Analisis hukum Islam terhadap prosedur penyitaan barang jaminan pada pembiayaan murabahah bermasalah di PT. BPRS Bakti Makmur Indah Kantor Cabang Krian-Sidoarjo.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR PENYITAAN
BARANG JAMINAN PADA PEMBIAYAAN MURAbah}ah Bermasalah di PT. BPRS Bakti
Makmur Indah KC Krian-Sidoarjo” adalah hasil penelitian lapangan (field
research) untuk menjawab pertanyaan tentang: (1) Bagaimana prosedur
penyitaan barang jaminan pada pembiayaan bermasalah di PT. BPRS Bakti
Makmur Indah KC Krian-Sidoarjo (2) Bagaimana analisis hukum Islam terhadap
prosedur penyitaan barang jaminan pada pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di
PT. BPRS Bakti Makmur Indah KC Krian-Sidoarjo.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
wawancara (interview) dan observasi, setelah data terkumpul , kemudian data
diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif dengan pola pikir deduktif yaitu
penyimpulan data yang bertitik tolak dari teori pembiayaan mura>bah}ah dan
barang jaminan untuk menganalisis prosedur penyitaan barang jaminan terhadap
pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di PT. BPRS Bakti Makmur Indah KC
Krian-Sidoarjo.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, sebelum dilakukan penyitaan
terhadap barang jaminan di BPRS Bakti Makmur Indah ada beberapa upaya yang
dilakukan, yaitu dengan memberikan peringatan secara lisan dan secara tertulis.
Akan tetapi yang terjadi di salah satu pembiayaan mura>bah}ah bermasalah, pihak
BPRS hanya melakukan peringatan secara lisan tidak melampirkan surat
peringatan kepada nasabah. Menurut pandangan hukum Islam saat terjadi

pembiayaan bermasalah perlu adanya surat peringatan atau akta sejenis, karena
dengan surat peringatan nasabah dapat dikatakan ingkar janji/wanprestasi
sehingga bisa dikenakan sanksi atas perbuatannya tersebut.
Sejalan dengan kesimpulan tersebut, maka disarankan dalam
mengidentifikasi pembiayaan baru lebih ditingkatkan agar tidak terjadi
pembiayaan bermasalah lagi. Dan dalam penyelesaian kredit bermasalah
hendaknya tidak memandang besar atau kecilnya nilai pembiayaan tersebut, jika
terjadi pembiayaan bermasalah maka penyelesaiannya menggunakan prosedur
yang sesuai dengan ketentuan yang ada yang berdasarkan dari Fatwa DSN MUI
dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM...................................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................................


ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................

iii

PENGESAHAN ........................................................................................................

iv

ABSTRAK ................................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................


ix

DAFTAR TRANSLITERASI ..................................................................................

xiii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN .............................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................

1

B. Identifikasi dan batasan Masalah ................................................


6

C. Rumusan Masalah .......................................................................

7

D. Kajian Pustaka ............................................................................

7

E. Tujuan Penelitian ........................................................................

10

F. Kegunaan Hasil Penelitian ..........................................................

11

G. Definisi Operasional ...................................................................


11

H. Metode Penelitian .......................................................................

13

I.

17

Sistematika Pembahasan.............................................................

BARANG JAMINAN DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH ...........

18

A. Barang Jaminan (Marhu>n)...........................................................

19


1. Pengertian Barang Jaminan ..................................................

19

2. Dasar Hukum Barang Jaminan .............................................

22

3. Syarat Barang jaminan .........................................................

22

4. Fatwa DSN MUI Nomor 68/DSN-MUI/III/2008 tentang
Rahn Tasjily .........................................................................

24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


2

5. Prosedur Penyitaan Barang Jaminan ....................................

26

B. Pembiayaan Bermasalah .............................................................

29

1. Pembiayaan Bermasalah .......................................................

29

2. Pola Penanganan Pembiayaan Bermasalah ..........................

31

3. Fatwa DSN MUI Nomor 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang
Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda


BAB III

Pembayaran ..........................................................................

35

PROSEDUR PENYITAAN BARANG JAMINAN PADA
PEMBIAYAAN MURAbah}ah di BPRS Bakti Makmur Indah Krian
1. Prosedur Pengajuan Pembiayaan ..........................................

53

2. Pembiayaan Mura>bah}ah Bermasalah yang terjadi di BPRS
Bakti Makmur Indah Krian ..................................................

54

3. Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Mura>bah}ah
Bermasalah di BPRS Bakti Makmur Indah Krian ...............


57

4. Prosedur Penyitaan Barang Jaminan yang dilakukan
BPRS Bakti Makmur Indah Krian........................................

58

5. Permasalahan dalam Prosedur Penyitaan Barang Jaminan

BAB IV

yang dilakukan BPRS Bakti Makmur Indah Krian .............

59

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR
PENYITAAN BARANG JAMINAN PADA PEMBIAYAAN
MURAbah}ah merupakan salah satu pembiayaan yang banyak diminati oleh
para nasabah.

