DOCRPIJM 1505366996BAB VI ASPEK TEKNIK PERSEKOTR

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

06

ASPEK TEKNIK PERSEKTOR
6.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
6.1.1

Isu Strategis, Kondisi Eksisitng, Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan
Permukiman

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Isu-Isu strategis terkait pengembangan dan pembangunan Permukiman di Kabupaten
Halmahera Tengah yaitu :
1. Perkembangan kawasan dan pengembangan perkotaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor baik secara internal maupun eksternal kota, seperti tarikan aktivitas
perdagangan dan jasa, transportasi (Adanya rencana bandara, pengembangan
pelabuhan dan mefungsikan terminal) serta pemenuhan kebutuhan infrastruktur
skala regional kawasan.
2. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman.
3. Masih banyaknya rumah yang tidak layak huni (bersifat temporer), baik ditinjau dari

kondisi bangunan, segi kesehatan, keindahan, sosial budaya dan lingkungan hidup.
4. Kebutuhan permukiman yang meningkat,
5. Pembangunan kawasan permukiman pada kawasan strategis seperti daerah
pertambangan dan sekitar daerah transmigrasi.
B. Kondisi Eksisting


Kondisi eksisting permukiman ditinjau dari aspek tingkat pelayanan :
1. Perkembangan permukiman cenderung tumbuh di pesisir.
2. Terdapat perumahan formal yang dibangun oleh pemerintah daerah untuk
perumahan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
3. Perkembangan

permukiman

tidak

hanya

dipusatkan


pada

daerah

pusat

pemerintahan tetapi juga pada pusat kawasan strategis yang ada di Kabupaten
Halmahera Tengah

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 1
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
4. Kawasan-kawasan permukiman yang berada pada kawasan diluar kawasan
perkotaan dengan tingkat pelayanan minim dan rata-rta merupakan kawasan ex.
Transmigrasi maupun permukiman nelayan
5. Belum adanya permukiman untuk masyarakat bawah mengakibatkan masyarakat
memenuhi kebutuhan permukimannya seadanya atau tidak layak huni karena
keterbatasan ekonomi

6. Terdapat permukiman dengan model rumah panggung terutama dikawasan
permukiman pesisir
7. Pola permukiman yang ada di Kabupaten Halmahera Tengah adalah mengelompok
kluster-kluster tetapi menyebar


Kondisi eksisting permukiman ditinjau dari aspek Sebaran :
1. Terkonsentrasi di perkotaan Weda
2. Terdapat beberapa kawasan permukiman di Kawasan Lilief dan Wairoro dengan
kondisi kurang baik
3. Sebagian leap frog (menyebar) mengikuti garis pantai



Kondisi eksisting permukiman ditinjau dari aspek Kualitas :
1. Sebaran rumah Temporer berada di permukiman Nusliko dan Goeng yang dibangun
pemerintah pasca konflik, dan perumahan ex trasmigrasi yang berada di Kecamatan
Weda Tengah
2. Kondisi lingkungan dan TBL :



di permukiman padat (lapis dua dan tiga) sedang-buruk



di permukiman baru cukup baik, hanya jalan utama belum memadai



kondisi sanitasi lingkungan sedang-buruk

3. kualitas permukiman nelayan dikawasan pesisir maupun permukiman transmigrasi
masih belum layak dan rata-rata dengan tipe non permanen

C. Permasalahan Dan Tantangan
Permasalahan dan tantangan pengembangan dan pembangunan permukiman Kabupaten
Halmahera Tengah, dapat dilihat pada table dibawah ini :

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 2
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014


I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

1.

2.

3.

4.
5.

PERMASALAHAN
Masih banyaknya rumah
yang
tidak
layak
huni
(bersifat
temporer),

baik
ditinjau
dari
kondisi
bangunan, segi kesehatan,
keindahan, sosial budaya
dan lingkungan hidup;
Kekurangan rumah (backlog),
dimana
terdapat
selisih
jumlah rumah dengan jumlah
KK;
Lahan untuk pembangunan
rumah baru semakin mahal
dan terbatas, sementara itu
kebutuhan
rumah
baru
semakin meningkat;

Lahan
permukiman
berpotensi genangan.
Wilayah yang datar hanya
terdapat di sepanjang pantai
sehingga
pengembangan
kawasan permukiman di
sepanjang pantai

1.

2.
3.

4.

5.

Tabel. 6.1

Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Permukiman
TANTANGAN
POTENSI
Adanya air pasang 1. Potensi aksesibelitas Kabupaten
yang
dapat
Halmahera Tengah berada di jalan
menggenangi
area
primer jalur Halmahera Selatan –
Halmahera Timur;
yang
konturnya
2. Kabupaten
Halmahera
Tengah
rendah;
memiliki Pelabuhan, terminal, dan
Bahaya abrasi pantai
rencana trasportasi udara sehingga

akan terjadi di pantai;
Karena
merupakan
memudahkan
pergerakan
topografi
berbukit
masyarakat;
Halmahera
Tengah
sehingga
rawasn 3. Kabupaten
memiliki lahan perbukitan belum
terjadi longsor
Aksesibilitas
antar
terbangun yang bisa dikembangkan
kawasan
strategis
untuk dijadikan kawasan perkotaan;

belum
didukung 4. Kabupaten
Halmahera
Tengah
dengan
moda
memiliki Topografi datar sehingga
transportasi umum
memudahkan dalam pem bangunan
Kabupaten Halmahera
fisik hingga berbukit.
Tengah belum dapat 5. Kab. Halmahera Tengah merupakan
memanfaatkan potensi
kabupaten
pemekaran
baru
adanya
daerah
sehingga masih bisa dibentuk dan
pertambangan sebagai

diarahkan
dalam
embrio perkembangan
pembangunan/pengembangan
kawasan
kotanya
6. Potesi
Kabupaten
Halmahera
Tengah sebagai penghasil nikel
7. Kabupaten
Halmahera
Tengah
memiliki potensi wisata nasional

1.

2.

3.

4.

5.

