Pengaruh Pengungkapan Good Corporate Governance terhadap Stock Return dengan Kinerja Perusahaan sebagai Variabel Mediasi pada Perusahaan LQ-45

  

Pengaruh Pengungkapan Good Corporate Governance terhadap

Stock Return dengan Kinerja Perusahaan sebagai Variabel

  

Mediasi pada Perusahaan LQ-45

Felisitas Sriayu Ningsih dan Adwin Surja Atmadja

  Akuntansi Bisnis Universitas Kristen Petra Email: aplin@petra.ac.id

  

ABSTRAK

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Good

  

Corporate Governance terhadap stock return dengan dimediasi oleh kinerja

  perusahaan. Pengungkapan good corporate governance diukur menggunakan

  

Corporate Governance Disclosure Index (CGDI), stock return dengan menggunakan

cumulative abnormal return (CAR), sedangkan kinerja perusahaan menggunakan

return on equity (ROE). Variabel kontrol yang digunakan adalah debt to equity ratio

  (DER) dan ukuran perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan kelompok LQ-45 Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mempublikasikan laporan tahunan dan laporan keuangan secara konsisten dan lengkap selama tahun 2010-2015. Sehingga sampel akhir dalam penelitian ini berjumlah 108 pengamatan yang diseleksi menggunakan purposive sampling.

  Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi data panel dengan menggunakan program STATA untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa good corporate governance berpengaruh signifikan positif dan memiliki hubungan yang langsung (direct) terhadap stock return tanpa dimediasi oleh kinerja perusahaan. Debt to equity ratio berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan dan berpengaruh signifikan negatif terhadap stock

  

return. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap

kinerja perusahaan dan tidak berpengaruh signifikan terhadap stock return.

  

Kata Kunci : Good Corporate Governance, Stock Return, Kinerja Perusahaan, Debt to

Equity Ratio, Ukuran Perusahaan

  

ABSTRACT

  This study conducted to examine the influence of Good Corporate Governance Disclosure toward stock return with firm performance as a mediating variable. Good corporate governance measured by using Corporate Governance Disclosure Index (CGDI), stock return measured by using cumulative abnormal return (CAR), and firm performance measured by using return on equity (ROE). It also used debt to equity ratio (DER) and firm size as control variables. The sample used in this study was LQ- 45 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) which published their annual reports and financial reports consistently during 2010 until 2015. So the final sample in this study was 108 observations selected by using purposive sampling.

  The data analysis technique was panel data regression by using STATA. The result showed that good corporate governance had a direct significant positive relation toward stock return without mediating by the firm performance. Debt to equity ratio had significant positive affect on firm performance and significant negative affect on stock return. While firm size had a significant negative affect on firm performance and had no significant affect on stock return.

  

Keywords: Good Corporate Governance, Stock Return, Firm Performance, Debt to

Equity Ratio, Firm Size

  PENDAHULUAN seluruh dunia (Black, Jang, dan Kim, 2006) yang

  Reformasi terhadap tata kelola perusahaan salah satunya dilatarbelakangi oleh beberapa (corporate governance/ GCG) berkembang di kasus tentang dampak yang ditimbulkan oleh

  434 Business Accounting Review, Vol. 5, No. 2, Agustus 2017 (433-444) penerapan corporate governance yang buruk. Diantaranya, skandal keuangan Enron Corp., Worldcom, hingga Xerox yang melibatkan top eksekutif perusahaan tersebut menggambarkan tidak diterapkannya prinsip-prinsip corporate

  corporate governance (GCG) berhubungan positif

  solusi untuk masalah keagenan, diharapkan dapat memitigasi conflict of interest dalam organisasi perusahaan. GCG diharapkan dapat menyeimbangkan informasi (symmetry

  corporate governance yang merupakan salah satu

  Sehubungan dengan masalah keagenan,

  Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan agensi sebagai sebuah kontrak yang muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Sebagai agent, manajer bertanggung jawab untuk memaksimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain manajer berkepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya conflict of interest, sebagai akibat agent yang tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976). Masalah keagenan karena adanya tujuan dan pembagian kerja yang berbeda inilah yang berusaha dijawab oleh teori keagenan (Darmawati et al., 2004).

  Teori Keagenan (Agency Theory)

  governance mempengaruhi stock return.

  mediasi dapat memberikan suatu penjelasan yang lebih detail tentang bagaimana good corporate

  stock return. Diharapkan dengan adanya variabel

  perusahaan serta pengaruh kinerja perusahaan terhadap stock return, maka terbuka kemungkinan adanya hubungan yang melibatkan ketiga variabel tersebut. Dengan mempertimbangkan pendapat Katz dan Lazarsfeld (1955) tentang hubungan antar variabel, maka studi ini mencoba menghubungkan ketiga variabel tersebut dengan menempatkan kinerja perusahaan sebagai variabel mediasi pengaruh good corporate governance terhadap

  good corporate governance terhadap kinerja

  Berdasarkan beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh good corporate governance dengan stock return dan diikuti dengan pengaruh

  terhadap abnormal return. Di lain pihak, Johnson, Moorman dan Sorescu (2009) dan Core, Guay dan Rusticus (2006) tidak menemukan bukti yang konsisten bahwa corporate governance berpengaruh terhadap stock return.

