Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga T1 162009034 BAB IV

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus
pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada Bab I yaitu adakah
Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro
Salatiga?

4.1 .Hasil Penelitian
4.1.1 Profil SMK Diponegoro Salatiga
SMK Diponegoro merupakan salah satu SMK kejuruan swasta di Salatiga, status
diakui didirikan tahun 1997 diatas tanah seluas 5000 ht2. Dibawah naungan
YAYASAN IMARATUL MASAJID WALMADARIS (YA IAMAM) yang berlokasi
di jalan kartini no 2 .
Pengurus YA IMAM mengganti nama madrasa aliyah NU menjadi SMEA
Diponegoro dengan surat keputusan NO:010-YA IMAM-II-1997. Nama SMEA
berubah menjadi SMK Diponegoro Salatiga.
Di SMK Diponegoro Salatiga berdasarkan ajaran islam sehingga tingkah laku dan
gerakkan berdasarkkan ajaran agama islam.walaupun demikian yang menimba ilmu
disini dari berbagai macam.
SMK Diponegoro Salatiga memiliki fasilitas kerja mandiri berupa mini market
milik SMK Diponegoro Salatiga guna untuk memberikan praktek nyata untuk peserta

didik program keahlian akuntansi supaya dapat menghitung cara membuat pembukuan
di mini market sedangkan bagi program keahlian pemasaran dapat menumbuhkan jiwa
kewirausahaan yang mandiri dan cara yang baik untuk memberi pelayanan terbaik
kepada pelanggan.

4.1.2 Program Keahlian / Jurusan SMK Diponegoro Salatiga

Tabel 4.1 Program keahlian dan Jumlah kelas
Di SMK Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2012-2013
KELAS
JUMLAH KELAS
JUMLAH
Akutansi
Pemasaran
X
3
3
6
XI
3

3
6
XII
3
2
5
JUMLAH
17

Sumber:Data yang diolah

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa terdapat dua program keahlian akutansi dan
pemasaran,kelas X akutansi dan pemasaran berjumlah enam kelas sedangkan kelas
XI

akutansi dan pemasaran berjumlah enam kelas dan kelas XII akutansi dan

pemasaran berjumlah lima kelas sehingga Di SMK Diponegoro Salatiga memiliki
tujuh belas kelas.
4.1.3 Visi dan Misi SMK Diponegoro Salatiga

Visi
Menyiapkan tenaga terampil,kompetitif,mandiri,siap kerja dan akhlak mulia.
Misi
1.mengembangkan sikap keimanan dan ketekunan kepada tuhan YME
2.membangun sikap profesionel jujur dan bertanggungjawab
3.melaksanakan program diklat sesuai tuntutan kebutuhan dunia kerja meliputi aspek
normative adaptif dan produktif.
4.membangunjiwa kewirausahaan
5.mengoptimalkanperan serta masyarakat,potensi lingkungan dan unit produksi.
4.2 Hasil Temuan penelitian
Bagian ini mengemukakan hasil temuan yang diperoleh saat peneliti melakukan
penelitian di lapangan. Standar Kompetensi guru ada empat yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional,
Penguasaan pemahaman standar kompetensi ini sebagai syarat sertifikasi dalam
meningkatkan mutu pembelajaran. Wawancara mendalam juga dilakukan peneliti
kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan belum Sertifikasi selain itu pengisian
kuesioner juga dilakukan peneliti kepada 33 guru yang dianalisis. Hasil temuan
penelitian sebagai berikut:

4.2.1.Kompetensi Pedagogik

Hasil temuan peneliti berupa tabel di dapat dari penyebaran kuesioner sebagai alat
bantu supaya hasil semakin akurat selain itu wawancara kepada nara sumber yaitu
kepala sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro
Salatiga.
TABEL 4.2.1.HASIL PEMAHAMAN KOMPETENSI PEDAGOGIK
KEPALA SEKOLAH,GURU SERTIFIKASI DAN GURU YANG BELUM SERTIFIKASI DI SMK
DIPONEGORO SALATIGA
Responden

Jumlah
Responden

Kepala Sekolah

1

Tidak
memahami
-


Pilihan untuk responden
Kurang
Cukup
Memahami
memahami memahami
-

Guru yang
sertifikasi
Guru yang
belum sertifikasi

8

-

-

-


5

3

25

-

7

11

5

2

Sangat
memahami
1


Sumber=Data yang diolah

Tabel 4.2.1 Menunjukkan Kepala Sekolah, Guru sertifikasi yang berjumlah
delapan guru di antaranya empat Guru Tetap Yayasan (GTY) dan tiga guru Pegawai
Negeri Sipil (PNS) serta Guru yang belum sertifikasi yang berjumlah dua puluh lima
diantaranya dua puluh Guru Tetap Yayasan (GTY) dan lima Guru Tidak Tetap (GTT)
dalam memahami setiap indikator kompetensi pedagogik untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil temuan
peneliti kepada guru sertifikasi menjelaskan lima guru dengan status Guru Tetap
Yayasan (GTY) memahami kompetensi pedagogik dan tiga guru di antaranya dengan
status dua guru Pegawai negeri Sipil (PNS) dan satu Guru Tetap Yayasan (GTY) sangat
memahami sehingga guru sertifikasi lebih banyak yang memahami kompetensi
pedagogik dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Guru sertifikasi menjelaskan mengevaluasi pembelajaran dengan Tes, Afektif
(berkaitan dengan minat,motivasi,konsep diri dan sikap), Psikomotor dan Kongnitif
(kemampuan intelektual peserta didik) selain itu guru sertifikasi melakukan teknik
pembelajaran dengan permainan kecil di sela-sela pembelajaran supaya peserta didik

tidak bosan dan guru sertifikasi mampu mengembangkan potensi masing-masing
peserta didik dengan memberikan pembelajaran dalam situasi bebas tertekan dan bebas