PELUANG
Perkotaan Weda ditetapkan
sebagai Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) dan akan dipromosikan
menjadi
Pusat
Kegiatan
Wilayah (PKWP)
Perkotaan Weda dilewati jalan
primer Halmahera Selatan –
Halmahera Timur; sehingga
memberikan peluang sebagai
kota transit menuju pusat
Ternate dan sofifi;
Kawasan Weda By Nikel akan
dipromosikan
sebagai
kawasan KSN
Kabupaten Halmahera Tengah
berpotensi
untuk
dapat
dikembangkan
karena
lokasinya
strategis
dan
sebagai daerah penghubung
Kabupaten Halmahera Tengah
sebagai pintu masuk Pulau
Halmahera

Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 3
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.1 : Peta Permasalahan Permukiman Kab. Halmahera Tengah
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 4
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
6.1.2

Analisa Kebutuhan Permukiman

A. Penggunaan Lahan
Luas wilayah Perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah adalah 1.304,84 Ha dengan alokasi
penggunaan lahan terbangun dan non terbangun. Penggunaan lahan non terbangun ratarata masih berupa tanah kosong, tanah ini dapat dimanfaatkan untuk daerah permukiman
baru. Untuk lebih jelasnya alokasi penggunaan lahan pada Perkotaan di Kabupaten
Halmahera Tengah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6.2
Penggunaan Lahan Perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

PENGGUNAAN LAHAN
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Transportasi
Kawasan Militer
Lapangan
Makam
Pelabuhan
Perdagangan Jasa
Perkantoran
Permukiman
Ruang Terbuka
Tanah Kosong
Jumlah
Sumber: RTRW Kabupaten Halmahera Tengah

LUAS (HA)
7,96
4,637
1,076
0,577
4,209
1,050
0,264
0,292
11,506
33,385
124,043
1,769
1.113,857
1.304,838

PROSENTASE %
0,61
0,36
0,08
0,04
0,32
0,08
0,02
0,02
0,88
2,56
9,51
0,14
85,36
100

Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat alokasi penggunaan lahan Perkotaan di
Kabupaten Halmahera Tengah tertinggi merupakan lahan kosong sebesar 1.113,857 Ha (
85,36 %) dari luas kawasan perkotaan. Untuk Ruang Terbuka Hijau yaitu berupa Lapangan
dan Taman Kota sebesar 2.82 Ha (0,12%), penggunaan lahan untuk Prasarana Sarana
Umum (PSU) yang berupa fasilitas kesehatan, pendidikan, dan peribadatan sebesar 13,673
Ha (1,32 %).
Karena merupakan daerah pemekaran baru kawasan Perkotaan di Kabupaten Halmahera
Tengah masih dapat dikembangkan hanya saja kondisi kontur yang berbukit mengharuskan
pembangunan kawasan permukiman harus menggunakan teknologi tepat guna dan
kawasan permukiman yang memenuhi standar teknis peruntukan kawasan permukiman.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 5
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
B. Kepadatan Penduduk
Tingkat perkembangan jumlah penduduk yang ada Perkotaan di Kabupaten Halmahera
Tengah turut mempengaruhi struktur kehidupan masyarakat dengan secara umum. Jika
pertumbuhan jumlah penduduk dalam keadaan konstan akan mengakibatkan berlakunya
hukum ekonomi (supply dan demand) terutama tergolong pada usia kerja. Pada Tahun 2012
jumlah penduduk Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah sebanyak 30.223 jiwa yang
terdiri 15.701 jiwa laki-laki dan 14.522 jiwa perempuan. Rasio jenis kelamin didapat dengan
perhitungan jumlah laki-laki dibagi dengan jumlah perempuan,maka didapat perhitungan
rasio jenis kelamin adalah 108.
Tabel 6.3
Jumlah Penduduk, kepadatan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

NO

NAMA
KECAMATAN

PEREMPUAN

TOTAL

Weda
5.269
4.59
Weda Selatan
2.983
2.837
Weda Tengah
2.656
2.352
Pulau Gebe
2.684
2.63
Patani
2.109
2.113
Jumlah
15.701
14.522
Sumber: Kabupaten Halmahera Dalam Angka Tahun 2013

9.859
5.82
5.008
5.314
4.222
30.223

1
2
3
4
5

LAKI-LAKI

RASIO JENIS
KELAMIN
(SEX RATIO)
115
105
113
102
100
108

Bila dilihat dari persebaran penduduk di tiap kecamatan jumlah penduduk terbanyak
terdapat di Kecamatan Weda yaitu 33 % (5.269 jiwa laki-laki dan 4.590 jiwa perempuan) dan
jumlah terkecil terdapat pada Kecamatan Patani yaitu 14 % (2.109 jiwa laki-laki dan 2.113
jiwa perempuan).
Analisis proyeksi penduduk ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan perencanaan dalam
jangka waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang. Hal itu dilakukan mengingat perkembangan
wilayah tidak terlepas dari perkembangan penduduk. Semakin bertambah jumlah penduduk
maka semakin bertambah pula kebutuhan akan ruang. Dilihat dari proyeksi jumlah
penduduk, menunjukkan rata-rata laju tingkat pertumbuhan penduduk Perkotaan di
Kabupaten Halmahera Tengah mengalami kenaikan atau rasio pertumbuhan 0,09% per
tahun.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 6
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Tabel 6.4
Proyeksi Jumlah Penduduk

NO
1
2
3
4
5

NAMA KECAMATAN
Weda
Weda Selatan
Weda Tengah
Pulau Gebe
Patani
Jumlah

PROYEKSI PENDUDUK
2018
16.088
9.497
8.171
8.671
6.891
49.318

2023
24.195
14.283
12.289
13.04
10.364
74.171

2028
36.386
21.482
18.481
19.61
15.587
111.546

2033
54.721
32.308
27.794
29.491
23.44
167.754

C. Ketersediaan Lahan Permukiman
Semakin banyaknya penduduk yang tinggal dan menetap Perkotaan di Kabupaten
Halmahera

Tengah,

menyebabkan

perlunya

alokasi

lahan

permukiman

untuk

mengantisipasi lonjakan penduduk yang menempati ruang dan mencegah semakin
meluasnya kawasan permukiman kumuh di dipusat kota dan disepanjang Sungai Yuveto.
Tujuan pengembangan kawasan permukiman dan perumahan bagi penduduk yaitu untuk
menyediakan tanah sebagai rumah tinggal dengan kepadatan bangunan dan kepadatan
penduduk yang bervariasi di seluruh bagian wilayah kota, mengakomodasi bermacam tipe
rumah tinggal dalam rangka mendorong penyediaan hunian bagi semua lapisan masyarakat
kota, serta merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada
lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan datang.
Apabila dilihat dari komposisi luasan lahan permukiman untuk masing-masing Desa di
Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah, ada beberapa Desa yang proporsi luasan
eksistingnya masih sangat sedikit padahal rencana alokasinya masih sangat luas. Hal ini
menunjukkan bahwa sebaran kawasan permukiman Perkotaan di Kabupaten Halmahera
Tengah tidak merata. Kawasan permukiman padat terlihat di Kecamatan Weda dimana
bangunan-bangunan rumah dengan kepadatan tinggi mengumpul pada lokasi tersebut.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 7
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Tabel 6.5
Ketersediaan Lahan Untuk Permukiman

