Pengaruh Mekanisme Good Governance Terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai Variabel Moderating; Studi pada Perusahaan yang Tergabung Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia
PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN MANAJEMEN
LABA SEBAGAI VARIABEL MODERATING; STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG INDEKS LQ-45
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
Ivo Maelina Silitonga 097017054/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA NA
(2)
PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN MANAJEMEN
LABA SEBAGAI VARIABEL MODERATING; STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG INDEKS LQ-45
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
Ivo Maelina Silitonga 097017054/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
(3)
Judul Tesis : PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN DENGAN MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL MODERATING; STUDI PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA Nama Mahasiswa : Ivo Maelina Silitonga
Nomor Pokok : 097017054 Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac) (Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak) Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 19 Januari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul : “Pengaruh Mekanisme
Good Governance Terhadap Nilai Perusahaan dengan Manajemen Laba sebagai
Variabel Moderating; Studi pada Perusahaan yang Tergabung Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Januari 2012 Yang membuat pernyataan :
(6)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme good
corporate governance yang meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komposisi dewan komisaris independen, jumlah dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel moderating, studi pada perusahaan indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah populasi sebesar 97 perusahaan dan sampel sebesar 10 perusahaan. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan non-keuangan yang tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari 2005-2010 dan perusahaan masih tercatat di BEI dan saham perusahaan masih aktif diperdagangkan hingga saat ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan mekanisme good
corporate governance yang meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komposisi dewan komisaris independen, jumlah dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy Price to Book Value. Sementara secara parsial jumlah dewan komisaris dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Manajemen Laba merupakan variabel moderating pada penelitian ini, dalam hal ini manajemen laba memperlemah pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan.
(7)
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the influance of good corporate governance mechanisms consist of: institutional ownership, managerial ownership,
independent commissioner board composition, number of independent
commissioners board, audit committee and audit quality on value of the firm with earnings management as moderating variable, a study in LQ-45 in Indonesia Stock Exchange from 2005 to 2010.
The population in this research is all companies in LQ-45 index in Indonesia Stock Exchange (IDX). The sampling method in this research is purposive sampling with 97 companies as population and 10 companies as samples. The criteria used in
sample selection process were that the non-financial companies were included and
still registered in LQ-45 index in Indonesia Stock Exchange on January 1, 2005 to 2010 and currently the shares of the companies are still actively traded.
The result of this research that simultaneously good corporate governance mechanisms including: institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner board composition, number of independent commissioners board, audit committee and audit quality significant influence the value of the firm with the proxy Price to Book Value. While partially number of independent commissioners board and audit quality had a significant influence on the value of the firm, the institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner board composition and audit committee did not have significant influence on the value of the firm. Earnings management is a moderating variable, in this research earnings management weakened the influence of good corporate governance mechanisms on the value of the firm. .
Keywords: Good Corporate Governance, Earnings Management, Value of the Firm.
(8)
KATA PENGANTAR
Syalom salam sejahtera bagi kita semua dan dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur atas penyertaan dan bimbingan Tuhan kepada penulis sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi isi maupun cara penyajiannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulisan miliki. Namun demikian, penulis akan tetap berusaha untuk memperbaiki diri lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Penulis telah mendapatkan bantuan dan bimbingan baik berupa moril maupun materil dari berbagai pihak dalam penyelesaian tesis ini. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dan turut memnatu penulis dalam menyelesaikan tesis ini terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA. selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana USU atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sumatera Utara.
(9)
4. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac. dan Bapak Drs. Firman Syarief, M.Si. Ak. selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan tesis ini.
5. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA., Bapak Drs. Rasdianto,
MA, Ak., dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak. selaku Tim Penguji tesis atas saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
6. Seluruh staf pengajar Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara atas segala ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan.
7. Seluruh staf administrasi Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
8. Orang tua tercinta, (Alm) Oloan Silitonga Dan Ibunda Sorta L.Tobing, dan adik
saya, Frisca Silitonga, yang telah banyak memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
9. Teman-teman selama pendidikan (Ruswan N, Azmi R, Ardin DS, Halomoan S,
Rahima Br Purba, Eva S, Namira Ufrida R, Arma Yuliza, Riantri B, Eky EM, Vina A).
Akhirnya penulis mengharapkan kiranya tesis ini merupakan usaha yang dikehendaki oleh Tuhan dan merupakan hasil yang bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis sendiri.