  dapat memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor dalam memastikan perolehan return atas investasinya dengan benar (FCGI, 2011). Hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa bervariasinya hubungan antara GCG dan stock return. Diantaranya, Cremers dan Ferrel (2009) dan Gompers, Ishii dan Metrick (2003) yang menemukan bahwa good

  governance (Soegoto, 2010). Secara khusus, kasus

  Good corporate governance juga diyakini

  Perception Index (CGPI) Tahun 2003-2005.

  kinerja perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sementara itu, Sayidah (2007) menemukan bahwa corporate governance tidak mempengaruhi kinerja perusahaan publik yang masuk peringkat 10 besar Corporate Governance

  governance secara signifikan mempengaruhi

  Di Indonesia, pengaruh corporate governance terhadap kinerja perusahaan juga masih diperdebatkan. Darmawati, Khomsiyah, dan Rahayu (2004) melaporkan bahwa corporate

  perusahaan. Hasil studi Khan, Nemati dan Ifthikar (2011) juga mengungkapkan dampak positif corporate governance terhadap kinerja menemukan hubungan yang signifikan tersebut.

  corporate governance terhadap kinerja

  memperhatikan pentingnya GCG dan telah mengakui bahwa pengelolaan perusahaan yang baik akan mengurangi resiko terhadap kinerja perusahaan serta adanya korelasi positif pengaruh

  stockholders pada umumnya semakin

  Perhatian terhadap penerapan GCG ini telah memotivasi beberapa studi GCG lintas negara. Azam, Usmani, dan Abassi (2011) mengungkapkan bahwa pengaruh yang berkembang dan kesadaran para stakeholders dan

  GCG sangat membantu pemodal (investor) perusahaan dalam memprediksi secara lebih akurat laba yang akan diperoleh dari investasi yang ditanamkan (Shleifer dan Vishny, 1997). Perusahaan yang telah menerapkan GCG juga akan memperoleh beberapa manfaat seperti lebih mudah memperoleh modal, memiliki biaya modal yang lebih rendah, kinerja usaha dan kinerja ekonominya lebih baik, dan akan memberikan pengaruh positif bagi harga saham (FCGI, 2011).

  Enron yang mempunyai implikasi terhadap pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat yang salah satunya merupakan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun undang-undang yang mengharuskan perusahaan go public melaksanakan dan melaporkan ketaatannya terhadap pedoman corporate governance (Deblack, 2012). Pentingnya penerapan prinsip-prinsip GCG ditandai dengan munculnya berbagai aturan dan landasan hukum penerapan GCG di Indonesia.

  information) antara agent dan principal tentang Ningsih: Pengaruh Pengungkapan Good Corporate Governance 435 perusahaan, sehingga lebih meyakinkan principal dan calon investor dalam memperhitungkan prospek investasi (Shleifer dan Vishny, 1997).

  Good Corporate Governance (GCG)

  Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan perusahaan secara utuh selama periode waktu tertentu yang merupakan hasil prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1996). Kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif keuangan memiliki tipikal dihubungkan dengan profitabilitas. Strategi perusahaan dalam perspektif jangka panjang akan mempengaruhi nilai pemegang saham (Nuswandari, 2009). Hal ini dikarenakan, investor menggunakan kinerja perusahaan sebagai pedoman dalam melakukan perencanaan strategis dan keputusan investasi yang akan diambil

  oleh Spence (1973), yang mengungkapkan bahwa dengan memberikan suatu sinyal, pihak pemilik informasi berusaha memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima informasi untuk selanjutnya menyesuiakan perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut. Teori sinyal ini berangkat dari konsep asimetri informasi yaitu keadaan di mana manajemen sebagai pengelola berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik, akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

  Teori Sinyal (Signaling Theory) Signaling theory pertama kali dikemukakan

  = ℎ

  equity (ROE) dinyatakan dalam rumus:

  Dalam studi ini, kinerja perusahaan diukur menggunakan return on equity (ROE) yang merupakan salah satu pengukuran dalam rasio profitabilitas. ROE sering disebut sebagai ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Hal ini dikarenakan ROE berkaitan dengan modal saham yang diinvestasikan untuk dikelola manajemen yang membuat ROE menjadi pusat perhatian para pemegang saham (Helfert, 2000). Besarnya nilai ROE suatu perusahaan mengindikasikan potensi semakin tingginya tingkat pengembalian yang akan diterima investor. Hal ini akan meningkatkan permintaan investor terhadap saham perusahaan, sehingga berpotensi meningkatkan harga saham (Harahap, 2007). Sehingga, ROE memiliki arti penting untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam memenuhi harapan pemegang saham. Return on

  (Mohammadi dan Malek, 2002).

