PEMILIHAN METODE DEPRESIASI AKTIVA TETAP UNTUK PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN

  PEMILIHAN METODE DEPRESIASI AKTIVA TETAP UNTUK PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN Studi Kasus Pada Perusahaan KUSUMATEX Yogyakarta SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

  Program Studi Akuntansi

  Oleh : Yohanes Aris Dwi Hartono NIM: 01 2114 123

  MOTTO

  ¾ “Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!” (Wahyu 15: 3) ¾ “Mencintai haruslah menjadi sesuatu yang wajar bagi kita, sebagaimana kita hidup dan bernafas, hari demi hari sampai saat kematian kita.” (Ibu Teresa) ¾ “Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku, Aku akan melakukanNya.”

  (Yohanes 14: 14) Skripsi ini dipersembahkan kepada:

  ¾ Yesus Kristus dan Bunda Maria ¾ Simbah, Bapak, Ibu dan kakakku tercinta

  

ABSTRAK

PEMILIHAN METODE DEPRESIASI AKTIVA TETAP

UNTUK PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN

Studi Kasus Pada Perusahaan Kusumatex Yogyakarta

  Yohanes Aris Dwi Hartono Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode depresiasi aktiva tetap manakah yang lebih tepat digunakan Perusahaan Kusumatex Yogyakarta untuk memperkecil pajak penghasilannya. Sesuai dengan Undang-Undang perpajakan, metode depresiasi yang dapat dipilih yaitu metode garis lurus atau saldo menurun. Periode penelitian selama lima tahun, yaitu dari tahun 2006 sampai 2010. Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus dan jenis datanya adalah data primer.

  Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan metode wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan adalah dengan menggunakan metode least square untuk meramalkan laba kena pajak sebelum depresiasi. Selanjutnya menggunakan teknik kuantitatif dalam menentukan besarnya biaya depresiasi dan pajak penghasilan selama lima tahun dengan menggunakan metode depresiasi garis lurus dan saldo menurun dan membandingkan kedua metode tersebut mana yang menghasilkan pajak penghasilan paling kecil.

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa metode depresiasi yang lebih tepat digunakan oleh perusahaan Kusumatex untuk memperkecil pajak penghasilan adalah metode depresiasi garis lurus. Hal ini dapat dilihat pada metode depresiasi garis lurus menghasilkan total pajak penghasilan sebesar Rp35.887.650,00, sedangkan metode saldo menurun menghasilkan total pajak penghasilan sebesar Rp40.738.850,00. Terdapat selisih yang menguntungkan jika perusahaan menggunakan metode depresiasi garis lurus sebesar Rp4.851.200,00. Setelah dianalisis ternyata perbedaan jumlah pajak tersebut disebabkan oleh tarif penyusutan dan perbedaan jumlah depresiasi aktiva tetap setiap tahunnya. Besarnya depresiasi dipengaruhi oleh tarif penyusutan. Jika perusahaan menggunakan metode depresiasi saldo menurun, alokasi depresiasi pada awal tahun lebih besar dibandingkan dengan tahun sesudahnya. Sedangkan jika perusahaan menggunakan metode garis lurus, alokasi depresiasi setiap tahunnya sama. jumlah depresiasi yang lebih besar akan dapat menghasilkan laba kena pajak yang lebih kecil dan sebaliknya jika jumlah depresiasi lebih kecil akan dapat menghasilkan laba kena pajak yang lebih besar.

  ABSTRACT THE ELECTION OF FIXED ASSETS DEPRECIATION METHOD FOR PLANNING THE REVENUE TAX Case study at Kusumatex Company Yogyakarta

  Yohanes Aris Dwi Hartono Sanata Dharma University

  Yogyakarta The purpose of this research was to know which fixed assets depreciation method was more appropriate to be used by KUSUMATEX company Yogyakarta to lessen the income tax. According to Tax Law, the depreciation methods that could be chosen were straight line method or declining balance method. The period of this research was five years, that was from 2006 until 2010. The kind of this research was a case study with primary data.

  In this research, the data werecollected by interview and documentation methods. The techniques of data analysis to answer the problems were using the least square method to predict the taxable income before depreciation. Furthermore the quantitative technique was used to determine the amaunt of depreciation expense and income tax during five years using straigt line method and declining balance method and then comparing the two methods to know which one resulted in the smallest income tax.

