909 jiwa pada tahun 2004 menjadi 205.090 jiwa pada tahun 2006.,
walau demikian rasio jenis kelamin relatif tidak mengalami perubahan atau
berkisar antara 102-106.
Tabel 2.7. Jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin menurut kecamatan
tahun 2004-2006.
No

Kecamatan

L
1.
Batang Asai
7.308
2.
Limun
6.335
3.
Cermin Nan Gedang
3.114
4.
Pelawan
12.699
5.
Singkut
16.723
6.
Sarolangun
16.307
7.
Batin VIII
8.872
8.
Pauh
9.115
9.
Air Hitam
9.551
10.
Mandiangin
13.423
Jumlah 2006
103.608
2005
100.442
2004
100.840
Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

Penduduk
P
7.705
6.014
3.281
12.267
16.154
15.784
8.589
9.386
9.834
12.629
101.482
98.380
95.069

L+P
15.013
12.349
6.395
24.966
32.877
32.091
17.461
18.501
19.385
26.052
205.090
198.822
195.909

Rasio
95
105
95
104
104
103
103
97
97
106
102
102
106

Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penduduk berumur antara 5-19
tahun, sedangkan penduduk dengan umur lebih dari 75 tahun jumlahnya
tergolong kecil. Data jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin serta kelompok
umur diperlihatkan pada Tabel 2.7 dan 2.8.
2.1.2.3. Laju Pertambahan Penduduk
Berdasarkan data penduduk di Kabupaten Sarolangun terlihat bahwa
pertumbuhan penduduk rata-rata 2,48% selama kurun waktu 10 tahun atau dari
tahun 1990-2000 (Tabel 2.9).

18

Tabel 2.8. Jumlah penduduk menurut kelompok umur tahun 2006.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Kelompok
Umur
0–4
5–9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 69
70 – 74
75+
Jumlah

Penduduk
L
P
10.722
8.672
12.116
11.260
11.270
11.606
10.386
10.358
8.536
9.364
7.642
10.376
8.664
8.308
9.046
6.942
5.894
6.094
4.792
7.234
5.940
3.452
2.896
2.332
1.640
2.150
1.248
2.132
1.476
984
1.230
328
103.498
101.592

Jumlah
19.394
23.376
22.876
20.744
17.900
18.018
16.972
15.988
11.988
12.026
9.392
5.228
3.790
3.380
2.460
1.558
205.090

Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

Laju pertumbuhan penduduk yang diprediksikan dalam Rencana Jangka
Panjang (RPJP) kabupaten ini tampak tidak linier dan cenderung menurun
hingga tahun 2025, dengan asumsi pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar
2,41%. Dengan demikian, dalam RPIJM ini estimasi pertumbuhan penduduk
hingga 2014 diperkirakan juga sekitar 2,41% per tahun.
Tabel 2.9. Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun dari tahun 19902000 menurut kecamatan.
No

Kecamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Batang Asai
Limun
Cermin Nan Gedang
Pelawan
Singkut
Sarolangun
Batin VIII
Pauh
Air Hitam
Mandiangin

13.202

14.249

Rata-rata
Pertumbuhan
per Tahun
0,79

15.032

18.662

2,26

35.514

46.287

2,78

35.265
N/A
21.064
N/A
20.434
140.511

44.672
N/A
29.411
N/A
24.816
178.097

2,48
N/A
3,51
N/A
2,03
2,48

1990

Jumlah

2000

Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .

19

2.1.3. Profil Ekonomi
Indikator makro bidang ekonomi dan sosial yang dipertimbangkan oleh
Pemerintah Kabupaten Sarolangun dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran
2007, di antaranya bersumber dari Badan Pusat Statistik. Dalam publikasi BPS
Kabupaten Sarolangun , nampak bahwa :
1. Pertumbuhan ekonomi adalah 6,82 % pada tahun 2005 dan 7,75 %
pada tahun 2006. Dalam tahun 2007 angka pertumbuhan ekonomi
diperkirakan mencapai angka 7,20 %.
2. Struktur ekonomi didominasi oleh sektor utama di Tahun 2007 yaitu
Sektor Bangunan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih serta sektor
Jasa-Jasa. Disektor Bangunan dan Sektor Listrik, Gas dan Air
Bersih masing-masing menyumbang hingga 15,88 % dan 15,78 %
terhadap perekonomian Kabupaten Sarolangun, sedangkan sektor
jasa-jasa menyumbang 12,39 pada tahun 2007.
3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita tahun
2005 Rp 117.980.000,- naik menjadi Rp 124.670.000,- pada tahun
2006. Dalam tahun 2007 diperkirakan mencapai Rp 124.190.000,Sedangkan total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
tahun 2005 Rp 119,77 juta menjadi 128,56 juta pada tahun 2006.
Pada tahun 2007 diperkirakan mencapai Rp 127,08 juta.
4. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun relatif stabil pada
tingkat 2,4 %. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka pada tahun
2007 mencapai 3,47 %. Sedangkan jumlah penduduk miskin yang
pada tahun 2005 sebesar 19,81 %, pada tahun 2006 turun menjadi
18,23 % dari jumlah penduduk. Pada tahun 2007 diharapkan
semakin menurun.
5. Dari segi pendidikan, tingkat melek huruf penduduk pada tahun
2007 diharapkan pada tingkat 93,90 %, meningkat dibanding tahun

20

2006 yang mencapai

93,71 % dan tahun 2005 yang mencapai

93,60 %.
6. Dari sisi kesehatan, angka harapan hidup di tahun 2007 diharapkan
bertahan pada 68,80 % sebagaimana pada tahun 2006 yang telah
meningkat dari angka 68,61% tahun untuk tahun 2005.
2.1.3.1. Kebijakan Keuangan
Dalam

menjalankan

roda

perekonomian

dan

pemerintahan

di

Kabupaten Sarolangun untuk mewujudkan visi “Terwujudnya Kabupaten yang
maju dan mandiri berbasis ekonomi kerakyatan, agribisnis yang berdaya saing
tinggi dan SDM yang berkualitas dalam tatanan kehidupan masyarakat yang
sejahtera, aman, tenteram serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama, adat
istiadat dan supremasi hukum”; diperlukan kebijakan fiskal dan keuangan, baik
dari sisi penerimaan maupun pengeluaran.
Dari sisi penerimaan, telah dikeluarkan seperangkat Perda yang mengatur
mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sumber pajak dan retribusi
daerah. Perda tersebut menyebutkan secara rinci mengenai jenis dan tarif
masing-masing pajak dan retribusi daerah. Pada tahun anggaran 2007 ini
penerimaan PAD jumlahnya belum signifikan untuk menopang belanja daerah
dalam APBD, dan masih mengandalkan dukungan dana dari penerimaan
transfer/bagi hasil dan Dana Alokasi Umum dari Pemerintah Pusat.
Dari sisi pengeluaran, Perda APBD telah ditetapkan sebagai batas tertinggi
pengeluaran untuk tiap-tiap kegiatan agar terjadi efisiensi dan efektivitas
kegiatan. Selanjutnya sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 150 ayat 1
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, telah disusun perangkat
kebijakan yang menjadi dasar dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah, yakni Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pokokpokok Pengelolaan Keuangan Daerah dan sebagai pengganti Peraturan Daerah
yang lama tersebut telah disusun draft Peraturan Daerah Tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah. Draft Perda ini telah disesuaikan dengan

21

peraturan terbaru (antara lain Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, PP Nomor 3
Tahun 2007, PP Nomor 38 Tahun 2007) dimana secara substansial mengatur
hal-hal pokok yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah. Ketentuan
secara rinci diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah (antara lain telah
disusun draft Kebijakan Akuntansi).
2.1.3.2. Pencapaian Target Kinerja APBD
APBD

Kabupaten

Sarolangun

tahun

anggaran

2007

ditetapkan

dengan Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2007, yang selanjutnya diubah
dengan Peraturan Daerah Nomor 30.Tahun 2007 tentang Perubahan APBD
Kabupaten Sarolangun tahun anggaran 2007. Penyusunan APBD ini dilakukan
dalam

