PENGARUH INOVASI DAN PENGETAHUAN PRODUK TERHADAP PRODUKTIVITAS NASABAH PEMBIAYAAN MIKKRO PADA BANK BNI SYARIAH KCP SIDOARJO.

(1)

PENGARUH INOVASI DAN PENGETAHUAN PRODUK

TERHADAP PRODUKTIVITAS NASABAH PEMBIAYAAN

MIKRO PADA BANK BNI SYARIAH KCP SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

IZZATUL KHUMAIROK

NIM : C94212142

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Program Studi Ekonomi Syariah

Surabaya


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Inovasi dan Pengetahuan Produk Terhadap Produktivitas Nasbah Pembiayaan Mikro Pada Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo” ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan menjawab pertanyaan tentang apakah terdapat pengaruh antara Inovasi dan Pengetahuan Produk yang di ukur secara parsial terhadap Produktivitas Nasabah Pembiayaan Mikro pada Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo.

Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif. Asosiatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Pengumpulan data dilakukan dengan angket atau kuisioner, wawancara dan dokumentasi yang diperoleh dari pihak Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan ada pengaruh inovasi dan pengetahuan produk secara simultan yang didasarkan atas uji F. Hasil uji F simultan diperoleh nilai signifikan < 0.05 yaitu 0.000 < 0.05 dengan demikian hipotesis pertama terbukti. Hasil uji T parsial untuk variabel Inovasi produk(X1) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.117 > 0.05; variabel pengetahuan produk (X2) sebesar 0.000< 0.05. Maka, untuk hipotesis kedua hanya variabel (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produktivitas nasabah karena nilai signifikan t < 0.05 sedangkan untuk variabel (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan produk pada Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo karena nilai signifikan t > 0.05.

Pengetahuan Produk pada Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo dapat

dikembangkan dengan memberikan fasilitas dalam mengembangkan

pengetahuan tentang produk pembiayaan mikro tersebut terhadap pelanggan atau nasabah baru. Besarnya pengaruh pengetahuan produk menunjukkan bahwa kemampuan para pegawai dalam menyampaikan hal-hal yang dibutuhkan nasabah untuk pengembangan dirinya maupun usahanya itu harus semakin ditingkatkan lagi agar produktivitas dari nasabah mikro semakin bagus dan memuaskan. Pengaruh inovasi dan pengetahuan produk terhadap produktivitas nasabah sebesar 23.9%, selebihnya 76.1 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN COVER DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PERSEMBAHAN ... viii

MOTTO ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Sistematika Penulisan ... 11

BABII KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori ... 13

1. Definisi Pemasaran... 13

2. Inovasi Produk ... 14

3. Pengetahuan Produk ... 21

4. Produktivitas ... 30

B. PenelitianTerdahulu yang Relevan ... 37

C. KerangkaKonseptual ... 40

D. Hipotesis ... 41


(8)

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

D. Variabel Penelitian ... 45

E. Definisi Operasional ... 45

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49

1. Uji Validitas ... 49

2. Uji Reliabilitas ... 49

G. Data dan Sumber Data ... 51

H. Teknik Pengumpulan Data ... 52

I. Teknik Analisis Data ... 53

1. Uji Asumsi Klasik ... 54

2. Tabulasi Jawaban Responden ... 58

3. Regresi Linier Berganda ... 58

4. Uji Hipotesis ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 61

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 61

B. Deskripsi Umum Subjek Penelitian ... 64

C. Hasil Pengujian ... 77

BAB V PEMBAHASAN ... 92

BAB VI PENUTUP ... 112

A. Simpulan ... 112

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 115


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil. Usaha kecil ini, selain memiliki arti strategis bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil sudah mendominasi kegiatan usaha. 1

Tentang perdagangan di dalam Al Qur’an dengan jelas disebutkan bahwa

perdagangan atau perniagaan merupakan jalan yang diperintahkan oleh Allah untuk menghindarkan manusia dari jalan yang bathil dalam pertukaran sesuatu yang menjadi milik diantara sesama manusia. Seperti tercantum dalam surat

An Nisa’;29

















Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

(QS. An Nisa’ : 29)2

1

Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT Rineka Cipta:1997), 44-45. 2

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya Al Hikmah,(Bandung:Diponegoro 2005).


(10)

2

Tingginya populasi usia produktif di Indonesia yang tak berbanding lurus dengan ketersediaan jumlah lapangan pekerjaan, mendorong orang Indonesia berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi memajukan perekonomian masing-masing. Tidak heran semakin banyak bermunculan pelaku usaha sektor industri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pelaku UMKM di Indonesia berada di segala titik yang bisa dengan mudah ditemukan. Penyebaran UMKM begitu pesat dan memiliki jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan Negara lainnya. Tetapi, minimnya pendidikan bagi pelaku UMKM tersebut menjadikan perjalanannya menjadi belum maksimal. Karena rendahnya pendidikan pelaku UMKM, diperlukan adanya perlindungan hukum bagi mereka mengingat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tak lama lagi akan diberlakukan.3 Perkembangan jumlah UMKM periode 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 2,57 persen yaitu dari 53.823.732 unit pada tahun 2010 menjadi 55.206.444 unit pada tahun 2011. UMKM merupakan pelaku usaha terbesar dengan persentasenya sebesar 99,99 persen dari total pelaku usaha nasional pada tahun 2011.4

Karakteristik yang dimiliki oleh usaha kecil menyiratkan adanya kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial tehadap timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah internal, terutama yang berkaitan dengan pendanaan yang tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi.5 Dalam

3

http://www.merdeka.com/uang/jumlah-umkm-indonesia-579-juta-terbanyak-dibanding-negara-lain.html. 09-11-2015 19:09

4

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=124:statist ik-ukm-2012&Itemid=93 09-11-2015 19:18

5


(11)

3

pengembangan usaha kecil, masalah modal merupakan kendala terbesar. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan pembiayaan untuk modal dasar maupun untuk langkah-langkah pengembangan usahanya, yaitu melalui kredit perbankan, pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, pinjaman dari dana penyisihan sebagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hibah dan jenis-jenis pembiayaan lainnya. Pada umumnya, pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan dirasakan oleh usaha kecil sangat memberatkan, terutama karena tingkat bunga yang cukup tinggi. Di lain pihak mengingat sektor usaha kecil memiliki skala usaha yang umumnya juga kecil dengan tingkat pendapatan yang seringkali tidak teratur, pihak bank seringkali merasa khawatir apabila pinjaman yang diberikan tidak mampu dikembalikan oleh usaha kecil.6

Meningkatnya pertumbuhan pelaku UMKM di Indonesia membuat lembaga keuangan termasuk juga lembaga keuangan syariah yang saat ini juga sedang memperluas segmentasi pasar memilih UMKM sebagai salah satu opsinya. Tidak banyak para pelaku UMKM ini mengenal lembaga keuangan syariah termasuk perbankan syariah. Masyarakat hanya sebatas mengetahui perbankan syariah ada untuk membawa perubahan mengenai sulitnya mereka dalam mendapatkan penyaluran dana untuk perkembangan usaha mereka.

Keberadaan bank islam diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank islam. Melalui pembiayaan ini bank islam dapat

6


(12)

4

menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan bank islam dengan nasabah tidak lagi sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan.7 Karena peranan bank islam adalah memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan. Yang artinya bahwa pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.

Melihat pertumbuhan bank syariah yang juga meningkat secara signifikan, BNI Syariah mulai memperluas bisnisnya. Dengan melakukan inovasi-inovasi produk yang saat ini tengah dibutuhkan oleh masyarakat. Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut. BNI Syariah mulai melihat adanya peluang dari fenomena ini. Pertumbuhan UMKM yang begitu pesat membuat bank syariah ini mulai membuka bisnis komersial yang diperuntukkan untuk wilayah UKM. Produk pembiayaan produktif yang dikeluarkan oleh BNI syariah di tahun 2011 memang merupakan produk baru. BNI syariah mulai melakukan inovasi secara perlahan untuk terus memberikan fasilitas sesuai kebutuhan masyarakat khususnya untuk pengembangan UKM mereka.

BNI Syariah yang semula tidak berada di lingkungan mikro ini mulai melirik peluang di dalamnya. Persiapan untuk mulai masuk ke lini mikro dan

7


(13)

5

mereka sudah menyiapkan sumber daya manusia yang berkompeten di bidangnya, serta teknologi yang akan memberikan fasilitas kepada karyawan juga kepada calon nasabah serta outlet khusus mikro yang akan dengan mudah dijangkau oleh masyarakat. Asumsi BNI Syariah dari produk ini adalah adanya margin yang kompetitif yang akan diberikan sehingga dapat memberikan stabilitas keuangan kepada BNI Syariah. Market yang difokuskan adalah di sektor perdagangan, UMKM atau agro bisnis karena memang produk ini tercipta karena kebutuhan masyarakat yang saat ini sedang banyak berada di lingkungan UMKM.

Produk pembiayaan produktif mempunyai banyak jenis yang bisa menjadi pilihan untuk masyarakat sesuai kebutuhan mereka. Pembiayaan produktif ini yang difokuskan adalah di pembiayaan mikro 2 iB Hasanah yaitu dengan plafon 5 juta hingga 50 juta. Pembiayaan ini lebih banyak digunakan oleh nasabah perorangan untuk modal kerja maupun investasi. Hingga saat ini pembiayaan produktif ini memberikan hasil yang positif karena memang bank BNI Syariah menerapkan prinsip kehati-hatiannya dalam memberikan pembiayaan, sehingga angka NPF tetap stabil bahkan sampai bisa menembus nilai 0,04%. Ini menunjukkan bahwa manajemen yang disiapkan oleh BNI syariah memang benar-benar berkompetensi sehingga dapat selalu memberikan fasilitas pembiayaan yang memuaskan kepada nasabahnya.