  = ℎ Kinerja Perusahaan (Firm Performance)

  Tata kelola perusahaan yang baik (GCG) terkait dengan susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder internal maupun eksternal lainnya sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (FCGI, 2011). Secara lebih spesifik, Monks (2003) mendefinisikan GCG sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah untuk semua stakeholder. GCG dapat menciptakan mekanisme dan alat kontrol untuk memungkinkan terciptanya sistem pembagian keuntungan dan kekayaan yang seimbang bagi

  yang diungkapkan dan nilai 0 untuk item yang tidak diungkapkan. Selanjutnya, CGDI dihitung dengan rumus (Bhuiyan dan Biswas, 2007):

  disclosure index (CGDI) yaitu nilai 1 untuk item

  Penentuan disclosure index ini berdasarkan pada informasi yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunan mereka bagi stakeholders. Item-item pengungkapan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten dan Perusahaan Publik. Sehingga, dalam penelitian ini, terdapat 26 item pengungkapan corporate governance. Metode yang digunakan untuk menilai corporate governance

  governance pada laporan tahunan perusahaan.

  Dalam penelitian ini, GCG diukur menggunakan kriteria pengungkapan corporate

  perusahaan (Nuswandari, 2009). Lebih lanjut, GCG dapat menumbuhkan kepercayaan investor terhadap perusahaan (Emirzon (2007).

  stakeholder dan meningkatkan efisiensi bagi

  Menurut signaling theory, kinerja perusahaan yang terekam dalam laporan keuangan atau informasi yang dipublikasikan oleh suatu perusahaan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi (Zainudin dan Hartono, 1999). Teori ini menyatakan bahwa laporan keuangan yang baik yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dijadikan tanda bahwa perusahaan telah beroperasi secara baik (Sunardi, 2010). Ketika digunakan dalam praktek pengungkapan perusahaan, signaling theory juga menguntungkan bagi perusahaan dalam mengungkapkan praktek corporate governance yang baik sehingga dapat menciptakan kualitas perusahaan yang baik dalam pasar saham (Subramaniam, et al., 2009). Dengan demikian,

  436 Business Accounting Review, Vol. 5, No. 2, Agustus 2017 (433-444) pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham dan akhirnya akan membuat pasar bereaksi melalui perubahan dalam volume perdagangan saham (Sharpe et al., 1997). Dahli (2008) juga melaporkan bahwa tingkat pengungkapan dalam laporan tahunan akan berdampak pada pergerakan harga saham yang pada gilirannya berdampak pada return saham.

  ratio yang digunakan dalam pengukuran resiko terjadinya kebangkrutan pada perusahaan.

  Menjumlah abnormal return masing-masing = ∑

  11 =1 Event window (jendela peristiwa) atau

  disebut juga periode pengamatan dipilih selama 11 hari (5 hari sebelum, hari pengumuman, dan 5 hari sesudah pengumuman) didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya, dimana reaksi pasar terhadap sinyal yang diberikan sangat cepat dan di samping itu untuk menghindari adanya

  confounding effect atau tercampurnya informasi

  dari suatu peristiwa dengan peristiwa lain karena terlalu panjangnya event window (Jogiyanto, 2010; Setyawasih, 2007).

  Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio adalah salah satu rasio

  keuangan yang tergolong kelompok solvability

  Fanani (2009) mengungkapkan bahwa debt to

  3) Menghitung abnormal return

  equity ratio menunjukkan adanya bagian sumber

  pendanaan dari luar perusahaan yang digunakan untuk operasional maupun investasi. Semakin tinggi nilai debt to equity ratio suatu perusahaan, menunjukkan semakin agresif perusahaan tersebut dalam pendanaannya dan akan meningkatkan resiko kebangkrutannya (Kimmel, Weygandt dan Kieso, 2008). Debt to equity ratio dinyatakan dalam rumus:

  =

  Ukuran Perusahaan (Firm Size)

  Ukuran perusahaan (firm size) adalah salah satu kriteria yang dipertimbangkan oleh investor dalam strategi berinvestasi. Machfoedz (1994) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar atau kecilnya perusahaan menurut berbagai cara (seperti total aktiva, log total aktiva, nilai kapitalisasi saham). Menurut Crisostomo, Freire dan Cortes (2011), ukuran perusahaan dapat menentukan kapasitas perusahaan untuk melakukan operasi, menghasilkan laba, dan mempengaruhi reaksi pasar. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi (Ariyanto, 2002). Ukuran perusahaan dinyatakan dalam rumus:

  ℎ = ( )

  Hubungan GCG dan Stock Return

  = − 4)

  −1 −1

  Return Saham (Stock Return)

  return yang diharapkan (expected return). Dalam

  Dalam melakukan investasi saham, investor selalu mengharapkan adanya return atau keuntungan. Return saham (stock return) merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Menurut Jogiyanto (2000), return saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu return ekspektasi (expected return) dan

  return realisasi (realized return). Expected return

  adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa yang akan datang, sedangkan

  realized return merupakan return yang telah

  terjadi dan dihitung berdasarkan data historis Mengacu pada beberapa literatur, stock

  return diukur menggunakan cumulative abnormal return (CAR) yaitu selisih dari return yang

  sesungguhnya terjadi (realized return) dengan

  perhitungan abnormal return, realized return yang digunakan merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang terhadap harga sebelumnya, sedangkan