  Based on the result of research it was obtained that the depreciation method that was more appropriate to be used by KUSUMATEX company to lessen the income tax was the straigt line depreciation method. This case could be seen that the straight line depreciation method resulted in the amaunt of total income the as much as Rp35.887.650,00, wereas the declining balance method resulted in the amaunt of Rp40.738850,00. There was favorable difference if the company use the straight line depreciation method in the amount of Rp Rp4.851.200,00. After being analysed it was known the difference in tax amount was due to the depreciation tariff and the difference of fixed assets depreciation amount every years. The amount of depreciation was influenced by the depreciation tariff. If the company use the declining balance depreciation method, the depreciation allocation for the first year was bigger in than the susequent years. While if the company used the straight line method, the depreciation allocation was the same every years. The bigger depreciation amount could result insmaller taxable income and on the contrary the smaller depreciation amount could result in bigger taxable income.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi yang berjudul “Pemilihan

  

Metode Depresiasi Aktiva Tetap Untuk Perencanaan Pajak Penghasilan” Studi

kasus pada Perusahaan Kusumatex Yogyakarta.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Tentu saja dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta dorongan semua pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtomo, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Drs. Alex Kahu Lantum, M. Si. selaku Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M. Si, Akt. selaku Kepala Prodi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen pembimbing II yang telah

  5. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  6. Staf sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  7. Simbahku tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayang penulis.

  8. Bapak ibuku tercinta yang telah mendidik dengan sabar, memberikan semangat, dorongan, kasih sayng serta doa bagi penulis.

  9. Kakakku Ari tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan dorongan bagi penulis.

  10. Firmina Ratiolina tercinta yaitu orang yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka serta memberikan semangat, doa dan dorongan penulis.

  11. Febriana Rahma Risnata tercinta yang selalu ada dalam hatiku dan telah memberikan semangat penulis.

  12. Mbak Eni, mas Paul serta seluruh karyawan perusahaan, terimakasih atas segala bantuannya dalam memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

  13. Om Pur, Tante Sri, Vika atas segala bantuannya bagi penulis.

  14. Teman-temanku Akuntansi angkatan 2001 (Ucup, Dito, Wegik,Sunu, Didit, Probo, Fitra, Keye, Wawan, Alfons, Adit, Gusur, Riki, Yudi, Radit, Andi, Lintang, Dedi, Iet, Qiwot, Danis, dll) yang selalu menemaniku.

  15. Teman-temanku KKN (Indra, Lobo, Rere, Ana, dll) yang memberikan semangat padaku.

  16. Teman-temanku PB Angels (Penyo, Yeyen, Gentonk, Paskah, Rangga, Tugino, Pak

  17. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Dalam penulisan sekripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam penyusunan sekripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak- pihak yang membutuhkan.

  Yogyakarta, Januari 2008 Penulis

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………………....... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………….. v ABSTRAK……………………………………………………………………….. vi ABSTRAC………………………………………………………………………... vii KATA PENGANTAR……………………………………………………………. viii DAFTAR ISI……………………………………………………………………... xi DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xiv DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………... xvi BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………..