NO

NAMA
KECAMATAN

PENGGUNAAN
LAHAN
EKSISTING
TAHUN 2013
(HA)
PERMUKIMAN

RENCANA
PERUNTUKAN
MENURUT
RTRW (HA)
KAWASAN
PERMUKIMAN

RENCANA
PERUNTUKAN
MENURUT
RTRW (HA)
KAWASAN
BUDIDAYA
LAINNYA

KETERSEDIAAN
LAHAN (HA)
(LAHAN
RENCANA
PERMUKIMAN
RTRW- LAHAN
EKSISTING)

1

Weda

122

396,10

1,016.78

1,290.88

2

Weda Selatan

56

758,74

1,530.79

2,233.53

3

Weda Tengah

116

215,07

3,709.74

3,808.81

4

Pulau Gebe

189

797,91

-

608.91

5

Patani

48

103,44

1,631.54

1,686.98

Total

531

2.271,26

1.740,26

7,888.85

Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013
Ketersedian lahan untuk permukiman di Perkotaan Halmahera tengah, penggunaan lahan
eksisting Tahun 2013 Permukiman dengan luas 531 Ha, rencana peruntukan menurut
RTRW Kawasan permukiman 2.271 Ha dan rencana peruntukan RTRW Kawasan Budidaya
lainnya dengan luas 1.740,26 Ha.

Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bencana
alam, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha


Kemiringan 0-15% dengan ketentuan pengaturan bangunan



Ketersediaan sarana dan prasarana lingkungan permukiman



Lokasi tersedia terkait dengan kawasan hunian yang telah ada dan akan direncanakan



Tidak terletak pada kawasan dengan fungsi pertanian beririgasi teknis atau yang
berpotensi dikembangkan sebagai sawah irigasi teknis



Ketersediaan air terjamin



Erodibilitas baik dan bebas banjir atau air genangan

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 8
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Tabel 6.6
Alokasi Kebutuhan Lahan Rumah Berdasar Pola 1 : 3 : 6 Tahun 2033
NAMA
KECAMAT
AN

N
O

JUMLAH
RUMAH
(UNIT)

KAV.BESA
R (M2)

KAV.SEDA
NG (M2)

KAV.KEC
IL (M2)

TOTAL
KEBUTUHAN
LAHAN (HA)

KETERSEDI
AN LAHAN

ANALISIS

54.721

3.283.200

820.800

1.641.600

820.800

1,412.88

Tercukupi

32.308

1.938.600

484.800

969.200

484.600

2,289.53

Tercukupi

3

Weda
Weda
Selatan
Weda
Tengah

32.309

1.938.600

484.800

969.200

484.600

3,924.81

Tercukupi

4

Pulau Gebe

29.491

1.769.400

442.200

884.800

442.400

797.91

Tercukupi

5

Patani

23.44

1.406.400

351.600

703.200

351.600

1,734.98

Tercukupi

1
2

Total

172.269

10.336.200

2.584.200

5.168.000

2.584.000

4,011.52

4,011.52

Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

D. Daya Tampung
Daya tampung penduduk merupakan besarnya kebutuhan ruang yang dibutuhkan dalam
menampung aktivitas penduduk. Arahan standar dalam daya tampung penduduk yaitu 60
jiwa/Ha atau 80 Jiwa/Ha. Dari hal tersebut maka dapat diketahui seberapa besar daya
tampung penduduk maksimal di Kawasan Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah.
Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Melihat dari tabel diatas dapat diketahui bahwa daya tampung maksimal di Perkotaan di
Kabupaten Halmahera Tengah sampai akhir tahun proyeksi dibeberapa kecamatan belum
sesuai sehingga perlu adanya pembukaan kawasan permukiman baru. Pada luas kawasan
permukiman dengan luas 189,098 Ha dan Luas Kawasan Lahan Budidaya 2.271,26 Ha,
dengan proyeksi tahun 2013 yang akan mendatang maka daya tampung maksimal 41.006
HA.
Tabel 6.7
Analisis Daya Tampung Kawasan

NO

DESA

LUAS
KAWASAN
PERMUKIM
AN (HA)
396,10

LUAS KAWASAN
LAHAN BUDIDAYA
(HA)

JUMLAH
PENDUDUK TH
2033 (JIWA)

1,016.78

54.721

DAYA
TAMPUNG
MAKSIMAL
(JIWA/HA)
23.548

1

Weda

2

Weda Selatan

758,74

1,530.79

32.308

38.159

3

Weda Tengah

215,07

3,709.74

27.794

65.414

4

Pulau Gebe

797,91

-

29.491

13.299

5

Patani

103,44

1,631.54

23.44

28.916

189.098

2.271,26

1.740,26

41.006

Total

Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 9
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
E. Kebutuhan Ruang Perumahan Dan Permukiman
Kebutuhan permukiman kota dan kawasan dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Penyediaan permukiman dan perumahan baru, yang meliputi kawasan : wedana,
fidijaya dan were
2. Peningkatan kualitas permukiman dan perumahan lama, yang meliputi kawasan :
nusliko, goeng, nurweda dan sidanga.
Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah sebagai Ibu Kota Kabupaten Halmahera
Tengah mengalami pengembangan terus menerus. Permintaan masyarakat terhadap
property atau rumah juga kian tinggi. Selain itu, pembangunan rumah milik pribadi juga
semakin bertambah banyak. Harga rumah Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah
tanpa subsidi dan bila diserahkan pada mekanisme pasar akan terus mengalami kenaikan.
Hal ini didorong oleh ketidakmampuan pasokan dalam memenuhi permintaan. Apalagi 20
tahun ke depan proyeksi penduduk Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah
diprediksikan mengalami peningkatan. Ledakan jumlah penduduk baik karena adanya
migrasi masuk menyebabkan pasokan kebutuhan rumah semakin meningkat pula.
Pemerintah dan developer swasta diharapkan dapat memberikan supply rumah di pasar
formal yang mampu dijangkau oleh MBR. Kebutuhan rumah berdasar proyeksi penduduk
tahun 2033 dengan asumsi bahwa 1 KK dihuni oleh 4 jiwa, dapat dilihat sebagai berikut.
Kebutuhan fasilitas perumahan dihitung dari jumlah proyeksi jumlah penduduk dibagi
dengan rata-rata jumlah anggota keluarga yang menghuni 1 rumah. Diasumsikan jumlah
anggota keluarga dalam 1 rumah adalah 4 orang, sesuai dengan jumlah anggota keluarga
pada umumnya di Indonesia. Dari perbandingan antara jumlah proyeksi penduduk dengan
jumlah anggota keluarga tiap 1 unit rumah diketahui jumlah kepala keluarga di Perkotaan di
Kabupaten Halmahera Tengah. Selanjutnya diasumsikan setiap 1 KK memiliki 1 rumah,
sehingga dapat dihitung jumlah total rumah di Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah.
Tabel 6.8
Kebutuhan Rumah Berdasar Proyeksi Penduduk Tahun 2033