Medan, Januari 2012 Penulis,
(10)
RIWAYAT HIDUP
Nama : Ivo Maelina Silitonga
Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya/ 05 November 1984
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Orang tua :
Ayah : Alm. Oloan Silitonga
Ibu : Sorta L.Tobing
Alamat : Jl. Arief Rahman Hakim no. 181 Medan 20217
Pendidikan : TK : TK YPPI II Surabaya
SD : SD YPPI II Surabaya
SMP : SMP St. Maria Medan
SMA : SMA Negeri 1 Medan
S1 : Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Atma Jaya Jakarta
S2 : Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan : • Staf Pengajar di Universitas Atma Jaya Jakarta Fakultas
Ekonomi Program Studi Akuntansi (2005-2008)
• Staf Cost Accounting PT. Siantar Top Tbk Medan
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT...ii
KATA PENGANTAR...iii
RIWAYAT HIDUP...v
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR GAMBAR...xi
DAFTAR LAMPIRAN...xii
BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...7
1.3 Tujuan Penelitian...8
1.4 Manfaat Penelitian...8
1.5 Originalitas Penelitian...9
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori...11
2.1.1 Nilai Perusahaan...11
2.1.2 Corporate Governance...12
2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance...12
(12)
2.1.2.3 Prinsip-prinsip Corporate Governance...15
2.1.2.4 Mekanisme Penerapan Corporate Governance...17
2.1.3 Kepemilikan Institusional...19
2.1.4 Kepemilikan Manajerial...20
2.1.5 Komposisi Dewan Komisaris Independen...21
2.1.6 Jumlah Dewan Komisaris...22
2.1.7 Komite Audit...22
2.1.8 Kualitas Audit...23
2.1.9 Manajemen Laba...25
2.1.9.1 Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba...28
2.1.9.2 Teknik Manajemen Laba...30
2.1.9.3 Pola Manajemen Laba...31
2.1.10 Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan...32
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu...33
BAB III: KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep...38
3.2 Hipotesis...40
BAB IV: METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian...42
4.2 Lokasi Penelitian...42
4.3 Populasi dan Sampel...42
(13)
4.5 Definisi Operasional...44
4.6 Metode Analisis Data...50
4.6.1 Analisis Data...50
4.6.2 Pengujian Hipotesis...53
BAB V: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskriptif Data Penelitian...59
5.2 Analisis Data...62
5.2.1 Pengujian Data...62
5.2.1.1 Uji Asumsi Klasik...62
5.2.1.1.1 Uji Normalitas...63
5.2.1.1.2 Uji Multikolenearitas...,..64
5.2.1.1.3 Uji Heterokedastisitas...66
5.2.1.1.4 Uji Autokorelasi...67
5.3 Pengujian Hipotesis...67
5.3.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama...67
5.3.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua...70
5.4 Pembahasan...72
BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...79
6.2 Keterbatasan Penelitian...80
6.3 Saran...80
(14)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu...36
4.1 Teknik Pengambilan Sampel...43
4.2 Sampel Perusahaan Indeks LQ-45 tahun 2005-2010...44
4.3 Definisi Operasional Variabel...49
5.1 Deskriptif Data Penelitian Hipotesis Pertama...59
5.2. Hasil Uji Normalitas dengan Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov...64
5.3. Matriks Korelasi Variabel Bebas...65
5.4. Variance Inflation Factor...66
5.5. Pengujian Autokorelasi...67
5.6. Hasil Analisis Pengaruh KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA terhadap Nilai Perusahaan secara Simultan...68
5.7. Hasil Analisis Pengaruh KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA terhadap Nilai Perusahaan secara Parsial...69
5.8. Hasil Pengujian KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA terhadap Manajemen Laba...71
(15)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 . Kerangka Mekanisme Corporate Governance...19
3.1. Kerangka Konseptual...38
5.1. Normal PP Plot Residual...63
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1. Perusahaan yang Terdaftar Indeks LQ-45 2005-2010
2. Data Manajemen Laba
3. Data Hipotesis Pertama
4. Data Hipotesis Kedua
5. Tabel Median
6. Hasil Olah Data untuk Hipotesis Pertama
7a. Hasil Olah Data untuk Persamaan Pertama Moderating Uji Residual 7b. Hasil Olah Data untuk Persamaan Kedua Moderating Uji Residual
(17)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme good
corporate governance yang meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komposisi dewan komisaris independen, jumlah dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel moderating, studi pada perusahaan indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah populasi sebesar 97 perusahaan dan sampel sebesar 10 perusahaan. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu perusahaan non-keuangan yang tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia per 1 Januari 2005-2010 dan perusahaan masih tercatat di BEI dan saham perusahaan masih aktif diperdagangkan hingga saat ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan mekanisme good
corporate governance yang meliputi: kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komposisi dewan komisaris independen, jumlah dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan proxy Price to Book Value. Sementara secara parsial jumlah dewan komisaris dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Manajemen Laba merupakan variabel moderating pada penelitian ini, dalam hal ini manajemen laba memperlemah pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan.
(18)
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the influance of good corporate governance mechanisms consist of: institutional ownership, managerial ownership,
independent commissioner board composition, number of independent
commissioners board, audit committee and audit quality on value of the firm with earnings management as moderating variable, a study in LQ-45 in Indonesia Stock Exchange from 2005 to 2010.
The population in this research is all companies in LQ-45 index in Indonesia Stock Exchange (IDX). The sampling method in this research is purposive sampling with 97 companies as population and 10 companies as samples. The criteria used in
sample selection process were that the non-financial companies were included and
still registered in LQ-45 index in Indonesia Stock Exchange on January 1, 2005 to 2010 and currently the shares of the companies are still actively traded.
The result of this research that simultaneously good corporate governance mechanisms including: institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner board composition, number of independent commissioners board, audit committee and audit quality significant influence the value of the firm with the proxy Price to Book Value. While partially number of independent commissioners board and audit quality had a significant influence on the value of the firm, the institutional ownership, managerial ownership, independent commissioner board composition and audit committee did not have significant influence on the value of the firm. Earnings management is a moderating variable, in this research earnings management weakened the influence of good corporate governance mechanisms on the value of the firm. .
Keywords: Good Corporate Governance, Earnings Management, Value of the Firm.
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan-perusahaaan yang berhasil dan memiliki kinerja yang baik mengerti bagaimana beradaptasi dengan pasar yang berubah secara kesinambungan. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants, menjadikan resiko perusahaan meningkat dengan keuntungan makin tipis. Hanya perusahaan yang unggul saja yang dapat keluar dari keadaan yang berlaku umum tersebut, seperti perusahaan yang aktif dalam bursa saham atau disebut indeks LQ45. Namun keunggulan yang dimiliki perusahaan makin cepat terdilusi karena kemajuan teknologi sehingga terjadi peningkatan kompleksitas operasional perusahaan.
Semakin kompleksnya aktivitas pengelolaan perusahaan tersebut meningkatkan kebutuhan praktik tata kelola usaha yang baik (good corporate
governance). Penerapan corporate governance yang profesional sangat penting
sehubungan dengan meningkatnya kondisi persaingan dan globalisasi dengan memberikan prioritas terhadap perbaikan penerapan corporate governance, perusahaan-perusahaan dapat mengarah ke biaya operasional yang lebih rendah dan peningkatan kinerja.
Lemahnya penerapan corporate governance ditandai dengan perilaku manajemen yang mulai mementingkan kepentingan sendiri dengan mengabaikan kepentingan pemilik perusahaan (investor), maka hal ini menyebabkan jatuhnya
(20)
harapan investor tentang tingkat pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan dan mulai berhenti melakukan pendanaan atau investasi di perusahaan-perusahaan di negara tersebut, yang mengakibatkan menurunnya aliran masuk modal (capital inflows) ke negara tersebut secara keseluruhan sedangkan aliran modal keluar (capital outflows) mengalami kenaikan. Hal tersebut menyebabkan lemahnya investasi di negara tersebut, maka harga saham agregat perusahaan-perusahaan di negara tersebut akan menurun. Hal ini menuntun pada rendahnya kinerja perusahaan-perusahaan di negara tersebut (Darmawati, Khomsiyah, dan Rahayu, 2004).