  = −

  expected return merupakan return yang harus

  diestimasi. Brown dan Warner (1985) menjelaskan ada tiga model yang dapat digunakan dalam mengestimasi expected return yaitu mean-adjusted model, market model, dan market-adjusted model.). Adapun market-adjusted model digunakan dalam penelitian ini karena tidak menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena

  return yang diestimasi sama dengan return indeks

  pasar (Hartono, 2009), sehingga lebih baik langsung menggunakan indeks pasar. Tahapan penghitungannya adalah sebagai berikut: 1)

  Menghitung return harian perusahaan =

  −

  −1 −1

  2) Menghitung return index harga pasar

  GCG diyakini dapat memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan Ningsih: Pengaruh Pengungkapan Good Corporate Governance 437 kreditor dalam memastikan perolehan return atas investasinya dengan benar (FCGI, 2011). GCG yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan (Darmawati et al., 2004).

  Melalui signaling theory juga, GCG dipandang sebagai suatu landasan untuk memberi sinyal kepada stakeholder melalui perolehan

  Lebih lanjut, kinerja perusahaan yang meningkat akan berdampak pada meningkatnya

  H2: Kinerja perusahaan secara signifikan memediasi hubungan antara GCG dan stock return . Hubungan Debt to Equity Ratio dengan Kinerja Perusahaan dan Stock Return

  uraian tersebut, maka dapat dihipotesiskan bahwa:

  return saham juga akan meningkat. Dengan

  perusahaan yang terekam dalam laporan keuangan atau informasi yang dipublikasikan oleh suatu perusahaan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor atau calon investor perusahaan dalam pengambilan keputusan investasi (Zainudin dan Hartono, 1999; Jogiyanto, 2000). Dalam berinvestasi, investor akan selalu memilih perusahaan dengan kinerja perusahaan yang baik (Nuryaman, 2015). Hal tersebut akan direspon oleh investor dengan permintaan saham perusahaan yang mengalami peningkatan sehingga akan berpengaruh terhadap (Kasmir, 2012). Selain itu, tingginya kinerja perusahaan yang diukur menggunakan ROE akan menyebabkan pembagian dividen dapat dilakukan perusahaan. Kondisi demikian akan membuat

  principal. Menurut signaling theory, kinerja

  teori sinyal (signaling theory) yang membahas bagaimana seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan agent disampaikan kepada

  stock return perusahaan. Hal ini sejalan dengan

  operasional yang lebih efisien. Manajer bekerja secara efektif dan efisien sehingga dapat menurunkan biaya modal dan mampu meminimalkan risiko sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

  return saham. Laporan keuangan atau informasi

  governance yang baik akan memiliki kinerja

  Pengaruh GCG terhadap stock return berpotensi tidak saja terjadi secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung melalui mediasi variabel kinerja perusahaan. Hal ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa kinerja perusahaan yang dipengaruhi oleh GCG dapat saja berpengaruh terhadap return saham. Menurut teori keagenan (agency theory) kinerja perusahaan dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agent dengan principal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Konflik kepentingan antara agent dan principal tersebut disebut sebagai masalah keagenan. Sehubungan dengan masalah keagenan ini, corporate governance yang merupakan salah satu solusi untuk masalah keagenan diharapkan dapat memitigasi konflik kepentingan tersebut dalam organisasi perusahaan. Gompers, Ishii dan Metrick (2003) menemukan hubungan positif antara indeks corporate governance dengan kinerja perusahaan jangka panjang. Hal ini sejalan dengan penelitian Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan

  H1: Penerapan GCG berpengaruh positif terhadap stock return. Kinerja Perusahaan sebagai Mediator Hubungan antara GCG dan Stock Return

  dihipotesakan bahwa:

  return. Berdasarkan pada tinjauan literatur, maka

  Cremers dan Ferrel (2009) melaporkan adanya hubungan positif yang signifikan antara GCG dan abnormal return. Gompers, Ishii dan Metrick (2003) juga menemukan hubungan yang searah antara GCG dan abnormal return. Hal ini sejalan dengan studi Drobetz, Schillhofer dan Zimmermann (2004), yang melaporkan hubungan positif yang signifikan antara GCG dan stock

  yang dipublikasikan oleh suatu perusahaan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi (Zainudin dan Hartono, 1999; Jogiyanto, 2000). Ketika digunakan dalam praktek pengungkapan perusahaan, signaling theory juga menguntungkan bagi perusahaan dalam mengungkapkan praktek corporate governance yang baik sehingga dapat menciptakan kualitas perusahaan yang baik dalam pasar saham (Subramaniam, et al., 2009). Dengan demikian, pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham dan akhirnya akan membuat pasar bereaksi melalui perubahan dalam volume perdagangan saham (Sharpe, et al., 1997). Dahli (2008) juga melaporkan bahwa tingkat pengungkapan dalam laporan tahunan akan berdampak pada pergerakan harga saham yang pada gilirannya berdampak pada return saham.

  Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek

  = + + + + +

  Menurut Crisostomo, Freire dan Cortes (2011) mengungkapkan bahwa ukuran perusahaan dapat menentukan kapasitas perusahaan untuk melakukan operasi, menghasilkan laba, dan mempengaruhi reaksi pasar. Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang besar kepada individu ataupun pihak- pihak tertentu yang dapat membantu peningkatan kinerja perusahaan dan memiliki metode pendanaan yang lebih bervariasi dari perusahaan kecil (Johnson, 1995). Selain itu, perusahaan besar juga ditangani dan diatur secara berbeda dari perusahaan kecil. Perusahaan besar cenderung memiliki jumlah aset yang besar pula yang menandakan bahwa perusahaan memiliki produktivitas yang tinggi sehingga menghasilkan beban yang lebih rendah. Beban produksi yang lebih rendah membuat laba perusahaan yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya laba perusahaan dapat berpengaruh pada peningkatkan kinerja perusahaan. Sehingga, semakin besar ukuran perusahaan akan berpengaruh pada peningkatan kinerja perusahaan (Perven dan Visic, 2012).

  1

  = +

  1

  = +

  sebagai mediator dalam hubungan tersebut. Model 1 untuk menguji H1, H4 dan H6 adalah:

  H6: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap stock return. METODE PENELITIAN corporate governance (GCG) terhadap stock return, dengan menyertakan kinerja perusahaan

  akan lebih mampu dalam memenuhi permintaan pasar, mampu beroperasi pada tingkat yang optimal dan pada akhirnya lebih mampu menghasilkan laba dalam jumlah yang relatif lebih besar apabila dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran kecil (Sugiarto, 2011). Perolehan laba yang besar akan memberikan sinyal yang positif terhadap investor, sehingga dapat meningkatkan return saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Wang dan Xu (2002) serta Cinca, Molinero dan Larraz (2005), sehingga dapat dihipotesiskan bahwa:

  return saham. Perusahaan dengan skala besar

  Perusahaan besar cenderung lebih mudah untuk memasuki pasar modal, sehingga ukuran perusahaan juga dapat berpengaruh terhadap

  H5: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan.

  H4: Debt to equity ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap stock return. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Kinerja Perusahaan dan Stock Return

  438 Business Accounting Review, Vol. 5, No. 2, Agustus 2017 (433-444)

  tinggi nilai debt to equity ratio maka stock return akan semakin rendah. Hal ini sejalan dengan studi Hull (1999) karena investor tentunya akan lebih memilih untuk melakukan investasi pada perusahaan dengan resiko bangkrut yang rendah. Berdasarkan pada tinjauan literatur, maka dapat dihipotesakan bahwa:

  to equity ratio yang tinggi. Hal ini berarti semakin

  agresif perusahaan tersebut dalam pendanaannya dan akan meningkatkan resiko kebangkrutannya (Kimmel, Weygandt dan Kieso, 2008). Investor akan menghindari perusahaan yang memiliki debt

  ratio suatu perusahaan, menunjukkan semakin

  pengukuran resiko terjadinya kebangkrutan pada perusahaan. Semakin tinggi nilai debt to equity

  solvability ratio yang digunakan dalam

  satu rasio keuangan yang tergolong kelompok

  Debt to equity ratio juga merupakan salah

  H3: Debt to equity ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja perusahaan.

  menunjukkan komposisi hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga akan membuat beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) semakin besar. Hal ini dikarenakan efek beban bunga yang semakin besar juga (Kimmel, Weygandt, dan Kieso, 2008) yang pada akhirnya akan berdampak pada menurunnya kinerja perusahaan. Hal ini sejalan dengan studi Ang (1997) yang mengungkapkan bahwa jika biaya hutang (yang tercermin dalam biaya pinjaman) lebih besar daripada biaya modal sendiri, maka rata-rata biaya modal akan semakin besar sehingga kinerja perusahaan yang diukur dengan return on equity akan semakin kecil. Sehingga semakin tinggi debt to equity ratio akan berpengaruh terhadap menurunnya kinerja perusahaan (Martono, 2002; Asgharian, 2003; Pervan dan Visic, 2012).

  leverage atau utang perusahaan. Debt to equity ratio merupakan salah satu rasio leverage yang

  • 2
  • 3
  • Selanjutnya, Model 2 dan Model 3 didesain untuk melakukan analisis mediasi Baron dan Kenny (1986), serta menguji H2. Model 2 yang juga diperlukan untuk menguji H3 dan H5 adalah:
  • 2
  • 3
  • Model 3 adalah:
Ningsih: Pengaruh Pengungkapan Good Corporate Governance 439 Keterangan: CAR : Cumulative Abnormal Return β, α, γ : Koefisien CGDI : Corporate Governance Disclosure Index DER : Debt to Equity Ratio FS : Ukuran Perusahaan ROE : Return on Equity ε

  : Error Definisi masing-masing adalah sebagai berikut: a.

