AKTIVA TETAP PEROLEHAN DAN DISPOSISI
AKTIVA TETAP PEROLEHAN DAN DISPOSISI
OLEH : KELOMPOK VI
“E” AKUNTANSI
1. FRANSISKA VIVIN EKA SAFITRI
(10)
2. I PUTU ANGGI HADI PRAKASA
(12)
3. NI NYOMAN YUNINGSIH
(15)
4. DAYANA RIZKIA PUTRI
(29)
5. NI MADE CITRA OKTAVIANI
(31)
6. I GEDE EKALANA
(41)
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
Sekretariat : Jalan Kamboja No.11 A Denpasar
Telp. (0361) 262725, 259751, Fax. 262725
1. Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang berumur lebih dari satu tahun yang
dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk dipakai dalam perusahaan bukan
untuk dijual kembali.
Aktiva Tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang akan mempengaruhi
harga perolehan, antara lain:
a. Pembelian Tunai
b. Pembelian secara gabungan/Lumpsum
c. Pembelian dengan kontrak jangka panjang (Purchases on Long Term
Contact)
d. Menerbitkan Surat Berharga (Insuence of Securities)
e. Membangun Sendiri (Self Contruction)
f. Sumbangan atau perolehan kembali (Donation of Discovery)
2. Perolehan dan Penilaian
Untuk dapat mencatat aktiva tetap, perusahaan harus dapat mengetahui terlebih
dahulu harga perolehan aktiva tetapnya.
Harga perolehan (adcost), adalah semua pengeluaran yang dilakukan untuk
memperoleh aktiva tetap sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan.
Adapun harga perolehan aktiva tetap yang dipengaruhi transaksi berikut:
A. Pembelian Tunai
Aktiva yang diperoleh dengan cara pembelian tunai dicatat sebesar uang
yang dikeluarkan, yaitu terdiri dari harga belinya termasuk bea impor dan
PPN masukan, atau biaya pembangunan ditambah biaya-biaya yang dapat
didistribusikan secara langsung seperti biaya angkut, biaya pemasangan,
biaya balik nama, biaya simpan dan bongkar muat, juga biaya profesional
seperti arsitek.
B. Pembelian secara gabungan (Lumpsum)
Jika dalam pembelian yang diperoleh lebih dari satu macam aktiva maka
harga perolehan dialokasikan pada masing-masing aktiva, menurut PSAK
No.16 :
Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.
Contoh :
1
Suatu
tanah,
bangunan
dan
peralatan
diperoleh
dengan
harga
Rp.80.000.000,-,menurut taksiran fiskal harga masing-masing aktiva
tersebut adalah : Tanah Rp. 14.000.000,- bangunan Rp. 30.000.000,- dan
peralatan Rp. 6.000.000,- maka untuk menentukan harga perolehan masingmasing aktiva tersebut adalah :
Aktiva
Taksiran
Alokasi HP berdasarkan nilai HP
Tetap
Fiskal
relatif yang ditaksirkan (Rp)
tetap (Rp)
Tanah
14.000.000
14.000 .000
x 80.000 .000
50.000 .000
22.400.000
Bangunan
30.000.000
30.000 .000
x 80.000 .000
50.000 .000
48.000.000
Peralatan
6.000.000
6.000 .000
x 80.000 .000
50.000 .000
9.600.000
Jumlah
50.000.000
-
aktiva
80.000.000
Jurnal:
Keterangan
Tanah
Debet
Rp.22.400.000,
Bangunan
Rp.48.000.000,
Kredit
Rp.9.600.000,-
Peralatan
-Kas/Utang Usaha
Rp.80.000.000,
-
C. Pembelian dengan kontrak jangka panjang (Purchases on Long Term
Contract)
Apabila aktiva tetap diperoleh dengan pembelian angsuran maka harga
perolehan tidak termasuk bunga. Bunga yang dibebankan pada saldo yang
belum dibayar atas kontrak dicatat sebagai biaya.
Contoh :
Pada tanggal 2 Januari 2015 PT. DNA membeli sebuah gedung dengan cara
mencicil seharga Rp. 750.000.000 dengan uang muka Rp. 250.000.000
sisanya diangsur setiap akhir tahun selama dua tahun dengan bunga 5% per
tahun.