rangka

penyelenggaraan

fungsi

pemerintahan,

pelaksanaan

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat untuk mencapai tujuan
bernegara. Upaya untuk mencapai tujuan bernegara dimaksud secara
operasional dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang sekaligus
bertindak selaku pusat pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah.
APBD yang disusun ini telah menerapkan sistem anggaran berbasis
kinerja, yakni mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari
perencanaan alokasi biaya atau input yang digunakan. Prinsip-prinsip anggaran
berbasis kinerja ini secara operasional dituangkan dalam bentuk Anggaran
Belanja Langsung, yakni belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh
adanya program/kegiatan yang direncanakan.
Struktur APBD terdiri dari anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Khusus untuk belanja diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam Belanja Tidak
Langsung terdiri dari Belanja Pegawai, Bunga; Subsidi; Hibah; Bantuan Sosial;
Belanja Bagi Hasil; Bantuan Keuangan; dan Belanja Tidak Terduga. Sedangkan
Belanja Langsung terdiri dari Belanja Pegawai; Belanja Barang dan Jasa; dan
Belanja Modal.

22

Pelaporan

kinerja

operasional

yang

berdimensi

keuangan

pada

Pemerintah Kabupaten Sarolangun disajikan tersendiri dalam “Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah” (LAKIP), yang mengacu pada
pedoman yang ditetapkan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) dengan
Keputusan Nomor 239/IX/6/8/2003.
Dalam LAKIP tersebut, dilaporkan aspek akuntabilitas kinerja, di mana
esensi capaian kinerja yang dilaporkan merujuk pada sejauh mana visi, misi dan
tujuan/sasaran strategis telah dicapai selama tahun 2007.
Di dalamnya antara lain diuraikan strategi dan sumber daya yang digunakan
untuk mencapai tujuan/sasaran strategis, tingkat efisiensi suatu program melalui
pembandingan output dengan inputnya, serta tingkat efektivitas suatu program
melalui pembandingan outcome dengan targetnya.

2.1.4. Profil Sosial dan Budaya
2.1.4.1. Sumberdaya Manusia
Pembangunan sumberdaya manusia (SDM) di Kabupaten Sarolangun
setelah periode pemekaran relatif belum mengalami perkembangan. Fenomena
itu terlihat dari angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) sebelum pemekaran
tahun 1999 sebesar 65,0 dan setelah pemekaran masih tetap 65,0. Kondisi ini
menempatkan Kabupaten Sarolangun berada pada peringkat 203 untuk tingkat
nasional dan 8 untuk tingkat provinsi atau ketiga terbawah. Dengan demikian,
kondisi IPM kabupaten ini tergolong masih rendah jika dibandingkan dengan
kabupaten-kabupaten lain di wilayah Provinsi Jambi. Posisi kondisi IPM
terhadap nasional dan provinsi ditunjukkan pada Tabel 2.10.

23

Tabel 2.10 Posisi IPM Kabupaten Sarolangun terhadap nasional dan
provinsi tahun 2002.
No

Kabupaten/Kota

IPM

Provinsi Jambi
1.
Kerinci
2.
Merangin
3.
Sarolangun
4.
Batanghari
5.
Muara Jambi
6.
Tanjung Jabung Timur
7.
Tanjung Jabung Barat
8.
Tebo
9.
Bungo
10.
Kota Jambi

67,4
67,5
65,0
65,0
64,6
64,6
63,6
63,6
62,7
62,7
68,9

Peringkat
Nasional
10
106
161
203
154
158
192
102
207
232
46

Peringkat
Provinsi
3
6
8
4
5
7
2
10
9
1

2.1.4.2. Pendidikan
Pembangunan di bidang pendidikan di Kabupaten Sarolangun relatif
belum mengalami peningkatan secara signifikan, terutama jika dibandingkan
dengan kabupaten lain di wilayah Provinsi Jambi. Hal ini tentunya terkait dengan
usia kabupaten yang relatif masih muda. Rendahnya tingkat pendidikan
penduduk diindikasikan dengan angka melek huruf, rata-rata lama bersekolah,
dan partisipasi pendidikan berdasarkan usia sekolah.
Tabel 2.11 Penduduk melek huruf dan rata-rata lam bersekolah di
Kabupaten Sarolangun dibandingkan dengan kabupaten/kota
di Provinsi Jambi.
No

Kabupaten/Kota

Provinsi Jambi
1.
Kerinci
2.
Merangin
3.
Sarolangun
4.
Batanghari
5.
Muara Jambi
6.
Tanjung Jabung Timur
7.
Tanjung Jabung Barat
8.
Tebo
9.
Bungo
10.
Kota Jambi