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan mura>bah}ah adalah

2

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lambaga Keuangan Lain, (Yogyakarta:
Salemba Empat, 2006), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli
dan pembeli membayarkannya dengan harga yang lebih sebagai laba.3
Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah
memberikan definisi tentang mura>bah}ah dalam penjelasan Pasal 19 ayat (1)
huruf d. Menurut penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf d tersebut, yang
dimaksud dengan akad mura>bah}ah adalah akad pembiayaan suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang

disepakati.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mura>bah}ah
adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara penjual dan pembeli.
Pada perbankan syariah, mura>bah}ah merupakan jasa pembiayaan
dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Pada
perjanjian mura>bah}ah, bank membiayai pembelian barang atau asset yang
dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok
barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut dengan
menambahkan suatu keuntungan.4
Sebagai lembaga keuangan formal dalam praktiknya belum dapat
terlepas dari berbagai persoalan. Sedangkan persoalan-persoalan yang
dihadapi lembaga tersebut amatlah kompleks. Persoalan yang sering

3

DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Ciputat: cet.Ke-4, 2006), 120.
Sutan Remy Syahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999), 64.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dihadapi biasanya adalah masalah pembiayaan bermasalah/macet. Sepandai
apapun analisis pembiayaan dalam menganalisis setiap permohonan
pembiayaan, kemungkinan pembiayaan tersebut macet pasti ada.
Hal ini yang terjadi di BPRS Bakti Makmur Indah Krian. Seorang
nasabah mengajukan pembiayaan mura>bah}ah dengan jaminan BPKB sepeda
motor. Pada awal perjanjian nasabah tersebut membayar angsuran dengan
tepat waktu, namun pada angsuran selanjutnya nasabah tidak memenuhi
kewajibannya untuk membayar angsuran. Pihak BPRS Bakti Makmur
Indah Krian-Sidoarjo telah melakukan pendekatan secara kekeluargaan
agar nasabah membayar angsuran. Hingga beberapa bulan nasabah tetap
tidak kunjung membayar angsuran. 5
Dalam hukum Islam, seseorang diwajibkan untuk menghormati dan
mematuhi setiap perjanjian dan atau amanah yang dipercayakan kepadanya.
Oleh karena itu, apabila seseorang telah mendapat kredit/pembiayaan dari
bank berarti ia telah mendapat amanah dari orang lain (pemilik
modal/bank). Jika debitor tersebut melakukan cedera janji, yaitu tidak
menepati kewajibannya terhadap bank sesuai perjanjian, maka ia dikatakan
telah

melakukan

wanprestasi.

Terhadap

orang

yang

melakukan

wanprestasi, bisa dilakukan tindakan sesuai dengan kondisi dan alasannya.6
Allah SWT berfirman :
٢٧ ‫أنت تع م ن‬

‫يأي ا ٱلذين ءامن اْ َ تخ ن اْ ٱّ ٱلرس ل تخ ن اْ أمنتك‬

5

Mohammad Mahdi Dzikrulla, Wawancara, Sidoarjo 22 Desembe 2016.
Adiwarman Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema Insani Press,
2003), 138.

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui.” (Al-Anfal : 27)7
Dalam hal pembiayaan macet pihak bank perlu melakukan
penyelamatan pembiayaan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian.
Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan
berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi pembiayaan terkena
musibah atau melakukan penyitaan bagi pembiayaan yang sengaja lalai
untuk membayar.
Dalam proses penyitaan barang jaminan pada praktek di lapangan,
ada saja lembaga keuangan yang melakukannya tidak sesuai dengan aturan
yang ada. Mulai dari prosedur penyitaan yang tidak sesuai hingga adanya
pemaksaan dari pihak kreditur terhadap debitur yang menunggak. Dalam
menyelesaikan kredit bermasalah diperlukan adanya pendekatan. Yang
pertama pendekatan secara lisan, dengan melakukan pembinaan kepada
nasabah yang menunggak agar segera membayar. Dan yang kedua
pendekatan

secara

tertulis

dengan

melampirkan

adanya

surat

teguran/peringatan.
Praktek penyitaan barang jaminan di BPRS Bakti Makmur Indah
Krian ada yang tidak melampirkan surat peringatan. Sedangkan penyitaan
dapat dilakukan apabila nasabah dikatakan telah melakukan ingkar