Nasabah memiliki tingkat pengetahuan produk (levels of product

knowledge) berbeda yang digunakan nasabah untuk menafsirkan informasi


(14)

6

seseorang mendapatkan konsep arti terpisah (proses penambahan) dan menggabungkannya menjadi kategori pengetahuan secara lebih abstrak dan lebih besar (pengkajian).8 Menjadi hal yang seharusnya dilakukan jika ada produk yang dirasa baru bagi masyarakat untuk memberikan informasi mengenai produk tersebut, karena jika dari awal sudah diinformasikan masyarakat juga bisa lebih leluasa untuk mempertimbangkan mengenai hal yang bersangkutan. BNI Syariah menerapkan manajerial seperti yang diterangkan di atas, bahwa mereka yang melakukan pembiayaan khususnya pembiayaan produktif akan selalu dipantau oleh manajemen BNI Syariah. Sehingga ketika ada keluhan maupun kendala yang dialami oleh nasabah dapat langsung di selesaikan sesuai keinginan msyarakat. Pengetahuan dari sebuah produk baru memang sesuatu yang penting. Ketika nasabah yang sudah mengenal atau memang sudah memiliki pengetahuan mengenai produk dari Bank tertentu bisa menjadi bahan pertimbangan yang nantinya bisa mengembangkan sektor usaha mereka.

Perbankan syariah merupakan sebuah perusahaan jasa dalam bidang keuangan yang operasionalnya sesuai dengan prinsip syariah. Perusahaan jasa berada dibawah tekanan berat untuk meningkatkan produktivitas. Ada tujuh pendekatan untuk meningkatkan produktivitas jasa. Pertama, yaitu menyuruh penyedia jasa untuk bekerja lebih cekatan. Kedua, meningkatkan kuantitas jasa.

Ketiga, “mengindustrialisasikan jasa” dengan menambah peralatan dan

menstandarisasi produksi jasa. Keempat, mengurangi atau menghilangkan

8

J. paul Peter, Jerry C. Olson, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran (Jakarta: 2013: Salemba Empat), 68


(15)

7

kebutuhan akan jasa dengan menemukan solusi produk. Kelima, merancang jasa yang lebih efektif. Keenam, adalah memanfaatkan kemampuan teknologi.9 Untuk meningkatkan produktivitas terutama produktivitas nasabah dari pembiayaan mikro ini, BNI Syariah telah memberikan sumber daya yang berkompeten di bidangnya. Setiap nasabah mereka akan mendapatkan sosialisasi seputar perkembangan sektor usaha dalam aspek manapun.

Pelaku UMKM saat ini juga belum maksimal dalam menjalankan usaha karena memang minimnya pengetahuan mereka dalam strategi pengembangan masing-masing usaha yang dijalankannya. Masyarakat juga menginginkan kehadiran lembaga keuangan syariah saat ini bisa memenuhi kebutuhan mereka yang selama ini belum mereka dapatkan. Hadirnya BNI Syariah ditengah-tengah masyarakat ini diharapkan mampu berperan dalam proses pengembangan usaha mereka. Tujuan BNI syariah sendiri mengeluarkan bisnis mikro ini salah satunya adalah membantu masyarakat atau pengusaha UMKM yang kesulitan dalam menemukan akses ke lembaga keuangan syariah. BNI Syariah juga menerapkan prinsip kehati-hatiannya dalam memilih nasabah untuk produk tesebut. Melihat dari prinsip yang diterapkan pasti BNI Syariah benar-benar memilih nasabah yang memang mempunyai prospek bagus untuk kedepannya. Pelaku UMKM sendiri juga mengharapkan ada perkembangan di dalam usahanya entah dalam segi finansial serta kemampuan produktivitasnya. Oleh karena itu BNI Syariah nantinya akan dengan maksimal memenuhi kebutuhan serta keinginan pelaku UMKM tersebut.

9


(16)

8

Peneliti memperkirakan faktor utama yang mempengaruhi masyarakat melakukan transaksi di BNI Syariah karena adanya pendekatan dari pihak bank untuk dapat mengenalkan produk-produk yang dimiliki bank Syariah. Diperlukan sosialisasi agar nasabah mendapat pengetahuan sehingga bisa menggunakannya sesuai kebutuhan mereka. Bagaimana nantinya produk ini akan membantu perkembangan perekonomiannya secara individu maupun berkelompok. Produk adalah sesuatu yang memberikan manfaat baik dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari atau sesuatu yang ingin dimiliki nasabah. Produk biasanya digunakan untuk dikonsumsi baik untuk kebutuhan rohani maupun jasmani. Untuk memenuhi keinginan akan produk, maka nasabah harus mengorbankan sesuatu sebagai balas jasanya, misalnya dengan cara pembelian.10 Pengembangan sebuah produk mengharuskan perusahaan menetapkan manfaat-manfaat apa yang diberikan oleh produk tersebut. Manfaat-manfaat tersebut dikomunikasikan dan hendaknya dipenuhi oleh fasilitas produk itu sendiri. 11 Itulah mengapa diperlukan adanya komunikasi dan memberikan pengetahuan tentang produk yang ditawarkan oleh BNI Syariah kepada masyarakat agar mereka bisa mengetahui manfaat yang akan di dapatkan ketika sudah mengkonsumsi produk tersebut.

Inovasi dan pengetahuan produk yang diperkirakan peneleti menentukan produktivitas nasabah pembiayaan mikro. Anggapan peneliti adalah semakin meningkatnya jumlah nasabah maka semakin banyak warga sidoarjo yang terfasilitasi usahanya melalui manajemen yang dilakukan oleh BNI Syariah.

10

Kasmir. Pemasaran Bank (Jakarta: Kencana: 2010), 123.

11


(17)

9

Peneliti memperkirakan bahwa adanya inovasi produk yang dilakukan oleh BNI Syariah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang selama ini memang sedang dinantikan oleh mereka dalam waktu jangka panjang. Tidak hanya dengan inovasi produk, pengetahuan yang dilakukan BNI Syariah terutama BNI Syariah sidoarjo diharapkan dapat mengetahui mengenai kinerja produk tersebut agar nasabah terutama nasabah UMKM dapat menggunakan fasilitas secara maksimal sehingga produktivitasnya dapat berkembang dengan baik.

Melihat permasalahan diatas peneliti beranggapan bahwa inovasi dan pengetahuan produk mempengaruhi produktivitas nasabah pembiayaan mikro di Bank BNI Syariah sidoarjo, maka dari itu penelitian yang berjudul

“Pengaruh Inovasi dan Pengetahuan Produk Terhadap Produktivitas Nasabah Pembiayaan Mikro Pada Bank BNI Syariah Sidoarjo” dapat menjawab

permasalahan secara konkrit dan memberikan pengetahuan dari kedua belah pihak yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah inovasi produk berpengaruh terhadap produktivitas nasabah pembiayaan mikro pada bank BNI Syariah Sidoarjo ?

2. Apakah pengetahuan produk berpengaruh terhadap produktivitas nasabah pembiayaan mikro pada bank BNI Syariah Sidoarjo ?

C. Tujuan Penelitian


(18)

10

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh inovasi produk terhadap produktivitas nasabah pembiayaan mikro pada bank BNI Syariah Sidoarjo

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan produk terhadap produktivitas nasabah pembiayaan mikro pada bank BNI Syariah Sidoarjo

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan akan dapat memberikan beberapa manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Secara terinci manfaat penelitian ini antara lain:

1. Secara Teoretis

a. Dapat memberikan kontribusi secara teoretis terhadap ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan manajemen pemasaran perusahaan Bank BNI syariah tentang inovasi produk dan pengetahuan produk.

b. Dapat dijadikan bahan referensi bagi pihak-pihak yang berkeinginan melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah inovasi produk dan pengetahuan produk.

2. Secara Praktis

a. Dapat dijadikan input bagi pihak manajemen pemasaran perusahaan Bank BNI Syariah dalam menetapkan


(19)

11

mempertahankan atau meningkatkan kualitas Inovasi produk agar nasabah bisa merasakan hal baru dalam perusahaan.

b. Sebagai dasar untuk meningkatkan atau mempertahankan mutu pelayanan agar mampu bersaing dengan sesama perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam proposal ini akan dijabarkan sebagai berikut: Bab pertama berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian dan sistematika penulisan proposal.

Bab kedua berisi kajian pustaka yang mengemukakan landasan teori dimulai dari grand theory yaitu manajemen pemasaran, dilanjutkan mengenai

pengertian Inovasi Produk, Pengetahuan Produk dan Produktivitas Nasabah. Kemudian beberapa penelitian terdahulu yang relevan, kerangka konseptual, dan hipotesis.

Bab ketiga berisi metode penelitian yang memuat jenis penelitian yang digunakan, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, uji validitas dan reliabilitas, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab keempat berisi hasil penelitian yang menjabarkan deskripsi umum objek penelitian berupa pemaparan data yang memuat informasi tentang lokasi atau institusi yang menjadi objek penelitian serta karakteristik responden yang


(20)

12

dijadikan sampel dalam penelitian dan analisis data yang memuat data penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian.

Bab kelima berisi pembahasan yang terdiri dari temuan hasil penelitian berisi tentang gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan terhadap teori-teori dan temuan-temuan sebelumnya serta penafsiran dan penjelasan terkait temuan di lapangan yang menjawab hipotesis (jawaban sementara) sebelumnya.