1

Weda

9.859

JUMLAH
PENDUDUK THN
2033
54.721

2

Weda Selatan

5.82

32.308

8.077

3

Weda Tengah

5.008

27.794

6.949

4

Pulau Gebe

5.314

29.491

7.373

5

Patani

NO

KECAMATAN

Total

JUMLAH PENDUDUK
EKSISTING THN 2013

KEBUTUHAN RUMAH (4
JIWA /KK) THN2033
13.68

4.222

23.44

5.86

30.223

167.754

41.939

Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 10
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Tabel 6.9
Backlog Perumahan Pada Tahun 2033
KEBUTUHAN
RUMAH (4 JIWA
/KK) THN 2033 (A)
1
Weda
13.68
2
Weda Selatan
8.077
3
Weda Tengah
6.949
4
Pulau Gebe
7.373
5
Patani
5.86
Total
458.838
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013
NO

KECAMATAN

JUMLAH RUMAH
EKSISTING THN
2013 (B)
1.931
1.348
409
373
569
41.939

BACKLOG
(C=A-B)
11.749
6.729
6.54
7
5.291
37.309

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat diketahui baclog rumah untuk 20 tahun
mendatang dengan melihat proyeksi kebutuhan rumah adalah 37.309 unit.
Perencanaan kebutuhan rumah Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah disusun
dengan konsep 1 : 3 : 6. Perbandingan tersebut merupakan perbandingan jumlah rumah tipe
besar, sedang, dan kecil; dengan perbandingan jumlah rumah tipe kecil yang paling banyak.
Perencanaan kebutuhan rumah di Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah, diasumsikan
dengan klasifikasi 3 tipe rumah yaitu :
t rumah dengan luas rata-rata 200-300 m2
-rata 100-200 m2
-rata 90-100 m2

Dari perbandingan tipe rumah dapat dihitung kebutuhan lahan untuk perumahan Perkotaan
di Kabupaten Halmahera Tengah yaitu dengan mengalikan jumlah tiap tipe rumah dengan
luas rata-rata maksimum untuk masing-masing tipe. Berikut ini dapat dilihat tabel
perhitungan kebutuhan rumah dan kebutuhan lahan Perkotaan di Kabupaten Halmahera
Tengah.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 11
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Tabel 6.10
Alokasi Kebutuhan Rumah Berdasar Pola 1 : 3 : 6 Tahun 2033
KEBUTUHAN
RUMAH (4
JIWA/KK)
1
Weda
13.68
2
Weda Selatan
8.077
3
Weda Tengah
6.949
4
Pulau Gebe
7.373
5
Patani
5.86
Total
41.939
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013
NO

DESA

KAV.BESAR KAV.SEDANG KAV.KECIL
(UNIT)
(UNIT)
(UNIT)
1.368
808
695
737
586
4.194

4.104
2.423
2.085
2.212
1.758
12.582

8.208
4.846
4.169
4.424
3.516
25.163

Berdasarkan perhitungan kebutuhan fasilitas perumahan dapat diketahui bahwa kebutuhan
perumahan di Perkotaan Halmahera Tengah pada tahun 2033 membutuhkan sarana
perumahan sebesar 41.939 unit untuk jenis rumah dengan tipe besar sebanyak 4.194 unit,
sedang sebanyak 12.582 unit dan kecil sebanyak 25.163 unit.

F.

Sebaran Dan Tipologi Permukiman
Secara keruangan pertumbuhan kawasan permukiman Perkotaan di Kabupaten

Halmahera Tengah merefleksikan konvergensi dan dispersi bertipologi kawasan pesisir.
Perkembangan kota sangat dipengaruhi pertumbuhan kawasan permukiman yang berpusat
pada awalnya di kawasan pesisir dekat pelabuhan dan mengalirkan pergerakan ke
pedalaman sepanjang aliran sungai atau yang berdekatan dengan sumber air dan tumbuh di
sepanjang perbatasan terluarnya hingga dilayani secara jari-jari dan linier oleh sistem
jaringan jalan. Pola seperti ini membentuk tipe konsentris yang akan mendekati titik batas
peralihan bila batas maksimal pelayanan pusat kota sudah terjadi. Sehingga dibentuklah
pusat pelayanan baru yang dapat menjangkau pelayanan yang lebih luas lagi ke seluruh
wilayah. Proses perkembangan yang demikian ini adalah lazim terjadi bila kota sedang
mengalami pertumbuhan bukan kejenuhan akibat populasi yang semakin bertambah.
Embrio kawasan permukiman awal tersebut membentuk tipologi permukiman pesisir dan
tepi laut yang disandingkan dengan permukiman pada sumber-sumber air di daratan dan
sebagai magnet utama aktivitas adalah pusat kota sebagai kawasan pelabuhan dimana
perdagangan dan jasa serta kegiatan ikutannya tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
alamiah dapat dikatakan itulah yang terjadi di Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 12
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Sehingga berakibat pada saat ini terjadi perbedaan intensitas aktivitas dan didorong oleh
strategi kebijakan pembangunan pada pusat-pusat pelayanan baru, yang melahirkan kondisi
urban sprawl. Keseluruhan pola aktivitas ini disertai dengan perkembangan kawasan
permukiman yang mengikuti pola tersebut.
Strategi kebijakan pengembangan pusat aktivitas kota kawasan barat dan utara serta
menjalar ke selatan adalah kebijakan yang membuka pengembangan kawasan baru,
termasuk

kawasan

permukiman.

Konsep

ini

seharusnya

didukung

oleh

konsep

”infrastructure-led” sehingga akan semakin mempercepat pertumbuhan kawasan terbangun,
seperti : listrik, drainase, air bersih, jalan. Konsep ini dipadukan dengan perencanaan tata
guna lahan yang baik yang dapat menghindarkan dari disparitas lahan, maka akan dapat
mewujudkan kota sesuai dengan arah dan tujuan pembangunan jangka panjang.