Kondisi-kondisi di atas, menyebabkan corporate governance sangat dibutuhkan, dimana pihak manajemen perusahaan memiliki wewenang dalam penggunaan segala sumber daya perusahaan, sementara para pemegang saham berharap manajemen dapat bertindak profesional dalam mengelola perusahaan dan segala sumber dayanya. Setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh manajemen seharusnya mementingkan kepentingan pemegang saham dan bertujuan untuk kepentingan pertumbuhan nilai perusahaan. Namun pada kenyataannya, manajemen seringkali bertindak demi kepentingan mereka sendiri dan merugikan perusahaan serta pemegang saham. Permasalahan inilah yang kemudian dikenal sebagai agency problem.
Masalah keagenan yang dipicu dari adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan pengelolaan atau manajemen perusahaan. Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang
(21)
perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemegang saham sehingga terjadi asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu. Menurut Hastuti (2005) manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Konflik keagenan yang mengakibatkan laba dilaporkan semu akan menyebabkan nilai perusahaan berkurang dimasa yang akan datang.
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Menurut Van Horne (2002) “value is represented by the market price of the
company’s common stock which in turn, is a function of the firm’s investment, financing and dividen decision “. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral
dari seluruh pelaku pasar, harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan.
Peningkatan nilai perusahaan ini dapat tercapai apabila ada kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi sharehoder maupun
stakeholder dalam membuat keputusan keputusan keuangan dengan tujuan
memaksimumkan modal kerja yang dimiliki. Apabila tindakan antara manajer dengan pihak lain tersebut berjalan sesuai, maka masalah diantara kedua pihak tersebut tidak akan terjadi. Dalam kenyataannya penyatuan kepentingan kedua pihak tersebut sering kali menimbulkan masalah. Adanya masalah diantara manajer dan pemegang saham disebut masalah agensi (agency problem). Dalam konsep theory of the firm (Jensen
(22)
dan Meckling, 1976), adanya masalah agensi tersebut akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan pemegang saham.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah perbedaan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision) dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh diinvestasikan. Dalam aktivitas pencarian dana, manajemen menginginkan untuk mencari sumber pendanaan dengan biaya sekecil mungkin sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan. Dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan dana yang diperoleh, manajer cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya pada proyek dengan resiko rendah, tetapi investor cenderung untuk memilih proyek dengan resiko tinggi karena resiko yang tinggi mencerminkan return yang akan diperoleh juga tinggi.
Teori agensi memberikan pandangan bahwa masalah manajemen laba dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good corporate governance. Praktek manajemen laba oleh manajemen dapat diminimumkan melalui mekanisme monitoring untuk menyelaraskan (alignment) perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen dengan cara; pertama memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling 1976). Kedua, kepemilikan saham oleh institutional karena mereka dianggap sebagai sophisticated
(23)
manajemen yang berdampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba (Pratana dan Mas’ud 2003); ketiga, peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen (Barnhart dan Rosentein 1998); keempat, kualitas audit yang dilihat dari peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari 2003).
Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005). Adanya dewan komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan.
Teoh dan Wong (1993) menyatakan bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas laba yang diukur dengan Earnings Response Coeficient . Karena pada saat penelitian ini Big six telah berubah menjadi big four, juga diduga bahwa klien dari auditor non big four cenderung lebih tinggi dalam melakukan manajemen laba. Hal ini berarti kualitas audit berhubungan negatif dengan manajemen laba. Walaupun demikian untuk kasus Indonesia sebagaimana penelitian yang dilakukan Siregar dan Utama (2006) tidak menemukan pengaruh signifikan antara kalitas audit dengan manajemen laba perusahaan.
(24)
Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta terlaksananya good
corporate governance. Menurut Sofyan, Komite Audit dapat dibentuk oleh Komisaris
dan bertanggungjawab kepada Komisaris dengan pertimbangan bahwa dalam rangka mengoptimalkan kinerja, BUMN dituntut untuk dapat mengelola kegiatan usahanya dengan hemat, berdayaguna dan berhasil guna dan dengan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan mewujudkan sistem dan pelaksanaan pengawasan yang kompeten dan independen.
Hubungan GCG dengan nilai perusahaan telah diteliti oleh Arsjah (2002) membuktikan corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan namun tidak semua komponen corporate governance berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain struktur kepemilikannya, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, manajemen laba, serta keberadaan komite audit. Dalam penelitian Andrianto (2009) membuktikan corporate governance berpengaruh signifikan terhadap Price to Book Value, dalam hal ini merupakan kepemilikan manajerial dan kualitas audit serta manajemen laba, sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan menurut Niken (2009), kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana variabel yang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah komposisi komisaris independen dan keberadaan komite audit.
(25)
Konsistensi yang beragam mengenai pengaruh mekanisme good corporate
governance terhadap nilai perusahaan ini memotivasi penulis untuk menguji
pengaruh penerapan Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit dapat meningkatkan nilai perusahaan yang diproxi dengan Price to Book Value, dimana manajemen laba sebagai variabel moderating pada perusahaan yang memperkuat atau memperlemah pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen yang tergabung dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pembahasan utama dari penelitian ini adalah:
1. Apakah mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45?
2. Apakah manajemen laba memperkuat atau memperlemah pengaruh
mekanisme corporate governance yang meliputi kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45?
(26)
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah
1. Untuk menguji pengaruh penerapan corporate governance, yang meliputi
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh baik secara parsial ataupun simultan terhadap nilai perusahaan dengan proxi Price to Book Value pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45.