(21)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Pengertian Pemasaran

Marketing menurut bahasa, yaitu pemasaran, sedangkan, marketing

menurut istilah adalah memindahkan barang dan jasa dari pemasok ke konsumen. Termasuk di dalamnya perancang dan pembuatan produk, pengembangan, pendistribusian iklan, promosi, dan publikasi, serta analisa pasar untuk menentukan pasar yang sesuai.18

Beberapa ahli memberikan bermacam-macam definisi tentang pemasaran,

antara lain Stanton, suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatanbisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.19

Pemasaran sebuah proses sosial dan manajerial yang dengannya individu-individu dan kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk-produk dan nilai satu sama lain. Peter Drucker, seorang penggagas manajemen ternama, menyatakan: tujuan pemasaran adalah ntuk membuat penjualan berlebihan. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami pelanggan

18

Ahmad Antoni K. Muda, Kamus Lengkap Ekonomi, Gitamedia, 230.

19


(22)

14

dengan sebaik-baiknya sehingga kita dapat menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dan terjual dengan sendirinya.20

2. Inovasi Produk

Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan.21 Rogers mengemukakan lima karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi keputusan terhadap pengadopsian suatu inovasi meliputi: keunggulan relatif, kompatibilitas, kerumitan, kemampuan diujicobakan, kemampuan diamati.22 Kotler juga menegaskan bahwa inovasi tidak hanya sebatas konsep dari suatu ide baru, atau juga bukan merupakan suatu perkembangan baru tetapi inovasi merupakan gabungan dari semua proses-proses tersebut. Ide baru bagi produk merupakan produk yang ditawarkan perusahaan ke pasar, konsep produk merupakan versi yang lebih rinci dari sebuah ide yang dinyatakan dalam istilah/wujud/bentuk yang dapat dimengerti oleh nasabah sebagai sesuatu yang baru dan unik.23

Keunggulan Relatif (relative advantage) adalah derajat dimana suatu

inovasi dianggap lebih baik atau unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestige sosial, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.24

20

P. Kotler, G. Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemmasaran (Jakarta: 1997: Erlangga), 3.

21

Rogers, Everett, M., Diffusions of Innovations (Inggris) (Fifth Edition. Simon & Schuster Publisher: 2003).

22

P. Kotler, G. Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemmasaran (Jakarta: 1997: Erlangga), 174.

23

P. Kotler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: 2002: Erlangga), 183.

24Bayu Hendrawan S dan Sri Setyo Iriani “Pengaruh Inovasi Produk Dan Harga Terhadap Minat


(23)

15

Pertanyaan terpenting untuk diajukan dalam mengevaluasi keberhasilan

potensial dari suatu produk baru adalah, “Apakah produk bersangkutan akan

dirasa menawarkan keunggualan yang jauh lebih besar dibandingkan produk

yang digantikan?” Persoalannya bukanlah apakah produk bersangkutan lebih baik secara objektif dibandingkan produk yang sudah ada, melainkan apakah nasabah mungkin merasakan keunggulan relatif atau tidak.25

Kompatibilitas (compatibility) adalah derajat dimana inovasi tersebut

dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible). Kerumitan (complexity) adalah derajat dimana inovasi dianggap

sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi. Kemampuan diujicobakan (trialability) adalah derajat dimana suatu inovasi

dapat diujicoba dalam batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat diujicobakan dalam aturan sesungguhnya, umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukkan (mendemonstrasikan) keunggulannya. Kemampuan Diamati (observability) adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh

25

Tornatzky dan Klein 1982; Moore dan Benbasat 1991; Karahanna 1999; Plouffe et al. 2001; Van Slyke et al. 2004 dalam Carter dan Belanger, 2004: 13.


(24)

16

orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif, kompatibilitas, kemampuan untuk diujicobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.26

Teori ini di populerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffution of Innovation. Ia mendefenisikan difusi

sebagai proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial. 27

Menurut Rogers dalam Sciffman dan Kanuk, bahwa proses difusi inovasi terdapat empat elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial.28

1. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya.

2. Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak

26

Ibid., 1778.

27

Wikipedia.org/wiki/Teori_Difusi_Inovasi

28

Schiffman, L.G dan Kanuk, Lesley L,. Consumer Behavior (New Jersey: Perason Prestice Hall: 2007).


(25)

17

dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. 3. Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang

mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam proses pengambilan keputusan inovasi, keinovatifan seseorang relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

4. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama kemudian untuk megadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi


(26)

18

banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.

29

Inovasi adalah sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/diterapkan, dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Hurley and Hult mendefinisikan inovasi sebagai sebuah mekanisme perusahaan untuk beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis, oleh karena itu perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan pemikiran-pemikiran baru, gagasan-gagasan baru, dan menawarkan produk yang inovatif serta peningkatan pelayanan yang memuaskan pelanggan.30

Nelly dkk berpendapat bahwa inovasi produk menunjukkan pada pengembangan dan pengenalan produk baru atau dikembangkan yang berhasil di pemasaran. Inovasi produk dapat berupa perubahan desain, komponen dan arsitektur produk. Drucker 1954, dalam Berthon dkk 1999, menyatakan bahwa inovasi produk merupakan satu hal yang potensial untuk menciptakan pemikiran dan imajinasi orang yang pada akhirnya menciptakan pelanggan. Menurut Dourgerty inovasi produk merupakan suatu cara yang penting bagi

29

Ibid. 30

Hurley, Robert. F and Hult, G, Tomas. M ”Inovation, Market Orientation, and Organizational Learning: An Intergration and Empirical Examination”, Journal of Marketing, July 1998. 45.


(27)

19

perusahaan agar tetap dapat beradaptasi dengan pasar, teknologi, serta pesaingan. Wahyono mengajukan dua konsepsi inovasi yaitu, pertama, keinovatifan dan kedua kapasitas untuk berinovasi. Keinovasian adalah fikiran tentang keterbukaan utuk gagasan baru sebagai sebuah kultur perusahaan. Sedangkan kapasitas untuk berinovasi adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan atau menerapkan gagasan, proses, atau produk baru secara berhasil.31

Sebuah inovasi adalah barang, jasa, atau ide yang dianggap baru oleh pembeli potensial. Bisa jadi produk tersebut telah lama ada, namun yang kita perhatikan disini adalah, bagaimana nasabah mengetahuinya untuk pertama kalinya dan membuat keputusan untuk membeli/mengadopsinya atau tidak. Kita definisikan, proses adopsi sebagai proses mental yang dilalui oleh seseorang, mulai dari pengenalan pertamanya dengan suatu inovasi sampai pada penerimaan / adopsi final.32

Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah dengan pembeli yang mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dan sebagian keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat dirangsang oleh rangsangan internal bila salah satu dari kebutuhan normal seseorang muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan. Dari pengalaman sebelumnya, orang itu telah belajar

31Wahyono, 2002. ”

Orientasi Pasar dan Inovasi : Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran

(Studi kasus pada Industri Meubel di Kabupaten Jepara). Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol I, No 1 Program Magister Manajemen . Universitas Diponegoro, 16.

32


(28)

20

bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi menuju objek-objek yang dia ketahui dapat memuaskannya. 33

Nasabah melalui lima tahap proses adopsi sebuah inovasi produk:34

1. Sadar, nasabah menjadi sadar akan adanya inovasi, tetapi kekurangan informasi mengenainya.

2. Tertarik, nasabah mencari informasi mengenai inovasi tersebut.

3. Evaluasi, nasabah mempertimbangkan apakah masuk akal mencoba produk inovasi tersebut.

4. Mencoba, nasabah mencoba inovasi produk tersebut dalam skala kecil untuk meningkatkan perkiraan nilai produk tersebut.

5. Adopsi, nasabah memutuskan akan secara penuh dan teratur menggunakan inovasi produk tersebut

Model ini menyarankan agar pesan inovasi produk memikirkan bagaimana caranya membantu pelanggan melalui tahap-tahap tersebut.35 Produk dapat ditawarkan dengan ciri-ciri (keistimewaan) yang berbeda-beda. Sebuah model

“pretelan”, modal tanpa ekstra apa pun, merupakan pangkal tolaknya.

Perusahaan dapat menciptakan model-model tingkat tinggi dengan menambahkan ciri-ciri. Ciri atau keistimewaan merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaan dari produk-produk pesaing. Beberapa perusahaan sangat inovatif dalam menambahkan ciri-ciri baru yang dibutuhkan dan bernilai merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk bersaing.

33

P. Kotler, G. Amstrong, Prinsip-Prinsip Pemmasaran (Jakarta: 1997: Erlangga), 174.

34

Ibid., 229

35


(29)

21

3. Pengetahuan Produk

Mowen dan Minor mendefinisikannya sebagai, “the amount of experience with and informationabout particular products or services a person has (

seseorang memiliki pengalaman dengan jumlah informasi tentang produk dan jasa tertentu)”36. Engel,Blackwell, dan Miniard37 mengartikan; “At a general level, knowledge can be defined as a the information stored with in memory.