rasa takut misalnya memberikan tugas praktek untuk berwirausaha, memberi motivasi
mengejar apa yang diminati salah satunya dengan pelatihan terjun langsung ke mini
market SMK Diponegoro Salatiga supaya potensi yang ada dalam diri peserta didik
berkembang. Guru sertifikasi

merancang dan menciptakan pembelajaran agar

menyadarkan peserta didik untuk menjadi generasi yang berkualitas sehingga mutu
pembelajaran dapat meningkat.
Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah menunjukkan sangat memahami
setiap indikator kompetensi pedagogik, selain itu pandangan Kepala Sekolah kepada
guru sertifikasi ,menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik belum dilaksanakan dengan
baik ketika pembelajaran, sebenarnya seluruh guru sudah mengerti dan memahami
kompetensi pedagogik tetapi dalam kenyataannya belum menerapkan dengan baik ke
dalam strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran yang kreatif. Kepala Sekolah
juga menjelaskan baik guru sertifikasi maupun yang belum sertifikasi

belum

menyadari pentingnya pemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti alat

media LCD untuk kepentingan pembelajaran sehingga guru sertifikasi dikatakan belum
maksimal dalam meningkatkan mutu pembelajarandi SMK Diponegoro Salatiga.
Hasil temuan peneliti kepada Guru yang belum Sertifikasi dalam memahami setiap
indikator kompetensi pedagogik, menunjukkan tujuh guru di antaranya dengan status
lima Guru Tidak Tetap(GTT) dan dua Guru Tetap Yayasan(GTY) kurang memahami,
sebelas guru dengan status Guru Tetap Yayasan (GTY) cukup memahami, lima guru
dengan status Guru Tetap Yayasan(GTY) memahami dan dua guru sangat dengan
status dua Guru Tetap yayasan(GTY) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak
guru yang belum sertifikasi dalam pemahaman kompetensi pedagogik adalah cukup
memahami artinya belum maksimal dalam menerapkan di setiap pembelajaran.
Terbatasnya fasilitas sekolah yang menunjang pemanfaaatan teknologi dan guru kurang
sadar pentingnya

melaksanakan tindakan reflektif (tidak mencatat secara teratur

pengalaman unik yang dialami guru dan peserta didik) ketika pembelajaran selain itu
hanya beberapa guru yang sadar pentingnya menggunakan metode atau pendekatan

tertentu sehingga guru yang belum sertifikasi belum mampu meningkatkan mutu
pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.

Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang
belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga. Pemahaman kompetensi pedagogik
menunjukkan guru belum sertifikasi cukup memahami itu artinya dengan adanya
delapan guru sertifikasi cukup mampu meningkatkan mutu pembelajaran walaupun
belum maksimal ketika menerapkannya dalam pembelajaran di SMK Diponegoro
Salatiga.
4.2.2.Kompetensi Kepribadian
Hasil temuan peneliti berupa tabel didapat dari penyebaran kuesioner sebagai alat
bantu supaya hasil semakin akurat selain itu wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru
Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga.
TABEL 4.2.2.HASIL PEMAHAMAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN
KEPALA SEKOLAH,GURU SERTIFIKASI DAN GURU BELUM SERTIFIKASI
DI SMK DIPONEGORO SALATIGA
Responden

Jumlah
Responden

Pilihan untuk responden
Kurang

Cukup
Memahami
memahami memahami
-

Kepala Sekolah

1

Tidak
memahami
-

Guru yang
sertifikasi
Guru yang
belum sertifikasi

8

-

-

-

3

5

25

-

-

1

10

14

Sangat
memahami
1

Sumber:Data yang diolah

Tabel 4.1.2 Menunjukkan Kepala Sekolah, Guru sertifikasi yang berjumlah
delapan guru diantaranya empat Guru Tetap Yayasan(GTY) dan tiga guru Pegawai
Negeri Sipil(PNS) serta Guru yang belum sertifikasi yang berjumlah dua puluh lima
diantaranya dua puluh Guru Tetap Yayasan(GTY) dan lima Guru Tidak Tetap(GTT)
dalam memahami setiap indikator kompetensi kepribadian untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil temuan
peneliti kepada guru bersertifikasi menjelaskan tiga guru diantaranya dengan status dua

Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu guru Pegawai Negeri Sipil(PNS) memahami
kompetensi kepribadian dan lima guru di antaranya dengan status tiga Guru Tetap
Yayasan (GTY) dan dua guru Pegawai negeri Sipil (PNS) sangat memahami sehingga
guru sertifikasi lebih banyak yang sangat memahami kompetensi kepribadian dan
sangat mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Guru sertifikasi menjelaskan bahwa guru tidak hanya bekerja mentransfer ilmu
pengetahuan tetapi juga menjadi pemberi teladan , bertindak sesuai norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia, berkepribadian jujur bersikap mulia
dan teladan. Pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawah juga menjadi
salah satu keberhasilan pembelajaran. Guru sertifikasi mampu mengendalikan
kestabilan emosi sehingga tidak ada kekerasan dalam pembelajaran dan peserta didik
merasa tidak tertekan, berani bertanya dalam mengalami kesulitan dengan begitu guru
sertifikasi mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah dalam memahami setiap indikator
kompetensi kepribadian menunjukkan sangat memahami. Kepala Sekolah sebagai
pemimpin Sekolah mengarahkan dan menjalankan visi misi sekolah supaya tidak terjadi
penyimpangan serta menjunjung tinggi akhlak mulia sehingga mampu meningkatkan
mutu pembelajaran. Etos kerja tanggung jawab, rasa bangga menjadi guru dan rasa
percaya diri akan memudahkan guru untuk mengembangkan diri. Kepala Sekolah
menjelaskan bahwa baik guru sertifikasi dan guru yang belum sertifikasi sangat mampu
memahami