  IDX, website perusahaan, dan Yahoo finance. Data akan diolah dengan menggunakan regresi data panel.

  Dalam menentukan model estimasi, pertama- tama dilakukan regresi data panel terhadap Model 1 menggunakan model estimasi fixed effect (Tabel 2) dilanjutkan dengan random effect (Tabel 3). Hasil dari kedua regresi tersebut digunakan untuk melakukan uji Hausman (Tabel 4) dengan tujuan untuk memilih model estimasi yang sesuai.

  Penentuan Model Estimasi

  Variabel ukuran perusahaan mempunyai nilai terendah 12,662 (Rp 4.587.986.472.840) pada perusahaan ASRI tahun 2010 dan nilai tertinggi 14,390 (Rp 245.435.000.000.000) pada perusahaan memiliki total aset setara dengan Rp 27.416.000.000.000.

  Debt to equity ratio mempunyai nilai terendah 0,152 pada perusahaan LSIP tahun 2011 dan nilai tertinggi 2,353 pada perusahaan JSMR tahun 2011. Rata-rata variabel DER sebesar 0,821 yang berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata memiliki hutang sekitar 82,1% dari total ekuitas.

  dengan rata-rata return pasar (IHSG) pada periode yang sama. Hal ini berarti bahwa nilai stock return perusahaan LQ-45 berada di bawah return pasar. Hasil ini tidak sesuai dengan ekspektasi bahwa perusahaan LQ-45 memiliki nilai stock return yang berada di atas return pasar. Hal ini diduga karena penelitian ini hanya menggunakan event window selama 11 hari.

  return harian lebih kecil 0,9% dibandingkan

  CAR mempunyai nilai terendah -0,797 pada perusahaan LSIP tahun 2010 dan nilai tertinggi pada perusahaan ASRI 2012 0,134. Rata-rata dari variabel CAR sebesar -0,009 yang berarti bahwa saham perusahaan selama periode 2010-2015 secara rata-rata selama 11 hari menghasilkan

  ROE mempunyai nilai terendah -0,013 pada perusahaan ANTM tahun 2014 dan nilai tertinggi 1,258 pada perusahaan UNVR tahun 2013. Rata- rata dari variabel ROE sebesar 0,238 yang berarti bahwa secara rata-rata perusahaan mampu menghasilkan pendapatan bersih sebesar 23,8% dari dari total ekuitasnya.

  0,654 pada perusahaan LSIP tahun 2010 dan nilai tertinggi 0,846 pada perusahaan INDF tahun 2014-2015, JSMR tahun 2014-2015, dan UNVR tahun 2013-2015. Rata-rata dari variabel CGDI sebesar 0,767 yang berarti bahwa secara rata-rata pengungkapan tata kelola perusahaan sudah mencapai 76,7% dari kriteria yang harus diungkapkan berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-134/BL/2006.

  Tabel 1 menunjukkan data sampel dari 18 perusahaan untuk tahun 2010-2015 sebanyak 108 data. Variabel CGDI mempunyai nilai terendah

  Std. Deviasi Min. Max. CGDI 0,767 0,039 0,654 0,846 ROE 0,238 0,237 -0,013 1,258 CAR -0,009 0,096 -0,797 0,134 FIRMSIZE 13.438 0,401 12,662 14,39 DER 0,821 0,534 0,152 2,353

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Statistik Deskriptif N = 108 Variable Mean

  Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang termasuk dalam kelompok LQ-45. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan 108 pengamatan yang diperoleh dari perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan laporan tahunan dan laporan keuangan secara konsisten dan lengkap selama tahun 2010 hingga 2015 dengan total 18 perusahaan. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari website

  Stock Return sebagai dependent variable akan diukur dengan menggunakan CAR dengan metode market-adjusted model.

  Ukuran Perusahaan sebagai variabel kontrol diukur dengan logaritma dari total aktiva.

  e.

  kontrol diperoleh dengan membagi total hutang dengan total ekuitas.

   Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel

  d.

  Kinerja Perusahaan sebagai variabel mediasi akan diukur dengan menggunakan ROE.

  c.

  berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam dan Laporan Keuangan Nomor: KEP-134/BL/2006.

  index (CGDI) dengan item pengungkapan

  menggunakan corporate governance disclosure

  independent variable akan diukur

  Good Corporate Governance (GCG) sebagai

  b.