The sub set of total information relevant to customers functioning in the market

place is called consumer knowledge” (Pada tingkat umum, pengetahuan dapat didefinesikan sebagai informasi yang disimpan dengan dalam memori. Kumpulan cadangan total informasi yang relevan kepada pelanggan berfungsi di pasar disebut pengetahuan konsumen). Berdasarkan dua definisi tersebut dapat diartikan bahwa pengetahuan nasabah adalah semua informasi yang dimiliki nasabah mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut, dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai nasabah.38

Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminology produk, atribut atau fitur produk, harga produk, dan kepercayaan mengenai produk. Peter dan Olson menyebutkan bahwa nasabah memiliki tingkat pengetahuan produk yang berbeda.39 Nasabah memiliki tingkat

36

Mowen J.C dan Minor, Perilaku Konsumen (Jakarta: Erlangga: 1998), 106.

37

Ibid, 337.

38

Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Edisi 2 (Bogor: Ghalia Indonesia:2011), 147.

39


(30)

22

pengetahuan produk (levels of product knowledge) berbeda yang digunakan

nasabah untuk menafsirkan informasi baru dan membuat keputusan pembelian. Tingkat pengetahuan dibentuk ketika seseorang mendapatkan konsep arti terpisah (proses penambahan) dan menggabungkannya menjadi kategori pengetahuan secara lebih abstrak dan lebih besar (pengkajian). 40

Tidak satupun tingkat pengetahuan mencakup semua arti objek, peristiwa, atau perilaku. Setiap tingkat arti berfungsi untuk tujuan tertentu, namun tidak semua tujuan. Berbagai arti tingkatan abstraksi berbeda bekaitan secara bertingkat (hierarki) dalam arti lebih abstrak menggolongkan (memasukkan atau memcakup) berbagai arti pada tingkatan lebih rendah. 41

Pemasar secara khusus tertarik dalam pengetahuan produk pada tingkatan merek. Sebagian besar strategi pemasaran berfokus atau berorientasi pada merek, dan mempengaruhi mereka untuk membelinya. Sebagian besar penelitian pemasaran berfokus pada pengetahuan dan kepercayaan nasabah mengenai merek. Selain itu, banyak pembahasan dalam tulisan tersebut menghubungkan pengetahuan merek, meskipun kita menyadari nasabah mengetahui lebih banyak.42

Pada beberapa produk, nasabah dapat memiliki pengetahuan mengenai model, tingkatan pengetahuan produk secara lebih nyata. Sebuah model adalah contoh spesifik sebuah merek yang memiliki satu atau lebih fitur atau atribut

40

J. Paul Peter, Jerry C Olson, Prilaku Konsumen & Strategi Pemasaran, Edisi 9 Jilid 1 (Jakarta: Salemba Empat: 2014), 68.

41

Ibid.

42


(31)

23

unik. Selain itu, tingkatan lebih abstrak daripada tingkatan pengetahuan merek dan model, bentuk produk adalah kategori luas yang mencakup beberapa merek sejenis dalam beberapa hal. Pada beberapa kasus, bentuk produk tertentu menjadi sangat melekat dalam pikiran nasabah, sehingga pemasar dapat menganggapnya sebagai pasar terpisah.43

Kelas produk adalah tingkatan pengetahuan produk paling luas dan terbuka (inklusif) mungkin mencakup beberapa bentuk produk (banyak merek dan berbagai model dalam kategori tersebut). Berbagai konsep pada tingkatan relatif memiliki sedikit karakteristik atau ciri yang sama. Strategi pemasaran dalam mempromosikan seluruh tingkatan produk mungkin akan efektif untuk mempromosikan merek dengan penguasaan pasar tinggi.44

Nasabah mungkin memiliki tiga jenis pengetahuan produk: pengetahuan mengetahui atribut atau karakteristik produk, akibat keuntungan penggunaan produk, dan pencapaian nilai konsumen. Pemasar harus memahami tiga jenis atau tingkatan pengetahuan produk nasabah dalam mengembangkan strategi pemasaran secara efektif.45

a. Produk sebagai Kumpulan Atribut46

Berdasarkan keterbatasan pada kemampuan produk dan sumber daya keuangan, manajer pemasar dapat menambahkan atribut baru pada sebuah produk, menggantikan atribut yang lama. Pemasar dapat mengubah atribut

43

Ibid., 68-69

44

Ibid.

45

Ibid., 70.

46


(32)

24

merek dengan membuat produk lebih menarik bagi nasabah. Wawasan nasabah menjabarkan perkenalan model baru berdasarkan atribut produk spesifik.

Hal tersebut kemungkinan karena pemasar terlalu tertarik pada karakteristik fisik produk, pemasar sering menganggap (bertindak) seolah-olah nasabah memikirkan produk dan merek sebagai sekumpulan atribut. Bahkan, produk paling sederhana memiliki beberapa atribut (attributes). Namun,

berdasarkan perspektif atau sudut pandang proses kognitif, kita mungkin penasaran dengan pengetahuan nasabah dalam memorinya mengenai semua atribut dan pengaktifan pengetahuan tersebut pada nasabah saat memutuskan produk atau merek yang akan dibeli. Pemasar harus mengetahui atribut produk relevan bagi nasabah, arti atribut tersebut bagi nasabah, dan cara nasabah menggunakan pengetahuan tersebut dalam proses kognitif, seperti pemahaman dan pengambilan keputusan.

Nasabah dapat memiliki pengetahuan mengenai tipe atau jenis atribut produk berbeda. Atribut nyata mewakili karakteristik fisik dapat disentuh (nyata). Atribut abstrak mewakili karakteristik subjektif tidak dapat disentuh (tidak nyata). Nasabah juga memiliki pengetahuan mengenai evaluasi afektif setiap atribut.

b. Produk sebagai Kumpulan Keuntungan47

Pemasar juga mengetahui bahwa nasabah sering berfikir mengenai produk dan merek dalam arti pengaruhnya atau konsekuensinya daripada aributnya. Konsekuensi adalah hasil saat produk dibeli dan digunakan atau dikonsumsi.

47


(33)

25

Nasabah dapat memiliki dua jenis atau tipe konsekuensi produk: fungsional dan psikosossial. Konsekuensi fungsional (functional consequences) adalah

hasil nyata akibat penggunaan produk yang dialami nasabah secara langsung. Konsekuensi fungsional juga mencakup sifat fisik, hasil performa dapat dapat dirasakan ketika menggunakan atau mengkonsumsi produk.

Konsekuensi psikososial (pychosocial consequances) merujuk pada hasil

psikologis dan sosial pengguanaan produk. Konsekuansi psikososial atas penggunaan produk merupakan hasil internal dan personal, seperti hal yang hal yang dirasakan oleh Anda dengan menggunakan produk tersebut. Sebagian konsekuensi psikososial memiliki kualitas afektif. Nasabah juga mungkin memiliki pengetahuan mengenai konsekuensi sosialatas penggunaan produk.

Sistem afektif dan kognitif orang menginterpretasikan berbagai konsekuensi atas penggunaan produk dan membentuk pengetahuan dan kepercayaan mengenai konsekuensi fungsional dan psikososial dalam memori. Sistem afektif juga mungkin bereaksi pada pengetahuan tersebut. Nasabah dapat memikirkan konsekuensi poiitif dan negatif atas penggunaan produk sebagai keuntungan dan risiko potensial. Keuntungan (benefits) merupakan

konsekuensi yang diharapkan nasabah ketika membeli dan menggunakan produk atau merek. Nasabah dapat memiliki baik pengetahuan kognitif mengenai keuntungan maupun respons afektif atas keuntungan tersebut. Pengetahuan kognitif mencakup hubungan produk menjadi fungsi yang diharapkan dan konsekuensi psikososial . Reaksi afektif atas keuntungan mencakup perasaan positif dikaitknn dengan konsekuensi yang diharapkan.


(34)

26

Nasabah sering berfikir mengenai produk dan merek sebagai kumpulan keuntungan daripada kumpulan atribut. Kemudian, pemasar dapat memilah nasabah menjadi sub kelompok atau segmen pasar menurut harapan mereka dan konsekuensi produk tertentu, sebab proses yang disebut segmnntasi keuntungan.

Risiko terduga (perceived risk) merupakan konsekuensi tidak diharapkan

yang ingin dihindari nasabah saat membeli dan menggunakan produk. Berbagai konsekuensi negatif mungkin terjadi. Beberapa nasabah cemas atas risiko fisik mengosumsi produk. Jenis konsekuensi tidak menyenangkan lain mencakup risiko keuangan, risiko fungsional, dan risiko psikososial. Secara keseluruhan

risiko terduga mencakup pengetahuan dan kepercayaan nasabah mengnnai konsekuensi yang tidak disukai, termasuk respon afektif negatif yang dikaitkan dengan konsekuensi yang tidak menyenangkan.

Besarnya risiko terduga yang dialami nasabah dapat dipengaruhi oleh dua hal: (1) derajat ketidaknyamanan konsekuensi negatif, dan (2) kemungkinan konsekuensi negatif tersebut akan terjadi. Pada berbagai kasus ketika nasabah tidak mengetahui potensi konsekuensi negatif, risiko terduga akan rendah. Pada kasus lain, nasabah mungkin memiliki bayangan tidak nyata mengenai risiko produk karena berlebihan dalam menduga kemungkinan konsekuensi fisik negatif. Wawasan nasabah menjabarkan beberapa persoalan pasar yang diciptakan oleh kesalahan nasabah dalam memersepsipkan risiko.


