Analisis Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Bank Syariah Muamalat Indonesia Kcp Gajah Mada Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PEMAHAMAN NASABAH TERHADAP PRODUK BANK SYARIAH MUAMALAT INDONESIA

KCP GAJAH MADA MEDAN

OLEH

ERNIWATI 080501042

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Bank Syariah Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat pemahaman nasabah terhadap produk-produk bank yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan. Produk-produk bank syariah tersebut adalah produk

Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Murabahah, dan Wadiah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada nasabah Bank Muamalat Indonesia, sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak Bank Muamalat Indonesia, buku, literatur, internet, dan media lainnya. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16,0.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat pemahaman nasabah terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia beragam. Tingkat pemahaman nasabah yang paling tinggi yaitu pemahaman terhadap produk mudharabah dan kemudian produk wadiah, sedangkan pemahaman terhadap produk murabahah, ijarah, dan musyarakah masih rendah. Hal ini karena mayoritas nasabah lebih banyak menggunakan produk mudharabah dan wadiah. Pada umumnya nasabah hanya memahami produk-produk yang mereka gunakan saja.

Kata kunci : Pemahaman, Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Murabahah,


(3)

ABSTRACT

The title of this research is the analysis of customer’s understanding about

Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan products. The purpose of

this research is to determine and to analyze the level of customer’s understanding

about the products offered by Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan. The products are Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Murabahah, and

Wadiah.

The data used in this research are primary data and secondary data. The collecting of the primary data is done by giving the questionnaire to the customer of Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan, while the secondary data are obtained from Bank Muamalat Indonesia, books, literature, internet and others. The analysis method that used in this research is descriptive analysis using SPSS 16,0 version.

The result of this research indicate that the level of customer’s

understanding about the products offered by Bank Muamalat Indonesia is diverse.

The highest level of customer’s understanding is about Mudharabah and the second is Wadiah. While the understanding about Murabahah, ijarah, and

Musyarakah are still low. It is because the customers used the product of

Mudharabah and Wadiah larger than other products as Musyarakah, Murabahah, and Ijarah. Generally, the customers only understand about the product they use.

Keywords : The Understanding, Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Murabahah,

Wadiah


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisis Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Bank Syariah Muamalat Indonesia KCP

Gajah Mada Medan”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu tanggung jawab penulis untuk melengkapi sebagian persyaratan untuk menyelesaikan perkuliahan di jenjang studi strata-1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Orang tua tercinta penulis, Ayahanda Sutarno dan Ibunda Nurliana yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa, dukungan moril maupun materil. Kepada kakak saya Nurma Yusnita dan Adik saya Yunita Sari, serta saudari saya Rizky Silvia Lubis, SE yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution M.Si selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembanding penulis yang telah memberikan kritik, saran dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis, memberikan saran, pengarahan, petunjuk-petunjuk, dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. 7. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si, selaku dosen pembanding penulis yang

telah memberikan kritik, saran dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Dra. T. Diana Bakti, M.Si selaku Dosen Wali yang telah memberikan saran dan masukan selama perkuliahan.

9. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

10.Seluruh Staff dan Karyawan Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam penyelesaian kelengkapan administrasi penulis.

11.Pimpinan, Staff dan Karyawan Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi selama penyusunan skripsi ini.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat semua pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, April 2012 Penulis

ERNIWATI 080501042


(7)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 9

1.4.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Lingkup Bank ... 11

2.1.1. Sejarah Bank ... 11

2.1.2. Definisi Bank ... 12

2.1.3. Jenis-jenis Bank ... 13

2.2. Bank Syariah ... 18

2.2.1. Sejarah Perbankan Syariah ... 18

2.2.2. Definisi Bank Syariah ... 19

2.2.3. Produk-produk Bank Syariah ... 20

2.2.4. Prinsip-prinsip Operasional Perbankan Syariah ... 29

2.2.5. Keunggulan Bank Syariah ... 30

2.3. Perbedaan Antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah .. 33

2.4. Penelitian Terdahulu ... 35

2.5. Kerangka Konseptual ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 37

3.2.Tempat dan Waktu penelitian ... 37

3.3.Batasan Operasional ... 37

3.4.Definisi Operasional ... 37

3.5.Populasi dan Sampel Penelitian... 38

3.6.Jenis Data ... 39

3.7.Metode Pengumpulan Data ... 39


(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia ... 41

4.1.1. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia ... 41

4.1.2. Profil Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan ... 43

4.1.3. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia ... 44

4.1.3.1. Visi Bank Muamalat Indonesia ... 44

4.1.3.2. Misi Bank Muamalat Indonesia ... 44

4.1.4. Tujuan Bank Muamalat Indonesia ... 44

4.1.5. Jenis Kegiatan dan Usaha Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan ... 45

4.1.5.1. Produk Pendanaan ... 45

4.1.5.2. Produk Pembiayaan ... 49

4.1.6. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan ... 52

4.2. Profil Responden ... 52

4.2.1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

4.2.2. Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 54

4.2.3. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan ... 54

4.2.4. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pekerjaan ... 55

4.2.5. Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah di Bank Muamalat Indonesia ... 57

4.3. Deskripsi Penelitian ... 58

4.3.1. Alasan Memilih Produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 58

4.3.2. Keuntungan yang diperoleh Nasabah dari Produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 60

4.3.3. Syarat dan Ketentuan yang diterapkan pada produk Bank Muamalat Indonesia ... 62

4.3.4. Media Nasabah Mengetahui Produk Bank Muamalat Indonesia ... 63

4.3.5. Tingkat Pemahaman Nasabah tentang prinsip-prinsip yang diterapkan pada produk Bank Muamalat Indonesia dan Tingkat Pendidikan ... 65

4.3.6. Tingkat Pemahaman Nasabah tentang prinsip-prinsip yang diterapkan pada produk Bank Muamalat Indonesia dan Lama Menjadi Nasabah ... 67


(9)

4.3.7. Pemahaman Nasabah terhadap Produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP

Gajah Mada Medan ... 69

4.3.7.1. Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap Produk mudharabah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 70

4.3.7.2. Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap Produk Musyarakah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 72

4.3.7.3. Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap Produk Ijarah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 74

4.3.7.4. Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap Produk Murabahah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 76

4.3.7.5. Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap Produk Wadiah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 78

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 81

5.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal.

2.1 Perbedaan Bagi Hasil dengan sistem Bunga ... 34

2.2 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 35

4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

4.2 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 54

4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan ... 55

4.4 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Pekerjaan ….. 56 4.5 Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah di Bank

Muamalat Indonesia ... 57 4.6 Alasan Nasabah Memilih Produk yang ditawarkan oleh Bank

Muamalat Indonesia ... 59 4.7 Keuntungan yang diperoleh Nasabah dari Produk-produk yang

ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 61 4.8 Syarat dan Ketentuan yang diberlakukan pada Produk-produk yang

ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia... 62 4.9 Media Nasabah Mengetahui Produk-Produk yang ditawarkan oleh

Bank Muamalat Indonesia ... 64 4.10 Tingkat Pemahaman Nasabah Terhadap Prinsip-prinsip yang

diterapkan pada Produk Bank Muamalat Indonesia dan Tingkat Pendidikan ...

66

4.11 Tingkat Pemahaman Nasabah Terhadap Prinsip-prinsip yang diterapkan pada Produk Bank Muamalat Indonesia dan Lama Menjadi Nasabah ...

68

4.12 Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap Produk mudharabah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ...

71 4.13 Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap Produk Musyarakah yang

ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 73 4.14 Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap Produk Ijarah yang

ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 75 4.15 Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap Produk Murabahah yang

ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 77 4.16 Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap Produk Wadiah yang

ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia ... 79


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal.