  Tabel 2. Model Estimasi Fixed Effects Fixed-effects (within) regression

  440 Business Accounting Review, Vol. 5, No. 2, Agustus 2017 (433-444)

  2 R-square = 0,0266 Prob>F = 0,0085 memenuhi kriteria uji kelayakan model. Nilai R

  sebesar 0,0526 menunjukkan bahwa variasi dalam

  CAR Coefficient Std.Err t P>|t|

  variabel GCG, debt to equity ratio, dan ukuran

  CGDI 1,827 0,528 3,46 0,001

  perusahaan secara bersama-sama menjelaskan

  DER -0,093 0,055 -1,7 0,093 5,27% dari total variasi variabel ROE. FIRMSIZE -0,154 0,094 -1,64 0,105 _cons 0,741 1,057 0,7 0,485

  Tabel 6. Hasil Uji Kelayakan Model 3 Tabel 3. Model Estimasi Random Effects Model 3

  Random-effects GLS regression Random-effects GLS regression Goodness of fit Goodness of fit 2 R-square = 0,0593 Prob>chi2 = 0,0773 R-square = 0,0597 Prob>chi = 0,0394

  CAR Coefficient Std.Err z P>|z|

  Hasil uji pada Tabel 6 menunjukkan angka

  CGDI 1,206 0,44 2,74 0,006

  2

  probabilitas chi sebesar 0,0773 yang lebih kecil

DER -0,053 0,031 -1,69 0,092

  dari tingkat signifikansi 10%, sehingga Model 3

FIRMSIZE -0,05 0,038 -1,32 0,187

  2

  memenuhi kriteria uji kelayakan model. Nilai R

  _cons -0,215 0,375 -0,57 0,565

  sebesar 0,0593 menunjukkan bahwa variasi dalam variabel GCG, ROE, debt to equity ratio, dan

  Tabel 4. Hasil Uji Hausman

  ukuran perusahan secara bersama-sama

  Coefficients menjelaskan 5,93% dari total variasi variabel CAR. (b) (B) (b-B) fix ram Difference S.E.

  Pengujian Hipotesis CGDI 1,827 1,206 0,621 0,291

  Tabel 3 menunjukkan pengaruh variabel

DER -0,093 -0,053 -0,040 0,045

  independen terhadap variabel dependen. Koefisien

FIRMSIZE -0,154 -0,050 -0,104 0,086

  CGDI sebesar 1,206 (SE = 0,440) menunjukkan 2 adanya pengaruh positif dan signifikan ( α = 10%)

  chi (4) = (b-B) ' [ (V_b-V_B) ^ (-1) ] (b-B) corporate governance terhadap CAR, sehingga H1

  = 5,54 2 diterima. DER (coef. = -0,053; SE = 0,031) Prob > chi = 0,1362

  berpengaruh negatif da signifikan ( α = 10%) terhadap CAR, sehingga H4 diterima. Pengaruh

  Hasil uji Hausman menunjukkan probabilitas

  2

  ukuran perusahaan (coef. = -0,050; SE = 0,381) chi (0,1362) yang lebih besar dari tingkat terhadap CAR tidak signifikan, sehingga H6 signifikansi 10%, sehingga H0 gagal ditolak. Hal ditolak. ini mengindikasikan bahwa model estimasi adalah

  random effects, sehingga uji asumsi klasik tidak Tabel 7. Regresi Model 2

  perlu dilakukan karena random effects dianggap

  Model 2 telah memenuhi seluruh uji asumsi.

  Std. ROE Coefficient Err z P>|z|

  Uji Kelayakan Model

CGDI -0,079 0,370 -0,21 0,830

  Hasil uji pada Model 1 (Tabel 3)

  DER 0,096 0,037 2,58 0,010

  2

  menunjukkan angka probabilitas chi (0,0394)

FIRMSIZE -0,175 0,061 -2,84 0,004

  yang lebih kecil dari tingkat signifikansi 10%,

  _cons 2,567 0,689 3,73 0,000

  2

  sehingga model ini layak. Nilai R sebesar 0,0597 menunjukkan bahwa variasi dalam variabel GCG, Berdasarkan hasil regresi Model 2 (Tabel

  debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan secara

  7), variabel CGDI (coef. = -0,079; SE = 0,370) bersama-sama menjelaskan sekitar 5,97% dari tidak berpengaruh signifikan (α = 10%) total variasi variabel CAR. terhadap ROE. DER (coef. = 0,096; SE = 0,037) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

  Tabel 5. Hasil Uji Kelayakan Model 2

  ROE, sehingga H3 ditolak. Ukuran

  Model 2

  perusahaan (coef. = -0,175; SE = 0,061)

  Random-effects GLS regression

  berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

  Goodness of fit ROE, sehingga H5 ditolak. R-square = 0,0526 Prob>chi2 = 0,0009

  Tabel 8. Regresi Model 3

  Hasil uji pada Tabel 5 menunjukkan angka

  Model 3

  2

  probabilitas chi sebesar 0,0009 yang lebih kecil Std. dari tingkat signifikansi 10%, sehingga Model 2

  CAR Coefficient Err z P>|z| Ningsih: Pengaruh Pengungkapan Good Corporate Governance 441

  ROE 0,003 0,051 0,06 0,955 CGDI 1,225 0,444 2,76 0,006 DER -0,055 0,033 -1,65 0,099 FIRMSIZE -0,052 0,388 -1,34 0,181 _cons -0,208 0,382 -0,54 0,587

  Hasil regresi pada Tabel 8 menunjukkan ROE tidak berpengaruh terhadap stock return, sehingga H2 ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh variabel GCG terhadap stock

  return bersifat langsung (direct), dan tidak

  dimediasi oleh kinerja perusahaan (ROE). Dengan demikian, penjelasan analisis data yang terkait dengan pengaruh corporate governance dan variabel kontrol terhadap CAR harus didasarkan pada hasil regresi Model 1 (Tabel 3).