(35)

27

Berdasarkan keputusan pembelian, nasabah mempertimbangkan

keuntungan dan risiko atas alternatif pilihan dengan mengintegrasikan informasi mengenai konsekuensi positif dan negatif. Dikarenakan nasabah tidak mungkin membelli produk dengan risiko terduga tinggi, pemasar memcoba untuk memengaruhi persepsi nasabah mengenai konsekuensi negatif pembelian dan penggunaan produk. Strategi pemasaran berbeda dimaksudkan untuk mengaktifkan pengetahuan risiko produk untuk menunjukkan cara menggunakan merek tertentu yang dapat menghindari konsekuensi negatif. c. Produk Sebagai Pemuas Nilai48

Nasabah juga memiliki pengetahuan mengenai nilai simbolis personal produk dan merek. Nilai (values) merupakan tujuan hidup secara luas. Nilai

seringkali melibatkan afeksi emosional dikaitkan dengan tujuan dan kebutuhan tersebut. Mengakui ketika nilai telah terpenuhi atau tujuan hidup pokok telah dicapai adalah sebuah perasaan internal yang tidak dapat diwujudkan dan subjektif. Sebaliknya, konsekuensi fungsional dan psikososial lebih nyata dan lebih jelas saat konsekuensi tersebut terjadi.

Ada banyak cara untuk mengelompokkan nilai. Satu skema berguna mengidentifikasi dua jenis atau tingkatan nilai: instrumental dan terminal. nilai instrumental merupakan cara berprilaku yang lebih disukai. Nilai-nilai terminal, dilain pihak, adalah keadaan diri yang lebih disukai atau keadaan psikologis lebih luas. Baik nilai instrumental maupun terminal (tujuan

48


(36)

28

dan kebutuhan) mewakili sebagian besar konsekuensi personal yang diraih oleh seseorang dalam kehidupannya.

Setiap jenis pengetahuan--atribut, konsekuensi, dan nilai--juga "mengandung" reaksi afektif konsumen pada berbagai konsep tersebut. Namun, karena nilai-nilai mewakili konsekuensi penting dan relevan menurut pribadi, maka nilai sering dikiitkan atau diasosiasikan dengan respons afektif kuat. Pemenuhan sebuah nilai biasanya mendapat afeksi positif, sedangkan penghalang kepuasan menghasilkan afeksi negatif.

Secara ringkas, nasabah dan memiliki pengetahuan mengenai atribut produk, konsekuensi penggunaan produk, dan nilai-nilai pribadi. Sebagian besar penelitian pemasaran berfokuspada suatu jenis pengetahuan produk--biasanya atribut atau konsekuensi, dimana secara khusus berfokus pada keuntungan dari pada risiko. Nilai-nilai lebih jarang di uji dan sering aali dipisahkan. Masalah meniliti hanya suatu jenis pengetahuan memberikan pemasar pemahaman yang tidak lengkap mengenai pengetahuan produk konsumen. Mereka melewatkan (kurang dalam hal) koneksi penting antara atribut, konsekuensi, dan nilai.

Pentingnya pengetahuan produk berbasiskan syariah, karena bisa dibilang bahwa layanan produk berbasis syariah bukan merupakan sesuatu yang telah berlangsung lama semenjak produk perbankan dikenal masyarakat luas. Produk perbankan yang jauh lebih dahulu dikenal dan sampai sekarang sudah banyak masyarakat ketahui adalah produk perbankan konvensional. Selepas masa


(37)

29

krisis tahun 98, baru bisa dibilang produk perbankan berbasis syariah terus bertambah. Selain itu dengan landasan melihat Indonesia sebagai sebuah negara yang penuh perbedaan, dalam hal ini adalah agama, maka boleh dikatakan cikal-bakal produk perbankan syariah muncul dari sebuah golongan saja. Yakni agama islam. Walaupun pada kenyataannya produk perbankan syariah bukan hanya milik konsumsi satu golongan saja. Tetapi seluruh masyarakat Indonesia.49

Orang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk. Kita akan merumuskan pengertian produk dalam arti yang lebih luas untuk mencakup segala sesuatu yang dapat diberikan kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Dan kita biasanya menggunakan istilah produk dan jasa untuk membedakan antara benda nyata dengan obyek terwujud ( tangible).50

Konsep penuntun untuk memilih produk mana yang memuaskan itu adalah nilai (value). Nilai adalah taksiran nasabah tentang kapasitas produk untuk

meuaskan seperangkat tujuan. Makin dekat sebuah produk yang tersedia dengan produk idealnya, makin besar nilainya ( kemanfaatan). Nasabah menentukan nilai suatu produk sesuai dengan kapasitas produk itu untuk memuaskan keinginannya. Para nasabah dianggap memiliki satuan ukuran tentang kemanfaatan, yakni mereka dapat menentukan suatu angka yang dapat diukur untuk setiap produk atau setiap himpunan produk yang terikat menjadi

49

Sunarto Zulkifli, Panduan praktis Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim: 2003), 79.

50


(38)

30

satu.51 Segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Kadang-kadang kita menggunakan istilah lain untuk produk yaitu penawaran (offering) dan pemecahan (solution).

Produk yang ditawarkan ke pasar haruslah memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabahnya. Jadi, setiap produk selalu diarahkan guna memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut. Cara yang dilakukan itu memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut melalui pengembangan produk baru. Dalam rangka mengembangkan produk baru diperlukan langkah-langkah tertentu, sehingga hasil pengembangam tersebut benar-benar tepat sasaran. 52

4. Produktivitas

Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi fisik, bentuk, dan nilai. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia. Tohardi mengemukakan bahwa produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.53

Dengan adanya produktivitas diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat diperlukan

51

Ibid., 9 dan 1.

52

Kasmir. Pemasaran Bank (Jakarta: Kencana: 2010), 128-129.

53


(39)

31

dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk mengukur produktivitas, diperlukan suatu indicator sebagai berikut:54

a. Kemampuan, mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas.

Kemampuan seorang nasabah sangat bergantung pada keterampilan yang dimiliki serta profesionalisme mereka dalam bekerja.

b. Meningkatkan hasil yang dicapai, berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Jadi, upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu pekerjaan.

c. Semangat kerja, ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin.

d. Pengembangan diri, senantiasa mengembangkan diri untuk

meningkatkan kemampuan kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi.

e. Mutu, selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang nasabah.

f. Efisiensi, masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi nasabah.

Perusahaan jasa mengalami tekanan berat untuk meningkatkan produktivitas. Karena usaha jasa sangat padat karya, biayapun meningkat

54


(40)

32

dengan cepat. Ada enam pendekatan yang bisa dipakai untuk meningkatkan produktivitas jasa.55

Pendekatan pertama ialah membuat pemberi jasa bekerja lebih giat dan lebih terampil dengan imbalan yang sama. Bekerja lebih giat bukanlah upaya pemecahan yang mungkin diwujudkan, tetapi dengan bekerja lebih terampil akan dapat diwujudkan melalui proses pemilihan yang lebih baik dan prosedur pelatihan yang lebih baik pula.56

Pendekatan kedua ialah meningkatkan kualitas jasa dengan mengurangi

beberapa mutu. Pendekatan ketiga ialah “mengindustrikan jasa” dengan

menambah peralatan dan membakukan produksi, levitt menganjurkan bahwa

perusahaan sebaiknya mengambil “sikap produsen” dalam memproduksi

jasa.pendekatan keempat ialah mengurangi atau menghilangkan kebutuhan akan jasa dengan menciptakan jalan keluar atas produk itu. Pendekatan kelima ialah merancang jasa yang lebih efektif. Pendekatan keenam ialah merangsang konsumen dengan insentif untuk mengganti tenaga kerja perusahaan dengan tenaga kerja mereka sendiri. 57

Perusahaan harus menghindari upaya meningkatkan produktivitas begitu cepat sehingga akan mengurangi mutu yang diharapkan. Beberapa langkah

produktivitas, yang ditempuh dengan menstandartkan mutu, akan

meningkatkan kepuasan konsumen. Akan tetapi, beberapa langkah

55

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Erlangga: 1988), 108.

56

Ibid.

57


(41)

33

produktivitas lainnya yang distandarisasi secara berlebihan akan berakibat hilangnya kesempatan konsumen menikmati jasa yang disesuaikan dengan keinginan mereka.

Produktivitas adalah suatu tingkat perbandingan antara besarnya keluaran dengan besarnya masukan. Dengan demikian hal ini menjelaskan kepada kita kuantitas keluaran yang dapat di hasilkan dari sejumlah masukan tertentu. Berdasarkan evaluasi ekonomi terhadap kinerja yang dicapai dalam proses produksi, produktivitas, efisiensi, dan efektivitas merupakan kriteria yang paling sering dipakai dalam bidang ekonomi. Efisiensi dan efektivitas seringkali dianggap sebagai suatu yang saling berhubungan tetapi secara konsep keduanya sebenarnya berbeda. Pengertian efisiensi dipahami sebagai aktivitas yang dapat menghasilkan output dengan menggunakan minimum input Sedangkan efektivitas berkaitan dengan pemilihan cara pencapaian tujuan yang tepat. Efisien adalah melakukan sesuatu dengan benar sedangkan efektif adalah melakukan sesuatu yang benar.58

Di sisi lain, produktivitas merupakan konsep yang berbeda dengan efektivitas. Perbedaan efektivitas dan produktivitas dapat dijelaskan bahwa efektivitas menunjukkan kemampuan organisasi untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan produktivitas lebih fokus pada hubungan antara output dan input. Peningkatan produktivitas tidak berarti sekaligus meningkatkan efektivitas organisasi. Ternyata untuk mengimplementasikan hal tersebut pada perusahaan

58

Christina Whidya Utami, 2002. ”Peningkatan Nilai Perusahaan Melalui Perbaikan

Produktivitas Dan Kualitas Pada Sektor Jasa Sebuah Analisis Konseptual’ Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 1, Maret , 57


(42)

34

jasa merupakan hal yang sulit. Produktivitas perusahaan jasa didefinisikan sebagai kemampuan organisasi jasa mempergunakan input untuk menawarkan jasa dengan kualitas sesuai dengan harapan dari nasabah. Dimensi kuantitas dan kualitas jasa merupakan dimensi yang tidak dapat dipisahkan dari proses pelayanan.59

Kegiatan meningkatkan produktivitas harus dimulai dari upaya menumbuhkan dari dorongan atau motivasi supaya sukses dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan kesadaran. Bilamana motivasi telah dimiliki, maka

diharapkan akan berkembang perasaan bertanggungjawab terhadap

pekerjaannya, kemudian menumbuhkan kesediaan ikut berpartisipasi dalam mencapai tujuan organisasi kerja melalui pelaksanaan tugas secara maksimal. Kondisi tersebut akan mendukung terwujudnya produktivitas sebagaimana diharapkan atau sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepada yang bersangkutan.60

Dua aspek vital dari produktivitas adalah efisiensi dan evektivitas. Efisiensi berkaitan dengan seberapa baik berbagai masukan itu di kombinasikan atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Ini merupakan suatu kemampuan untuk bagaimana mendapatkan hasil yang lebih banyak dari jumlahmasukan yang paling minimum. Sedangkan, efektivitas berkaitan

59

Ibid.. 57.