  1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………………

  1 B. Rumusan Masalah………………………………………………….

  3 C. Tujuan penelitian……………………………………………………

  3 D. Manfaat Penelitian………………………………………………….

  3 E. Sistematika Penulisan………………………………………………

  4 BAB II : LANDASAN TEORI………………………………………………….

  6 D. Aktiva Tetap……………………………………………………….

  15 E. Depresiasi…………………………………………………………..

  16 BAB III : METODE PENELITIAN……………………………………………...

  21 A. Jenis Penelitian…………………………………………………….

  21 B. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………

  21 C. Subjek dan Objek Penelitian………………………………………..

  21 D. Data Yang Diperlukan………………………………………………

  22 E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….

  22 F. Teknik Analisis data………………………………………………...

  23 BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………………………………

  26 A. Sejarah Perusahaan…………………………………………………

  26 B. Lokasi Perusahaan………………………………………………….

  27 C. Tujuan Perusahaan………………………………………………….

  28 D. Personalia……………………………………………………………

  28 E. Struktur Organisasi Perusahaan……………………………………..

  30 F. Pemasaran……………………………………………………………

  33 G. Skema Proses Produksi……………………………………………...

  35 BAB V : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………………………..

  37 A. Diskripsi Data………………………………………………………..

  37 B. Analisis Data…………………………………………………………

  45 BAB VI : PENUTUP……………………………………………………………….

  63 A. Kesimpulan…………………………………………………………..

  63 B. Keterbatasan Penelitian……………………………………………...

  64 C. Saran…………………………………………………………………

  64 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 65 LAMPIRAN 1: Surat Keterangan Penelitian………………………………………. 66 LAMPIRAN 2: Jenis-Jenis harta Berwujud……………………………………….. 67 LAMPIRAN 3: Laporan Rugi Laba PT.Kusumatex………………………………..

  73

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1 Lapisan Penghasilan Kena Pajak beserta tarif pajaknya……………. 7 Tabel 2 Pengelompokan harta berwujud, metode, serta tarif penyusutannya…………………………………………….

  17 Tabel 3 Pengelompokan harta berdasarkan sisa manfaat……………………. 19 Tabel 4 Laporan rugi laba PT. Kusumatex periode yang berakhir 2001…….. 38 Tabel 5 Laporan rugi laba PT. Kusumatex periode yang berakhir 2002…….. 39 Tabel 6 Laporan rugi laba PT. Kusumatex periode yang berakhir 2003…….. 40 Tabel 7 Laporan rugi laba PT. Kusumatex periode yang berakhir 2004…….. 41 Tabel 8 Laporan rugi laba PT. Kusumatex periode yang berakhir 2005…….. 42 Tabel 9 Daftar kepemilikan aktiva PT. KUSUMATEX yang dimiliki sebelum tahun 1995…………………………………..

  43 Tabel 10 Daftar kepemilikan aktiva PT. KUSUMATEX yang dimilki pada tahun 1995 dan sesudahnya……………………... 44 Tabel 11 Perhitungan tend laba sebelum depresiasi dan pajak dengan metode least square…………………………………………. 45 Tabel 12 Peramalan laba kena pajak sebelum depresiasi dan pajak aktiva…… 46 Tabel 13 Perhitungan nilai sisa awal tahun 1995 untuk aktiva yang diperoleh sebelum tahun 1995…………………… 48 Tabel 15 Perhitungan depresiasi dengan metode saldo menurun pada aktiva yang diperoleh sebelum tahun 1995……………………. 51 Tabel 16 Perhitungan depresiasi dengan metode garis lurus pada aktiva yang diperoleh sesudah tahun 1995…………………. . ... 52 Tabel 17 Perhitungan depresiasi dengan metode saldo menurun pada aktiva yang diperoleh sesudah tahun 1995…………………….

  54 Tabel 18 Hasil perhitungan biaya depresiasi aktiva dengan menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun………………. 56 Tabel 19 Perhitungan pajak penghasilan, biaya depresiasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus…………………………… 56 Tabel 20 Perhitungan pajak penghasilan, biaya depresiasi dihitung dengan menggunakan metode saldo menurun………………………. 57 Tabel 21 Hasil dan selisih perhitungan pajak penghasilan dengan metode garis lurus dan saldo menurun………………………………. 57

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar I: Struktur Organisasi Perusahaan…………………………………… 30 Gambar II: Skema Proses Produksi…………………………………………… 35

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah A. Setiap perusahaan memiliki tujuan dalam mengoperasikan usahanya. Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah mempertahankan

  kelangsungan hidup perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan tercermin dari laba yang dicapai. Kelangsungan hidup terjaga apabila perusahaan dapat mengoptimumkan labanya dalam jangka panjang. Perusahaan perlu melakukan penghitungan laba secara tepat agar lebih menguntungkan.

  Penghitungan ini meliputi penghitungan penghasilan dan biaya.