2
Jurnal:
Tanggal
2 Jan 2015
Keterangan
Building
Cash
Contract Payable
Debet
Rp.750.000.000
Kredit
Rp.250.000.000
Rp.500.000.000
Saat pembayaran angsuran pertama dilakukan perhitungan bunga angsuran
sebagai berikut:
Perhitungan :
Pembayaran angsuran pertama
Rp. 250.000.000
*) Bunga 5% x Rp. 500.000.000 Rp. 25.000.000
Rp. 275.000.000
*) Bunga dihitung dari Saldo Hutang Kontrak
Jurnal:
Tanggal
2 Jan 2016
Keterangan
Contract Payable
Interest Expense
Cash
Debet
Rp.250.000.000
Rp.25.000.000
Kredit
Rp.275.000.000
Pembayaran angsuran terakhir dilakukan perhitungan bunga angsuran
sebagai berikut:
Perhitungan :
Pembayaran angsuran terakhir
Rp. 250.000.000
*) Bunga 5% x Rp. 250.000.000 Rp. 12.500.000
Rp. 262.500.000
Jurnal:
Tanggal
2 Jan 2017
Keterangan
Contract Payable
Interest Expense
Cash
3
Debet
Rp.250.000.000
Rp.12.500.000
Kredit
Rp.262.500.000
D. Menerbitkan Surat Berharga (Insuence of Securities)
Aktiva yang cara perolehanya dengan cara ditukar dengan saham atau
obligasi, dicatat sebesar harga pasar saham/obligasi. Dan jika harga pasar
saham tidak diketahui maka harga perolehan aktiva ditentukan sebesar
harga pasar dari aktiva tersebut. Pertukaran aktiva dengan saham atau
obligasi akan dicatat dalam rekening modal saham atau hutang obligasi
sebesar nilai nominalnya. Selisih nilai tukar dengan nilai nominal dicatat
dalam rekening Premium atau Discount.
Contoh :
PT. BTS menukarkan sebuah mesin dengan 2.000 lembar saham biasa,
nominal Rp. 10.000 per lembar pada saat pertukaran harga pasar saham
@Rp. 11.000 per lembar, maka :
Nilai Kurs
= 2.000 x Rp. 11.000 = Rp. 22.000.000
Nilai Nominal = 2.000 x Rp. 10.000 = Rp. 20.000.000
Premium on Common Stock
Rp. 2.000.000
Jurnal:
Keterangan
Machine
Common Stock
Premium on Common Stock
Debet
Rp.22.000.000
Kredit
Rp.20.000.000
Rp.2.000.000
E. Membangun Sendiri (Self Contruction)
Dalam pembuatan aktiva biaya bahan, upah langsung dan biaya produksi
langsung dibebankan ke dalam harga pokok. Untuk mengetahui berapa
besar biaya produksi tak langsung yang harus dibebankan pada aktiva yang
dikerjakan, ada dua cara:
a. Kenaikan biaya FOH (overhead) yang dibebankan kepada aktiva
tetap
Harga perolehan aktiva tetap yang dibuat adalah semua biaya
langsung ditambah dengan kenaikan FOH
b. Biaya FOH (overhead) dialokasikan dengan tarif pembuatan aktiva
dan produksi
4
Harga perolehan aktiva adalah semua biaya langsung ditambah tarif
yang menjadi beban aktiva tersebut.
Apabila harga perolehan aktiva lebih rendah dari harga beli diluar,
maka selisihnya merupakan penghematan biaya dan tidak boleh
diakui sebagai laba. Dan jika harga pokok aktiva lebih tinggi
daripada harga beli diluar, maka selisihnya harus diakui sebagai
rugi.
F. Sumbangan atau perolehan kembali (Donation of Discovery)
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah harus diakui sebesar nilai pasar
wajarnya dan apabila dalam menerima hadiah atau sumbangan tersebut
dikeluarkan biaya, maka modal hadiah akan berkurang sebesar biaya
tersebut.