2.1 Kerangka Konseptual Pemahaman Nasabah terhadap Produk-produk Bank Muamalat Indonesia ...

36 4.1 Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah

Mada Medan ... 52 4.2 Alasan Nasabah Memilih Produk Bank Muamalat Indonesia 60 4.3 Syarat dan Ketentuan yang diterapkan pada produk Bank

Muamalat Indonesia ... 63 4.4 Media Nasabah dalam Mengenal Produk Bank Muamalat

Indonesia ... 65 4.5 Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap produk Mudharabah 72 4.6 Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap produk Musyarakah 74 4.7 Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap produk Ijarah ... 76 4.8 Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap produk Murabahah 78 4.9 Tingkat Pemahaman Nasabah terhadap produk Wadiah ... 80


(12)

DAFTAR SINGKATAN ATM = Automatic Teller Machine

BMI = Bank Muamalat Indonesia BMT = Baitul Maal Wat Tamwil

BNI = Bank Negara Indonesia BPD = Bank Pembangunan Daerah BPR = Bank Perkreditan Rakyat

BPRS = Bank Perkreditan Rakyat Syariah BUS = Bank Umum Syariah

ICMI = Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia KCP = Kantor Cabang Pembantu

Ket = Keterangan

LKI = Lembaga Keuangan Islam LKM = Lembaga Keuangan Mikro

MAGHRIB = Maysir, gharar, haram, riba, dan bathil MEPS = Malaysia Electronic Payment System

MUI = Majelis Ulama Indonesia MUNAS = Musyawarah Nasional ONH = Ongkos Naik Haji PNS = Pegawai Negeri Sipil POLRI = Polisi Republik Indonesia SBI = Sertifikat Bank Indonesia SGD = Singapore Dollar

SMA = Sekolah Menengah Atas SOPP = System Online Payment Point

SPSS = Statistic Product and Service Solution

TNI = Tentara Nasional Indonesia US = United State

USD = United State Dollar

UU = Undang-Undang UUS = Unit Usaha Syariah


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Pemahaman Nasabah Terhadap Produk Bank Syariah Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat pemahaman nasabah terhadap produk-produk bank yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan. Produk-produk bank syariah tersebut adalah produk

Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Murabahah, dan Wadiah.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada nasabah Bank Muamalat Indonesia, sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak Bank Muamalat Indonesia, buku, literatur, internet, dan media lainnya. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16,0.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat pemahaman nasabah terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia beragam. Tingkat pemahaman nasabah yang paling tinggi yaitu pemahaman terhadap produk mudharabah dan kemudian produk wadiah, sedangkan pemahaman terhadap produk murabahah, ijarah, dan musyarakah masih rendah. Hal ini karena mayoritas nasabah lebih banyak menggunakan produk mudharabah dan wadiah. Pada umumnya nasabah hanya memahami produk-produk yang mereka gunakan saja.

Kata kunci : Pemahaman, Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Murabahah,


(14)

ABSTRACT

The title of this research is the analysis of customer’s understanding about

Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan products. The purpose of

this research is to determine and to analyze the level of customer’s understanding

about the products offered by Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan. The products are Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Murabahah, and

Wadiah.

The data used in this research are primary data and secondary data. The collecting of the primary data is done by giving the questionnaire to the customer of Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan, while the secondary data are obtained from Bank Muamalat Indonesia, books, literature, internet and others. The analysis method that used in this research is descriptive analysis using SPSS 16,0 version.

The result of this research indicate that the level of customer’s

understanding about the products offered by Bank Muamalat Indonesia is diverse.

The highest level of customer’s understanding is about Mudharabah and the second is Wadiah. While the understanding about Murabahah, ijarah, and

Musyarakah are still low. It is because the customers used the product of

Mudharabah and Wadiah larger than other products as Musyarakah, Murabahah, and Ijarah. Generally, the customers only understand about the product they use.

Keywords : The Understanding, Mudharabah, Musyarakah, Ijarah, Murabahah,

Wadiah


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kegiatan perekonomian suatu negara selalu berkaitan dengan lalu lintas pembayaran uang, dimana industri perbankan mempunyai peranan yang sangat strategis, yakni sebagai urat nadi sistem perekonomian. Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau jenis pinjaman lainnya. Dengan kata lain, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah mempunyai fungsi sebagai intermediary service, baik perbankan konvensional maupun syariah. Perbankan dapat melaksanakan peran tersebut jika perbankan beroperasi dalam keadaan sehat dan dalam lingkungan bisnis yang kondusif.

Perbankan syariah menunjukkan kinerja dan kontribusi yang signifikan bagi industri perbankan, kinerja ini semakin nyata ketika krisis ekonomi melanda indonesia. Ketika perbankan konvensional banyak yang terpuruk, perbankan syariah relatif menunjukkan perkembangan. Krisis ekonomi tersebut memberikan dampak yang cukup besar pada industri perbankan. Pada bulan oktober 1997, dilaksanakan likuidasi terhadap 16 bank swasta nasional. Hal ini menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan nasional. Meskipun pemerintah menjamin keamanan dana yang disimpan nasabah baik di bank pemerintah maupun di bank swasta nasional melalui pengumuman pada tanggal 27 Januari 1998, dampak likuidasi tidak terelakkan. Para nasabah yang menyimpan dana mereka di bank-bank tersebut terdorong untuk menarik dana


(16)

mereka karena takut akan terjadinya kemungkinan pelaksanaan likuidasi lanjutan yang berdampak pada keamanan dana yang mereka simpan di bank-bank tersebut. Pemerintah berupaya menarik dana masyarakat dengan menaikkan suku bunga dengan tujuan untuk menekan inflasi dan mendorong apresiasi nilai tukar rupiah. Namun, peningkatan suku bunga tersebut menimbulkan negative spread.

Negative spread merupakan keadaan dimana bank mengalami kesulitan likuiditas karena beban bunga lebih besar dari pendapatannya.

Perbankan konvensional dengan sistem bunganya dalam beberapa hal terbukti gagal dalam membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya efek negatif yang ditimbulkan oleh sistem bunga yang diterapkan pada bank konvensional terhadap inflasi, investasi, produksi, pengangguran, dan kemiskinan hingga memporak-porandakan hampir semua aspek sendi kehidupan ekonomi dan sosial politik, sedangkan pada bank syariah, sistem yang digunakan adalah bagi hasil pada akhir tahun (bukan sistem bunga seperti yang dilakukan pada bank konvensional). Return yang diberikan oleh perbankan syariah kepada nasabah pemilik dana ternyata lebih tinggi dari pada bunga yang diberikan oleh bank konvensional. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa bank syariah tetap kokoh dan tidak terpengaruh oleh krisis yang terjadi (Amir-Rukmana, 2010 : 6). Bank syariah dalam menjalankan operasinya tidak hanya bersandarkan pada syariah saja sehingga transaksi dan aktivitasnya menjadi halal tetapi bank syariah mempunyai sifat yang terbuka yaitu bank syariah tidak mengkhususkan diri bagi nasabah muslim saja tetapi juga bagi non-muslim (Amir-Rukmana, 2010 : 7). Perbankan syariah sebagai bagian dari sebuah


(17)

sistem perekonomian merupakan alternatif dan problem solver dari berbagai permasalahan yang ada (Hilman, 2003 : 4).

Eksistensi perkembangan perbankan syariah telah menimbulkan berbagai perbedaan yang signifikan terutama dalam hal penentuan harga dan imbalan atas penggunaan dana. Perbankan syariah merupakan satu lembaga intermediasi yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat. Aktivitas perbankan syariah dijalankan berdasarkan etika dan prinsip-prinsip Islam sehingga bebas dari kegiatan spekulatif non-produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar), bebas dari unsur riba (bunga), bebas dari perkara yang tidak sah (bathil), dan hanya membiayai usaha-usaha yang halal. Bank syariah memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah jual-beli dan bagi hasil dalam operasinya, sehingga bank ini sering juga dipersamakan dengan bank tanpa bunga (Lubis, 2010 : 101).

Perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat menunjukkan bahwa sistem perbankan syariah mendapat tempat yang baik dikalangan masyarakat Indonesia dimana sebagian besar penduduk indonesia adalah kaum muslimin. Hal ini di buktikan dengan semakin banyaknya bank yang menerapkan dual banking system dimana bank-bank yang sudah menerapkan sistem perbankan konvensional membentuk unit-unit perbankan syariah dengan menerapkan sistem perbankan syariah. Keberadaan bank-bank syariah, baik yang beroperasi secara stand-alone

maupun sebagai unit-unit operasional dari bank-bank konvensional, merupakan upaya yang dilakukan oleh bank untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Masyarakat dapat memilih dan menentukan apakah akan


(18)

menggunakan jasa perbankan konvensional atau perbankan syariah berdasarkan pertimbangan bisnis yang rasional.