  Salah satu pengurang laba adalah pajak. Apabila laba meningkat, maka pajak meningkat dan sebaliknya apabila laba menurun, maka pajak juga menurun. Sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan pemerintah adalah self assessment system. Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang. Tanggungjawab atas pelaksanaan pemungutan pajak sebagai pencerminan dipengaruhi oleh tarif pajak dan penghasilan kena pajak. Tarif pajak digunakan untuk menentukan berapa besarnya pajak yang harus dikenakan terhadap objek pajaknya. Tarif pajak mempunyai sifat tetap, yaitu tidak dapat diubah karena merupakan ketetapan dari pemerintah dan berlaku sama untuk semua wajib pajak. Penghasilan kena pajak yaitu objek yang dikenai pajak sehingga besar kecilnya juga akan mempengaruhi pajak yang harus dibayar.

  Faktor yang mempengaruhi besarnya penghasilan kena pajak adalah pendapatan dan biaya, dimana pajak dapat ditekan dengan cara menurunkan pendapatan atau menaikkan biaya. Perusahaan memiliki bermacam-macam biaya, yaitu biaya gaji, biaya depresiasi, biaya sewa, biaya asuransi, biaya iklan dan lainnya. Salah satu biaya yang dapat diatur berdasarkan perpajakan adalah biaya depresiasi, yaitu biaya penyusutan dari aktiva tetap berwujud perusahaan.

  Penentuan metode depresiasi yang lebih menguntungkan perusahaan dapat dipilih pada saat perencanaan pajak. Menurut perpajakan terdapat dua metode depresiasi aktiva tetap yang diperkenankan, yaitu metode depresiasi garis lurus dan metode depresiasi saldo menurun. Melalui manajemen pajak, wajib pajak dapat menentukan metode depresiasi mana yang lebih baik dan

   Rumusan Masalah B.

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah metode depresiasi manakah yang lebih tepat digunakan oleh perusahaan Kusumatex untuk memperkecil pajak penghasilan ?

   Tujuan Penelitian C.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode depresiasi manakah yang lebih tepat digunakan oleh perusahaan untuk memperkecil pajak penghasilan.

D. Manfaat Penelitian

  a. Perusahaan Perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pajaknya.

  b. Universitas Sanata Dharma Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan Universitas

  Sanata Dharma pada umumnya dan bagi mahasiswa jurusan akuntansi khususnya mengenai pemilihan metode depresiasi aktiva untuk perencanaan pajak penghasilan.

  c. Penulis

E. Sistimatika Penulisan

  Bab I Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

  Bab II Landasan Teori Pada bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang mendukung permasalahan dan pembahasan dari hasil studi kasus dengan data sekunder. Uraian yang terdapat pada bab ini akan digunakan sebagai dasar pengolahan data

  Bab III Metode Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, obyek penelitian, variabel penelitian, data yang diperlukan, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

  Bab IV Gambaran Umum Perusahaan Pada bab ini diuraikan mengenai sejarah perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, tujuan perusahaan, personalia dan pemasaran.

  Bab V Analisis Data dan Pembahasan

  Bab VI Penutup Pada bab ini berisi kesimpulan dari analisis data perusahaan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, keterbatasan penelitian dan saran-saran dari hasil pembahasan yang dapat digunakan untuk pengembangan perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pajak

  1. Pengertian Pajak Menurut Soemitro (1992: 5), pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

  Menurut Judiseno (1997), pajak ialah suatu kewajiban kenegaran dan pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa Pembangunan Nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

  2. Tarif Pajak Menurut Waluyo (2000: 11), tarif pajak adalah tarif untuk menghitung besarnya pajak terutang (pajak yang harus dibayar). Besarnya tarif pajak dapat dinyatakan dalam prosentase.

  Tarif pajak dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu: a. Tarif sebanding atau proporsional.

  Tarif sebanding yaitu berupa persentase yang tetap terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak.

  b. Tarif progresif. c. Tarif degresif.

  Tarif degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi semakin besar.

  d. Tarif tetap.