60


(43)

35

dengan suatu kenyataan apakah hasil-hasil yang diharapkan atau tingkat keluaran itu dapat di capai ataukah tidak. 61

Menyimpulkan mengenai produktikvitas adalah seberapa baik berbagai sumber daya (masukan-masukan) itu kita olah bersama dan kita gunakan untuk mencapai suatu tingkat hasil ataupun sasaran yang spesifik.62 Produktivitas itu tidak dapat tercipta begitu saja seperti sebuah keajaiban. Hal ini harus direncanakan terlabih dahulu.63

Kinerja pemasaran merupakan konstruk yang umum digunakan untuk mengukur dampak penerapan strategi perusahaan.64 Namun demikian, masalah pengukuran kinerja menjadi permasalahan dan perdebatan klasik karena sebagai sebuah konstruk, kinerja pemasaran bersifat multidimensional yang mana di dalamnya termuat beragam tujuan dan tipe organisasi. Oleh karena itu, kinerja sebaiknya diukur dengan menggunakan berbagai kriteria pengukuran sekaligus. Prasetya65 menyatakan jika menggunakan pengukuran dengan kriteria tunggal (single measurement) maka tidak akan mampu memberikan

pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana kinerja suatu perusahaan itu sesungguhnya. Kinerja pemasaran66 juga didefinisikan sebagai usaha

61

Joseph M Putti, Memahami Produktivitas (Jakarta: Binarupa Aksara: 1985), 8-9.

62

Ibid., 10.

63

Ibid., 35.

64

Augusty Ferdinand, Manajemen Pemasaran: Sebuah Pendekatan Stratejik (Semarang: Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro: 2000), 115.

65

Prasetya, Dicky Imam, “Lingkungan Eksternal, Faktor Internal, dan Orientasi Pasar Pengaruhnya terhadap Kinerja Pemasaran” Jurnal Sains Pemasaran, No. 3, Vol. 1, 227.

66Voss GB dan Voss ZG, “

Stategic Orientation and Firm performance in an Artistic Environmen” Journal of Marketing, (Vol. 64, 2000).


(44)

36

pengukuran tingkat kinerja, yang meliputi omzet penjualan, jumlah pelanggan, keuntungan, dan pertumbuhan penjualan.67

Pelham dalam Anjas menyebutkan tiga indikator dari kinerja pemasaran yaitu efektivitas perusahaan, pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan keuntungan relatif, dalam penelitiannya juga menduga ada hubungan yang signfikan antara orientasi pasar dengan efektivitas perusahaan dan pertumbuhan penjualan yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan keuntungan.Variabel kinerja pemasaran mengacu pada Song dan Parry68, yang dibentuk oleh tiga indikator yaitu pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pelanggan dan volume penjualan.69

Produktivitas kerja memerlukan perubahan sikap mental yang dilandasi kerja hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan cara kerja hari esok lebih baik dari hari ini. Peningkatan produktivitas, dilakukan oleh pribadi yang dinamis dan kreatif. Uraneck dan Geoller70, memberikan tiga belas langkah membina pribadi yang dinamis dan kreatif, yaitu: (a) kemampuan otak untuk menghasilkan gagasan yang tak terbatas jumlahnya; (b) memperoleh gairah hidup untuk menunjang pribadi yang dinamis; (c) memcahkan masalah hidup, dengan berhasil baik dan penuh dengan daya cipta; (d) memanfaatkan waktu lebih baik, sehingga dapat menambah penghasilan; (e) melontarkan gagasan

67Aulia Arief Nasution, “

Analisis Kinerja Pemasaran Pt Alfa Scorpii Medan” Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, No. 1, (Vol. 14, Maret 2014), 2.

68Song X Michael and Parry, “

A Cross-National Comparative Study of New Product Development Processes Japan and The United States” Journal of Marketing, (Vol. 61, April, 2007), 3.

69Aulia Arief Nasution, “

Analisis Kinerja Pemasaran Pt Alfa Scorpii Medan” Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, No. 1, (Vol. 14, Maret 2014), 3

70


(45)

37

kepada orang lain sehingga aisa mendatangkan hasil pelaksanaan yang memuaskan; (f) mengembangkan suaru kepribadian dinamis sepanjang hari; (g) memperbanyak penghasilan; (h) bisa berhasil dalam bidang pekerjaan yang telah dipilih; (i) membuat gagasan dapat diterima oleh orang lain dengan cara yang lebih efektif; (j) membimbing orang lain dengan cara yang lebih efektif; (k) membina hidup berumah tangga dan pribadi yang lebih dinamis; (l) menikmati hidup dan memanfaatkan sebanyak mungkin unsur-unsur dalam kehidupan; dan (m) menjadi manusia yang lebih baik.

Menurut Kussrianto, mengemukakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan tenaga kerja per satuan waktu. Peran serta tenaga kerja disini adalah pengguanaan sumber daya serta efisien dan efektif. Dari definisi-definisi tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa produktivitas kerja terdiri dari tiga aspek, yaitu: pertama, produktivitas adalah keluaran fisik per unit dari usaha produktif; kedua produktivitas merupakan tingkat keefektifan dari manajemen industri di dalam penggunaan fasilitas-fasilitas untuk produksi; dan ketiga, produktivitas adalah keefektifan dari penggunaan tenaga kerja dan peralatan.71

B.Penelitian Terdahulu yang Relevan

Didalam jurnal yang disusun Sri Hartani fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2012 yang berjudul “Peran Inovasi :

Penegmbangan Kualitas Produk dan Kinerja Bisnis” yaitu variabel X1 dan X2

71


(46)

38

adalah Inovasi Produk dan Kinerja Bisnis. Di variabel Y, yaitu menggunakan Inovasi sebagai indicator yang akan dipengaruhi. Simpulan dari penelitian tersebut adalah, inovasi perusahaan tidak secara langsung mempengaruhi kualitas produk tetapi mempengaruhi secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Persamaan dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini menggunakan kinerja bisnis yang berpengaruh terhadap inovasi. Perbedaannya adalah penelitian ini menjelaskan tentang dampak yang ditimbulkan dari variable yang bersangkutan.

Dari penelitian Kittachi, W. dan Hodges N.N. tahun 2011 dengan judul

“Exploring Consumer Adoption Of Highly Technological Fashion Product The Role Of Extrinsic And Intrinsic Motivation Factor “ Untuk menganalisis nilai kepuasan dengan variable persepsi inovasi produk, nilai utilitarian dan nilai hedonis. Dengan menggunakan metode penelitian SEM dan Lisrel. Hasil dari penelitian tersebut adalah semua variable berpengaruh positif terhadap kepuasan termasuk inovasi produk..

Persamaan menggunakan inovasi sebagai variable utama dan dapat mempengaruhi dengan lebih besar. Perbedaannya adalah metode yang digunakan serta objek yang dituju.

Di dalam penelitian Carter dan Belanger tahun 2004 dengan judul “The Influence of Perceived Character of Innovating on e-Goverment Adoption”, Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik inovasi produk


(47)

39

yang diterima (relative advantage, image, compability dan ease of use) terhadap loyalitas yang diukur melalui dimensi minat untuk berperilaku loyal (loyal intention). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

positif dan signifikan antara relative advantage, image, dan compability sebagai dimensi dari karakteristik inovasi produk yang diterima dengan minat untuk berperilaku loyal (loyalty intention). Namun tidak terdapat pengaruh

positif dan signifikan antara ease of use sebagai dimensi dari karakteristik inovasi produk yang diterima dengan minat untuk berperilaku loyal (loyal intention).

Perbedaan dari penelitian ini adalah inovasi produk yang diuji secara langsung maupun tidak langsung. mampu mempengaruhi loyalitas. Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan inovasi produk sebagai variable yang dapat mempengaruhi loyalitas.

Penelitian Ginanjar Suendro, SE Tahun 2010 dengan judul “Analisis Pengaruh Inovasi Produk Melalui Kinerja Pemasaran Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing Berkelanjutan” mempunyai tujuan penelitian Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi produk sebagai upaya mempengaruhi kinerja pemasaran untuk peningkatan keunggulan bersaing berkelanjutan. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa variabel orientasi pelanggan terhadap inovasi produk adalah positif dan signifikan, variabel orientasi pesaing terhadap inovasi produk adalah positif dan signifikan, variabel koordinasi lintas fungsi terhadap inovasi produk adalah positif dan signifikan, variabel inovasi terhadap kinerja pemasaran adalah positif dan


(48)

40

signifikan dan juga variabel kinerja pemasaran terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan adalah postif dan signifikan.