2. Untuk menguji manajemen laba yang memperkuat atau memperlemah
pengaruh mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan dengan proxi Price to Book Value pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan referensi bagi manajemen perusahaan dan investor dalam
menilai kinerja perusahaan dalam hubungannya dengan penerapan good
corporate governance
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
3. Sebagai sarana untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan intelektual
(27)
1.5 Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Animah dan Rahmadhani (2010) dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme Corporate
Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Survei Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2003-2007). Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2003-2007. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini peneliti mengganti ukuran perusahaan dengan kualitas
audit yang di duga akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2. Dalam penelitian ini peneliti menambahkan manajemen laba sebagai variabel
moderating yang di duga akan memperkuat atau memperlemah variabel independen terhadap nilai perusahaan
3. Periode penelitian ini adalah 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 sedangkan
(28)
4. Jumlah sampel perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ-45 di BEI dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 diteliti berjumlah 10 perusahaan, sedangkan penelitian sebelumnya, jumlah sampel perusahaan manufaktur yang diteliti adalah 28 perusahaan yang terdaftar di BEJ dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
(29)
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Nilai perusahaan
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki.
Fama (1978) dalam penelitiannya menggunakan pendekatan konsep nilai pasar untuk mengukur nilai perusahaan. Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan harga yang dicatat pada nilai saham perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa tertentu oleh permintaan dan penawaran saham tersebut oleh pelaku pasar. Nilai perusahaan merupakan nilai yang diberikan pasar bursa kepada manajemen perusahaan
Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini akan menggunakan proksi yaitu Price to Book Value pada periode yang telah ditentukan. Menurut Prayitno dalam Wulandari (2009), Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut
Semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi kinerja perusahaan dinilai oleh pemodal dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PBV semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap
(30)
prospek perusahaan, maka akan menjadi daya tarik bagi investor untuk membeli saham tersebut, sehingga permintaan akan naik, kemudian mendorong harga saham naik (Wulandari, 2009).
Hal ini dihitung dengan membagi harga penutupan saham saat ini dengan nilai buku kuartal terkini per saham. Juga dikenal sebagai "rasio harga-ekuitas". Dihitung sebagai:
Price to Book Value = ℎ�����������ℎ�����������
�����������ℎ�����������
PBV adal
perusahaan dengan harga pasar saat ini. Nilai buku adalah istilah akuntansi yang menunjukkan bagian dari perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham, dalam
kata lain, total
2.1.2 Corporate governance
2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance
Organization Economic Cooperation and Development (OECD) berpendapat
bahwa Corporate Governance merupakan struktur hubungan serta kaitannya dengan tanggung jawab di antara pihak – pihak terkait yang terdiri dari pemegang saham, anggota dewan direksi dan komisaris termasuk manajer, yang dirancang untuk mendorong terciptanya suatu kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalam mencapai tujuan utama perusahaan.
Menurut formulasi Komite Cadbury (1992), corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar
(31)
mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada shareholders.
Menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2000),
corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak – hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dan tujuan dari Corporate Governance adalah meningkatkan nilai bagi pihak pemegang saham.
The Indonesian Institute For Corporate Governance (IICG) juga memiliki
definisi mengenai corporate governance. Menurut IICG, Good Corporate
Governance (tata kelola perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan yang
baik) pada hakekatnya merupakan struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Struktur merupakan satu kesatuan yang terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi, dan pihak – pihak yang berkepentingan
(stakeholders). Sistem merupakan suatu landasan operasional yang menjadi dasar
mekanisme check and balances kewenangan atas pengelolaan perusahaan. Proses merupakan cara untuk memastikan pelaksanaan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (tanggung jawab, akuntabilitas, keadilan, dan transparansi) dalam menentukan tujuan dan sasaran, pencapaian, pengukuran kinerja perusahaan.
(32)
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Corporate
Governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses
pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat sekitar. Good Corporate
Governance berusaha menjaga keseimbangan di antara pencapaian tujuan ekonomi
dan tujuan masyarakat. Tantangan dalam Corporate Governance adalah mencari cara untuk memaksimum penciptaan kesejahteraan sedemikian rupa sehingga tidak membebankan ongkos yang tidak patut kepada pihak ketiga atau masyarakat luas.
2.1.2.2 Manfaat Corporate Governance
Utama (2005) menyatakan bahwa konsep Corporate Governance timbul sebagai upaya untuk mengatasi perilaku manajemen yang mementingkan diri sendiri dan menciptakan mekanisme dan alat control untuk memungkinkan terciptanya sistem pembagian keuntungan dan kekayaan yang seimbang bagi stakeholders dan menciptakan efisiensi bagi perusahaan.
Menurut The Forum For Corporate Governance In Indonesia, kegunaan dari
Corporate Governance yang baik adalah :
1. Lebih mudah memperoleh modal.
2. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah, yaitu sebagai dampak dari
pengelolaan perusahaam yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.
(33)
3. Memperbaiki kinerja usaha.
4. Mempengaruhi harga saham, serta
5. Memperbaiki kinerja ekonomi.
2.1.2.3 Prinsip – Prinsip Corporate Governance
Organization Economic Cooperation and Development (OECD)
mengembangkan seperangkat prinsip – prinsip Corporate Governance, atau yang lebih dikenal sebagai The OECD Pinciples Of Corporate Governance. Prinsip – prinsip dasar dari good corporate governance meliputi :
a) Fairness
Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya. Praktik kewajaran juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. Hal ini penting untuk melindungi kepentingan pemegang saham dari praktik kecurangan (fraud) dan praktik-praktik insider trading yang dilakukan oleh agen/manajer. Prinsip kewajaran ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer karena diantara kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda (conflict of interest).
b) Transparancy
Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan
(34)
kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. Pinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasis standar akuntansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas, mengembangkan teknologi informasi dan sistem informasi akuntansi manajemen untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi.
c) Accountability
Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan dengan adanya dewan komisaris, direksi independen dan komite audit. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris. Praktik-praktik yang diharapkan muncul dalam menerapkan akuntabilitas diantaranya pemberdayaan dewan komisaris untuk melakukan monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen guna memberikan jaminan perlindungan kepada pemegang saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.
d) Responsibility
Responsibilitas diartikan sebagai tanggungjawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada adanya
(35)
sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut untuk merealisasikan tujuan yang hendak dicapai GCG yaitu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis dan pihak lainnya.