Pendirian bank syariah dimaksudkan untuk menghindari sistem bunga yang dilarang karena sistem bunga dapat menimbulkan keburukan atau kemudaratan bagi masyarakat. Keburukan atau kemudaratan yang dapat di timbulkan sistem bunga begitu besar dan luas sehingga sistem bunga ini secara tegas dilarang oleh agama (Lubis, 2010 : 101). Larangan tentang sistem bunga ini dapat dijumpai dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 275. Terjemahan ayat

tersebut adalah: “...Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba...”, selain itu Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 161 juga menyebutkan tentang larangan

riba. Terjemahan ayat tersebut adalah: “ Dan disebabkan memakan riba, padahal

sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya...”.

Lahirnya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 memberi angin baru, secara implisit telah dibuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil (Hilman, 2003 : 117). Regulasi ini dijadikan dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda di Indonesia. Kemudian, keluar UU No. 10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Undang-undang ini memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah. Sejak diberlakukannya Undang-undang Perbankan Tahun 1998, pada periode 1998 sampai dengan tahun 2004, pertumbuhan bank syariah sangat pesat. Peningkatan jumlah bank dari 1 bank umum syariah dan 85 BPRS menjadi 3 bank umum syariah, 88 BPRS, dan 15 UUS dari bank umum konvensional terjadi pada


(19)

periode itu (Amir- Rukmana, 2010 : 65). Salah satunya adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang didirikan pada tahun 1991, namun baru mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992. Berawal dari rekomendasi Lokakarya MUI tentang Bunga Bank dan Perbankan pada tanggal 18-20 Agustus di Cisarua Bogor, kemudian dipertegas dalam Munas VI tanggal 22-25 Agustus 1990. Hasil Lokakarya ini didukung oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), sebagai tindak lanjut tahun 1991 ditandatangani akta pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Umum Syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI. Pada tanggal 1 November 1991, akte pendirian BMI ditandatangani. Bank ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Saat ini Bank Muamalat Indonesia sudah memiliki cabang yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan kota besar lainnya.

Pertumbuhan bank syariah di Indonesia menunjukkan laju yang cukup signifikan pada semester pertama, yaitu pada Januari - Juli 2009. Berdasarkan informasi yang dilansir dalam data statistik perbankan syariah BI per juli 2009, total aset perbnkan syariah berada diangka Rp. 57,4 triliun. Total aset 57,4 triliun ini merupakan gabungan dari aset Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Pada Desember 2008, total aset bank syariah sebesar Rp. 49,5 triliun. Pada maret 2009, aset bank syariah mengalami kenaikan menjadi Rp. 51,6 triliun dan pada Juli 2009 tumbuh menjadi Rp. 55,6 triliun. Data ini belum termasuk kumpulan aset yang dihimpun oleh BPRS sebesar Rp. 1,8 triliun pada juli 2009. Namun demikian, pertumbuhan


(20)

bank syariah pernah menorehkan catatan sejarah yang spektakuler dengan pencapaian pertumbuhan sebesar 261,18% pada Desember 2002 dengan total aset sebesar RP. 4.05 triliun dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya (http://economy.okezone.com).

Disamping pertumbuhan yang besar, perkembangan perbankan syariah di Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh perbankan syariah adalah banyaknya tudingan yang mengatakan bahwa bank syariah hanya sekedar perbankan konvensional ditambah dengan label syariah. Tantangan lainnya adalah bagaimana cara untuk menonjolkan ciri khas perbankan syariah, yakni bank yang secara langsung membangun sektor riil dengan prinsip keadilan. Selain itu, perbankan syariah juga memiliki tantangan dari sisi pemahaman sebagian masyarakat yang masih rendah terhadap operasional bank syariah, dan juga terhadap produk-produk apa yang ditawarkan oleh bank syariah kepada nasabah. Masyarakat secara sederhana masih beranggapan bahwa dengan tidak dijalankannya sistem bunga, bank syariah tidak akan memperoleh pendapatan. Konsekuensinya adalah bank syariah akan sulit untuk bertahan. Tantangan lain yang juga dihadapi oleh bank syariah yaitu masih banyak masyarakat yang masih takut untuk menabung di bank syariah, disebabkan minimnya pemahaman masyarakat mengenai prinsip-prinsip sistem ekonomi Islam di dunia perbankan. Sebagian besar dari masyarakat hanya melihat nilai tambah bank syariah lebih halal dan selamat, lebih menjanjikan untuk kebaikan akhirat, dan juga lebih berorientasi pada menolong antar sesama dibandingkan dengan bank konvensional. Hal-hal tersebut benar, namun bank


(21)

syariah juga memiliki keuntungan duniawi karena produk-produknya tidak kalah bersaing dengan bank-bank konvensional dan juga bagi hasil yang ditawarkan tidak kalah menguntungkan dibandingkan dengan bunga.

Kurangnya sosialisasi yang dilakukan terhadap prinsip dan sistem ekonomi syariah mengakibatkan pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah menjadi rendah, termasuk tentang produk-produk yang ditawarkan oleh bank syariah. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei Bank Indonesia 2000-2001 tentang pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah. Survei yang bekerja sama dengan beberapa universitas terkenal ini meliputi empat provinsi di Jawa, ditambah Sumatera Barat dan Jambi. Hasil dari survei tersebut menunjukkan bahwa dari 5.585 responden, hanya 11% yang mengaku paham dan memanfaatkan produk syariah. Padahal, yang mengatakan bunga bank itu tidak sesuai dengan agama ada 42%. Artinya, terjadi kesenjangan antara kebutuhan dan pengetahuan masyarakat terhadap produk-produk bank syariah (Hilman : 2003). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap keunikan sistem produk dan jasa bank syariah masih rendah. Sedangkan mengenai pengetahuan tentang keberadaan sistem bank syariah cukup tinggi, hanya saja masyarakat kurang mengetahui tentang seluk-beluk keunikan produk dan jasa yang ditawarkan bank syariah. Alhasil, permintaan rendah dan perbankan pun

kelimpungan dalam hal memasarkan produk syariahnya.

Kurangnya sosialisasi dapat mempengaruhi persepsi dan sikap masyarakat terhadap bank syariah. Akibat dari sosialisasi yang sedikit, maka pemahaman nasabah terhadap bank syariah baik terhadap operasional bank syariah dan juga


(22)

terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh bank syariah juga dapat dikatakan masih rendah. Salah satu hal yang membuat nasabah kurang paham tentang produk yang ditawarkan oleh bank syariah adalah penggunaan idiom-idiom bahasa Arab yang kurang populer di masyarakat. Masih banyak nasabah yang tidak tahu tentang arti dari produk-produk bank syariah tersebut, misalnya saja produk mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan wadi’ah. Pemahaman nasabah terhadap produk bank syariah dapat mempengaruhi mereka dalam menentukan keinginan mereka untuk menabung di bank tersebut sehingga hal ini akan berpengaruh pada jumlah nasabah di bank syariah tersebut.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis pemahaman nasabah terhadap produk Bank Syariah Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah nasabah paham terhadap produk mudharabah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan ?

2. Apakah nasabah paham terhadap produk musyarakah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan ?

3. Apakah nasabah paham terhadap produk Ijarah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan ?

4. Apakah nasabah paham terhadap produk murabahah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan ?


(23)

5. Apakah nasabah paham terhadap produk wadi’ah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan ?

1.3.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Apakah nasabah paham terhadap produk mudharabah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan.

2. Apakah nasabah paham terhadap produk musyarakah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan.

3. Apakah nasabah paham terhadap produk Ijarah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan.

4. Apakah nasabah paham terhadap produk murabahah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan.

5. Apakah nasabah paham terhadap produk wadiah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan studi atau literatur tambahan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya.

2. Sebagai informasi dan masukan untuk lembaga akademis sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.


(24)

3. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa atau mahasiswi ataupun peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis selanjutnya.

4. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi-instansi yang terkait, khususnya Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Lingkup Bank

2.1.1. Sejarah Bank

Usaha perbankan baru dimulai dari zaman Babylonia kemudian dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan Romawi. Orang-orang Babylonia padda zaman dahulu menyimpan uang mereka di kuil-kuil yang dijaga oleh para pendeta agar uang mereka tidak mengalami pencurian. Di Greek, masyarakat menyimpan uang mereka di gereja-gereja kebangsaan seperti gereja Delphi, Delos dan Ephesus (Mohammad Muslehuddin, 1998 pada Lubis, 2010 : 2). Dalam perkembangan selanjutnya, golongan Yahudi telah menentang disiplin gereja dalam hal pengendalian uang mereka. Firma Yahudi mulai memberi pinjaman uang dengan mengenakan bunga kepada pihak peminjam (Lubis, 2010 : 2).