  Tarif tetap adalah tarif yang berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

  Sesuai dengan pasal 17 UU PPh, besarnya tarif pajak penghasilan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) terdapat dalam tabel di bawah ini:

  Tabel 1 Lapisan Penghasilan Kena Pajak beserta tarif pajaknya:

  Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp50.000.000,00 10% Di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp100.000.000,00 15% Di atas Rp100.000.000,00 30%

  Sumber: Mardiasmo (2002: 119)

B. Pajak penghasilan

  1. Pengertian Pajak Penghasilan Menurut Judiseno (1996: 52), Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperoleh dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang

  2. Subjek Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak. Yang termasuk subjek pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

  a. 1) Orang pribadi 2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

  b. Badan, terdiri dari PT, CV, BUMN/BUMD, Firma, Kongsi, dan lain-lain.

  c. Bentuk Usaha tetap. Menurut Fitriandi dkk (2004: 66), Subjek pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) Subjek pajak dalam negeri, yang terdiri atas:

  a) Subjek pajak orang pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

  b) Subjek pajak badan yaitu badan yang didirikan atau bertempat tinggal di Indonesia.

  c) Subjek pajak warisan yaitu warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak. badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

  b) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

  3. Objek pajak Menurut Fitriandi dkk (2004: 72), yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk sebagai berikut: 1) penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang.

  2) hadiah dari undian, atau pekerjaan, atau kegiatan, dan penghargaan.

  5) penerimaan kembali pembayaraan pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.

  6) bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

  7) dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha korupsi. 8) royalti. 9) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 10) penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. 11) keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

  12) keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. 13) selisih lebih karena penilaian aktiva. 14) premi asuransi. 15) iuran yang diterima atau yang diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha dan pekerjan bebas.

  16) tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

  4. Cara Menghitung Pajak Penghasilan pajak sebagaimana diatur dalam UU PPh pasal 17. Untuk menghitung PPh dapat digunakan rumus sebagai berikut (Mardiasmo, 2002: 120):

  1. Penghitungan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Penghasilan Netto = Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh

  Penghasilan Netto = Penghasilan Kena Pajak Pajak Penghasilan = Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17

  2. Penghitungan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Penghasilan Netto = Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh

  Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan netto – PTKP Pajak Penghasilan = Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17

C. Manajemen Pajak

  Manajemen pajak merupakan strategi di bidang perpajakan untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Tujuan manajemen pajak adalah bukan untuk mengelak membayar pajak, tetapi mengatur sehingga pajak yang dibayar tidak lebih dari yang seharusnya. (Lumban, 1993: 482).

  1. Fungsi-fungsi manajemen pajak.

  Secara teoritis perencanaan pajak adalah bagian dari manajemen pajak. Adapun a. Perencanaan pajak.

  Perencanaan pajak adalah tahap pertama dalam penghematan pajak. Strategi penghematan pajak disusun pada saat perencanaan. Oleh karena itu, penelitian dan pengumpulan ketentuan peraturan perpajakan dilakukan pada tahap ini. Dari penelitian tersebut akan diketahui jenis tindakan penghematan pajak. Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur. Rencana pengelakan pajak dapat ditempuh sebagai berikut: 1) Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan potongan atau pengurangan yang diperkenankan.

  Misalnya, menjelang akhir tahun diketahui bahwa jumlah pajak yang akan terutang cukup besar, maka perusahaan dapat menguranginya dengan cara memperbesar biaya untuk hal-hal yang bermanfaat. 2) Mengambil keuntungan dari pemilihan bentuk-bentuk perusahaan yang tepat. Bila dilihat dari segi perpajakan bentuk usaha perseorangan, firma, dan kongsi adalah bentuk yang lebih menguntungkan daripada perseroan terbatas (PT). Pajak atas penghasilan PT dikenakan “dua kali”. Pertama, pengenaan pajak dikenakan pada saat penghasilan diperoleh atau diterima. Kemudian, pajak dikenakan lagi pada saat pemilik menerima atau memperoleh dividen.

  4) Menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan dari beberapa wajib pajak.

  5) Menyebarkan penghasilan menjadi beberapa tahun untuk mencegah penghasilan tersebut dalam kategori pendapatan yang tarifnya tinggi.

  b. Pelaksanaan kewajiban perpajakan.

  Apabila telah diketahui jenis dan cara pengelakan pajak, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan baik formal maupun material.

  Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan itu telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku. Tujuan utama manajemen pajak sebenarnya adalah agar perusahaan tidak menyimpang dari ketentuan.

  c. Pengendalian pajak.

  Pengendalian pajak adalah tahap pekerjaan untuk memastikan bahwa peraturan perpajakan telah dilaksanakan. Pengecekan dan pelaksanaan pembayaran dilakukan agar wajib pajak dapat mengurus restitusi pajak apabila terjadi pajak yang dibayar lebih besar dari pada pajak terutang.