dan melaksanakan kompetensi kepribadian dengan baik dalam

pembelajaran sehingga mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro
Salatiga.
Hasil temuan peneliti Guru yang belum Sertifikasi dalam memahami setiap
indikator-indikator kompetensi kepribadian menunjukkan, satu guru dengan status Guru
Tetap Yayasan (GTY) cukup memahami, sepuluh guru diantaranya dengan status delapan
Guru Tetap Yayasan(GTY) dan dua Guru Tidak Tetap(GTT) memahami dan empat belas
guru diantaranya dengan status sebelas Guru Tetap yayasan(GTY) dan tiga Guru Tidak
Tetap(GTT) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak guru yang belum sertifikasi
dalam pemahaman kompetensi kepribadian adalah sangat memahami Guru yang belum
Sertifikasi menjelaskan pelaksanaan ibadah yang terjadwal meningkatkan iman selain

itu wajib menjunjung tinggi kode etik untuk pedoman sikap dan perilaku sehingga tidak
melanggar aturan karena segala sesuatu dari tingkah laku seorang pengajar akan
berpengaruh dengan martabat guru dengan demikian jika dilaksanakan dengan baik guru
yang belum sertifikasi mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro
Salatiga.
Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang
belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga. Pemahaman kompetensi kepribadian
menunjukkan guru belum sertifikasi sangat

memahami itu artinya dengan adanya

delapan guru sertifikasi sangat mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK
Diponegoro Salatiga.
4.2.3 Kompetensi Sosial
Hasil temuan peneliti berupa tabel didapat dari penyebaran kuesioner sebagai alat
bantu supaya hasil semakin akurat selain itu wawancara terhadap ketiga nara sumber yaitu
guru sertifikasi, kepala sekolah dan guru yang belum sertifikasi di SMK Diponegoro
Salatiga.
TABEL 4.2.3. HASIL PEMAHAMAN KOMPETENSI SOSIAL
KEPALA SEKOLAH, GURU SERTIFIKASI DAN GURU BELUM SERTIFIKASI DI SMK
DIPONEGORO SALATIGA
Responden

Jumlah
Responden

Kepala Sekolah

1

Tidak
memahami
-

Pilihan untuk responden
Kurang
Cukup
Memahami
memahami memahami
1

Guru yang
sertifikasi
Guru yang
belum sertifikasi

8

-

-

-

5

3

25

-

-

4

14

7

Sangat
memahami
-

Sumber:Data yang diolah

Tabel 4.2.3 Menunjukkan Kepala Sekolah, Guru sertifikasi yang berjumlah
delapan guru diantaranya empat Guru Tetap Yayasan (GTY) dan tiga guru Pegawai
Negeri Sipil (PNS) serta Guru yang belum sertifikasi yang berjumlah dua puluh lima
diantaranya dua puluh Guru Tetap Yayasan(GTY) dan lima Guru Tidak Tetap(GTT),

dalam memahami setiap indikator kompetensi sosial untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil temuan
peneliti kepada guru sertifikasi menjelaskan lima guru di antaranya dengan status empat
Guru Tetap Yayasan (GTY) dan satu guru Pegawai negeri Sipil (PNS) memahami
kompetensi sosial dan tiga guru di antaranya dengan status dua guru Pegawai negeri
Sipil (PNS) dan satu Guru Tetap Yayasan (GTY) sangat memahami sehingga guru
sertifikasi lebih banyak yang memahami kompetensi sosial dan mampu meningkatkan
mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Guru Sertifikasi menjelaskan pemahaman kompetensi sosial bersikap inklusif
artinya terbuka terhadap perbadaan dan terbuka dalam interaksi selain itu bertindak
obyektif dalam memberikan penilaian dan pendapat agar tidak menyimpang dari tujuan
pembelajaran. Pemberian nilai apa adanya tidak ada paksaan untuk memanipulasi data
sebagai guru bersertifikasi harus berlandaskan kebenaran ilmiah, rasional dan etis
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah dalam memahami indikatorindikator setiap kompetensi sosial menjelaskan memahami. Pandangan Kepala Sekolah
kepada guru sertifikasi dan guru yang belum sertifikasi sudah memahami serta
melaksanakan kompetensi sosial dengan baik dalam pembelajaran seperti interaksi
sesama profesi dengan bertukar pikiran melalui forum atau media lainnya dengan baik
selain itu berkomunikasi dengan penyampaian yang baik, bersikap santun sesuai dengan
kebiasaan adat istiadat dan kebudayaan setempat sehingga Kepala Sekolah menjelaskan
guru sertifikasi dan guru yang belum sertifikasi mampu meningkatkan mutu
pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Hasil temuan peneliti kepada Guru yang belum Sertifikasi dalam memahami
setiap indikator-indikator kompetensi sosial menjelaskan empat guru diantaranya
sengan status tiga Guru Tetap Yayasan (GTY) dan satu Guru Tidak Tetap (GTT) cukup
memahami, empat belas guru di antaranya dengan status
Yayasan(GTY) dan tiga Guru Tidak Tetap(GTT)

sembilan Guru Tetap

memahami dan tujuh guru di

antaranya dengan status enam Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu Guru Tidak
tetap(GTT) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak guru yang belum sertifikasi

dalam kompetensi sosial adalah sudah memahami dan mampu meningkatkan
pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang
belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga. Pemahaman kompetensi sosial
menunjukkan guru belum sertifikasi memahami itu artinya dengan adanya delapan guru
sertifikasi mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
4.2.4 Kompetensi Profesional
Hasil temuan peneliti berupa tabel didapat dari penyebaran kuesioner sebagai alat
bantu supaya hasil semakin akurat selain itu wawancara kepada nara sumber yaitu Kepala
Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga.
TABEL 4.2.4.HASIL PEMAHAMAN KOMPETENSI PROFESIONAL
KEPALA SEKOLAH,GURU SERTIFIKASI DAN GURU BELUM SERTIFIKASI DI SMK
DIPONEGORO SALATIGA
Responden