Perkembangan perbankan semakin pesat seiring dengan perkembangan perdagangan dunia. Hal ini dikarenakan perkembangan perbankan tidak terlepas dari perkembangan dunia perdagangan. Perkembangan perdagangan semula hanya di daratan Eropa akhirnya menyebar ke Asia Barat. Bank-bank yang sudah terkenal di Eropa saat itu adalah Bank Venesia tahun 1171, kemudian pada tahun 1320 disusul oleh Bank of Genoa dan Bank of Barcelona (Kasmir, 2008 : 30).

Berdirinya institusi perbankan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran dan pengaruh dari pihak penjajah Belanda. Sebelum Perang Dunia II, di Indonesia telah terdapat beberapa institusi perbankan yang sebagiannya merupakan bank milik bangsa lain seperti The Charered Bank of India yang


(26)

merupakan bank milik Inggris, The Yokohama Species Bank dan The Mitsui Bank

adalah bank milik Jepang, dan sebagainya (Lubis, 2010 : 3). Perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi pada zaman kemerdekaan. Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi terhadap beberapa bank Belanda. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain:

a. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi BNI 1946

b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari De Algemene Volk Crediet Bank atau Syomin Ginko

c. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan. 2.1.2. Definisi Bank

Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Bank juga dikenal sebagai tempat meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan pinjaman. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan pembayaran lainnya (Kasmir, 2008 : 25). Bank juga merupakan lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan seperti kredit, tabungan, pembayaran jasa, dan melakukan fungsi-fungsi keuangan lainnya secara profesional.

Eksistensi institusi perbankan di Indonesia diatur dengan undang-undang tersendiri yaitu undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Dengan adanya Undang-Undang tersebut, maka diharapkan perbankan memiliki


(27)

dasar hukum yang pasti, sehingga perbankan dapat menjalankan semua aktivitasnya dengan baik. Dengan demikian perbankan dapat memberikan sumbangan kepada pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa “ bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Definisi ini

menunjukkan bahwa objek aktivitas utama bank adalah masyarakat luas, hal ini dikarenakan dana yang terhimpun dari masyarakat akhirnya akan disalurkan kepada masyarakat lagi.

Menghimpun dana dari masyarakat luas merupakan kegiatan utama perbankan yang kemudian dikenal dengan istilah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan (Kasmir, 2008 : 26). Jenis simpanan tersebut dapat berupa giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito berjangka.

2.1.3. Jenis-jenis Bank

1. Jenis Bank Menurut Kepemilikannya

Kepemilikan bank dapat dilihat dari penguasaan saham dan juga akta pendirian bank tersebut. Dalam hal ini bank-bank yang ada dibedakan menjadi:


(28)

a. Bank Milik Pemerintah

Bank Milik Pemerintah merupakan jenis bank yang akta pendirian dan modal bank tersebut dimiliki oleh pemerintah sehingga semua keuntungan yang diperoleh dari operasinya akan menjadi milik pemerintah, misalnya Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46).

b. Bank Milik Pemerintah Daerah

Bank Milik Pemerintah daerah adalah jenis bank yang pemilik bank tersebut merupakan pemerintah daerah tertentu, misalnya BPD Sumatera Utara.

c. Bank Milik Swasta

Bank milik swasta seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional dan akta pendiriannya didirikan oleh pihak swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional adalah Bank Muamalat.

d. Bank Milik Asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun milik pemerintah asing, kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh bank asing adalah American Express Bank.


(29)

e. Bank Milik Koperasi

Bank Milik Koperasi adalah jenis bank yang saham-sahamnya dimiliki perusahaan yang berbadan hukum koperasi, misalnya Bank Umum Koperasi Indonesia.

f. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan saham Bank Milik Campuran secara mayoritas dipegang oleh warga negara indonesia. Contoh bank milik campuran adalah Sumitomo Niaga Bank.

2. Jenis Bank Menurut Status atau Kedudukan

Menurut Kasmir (2008), jenis Bank menurut status atau kedudukannya dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Bank Devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers check, pembukaan dan pembayaran letter of credit, dan transaksi lainnya. Bank Indonesia menentukan persyaratan untuk menjadi Bank Devisa.

b. Bank Non Devisa

Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa. Bank Non Devisa tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Transaksi yang dilakukan bank non devisa masih dalam batas-batas negara.


(30)

3. Jenis Bank Menurut Target Pasar

Salah satu pelayanan bank dapat ditinjau berdasarkan target pasar yang menjadi sasaran. Berdasarkan target pasar, bank-bank yang ada dibagi kepada:

a. Retail Bank

Retail Bank merupakan bank yang kegiatannya memberikan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah yang berskala kecil. Retail Bank memberikan jasa pinjaman kredit tidak lebih dari Rp. 20 Milyar.

b. Corporate Bank

Corporate bank adalah bank yang memberikan pelayanan dan transaksi kepada nasabah yang berskala besar, biasanya berbentuk korporasi. Namun, dalam hal ini tidak berarti semua nasabah wajib berbentuk perusahaan.

c. Retail Corporate Bank

Retail Corporate Bank adalah bank yang memberikan pelayanan tidak hanya kepada kelompok retail tetapi juga perusahaan-perusahaan besar. Jenis bank ini memberikan pelayanan kepada semua jenis nasabah baik nasabah besar maupun nasabah kecil.

4. Jenis Bank Menurut Kegiatannya

Jenis bank menurut kegiatannya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: a. Bank Umum

Bank umum merupakan bank yang kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran baik secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah.


(31)

b. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang kegiatan usahanya tidak memberikan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran baik secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

5. Jenis Bank Menurut Prinsip Operasinya

Jenis bank menurut prinsip operasinya dapat dibedakan menjadi: a. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional

Bank berdasarkan prinsip konvensional merupakan bank-bank yang beroperasi dengan menggunakan sistem bunga dan fee based untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Sebagai harga terhadap produk atau jasa yang digunakan oleh nasabah, pihak bank akan membebankan sejumlah bunga atau fee kepada para nasabah. Demikian juga sebaliknya, untuk berbagai jenis simpanan yang dipercayakan pihak nasabah kepada bank, pihak perbankan akan memberikan sejumlah imbalan bunga kepada nasabah.

b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

Bank berdasarkan prinsip syariah merupakan suatu lembaga intermediasi yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktivitasnya dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip Islam sehingga bebas dari unsur riba (bunga), bebas dari kegiatan spekulatif non produktif


(32)

(maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar), bebas dari perkara yang tidak sah (bathil), dan hanya membiayai usaha-usaha yang halal.

Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah, penentuan keuntungannya adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)

b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah) c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan

(ijarah)

e. Adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah juga menentukan biaya sesuai dengan Syariah Islam (Kasmir, 2008 : 42).

2.2. Bank Syariah

2.2.1. Sejarah Perbankan Syariah

Kegiatan bank syariah yang pertama sekali dilakukan di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Kemudian berdiri Islamic Rural Bank di desa It Gahmr Bank di Mesir pada tahun1963. Bank ini beroperasi di pedesaan dan masih berskala kecil. Di Uni Emirat Arab, berdiri Dubai Islamic Bank pada tahun 1975. Kemudian di Kuwait pada tahun 1977 berdiri Kuwait Finance House

yang beroperasi tanpa bunga. Selanjutnya kembali di Mesir pada tahun 1978 berdiri Bank Syariah yang diberi nama Faisal Islamic Bank. Langkah ini


(33)

kemudian diikuti oleh Islamic International Bank for Investment and Development Bank. Di Siprus berdiri Faisal Islamic Bank of Kibris pada tahun 1983. Kemudian di Malaysia, Bank Syariah lahir pada tahun 1983 dengan nama

Bank Islam Malaysia Berhad dan pada tahun 1999 lahir pula Bank Bumi Putera Muamalah. Di Iran sistem perbankan syariah mulai berlaku secara nasional pada tahun 1983 sejak dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan Islam. Kemudian di Turki pada tahun 1984 hadir bank syariah dengan nama Daar al-Maal al-Islami serta Faisal Finance Institution dan mulai beroperasi pada tahun 1985 (Kasmir, 2008 : 187-188).