  2. Alat manajemen pajak.

  Dalam manajemen pajak terdapat beberapa hal yang perlu dikuasai dan dilakukan agar tujuan manajemen pajak dapat tercapai, yaitu (Lumban, 1993: 487): a. Memahami ketentuan peraturan perpajakan. b Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat.

  Pembukuan sangat penting dalam perpajakan karena tanpa informasi dari

  bagian ini, jumlah pajak terutang tidak dapat dihitung. Dengan pembukuan itu wajib pajak dapat menyajikan keterangan-keterangan yang cukup untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak atau harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa guna menghitung jumlah pajak terutang berdasarkan ketentuan-ketentuan perpajakan.

  3. Cara-Cara Pengelakan pajak Dalam perpajakan terdapat beberapa cara pengelakan pajak, antara lain

  (Lumban, 1993: 489): a. Penggeseran pajak.

  Terdapat dua macam pergeseran pajak yang sering digunakan, pertama pergeseran ke depan yaitu pabrik mentransfer beban pajaknya ke penyalur utama, pedagang besar, dan akhirnya ke konsumen. Kedua pergeseran pajak ke belakang, hal ini terjadi jika beban pajak ditransfer dari konsumen kepada pabrik.

  b. Kapitalisasi.

  Kapitalisasi yaitu pengurangan harga objek pajak sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli. d. Penyelundupan pajak.

  Yaitu penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku.

  e. Penghindaran pajak.

  Yaitu penghindaran pajak dengan cara menuruti aturan yang ada, sehingga dapat dikatakan sebagai usaha yang legal.

  f. Pengecualian.

  Yaitu pengecualian pengenaan pajak yang diberikan kepada perseorangan atau badan berdasarkan undang-undang.

D. Aktiva Tetap

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004), Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh baik dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, dan digunakan untuk mendukung operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan biasanya mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

  Menurut (Sudarsono, 1993: 169), aktiva tetap sesuai dengan jenisnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

  1. Aktiva tetap tidak dapat disusutkan. perolehan tanah ini tidak perlu disusutkan, karena masa penggunaannya tidak terbatas dan fungsi tanah ini untuk kegiatan perusahaan di masa mendatang tidak akan mengalami penurunan (dalam keadaan normal).

  2. Aktiva tetap dapat disusutkan.

  Aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah aktiva tetap yang umur atau masa penggunaannya terbatas.

  Jenis aktiva tetap yang dapat disusutkan terdiri dari dua kelompok:

  a. Aktiva tetap yang bila masa penggunaannya atau umurnya telah berakhir dapat diganti dengan aktiva yang sejenis. Aktiva semacam ini harga perolehannya dapat dialokasi dengan cara penyusutan. Jenis aktiva tetap ini misalnya: bangunan, kendaraan, mesin-mesin pabrik, alat-alat perbengkelan, perkakas kantor, dll.

  b. Aktiva tetap yang bila masa penggunaannya atau umurnya telah berakhir , tidak dapat diganti lagi dengan aktiva yang sejenis. Jenis aktiva tetap ini harga perolehannya dapat dialokasikan dengan cara deplesi (depletion). Misalnya: tanah tambang, hutan, dll.

E. Depresiasi

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004), Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Biaya

  Menurut Djuandy (2004: 44), Terdapat dua metode depresiasi aktiva tetap yang diperkenankan menurut Undang-Undang perpajakan, yaitu:

  1. Metode garis lurus ( straight line method), di mana penyusutan dilakukan berdasarkan bagian-bagian yang sama besarnya selama masa manfaat yang telah ditetapkan atas aktiva tersebut.

  2. Metode saldo menurun ( Declining balance method), dimana penyusutan dilakukan berdasarkan bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa bukunya disusutkan sekaligus.

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004), masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.