Secara umum, kinerja kawasan permukiman digolongkan pada kawasan yang butuh
pengendalian pertumbuhan, dan kawasan yang perlu didorong pertumbuhannya. Kawasan
yang dikendalikan pertumbuhannya mendominasi di Kecamatan Weda, Kecamatan Weda
tengah. Sedangkan kawasan yang didorong pertumbuhannya mencakup: kecamatan Weda
Selatan, Kecamatan Patani. Pulau Gebe. Pada kawasan permukiman yang dikendalikan
yang terlihat antara lain : perpadatan permukiman, degradasi kualitas lingkungan
permukiman, banjir dan genangan, sanitasi, hunian tidak layak. Sedangkan pada kawasan
yang didorong pertumbuhannya kondisi jalan, saluran, persampahan belum ada pelayanan
dari pemda.
Dalam kaitannya dengan pendistribusian penduduk, pengembangan karakter ruang kota
serta pertimbangan daya dukung dan daya tampung ruang, maka kawasan perumahan di
Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu kawasan
perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, kawasan perumahan dengan tingkat
kepadatan sedang dan kawasan perumahan dengan tingkat kepadatan rendah. Kawasan
perumahan kepadatan tinggi diarahkan pada Kecamatan Weda.
Tipologi permukiman di Perkotaan di Kabupaten Halmahera Tengah terdiri dari beberapa
tipe. Tipologi ini didasarkan pada: (1) lokasi, (2) luasan lahan, (3) keberadaan pusat
pelayanan dan fasilitas; dan (4) pelayanan infrastruktur; (5) desain arsitektural dan material
bangunan; serta (6) produk perumahan. Tipologi ini adalah ciri-ciri generik akibat persaingan
pasar dan kemampuan ekonomi untuk memperoleh berbagai pelayanan dan fasilitas kota.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 13
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
6.1.3

Kawasan Prioritas Perkotaan

Indikator dan kriteria Kawasan prioritas pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah, memuat tentang:
1. Permukiman Sesuai kebijakan pengembangan dan pembangunan kota
2. Dominasi penanganan melalui bidang keciptakaryaan
3. Urgenitas penanganan
4. Kependudukan
5. Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota
6. Kontribusi dalam simulasi pembangunan dan pengembangan kota
7. Dominasi permasalahan terkait bidang keciptakaryaan

Dari Kriteria dan indikator kawasan prioritas pembangunan permukiman dan
infrastruktur Perkotaan diatas, dimasukkan beberapa sebaran pemukiman di Perkotaan
Weda, terdapat 7 Desa di Kecamatan Weda yaitu (Desa Sidanga, Desa Fidi Jaya Desa
Were, Desa Nurweda, Desa Wedana, Desa Goeng dan Desa Nusliko), Kecamatan Weda
Selatan, Kecamatan Weda Tengah, Kecamatan Patani dan Kecamatan Pulau Gebe sebagai
indikasi kawasan prioritas Dibawah ini indikasi kawasan-kawasan permukiman di Perkotaan
Kabupaten Halmahera Tengah.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 14
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Tabel 6.11
Indikasi Kawasan Prioritas Permukiman Perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah
NAMA KAWASAN

TEMA KAWASAN



NUSLIKO
DAN
PRIORITAS C

NURWEDA
DAN
PRIORITAS B

WERE
DAN
PRIORITAS A

GOENG

WEDANA

FIDI

SIDANGA PRIORITAS D

JAYA

KAWASAN
TELAGA

WISATA


ALAM 







PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN BARU

PERKANTORAN,
PERDAGANGAN DAN JASA

KAWASAN WISATA PANTAI


















JUSTIFIKASI KAWASAN
Ditetapkan sebagai kawasan pariwisata
Terdapat embrio wisata yang bisa dikembangkan (panti Nusliko dan telaga
nusliko)
Sebaran permukiman bersifat linier mengikuti jalan utama,
Kepadatan rumah rendah dengan lahan pekarangan luas,
Masih dijumpai halaman yang luas
Masih banyak lahan pertanian
Jarak bangunan yang belum begitu rapat.
Rumah umumnya berlantai satu
95% rumah masih bersifat temporer
Banyak bermunculan /tumbuh perumahan formal baik sebagai perumahan
type kecil, sedang, maupun besar
Perumahan tumbuh dengan skala kecil dan skala sedang.
Terdapat lahan kosong bertopografi datar yang bisa dimanfaatkan untuk lahan
permukiman
Masih dijumpai halaman yang luas
Masih banyak lahan pertanian
Jarak bangunan yang belum begitu rapat.
Rumah umumnya berlantai satu
Ruas jalan di kawasan ini tumbuh sebagai perkantoran, perdagangan dan jasa
Permukiman berkepadatan sedang sampai tinggi
Dominasi jenis bangunannya adalah semi permanen dan permanen,
Jarak antar bangunan belum begitu rapat
Masih ada Halaman rumah
Bangunan depan rumah langsung berada di tepi jalan
Mempunyai luas kapling perumahan sedang dan besar,
Sarana dan prasarana permukiman dan perkotaan sebagian besar tersedia.
Sebaran permukiman bersifat linier mengikuti jalan utama,
Kepadatan rumah rendah dengan lahan pekarangan luas,

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 15
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

SIDANGA PRIORITAS D

WEDA TENGAH PRIORITAS E

WEDA SELATAN PRIORITAS F

PATANI PRIORITAS G

PULAU GEBE PRIORITAS H









KAWASAN WISATA PANTAI





KAWASAN
PERMUKIMAN 

SEKITAR WEDA BAY NIKEL




KAWASAN
PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN BARU




KAWASAN
DAN JASA

PERDAGANGAN






KAWASAN
PERMUKIMAN

SEKITAR ANEKA TAMBANG



Masih dijumpai halaman yang luas
Masih banyak lahan pertanian
Jarak bangunan yang belum begitu rapat.
Rumah umumnya berlantai satu
80% rumah masih bersifat temporer
Sebaran permukiman bersifat linier mengikuti jalan utama,
Kepadatan rumah rendah dengan lahan pekarangan luas,
Masih dijumpai halaman yang luas
Masih banyak lahan pertanian
Jarak bangunan yang belum begitu rapat.
Rumah umumnya berlantai satu
80% rumah masih bersifat temporer
Permukiman berada di sekitar tambang Weda Bay Nikel
Rumah 70 % masih temporer
Jarak antar bangunan belum begitu rapat
Layanan infrastrukur permukiman disupply oleh Weda Bay Nikel
Permukiman yang sudah berpola (eks trasmigrasi)
Perumahan tumbuh dengan skala kecil dan skala sedang.
Terdapat lahan kosong bertopografi datar yang bisa dimanfaatkan untuk lahan
permukiman
Masih banyak lahan pertanian
Jarak bangunan yang belum begitu rapat.
Rumah umumnya berlantai satu
Terdapat lahan kosong bertopografi datar yang bisa dimanfaatkan untuk lahan
permukiman
Masih dijumpai halaman yang luas
Masih banyak lahan pertanian
Jarak bangunan yang belum begitu rapat
Permukiman berada di sekitar aneka tambang
Rumah 90 % masih temporer/rumah bantuan dari aneka tambang
Bentuk rumah di kawasan ini adalah kopel
Jarak antar bangunan belum begitu rapat
Layanan infrastrukur permukiman disupply oleh aneka tambang

Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 16
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Tabel 6.12
Skala Penanganan Kawasan Prioritas Perkotaan Kabupaten Halmahera Tengah

Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013
Berdasarkan rangking yang memerlukan penanganan prioritas pembangunan permukiman dan Infrastruktur perkotaan yaitu Kawasan Were
dan Fidi Jaya sebagai kawasan prioritas pertama; Kawasan Nurweda dan Wedana sebagai kawasan prioritas kedua. Kawasan Nusliko dan
Goeng sebagai kawasan prioritas ketiga. Dan kawasan Sidanga sebagai kawasan prioritas keempat dan seterusnya.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 17
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.2 : Peta Profil Kawasan Prioritas I Perkotaan Weda
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 18
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.3 : Peta Profil Kawasan Prioritas II Perkotaan Weda
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 19
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.4 : Peta Profil Kawasan Prioritas III Perkotaan Weda
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 20
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.5 : Peta Profil Kawasan Prioritas IV Perkotaan Weda
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 21
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.6 : Peta Profil Kawasan Prioritas Kec. Weda Tengah
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 22
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.7 : Peta Profil Kawasan Prioritas Kec. Weda Selatan
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 23
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.8 : Peta Profil Kawasan Prioritas Kec. Patani
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 24
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.9 : Peta Profil Kawasan Prioritas Kec. Pulau Gebe
Sumber : SPPIP Kab. Hal-Teng, 2013

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 25
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
6.1.4

Kawasan Permukiman Kumuh

Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi diketahui bahwa
kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Halmahera Tengah
meliputi ; Kawasan permukiman Fidi Jaya, Goeng, Nurweda,
Nusliko, Sidanga, dan Were. Dengan luas kawasan
permukiman kumuh 51, 60 Ha.
Tabel 6. 13
Kawasan Permukiman Kumuh Kab. Halmahera Tengah

Sumber : PU, BANGKIM, 2014

Gambar 6.10 : Peta Letak Kawasan Kumuh Kab. Halmahera Tengah
Sumber : PU, BANGKIM, 2014

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 26
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.11 : Peta Kawasan Kumuh FIDI JAYA
Sumber : PU, BANGKIM, 2014

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 27
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.12 : Peta Kawasan Kumuh GOENG
Sumber : PU, BANGKIM, 2014

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 28
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.13 : Peta Kawasan Kumuh NURWEDA
Sumber : PU, BANGKIM, 2014

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 29
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.14 : Peta Kawasan Kumuh NUSLIKO
Sumber : PU, BANGKIM, 2014

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 30
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.15 : Peta Kawasan Kumuh SIDANGA
Sumber : PU, BANGKIM, 2014

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 31
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I

Gambar 6.16 : Peta Kawasan Kumuh WERE
Sumber : PU, BANGKIM, 2014

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 32
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
6.1.5

Program Pengembangan Permukiman

Program Pengembangan Permukiman Kabupaten Halmahera Tengah yaitu sebagai berikut :
1. Program pengaturan, bimbingan pengawasan dan penyelenggaraan pembangunan
permukiman dan perumahan,
2. Penyusunan data base perumahan dan permukiman,
3. Pendataan rumah tidak layak huni,
4. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk menciptakan rumah yang layak huni,
mengelola infrastruktur, dan kawasan lindung,
5. Penataan permukiman padat dan kumuh,
6. Memaksimalkan peran pemerintah dan swasta dalam penyediaan perumahan sesuai
ketentuan yang diatur di Kab. Halmahera tengah.
7. Relokasi permukiman yang berada di sempadan pantai, sungai atau bangunan
illegal,
8. Penyediaan lahan relokasi, pembangunan perumahan layak huni, pembangunan
RUSUNAWA/RUSUNAMI,
9. Perlibatan masyarakat dalam pembangunan perumahan.

6.1.6

Usulan Program Dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Usulan Program Dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Halmahera Tengah
dapat dilihat pada lampiran 6.1.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 33
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
6.2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
6.2.1

Isu Strategis, Kondisi Eksisitng, Permasalahan Dan Tantangan Penataan
Bangunan Dan Lingkungan

A. Isu Strategis
Berdasarkan RTRW Kab. Halamhera Tengah, Isu-isu yang terkait dengan pemanfaatan
lahan bahwa lahan di Kabupaten Halmahera Tengah lebih banyak dimanfaatkan hutan
sebesar 91,82

persen dan perkebunan dan jenis penggunaan lain. Penggunaan lahan

untuk aktivitas lain selain hutan dan perkebunan didominasi Kecamatan Weda Utara, Patani
dan Patani Utara. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1)

Dengan lahan permukiman yang sangat sedikit dibandingkan dengan lahan hutan
dan perkebunan juga menggambarkan relatif mudahnya untuk mengembangkannya
menjadi jauh lebih baik karena ditunjang oleh hasil dari bidang kehutanan dan
perkebunan atau dengan kata lain, dengan komposisi tersebut akan sangat besar
peluang untuk membangun dan mengembangkan permukiman yang ada menjadi
permukiman yang ideal;

(2)

Bahwa berdasarkan data dan informasi peta yang ada menunjukkan bahwa di
Kabupaten Halmahera Tengah belum berkembang sebagaimana yang diharapkan
karena sebagian besar lahannya masih didominasi oleh kegiatan non-permukiman.
Lahan permukiman yang sangat sedikit juga menunjukkan bahwa perkembangan
yang terjadi belum merata karena hanya terjadi pada bagian-bagian kawasan
tertentu saja, sehingga hasil dari kegiatan eksplorasi sumber daya alam belum dapat
dirasakan secara optimal. Dalam arti, nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan
eksplorasi sumber daya alam tidak langsung mendorong perekonomian wilayah
Kabupaten Halmahera Tengah;

(3)

Selanjutnya jika memperhatikan Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Halmahera
Tengah terlihat bahwa penggunaan lahan budidaya non-pertanian Untuk masa
mendatang, tentunya kecenderungan perkembangan fisik di sepanjang Jalan
kabupaten harus diarahkan secara tetap sehingga terjadi keseimbangan dengan
perkembangan wilayah Halmahera Tengah secara keseluruhan.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 34
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
wilayah Kabupaten Halmahera Tengah dibagi ke dalam 5 (lima) Zona/ Wilayah
Pengembangan dengan fungsi yang akan dikembangkan,