  Penelitian ini menemukan bahwa corporate

  governance memiliki pengaruh positif dan

  signifikan terhadap stock return. Hasil ini didukung oleh penelitian Gompers, Ishii dan Metrick (2003); Drobetz, Schillhofer dan Zimmermann (2004); Cremers dan Ferrel (2009); serta Bistrova dan Lace (2011) yang juga menemukan hubungan positif yang signifikan antara corporate governance dan stock return. Hal ini juga sesuai dengan signaling theory, dimana GCG dipandang sebagai suatu landasan untuk memberi sinyal kepada stakeholder melalui pengungkapan praktek corporate governance yang baik sehingga dapat menciptakan kualitas perusahaan yang baik dalam pasar saham (Subramaniam, et al., 2009). Sehingga pengungkapan GCG akan memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang sehingga investor tertarik melakukan perdagangan saham dan akhirnya akan membuat pasar bereaksi melalui perubahan dalam volume perdagangan saham yang pada akhirnya akan berdampak pada naiknya stock

  return (Sharpe, et al., 2007; Dahli, 2008).

  Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kinerja perusahaan tidak memediasi hubungan GCG terhadap stock return. Kegagalan variabel ROE dalam memediasi hubungan GCG terhadap

  stock return ini mengindikasikan bahwa dalam

  merespon stock return, investor langsung melihat pengungkapan GCG (CGDI) tanpa melihat ROE. Hal ini berarti bahwa sinyal pengungkapan GCG (CGDI) lebih kuat dibandingkan sinyal ROE bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kuatnya sinyal GCG bagi investor ini sejalan dengan studi Subramaniam, et al. (2009) yang mengungkapkan bahwa GCG dipandang sebagai suatu landasan untuk memberi sinyal kepada

  stakeholder melalui pengungkapan praktek corporate governance yang baik sehingga dapat

  menciptakan kualitas perusahaan yang baik dalam pasar saham. Sharpe, et al. (2007) dan Dahli (2008) juga menyatakan bahwa pengungkapan GCG akan memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham dan akhirnya akan membuat pasar bereaksi melalui perubahan dalam volume perdagangan saham yang pada akhirnya akan berdampak pada naiknya stock return. Hal inilah yang menyebabkan investor lebih memilih untuk langsung melihat pengungkapan GCG dibandingkan dengan melihat ROE.

  Berdasarkan hasil penelitian, DER diketahui memiliki hubungan positif signifikan terhadap ROE. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa perusahaan dapat menggunakan hutangnya secara efektif dalam meningkatkan net income, atau dapat juga berarti bahwa kenaikan hutang perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang optimal dengan biaya hutang yang minimum, sehingga perubahan DER dapat meningkatkan kinerja atau laba perusahaan (ROE). Hal ini diduga disebabkan karena besarnya hutang meningkatkan beban bunga, yang selanjutnya akan mengurangi pajak yang harus dibayarkan perusahaan, sehingga akan menyisakan lebih banyak laba (Walsh, 2004). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Bukit (2012) serta Herdiani, Darminto, dan Endang (2013) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap ROE.

  Selain itu, dalam penelitian ini ditemukan bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stock return. Hal ini diduga disebabkan oleh keadaan dimana investor menghindari perusahaan dengan nilai debt to equity ratio yang tinggi karena berasumsi akan meningkatkan resiko kebangkrutan perusahaan, tanpa mempertimbangkan kemampuan manajemen laba. Hasil ini didukung oleh studi Hull (1999).

  Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini diduga karena seiring berkembangnya perusahaan maka biaya-biaya yang ditanggung perusahaan juga akan semakin besar, sehingga secara keseluruhan akan menurunkan laba perusahaan. Perusahaan yang besar cenderung memiliki lebih banyak biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk tetap mempertahankan eksistensinya dalam pasar persaingan. Dari segi modal, perusahaan besar juga membutuhkan lebih banyak modal dari internal dan eksternal karena perusahaan yang berukuran besar mengeluarkan banyak biaya

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengungkapan Corporte Social Responsibility, Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Nilai Perusahaan sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Pertambangan

15 166 138

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

13 171 114

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas Perusahaan dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Perkebunan yang Ada di Indonesia)

5 95 103

Pengaruh Mekanisme Good Governance Terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Moderating; Studi pada Perusahaan yang Tergabung Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia

2 51 136

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011-2013

0 35 84

Pengaruh Kinerja Keuangan dan Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan yang Dinilai Corporate Governance Perception Index Tahun 2008-2012)

4 70 108

Pengaruh Pengungkapan Corporte Social Responsibility, Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Nilai Perusahaan sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan Pertambangan

0 0 13

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 10

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 13

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 19