Contoh :
PT. POWER memperoleh sumbangan atau hadiah dari pemerintah berupa
tanah dan bangunan dengan nilai masing-masing Rp. 40.000.000,00 dan Rp.
60.000.000,00
Jurnal:
Keterangan
Debet
Rp.40.000.000
Rp.60.000.000
Land
Building
Donated Capital
Kredit
Rp.100.000.000
3. Biaya-biaya setelah Perolehan
Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan
yang lebih besar harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya
ditujukan untuk mempertahankan tingkat pelayanan tertentu harus dianggap
sebagai beban. Agar biaya-biaya ini dapat dikapitalisasi, harus ada tiga kondisi
berikut:
a. Umur manfaat aktiva harus meningkat
b. Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat
5
c. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan
Adapun biaya-biaya setelah perolehan diantaranya:
A. Penambahan
Penambahan pada umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang
besar. Setiap penambahan yang terjadi pada aktiva tetap akan dikapitalisasi
karena aktiva baru telah diciptakan. Namun masalah yang sering timbul
dalam hal penambahan adalah akuntansi untuk setiap perubahan yang
berhubungan dengan struktur yang ada akibat penambahan tersebut.
B. Perbaikan dan penggantian
Perbaikan adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan
dengan aktiva lain yang lebih baik. Sedangkan penggantian adalah
substitusi dari aktiva yang sama. seringnya perbaikan dan penggantian
timbul dari kebijakan umum untuk memodernisasi atau merehabilitasi
seperangkat peralatan. Masalahnya disini adalah membedakan jenis
pengeluaran ini apakah meningkatkan potensi jasa masa depan atau hanya
mempertahankan tingkat pelayanan yang ada.
Jika ditentukan bahwa pengeluaran ini meningkatkan potensi pelayanan
masa depan dari aktiva, pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi. Maka
akuntansi yang diberlakukan adalah dengan salah satu dari tiga cara berikut
tergantung pada situasinya.
a. Menggunakan pendekatan substitusi. Pendekatan ini merupakan
prosedur yang benar jika jumlah tercatat dari aktiva lama tersedia.
Jika nilai tercatat aktiva lama tidak dapat ditentukan, maka cukup
dengan menghapus biaya aktiva lama dan menggantikannya dengan
biaya aktiva baru.
b. Mengkapitalisasi biaya baru. Pendekatan ini mengkapitalisasi
perbaikan dan mencatat jumlah aktiva lama dalam nilai buku.
Justifikasi untuk mengkapitalisasi biaya perbaikan atau penggantian
6
adalah bahwa walaupun nilai tercatat aktiva lama tidak dikeluarkan
dari akun, namun penyusutan yang mencukupi telah diperhitungkan
atas pos tersebut untuk mengurangi nilai tercatat menjadi hampir
nol.
c. Membebankan ke Akumulasi Penyusutan. Penggantian akan
memperpanjang umur manfaat aktiva dan oleh karena itu
mengumpulkan kembali sejumlah atau semua penyusutan di masa
lalu.
C. Penyusutan dan pemasangan kembali
Biaya
penyusutan
kembali
dan
pemasangan
kembali
merupakan
pengeluaran yang ditujukan untuk memberikan manfaat di periode masa
depan
D. Reparasi
Reparasi biasa adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan
aktiva tetap berada dalam kondisi siap operasi. biaya ini dapat dibebankan
ke akun beban selama periode terjadinya, atas dasar bahwa periode tersebut
merupakan periode yang paling banyak menerima manfaat.
4. Disposisi Aktiva Tetap
Disposisi aktiva tetap adalah penghentian penggunaan aktiva tetap dengan
alasan tertentu.