2.1.2.4 Mekanisme Penerapan Corporate Governance
Terdapat dua mekanisme dalam penerapan corporate governance sesuai kerangka corporate governance menurut World Bank (1999,) yaitu mekanisme intern dan mekanisme ekstern. Mekanisme intern berkaitan dengan pengendalian intern perusahaan khususnya peranan dewan komisaris. Dewan Komisaris berfungsi sebagai wakil pemegang saham khususnya dan stakeholders lainnya umumnya untuk mengawasi aktivitas manajemen sehingga asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham dapat diatasi. Dengan asumsi dewan komisaris merupakan alat pengendalian dan merupakan elemen yang sangat penting dalam mekanisme intern
corporate governance. Anggota dewan komisaris dapat terjadi dari anggota yang
berasal dari dalam perusahaan (intern) dan dari luar perusahaan (ekstern). Dewan komisaris intern lebih banyak mengetahui seluk beluk perusahaan, tetapi mungkin tidak memiliki tingkat independensi yang besar dibanding anggota dewan komisaris
(36)
Mekanisme intern lainnya yaitu penunjukkan anggota dewan direktur dan dewan komisaris independen serta pembentukan komite audit oleh komisaris yang beranggotakan auditor independen dan staf internal audit
Pendapat dari anggota independen harus lebih mengacu kepada kepentingan
stakeholders, tidak hanya kepentingan komersial perusahaan, oleh karena itu,
pemilihan orangnya sangat menentukkan kinerjanya. Direktur Independen harus orang dari luar perusahaan yang tidak mempunyai hubungan afiliasi maupun jasa konsultasi serta tidak memiliki hubungan kekeluargaan dengan pihak manajemen.
Mekanisme lain dari Corporate Governance adalah mekanisme ekstern, yaitu mekanisme control yang memanfaatkan semua perangkat yang ada di luar perusahaan, baik ekonomi, hukum, dan social untuk mengontrol jalannya perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Perangkat tersebut mencakup pasar uang dan pasar modal yang bersaing, perangkat hukum dan perundang – undangan yang lengkap, penerapan hokum yang konsisten dan adil, pasar barang dan jasa (termasuk tenaga kerja yang professional) yang aktif dan terbuka, konsumen yang aktif, tanggap dan sadar akan hak dan kewajibannya.
Mekanisme ekstern ini kadangkala lebih berperan dalam medisplinkan manajemen dan perusahaan dibanding mekanisme intern. Sebagai contoh pasar modal yang terbuka, aktif dan likuid memungkinkan para pemegang saham menindak secara langsung perilaku manajemen yang tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Mereka dapat melepas atau menjual saham kepasar apabila harapan mereka tidak terpenuhi. Dengan demikian nilai perusahaan akan turun apabila pemegang
(37)
saham secara serentak melakukan yang sama. Secara sistematis mekanisme GCG tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini
INTERNAL EKSTERNAL
PRIVATE REGULATORY
Gambar 2.1. Kerangka Mekanisme Corporate Governance
Sumber : Cadbury 2000, Corporate Governance : A framework For Implementation
2.1.3 Kepemilikan institusional
Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Kepemilikan institusional mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.
Struktur kepemilikan (kepemilikan manajerial dan institusional) oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya
Standard Laws regulations Reputational Agent *Accountants *Lawyers *Credits ratings *Investment Bankers *Financial media *Investment Advisors *Corporate Governance Analysis Shareholders Board Of
Commissioner Financial Debt
Equity Markets :
*Competitive factor & Product market
*Foreign Direct Investment *Comorate Content
Board Of Director
(38)
berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga
agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai
perusahaan juga semakin meningkat.
2.1.4 Kepemilikan manajerial
Dalam teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelola.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (pihak intern). Proposi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Dalam penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial secara langsung dan atau melalui keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
(39)
2.1.5 Komposisi dewan komisaris independen
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon Zehnder (2000), dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Vafeas (2000) dalam Siallagan (2006) mengatakan bahwa peranan dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan.
Penelitian mengenai keberadaan dewan komisaris telah dilakukan oleh Chtourou et al (2001) yang menemukan bahwa earnings management secara signifikan berhubungan dengan dewan komisaris. Hasil penelitian menunjukkan
income increasing earning management rendah pada perusahaan yang memiliki outside board members yang berpengalaman sebagai board members pada
perusahaan dan pada perusahaan yang lain.
Berbeda dengan penelitian Veronica dan Utama (2005) yang meneliti pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berkorelasi secara signifikan terhadap manajemen laba.
(40)
2.1.6 Jumlah dewan komisaris
Selain kepemilikan manajerial, peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan mendapatkan hasil yang beragam. Yermack (1996), Eisenberg et al (1998) dan Jensen (1993), menyatakan bahwa makin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan adanya masalah keagenan (agency problem), yaitu dengan makin banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari masing-masing anggota dewan itu sendiri, kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan tindakan dari manajemen, serta kesulitan dalam pengambilan keputusan yang berguna bagi perusahaan.
Penelitian Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap indikasi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Hal tersebut berarti makin besar jumlah dewan komisaris maka makin banyak manajemen laba yang dilakukan perusahaan.
2.1.7 Komite audit
Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite
(41)
audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen.
2.1.8 Kualitas audit
Dalam konteks keagenan, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator antara principal dan agent. Pihak ketiga ini berfungsi memonitor perilaku manajer sebagai agent dan memastikan bahwa agent bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Penggunaan auditor eksternal yang independen merupakan mekanisme yang didorong oleh pasar, dengan tujuan untuk mengurangi earnings
management (Jensen dan Meckling, 1976; Watts dan Zimmerman, 1986). Pemegang
saham mengharapkan auditor untuk dapat menekan kemungkinan terjadinya moral
harzard yang dilakukan manajemen, sehingga agency cost yang ditanggung
pemegang saham akan berkurang. Namun dari sudut pandang manajer, sejalan dengan moral hazard hypothesis dan kondisi informasi asimetri, manajer cenderung memilih auditor yang member keleluasaan untuk memilih prosedur akuntansi yang disukainya, namun sekaligus juga bersedia opini audit yang menguntungkan.