7

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009), 180.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

janji/wanpretasi. Bukti bahwa nasabah tersebut wanprestasi adalah surat
peringatan yang diberikan BPRS kepada nasabah tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian lebih lanjut secara rinci untuk mengkaji hukumnya dalam
tinjauan hukum Islam. Yang kemudian akan penulis bahas dalam tugas
akhir ini dengan judul “Analisis Hukum Islam terhadap Prosedur Penyitaan
Barang Jaminan pada Pembiayaan Mura>bah}ah Bermasalah di BPRS Bakti
Makmur Indah Krian-Sidoarjo”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Melalui latar belakang yang telah peneliti paparkan tersebut di atas,
terdapat beberapa problema dalam pembahasan ini yang dapat peneliti
identifikasi yaitu :
1. Perjanjian pada awal akad pembiayaan mura>bah{ah.
2. Masalah yang terjadi dalam pembiayaan mura>bah}ah.
3. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya mura>bah}ah bermasalah.
4. Akibat dari terjadinya pembiayaan mura>bah}ah bermasalah.
5. Prosedur penyitaan barang jaminan di BPRS Bakti Makmur Indah.
6. Analisis Hukum Islam terhadap penyitaan barang jaminan pada
pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di BPRS Bakti Makmur Indah.
Adapun batasan masalah dalam judul ini, yaitu hanya membahas
tentang penyitaan barang jaminan pada pembiayaan mura>bah}ah bermasalah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

dalam perspektif hukum Islam, maka titik fokus permasalahan tersebut
akan dibatasi dengn hal-hal berikut ini :
1. Prosedur penyitaan barang jaminan di BPRS Bakti Makmur Indah
2. Analisis perspektif Hukum Islam dalam penyitaan barang jaminan pada
pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di BPRS Bakti Makmur Indah.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka pokok
masalah yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur penyitaan barang jaminan di BPRS Bakti Makmur
Indah Krian-Sidoarjo?
2. Bagaimana analisis Hukum Islam terhadap prosedur penyitaan barang
jaminan pada pembiayaan mura>bah}ah bermasalah yang dilakukan
BPRS Bakti Makmur Indah Krian-Sidoarjo?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

1. Skripsi yang ditulis oleh M. Khasan Asy’ari, Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2011 dengan judul : Analisa
Penyelesaian Pembiayaan Mura>bah}ah Bermasalah pada PT. BPRS
Asad Alif Kantor Pelayanan Kas Bergas. Hasil dari skripsi tersebut
adalah untuk mengetahui bagaimana penyelesaian pembiayaan

mura>bah}ah bermasalah di PT. BPRS Asad Alif KPK Bergas,
berdasarkan

pada

pertimbangan

untuk

menentukan

strategi

penyelesaian pembiayaan mura>bah}ah bermasalah , yaitu berdasarkan
pada perkembangan jumlah pembiayaan mura>bah}ah dari tahun ke
tahun. Serta dengan cara lebih berhati-hati dalam memilih nasabah
pembiayaan murabah}ah bermasalah kurang baik,
dan saran yang diberiakan oleh peneliti pihak bank harus lebih tegas
kepada nasabah pembiayaan mura>bah}ah bermasalah dan harus lebih
kuat dalam hal hukum dalam membuat akad perjanjian pembiayaan

murabah}ah yang Bermasalah di Bank
Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Mitra Cahaya Indonesia (MCI)
(Studi kasus pada nasabah X periode bulan Januari-Maret 2012)

8

M. khasan Asy’ari “Analisa Penyelesaian Pembiayaan Mura>bah}ahBermasalah pada PT. BPRS
Asad Alif Kantor Pelayanan Kas Bergas” Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
tahun,(2011).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Yogyakarta. Hasil dari skripsi tersebut adalah untuk mengetahui
teknik penyelesaian pembiayaan bermasalah di BPRS MCI khususnya
pada pembiayaan mura>baha}h. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti diketahui bahwa dalam penanganan pembiayaan bermasalah,
BPRS MCI menggunakan teknik sebagai berikut, yaitu: rescheduling,

reconditioning, dan restructurisasi. Untuk sita jaminan, sejauh BPRS
MCI beroperasi belum pernah menerapkan kepada nasabah yang
pembiayaannya bermasalah, sekalipun pembiayaan nasabah tersebut
sudah masuk tahap macet.9
3. Skripsi yang ditulis oleh Eko Prasetyo, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010 dengan judul : Strategi
Penanggulangan Pembiayaan Mura>bah}ah Bermasalah di Baitul Ma>l

Wa Tamwi>l Ta’awu>n Cipulir. Hasil dari skripsi ini penulis
menyimpulkan strategi untuk mengatasi pembiayaan mura>bah}ah
bermasalah yang terdiri dari beberapa tahapan: pertama, dengan
melakukan pendekatan kepada nasabah. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui permasalahan yang sedang terjadi pada nasabah serta
memberikan solusinya. Kedua, penagihan secara intensif, dalam hal ini
dilakukan dengan dua cara yaitu penagihan secara persuasive dengan
mengirimkan surat teguran/peringatan kepada nasabah dan penagihan

9

Halimatul Azzah “Teknik Penyelesaian Pembiayaan Mura>bah}ahyang Bermasalah di Bank
Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Mitra Cahaya Indonesia (MCI) (Studi kasus pada nasabah
X periode bulan Januari-Maret 2012) Yogyakarta” Universitas Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, (2012).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

secara langsung dengan mendatangi nasabah ke lokasi. Ketiga,

rescheduling yaitu perpanjangan waktu.10
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan
skripsi di atas adalah peneliti akan membahas tentang Penyitaan Barang
Jaminan pada pembiayaan Mura>bah}ah Bermasalah yang akan di kaitkan
dengan perspektif hukum islam, sedangkan dari skripsi terdahulu meneliti
tentang strategi mengatasi pembiayaan mura>bah}ah bermasalah.