Disposisi aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara berikut:
A. Penjualan
7
Apabila aktiva tetap yang dimiliki dijual, maka semua rekening yang
berhubungan dengan aktiva tersebut harus dihapuskan. Langkah-langkah
yang harus diperhatikan :
a. Tentukan nilai buku dari aktiva yang dijual tersebut (harga perolehan
aktiva dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tersebut)
b. Bandingkan nilai buku dengan harga jualnya
Jika harga jual lebih besar dari nilai buku aktiva, maka diperoleh laba
penjualan aktiva
Jika harga jual lebih kecil dari nilai buku aktiva, maka terjadi
kerugian penjualan aktiva
Contoh:
PT. Bombayah menjual kendaraan yang dimilikinya dengan harga
Rp.50.000.000,- secara tunai, harga perolehan Rp.70.000.000,- dan
akumulasi penyusutan kendaraan tersebut sampai dengan saat penjualan
Rp.25.000.000,Perhitungan:
Nilai Buku Rp.70.000.000 – Rp.25.000.000 = Rp.45.000.000,Harga jual Rp.50.000.000,- lebih besar dibanding nilai buku kendaraan,
maka PT Bombayah memperoleh laba atas penjualan kendaraan tersebut.
Jurnal:
8
Keterangan
Debet
Rp.50.000.000
Rp.25.000.000
Cash
Accum. Depreciation Vehicle
Vehicle
Gain on sales of plant asset
Kredit
Rp.70.000.000
Rp.5.000.000
B. Pertukaran
Apabila aktiva tetap yang dimiliki akan ditukar, maka semua rekening yang
berhubungan dengan aktiva tersebut harus dihapuskan. Langkah-langkah
yang harus diperhatikan :
a. Tentukan nilai buku dari aktiva yang dijual tersebut (harga perolehan
aktiva dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tersebut)
b. Bandingkan nilai buku aktiva lama dengan harga pasarnya jika
Nilai Buku < Harga Pasar = Laba Pertukaran (Gain on exchange of
Plant Assets)
Nilai Buku > Harga Pasar = Rugi Pertukaran (Loss on exchange of
Plant Asses )
c. Harga perolehan aktiva baru = harga pasar aktiva lama + tambahan uang
yang dibayarkan (boot)
d. Laba/rugi dari pertukaran aktiva yang sejenis harus diakui
Contoh:
PT. STAY menukarkan sebuah kendaraan miliknya dengan sebidang tanah.
Dalam pertukaran ini PT. STAY menambah dengan uang kas sebesar
Rp.10.000.000,- Kendaraan tersebut harga perolehannya Rp.35.000.000,akumulasi
penyusutan
Rp.7.000.000,-
Harga
sampai
pasar
saat
terjadinya
kendaraan
Rp.25.000.000,-
9
tersebut
pertukaran
sampai
adalah
hari
ini
Perhitungan :
Harga perolehan kendaraan
Rp. 35.000.000,00
Akumulasi Penyusutan
Rp. 7.000.000,00
Nilai buku kendaraan
Rp. 28.000,000,00
Harga pasar kendaraan
Rp. 25.000.000,00
Rugi pertukaran
(Rp. 3.000.000,00)
Harga perolehan aktiva baru
Harga Pasar Kendaraan
Rp. 25.000.000,00
Uang Kas Yang Dibayar
Rp. 10.000.000,00
Rp. 35.000.000,00
Jurnal:
Keterangan
Land
Accum. Depreciation Vehicle
Loss on exchange of plant Asset
Vehicle
Cash
10
Debet
Rp.35.000.000
Rp.7.000.000
Rp.3.000.000
Kredit
Rp.35.000.000
Rp.10.000.000
C. Konversi Terpaksa
Kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konversi terpaksa seperti
kebakaran, banjir, pencurian, atau pembebasan. Selisih antara jumlah yang
dipulihkan dan nilai buku aktiva tersebut jika ada, dilaporkan sebagai
keuntungan atau kerugian. Keuntungan atau kerugian akan diperlakukan
dengan cara yang tidak berbeda dengan jenis disposisi lainnya.
5. Metode Penilaian Lainnya
Penilaian aktiva tetap berkaitan dengan penentuan nilai pertukaran dari aktiva
tersebut. Ada dua jenis nilai pertukaran yaitu nilai keluaran adalah aliran dana
yang diperkirakan akan diterima perusahaan dimasa uang akan datang sesuai
dengan harga pertukaran, dan nilai masukan menunjukan jumlah rupiah yang
harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh aktiva yang akan digunakan
dalam kegiatan operasi perusahaan.