  Tabel 2 Pengelompokan harta berwujud, metode, serta tarif penyusutannya: Tarif Kelompok Harta Berwujud

  Masa manfaat Garis Lurus Saldo Menurun

  I. Bukan Bangunan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 4 tahun

  8 Tahun

  16 Tahun

  20 Tahun 25% 12,5% 6,25%

  5% 50% 25% 12,5% 10%

  II. Bangunan Permanen Tidak Permanen 20 tahun

  • Sumber: Djuandy (2004: 45)

  10 tahun 5% 10%

  Wajib pajak bebas memilih dan menggunakan salah satu metode diatas,

  Menurut ketentuan pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1994 mengenai penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang masih dimiliki dan digunakan pada tahun pajak 1995 dengan penegasan sebagai berikut:

  1. Wajib pajak dapat memilih dan melakukan penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian,penambahan, perbaikan, atau perubahan harta bukan bangunan yang masih di miliki dan digunakan untuk mendapatkan , menagih, dan memelihara penghasilan dengan menggunakan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Perlu ditegaskan bahwa metode penyusutan yang dipilih mencakup semua harta bukan bangunan, baik yang diperoleh sebelum maupun yang diperoleh sejak tahun pajak 1995. Dengan kata lain, tidak diperbolehkan menggunakan dua macam metode penyusutan untuk harta bukan bangunan.

  2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta yang dimilki sebelum awal tahun pajak 1995 dan masih digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan secara fiskal masih mempunyai sisa masa manfaat, dilakukan berdasarkan nilai sisa buku harta yang bersangkutan pada awal tahun pajak 1995. Atas harta yang tidak lagi digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara pengahsilan atau atas harta yang telah habis masa manfaatnya secara fiskal tidak dapat disusutkan sejak tahun pajak 1995, maka nilai sisa buku yang masih ada atas harta tersebut dibebankan seluruhnya sebagai biaya dalam tahun pajak 1995. sesudahnya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar aktiva yang dimilki sebelum tahun 1995 adalah sebagai berikut : a. Sisa masa manfaat pada tahun pajak 1995 adalah pengurangan antara” jumlah masa manfaat maksimum sesuai golongan harta dari mana harta yang bersangkutan semula berasal” dikurangi dengan”masa / lamanya pemakaian harta yang bersangkutan yang dihitung sejak tahun perolehan sampai dengan tahun pajak 1994.

  b. Jumlah penyusutan sampai dengan tahun pajak 1994 untuk masing-masing harta dihitung secara individual dengan menggunakan metode saldo menurun dan dengan tarif penyusutan sesuai golongan harta (semula) dari harta yang bersangkutan, sejak tahun perolehan sampai dengan tahun pajak 1994.

  c. Nilai sisa buku awal tahun pajak 1995 untuk masing-masing harta adalah sama dengan hasil pengurangan antara “ Harga / Nilai Perolehan “ dengan “ Jumlah penyusutan sampai dengan tahun pajak 1994” untuk masing-masing harta yang bersangkutan.

  d. Kelompok harta untuk masing-masing harta ditentukan berdasarkan sisa manfaat pada awal tahun pajak 1995, dengan ketentuan sebagai berikut:

  Tabel 3 Pengelompokan harta berdasarkan sisa masa manfaat

  Sisa Masa manfaat Kelompok

  4. Berdasarkan Pasal 11 Peraturan Pemerintah N0. 47 tahun 1994 sebagaimana diuraikan dalam butir 3 di atas, maka terhadap harta bukan bangunan yang dimiliki sebelum tahun 1995 harus dihitung dan diketahui berapa nilai sisa buku awal 1995.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian

  dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari objek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi kasus pada Perusahaan Kusumatex.

  B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Penelitian dilaksanakan pada perusahaan Kusumatex.

  2. Waktu penelitian dilaksanakan dalam waktu 1 bulan, yaitu pada bulan Mei sampai dengan Juni 2007.

  C. Subjek dan Objek Penelitian

  1. Subjek penelitian

  a. Bagian akuntansi dan keuangan Dimaksudkan untuk memperoleh data tentang laporan keuangan perusahaan berupa laporan laba rugi tahun 2001 sampai 2005 b. Bagian administrasi dan umum

  2. Objek penelitian Objek penelitian yang saya pilih adalah daftar aktiva berwujud selain bangunan beserta harga perolehannya dan laporan laba rugi untuk tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.