Persamaan dari peniitian ini adalah penggunaan inovasi produk sebagai alat untuk menunjukkan kebenaran hipotesis peneliti. Perbedaannya adalah variable digunakan untuk melihat kekuatan persaingan.

Dari penelitian Alek Murtin dan Mayang Darpito tahun 2011 dengan judul

“Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Dan Kinerja Dewan Terhadap Pengawasan APBD: Partisipasi Masyarakat Sebagai Variable Moderating “ Untuk mengetahui pengawasan APD melalui kinerja dewan dan pengetahuan dewan mengenai anggarannya. Hasil dari penelitian tersebut adalah anggota dewan sadar bahwasannya pengetahuan dewan tentang anggaran harus mutlak mereka kuasai dalam rangka pengawasan APBD dalam penyusunan dan pelaksanaan anggaran dan kinerja dewan yang sesuai dengan perencanaan dan pengendalian dipakai sebagai suatu system pengendalian untuk mengukur kinerja manajarial.

Persamaan menggunakan variable pengetahuan sebagai variable bebas dan menggunakan analisis regresi berganda. Perbedaannya adalah objek yang digunakan adalah dalam pemerintahan.

C.Kerangka Konseptual

Inovasi Produk

Pengetahuan Produk

Produktivitas Nasabah Mikro


(49)

41

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah inovasi produk dapat berpengaruh terhadap produktivitas nasabah pembiayaan mikro dan pengetahuan produk juga berpengaruh terhadap produktivitas nasabah. Dari kedua variabel tersebut mempengaruhi secara parsial terhadap variabel terikat.

D.Hipotesis

Untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Terdapat pengaruh antara inovasi produk (Mikro 2 Hasanah, Mikro 3 Hasanah) terhadap produktivitas nasabah pembiayaan mikro Pada Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo

H2 : Terdapat pengaruh antara pengetahuan produk terhadap

produktivitas nasabah pembiayaan mikro Pada Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo


(50)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada pembuktian hipotesis yang disusun dari rumusan masalah yang dikemukakan, kemudian menggunakan data yang terukur, dan menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Dalam penggunaan pendekatan kuantitatif, peneliti harus menggunakan proses rasionalisasi dari sebuah fenomena yang terjadi didunia nyata kemudian mengukur variabel dan indikator variabel yang diteliti kemudian membuat sebuah kesimpulan akhir. Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian asosiatif, jenis penelitian asosiatif bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Hubungan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hubungan kausal yang merupakan hubungan sebab akibat. Hubungan ini terjadi apabila dua variabel atau lebih (variabel bebas) mempengaruhi variabel (variabel terikat) yang lain. Dalam penelitian ini ingin diketahui apakah variabel bebas yaitu inovasi produk dan pengetahuan produk mempengaruhi variabel terikat yaitu produktivitas pembiayaan mikro di Bank BNI Syariah Cabang sidoarjo.


(51)

43

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank BNI Syariah cabang Sidoarjo. Untuk pra penelitian dilakukan pada tanggal 26 april-30 april 2016 dan tanggal 06 juni- 30 juni 2016.

Penelitian dilakukan dalam dua tahapan, yaitu:

1. Survey Awal

Survey awal objek penelitian di bank BNI Syariah kantor Cabang Sidoarjo dilakukan pada hari senin tanggal 26 April 2017 pukul 11.00 WIB. Peneliti melakukan pertemuan dengan bagian pemasaran untuk membahas tentang judul penelitian dan diskusi data-data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian.

2. Penelitian Skripsi

Penelitian dimulai dengan penyerahan surat riset kepada objek penelitian yaitu Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo sebagai syarat untuk melakukan penelitian. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner pada tanggal 13-24 juni serta melakukan wawancara dengan kepala bagian pembiayaan mikro dan beberapa nasabah.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh penulis


(52)

44

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.72 Walaupun populasi penelitian memiliki beberapa sifat yang tidak jarang membingungkan, tetapi menjadi tugas peneliti untuk memberi batasan tegas untuk setiap yang menjadi populasi penelitiannya. Pembatasan populasi haruslah berpedoman kepada tujuan dan permasalahan penelitian.73 Yang merupakan populasi dari penelitian ini adalah seluruh nasabah pembiayaan produktif pada Bank BNI Syariah cabang sidoarjo. Nasabah pembiayaan mikro di BNI Syariah Sidoarjo sesuai dengan hasil wawancara bersama bagian pemasaran adalah berjumlah 100. Peneliti menggunakan jumlah 100 sebagai populasinya.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.74 Sedangkan metode pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi yang homogen. Agar sampel yang didapat terdistribusi dengan baik, maka populasi juga harus dibuat acak/tidak urut.75 Sampel penelitian berdasarkan rumus Slovin Dalam penelitian ini populasi (N) adalah 100 nasabah, sedangkan persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan penarikan sampel (e) nya adalah 5%, yaitu 0,05.

Keterangan: n : Jumlah Sampel

72

Sugiyono, Metodologi Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2006), 90.

73

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana: 2009)

74

Ibid,.91

75


(53)

45

N : Jumlah Populasi

e : Batas Toleransi Kesalahan (error Tolerance)

Dari hasil perhitungannya ditemukan ada 80 sampel yang diambil.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X) terdiri dari inovasi (X1) dan pengetahuan produk (X2), di bank BNI Syariah kantor cabang Sidoarjo

2. Variabel terikat (Y) yaitu produktivitas nasabah pembiayaan mikro bank BNI Syariah kantor cabang Sidoarjo.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Inovasi Produk (X1), suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.. Adapun item dari indikator ini adalah:


(54)

46

1) Produk BNI Syariah yang menerangkan transaksi yang menerangkan transaksi berbasis bagi hasil menghilangkan kecemasan terhadap keharusan membayar bunga meskipun kondisi usaha merugi;

2) Produk BNI Syariah yang fleksibel dapat menyentuh bukan hanya kalangan menengah keatas tetapi juga kalangan menengah kebawah; 3) Menggunakan produk BNI Syariah berarti mencari kemakmuran di

dunia dan kebahagiaan di akhirat (falah oriented) bukan hanya profit

oriented;

4) Produk-produk BNI Syariah sesuai dengan keinginan saya untuk melepaskan diri dari belenggu riba;

5) Mempelajari prinsip-prinsip syariah yang diterapkan dalam produk-produk bank syariah tidak begitu sulit;

6) Proses dan prosedur penyelesaian transaksi tidak berbelit-belit dan mudah dimengerti;

7) Menggunakan produk bank syariah serta memahami inovasinya tidak begitu sulit;

Pengukuran Inovasi Produk dalam penelitian ini terdiri atas 10 pertanyaan. Skor penilaian dengan menggunakan skala Likert berkisar antara 1-5, dari jawaban sangat tidak setuju hingga jawaban sangat setuju. Skor terendah menunjukkan rendahnya inovasi produk terhadap, sedangkan skor tertinggi menunjukkan tingginya Inovasi produk terhadap produktivitas nasabah.

2. Pengetahuan Produk (X2), Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori


(55)

47

produk, merek, terminology produk, atribut atau fitur produk, harga produk, dan kepercayaan mengenai produk. Adapun item dari indikator ini adalah:

1) Nasabah memahami maksud adanya produk BNI Syariah;

2) Nasabah memahami bukti nyata dari produk yang dikeluarkan BNI Syariah;

3) Nasabah memahami penawaran dari produk yang dikeluarkan BNI Syariah;

4) Nasabah memahami mengenai konsekuensi dari produk yang

dikeluarkan BNI Syariah;

5) Nasabah memahami konsekuensi yang diharapkan dari produk BNI Syariah;

6) Nasabah memahami relevansi atribut dari produk yang dikeluarkan BNI Syariah;

7) Nasabah memahami nilai dari produk yang dikeluarkan BNI Syariah; Pengukuran Pengetahuan produk dalam penelitian ini terdiri atas 10 pertanyaan. Skor penilaian dengan menggunakan skala Likert berkisar antara 1-5, dari jawaban sangat tidak setuju hingga jawaban sangat setuju. Skor terendah menunjukkan rendahnya pengetahuan produk dari nasabah bank BNI Syariah terhadap produktivitasnya, sedangkan skor tertinggi menunjukkan tingginya pengetahuan produk oleh nasabah bank BNI Syariah terhadap produktivitasnya.


(1)

111

dalam kemajuan BNI Syariah begitupun sebaliknya. Akan lebih banyak masyarakat yang ingin bergabung bersama BNI Syariah KCP Sidoarjo.

Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo memang terkenal dengan pelayanannya. Dalam menangani nasbah mereka memberikan kemudahan-kemudahan yang bagi nasabah itu tidak didapatkan di perbankan syariah lainnya. Oleh karena itu, dalam melakukan produktivitas nasabah pembiayaan mikro perusahaan harus mampu memberikan pengetahuan secara lebih baik lagi dan melakukan inovasi-inovasi lanjutan untuk tetap menjaga konsistensi nasabahnya.