11
OLEH : KELOMPOK VI
“E” AKUNTANSI
1. FRANSISKA VIVIN EKA SAFITRI
(10)
2. I PUTU ANGGI HADI PRAKASA
(12)
3. NI NYOMAN YUNINGSIH
(15)
4. DAYANA RIZKIA PUTRI
(29)
5. NI MADE CITRA OKTAVIANI
(31)
6. I GEDE EKALANA
(41)
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
Sekretariat : Jalan Kamboja No.11 A Denpasar
Telp. (0361) 262725, 259751, Fax. 262725
1. Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang berumur lebih dari satu tahun yang
dimiliki oleh perusahaan dengan tujuan untuk dipakai dalam perusahaan bukan
untuk dijual kembali.
Aktiva Tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang akan mempengaruhi
harga perolehan, antara lain:
a. Pembelian Tunai
b. Pembelian secara gabungan/Lumpsum
c. Pembelian dengan kontrak jangka panjang (Purchases on Long Term
Contact)
d. Menerbitkan Surat Berharga (Insuence of Securities)
e. Membangun Sendiri (Self Contruction)
f. Sumbangan atau perolehan kembali (Donation of Discovery)
2. Perolehan dan Penilaian
Untuk dapat mencatat aktiva tetap, perusahaan harus dapat mengetahui terlebih
dahulu harga perolehan aktiva tetapnya.
Harga perolehan (adcost), adalah semua pengeluaran yang dilakukan untuk
memperoleh aktiva tetap sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan.
Adapun harga perolehan aktiva tetap yang dipengaruhi transaksi berikut:
A. Pembelian Tunai
Aktiva yang diperoleh dengan cara pembelian tunai dicatat sebesar uang
yang dikeluarkan, yaitu terdiri dari harga belinya termasuk bea impor dan
PPN masukan, atau biaya pembangunan ditambah biaya-biaya yang dapat
didistribusikan secara langsung seperti biaya angkut, biaya pemasangan,
biaya balik nama, biaya simpan dan bongkar muat, juga biaya profesional
seperti arsitek.
B. Pembelian secara gabungan (Lumpsum)
Jika dalam pembelian yang diperoleh lebih dari satu macam aktiva maka
harga perolehan dialokasikan pada masing-masing aktiva, menurut PSAK
No.16 :
Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.
Contoh :
1
Suatu
tanah,
bangunan
dan
peralatan
diperoleh
dengan
harga
Rp.80.000.000,-,menurut taksiran fiskal harga masing-masing aktiva
tersebut adalah : Tanah Rp. 14.000.000,- bangunan Rp. 30.000.000,- dan
peralatan Rp. 6.000.000,- maka untuk menentukan harga perolehan masingmasing aktiva tersebut adalah :
Aktiva
Taksiran
Alokasi HP berdasarkan nilai HP
Tetap
Fiskal
relatif yang ditaksirkan (Rp)
tetap (Rp)
Tanah
14.000.000
14.000 .000
x 80.000 .000
50.000 .000
22.400.000
Bangunan
30.000.000
30.000 .000
x 80.000 .000
50.000 .000
48.000.000
Peralatan
6.000.000
6.000 .000
x 80.000 .000
50.000 .000
9.600.000
Jumlah
50.000.000
-
aktiva
80.000.000
Jurnal:
Keterangan
Tanah
Debet
Rp.22.400.000,
Bangunan
Rp.48.000.000,
Kredit
Rp.9.600.000,-
Peralatan
-Kas/Utang Usaha
Rp.80.000.000,
-
C. Pembelian dengan kontrak jangka panjang (Purchases on Long Term
Contract)
Apabila aktiva tetap diperoleh dengan pembelian angsuran maka harga
perolehan tidak termasuk bunga. Bunga yang dibebankan pada saldo yang
belum dibayar atas kontrak dicatat sebagai biaya.
Contoh :
Pada tanggal 2 Januari 2015 PT. DNA membeli sebuah gedung dengan cara
mencicil seharga Rp. 750.000.000 dengan uang muka Rp. 250.000.000
sisanya diangsur setiap akhir tahun selama dua tahun dengan bunga 5% per
tahun.