(42)
Gavious (2007) mengatakan bahwa masalah pemilihan auditor bersumber pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Disatu pihak, auditor ditunjuk oleh manajemen untuk melakukan audit bagi kepentingan pemegang saham, namun dilain pihak, jasa audit dibayar dan ditanggung oleh manajemen. Hal ini menciptakan benturan kepentingan yang tidak dapat dihindari oleh auditor. Mekanisme kelembagaan ini menimbulkan ketergantungan auditor kepada kliennya, sehingga auditor merasa kehilangan independensinya dan harus mengakomodasi berbagai keinginan klien, dengan harapan agar perikatan auditnya dimasa depan tidak terputus.
Penelitian Teoh dan Wong (1993) berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas Earnings Response Coeficient (ERC). Karena pada saat penelitian ini Big six telah berubah menjadi big four, juga diduga bahwa klien dari auditor non big four cenderung lebih tinggi dalam melakukan earnings
management. Hal ini berarti kualitas audit berpengaruh negative dengan earnings management. Walaupun demikian untuk kasus di Indonesia sebagaimana dalam
penelitian yang dilakukan Siregar dan Utama (2006) tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara kualitas audit dengan earnings management yang dilakukan perusahaan.
Mekanisme GCG merupakan suatu aturan, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan tersebut yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh stakeholders dalam perusahaan. Adanya nilai tambah ini akan
(43)
menarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan yang bersangkutan. Komponen-komponen mekanisme GCG dalam hal ini adalah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komposisi dan ukuran dewan komisaris independen.
2.1.9 Manajemen laba
Manajemen laba adalah suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi (Wolk et.al 2001). Salah satu contoh terjadinya earning management adalah pada saat melakukan penawaran perdana (initial public offerings/IPO) maupun pada saat melakukan penawaran kedua dan seterusnya (seasoned equity offering/SEO). Dua kondisi tersebut berbeda dalam hal tersedianya laporan keuangan yang dipublikasikan karena dalam penawaran kedua dan seterusnya laporan keuangan yang dipublikasikan sudah disediakan kepada publik. Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor
fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunanlaporan keuangan
tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham (Wibisono,2004)
Menurut Scott (1997) manajemen laba didefinisikan sebagai berikut “Given
that managers can choose accounting policies from a set (for example. GAAP). It is natural to expert that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”. Dari definisi tersebut manajemen laba
merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar
(44)
perusahaan. Scott (1997) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua cara. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings
Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk
melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Manajemen laba dapat dijelaskan lebih dalam dengan teori keagenan (agency
theory). Teori ini berasumsi bahwa setiap individu semata-mata termotivasi oleh
kepentingan pihak manajemen sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal, yang mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahterahan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Manager sebagai agent, yang termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku oportunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Dalam hal mendapatkan bonus dari
(45)
principal, manajer termotivasi untuk memililh dan menerapkan metode akuntansi
yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik.
Jansen dan Meckling (1976), Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh manajemen perusahaan sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai sejauh mana manajemen perusahaan tersebut bekerja demi meningkatkan kesejahteraanya, serta memberikan kompensasi kepada manajemen perusahaan tersebut.
Laporan keuangan digunakan oleh principal untuk memberikan kompensasi kepada manajemen dengan harapan dapat mengurangi konflik keagenan, hal ini dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dengan cara melakukan pencatatan akuntansi secara basis akrual (accrual basis) yang merupakan subjek managerial discretion. Fleksibilitas yang diberikan oleh GAAP memberikan dorongan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan agar dapat menghasilkan laporan laba seperti yang diinginkan, meskipun menciptakan distorsi dalam laporan laba (Watts dan Zimmerman, 1986).
Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara agent dan
principal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik yang dapat mempengaruhi
kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya
(46)
dan bukan demi untuk kepentingan principal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat menyelaraskan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak. Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki informasi laba.
2.1.9.1 Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba
Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT) dan Agency Theory. Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman (1986) dalam Halim (2005) adalah :
a. The bonus plan hypothesis
Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajemen perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Pada saat laba berada di bawah atau bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer. Sedangkan pada laba berada di atas atau cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Sehingga jika laba bersih berada di atas atau cap, maka manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus pada periode berikutnya, sebaliknya jika laba berada di
(47)
bawah atau bogey. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan
b. The debt to equity hypothesis (debt covenant hypothesis)
Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan yang memiliki rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.
c. The political cost hypothesis (size hypothesis)
Pada perusahaan besar yang memiliki biaya tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya ini muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.
Scott (2000) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba :
a. Bonus purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistis untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985).
b. Political motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena
(48)
adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
c. Taxation motivations
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.
d. Penggantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka, jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
e. Initial public offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam
prospectus mereka, dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
f. Pentingnya memberi informasi kepada investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
2.1.9.2 Teknik Manajemen Laba
Menurut Setiawati dan Na’im (2000), teknik dan pola manajemen laba dapat dilakukan dengan tiga teknik antara lain:
(49)
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi dan lain-lain.
b. Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contohnya mengubah metode depresiasi aktiva tetap dengan cara perhitungan dan pencatatan depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun menjadi metode depresiasi garis lurus
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Rekayasa periode atas biaya atau pendapatan, dapat dicontohkan dengan mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai.
2.1.9.3 Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dapat dilakukan dengan cara:
(50)
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.
b. Income minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi, sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
c. Income maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan
net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. d. Income smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.1.10 Manajemen laba dan nilai perusahaan
Manajemen laba dilakukan oleh manager pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensí pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham (Wibisono, 2004).