E. Tujuan Penelitian
Secara umum dapat memberikan gambaran yang kongkrit mengenai
penyelesaian pembiayaan bermasalah khususnya mengenai permasalahanpermasalahan yang timbul di dalam penyitaan barang jaminan. Sedangkan
secara khusus, tujuan penelitian ini mempunyai maksud untuk mengetahui
dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai :
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan prosedur penyitaan barang
jaminan di BPRS Bakti Makmur Indah Krian-Sidoarjo
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan analisis Hukum Islam
terhadap prosedur penyitaan barang jaminan pada pembiayaan

mura>bah}ah bermasalah yang dilakukan BPRS Bakti Makmur Indah.

10

Eko Prasetyo “Strategi Penanggulangan Pembiayaan Mura>bah}ahBermasalah di Baitul Mabah}ah di
BPRS Bakti Makmur Indah Krian-Sidoarjo adalah bentuk penyaluran
dana dengan pola/akad jualbeli. Dengan pola ini nasabah yang
membutuhkan barang konsumtif ataupun barang modal dapat
mengajukan permohonan pembelian kepada bank.
3. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan
oleh lembaga pembiayaan yang dalam pelaksanaan pembayaran
pembiayaan oleh nasabah itu terjadi hal-hal seperti pembiayaan tidak
lancar, debitur tidak memenuhi persyaratan serta pembiayaan tersebut
tidak menepati jadwal angsuran. Sebagaimana yang terjadi di BPRS
Bakti Makmur Indah, dimana ada seorang nasabah yang bernama Pak
Hariadi tidak membayar angsuran selama beberapa bulan kepada BPRS
Bakti Makmur Indah Krian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

4. Penyitaan
Pengambilalihan barang jaminan yang dilakukan oleh BPRS Bakti
Makmur Indah Krian karena nasabah tidak membayar angsuran dan
telah melakukan wanprestasi.
5. Barang Jaminan
Benda yang memiliki nilai harta yang dijadikan jaminan untuk utang,
dengan ketentuan dimungkinkan untuk mengambil semua utang, atau
mengambil sebagian dari benda (jaminan) tersebut. Dalam hal ini
barang jaminan yang di jadikan jaminan di BPRS Bakti Makmur Indah
adalah BPKB Sepeda Motor Yamaha Mio.
Dari definisi operasional diatas dapat diketahui maksud dari judul
penulisan ini adalah menganalisis prosedur penyitaan barang jaminan pada
pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di BPRS Bakti Makmur Indah Krian
dengan menggunakan perspektif hukum Islam.

H. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan berorientasi pada pengumpulan data

empiris yaitu lapangan, sedangkan pendekatan yang dilakukan adalah
penelitian kualitatif, karena kualitatif memuat tentang prosedur penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

yang menghasilkan deskriptif berupa tulisan atau perkataan dari orangorang atau pelaku yang diamati.
Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan yakni Data mengenai pembiayaan mura>bah}ah
di BPRS Bakti Makmur Indah Krian-Sidoarjo yang meliputi:
a) Identitas nasabah
b) Persyaratan pengajuan pembiayaan mura>bah}ah
c) Aplikasi pembiayaan mura>bah}ah
d) Prosedur penyitaan barang jaminan saat terjadi pembiayaan yang
bermasalah
2. Sumber Data
Sumber adalah data yang diambil dari sumber pertama di lapangan
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. 11 Pelaku dalam
pembiayaan ini adalah:
1) BPRS Bakti Makmur Indah Krian-Sidoarjo.
2) Nasabah dalam pembiayaan mura>bah}ah bermasalah
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian,
penulis menggunakan petode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Interview (Wawancara)
11

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),
103

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Wawancara

atau

interview dilakukan untuk mendapatkan

informasi secara langsung dengan menggunakan pertanyaanpertanyaan kepada
1) Dody satria, staff Legal Officer di BPRS bakti Makmur Indah
Krian-Sidoarjo
2) Mohammad Mahdy Dzikrullah, staff Accounting Officer di
BPRS Bakti Makmur Indah Krian-Sidoarjo.
3) Pak Hariadi, nasabah BPRS Bakti Makmur Indah KrianSidoarjo
Pertanyaan-pertanyaan akan dibuat secara terstruktur agar lebih
mudah bagi peneliti dalam menyimpulkan hasil.
b. Metode Dokumentasi
Suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumendokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu
berupa catatan transkip, buku, surat kabar, dokumen resmi , dan
lainnya. 12 Dalam hal ini yang digunakan adalah dokumen resmi
dari BPRS Bakti Makmur Indah krian mengenai sejarah BPRS
Bakti Makmur Indah Krian-Sidoarjo, Visi, Misi, Struktur
organisasi, dan Produk-produknya.