2
Jurnal:
Tanggal
2 Jan 2015
Keterangan
Building
Cash
Contract Payable
Debet
Rp.750.000.000
Kredit
Rp.250.000.000
Rp.500.000.000
Saat pembayaran angsuran pertama dilakukan perhitungan bunga angsuran
sebagai berikut:
Perhitungan :
Pembayaran angsuran pertama
Rp. 250.000.000
*) Bunga 5% x Rp. 500.000.000 Rp. 25.000.000
Rp. 275.000.000
*) Bunga dihitung dari Saldo Hutang Kontrak
Jurnal:
Tanggal
2 Jan 2016
Keterangan
Contract Payable
Interest Expense
Cash
Debet
Rp.250.000.000
Rp.25.000.000
Kredit
Rp.275.000.000
Pembayaran angsuran terakhir dilakukan perhitungan bunga angsuran
sebagai berikut:
Perhitungan :
Pembayaran angsuran terakhir
Rp. 250.000.000
*) Bunga 5% x Rp. 250.000.000 Rp. 12.500.000
Rp. 262.500.000
Jurnal:
Tanggal
2 Jan 2017
Keterangan
Contract Payable
Interest Expense
Cash
3
Debet
Rp.250.000.000
Rp.12.500.000
Kredit
Rp.262.500.000
D. Menerbitkan Surat Berharga (Insuence of Securities)
Aktiva yang cara perolehanya dengan cara ditukar dengan saham atau
obligasi, dicatat sebesar harga pasar saham/obligasi. Dan jika harga pasar
saham tidak diketahui maka harga perolehan aktiva ditentukan sebesar
harga pasar dari aktiva tersebut. Pertukaran aktiva dengan saham atau
obligasi akan dicatat dalam rekening modal saham atau hutang obligasi
sebesar nilai nominalnya. Selisih nilai tukar dengan nilai nominal dicatat
dalam rekening Premium atau Discount.
Contoh :
PT. BTS menukarkan sebuah mesin dengan 2.000 lembar saham biasa,
nominal Rp. 10.000 per lembar pada saat pertukaran harga pasar saham
@Rp. 11.000 per lembar, maka :
Nilai Kurs
= 2.000 x Rp. 11.000 = Rp. 22.000.000
Nilai Nominal = 2.000 x Rp. 10.000 = Rp. 20.000.000
Premium on Common Stock
Rp. 2.000.000
Jurnal:
Keterangan
Machine
Common Stock
Premium on Common Stock
Debet
Rp.22.000.000
Kredit
Rp.20.000.000
Rp.2.000.000
E. Membangun Sendiri (Self Contruction)
Dalam pembuatan aktiva biaya bahan, upah langsung dan biaya produksi
langsung dibebankan ke dalam harga pokok. Untuk mengetahui berapa
besar biaya produksi tak langsung yang harus dibebankan pada aktiva yang
dikerjakan, ada dua cara:
a. Kenaikan biaya FOH (overhead) yang dibebankan kepada aktiva
tetap
Harga perolehan aktiva tetap yang dibuat adalah semua biaya
langsung ditambah dengan kenaikan FOH
b. Biaya FOH (overhead) dialokasikan dengan tarif pembuatan aktiva
dan produksi
4
Harga perolehan aktiva adalah semua biaya langsung ditambah tarif
yang menjadi beban aktiva tersebut.
Apabila harga perolehan aktiva lebih rendah dari harga beli diluar,
maka selisihnya merupakan penghematan biaya dan tidak boleh
diakui sebagai laba. Dan jika harga pokok aktiva lebih tinggi
daripada harga beli diluar, maka selisihnya harus diakui sebagai
rugi.
F. Sumbangan atau perolehan kembali (Donation of Discovery)
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah harus diakui sebesar nilai pasar
wajarnya dan apabila dalam menerima hadiah atau sumbangan tersebut
dikeluarkan biaya, maka modal hadiah akan berkurang sebesar biaya
tersebut.