Pendirian bank syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya tiga Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) di Bandung pada tahun 1991 dan PT BPRS Heraukat di Nangroe Aceh Darussalam. Pendirian bank syariah ini diprakarsai

oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Lokakarya “ Bunga Bank dan Perbankan” di Cisarua, Bogor, 18-20 Agustus 1990. Hal ini dibahas dalam Munas IV MUI yang kemudian dibentuk tim kerja untuk mendirikan bank syariah di Indonesia sehingga berdirilah PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dan beroperasi pada tahun 1992.

BMI merupakan bank syariah yang pertama didirikan di Indonesia. Perkembangan BMI agak lambat bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank syariah, pada tahun 2005, jumlah bank syariah di indonesia telah bertambah menjadi dua puluh unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit syariah. Sementara itu, jumlah BPRS hingga akhir tahun 2004 bertambah menjadi 88 buah (Amir-Rukmana, 2010 : 20).


(34)

2.2.2. Definisi Bank Syariah

Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa perancis, dan banco dalam bahasa italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan sebagainya. Dalam Al-qur’an, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit. Tetapi, jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak, dan kewajiban maka semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat, sadaqah, ghanimah (harta rampasan perang), bai’ (jual-beli), dayn (utang dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi.

Pada umumnya bank syariah merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 2.2.3. Produk-produk Bank Syariah

Sama seperti bank konvensional, bank syariah juga menawarkan berbagai macam produk perbankan kepada para nasabahnya. Produk-produk yang ditawarkan perbankan syariah merupakan produk yang Islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Produk-produk dan jasa-jasa yang ditawarkan oleh perbankan syariah kepada nasabahnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana, dan produk jasa.


(35)

a. Produk Penghimpunan Dana

Perbankan Syariah menghimpun dananya dalam bentuk tabungan, deposito, dan giro. Penghimpunan dana pada bank syariah dilakukan berdasarkan prinsip Wadiah dan Mudharabah. Pada produk rekening giro, prinsip yang diterapkan adalah prinsip wadiah, sedangkan prinsip

Mudharabah diterapkan pada produk bank seperti tabungan dan deposito.

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Huda-Heykal, 2010 : 87). Secara Umum ada 2 macam wadiah yakni Wadiah Yad Al Amanah dan

Wadiah Yad Adh Dhamanah. Pada Wadiah Yad Al Amanah, penerima titipan tidak boleh memanfaatkan harta ataupun barang yang dititipkan oleh si penitip, sedangkan pada Wadiah Yad Adh Dhamanah penerima titipan boleh memanfaatkan harta ataupun barang yang dititipkan oleh si penitip.

Pada prinsip wadiah, keuntungan dan kerugian dari kegiatan penyaluran dana yang dilakukan oleh bank merupakan hak milik dan tanggung jawab pihak bank, sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak ikut menanggung resiko yang terjadi. Pihak bak dapat memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik minat masyarakat dalam menyimpan dananya pada perbankan syariah tetapi hal tersebut tidak boleh diperjanjikan dari awal.

Lain halnya dengan prinsip mudharabah. Dalam hal ini pemilik dana dianggap sebagai shabibul maal, sementara pihak perbankan sebagai pihak


(36)

yang mengelola dana atau mudharib. Pada prinsip ini, pihak bank dapat menggunakan dana tersebut, misalnya untuk kegiatan jual beli dengan memberitahukan margin keuntungan tertentu (murabahah) atau untuk kegiatan sewa (ijarah) (Lubis, 2010 : 111).

b. Produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana biasanya dikenal dengan nama produk pembiayaan, pada bank syariah. Adapun produk pembiayaaan tersebut dikategorikan dalam empat konsep pembiayaan, yaitu:

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

Untuk memperoleh keuntungan, perbankan syariah menerapkan sistem bagi hasil dalam melakukan kegiatannya. Prinsip bagi hasil yang diterapkan dalam pembiayaan dapat dilakukan dalam empat akad utama yaitu:

1. Mudharabah

Mudharabah merupakan akad kerja sama antara dua pihak, dimana pihak yang pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal dan pihak lain (mudharib) menjadi pengelola modal. Keuntungan dari pembiayaan

Mudharabah dibagi berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam kontrak perjanjian. Pemilik modal (shahibul maal) akan menanggung kerugian selama kerugian yang terjadi bukanlah berasal dari kelalaian pengelola modal (mudharib). Namun jika kerugian berasal dari kelalaian pengelola modal (shahibul maal) maka yang bertanggung jawab atas kerugian tersebut adalah pengelola modal (shahibul maal) itu sendiri. Dalam pembiayaan mudharabah


(37)

modal usaha 100% dipenuhi oleh shahibul maal sedangkan mudharib

menyumbangkan keahlian, tenaga, waktu dan sebagainya. Mudharabah

biasanya diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti pembiayaan modal kerja.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib,

Mudharabah terbagi dalam dua jenis yaitu: mudharabah mutlaqah dan

mudharabah muqayyadah (Triandaru-Budisantoso, 2008 : 160). Pada

Mudharabah mutlaqah, Shahibul maal memberikan kekuasaan penuh pada si

mudharib untuk mengelola modal, Mudharib tidak dibatasi mengenai tempat, tujuan maupun jenis usahanya, sedangkan pada mudharabah muqayyadah,

seorang Mudharib dibatasi mengenai tempat, tujuan maupun jenis usahanya,

Mudharib harus mengikuti persyaratan yang telah ditentukan oleh Shahibul maal.

2. Musyarakah

Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melaksanakan suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberi kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati di awal perjanajian (Sudarsono, 2003: 67). Kontribusi dalam Musyarakah dapat berupa sumber daya yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Musyarakah biasanya diaplikasikan dalam pembiayaan berbagai macam proyek.


(38)

3. Al - Muzara’ah

Al-Muzara’ah merupakan akad kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kapada penggarap untuk ditanami dengan produk pertanian. Penggarap akan mendapatkan imbalan dari hasil panen tersebut. Dalam perbankan,

al-muzara’ah diaplikasikan dalam bidang platation atas dasar bagi hasil panen. Pemilik lahan menyediakan lahan, benih dan pupuk, sedangkan penggarap menyediakan keahlian, tenaga dan waktu.

4. Al-Musaqah

Al-Musaqah merupakan bagian dari Muzara’ah. Perbedaannya yaitu penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Perolehan imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil panen pertanian (Kasmir, 2008 : 196).

Pembiayaan dengan Prinsip sewa (Ijarah)

Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah

adalah lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment) kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge) (Sudarsono, 2003 : 66). Pada pembiayaan dengan prinsip ijarah, jika objeknya adalah barang maka kegiatan itu disebut sewa


(39)

menyewa, dan jika objeknya adalah jasa tenaga kerja, maka disebut kegiatan itu dengan upah mengupah.

Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (bai’)

Pembiayaan dengan prinsip jual beli (bai’) dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti pembiayaan salam, pembiayaan murabahah atau pembiayaan istishna’.

1. Pembiayaan Salam

Pembiayaan salam merupakan akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) antara pembeli (muslam) dengan penjual (muslamilaih). Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati diawal akad dan pembayaran dilakukan dimuka secara penuh (Triandaru-Budisantoso, 2008 : 161). Pembiayaan salam biasanya dilakukan untuk barang-barang hasil pertanian, dimana barang-barang tersebut akan diperoleh pembeli setelah barang tersebut dibayar terlebih dahulu. Dalam pembiayaan salam yang menjadi pembeli adalah pihak bank, sedangkan nasabah merupakan penjual barang.

2. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli antara bank dengan nasabahnya, pihak bank dalam hal ini melakukan pembelian barang dari pihak lain dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabahnya. Pihak bank memberitahukan jumlah keuntungan yang diambilnya kepada nasabah. Bank memberikan barang kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang diambil pihak bank melalui kesepakatan yang telah disepakati bersama. Selain itu, baik harga jual maupun jangka waktu


(40)

pembayaran harus dinyatakan dalam akad jual beli yang disepakati dan tidak boleh berubah selama tempo akad jual beli tersebut.