12

Ibid, 105.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

4. Teknik Pengelolaan Data
Maka dilakukan analisis data dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:13
a. Organizing

adalah

suatu

proses

yang

sistematis

dalam

pengumpulan, pencatatan, dan penyajiia fakta untuk tujuan
penelitian.
b. Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan ketepatan
data tersebut.
c. Coding adalah kegiatan mengklasifikasikan dan memeriksa data
yang relevan dengan tema penelitian agar lebih fungsional.
5. Teknik Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun, kemudian
menganalisisnya dengan menggunakan teknik deskriptif. Deskriptif
yaitu menggambarkan/menguraikan sesuatu hal menurut apa adanya
yang sesuai dengan kenyataannya. Data tentang penyitaan barang
jaminan dalam pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di BPRS Bakti
Makmur Indah Krian-Sidoarjo akan dipaparkan untuk mengambil
kesimpulan.
Pola pikir yang dipakai adalah deduktif yaitu penyimpulan data
yang bertitik tolak dari teori pembiayaan mura>bah}ah dan barang
jaminan untuk menganalisis prosedur penyitaan barang jaminan

13

Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 143

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

terhadap pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di BPRS Bakti Makmur
Indah Krian.

I. Sistematika Pembahasan
Bab pertama adalah pendahuluan yang dalam hal ini berisi tentang
pokok-pokok pikiran atau landasan permasalahan yang melatarbelakangi
penulisan skripsi ini, sehingga memunculkan gambaran isi tulisan yang
terkumpul dalam konteks penelitian, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah , kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan
hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua tentang Barang Jaminan (Marhu>n) dan Pembiayaan
Bermasalah, yang terdiri dari pengertian barang jaminan, landasan hukum
barang jaminan, syarat barang jaminan, Fatwa DSN MUI tentang Rahn

Tasjily, dan prosedur penyitaan barang jaminan. Serta membahas tentang
pembiayaan bermasalah, pola penanganan pembiayaan bermasalah dan
Fatwa DSN MUI tentang sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda
pembayaran.
Selanjutnya pada bab tiga berisikan tentang aplikasi pembiayaan

mura>bah{ah, faktor yang menjadi penyebab terjadinya pembiayaan
mura>bah}ah bermasalah dan prosedur penyitaan barang pada pembiayaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

mura>bah}ah, serta memuat tentang profil

BPRS Bakti Makmur Indah

Krian-Sidoarjo.
Bab keempat berisi analisis hukum Islam terhadap penyitaan barang
jaminan pada pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di BPRS Bakti Makmur
Indah Krian-Sidoarjo. Dalam bab ini penulis menganalisis tentang prosedur
penyitaan barang jaminan yang dilakukan oleh BPRS Bakti Makmur Indah
Krian dengan hukum Islam yang berdasar pada Fatwa DSN MUI dan
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah.
Bab kelima merupakan bab penutup yang menyajikan kesimpulankesimpuulan yang dilengkapi dengan saran-saran, selain dari itu dalam bab
terakhir ini akan dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran
yang dianggap perlu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
BARANG JAMINAN DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

A. Barang Jaminan (Marhu>n)
1. Pengertian Barang Jaminan (Marhu>n)
Menurut pendapat Wahbah al-Zuhayli dalam fiqih mengenai
masalah jaminan dikenal bentuk akad yang bisa menjadi dasar
landasan masalah jaminan yaitu rahn (gadai).
Jaminan (rahn) menurut istilah syara’ adalah menjadikan benda
yang memiliki nilai harta dalam pandangan syara’ sebagai jaminan
untuk utang, dengan ketentuan dimungkinkan untuk mengambil
semua utang, atau mengambil sebagiannya dari benda (jaminan)
tersebut.1
Dalam hukum Islam jaminan dibagi menjadi dua; jaminan yang
berupa orang (personal guaranty) dan jaminan yang berupa harta benda.
Yang pertama yaitu jaminan yang berupa orang sering dikenal dengan
istilah d{ama>n atau kafa>lah. Sedangkan jaminan yang berupa harta benda
sering dikenal dengan marhu>n.

Marhu>n adalah harta yang ditahan oleh pihak murtahi>n untuk
mendapatkan pemenuhan atau pembayaran haknya yang menjadi

marhu>n bihi. Jika marhu>n sama jenisnya dengan hak yang menjadi
marhu>n bihi , maka diambilkan dari marhu>n. Jika tidak sama jenisnya

1

Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Juz 3, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1981), 187.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

maka marhu>n dijual terlebih dahulu lalu hak yang menjadi marhu>n

bihi dibayar dengan diambilkan dari harga hasil penjualan itu.