Contoh :
PT. POWER memperoleh sumbangan atau hadiah dari pemerintah berupa
tanah dan bangunan dengan nilai masing-masing Rp. 40.000.000,00 dan Rp.
60.000.000,00
Jurnal:
Keterangan
Debet
Rp.40.000.000
Rp.60.000.000
Land
Building
Donated Capital
Kredit
Rp.100.000.000
3. Biaya-biaya setelah Perolehan
Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa depan
yang lebih besar harus dikapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya
ditujukan untuk mempertahankan tingkat pelayanan tertentu harus dianggap
sebagai beban. Agar biaya-biaya ini dapat dikapitalisasi, harus ada tiga kondisi
berikut:
a. Umur manfaat aktiva harus meningkat
b. Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat
5
c. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan
Adapun biaya-biaya setelah perolehan diantaranya:
A. Penambahan
Penambahan pada umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi yang
besar. Setiap penambahan yang terjadi pada aktiva tetap akan dikapitalisasi
karena aktiva baru telah diciptakan. Namun masalah yang sering timbul
dalam hal penambahan adalah akuntansi untuk setiap perubahan yang
berhubungan dengan struktur yang ada akibat penambahan tersebut.
B. Perbaikan dan penggantian
Perbaikan adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan
dengan aktiva lain yang lebih baik. Sedangkan penggantian adalah
substitusi dari aktiva yang sama. seringnya perbaikan dan penggantian
timbul dari kebijakan umum untuk memodernisasi atau merehabilitasi
seperangkat peralatan. Masalahnya disini adalah membedakan jenis
pengeluaran ini apakah meningkatkan potensi jasa masa depan atau hanya
mempertahankan tingkat pelayanan yang ada.
Jika ditentukan bahwa pengeluaran ini meningkatkan potensi pelayanan
masa depan dari aktiva, pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi. Maka
akuntansi yang diberlakukan adalah dengan salah satu dari tiga cara berikut
tergantung pada situasinya.
a. Menggunakan pendekatan substitusi. Pendekatan ini merupakan
prosedur yang benar jika jumlah tercatat dari aktiva lama tersedia.
Jika nilai tercatat aktiva lama tidak dapat ditentukan, maka cukup
dengan menghapus biaya aktiva lama dan menggantikannya dengan
biaya aktiva baru.
b. Mengkapitalisasi biaya baru. Pendekatan ini mengkapitalisasi
perbaikan dan mencatat jumlah aktiva lama dalam nilai buku.
Justifikasi untuk mengkapitalisasi biaya perbaikan atau penggantian
6
adalah bahwa walaupun nilai tercatat aktiva lama tidak dikeluarkan
dari akun, namun penyusutan yang mencukupi telah diperhitungkan
atas pos tersebut untuk mengurangi nilai tercatat menjadi hampir
nol.
c. Membebankan ke Akumulasi Penyusutan. Penggantian akan
memperpanjang umur manfaat aktiva dan oleh karena itu
mengumpulkan kembali sejumlah atau semua penyusutan di masa
lalu.
C. Penyusutan dan pemasangan kembali
Biaya
penyusutan
kembali
dan
pemasangan
kembali
merupakan
pengeluaran yang ditujukan untuk memberikan manfaat di periode masa
depan
D. Reparasi
Reparasi biasa adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan
aktiva tetap berada dalam kondisi siap operasi. biaya ini dapat dibebankan
ke akun beban selama periode terjadinya, atas dasar bahwa periode tersebut
merupakan periode yang paling banyak menerima manfaat.
4. Disposisi Aktiva Tetap
Disposisi aktiva tetap adalah penghentian penggunaan aktiva tetap dengan
alasan tertentu.