3. Pembiayaan Istishna’

Pembiayaan Istishna’ merupakan akad jual beli barang antara pemesan dengan penerima pesanan. Barang yang dibeli masih belum ada atau belum siap sehingga barang tersebut akan diserahkan pihak pembuat/penjual kepada pemesan kemudian. Pemesanan barang biasanya dilakukan untuk barang yang akan mengalami proses produksi. Pembayaran barang dalam pembiayaan Istishna’ mempunyai tenggang waktu, pembayaran dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesepakatan awal.

Pembiayaan dengan Akad pelengkap

Pembiayaan dengan akad pelengkap ini merupakan akad yang tergolong sebagai akad tabarru’, maksudnya adalah perjanjian ini dilakukan atas dasar tolong menolong, bukan untuk mencari keuntungan. Bentuk akad yang tergolong dalam akad tabarru’ ini adalah:

1. Qard (Pinjaman)

Qard merupakan pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Dalam literatur fikih Salaf ash Shalih, qard

dikategorikan dalam aqad tathawwul atau akad saling bantu membantu dan bukan transaksi komersial. Qard dapat juga dikatakan sebagai suatu akad pembiayaan kepada nasabah tertentu dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan yang diterimanya kepada Lembaga Keuangan Islam (LKI)


(41)

pada waktu yang telah disepakati oleh LKI dan nasabah (Huda - Heykal, 2010 : 58).

2. Wakalah (Perwakilan)

Wakalah merupakan akad pemberian kuasa yang dilakukan oleh pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melakukan suatu tugas tertentu atas nama pemberi kuasa. Pihak bank merupakan penerima kuasa sedangkan nasabah merupakan pemberi kuasa. Pihak-pihak yang terlibat dalam wakalah harus cakap hukum. Pihak bank harus bertanggung jawab atas kelalaian yang dapat berakibat pada kerugian. Pihak bank akan memperoleh komisi atau pengganti dari berbagai biaya yang dikeluarkan sesuai dengan kesepakatan dengan nasabah.

3. Rahn (Gadai)

Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang ia terima. Barang yang digadaikan oleh nasabah harus milik nasabah itu sendiri dengan ukuran dan sifat yang jelas. Barang gadaian akan dikuasai oleh pihak bank tetapi pihak bank tidak dibenarkan mengambil manfaat dari barang gadaian tersebut. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.

4. Hawalah

Hawalah merupakan pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada pihak lain (pihak ketiga) yang kemudian berkewajiban melunasi utang tersebut kepada pihak pertama. Dalam dunia keuangan atau perbankan


(42)

5. Kafalah (Garansi)

Kafalah dapat diartikan sebagai jaminan yang diberikan oleh pihak penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang.

Kafalah dapat dibedakan dalam berbagai bentuk atau jenis. Misalnya

Kafalah bin Nafs merupakan satu bentuk kafalah yang menjaminkan nama baik, kehormatan atau ketokohan seseorang sehingga nasabah dapat memperoleh sejumlah pinjaman dari bank. Bentuk lain dari kafalah ini adalah

Kafalah bil Mal adalah jaminan atau garansi untuk membayar barang yang dibeli secara kredit atau pelunasan sejumlah utang tertentu. Selain itu ada juga kafalah bit-Taslim yaitu jaminan untuk mengembalikan sesuatu asset kepada pemiliknya jika tempo penyewaannya telah berakhir.

Produk Jasa

1. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

Produk jasa perbankan syariah lainnya adalah sharf yaitu kegiatan pertukaran mata uang suatu negara dengan negara lain. Mata uang yang diperjualbelikan merupakan mata uang yang berbeda dan harus dilakukan pada waktu yang sama (spot). Jasa ini hanya ada pada bank yang tergolong sebagai bank devisa.


(43)

2. Ijarah (sewa)

Salah satu bentuk produk jasa yang diberikan oleh perbankan syariah yang tergolong sebagai ijarah atau sewa adalah penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) yang dapat dimanfaatkan nasabah untuk menyimpan barang-barang berharga tertentu seperti perhiasan, ijazah, paspor dan dokumen penting lainnya.

2.2.4. Prinsip–Prinsip Operasional Perbankan Syariah

Lembaga keuangan syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan yang terkait. Prinsip syariah dalam hal ini maksudnya adalah hukum islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah. Prinsip syariah yang dianut oleh lembaga keuangan syariah dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan dan keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin).

Prinsip utama yang dianut oleh lembaga keuangan syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya sering disebut dengan bebas ” Maghrib” yaitu :

a. Maysir (spekulasi) secara bahasa maknanya judi, secara umum, mengundi nasib dan setiap kegiatan yang sifatnya untung-untungan (spekulasi).

Maysir merupakan transaksi yang bersifat untung-untungan dan digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti.

b. Gharar secara bahasa berarti menipu, memperdaya, ketidakpastian.


(44)

harta, kemegahan, jabatan, keinginan, dan lainnya. Gharar berarti menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memilki pengetahuan yang cukup atau menjalankan suatu transaksi yang risikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti apa akibatnya atau memasuki kancah resiko tanpa memikirkan konsekuensinya jika dilaksanakan.

c. Haram secara bahasa berarti larangan dan penegasan. Larangan bisa timbul karena beberapa kemungkinan, yaitu dilarang oleh tuhan dan bisa juga karena pertimbangan akal. Dalam aktivitas ekonomi setiap orang di harapkan untuk menghindari semua yang haram baik haram zatnya maupun haram selain zatnya.

d. Riba secara bahasa berarti bertambah dan tumbuh. Riba merupakan penambahan pendapatan secara tidak sah (bathil) misalnya dalam hal pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan, atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mensyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu.

e. Bathil secara bahasa artinya batal, tidak sah. Dalam aktivitas ekonomi tidak boleh dilakukan dengan jalan yang batil misalnya dengan, mencampurkan barang rusak diantara barang yang baik untuk mendapatkan keuntungan lebih besar, menimbun barang, menipu atau memaksa dan mengurangi timbangan.


(45)

2.2.5. Keunggulan Bank Syariah

Juli Irmayanto (2009) mengemukakan beberapa keunggulan bank syariah jika dibandingkan dengan bank konvensional. Keunggulan-keunggulan bank syariah tersebut antara lain:

1. Ditanggung halal : bahagia dunia dan akhirat.

Bank syariah dapat mengembalikan masyarakat sesuai fitrah alam dan fitrah usaha. Sekeras apapun usaha yang dilakukan setiap orang kadang kala berhasil-terkadang gagal. Sedangkan sistem bunga, berpendapat bahwa segala usaha dianggap pasti berhasil. Kalau terjadi kegagalan, resiko ditanggung penuh oleh pengusaha (peminjam).

Dengan sistem bagi hasil, fitrah bisnis yang rusak akan kembali lurus,

akibat ungkapan “ cari uang yang haram susah apalagi yang halal “. Ini

merupakan pola berpikir Yahudi yang berlandaskan ajaran Machiaveli yang menghalalkan segala cara tanpa aturan dan norma hukum (Irmayanto, 2009 : 136). 2. Lebih tahan banting ketika terjadi gejolak moneter.

Krisis moneter pada Juli 1997 telah menjadikan perekonomian Indonesia nyaris hancur dan sebagian besar bank-bank konvensional hampir gulung tikar. Terjadinya lonjakan suku bunga dan apresiasi dollar terhadap rupiah, tidak hanya mencekik para peminjam bermata uang asing tetapi juga merepotkan perbankan. Usaha-usaha dalam berbagai sektor lumpuh karena fluktuasi harga dan daya beli merosot. Kredit macet semakin tinggi dan investasi menurun secara drastis. Akibatnya bank-bank konvensional mengalami negative spread. Namun pada bank Syariah, laba yang dibagikan kepada penyimpan sangat tergantung pada


(46)

keuntungan yang diperoleh pengusaha yang menggunakan dana dari bank sehinnga bank syariah tidak mengenal negative spread. Ketika pengusaha mengalami kegagalan, para penyimpan tidak menuntut pembagian keuntungan dari bank. Sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun perbankan syariah tetap bertahan karena menggunakan sistem bagi hasil.