Tabel 6.14
Wilayah Pengembangan Kabupaten Halmahera Tengah
Wilayah
Pengembangan

Pusat

Fungsi Yang Dikembangkan

Weda

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

WP I

Wairoro
WP II

Sagea
WP III

Patani
WP IV

Kapaleo
WP P.Gebe V

Pusat Pemerintahan Kabupaten
Simpul transportasi laut dan darat
Pertambangan
Pertanian tanaman pangan
Perkebunan
Perikanan laut
Permukiman
Jasa dan Perdagangan
Pariwisata
Pertanian tanaman pangan
Peternakan
Perikanan laut
Permukiman
Pariwisata
Pusat pemerintahan kecamatan
Perkebunan
Perikanan laut
Permukiman
Pariwisata
Pusat pemerintahan kecamatan
Simpul transportasi laut
Pertambangan
Perikanan laut
Permukiman
Pariwisata
Pusat pemerintahan kecamatan
Simpul transportasi laut dan udara
Pertambangan
Perikanan laut
Permukiman
Pariwisata

Sumber : RTRW Kab Hal-Teng

Sesuai Lingkup wilayah perencanaan Rencana Detail Tata Ruang pada Kawasan Patani,
dengan

mengembangkan

RDTR

3

wilayah

Kecamatan

sekaligus,

maka

konsep

pengembangan struktur pada kawasan akan dibagi menjadi 3 Blok Utama, yang meliputi :
a.

Blok Walegi-Kipae-Yodeliu dengan fungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi
(PKLp), Sesuai fungsi pada blok ini diperlukan penyiapan ruang seperti Pelabuhan

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 35
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Lokal/Pengumpan Sekunder dan/atau Terminal Penumpang Tipe B, Pasar Induk
Lokal, Perbankan Lokal dan/atau Regional, Rumah Sakit Umum Tipe C, Sekolah
Menengah Umum/Kejuruan dan beberapa fungsi regional seperti penyangga hasil
perikanan, jasa dan perkebunan serta penyangga pengembangan pemukiman.
b.

Blok Tepeleo-Pantura Jaya dengan fungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK). Sesuai dengan fungsinya pada blok ini diperlukan penyiapan ruang seperti :
Terminal Penumpang Perkotaan, Pasar Kecamatan, Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Sekolah Menengah Atas, penyangga
transportasi dan pengembangan pemukiman.

c.

Blok Banemo-Bobanjaya dengan fungsi sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
Sesuai fungsi pada blok ini diperlukan penyiapan ruang seperti :Terminal
Penumpang

Perdesaan,

Pasar

Kecamatan,

Pusat

Kesehatan

Masyarakat

Kecamatan, Sekolah Dasar 9 tahun /(SMP), serta pengembangan pemukiman.
Sesuai RDTR Kawasan Weda selatan, Rencana struktur kawasan perencanaan membentuk
pusat-pusat kegiatan di Kawasan Perkotaan Weda Selatan, diarahkan di pusat pelayanan
kegiatan dominan yang terjadi di kawasan perencanaan. Rencana pusat kegiatan tersebut
antara lain :
a. Pusat pelayanan utama di Kawasan Perkotaan Weda Selatan berlokasi di Desa
Wairoro Indah yaitu di sekitar Kantor Kecamatan Weda Selatan. Kegiatan yang
mendukung terjadinya pusat ini adalah adanya perdagangan dan jasa, permukiman,
dan pendidikan khususnya Sekolah Menengah Umum. Pusat pelayanan utama ini
juga berfungsi sebagai pusat pelayanan BWK I Wairoro Indah.
b. Pusat pelayanan di BWK II Sosowomo yang diarahkan di Desa Sosowomo. Pusat
Pelayanan BWK II Sosowomo ini merupakan pusat pelayanan baru yang
direncanakan,

hal

ini

dikarenakan

wilayah

perencanaan

bagian

utara

kecenderungannya berkembang di pesisir pantai, khususnya di wilayah perencanaan
bagian utara kecenderungannya berkembang di pesisir pantai, khususnya di Desa
Loleo dan Desa Tilope. Dengan diarahkannnya pusat kegiatan di Sosowomo
diharapkan perkembangan permukiman beserta fasilitas lainnya tidak terpusat di
kawasan pantai serta kondisi lingkungan pantai tetap terjaga dari kerusakan.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 36
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
Sesuai RDTR Kota Sagea, rencana pembagian blok kawasan terdiri dari :
a. Blok A Desa Sagea yang dibatasi oleh sungai pada arah barat dan kearah timur
desa kiya,
b. Blok B Desa Kiya yang dibatasi oleh Desa Sagea pada arah barat dan arah timur
sunagai Tifae.

B. Kondisi Eksisting, Potensi Dan Permasalahan
Berdasarkan RDTR Weda Selatan, Aspek struktur ruang kawasan perencanaan terdiri dari
struktur pusat pelayanan dan kegiatan fungsional perkotaan ditinjau dari fungsi kegiatan,
tingkat pelayanan dan aksesbilitas. Struktur ruang ini memiliki potensi dan masalah yang
menentukan pengembangan perkotaan di masa mendatang. Potensi dan masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1.

Potensi Struktur Ruang

Potensi struktur ruang di kawasan perencanaan ditinjau dari fungsi kegiatan, tingkat
pelayanan dan aksesbilitas yang ada dapat mendukung pembentukan struktur perkotaan.
a.

Fungsi Kegiatan

Fungsi kegiatan yang dominan dan mempengaruhi struktur ruang di wilayah perencanaan,
yaitu:


Kegiatan perkotaan berupa fasilitas perdagangan dan jasa jumlah dan jenisnya
masih sangat terbatas, yaitu hanya terdapat 1 buah toko yang berada di Desa
Kluting Jaya , kios kecil hanya 41 unit, warung hanya 6 unit dan KUD hanya 7 unit.



Kegiatan perkotaan berupa fasilitas umum dan sosial jumlahnya juga terbatas yaitu
hanya berupa puskesmas, puskesmas pembantu dan

pendidikan SD, SMP dan

SMU serta perkantoran pemerintahan skala pelayanan desa dan kecamatan.


Sedangkan fasilitas lainnya tidak ada.

Fungsi kegiatan perkotaan tersebut merupakan parameter pembentukan struktur kegiatan
fungsional perkotaan di wilayah perencanaan. Kegiatan-kegiatan tersebut cenderung
menyebar dan belum membentuk pusat-pusat pelayanan perkotaan dalam struktur ruang
kota di wilayah Kecamatan Weda Selatan.
b.