Disposisi aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara berikut:
A. Penjualan
7
Apabila aktiva tetap yang dimiliki dijual, maka semua rekening yang
berhubungan dengan aktiva tersebut harus dihapuskan. Langkah-langkah
yang harus diperhatikan :
a. Tentukan nilai buku dari aktiva yang dijual tersebut (harga perolehan
aktiva dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tersebut)
b. Bandingkan nilai buku dengan harga jualnya
Jika harga jual lebih besar dari nilai buku aktiva, maka diperoleh laba
penjualan aktiva
Jika harga jual lebih kecil dari nilai buku aktiva, maka terjadi
kerugian penjualan aktiva
Contoh:
PT. Bombayah menjual kendaraan yang dimilikinya dengan harga
Rp.50.000.000,- secara tunai, harga perolehan Rp.70.000.000,- dan
akumulasi penyusutan kendaraan tersebut sampai dengan saat penjualan
Rp.25.000.000,Perhitungan:
Nilai Buku Rp.70.000.000 – Rp.25.000.000 = Rp.45.000.000,Harga jual Rp.50.000.000,- lebih besar dibanding nilai buku kendaraan,
maka PT Bombayah memperoleh laba atas penjualan kendaraan tersebut.
Jurnal:
8
Keterangan
Debet
Rp.50.000.000
Rp.25.000.000
Cash
Accum. Depreciation Vehicle
Vehicle
Gain on sales of plant asset
Kredit
Rp.70.000.000
Rp.5.000.000
B. Pertukaran
Apabila aktiva tetap yang dimiliki akan ditukar, maka semua rekening yang
berhubungan dengan aktiva tersebut harus dihapuskan. Langkah-langkah
yang harus diperhatikan :
a. Tentukan nilai buku dari aktiva yang dijual tersebut (harga perolehan
aktiva dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tersebut)
b. Bandingkan nilai buku aktiva lama dengan harga pasarnya jika
Nilai Buku < Harga Pasar = Laba Pertukaran (Gain on exchange of
Plant Assets)
Nilai Buku > Harga Pasar = Rugi Pertukaran (Loss on exchange of
Plant Asses )
c. Harga perolehan aktiva baru = harga pasar aktiva lama + tambahan uang
yang dibayarkan (boot)
d. Laba/rugi dari pertukaran aktiva yang sejenis harus diakui
Contoh:
PT. STAY menukarkan sebuah kendaraan miliknya dengan sebidang tanah.
Dalam pertukaran ini PT. STAY menambah dengan uang kas sebesar
Rp.10.000.000,- Kendaraan tersebut harga perolehannya Rp.35.000.000,akumulasi
penyusutan
Rp.7.000.000,-
Harga
sampai
pasar
saat
terjadinya
kendaraan
Rp.25.000.000,-
9
tersebut
pertukaran
sampai
adalah
hari
ini
Perhitungan :
Harga perolehan kendaraan
Rp. 35.000.000,00
Akumulasi Penyusutan
Rp. 7.000.000,00
Nilai buku kendaraan
Rp. 28.000,000,00
Harga pasar kendaraan
Rp. 25.000.000,00
Rugi pertukaran
(Rp. 3.000.000,00)
Harga perolehan aktiva baru
Harga Pasar Kendaraan
Rp. 25.000.000,00
Uang Kas Yang Dibayar
Rp. 10.000.000,00
Rp. 35.000.000,00
Jurnal:
Keterangan
Land
Accum. Depreciation Vehicle
Loss on exchange of plant Asset
Vehicle
Cash
10
Debet
Rp.35.000.000
Rp.7.000.000
Rp.3.000.000
Kredit
Rp.35.000.000
Rp.10.000.000
C. Konversi Terpaksa
Kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konversi terpaksa seperti
kebakaran, banjir, pencurian, atau pembebasan. Selisih antara jumlah yang
dipulihkan dan nilai buku aktiva tersebut jika ada, dilaporkan sebagai
keuntungan atau kerugian. Keuntungan atau kerugian akan diperlakukan
dengan cara yang tidak berbeda dengan jenis disposisi lainnya.
5. Metode Penilaian Lainnya
Penilaian aktiva tetap berkaitan dengan penentuan nilai pertukaran dari aktiva
tersebut. Ada dua jenis nilai pertukaran yaitu nilai keluaran adalah aliran dana
yang diperkirakan akan diterima perusahaan dimasa uang akan datang sesuai
dengan harga pertukaran, dan nilai masukan menunjukan jumlah rupiah yang
harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh aktiva yang akan digunakan
dalam kegiatan operasi perusahaan.
11