2

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 68/DSN-MUI/III/2008
tentang Rahn Tasjily dijelaskan bahwa: “jaminan dalam bentuk barang atas
utang, dengan kesepakatan bahwa yang diserahkan kepada penerima
jaminan (murtahin) hanya bukti sah kepemilikannya saja, sedangkan fisik
barang jaminan tersebut (marhu>n) tetap berada dalam penguasaan dan
pemanfaatan pembari jaminan (rahi>n)”.3

Keberadaan jaminan diatur dalam Pasal 8 UU Perbankan 1992
ditentukan bahwa: “Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib
mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur
untuk melunasi hutangnya sesuai yang diperjanjikan”. 4
Di dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah digunakan istilah agunan untuk memaknai suatu
jaminan, yaitu “Agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda
bergerak maupun benda tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik
agunan kepada Bank, dalam rangka pemberian fasilitas kredit
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”. 5
Jaminan dalam hukum positif mempunyai kedudukan sebagai
pemberi kepastian hukum kepada kreditur atas pengembalian

2

Wahbah Zuhaili, Fiqh Isla>m Wa Adilla>tuhu, juz 5, (Damaskus: Darul Fikr, 2008), 98.
DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Ciputat: cet.Ke-4, 2006), 210.
4
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
1993), 233.
5
Dewi Nurul Musjtari, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah, (Yogyakarta:
Nuha Medika, 2012), 93.
3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

modal/pinjaman/kredit yang ia berikan kepada debitur, dalam arti
bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, bila
perlu dapat diuangkan untuk melunasi hutang debitur. Nilai benda
jaminan harus lebih tinggi dari jumlah modal/pinjaman/kredit, dengan
harapan ketika terjadi wanprestasi atau kredit macet maka jaminan
itu dapat menutup (mengcover) pinjaman yang kreditur berikan.6
Kegunaan jaminan adalah sebagai berukut:
a. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelunasan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut,
apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar
kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam
perjanjian.
b.

Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk
membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan
usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau
perusahaan dapat dicegah.

c. Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi
perjanjian kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali
sesuai dengan persyaratan yang telah disetujui agar ia tidak
kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan oleh bank.7

7

Thomas Suyatno, Dasar-Dasar Perkreditan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1995), 89

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

2. Landasan Hukum Barang Jaminan (Marhu>n)
a. Al-Qur’an
Surat Al-Baqarah ayat 283:

ِ
ِ
ٓٓ‫وضة‬
َ ُ‫َوإِن ُكنتُمٓ َعلَ ٰى َس َفرٓ َوَلٓ ََ ُدواْ َكاتبٓا فَ ِرَٰ نٓ َمقٓب‬
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu´amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang).”8
b. Al-Hadith

ِ
ِ
ِ َ ‫ل صلَى‬
ِ ِ
‫َج ٍل َوَرَ نَهُ ِد ْر ًعا‬
َ ‫أَ َن َر ُس ْو َل‬
َ ‫اَُ َعلَْيه َو َسلَ َم ا ْش َََى طَ َع ًاما م ْن يَ ُهود ٍي إ ََ أ‬
ٍ ‫ِمن ح ِد‬
‫يد‬
َ ْ
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
membeli makanan dengan berhutang dari seorang Yahudi, dan
Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya.” 9
3. Syarat Barang Jaminan (Marhu>n)

Marhu>n menurut ulama Hanafiyah disyaratkan harus berupa
harta yang memiliki nilai, diketahui dengan jelas dan pasti, bisa
untuk diserahkan, dipegang, dikuasai, tidak tercampur dengan sesuatu
yang tidak termasuk marhu>n, terpisah dan teridentifikasi, baik itu
berupa harta bergerak atau harta tidak bergerak, baik itu harta mistli
atau qiimi. Penjelasan syarat-syarat ini adalah sebagai berikut: 10

8

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT Rilis Grafika, 2009), 49.
Lidwa Pusaka i - software—Kitab 9 Imam Hadith, Sumber: Bukhori, Kitab: Jual Beli, Bab:
Nabi Shallahu’alaihi Wassalam membeli dengan cara tempo, No. Hadith: 1926
10
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, jilid 6, (Jakarta:
Gema Insani, 2011), 133.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

a. Marhu>n harus bisa dijual
Yaitu marhu>n harus ada ketika akad dan bisa diserahkan.
Berdasarkan hal ini, maka tidak sah menggadaikan sesuatu yang
tidak ada ketika akad, tidak sah menggadaikan sesuatu yang
mungkin ada dan mungkin tidak ada (spekulatif).
b. Marhu>n harus berupa harta
Oleh karena itu, tidak sah menggadaikan sesuatu yang tidak
berupa harta, seperti bangkai, hasil burua tanah haram atau hasil
buruan seorang yang sedang dalam keadaan ihram.
c. Menggadaikan kemanfaatan
Menurut fuqaha, tidak sah menggadaikan kemanfaatan, seperti
seseorang menggadaikan kemanfaatan menempati rumah selama
sebulan atau lebih misalnya. Karena menurut Hanafiyah,
kemanfaatan bukan termasuk harta. Sedangkan menurut selain
ulama Hanafiyyah, kemanfaatan tidak bisa diserahkan, karena
pada waktu akad kemanfaatan tersebut tidak ada, kemudian jika
setelah ada, maka akan langsung hilang berlalu dan digantikan
dengan kemanfaatan yang lainnya.
d. Marhu>n harus memiliki nilai
Maksudnya boleh digunakan dan dimanfaatkan menurut agama,
sekiranya utang yang ada bisa terbayar dari marhu>n tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