(51)
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang membahas masalah manajemen laba dan kinerja perusahaan antara lain:
a. Animah dan Ramadhani (2010), melakukan penelitian dengan judul. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan tahun pengamatan 2003-2007. Variabel yang digunakan adalah: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan dan nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
b. Siallagan dan Machfoedz (2006), melakukan penelitian dengan judul. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan tahun pengamatan 2000-2004. Variabel yang digunakan adalah: kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, manajemen laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme corporate
(52)
governance mempengaruhi kualitas laba dan kualitas laba secara positif berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Mekanisme CG berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Dimana, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, komite audit dan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
c. Herawaty (2008) melakukan penelitian dengan judul. Peran Praktek
Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan
nonkeuangan yang telah listing di BEJ tahun 2004-2006. Variabel yang digunakan adalah: ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit, manajemen laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi pertama, earning
management berpengaruh negatif terhadapa nilai perusahaan dengan variabel kontrol
ukuran perusahaan. Model regresi kedua menunjukkan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Pada model regresi ketiga, earning management berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
d. Semuel (2009) melakukan penelitian dengan judul. Mekanisme Corporate
(53)
Intervening. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, dengan tahun pengamatan 2000-2004. Variabel yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, dewan komisaris, komite audit, kualitas laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme CG berpengaruh terhadap kualitas audit, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba, sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Selain itu juga, kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dimana dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Kualitas audit bukan variabel intervening yang mempengaruhi hubungan mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.
Dari peneliti terdahulu tersebut di atas terlihat bahwa dari hasil beberapa peneliti menunjukkan adanya pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap manajemen laba dan nilai perusahaan.
(54)
Tabel 2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu Nama Peneliti/
Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Animah, Ramadhani 2010
Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Mekanisme CG dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan
a. Kepemilikan Institusional
b. Kepemilikan Manajerial
c. Proporsi Dewan Komisaris
Independen
d. Komite Audit
e. Ukuran Dewan Komisaris
f. Ukuran Perusahaan
g. Nilai Perusahaan
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi
dewan komisaris independen dan ukuran
perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Siallagan,
Machfoedz 2006
Mekanisme CG, kualitas laba dan nilai perusahaan
a. Kepemilikan manajerial b. Proporsi dewan komisaris c. Komite audit
d. Ukuran perusahaan e. Manajemen laba f. Nilai perusahaan
mekanisme corporate
governance mempengaruhi
kualitas laba dan kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Mekanisme CG berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Dimana, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, komite audit dan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Herawaty 2008 Peran praktek CG
sebagai variabel moderating dari pengaruh earning
management terhadap
nilai perusahaann
a. Kepemilikan manajerial
b. Kepemilikan institusional
c. Proporsi dewan komisaris
independen
d. Kualitas Audit
e. Manajemen laba
model regresi pertama,
earning management
berpengaruh negatif terhadapa nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Model
(55)
f. Nilai perusahaan regresi kedua menunjukkan kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Pada model regresi ketiga,
earning management
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kawatu 2009 Mekanisme Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening
a. Kepemilikan manajerial
b. Dewan komisaris
c. Komite audit
d. Kualitas laba
e. Nilai perusahaan
mekanisme CG berpengaruh terhadap kualitas audit, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba,
sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Selain itu juga, kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan dan mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dimana dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Kualitas audit bukan variabel intervening yang mempengaruhi hubungan mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.
(56)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan untuk tercapainya penelitian ini dengan didukung tinjuan teoritis dan tinjauan peneliti terdahulu, maka secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Mekanisme Corporate Governance
H2
H1
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Manajemen Laba (M) Kepemilikan Institusional (KI)
Kepemilikan Manajerial (KM)
Komposisi Dewan Komisaris Independen (KDK)
Nilai Perusahaan
(Y) Jumlah Dewan Komisaris
(JDK) Komite Audit (KA)
(57)
Gambaran diatas dijelaskan melalui perilaku manipulasi oleh manajer dapat diminimunkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kepentingan. Pertama, memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), akan mengurangi masalah keagenan dari manager dan menyelaraskan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Kedua, kepemilikan saham oleh investor institusional merupakan pihak yang dapat memantau atau memonitor secara profesional perkembangan investasi karena tingkat pengendalian terhadap manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan. Ketiga, peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen (Barnhart dan Rosentein 1998). Keempat, kualitas audit yang dilihat dari peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari 2003)
Komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris mempengaruhi mereka dalam memantau proses pelaporn keuangan. Komite audit dapat mengurangi adanya manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen.
Dalam hubungannya dengan kinerja, PBV salah satu jenis penilaian kinerja perusahaan yang mengukur keberhasilan perusahaan dalam mencapai harga saham di pasar Bursa Efek Indonesia. Price to Book Ratio adalah perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham. Arifin (2002) menyatakan meningkatnya nilai rasio PBV maka akan meningkatkan harga saham juga.
(58)
Bagi para investor harga saham menunjukkan baik atau buruknya nilai perusahaan. Dimana harga saham yang aktif terjual di pasar BEI disebut indeks LQ-45. Harga saham di indeks ini sangat beragam dan banyak investor yang mau membeli saham-saham di indeks LQ-45 karena return yang diberikan perusahaan tersebut kepada investor.
Dalam penelitian ini, PBV sebagai proxy dari nilai perusahaan yang merupakan variabel dependen. PBV perusahaan terdapat dalam laporan tahunan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia. Mekanisme corporate governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan kualitas audit sebagai variable independen. Dimana manajemen laba sebagai variabel moderating yang akan menunjukkan pengaruh penerapan mekanisme good corporate governance terhadap PBV, berpengaruh memperkuat atau memperlemah hal tersebut.
3.2. Hipotesis
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kinerja perusahaan adalah kinerja saham yang diwakili oleh rasio Price to Book Ratio (PBV) – nya. Hipotesis yang akan diuji adalah :
1. Mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit berpengaruh baik secara parsial dan simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45.
(59)
2. Manajemen laba dapat memperkuat atau memperlemah berpengaruh mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45.
(60)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hubungan kausal (causal
effect), yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap fakta-fakta untuk
membuktikan secara empiris tentang pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, yaitu fakta empiris pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dan ukuran dewan komisaris independen, komite audit, kualitas audit dan manajemen laba dan kinerja perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 1 (satu) variabel dependen yaitu nilai perusahaan dan 6 (enam) variabel independen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris, komite audit dan kualitas audit. Serta 1(satu) variabel moderating yaitu manajemen laba.
4.2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada Juli 2011 dengan mengambil objek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh dengan mendownload semua laporan tahunan untuk tahun 2005 hingga 2010 yang dipublikasikan di
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajari atau menjadi
(61)
objek penelitian (Kuncoro,2004). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam LQ-45 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 6 tahun yaitu tahun 2005 sampai dengan 2010.