Jumlah
Responden

Pilihan untuk responden
Kurang
Cukup
Memahami
memahami memahami
1

Kepala Sekolah

1

Tidak
memahami
-

Guru yang
sertifikasi
Guru yang
belum sertifikasi

8

-

-

-

8

-

25

-

14

5

5

1

Sangat
memahami
-

Sumber:Data yang diolah

Tabel 4.2.4. Menunjukkan Kepala Sekolah, Guru sertifikasi yang berjumlah
delapan guru diantaranya empat Guru Tetap Yayasan (GTY) dan tiga guru Pegawai
Negeri Sipil (PNS) serta Guru yang belum sertifikasi yang berjumlah dua puluh lima
diantaranya dua puluh Guru Tetap Yayasan(GTY) dan lima Guru Tidak Tetap(GTT),
dalam memahami setiap indikator kompetensi profesional untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil temuan
peneliti kepada guru sertifikasi menjelaskan delapan guru di antaranya dengan status
lima Guru Tetap Yayasan (GTY) dan tiga guru Pegawai negeri Sipil (PNS) memahami
kompetensi profesional sehingga guru sertifikasi di katakana memahami kompetensi

profesional dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro
Salatiga.
Guru Sertifikasi menjelaskan bahwa menambah wawasan melalui internet dan buku
– buku yang mendekati pelajaran yang akan diajarkan merupakan cara penguasaan
materi secara luas dan pengembangan diri guru. Sehingga dapat meningkatkan kualitas
mutu pembelajaran selain itu pengembangan kurikulum dapat dilaksanakan dengan
mengembangkan RPP dan silabus melalui pengembangan alat penilaian yang tepat
sesuai dengan indikator-indikatornya sehingga guru sertifikasi dengan cara tersebut
cukup mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah dalam pemahaman standar
kompetensi professional menjelaskan memahami. Penjelasan Kepala Sekolah kepada
guru sertifikasi berbeda dalam memahami kompetensi profesional . Guru sertifikasi
menjelaskan bahwa memahami kompetensi profesional tetapi pada kenyataanya belum
dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran, Sebenarnya para guru baik yang
bersertifikasi maupun yang belum sudah memiliki standar kompetensi professional
yang baik namun karena beberapa kendala

menyebabkan kurang optimal dalam

menjalankan kompetensi professional seperti materi pembelajaran yang kurang kreatif
akibat kurangnya sarana prasarana yang menjadikan guru monoton dan peserta didik
merasa bosan selain itu guru sertifikasi tidak semangat dan malas menggunakan Metode
yang menarik untuk peserta didik untuk pengembangan diri sehingga guru sertifikasi
dapat dikatakan sama saja dengan guru yang belum sertifikasi belum mampu
meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Hasil temuan peneliti kepada guru yang belum sertifikasi dalam memahami setiap
indikator-indikator kompetensi profesional menjelaskan empat belas guru diantaranya
dengan status sembilan Guru Tetap Yayasan (GTY) dan lima Guru Tidak Tetap (GTT)
kurang memahami, lima Guru Tetap Yayasan(GTY) cukup memahami dan lima Guru
Tetap Yayasan(GTY) memahami dan satu Guru Tetap Yayasan(GTY) sangat
memahami. sehingga pilihan terbanyak guru yang belum sertifikasi dalam kompetensi
profesional adalah kurang memahami dan belum mampu meningkatkan pembelajaran di
SMK Diponegoro Salatiga.

Guru yang belum sertifikasi menjelaskan Fasilitas yang memadai salah satu faktor
keberhasilan pembelajaran, guru-guru semakin giat mengembangkan potensinya tapi
pada kenyataannya kendala-kendala yang terjadi seperti keterbatasan fasilitas untuk
mengembangkan diri menjadikan guru belum sertifikasi kurang mampu meningkatkan
mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang
belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga. Pemahaman kompetensi profesional
menunjukkan guru belum sertifikasi kurang memahami itu artinya dengan adanya
delapan guru sertifikasi belum mampu meningkatkan mutu pembelajaran dan belum
maksimal ketika menerapkannya dalam pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga
4.2.5 Pemahaman guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro.
Guru yang bersertifikasi maupun yang belum sertifikasi harus memiliki
kemampuan dalam menguasai empat kompetensi guru, jika memahamami dan
menjalankan kompetensi dengan baik dan benar maka akan terjadi Peningkatkan mutu
pembelajaran. Guru Sertifikasi seharusnya mampu mengubah mutu pembelajaran
semakin baik atau semakin meningkat tetapi pada kenyataannya mutu pembelajaran di
SMK Diponegoro belum ada perubahan.
Hasil temuan peneliti data tabel yang berasal dari penyebaran kuesioner sebagai
alat bantu supaya hasil semakin akurat selain itu wawancara terhadap ketiga nara
sumber yaitu Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di
SMK Diponegoro Salatiga.
TABEL 4.2.5.HASIL MUTU PEMBELAJARAN
KEPALA SEKOLAH ,GURU SERTIFIKASI DAN GURU BELUM SERTIFIKASI
DI SMK DIPONEGORO SALATIGA
Responden