Rata-rata melek huruf (%)
P
92,1
91,4
93,5
86,5
94,4
89,7
92,9
93,6
87,3
91,1
96,3

L
97,3
94,8
97,9
94,1
99,1
98,0
94,8
98,3
96,2
98,0
99,3

Rata-rata lama
sekolah
P
L
6,7
8,0
6,7
8,0
6,2
7,5
5,2
6,6
6,1
7,7
6,2
7,4
5,7
6,6
6,7
7,7
5,8
7,2
6,1
7,7
9,5
10,6

24

Dalam konteks itu, Kabupaten Sarolangun untuk penduduk usia 10 tahun ke
atas yang melek huruf sebesar 86,5% untuk perempuan dan 94% untuk lakilaki, rata-rata lama bersekolah mencapai 5,2 tahun untuk perempuan dan 6,6
tahun untuk laki-laki. Gambaran penduduk yang melek huruf dan lama
bersekolah ditunjukkan pada Tabel 2.11
Data yang ditampilkan pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa
penduduk laki-laki cenderung lebih banyak yang buta huruf daripada penduduk
perempuan. Kondisi ini membuktikan bahwa

pembangunan

di bidang

pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius lagi. Pemikiran ini
diperkuat dengan data yang menunjukkan rata-rata lama sekolah penduduk
masih rendah jika dibandingkan dengan kabupaten lain. Namun demikian,
angka partisipasi sekolah penduduk cenderung meningkat dari tahun ke tahun
(Tabel 2.12). Peningkatan itu terkait dengan upaya pemerintah daerah dalam
meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (Tabel 2.13).
Tabel 2.12 Angka partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Sarolangun
yang berusia 7-18 tahun.
No

Pendidikan

2000

2001

2002

2003

2004

1
2
3
4

TK
SD
SLTP
SLTA

733
29.682
4.681
1.121

1.004
29.772
4.714
1.401

1.770
29.943
5.297
1.824

1.734
30.909
6.918
2.517

2.132
30.392
6.429
2.637

Perkembangan
(%)
190,85
2,39
37,34
135,23

Tabel 2.13 Jumlah sekolah dari tahun 2000-2004 di Kabupaten Sarolangun.
No

Pendidikan

2000

2001

2002

2003

2004

1
2
3
4

TK
SD
SLTP
SLTA

21
207
20
7

34
212
28
8

53
195
27
10

52
196
34
13

62
198
37
14

Perkembangan
(%)
200
-4,3
85
100

Selain peningkatan jumlah sekolah, rasio guru dan murid juga mengalami
perbaikan, sehingga semakin mendekati kondisi ideal seperti yang diharapkan
(Tabel 2.13).

25

Tabel 2.14 Rasio guru-murid untuk masing-masing sekolah
di Kabupaten Sarolangun.
No

Pendidikan

2000

2001

2002

2003

2004

1
2
3
4

TK
SD
SLTP
SLTA

16
21
23
19

11
20
20
11

11
19
14
12

9
20
16
11

9
21
13
11

Perkembangan
(%)
77
0
76
72

2.1.4.3. Tenaga Kerja
Jumlah pencari kerja di Kabupaten Sarolangun tergolong cukup besar.
Berdasarkan data yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Disnakertrans) Kabupaten Sarolangun tahun 2006 terlihat bahwa pencari kerja
adalah 2.193 orang, terdiri dari 1.104 orang laki-laki dan 1.089 orang
perempuan, dan mereka pada umumnya antara 10-54 tahun.
Dalam rangka meningkatkan keterampilan para pencari kerja, pemerintah
daerah telah melakukan pelatihan. Banyaknya tenaga kerja yang dilatih di LKKUKM Disnakertrans tahun 2006 berjumlah 336 orang, terdiri dari 167 orang lakilaki dan 169 orang perempuan. Profil tenaga kerja dan aspek yang terkait di
Kabupaten Sarolangun diperlihatkan pada Tabel 2.15 sampai Tabel 2.11.
Tabel 2.15. Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada kantor Disnakertrans
per bulan menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin tahun 2006.
No

Bulan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah

SD
L
1
4
8
2
2
1
2
2
2
1
25

SLTP
P
1
16
17

L
6
4
2
2
4
2
13
5
7
3
5
53

P
1
22
5
1
29

SLTA
L
P
62
76
10
1
140
107
77
45
51
11
16
7
28
27
34
46
37
19
26
15
35
24
46
46
562
424

Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .

26

Tabel 2.16. Jumlah pencari kerja yang terdaftar dan yang ditempatkan
menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin tahun 2006.
No
1.
2.
3.
3.
4.
5.
6.

Tingkat
Pendidikan
SD/tidak
tamat
SLTP
SLTA
Diploma I
Diploma II
Sarmud/DIII
Sarjana
Jumlah

L

Terdaftar
P
Jumlah

L

25

17

42

16

14

30

82
986
112
503
468
2.193

55
203
50
117
96
537

56
309
8
82
101
570

111
512
58
199
197
1.107

53
562
28
195
241
1.104

29
424
84
308
227
1.089
Sumber: Sarolangun dalam angka 2007 .

Ditempatkan
P
Jumlah

Tabel 2.17. Banyaknya tenaga kerja yang dilatih di LKK-UKM menurut
kejuruan dan jenis kelamin tahun 2006.
No

Kejuruan

Non-institusional
1.
Bangunan kayu/meubel
2.
Bangunan batu
3.
Listrik/elektronik
4.
Mengetik
5.
Las Karbit
6.
Sepeda motor
7.
Menjahit
8.
Anyaman
9.
Prosesing
10.
Tata rias/Salon
11.
Ternak unggas
12.
Perikanan
13.
Tanaman palawija/kebun
Institusional
1.
Las listrik
2.
Las karbit
3.
Mesin mobil
4.
Radio/elektronik
5.
Menjahit
6.
Instalasi penerangan
7.
Peternakan
8.
Sepeda motor
9.
Pangkas/Rias
10.
Mengetik
11.
Prosesing
12.
Gulung dinamo
13.
Reamer block
14.
Teknik pendingin
15.
Bordir
16.
Komputer
Jumlah

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

32
16
16
-

48
16
32
-

32
16
16
48
16
32
-

16
16
14
13
16
16
12
167

2
32
16
3
20
169

16
16
16
32
16
16
16
16
32
336

27

Tabel 2.18. Banyaknya tenaga kerja yang dilatih di LKK-UKM menurut jenis
kelamin tahun 1995-2006.
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

Laki-laki
208
272
288
412
320
320
193
248
254
180
192
167

Perempuan
192
144
352
244
240
320
120
184
252
200
141
169

Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.

Tabel 2.19. Situasi pencari kerja, penempatan dan permintaan per bulan
menurut jenis kelamin tahun 2006.
Pendaftaran
L
P
1.
Januari
138
143
2.
Februari
20
6
3.
Maret
436
490
4.
April
90
50
5.
Mei
66
19
6.
Juni
25
14
7.
Juli
55
54
8.
Agustus
54
101
9.
September
53
35
10. Oktober
43
24
11. Nopember
52
48
12. Desember
72
105
Jumlah 1.104
1.089
Sumber: Sarolangun dalam angka 2007.
No

Bulan

Permintaan
L
P
222
245
95
50
51
12
7
6
19
25
46
88
91
81
88
32
619
539

Penempatan
L
P
217
245
95
50
51
12
7
6
19
25
46
88
91
81
44
30
570
537

2.1.4.4. Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu faktor penting
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesehatan
masyarakat dapat dilihat dari status kesehatan dan pola penyakit yang ada di
wilayah itu. Indikator yang umum dipakai untuk mengukur derajat kesehatan
adalah usia harapan hidup masyarakat, tingkat kematian bayi, angka kematian
ibu melahirkan, dan status gizi buruk.

28

Dalam kaitan dengan usia harapan hidup masyarakat, Pemerintah
Daerah telah menunjukkan keberhasilan dalam pembangunan di bidang
kesehatan, hal itu tercermin dalam Tabel 2.20.
Tabel 2.20 Usia harapan hidup penduduk Kabupaten Sarolangun.
No

Kabupaten/Kota

Provinsi Jambi
1.
Kerinci
2.
Merangin
3.
Sarolangun
4.
Batanghari
5.
Muara Jambi
6.
Tanjung Jabung Timur
7.
Tanjung Jabung Barat
8.
Tebo
9.
Bungo
10.
Kota Jambi