Sampel dipilih secara purposive sampling berdasarkan atas pertimbangan tertentu sehingga diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun beberapa pertimbangan atau kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah :
1. Sampel merupakan perusahaan non-keuangan yang harus tetap terdaftar pada
indeks LQ-45 untuk periode waktu antara 2005-2010.
2. Sampel masih tercatat di BEI dan saham perusahaan sampel aktif
diperdagangkan hingga saat ini.
Berikut ini ringkasan teknik penentuan jumlah sampel berdasarkan kriteria di atas dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Teknik Pengambilan Sampel
No Kriteria Jumlah
1 Populasi 97
2 Tidak memenuhi kriteria a dan b 87
Total sampel 10
Daftar nama perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 periode 2005- 2010 (sampel) dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
(62)
Tabel 4.2 Sampel Perusahaan Indeks LQ-45 tahun 2005-2010
No Nama Perusahaan
1 PT. Astra Agro Lestari Tbk
2 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk
3 PT. Astra International Tbk
4 PT. International Nickel Ind .Tbk
5 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
6 PT. Indosat Tbk
7 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
8 PT. Semen Cibinong Tbk (Holcim)
9 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
10 PT. United Tractors Tbk
4.4. Metode Pengumpulan Data
Semua data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Data-data yang berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari laporan keuangan perusahaan, data perubahan harga saham dan index IHSG dengan cara download dari website (PIPM).
4.5. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiataan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nasir, 1999). Pemberian definisi operasional dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan keraguan atau bias yang mungkin terjadi.
(63)
Berikut variabel–variabel yang terkait dalam penelitian ini beserta proxy yang digunakan untuk masing-masing variabel :
a. Variabel Dependen. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah nilai
perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diartikan sebagai ekspektasi nilai investasi para pemegang saham (harga pasar ekuitas) sebagai reaksi terhadap informasi yang diberikannya yang mencakup harga pasar saham dan volume saham yang beredar. Pengukuran menggunakan skala rasio. Nilai perusahaan diukur dengan nilai buku saham (Price to Book Value) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
PBV =ℎ�����������ℎ�����������
�����������ℎ�����������
b. Variabel Independen :
1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah komposisi saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, dana pensiun atau perusahaan lain. Kepemilikan institusional (investor institusional) dapat memonitor tim manajemen secara lebih efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Pengukurannya menggunakan skala rasio.
2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah proporsi kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola. Variabel ini diukur berdasarkan
(64)
persentase jumlah saham yang beredar yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar dan diukur dengan menggunakan skala rasio.
3. Komposisi Dewan Komisaris Independen
Komposisi dewan komisaris independen adalah jumlah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Komposisi dewan komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari keseluruhan jumlah dewan komisaris perusahaan dan diukur dengan menggunakan skala rasio.
4. Jumlah Dewan Komisaris Independen
Jumlah dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan. Dewan komisaris bertangungjawab dan berwenang mengawasi tindakan manajemen dan memberikan nasehat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris. Jumlah dewan komisaris diukur dengan menggunakan jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan dan diukur berdasarkan skala rasio.
5. Komite Audit
Komite audit adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen atau perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Keberadaan komite audit diukur berdasarkan persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris
(65)
independen dari seluruh jumlah anggota komite audit dan diukur dengan menggunakan skala rasio.
6. Kualitas Audit
Variabel ini merupakan variabel dummy nilai 1 untuk auditor yang diasumsikan berkualitas tinggi dan termasuk dalam big four dan nilai 0 untuk auditor yang diasumsikan berkualitas rendah dan tidak termasuk dalam big four. Kualitas auditor diukur berdasarkan marketshare artinya auditor yang memiliki marketshare yang besar diasumsikan sebagai auditor berkualitas tinggi dan sebaliknya.
Auditor yang dipergunakan adalah auditor yang terdaftar di Bapepam sehingga auditor yang berkualitas tinggi dan independent adalah auditor yang
marketshare yang besar pada perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai sampel
penelitian ini.
c. Variabel Moderating :
Manajemen Laba merupakan suatu intervensi oleh pihak manajemen dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan mengunakan Modified Jones Model Dechow et.al (1995).
TAit = Nit – CFOit…...………..(1)
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut:
(66)
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit = β1(1/Ait-1)+β2(∆Revt/Ait-1-∆Rect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)……...(3) Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung :
Dait = TAit/Ait-1 – NDAit………...(4) Keterangan :
DAit : Discretionary Accrual perusahaan i pada periode ke t NDAit : Non Discretionary Accrual perusahaan i pada periode ke t TAit : Total Akrual perusahaan i pada periode ke t
Nit : Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit : Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
∆Revt : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt : Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
∆Rect : Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e : error
Pengukuran menggunakan skala rasio.
(1)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .414a .171 .157 .05810645 1.868
a. Predictors: (Constant), M
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .040 1 .040 11.994 .001a
Residual .196 58 .003
Total .236 59
a. Predictors: (Constant), M
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .045 .015 2.991 .004
Y -.012 .003 -.414 -3.463 .001 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions (Constant) ML
1 1 1.864 1.000 .07 .07
2 .136 3.699 .93 .93
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
(2)
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value -8.5277468E-2 .0330638 -2.9895068E-17 .02619840 60
Std. Predicted Value -3.255 1.262 .000 1.000 60
Standard Error of Predicted
Value .008 .026 .010 .003 60
Adjusted Predicted Value -8.6575150E-2 .0358104 .0001123 .02607538 60 Residual -1.00373432E-1 .16199966 .00000000 .05761191 60
Std. Residual -1.727 2.788 .000 .991 60
Stud. Residual -1.760 2.826 .000 1.008 60
Deleted Residual -1.04240015E-1 .16648413 -1.12251769E-4 .05961837 60
Stud. Deleted Residual -1.794 3.017 .007 1.032 60
Mahal. Distance .002 10.595 .983 1.777 60
Cook's Distance .000 .167 .018 .032 60
Centered Leverage Value .000 .180 .017 .030 60
(3)
(4)
(5)
(6)