Jumlah
Responden

Kepala Sekolah

1

Tidak
memahami
-

Guru yang
sertifikasi

8

-

Pilihan untuk responden
Kurang
Cukup
Memahami
memahami memahami
-

2

1

Sangat
memahami
1
5

Guru yang
belum sertifikasi

25

Sumber:Data yang diolah

-

1

11

10

3

Tabel 4.2.5 Menunjukkan Kepala Sekolah, Guru sertifikasi yang berjumlah
delapan guru diantaranya empat Guru Tetap Yayasan (GTY) dan tiga guru Pegawai
Negeri Sipil (PNS) serta Guru yang belum sertifikasi yang berjumlah dua puluh lima
diantaranya dua puluh Guru Tetap Yayasan(GTY) dan lima Guru Tidak Tetap(GTT),
dalam

meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Berkaitan

dengan hal tersebut, hasil temuan peneliti guru sertifikasi dalam meningkatkan mutu
pembelajaran menunjukkan dua guru di antaranya dengan status satu Guru Tetap
Yayasan (GTY) dan satu guru Pegawai negeri Sipil (PNS) cukup memahami dalam
meningkatkan mutu pembelajaran dan satu Guru Tetap Yayasan (GTY) memahami dan
lima guru diantaranya dengan status dua Guru Tetap Yayasan(GTY) dan tiga guru
Pegawai Negeri Sipil(PNS) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak guru
sertifikasi adalah sangat

memahami dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan

sangat mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga
Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu
pembelajaran menjelaskan sangat memahami. Pandangan Kepala Sekolah dengan guru
sertifikasi berbeda guru sertifikasi menjelaskan cukup memahami/memahami tetapi
menurut Kepala Sekolah bahwa guru sertifikasi belum mampu meningkatkan mutu
pembelajaran di SMK Diponegoro. Administrasi pembelajaran seperti RPP yang tidak
sesuai dengan rencana dan kurangnya fasilitas LCD untuk menunjang peningkatan
kompetensi guru sehingga monoton dalam mengajar itu merupakan kendala untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Hasil Temuan peneliti guru yang belum sertifikasi dalam meningkatkan mutu
pembelajaran menjelaskan satu Guru Tetap Yayasan (GTY) kurang memahami dan
sebelas guru di antaranya dengan status Sembilan Guru Tetap Yayasan (GTY) dan dua
Guru Tidak Tetap (GTT) cukup memahami, sepuluh guru diantaranya dengan status
tujuh Guru Tetap Yayasan(GTY) dan tiga Guru Tidak Tetap(GTT) memahami dan tiga
Guru Tetap Yayasan(GTY) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak guru yang
belum sertifikasi dalam pemahaman meningkatkan mutu pembelajaran adalah cukup

memahami dan cukup mampu meningkatkan pembelajaran di SMK Diponegoro
Salatiga.
Guru yang belum Sertifikasi cukup mampu mewujudkan pembelajaran yang
bermutu karena keterbatasan fasilitas LCD yang berjumlah empat sehingga penerapan
metode dan teknik pembelajaranmenjadi monoton dan belum maksimal. Guru yang
belum sertifikasi menjelaskan dengan adanya guru sertifikasi belum ada peningkatan
mutu pembelajaran di SMK Diponegoro, adanya penyimpangan tujuan sertifikasi
maksudnya

guru menjelaskan bahwa sertifikasi dapat meningkatkan penghasilan

sehingga guru mengejar sertifikasi untuk meningkatkan penghasilan dan melupakan
tugasnya untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Hasil temuan peneliti kepada Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum
Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga. Pemahaman untuk meningkatkan mutu
pembelajaranl menunjukkan guru belum sertifikasi cukup memahami itu artinya dengan
adanya delapan guru sertifikasi cukup mampu meningkatkan mutu pembelajaran tetapi
belum maksimal ketika menerapkannya dalam pembelajaran di SMK Diponegoro
Salatiga
4.3

Pembahasan
Berdasarkan hasil Temuan penelitian untuk mengetahui Dampak Sertifikasi Guru
dalam peningkatan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga. Kepala Sekolah,
Guru Sertifikasi dan Guru belum Sertifikasi di SMK Diponegoro Salatiga dalam memahami
standar kompetensi pada kenyataannya menunjukan bahwa masih adanya guru ketika
pembelajaran belum dilaksanakan dengan baik. Pemahaman kompetensi pedagogik yang
menunjukkan cukup memahami dan profesional yang menunjukan kurang memahami.
walaupun pemahaman kompetensi kepribadian sangat memahami

dan pemahaman

kompetensi sosial yang menunjukkan memahami tetapi belum mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran.
4.3.1 Pemahaman Standar Kompetensi Guru
4.3.1.1 Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan salah satu dari empat standar kompetensi, arti
Pedagogik itu sendiri membimbing anak dan itu tugas seorang pendidik. Hasil

temuan peneliti pada Tabel 4.2.1 pemahaman kompetensi pedagogik dalam
meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga kepada Kepala
Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi. menunjukkan Kepala
Sekolah sangat memahami, guru sertifikasi menjelaskan lima guru dengan status
Guru Tetap Yayasan (GTY) memahami kompetensi pedagogik dan tiga guru di
antaranya dengan status dua guru Pegawai negeri Sipil (PNS) dan satu Guru Tetap
Yayasan (GTY) sangat memahami sehingga guru sertifikasi lebih banyak yang
memahami kompetensi pedagogik dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di
SMK Diponegoro Salatiga. Guru yang belum Sertifikasi dalam memahami setiap
indikator kompetensi pedagogik, menunjukkan tujuh guru di antaranya dengan status
lima Guru Tidak Tetap(GTT) dan dua Guru Tetap Yayasan(GTY) kurang
memahami, sebelas guru dengan status Guru Tetap Yayasan (GTY) cukup
memahami, lima guru dengan status Guru Tetap Yayasan(GTY) memahami dan dua
guru sangat dengan status

dua Guru Tetap yayasan(GTY) sangat memahami

sehingga pilihan terbanyak guru yang belum sertifikasi dalam pemahaman
kompetensi pedagogik adalah cukup memahami.