3. Tidak elastis terhadap kebijakan moneter.

Ketika dilakukan kebijakan uang ketat (tight money policy), misalnya suku bunga SBI dinaikkan maka bank-bank yang berbasis bunga akan bingung, sedangkan bank syariah akan tetap tenang-tenang saja. Perubahan suku bunga SBI harus direspon dengan menaikkan suku bunga simpanan, lalu menaikkan suku bunga pinjaman. Perubahan suku bunga simpanan dan pinjaman tidak dapat dilakukan secara serentak, terdapat rentang waktu antara kenaikan suku bunga simpanan dengan bunga pinjaman. Akibatnya, masyarakat akan meningkatkan tabungannya, sehingga jumlah uang yang beredar akan menurun dan harga barang/jasa juga cenderung menurun. Pada saat suku bunga pinjaman dinaikkan, permintaan investasi turun dan akhirnya akan mengakibatkan kesempatan kerja berkurang dan hal ini akan berdampak pada peningkatan pengangguran.

4. Kemampuan manajerial sebagai daya tarik

Perilaku bunga bank cenderung fluktuatif, sedangkan perilaku manajemen

bank cenderung stabil karena memiliki “learning curve” yang efisien dalam

jangka panjang. Tingginya suku bunga pada bank konvensional merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menyimpan dananya pada bank konvensional.


(47)

Pada bank syariah, pemilik dana mau menitipkan dananya karena sangat percaya pada kemampuan manajerial bank. Pada bank syariah yang menjadi daya tarik bagi pengusaha adalah karena sistem bagi hasil untung-rugi. Segala resiko bisnis ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Karena ikut menanggung resiko, manajemen bank selalu proaktif memantau dan melayani konsultasi dan manajemen pada pengusaha yang memanfaatkan dananya melalui bank syariah. 5. Prinsip bagi hasil dan jual beli yang lebih menguntungkan

Dalam prinsip bagi hasil, pembagian hasil yang diberikan disesuaikan dengan kondisi usaha. Sehingga tidak membebani nasabah terutama ketika sedang terjadi penurunan usaha. Apabila kondisi usaha baik dan menguntungkan, maka nasabah yang menyimpan dananya akan mendapat bagi hasil yang proporsional dari keuntungan bisnis bank. Sehingga dimungkinkan investor akan memperoleh pembagian hasil yang nilai nominalnya jauh lebih besar dibandingkan dengan bunga bank.

Dalam prinsip jual beli tidak ada floating rate, hal ini akan memberikan rasa aman kepada nasabah. Nilai kewajibannya sudah ditentukan dalam perjanjian harga jual-beli yang disepakati di awal perjanjian. Nasabah dimungkinkan mengajukan penawaran terhadap nisbah bagi hasil atau jual-beli yang ditawarkan bank.

2.3. Perbedaan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah

Perbankan syariah mempunyai beberapa perbedaan dengan perbankan konvensional. Dalam operasinya, perbankan syariah menerapkan sistem bagi hasil


(48)

sedangkan perbankan konvensional menerapkan sistem bunga. Perbedaan utama kedua sistem ini dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Perbedaan Bagi Hasil dengan Sistem Bunga

No. Bagi Hasil Sistem Bunga

1. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada untung-rugi.

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.

5. Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh.

Besarnya bunga adalah suatu persentase tertentu terhadap besarnya uang yang dipinjamkan. 6. Besarnya bagi hasil tergantung

pada keuntungan proyek/usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana, kecuali kerugian karena kelalaian, salah urus, atau pelanggaran oleh

mudharib.

Besarnya bunga tetap seperti yang

dijanjikan tanpa

mempertimbangkan apakah proyek /mudharib untung atau rugi.

7. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk islam.

Sumber: Muhamad Syafii Antonio (2001), Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek (Gema insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendikia)

Perbedaan antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah tidak hanya terbatas pada unsur bunga saja. Jika dilihat atau dianalisis secara menyeluruh, terdapat banyak perbedaan utama antara kedua sistem perbankan tersebut yang merupakan gambaran tentang keutamaan dan kelemahan masing-masing sistem. Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat pada Tabel 2.2.


(49)

Tabel 2.2

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

No. Bank Syariah Bank Konvensional

1. Berdasarkan prinsip investasi bagi hasil.

Berdasarkan tujuan membungakan uang.

2. Menggunakan prinsip jual beli. Menggunakan prinsip pinjam meminjam uang.

3. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditor-debitor.

4. Melakukan investasi-investasi yang halal saja.

Investasi yang halal maupun yang haram

5. Setiap produk dan jasa yang diberikan sesuai dengan fatwa Dewan Syariah

Tidak mengenal dewan sejenis itu.

6. Dilarangnya gharar dan masyir Terkadang terlibat dalam speculatif forex dealing

7. Menciptakan keserasian diantara keduanya

Berkontribusi dalam terjadinya kesenjangan antara sektor riil dengan sektor moneter.

8. Tidak memberikan dana secara tunai tetapi memberikan barang yang dibutuhkan (finance the goods and services).

Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming

(penyalahgunaan dan pinjaman). 9. Bagi hasil menyeimbangkan

pasiva dan aktiva

Rentan terhadap negative spread. Sumber : Muhamad Syafii Antonio (2001), Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek (Gema Insani Press bekerja sama dengan Yayasan Tazkia Cendikia)

2.4. Penelitian Terdahulu

Abdul Halim Abdul Hamid, dalam papernya yang diterbitkan

International Journal Of Islamic Financial Services awal 2001 menyebutkan bahwa penyebab nasabah kurang paham terhadap produk bank syariah adalah tentang cara mengkomunikasikan produk bank yang relatif sulit dimengerti oleh sebagian nasabah. Salah satunya tentang pemakaian idiom-idiom bahasa Arab yang kurang populer di masyarakat. Di Malaysia, negeri yang mempunyai sejarah bank Islam lebih lama daripada Indonesia (sejak 1983), dari 967 responden kurang dari 15% yang mengerti dengan tepat arti produk-produk syariah. Lebih


(50)

heboh, ternyata kurang dari 6% yang mengetahui arti ba’i al-Salam, dan ba’i al -Murabahain. Data lebih parah terjadi di Singapura, negeri yang sekitar 20% penduduknya beragama Islam. Hasilnya hanya 3% yang dengan tepat tahu arti

Mudharabah, Musyarakah, dan ijarah. Yang mengejutkan, tak seorang pun dari responden yang mampu menyebutkan dengan tepat arti mudharabah.

2.5. Kerangka Konseptual

Adapun kerangka pemikiran penulis yang menjadi pijakan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Pemahaman Nasabah terhadap Produk-produk Bank Muamalat Indonesia

Produk

Musyarakah Ijarah Murabahah

Wadiah Mudharabah

Pemahaman Nasabah

Bank

Muamamalat Indonesia


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis deskriptif. Penelitian analisis deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung (http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif/).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan yang beralamat di Jl. Gajah Mada, Medan No. 21. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu selama 1 bulan dimulai dari tanggal 06 Maret 2012 sampai dengan 31 maret 2012.

3.3. Batasan Operasional

Penelitian ini dilakukan berdasarkan batasan yang akan diteliti yaitu mencakup pemahaman nasabah terhadap produk Bank Muamalat Indonesia, dalam hal ini produk yang diteliti adalah mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan wadi’ah.

3.4. Definisi Operasional

1. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank Muamalat Indonesia. 2. Pemahaman adalah pengetahuan nasabah dalam hal ini nasabah Bank


(52)

yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia seperti arti, dasar hukum, manfaat dan lain-lain.

3. Produk bank syariah adalah produk-produk atau jasa-jasa yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia kepada nasabahnya, dalam hal ini adalah

mudharabah, musyarakah, al-ijarah, murabahah dan wadi’ah. 3.5. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian (Muhamad, 2008 : 161). Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan, dimana jumlah populasinya 3714 orang per Desember 2011.

Sampel merupkan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Muhamad, 2008:162). Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dengan rumus :

n = Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah : n =


(53)

n = 100 orang

Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui simple random sampling

yang artinya cara penarikan sampel anggota dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Metode pengumpulan data menggunakan self administrated survey, yaitu responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang diberikan.

3.6. Jenis Data 1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik individu maupun kelompok, yaitu kuesioner yang diberikan kepada nasabah Bank Muamalat KCP Gajah Mada Medan.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak yang berwenang pada Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan, buku, literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :

1. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti, dalam hal ini pengamatan langsung ke Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan mengenai pemahaman nasabah terhadap produk bank syariah.