e. Harus diketahui dengan jelas
Sebagaimana halnya barang yang dijual juga disyaratkan harus
diketahui dengan jelas dan pasti.
f. Marhu>n statusnya harus milik Rahi>n
Ulama Syafi’iyah dan Ulama Hanabilah berpendapat bahwa
tidak sah menggadaikan harta orang lain tanpa seizinnya. Karena
menjual harta orang lain tanpa seizing pemiliknya adalah tidak
sah. Di samping itu juga, harta itu tidak bisa diserahkan dan
tidak bisa dijual untuk membayar tanggungan utang pihak rahi>n

murtahi>n.

kepada

Maka

oleh

karenanya

tidak

sah

menggadaikannya.11
4. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 68/DSN-MUI/III Tahun 2008
tentang Rahn Tasjily
Rahn Tasjily adalah jaminan dalam bentuk barang atas utang
tetapi barang jaminan tersebut (marhu>n) tetap berada dalam
penguasaan

(pemanfaatan)

Rahi>n

dan

bukti

kepemilikannya

diserahkan kepada murtahin;
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan
utang dalam bentuk Rahn Tasjily dibolehkan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Rahi>n

menyerahkan

bukti

kepemilikan

barang

kepada

murtahin;
11

Ibid,. 133-138.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

b. Penyimpanan

barang

kepemilikan

atau

kepemilikan

barang

jaminan

sertifikat
ke

dalam

bentuk

tersebut

Murtahin.

tidak
Dan

bukti

sah

memindahkan
apabila

terjadi

wanprestasi atau tidak dapat melunasi utangnya, Marhu>n
dapat dijual paksa/dieksekusi langsung baik melalui lelang
atau dijual ke pihak lain sesuai prinsip syariah;
c. Rahi>n

memberikan

mengeksekusi

wewenang

barang

tersebut

kepada
apabila

Murtahin
terjadi

untuk

wanprestasi

atau tidak dapat melunasi utangnya;
d. Pemanfaatan barang marhu>n oleh rahi>n harus dalam batas
kewajaran sesuai kesepakatan;
e. Murtahin

dapat

penyimpanan

mengenakan

barang

biaya

marhu>n

pemeliharaan

(berupa

bukti

dan
sah

kepemilikan atau sertifikat) yang ditanggung oleh rahi>n;
f. Besaran

biaya

pemeliharaan

dan

penyimpanan

barang

marhu>n tidak boleh dikaitkan dengan jumlah pinjaman yang
diberikan;
g. Besaran

biaya

sebagaimana

dimaksud

huruf

e

tersebut

didasarkan pada pengeluaran yang riil dan beban lainnya
berdasarkan akad Ijarah.
h. Biaya asuransi pembiayaan Rahn Tasjily ditanggung oleh

Rahi>n.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

5. Prosedur Penyitaan Barang Jaminan (Marhu>n)
Penyitaan barang jaminan terjadi apabila debitur tidak memenuhi
kewajibanya seperti yang dijanjikan, maka debitur dinyatakan lalai
atau wanprestasi. 12
Fatwa DSN-MUI No. 68/DSN-MUI/III 2008 telah mengatur
mengenai marhu>n berikut ketentuan penyitaannya yang berbunyi:
“penyimpanan barang jaminan dalam bentuk bukti yang sah
kepemilikan atau sertifikat tersebut tidak memindahkan kepemilikan
barang ke murtahin. Apabila terjadi wanprestasi atau tidak dapat
melunasi hutangnya, marhu>n dapat dijual paksa atau dieksekusi
langsung baik melalui lelang atau dijual ke pihak lain
sesuai prinsip syariah.”13
Jika terjadi pembiayaan bermasalah, kreditur tidak semata-mata
langsung melakukan penyitaan terhadap barang jaminan harus
dilakukan

upaya-upaya

dalam

mengatasi

kredit

bermasalah.

Penyelamatan kredit bermasalah tersebut dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1) Penjadwalan kembali (Rechedulling), yaitu perubahan syarat
kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atu
jangka waktunya.
2) Persyaratan kembali (Reconditioning), yaitu perubahan sebagian
atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada
perubahan

12

jadwal

pembayaran,

jangka

waktu

dan

atau

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa,1963), 43.
DSN MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Ciputat: cet.Ke-4, 2006), 98.