Menurut Fullan dalam buku

Prof.Dr.Slameto,M.Pd.(2013:2) keberhasilan perubahan dan pembaharuan sistem
pendidikan sangat bergantung pada”what teachers do and think”atau dengan kata lain
bergantung pada penguasaan kompetensi guru
Berkaitan dengan hal tersebut, kompetensi pedagogik guru memegang peran
penting

inti

kompetensi

pedagogik

terletak

pada

kemampuan

menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan inti dari pelajaran

dalam
yang

mendidik terletak pada kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
sehariannya. Guru dituntun untuk memahami semua kompetensi tetapi pada
kenyataannya guru bersertifikasi maupun belum sertifikasi di SMK Diponegoro
Salatiga jadi belum optimal dalam menjalankan pembelajaran.
Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:76) yang menjelaskan bahwa Salah
satu pendekatan pembelajaran yang mendukung karakter pembelajaran yang
mendidik adalah pendekatan PAKEM ( pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan).

Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut harus menerapkan berbagai strategi,
metode, teknik dan prosedur yang inovatif, sehingga dapat membuat siswa bisa
belajar dalam situasi atau kondisi yang bebas dari berbagai macam tekanan,
ancaman, ketekunan dan sebagainya. Pengamatan wawancara mendalam dan
pengisian kuesionar menjelaskan cara

pembelajaran para guru secara mendidik

dengan strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran jika dilakukan dengan baik
dan optimal akan meningkatan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Ternyata pembelajaran guru masih kurang inovatif dan kreatif ini ditunjukkan dari
pembelajaran yang kurang memanfaatkan multimedia dan teknologi komunikasi
untuk penyampaian pembelajaran masih belum optimal .
Menurut Mulyasa (2007:106) pemanfaatan teknologi pembelajaran penggunaan
Teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning) dimaksud untuk
memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran.
Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam
pemanfaatan teknologi pembelajaran terutama internet (e-learning), agar mampu
memanfaatkan berbagai pengetahuan.Peneliti menemukan beberapa masalah
berkaitan dengan kompetensi pedagogik di SMK Diponegoro Salatiga. Pada
kenyataannya belum optimal memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dalam pembelajaran dari hasil wawancara kurangnya fasilitas alat peraga membuat
kebanyakan guru menjadi malas menggunakan ketika pembelajaran.
Peneliti juga menemukan masalah kurangnya guru yang melakukan tindakan
reflektif bahkan guru yang sudah menyandang sertifikasi pun juga jarang melakukan
tindakan ini. Guru bersertifikasi dengan kata lain sama dengan guru yang belum
sertifikasi Hal tersebut mencerminkan belum adanya peningkatan kompetensi
pedagogik di kalangan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di SMK
Diponegoro Salatiga.
Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:42-43) menjelaskan bahwa melakukan
tindakan

refleksi

Guru

mencatat

secara

teratur

pengalaman-pengalaman

pembelajarannya seusainya pembelajaran secara terus menerus sehingga guru dapat
memperoleh pemahaman yang luas, meningkatkan tanggung jawab dan menemukan
kekurangan dan kelebihannya.

Berkaitan dengan hal ini guru dituntut untuk melaksanakan tindakan refleksi
supaya ketika menggunakan metode yang diterapkan dapat mengerti kekurangan dan
kelebihan sehingga dapat memperbaiki cara pembelajaran supaya mutu pembelajaran
meningkat.
Peningkatan kualitas seharusnya segera di tingkatkan agar sesuai dengan salah
satu tujuan dari sertifikasi dalam buku Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:76)
menjelaskan Sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan.
Hal ini menunjukan guru harus mampu melaksanakan tugas nya sebagai pendidik
agar berkualitas terlebih guru harus bertanggung jawab setelah mendapatkan
sertifikasi yang meningkatkan kesejahteraan guru berupa peningkatan penghasilan.
Pelaksanaan dan pemahaman kompetensi pedagogik yang sesuai merupakan salah
satu penentu kelayakkan guru dalam meningkatkan pembelajaran.
Hasil temuan peneliti

Guru

melalui kompetensi pedagogik

dapat

mengembangkan dan mengelolah pembelajaran supaya mencapai tujuan mutu
pembelajaran yang berkualitas.
4.3.1.2 Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pribadi para peserta didik.
Menurut Dr.Marselus R.Payong (2011:51-61) yang menjelaskan
bahwa

kompetensi kepribadian terdiri dari lima indikator yaitu sebagai berikut:

(1)Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan
nasional Indonesia (2)Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat (3)Menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa (4)Menunjukan etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri
(5)Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Berkaitan dengan hal tersebut Hasil temuan

dari penyebaran angket kepada

Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi dan Guru yang belum Sertifikasi di SMK
Diponegoro Salatiga, menjelaskan bahwa dalam pemahaman kompetensi kepribadian

pada Tabel 4.2.2 Menunjukkan Kepala Sekolah sangat memahami kompetensi
kepribadian, guru bersertifikasi menjelaskan tiga guru diantaranya dengan status dua
Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu guru Pegawai Negeri Sipil(PNS) memahami
kompetensi kepribadian dan lima guru di antaranya dengan status tiga Guru Tetap
Yayasan(GTY) dan dua guru Pegawai negeri Sipil(PNS) sangat memahami sehingga
guru sertifikasi lebih banyak yang sangat memahami kompetensi kepribadian dan
sangat mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga dan
Guru yang belum Sertifikasi dalam memahami setiap indikator-indikator kompetensi
kepribadian menunjukkan, satu guru dengan status Guru Tetap Yayasan (GTY)
cukup memahami, sepuluh guru diantaranya dengan status delapan Guru Tetap
Yayasan(GTY) dan dua Guru Tidak Tetap(GTT) memahami dan empat belas guru
diantaranya dengan status sebelas Guru Tetap yayasan(GTY) dan tiga Guru Tidak
Tetap(GTT) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak guru yang belum
sertifikasi dalam pemahaman kompetensi kepribadian adalah sangat memahami.
Menurut Mulyasa (2007:119) Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan
fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak guna menyiapkan
dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) serta mansejahterakan
masyarakat, kemajuan negara dan bangsa pada umumnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut untuk mampu memaknai
pembelajaran,tetapi bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang
pembentukkan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi pesrta didik.
Salah satu diantara empat misi sekolah yaitu Mengembangkan sikap keimanan
dan ketekunan kepada tuhan YME. Berkaitan hal tersebut, awal pendirian sekolah
yang berakhlak mulia berperilaku sopan santun menjadikan kompetensi kepribadian
berjalan dengan baik di SMK Diponegoro ini. Para guru bersertifikasi Di SMK
Diponegoro Salatiga memotivasi para guru lainnya dan peserta untuk selalu
bersemangat memajukan kualitas mutu pembelajaran.
Hasil temuan peneliti menjelaskan guru