(54)

2. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, internet dan lain-lain.

3. Kuesioner, penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Kuesioner ini ditujukan kepada para nasabah yang melakukan transaksi di Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan. Jawaban atas pertanyaan ini di gunakan sebagai pelengkap dan pendukung kebenaran data-data yang ada.

3.8. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 16,0. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode analisis deskriptif, dimana data yang diperoleh dianalisis sehingga diperoleh berbagai gambaran yang menunjukkan pemahaman nasabah terhadap produk yang ditawarkan Bank Muamalat Indonesia dalam hal ini produk mudharabah, musyarakah, murabahah, al-ijarah, dan wadi’ah. Disamping itu dilakukan pula dengan bentuk analisis lain seperti: grafik tabulasi silang (cross tab), tabel, frekuensi, dan gambar (grafik).


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia 4.1.1 Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia

PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Pendirian Bank Muamalat diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian didukung oleh sekelompok pengusaha dan cendikiawan muslim. Pendirian Bank Muamalat segera memperoleh tanggapan positif dari pemerintah dan masyarakat, sebagaimana tercermin pada komitmen untuk membeli saham perseroan sebesar Rp. 84 miliar pada saat penandatanganan akte pendirian perseroan. Acara silaturahmi kemudian diselenggarakan di Istana Bogor dimana diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat sehingga menjadi Rp. 106 miliar.

Pada tanggal 27 Oktober 1994 hanya dua tahun setelah didirikan, Muamalat menerima izin devisa sehingga berhak menyandang predikat sebagai bank devisa (Dendawijaya, 2004 : 209). Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan (http://muamalatbank.com).

Keunggulan dari konsep Islam di dalam sistem perbankan telah terbukti, terutama disaat krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Ketika banyak bank-bank konvensional runtuh dan perlu direkapitalisasi oleh pemerintah atau bahkan harus dilikuidasi, Bank Muamalat tetap kokoh dan tidak menderita kerugian yang


(56)

besar akibat negative spread. Namun demikian, manajemen menyadari perlunya peningkatan modal perseroan. Bank Muamalat kemudian melakukan penawaran umum terbatas (right issue) pada bulan Juli 1998. Kondisi makro ekonomi yang tidak mendukung saat itu serta adanya perubahan dalam kebijakan investasi di luar negeri di negara-negara asal para calon investor, telah menghambat rencana perseroan, sehingga menyebabkan perolehan dana dari right issue belum mencapai target. Namun, modal disetor tetap meningkat menjadi Rp. 165 miliar. Penanaman modal utama dari right issue perseroan adalah Islamic Development Bank dan Badan Pengelola Dana ONH.

Bank Muamalat sebagai pelopor bank syariah di Indonesia, telah menetapkan misinya untuk mengambil bagian sebagai katalisator dalam pengembangan institusi keuangan syariah di Indonesia. Bank Muamalat secara aktif turut memberi masukan dalam merumuskan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, yang menerapkan prinsip-prinsip syariah sebagai salah satu sistem perbankan Indonesia. Dengan dikeluarkannya peraturan ini, bank-bank syariah baru mulai bermunculan dan bertambah walaupun hanya sebagai cabang syariah penuh (Dendawijaya, 2004 : 210).

Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. Bank Muamalat Indonesia saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan


(57)

aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia

2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong) (http://muamalatbank.com).

4.1.2. Profil Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan

Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada Medan merupakan Bank Syariah yang melakukan usahanya di Jalan Gajah Mada Medan No. 21. Bank ini melakukan kegiatan transaksi keuangan berupa pendanaan, pembiayaan dan produk jasa. Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada ini pada awalnya merupakan kantor cabang, namun sejak tahun 2009 bank ini berubah menjadi kantor cabang pembantu. Sampai periode Desember 2011 nasabah tabungan Bank Muamalat Indonesia KCP Gajah Mada mencapai 3714 orang. Jumlah ini diperoleh hanya dalam waktu 2 tahun beroperasi sebagai kantor cabang pembantu dan jumlah nasabah ini diharapkan akan terus mengalami peningkatan.


(1)

c. Rp. 2600.000,- s/d Rp. 5000.000,- d. Rp. 5100.000,- s/d Rp. 10.000.000,- e. > Rp. 10.000.000,-

7. Sudah berapa lama anda menjadi nasabah? a. 1 tahun

b. 2 tahun c. 3 tahun d. 4 tahun

e. Lain-lain, sebutkan...

8. Jenis produk apa yang anda gunakan? ...

9. Sudah berapa lama anda mengenal produk bank syariah di BMI? ... 10.Apakah sebelumnya anda pernah mengetahui tentang produk-produk bank

syariah?

II. PEMAHAMAN NASABAH TERHADAP PRODUK BANK SYARIAH

Petunjuk: Berilah tanda X pada salah satu jawaban yang paling sesuai menurut saudara/i. ( Keterangan : SP = Sangat Penting, P = Penting, TP = Tidak Penting, STP = Sangat Tidak Penting)

1. Apakah anda memahami produk-produk bank syariah yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia (arti dasar, syarat dan ketentuan, hukum yang ada pada produk-produk tersebut)

A. Mudharabah


(2)

Tidak, berapakah kadar tingkat ketidakpahamannya :

B. Musyarakah

Ya, berapakah kadar tingkat pemahamannya :

Tidak, berapakah kadar tingkat ketidakpahamannya :

C. Murabahah

Ya, berapakah kadar tingkat pemahamannya :

Tidak, berapakah kadar tingkat ketidakpahamannya :

D. Ijarah

Ya, berapakah kadar tingkat pemahamannya :


(3)

E. Wa’diah

Ya, berapakah kadar tingkat pemahamannya :

Tidak, berapakah kadar tingkat ketidakpahamannya :

2. Apakah anda paham tentang prinsip-prinsip yang diterapkan pada produk Bank Muamalat yang anda gunakan?

a. Sangat paham b. Cukup paham c. Paham

d. Tidak paham e. Sangat tidak paham

3. Bagaimana pendapat anda tentang produk Bank Muamalat yang anda gunakan?

a. Sangat baik b. Cukup baik c. Baik d. Tidak baik e. Sangat tidak baik


(4)

4. Apa keuntungan yang anda dapat dari produk yang anda gunakan? a. Sistem bagi hasil yang diterapkan pada produk tersebut

b. Pembagian keuntungan dan kerugian tidak memberatkan salah satu pihak c. Nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank

d. Produk tersebut mudah untuk dimengerti e. Lain-lain, sebutkan ...

5. Apakah anda mengikuti perkembangan produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia?

a. Ya b. Tidak

6. Darimanakah anda mengetahui produk-produk bank Muamalat yang anda gunakan?

a. Media massa

b. Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak bank c. Pihak ketiga (teman, kerabat)

d. “Personal selling” dari pihak bank e. Lain-lain, sebutkan ...

7. Apakah keuntungan yang anda peroleh dari produk yang anda gunakan sesuai dengan promosi yang dilakukan oleh pihak bank?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah produk Bank Muamalat yang anda gunakan dapat memenuhi kebutuhan anda?


(5)

a. Ya b. Tidak

9. Apakah anda memahami syarat dan ketentuan yang diterapkan pada produk yang anda gunakan?

a. Ya b. Tidak

10. Bagaimanakah syarat dan ketentuan yang diterapkan pada produk-produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia?

a. Sangat mudah b. Cukup mudah c. Mudah d. Tidak mudah e. Sangat tidak mudah

11. Digunakan untuk keperluan apakah produk Bank Muamalat Indonesia yang anda peroleh?

a. Membuka usaha baru b. Membeli barang

c. Pembiayaan proyek usaha d. Membiayai kebutuhan hidup e. Lain-lain, sebutkan ...

12. Apa yang menjadi alasan anda dalam memilih produk yang anda gunakan? a. Tidak ada bunga


(6)

c. Proses peminjaman sederhana d. Biaya administrasi ringan e. Lain-lain, sebutkan...

13. Seberapa pahamkan anda tentang penyimpanan dan peminjaman dana berdasarkan resiko pada Bank Muamalat Indonesia?

a. Sangat paham b. Kurang paham c. Paham

d. Tidak paham e. Sangat tidak paham

14. Apakah harapan anda terhadap produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia? ...