Tingkat Pelayanan

Kawasan perkotaan merupakan suatu sistem, sedangkan tingkat pelayanan merupakan sub
sistem. Jika ditinjau secara fungsional, kawasan perkotaan merupakan pusat pelayanan dan

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 37
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
sekaligus sebagai pusat kegiatan. Berdasarkan fungsi kegiatan di atas, maka bentuk hirarki
pusat pelayanan di kawasan perencanaan adalah:


Pusat Pelayanan BWK (pusat kegiatan inti perkotaan) merupakan kawasan
pelayanan bagi penduduk setempat dan seluruh wilayah perencanaan (skala
kecamatan). Dengan demikian Pusat Pelayanan BWK yang ada di wilayah
Kecamatan Weda Selatan cenderung berfungsi ganda yang mengarah sebagai
pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Halmahera Tengah bagian utara.



Pusat Unit Lingkungan merupakan pusat kegiatan dengan lingkup pelayanan yang
mencakup masing-masing lingkungan untuk mendukung pemerataan perkembangan
kawasan perkotaan agar tidak berorientasi di pusat pelayanan utama.

Pembentukan sistem pusat pelayanan tersebut sangat mendukung penyebaran fasilitas
pelayanan yang merata untuk memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah ini, baik kebutuhan
primer maupun sekunder. Sistem pusat pelayanan tersebut akan membentuk struktur ruang
perkotaan yang secara berjenjang sesuai dengan potensi, fungsi dan peran masing-masing
pusat pelayanan.
c.

Aksesbilitas

Transportasi merupakan salah satu elemen pembentuk struktur ruang perkotaan yaitu
sebagai penghubung antar kawasan maupun antar wilayah. Pengembangan tata ruang
perlu adanya perencanaan sistem transportasi menyeluruh dan terkait dengan sistem tata
ruang, khususnya tingkat aksesbilitas. Aksesbilitas di wilayah perencanaan dapat ditinjau
berdasarkan jaringan jalan, sarana angkutan umum dan jarak orbitas terhadap pusat-pusat
kegiatan perkotaan.
Pola jaringan jalan yang ada berbentuk linier (khususnya jaringan jalan utama) dan
mengarah kebentuk grid (khususnya jaringan jalan lingkungan/lokal). Jaringan jalan yang
berfungsi sebagai akses penghubung utama yaitu jaringan jalan yang menghubungkan
antara Kabupaten Halmahera Selatan-Weda Selatan-Weda-Kabupaten Halmahera Timur
maupun ke pusat Ibu Kota Provinsi. Sedangkan akses penghubung lainnya adalah jaringan
jalan yang menghubungkan antar desa yang ada di wilayah perencanaan. Jika ditinjau dari
konstruksi jalan rata-rata kondisi jalan masih berupa jalan tanah dengan kondisi rusak dan
sarana transportasi keberadaannya juga sangat terbatas.

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 38
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
2.

Masalah Struktur Ruang

Pembentukan struktur ruang kota di wilayah

perencanaan, selain memiliki potensi

pengembangan juga terdapat beberapa permasalahan. Masalah struktur ruang ditinjau
berdasarkan fungsi kegiatan, tingkat pelayanan dan aksesbilitas, yaitu:
a.

Fungsi Kegiatan

Masalah fungsi kegiatan yang mempengaruhi pembentukan struktur ruang di wilayah
perencanaan antara lain:


Kegiatan perdagangan dan jasa masih belum berkembang dan jumlahnya masih
sangat terbatas, sehingga kebutuhan tertentu masyarakat masih harus dipenuhi di
luar wilayah Kecamatan Weda Selatan, baik mengarah ke pusat ibu kota Kabupaten
maupun mengarah ke pusat Ibu Kota Provinsi ( Sofifi). Akibat yang ditimbulkan
akibat kebutuhan masyarakat harus dipenuhi di luar wilayah Kecamatan Weda
Selatan mengakibatkan semakin besar pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh
masyarakat.



Kegiatan pendidikan di kawasan perencanaan sudah cukup terlayani hingga skala
SMA walupun untuk kedepannya masih perlu ditingkatkan, baik kualitas maupun
fasilitasnya agar kualitas SDM di wilayah perencanaan menjadi lebih baik dan
mampu mengembangkan daerahnya.



Kegiatan pelayanan fasilitas kesehatan juga masih terbatas, yaitu hanya berupa
fasilitas puskesmas dengan sarana dan prasarana masih terbatas, sehingga untuk
penyakit tertentu yang belum bisa ditangani di puskesmas harus dirujuk ke luar
wilayah. Guna mendukung fungsi dan peran wilayah perencanaan, khususnya dalam
skala kecamatan, maka sudah selayaknya fasilitas kesehatan perlu dikembangkan,
minimal berupa puskesmas rawat inap dan didukung oleh tenaga medis yang
memadai.



Fasilitas-fasilitas publik selain perkantoran pemerintah juga belum berkembang,
sehingga mengakibatkan belum terbentuk struktur ruang kota yang ideal.

b.

Tingkat Pelayanan

Masalah tingkat pelayanan di wilayah perencanaan ditimbulkan dari pembentukan pusatpusat pelayanan dengan tingkat skala pelayanan di setiap kegiatan perkotaan yang ada,
yaitu:


Pusat-pusat pelayanan perkotaan belum berkembang di wilayah perencanaan dan
menyebabkan kegiatan perkotaan yang ada belum terstruktur berdasarkan tingkat
pelayanannya, yang pada akhirnya akan menghambat pemerataan fasilitas

Bantuan Teknis RPI2JM Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program VI - 39
Bidang Cipta Karya – Provinsi Maluku Utara Tahun 2014

I RPI2-JM I Kabupaten Halmahera Tengah I
pelayanan kebutuhan penduduk.
Kegiatan utama perkotaan berupa perdagangan dan jasa belum mampu melayani
kebutuhan skala pelayanan kecamatan.


Kegiatan perdagangan berskala lokal yang ada belum dapat melayani kebutuhan
sekunder penduduk setempat, sehingga mengakibatkan arah orientasi pelayanan
penduduk cenderung mengarah ke pusat perkotaan.

c.

Aksesbilitas

Masalah aksesbilitas di wilayah perencanaan secara umum dipengaruhi kondisi transportasi
yang ada, seperti kondisi jaringan jalan, sarana angkutan umum maupun jarak tempuh ke
kegiatan utama perkotaan. Masalah-masalah aksesbilitas tersebut, yaitu:


Kondisi konstruksi jalan di wilayah perencanaan sebagian besar masih berupa jalan
tanah dengan kondisi rusak dan pada saat musim hujan kondisi jalan berlumpur dan
pada saat musim kemarau kondisi jalan berdebu, sehingga menyebabkan
terbatasnya

pergerakan

penduduk

setempat

untuk

memenuhi

kebutuhan

pelayanannya maupun perputaran barang dan jasa terhambat.


Pelayanan sarana angkutan umum dalam bentuk jalur-jalur ang