(2)

112

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab yang telah dibahas sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh dari penelitian pengaruh inovasi dan pengetahuan produk terhadap produktivitas nasabah pembiayaan mikro pada Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo adalah:

1. Inovasi produk secara parsial berpengaruh positif tetapi tidak signifikansi (faktor lainnya berpeluang untuk menegaskan pengaruhnya terhadap variable dependen) terhadap produktivitas nasabah pembiayaan mikro pada Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo 2. Pengetahuan produk secara parsial berpengaruh positif dan

signifikansi (pengetahuan produk mempunyai peluang kebenaran untuk mempengaruhi variable dependen) terhadap produktivitas nasabah pembiayaan mikro pada Bank BNI Syariah KCP Sidoarjo

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran dan rekomendasi dari hasil penelitian diantaranya:

1. Bagi Para Mahasiwa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

a. Implikasi teoritik berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu di lakukannya pendalaman untuk mengetahui indikator-indikator lain yang nantinya dapat di gunakan untuk mengukur variable


(3)

113

produktivitas nasabah yang hasilnya bervariasi. Selain itu, perlu juga untuk menambah variabel yang lain selain variabel inovasi dan pengetahuan sehingga hasil penelitian-penelitian yang serupa akan memberikan informasi ilmiah yang lebih lengkap, mendalam, dan teruji yang pada akhirnya akan dapat memberikan sumbangan di dalam kepentingan memajukan bidang akademik atau dalam pengembangan bagi ilmu pengetahuan.

b. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, maka perlu menambah dan memperjelas indikator masing-masing variabel yang digunakan. Indikator yang lengkap akan tercermin dalam kuesioner, sehingga akan mempermudah responden dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.

2. Bagi perusahaan.

a. Berdasarkan temuan dalam penelitian menujukkan inovasi produk dan pengetahuan produk memiliki pengaruh terhadap produktivitas nasabah. Oleh sebab itu pihak instansi/perusahaan perlu meningkatkan fasilitas produk atau memperbarui produk yang sudah ada menjadi lebih unggul dari sebelumnya yang artinya bahwa produk tersebut mampu menarik masyarakat lebih banyak untuk menikmatinya. Begitu pula dalam memberikan kontribusi melalui komunikasi mengenai pengetahuan perihal produk-produk tersebut agar nasabah atau calon nasabah menjadi lebih paham maksud dari produk yang telah dikeluarkan. Dengan begitu


(4)

114

nasabah akan merasa bahwa pihak instansi memang benar-benar memberikan kontribusi sebagai partner sehingga mampu meningkatkan produktivitas bagi diri dan usaha nasabah tersebut. b. Hubungan yang sudah menjadi seperti keluarga bagi nasabah

merupakan sebuah hal yang memang harus dipertahankan. Tetap menjaga hubungan baik antara nasabah dan pihak instansi sehingga nantinya mampu saling merasakan manfaat dari pembiayaan yang sudah ditawarkan oleh pihak instansi.

3. Bagi penelitian selanjutnya

a. Peneliti menyarankan kepada peneliti lain yang akan meneliti permasalahan yang sama tentang pengaruh inovasi dan pengetahuan produk terhadap produktivitas nasabah pembiayaan mikro agar menggunakan dan atau menambah variable dalam penelitian yang akan di lakukan.

b. Selain menambah varibel saran yang dapat di berikan lagi adalah agar peneliti selanjnya menambah jumlah butir item pernyataan, karena semakin banyak pernyataan maka akan memunculkan sebuah jawaban yang bervarian sehingga mudah untuk mengujivaliditas maupun rebiabilitas dalam penelitiannya.


(5)

115

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga Terhadap Minat Beli Mie Sedaap Cup Jurnal Ilmu Manajemen,No. 4

(Vol. 2, Oktober, Panji. Manajemen Bisnis. Jakarta. PT Rineka Cipta. 1997.

Antoni, Ahmad, Kamus Lengkap Ekonomi, Gitamedia

Aulia Arief Nasution, “Analisis Kinerja Pemasaran Pt Alfa Scorpii Medan”,

Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis, No. 1, (Vol. 14, Maret 2014) Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta. Kencana. 2009. Everett, Rogers. Diffusions of Innovations (Inggris). Fifth Edition. Simon &

Schuster Publisher. 2003.

Ferdinand, Augusty. Manajemen Pemasaran: Sebuah Pendekatan Stratejik. Semarang. Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro. 2000.

GB, Voss, Voss ZG, “ Stategic Orientation and Firm performance in an Artistic

Environmen”, Journal of Marketing. Vol. 64. 2000.

Hendrawan S, Bayu dan Sri Setyo Iriani, “Pengaruh Inovasi Produk Dan Harga

2014)

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=categor y&id=124:statistik-ukm-2012&Itemid=93 09-11-2015 19:18

Hurley, Robert. F and Hult, G, Tomas. M, 1998, ”Inovation, Market Orientation,

and Organizational Learning: An Intergration and Empirical Examination”, Journal of Marketing, July.

J Stanton, William. Prinsip Pemasaran. Jakarta. Erlangga. 2001.

J, Ravianto. Produktivitas dan Manusia Indonesia. Jakarta. SIUP. 1991. J.C, Mowen dan Minor. Perilaku Konsumen. Jakarta. Erlangga. 1998. Kasmir. Pemasaran Bank. Jakarta. Kencana Prenada Media Grup. 2010.

Kotler , Philip, Amstrong. Prinsip-Prinsip Pemmasaran. Jakarta. Erlangga. 1997. Kotler , Philip, Amstrong. Prinsip-Prinsip Pemmasaran. Jakarta. Erlangga. 2001. Kotler , Philip. Manajemen Pemasaran,. Jakarta. Erlangga. 1986.

Kotler , Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta. Prenhalindo. 1997. Kotler , Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta. Erlangga. 2002.


(6)

116

L.G, Schiffman dan Kanuk, Lesley L. Consumer Behavior. New Jersey. Perason Prestice Hall. 2007.

Michael, Song X and Parry. “A Cross-National Comparative Study of New

Product Development Processes Japan and The United States”. Journal

of Marketing. Vol. 61. April. 2007.

Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta. UPP AMP YKPN. 2002. Nasution, Aulia Arief. “Analisis Kinerja Pemasaran Pt Alfa Scorpii Medan”.

Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis. No. 1. Vol. 14. Maret. 2014.

Peter, J. Paul, Jerry C. Olsom. Prilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta. Salemba Empat. 2014.

Prasetya, Dicky Imam. “Lingkungan Eksternal, Faktor Internal, dan Orientasi

Pasar Pengaruhnya terhadap Kinerja Pemasaran”, Jurnal Sains

Pemasaran, No. 3, Vol. 1.

Putti, Joseph M. Memahami Produktivitas. Jakarta. Binarupa Aksara. 1985. Siregar, Shofiyan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta. Kencana. 2013. Sucipto, Agus. Studi Kelayakan Bisnis. Malang. Erlangga. 2011.

Sugiyono. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta. 2006.

Suharjo, Bambang. Statistika Terapan: Disertai Contoh Aplikasi dengan SPSS. Edisi ke-1. Yogyakarta. Graha Ilmu. 2013.

Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Edisi 2. Bogor. Ghalia Indonesia. 2011.

Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi ke-7. Jakarta. Erlangga. 2009. Sutrisno, Edy. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Kencana. 2009. Umar, Husain. Metode Riset Bisnis. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003. Utami, Christina Whidya. ” Peningkatan Nilai Perusahaan Melalui Perbaikan

Produktivitas Dan Kualitas Pada Sektor Jasa Sebuah Analisis Konseptual”. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 1, Maret. 2002.

Wahyono, ”Orientasi Pasar dan Inovasi : Pengaruhnya Terhadap Kinerja

Pemasaran” (Studi kasus pada Industri Meubel di Kabupaten Jepara). Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol I, No 1 Program Magister Manajemen . Universitas Diponegoro. 2002.

Zulkifli, Sunarto. Panduan praktis Perbankan Syariah. Jakarta. Zikrul Hakim. 2003.


Dokumen yang terkait

Analisis Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Bank Syariah Muamalat Indonesia Kcp Gajah Mada Medan

44 199 106

PENGARUH MARKETING MIX TERHADAP PREFERENSI NASABAH PADA BANK BNI SYARIAH YOGYAKARTA

0 2 111

PENGARUH PERSONAL SELLING TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH DALAM PEMBELIAN PRODUK PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA WARUNG MIKRO ( Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri KCP Wirobrajan)

3 42 186

Pembiayaan Pada Bank Syariah

0 1 2

PENGARUH NILAI MARGIN PEMBIAYAAN TERHADAP MINAT NASABAH PADA PRODUK WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI KCP UNGARAN TUGAS AKHIR - PENGARUH NILAI MARGIN PEMBIAYAAN TERHADAP MINAT NASABAH PADA PRODUK WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI KCP UNGARAN - Test Reposi

0 0 98

PENGARUH RELIGIUSITAS, KUALITAS PELAYANAN DAN KEPUASAN NASABAH TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK BNI SYARIAH KCP MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

3 26 117

PENGARUH BUDAYA, PSIKOLOGIS, PELAYANAN, PROMOSI DAN PENGETAHUAN TENTANG PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH DALAM MEMILIH BANK SYARIAH (Studi Kakus Pada Nasabah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Khasanah Ummat)

0 0 14

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN NASABAH Survey Pada Nasabah Bank BNI Syariah Cabang Cirebon - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 23

PENGARUH STRATEGI PEMASARAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN NASABAH (Survey Pada Nasabah Bank BNI Syariah Cabang Cirebon) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 19

PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN PELAYANAN TERHADAP MINAT NASABAH MENABUNG DI BANK BNI SYARIAH (STUDI KASUS BANK BNI SYARIAH CAPEM PLERED) CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 20