13 13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyankut maksimum
saldo kredit.
3) Penataan kembali (Resructuring), yaitu perubahan syarat-syarat
kredit yang meliputi rechedulling dan reconditioning.14
Dalam menyelesaikan kredit bermasalah juga perlu dilakukan
pendekatan oleh bank kepada nasabah. Pendekatan dan penetapan
strategi dalam penanganan kredit bermasalah yaitu sebagai berikut:
1) Pendekatan Secara Tertulis, dengan cara yaitu:
a) Pemberian Surat Tagihan
b) Pemberian Surat Peringatan I, II, dan III
Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)
juga telah diatur mengenai pemberian surat peringatan atau
dengan sebuah akta sejenis, terdapat dalam pasal 37 yang
berbunyi: “Pihak dalam akad melakukan ingkar janji, apabila
dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu
telah dinyatakan ingkar janji atau demi perjanjiannya sendiri
menetapkan, bahwa pihak dala akad harus dianggap ingkar
janji dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.
2) Pendekatan Secara Lisan
a)

Pihak Bank / Lembaga Keuangan dalam melaksanakan
pendekatan ini dengan cara berkunjung ke tempat usaha

14

Kasmir, S.E.. MM., Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 103-104.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

debitur untuk segera melunasi kewajibannya sebelum
diberikan surat tagihan.
b) Apabila setelah diberi Surat Peringatan III, tetapi debitur

belum melunasi kewajibannya maka pihak Bank / Lembaga
Keuangan melakukan kunjungan untuk menilai usaha
debitur.
c)

Pihak Bank / Lembaga Keuangan melakukan pembinaan
kepada debitur yang mempunyai kategori prospek baik dan
itikad baik, prospek tidak baik dan itikad baik, dan prospek
tidak baik dan itikad tidak baik supaya menjadi kooperatif
dan mau segera melunasi kewajibannya.

Apabila sudah dilakukan pendekatan baik secara lisan maupun
secara tertulis nasabah tetap tida berprestasi, maka selanjutnya yang
dapat dilakukan oleh bank syariah adalah dengan pengambilalihan
barang jaminan yang keudian dapat dijual atau di lelang secara
umum. Terdapat dalam KHES pasal 129 yang berbunyi: “Akad

mura>bahah dapat diselesaikan dengan cara menjual obyek akad
kepada Lembaga Keuangan Syariah dengan harga pasar, atau nasabah
melunasi sisa hutangnya kepada Lembaga Keuangan Syariah dari
hasil penjualan obyek akad”.
Jadi kesimpulannya, sesuai dengan Fatwa DSN MUI dan
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), penyitaan barang
jaminan boleh dilakukan apabila nasabah melakukan wanprestasi atau

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

tidak dapat melunasi hutangnya. Saat dilakukan penyitaan terhadap
barang jaminan harus sesuai prosedur, dengan melampirkan adanya
surat perintah atau akta sejenis karena dengan surat perintah tersebut
nasabah dapat dikatakan ingkar janji/wanprestasi sehingga bisa
dikenakan sanksi atas perbuatannya tersebut.

B. Pembiayaan Bermasalah
1. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan yang bermasalah adalah suatu penyaluran dana
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah yang
dalam pelaksanaan pembayaran pembiayaan oleh nasabah itu terjadi
hal-hal seperti pembiayaan tidak lancar, pembiayaan yang debiturnya
tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, serta pembiayaan
tersebut tidak menepati jadwal angsuran. Sehingga hal-hal tersebut
memberikan dampak negatif bagi kedua belah pihak. 15
Semakin hari semakin bertambah permasalahan dalam hukum
ekonomi syari’ah khususnya dalam dunia perbankan yang dalam hal
ini terjadinya pembiayaan mura>bah}ah

bermasalah. untuk itu

dibuatlah positifisasi hukum muamalah yang tertuang dalam Fatwa
Dewan Syariah Nasional dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
agar dijadikan acuan dalam penyelesaian perkara-perkara ekonomi
syariah.
15

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. raja Grafindo
Persada, 2010), 120

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) terdapat
dalam Pasal 36 sampai Pasal 39 yang megatur tentang Ingkar Janji
dan Sanksi bagi nasabah yang melakukan wanprestasi sehingga
menimbulkan pembiayaan bermasalah.
Pasal 36
Pihak dapat dianggap melakukan ingkar janji, apabila dikarenakan
kesalahannya:
a. Tidak melakukan apa yang dijanjikan untuk melakukannya;
b. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan;
c. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat, atau;
d. Melakuakan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan.16
Pasal 37
Pihak dalam akad melakukan ingkar janji, apabila dengan surat
perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan ingkar
janji atau demi perjanjiannya sendiri menetapkan, bahwa pihak dalam
akad harus dianggap ingkar janji dengan lewatnya waktu yang
ditentukan.

16

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), (Bandung: Fokus Media, 2010), 28.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Pasal 38
Pihak dalam akad yang melakukan ingkar janji dapat dijatuhkan
sanksi:
a. Membayar ganti rugi;
b. Pembatalan akad;
c. Peralihan resiko;
d. Denda; dan/atau
e. Membayar biaya perkara
Pasal 39
Sanksi pembayaran ganti rugi dapat dijatuhkan apabila:
a. Pihak yang melakukan ingkar janji setelah dinyatakan ingkar;