harus memahami kompetensi

kepribadian yang merupakan dasar dari seorang guru yang merupakan manusia
sebagai makhluk tuhan yang lemah untuk

menjalankan tugas dengan

ikhlas,

menjadi teladan dan tidak menyimpang sehingga dapat berdampak baik dalam
peningkatan mutu pembelajaran.
4.3.1.3 Kompetensi sosial
Dengan adanya interaksi yang baik menunjang seseorang itu percaya diri dan
menambah wawasan melalui berbagai orang-orang.Kompetensi sosial merupakan
kemampuan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan pemahaman kompetensi sosial,
Kepala Sekolah, Guru Sertifikasi maupun Guru yang belum Sertifikasi pada Tabel
4.2.3 menunjukkan Kepala Sekolah memahami, guru sertifikasi menjelaskan lima
guru di antaranya dengan status empat Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu guru
Pegawai negeri Sipil(PNS) memahami kompetensi sosial dan tiga guru di antaranya
dengan status dua guru Pegawai negeri Sipil(PNS) dan satu Guru Tetap
Yayasan(GTY) sangat memahami sehingga guru sertifikasi lebih banyak yang
memahami kompetensi sosial dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK
Diponegoro Salatiga dan Guru yang belum Sertifikasi dalam memahami setiap
indikator-indikator kompetensi sosial menjelaskan empat guru diantaranya sengan
status tiga Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu Guru Tidak Tetap(GTT) cukup
memahami, empat belas guru di antaranya dengan status

sembilan Guru Tetap

Yayasan(GTY) dan tiga Guru Tidak Tetap(GTT) memahami dan tujuh guru di
antaranya dengan status enam Guru Tetap Yayasan(GTY) dan satu Guru Tidak
tetap(GTT) sangat memahami sehingga pilihan terbanyak guru yang belum
sertifikasi dalam kompetensi sosial adalah sudah memahami dan mampu
meningkatkan pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:63-64) menjelaskan pengetahuan
multikulturalisme bagi guru sangatlah penting karena menjadi dasar bagi guru untuk
memupuk kemampuan komunikasinya dengan oranglain yang berasal dari latar
belakang yang berbeda-beda sehingga mutu pembelajaran tercapai dengan baik.
Berkaitan dengan hal tersebut,guru dituntut untuk melaksanakan komunikasi
secara efektif, empatik dan santun,guru di SMK Diponegoro Salatiga melaksanakan

pembelajaran secara menarik dan membangkitkan minat menjadi salah satu faktor
penentu keberhasilan pembelajaran berkaitan hal tersebut guru juga harus merasakan
apa yang dirasakan peserta didik dalam pembelajaranserta sopan santun merupakan
hal terpenting dari seluruh kegiatan untuk bergaul dengan orang lain.
Selanjutnya

Dr.Marselus

R.Payong,M.Pd

(2011:66)

menjelaskan

bahwa

komunikasi dengan sejawat seprofesi maupun profesi lain,juga dapat dilakukan
melalui penyajian hasil penelitian atau pemikiran dalam forum-forum ilmiah sebagai
upayah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Berkaitan dengan hal tersebut,guru dituntut untuk melaksanakan seminar,
lokakarya sehingga guru dapat meningkatkan pemahaman kompetensi sosialnya dan
menjalankan dalam pembelajaran sehingga mutu pembelajaran dapat meningkat dan
berkualitas.
Hasil temuan peneliti menjelaskan bahwa guru dituntut untuk memahami
kompetensi sosial karena mentransfer sebuah ilmu perlu adanya sikap saling
menghargai, terbuka dan bergaul secara baik dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat supaya tujuan
meningkatkan mutu pembelajaran tercapai.
4.3.1.4 Kompetensi Profesional
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan guru untuk membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam standar pendidikan nasional merupakan arti kompetensi
professional.
Hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan pemahaman kompetensi
profesional pada Tabel 4.2.4

Menunjukkan Kepala Sekolah memahami, guru

sertifikasi menjelaskan delapan guru di antaranya dengan status lima Guru Tetap
Yayasan(GTY) dan tiga guru Pegawai negeri Sipil(PNS) memahami kompetensi
profesional sehingga guru sertifikasi di katakana memahami kompetensi profesional
dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga dan guru
yang belum sertifikasi dalam memahami setiap indikator-indikator kompetensi
profesional menjelaskan empat belas guru diantaranya dengan status sembilan Guru
Tetap Yayasan(GTY) dan lima Guru Tidak Tetap(GTT) kurang memahami, lima