Usia harapan hidup
P
L
68,8
64,8
70,9
66,9
68,2
64,3
68,5
64,6
68,0
64,2
68,2
64,3
68,8
64,9
70,7
66,8
67,6
63,7
64,4
60,7
70,8
66,8

Berdasarkan pola penyebaran penyakit yang diderita oleh masyarakat pada
umumnya berupa infeksi menular. Sepuluh penyakit dengan prevalensi tertinggi
adalah penyakit ISPA (pernafasan), kulit infeksi, malaria klinis, hipertensi, diare,
pulpa dan jaringan peripikal, asma, dan kulit alergi. Penyakit lain pada saluran
pernafasan bagian atas, dan penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat
kecelakaan dan rudo paksa. Dari data yang ada mengisyaratkan bahwa
peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
jumlah tenaga kesehatan sangat perlu dilakukan untuk menjamin bahwa
pembangunan di bidang kesehatan dari waktu ke waktu semakin meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
2.1.4.5. Kehidupan Beragama
Aspek keagamaan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat menjamin kehidupan
beragama setiap individu di dalam masyarakat. Pemerintah Kabupaten
Sarolangun memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan kehidupan

29

beragama. Hal itu tercermin dari kehidupan masyarakat yang agamis, dan
perkembangan rumah-rumah ibadah. Mengenai kehidupan yang agamis
diperlihatkan dengan aktifitas peribadatan, tumbuhnya kelompok-kelompok atau
majelis pengajian dan peribadatan, semaraknya peringatan hari-hari besar
keagamaan, serta semangat masyarakat dalm pembangunan rumah-rumah
ibadah. Kondisi seperti itu terlihat dari data perkembangan tempat peribadatan
pada Tabel 2.21
Tabel 2.21 Jumlah tempat ibadah di kabupaten Sarolangun.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tempat Ibadah
Mesjid
Mushola/Langgar
Vihara/Klenteng
Gereja Kristen
Gereja Katholik
Pondok pesantren
Jumlah

2003
331
286
1
18
636

2004
332
256
3
2
20
613

2005
335
227
3
2
20
587

2006
340
227
3
2
21
588

2.1.4.6. Kebudayaan dan Adat Istiadat
Masyarakat di Kabupaten Sarolangun terdiri dari beragam etnis,
setidaknya ada 12 suku/etnis dengan masing-masing latar belakang budaya dan
adat istiadat, serta bahasa (ada sekitar enam bahasa lokal). Kondisi itu
merupakan kekayaan budaya dan adat istiadat daerah, meskipun kemajemukan
itu dapat berpotensi menjadi konflik horizontal jika tidak dikelola dengan baik
oleh pemerintah. Untuk mengantisipasi itu, pemerintah telah berupaya untuk
mengelola keragaman budaya dan adat istiadat yang ada pada masyarakat
melalui kelembagaan formal dan informal, termasuk diantaranya adalah
Lembaga Adat Daerah yang dibentuk hingga pada tingkat desa. Selain itu,
pemerintah giat melakukan promosi budaya melalui berbagai even. Upaya
pembangunan yang telah dilakukan selam ini terlihat mampu meningkatkan
pemahaman terhadap keragaman budaya, pentingnya toleransi, dan perlunya
penyelesaian masalah secara damai, serta mulai berkembangnya interaksi
antar budaya secara positif.

30

2.1.4.7. Kesejahteraan Sosial
Penduduk

yang

termasuk

dalam

kategori

miskin

di

Kabupaten

Sarolangun berjumlah sekitar 20.465 orang (tahun 2006). Sedangkan penduduk
yang lanjut usia terlantar sebanyak 1.724 orang. Secara keseluruhan jumlah
penduduk yang tergolong masih rawan secara sosial dapat dilihat pada Tabel
2.22.
Tabel 2.22 Jumlah penduduk rawan sosial dan sarana di Kabupaten
Sarolangun tahun 2003-2006.
No
1.
2.
3.
4.
5.

Penduduk
Fakir miskin
Balita dan anak terlantar
Lanjut usia terlantar
Komunitas adat terpencil
Penyandang cacat

2003
4.620
1.044
1.273
142
252

Jumlah (jiwa)
2004
2005
4.620
20.640
1.044
125
1.273
238
142
535
252
531

2006
20.645
968
1.724
327
523

31