D. Data Yang Diperlukan

  1. Gambaran umum perusahaan

  2. Tabel aktiva berwujud selain bangunan beserta harga perolehannya

  3. Laporan keuangan perusahaan berupa laporan laba rugi tahun 2001 sampai 2005 E. Teknik Pengumpulan Data.

  1. Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung kepada pihak perusahaan untuk mendapat gambaran umum perusahaan, cara penghitungan pajak, metode depresiasi yang dipakai, dan karakteristik perusahaan.

  2. Dokumentasi, yaitu dengan mengutip tabel kepemilikan aktiva berwujud, harga perolehan, biaya depresiasi dan laba sebelum depresiasi aktiva berwujud selain bangunan pada perusahaan.

F. Teknik Analisis Data

  1. Meramalkan laba kena pajak sebelum depresiasi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dengan menggunakan metode least square, rumus yang digunakan : Y= a + bX

  Σy a = n

  Σxy b =

  2

  Σx Keterangan: Y= jumlah laba kena pajak sebelum depresiasi aktiva tetap X= nilai setiap periode waktu tahun 2001 sampai dengan 2005 a = nilai y pada titik 0 b= lereng garis lurus n= jumlah tahun y = laba bersih sebelum depresiasi dan pajak

  2. Mencari nilai sisa buku awal tahun pajak 1995 untuk aktiva yang diperoleh sebelum tahun 1995, dengan menggunakan rumus :

  n

  NS = HP (1- Tr) Keterangan :

  NS = Nilai sisa awal tahun 1995

  3. Menentukan besarnya biaya depresiasi yang dihitung dengan menggunakan metode depresiasi garis lurus dan saldo menurun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  a) Aktiva yang diperoleh sebelum tahun 1995 menggunakan rumus : De = NB x Tr

  b) Aktiva yang diperoleh pada tahun 1995 dan sesudah tahun 1995 menggunakan rumus : De = HP x Tr

  Keterangan : De = Depresiasi per tahun NB = Nilai sisa awal tahun 1995

  Tr = tarif HP = Harga Perolehan

  4. Menghitung besarnya pajak penghasilan selama lima tahun menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun dengan format sebagai berikut : Perhitungan Pajak penghasilan

  Keterangan

  2006 2007 2008 2009 2010

  Laba kena pajak sebelum depresiasi Depresiasi LKP Tarif Pajak 10% x (0 s/d 50 juta) 15% x (50 s/d 100 juta) 30% x >100 juta Besar Pajak

  5. Menentukan metode depresiasi yang tepat bagi perusahaan untuk tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dengan memilih metode depresiasi yang menghasilkan pajak yang kecil.

  

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Perusahaan tenun Kusumatex Yogyakarta didirikan pada tahun 1963 oleh Bapak Ashari dengan ijin No. 394/012/d/32114/II/1963. Perusahaan ini sebelum

  diberi nama “KUSUMATEX” bernama perusahaan tenun Cinde Laras dan dalam

  2

  bentuk perusahaan perseorangan. Perusahaan berdiri di atas tanah seluas ± 2000 m dan terletak di kawasan Yogyakarta bagian selatan, tepatnya di jalan Tirtodipuran No. 8 Yogyakarta.

  Pada awalnya, perusahaan ini beroperasi dengan alat yang masih sangat sederhana terbuat dari kayu dan disebut alat tenun bukan mesin, dan jumlahnya masih sedikit sekali, sehingga hasilnya pun masih sedikit. Kemudian dari tahun ke tahun perkembangannya mulai membaik, sehingga pada tahun 1975 perusahaan mampu memperbaiki peralatan tenun menjadi alat tenun mesin sebanyak 15 unit. Setelah perusahaan memiliki alat tenun mesin, produksinya mengalami peningkatan dan mampu memenuhi permintaan konsumen. Untuk memenuhi permintaan pasar, selang satu tahun kemudian ditambah 25 unit, sehingga jumlah keseluruhannya menjadi 40 unit ATM (Alat Tenun Mesin). Dengan didukung alat tenun tersebut, perusahaan mengalami peningkatan dalam hasil produksinya dan keadaan ini dapat kemunduran. Kemacetan demi kemacetan terus menerus menimpa perusahaan ini, sehingga pada tahun 1983 perusahaan mengalami kemacetan total dan perusahaan dijual pada Bapak Murwadi.