Guru Tetap Yayasan(GTY) cukup memahami dan lima Guru Tetap Yayasan(GTY)
memahami dan satu Guru Tetap Yayasan(GTY) sangat memahami. sehingga pilihan
terbanyak guru yang belum sertifikasi dalam kompetensi profesional adalah kurang
memahami dan belum mampu meningkatkan pembelajaran di SMK Diponegoro
Salatiga.
Menurut Mulyasa (2007:139-140) dalam mengembangkan materi,guru perlu
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut(1) validitas artinya ketepatan materi
terkait dengan konsep keilmuannya (2) keberartian artinya signifikansi dari materi
tersebut terhadap kebutuhan peserta didik (3) Relevans artinya bahwa materi yang
dikembangkan harus sesuai juga dengan kemampuan siswa untuk menerimanya. (4)
Kemenarikkan artinya hendaknya materi juga dapat mendorong siswa untuk
mendalami lebih jauh atau menimbulkan rasa ingin tahu. (5)Kepuasan artinya materi
yang diberikan dapat menimbulkan perasaan senang dan puas dalam diri siswa
karena kebutuhan atau keinginannya terpenuhi.
Berkaitan dengan hal ini guru dituntut untuk mengembangkan materi
pembelajaran dengan menggunakan model-model pengembangan sebagaimana yang
telah dikuasai dalam teori-teori pembelajaran dan secara kreatif , tidak monoton dan
peserta didik dapat memaknai materi pembelajaran sehingga melalui kompetensi ini
guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Meningkatkan mutu pembelajaran salah satunya juga melalui pemanfaatan
teknologi informasi komunikasi. Guru bersertifikasi maupun yang belum sertifikasi
di SMK Diponegoro Salatiga kurang memahami pemanfaatkan teknologi informasi
komunikasi untuk mengembangkan diri.
Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd, (2011:49) menjelaskan pemanfaatan
teknologi dalam kompetensi professional diperuntukkan untuk pengembangan diri
atau berkomunikasi dengan kolega atau sejawat guna tercapainya peningkatan mutu
pembelajaran.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemanfaatan teknologi melalui computer, internet
(e-learning) dapat mengembangkan pengetahuan guru dan dapat saling bertukar
pikiran dengan kolega supaya dapat menyelesaikan masalah - masalah yang timbul
dalam diri guru itu sendiri.

Kegiatan Pengembangan Profesional berkelanjutan merupakan sebuah tuntutan
mutlak bagi para guru karena perkembangan ilmu dan teknologi berjalan begitu
cepat, Melalui pengembangan berkelanjutan guru dapat mengasah kemampuan
inovatifnya mengembangkan kepekaannya terhadap perkembangan dan tuntutan baru
dalam praktik profesionalnya.
Kenyataannya Guru bersertifikasi dan belum sertifikasi di SMK Diponegoro
Salatiga belum mampu melaksanakan dengan baik karena kurang memperhatikan
masalah-masalah pembelajaran yang seharusnya bisa diatasi melalui tindakantindakan secara kolaboratif.
Dr.Marselus R.Payong,M.Pd (2011:48) Kegiatan pengembangan profesional
berkelanjutan dilakukan melalui kegiatan pelatihan dalam jabaran yang dilaksanakan
sekolah/dalam wadah kelompok guru (KKG atau MGMP), penelitian kolaboratif,
penelitian tindakkan kelas, mengikuti workshop atau pelatihan-pelatihan fungsional
lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Pelatihan-pelatihan guna untuk mengembangkan profesional berkelanjutan
memang akan berdampak pada meningkatnya mutu pembelajaran yang positif karena
guru dituntut untuk mengembangkan diri dan menerapkan dalam pembelajaran.
Selanjutnya menurut Bolam dalam buku Dr.Marselus R.Payong,M.Pd. (201148)
menjelaskan tujuan akhir dari pengembangan profesional berkelanjutan adalah disisi
untuk meningkatkan kinerja belajar siswa dan disisi lain untuk meningkatkan mutu
pelayanan sekolah secara menyeluruh.
Berkaitan dengan hal tersebut, kegiatan pengembangan profesional guru
berkelanjutan telah menempati posisi guru pada dua sisi kepentingan yang berbeda
karena itu perlu dibuat keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan guru dan siswa
disatu sisi pemenuhan kebutuhan sekolah.
Guru dalam meningkatkan pemahaman standar kompetensi terutama kompetensi
profesional ternyata masih sering mendapatkan kendala-kendala untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang berkualitas dengan kata lain guru sertifikasi belum mampu
meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga.
Hasil temuan peneliti tentang kompetensi profesional penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi

kurikulum mata pelajaran di Sekolah, kesadaran tindakan refleksi dan pemanfaatan
teknologi yang dilaksanakan dengan baik akan berdampak positif

dalam

meningkatkan mutu pembelajaran.
4.3.2.Dampak sertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran
Kualitas guru dalam melaksanakan dan menyampaikan pembelajaran kepada
peserta didik akan mempengaruhi baik buruknya mutu pembelajaran.
Syaiful Sagala (2003:63) menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua
karakteristik

yaitu:

Pertama,

dalam

proses

pembelajaran

melibatkan

proses

berfikir.kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses
Tanya jawab menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
berfikir siswa,yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Berkaitan dengan hal tersebut, proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan
oleh peserta didik baik didalam maupun diluar kelas dan dengan karakteristik yang
dimiliki oleh peserta didik diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi
dengan teman-temannya secara baik dan bijak sehingga saling berbeda pendapat yang
pada akhirnya saling menumbuhkan sikap demokratis antar sesama.
Pembelajaran yang berkualitas berarti mutu nya bagus maka dari itu pembelajaran
yang dilaksanakan dengan baik dan benar maka akan berdampak peningkatan mutu
pembelajaran yang baik.Melalui Sertifikasi guru salah satu cara untuk meningkatkan
mutu pembelajaran.
Menurut Winarno Stakhmad yang dikutip oleh

Dr.Marselus R.Payong,M.Pd

(2011:69) Sertifikasi guru merupakan cara untuk memonitor kinerja guru dengan
pendekatan-pendekatan manajemen birokratis.
Konsep sertifikasi sebenarnya merupakan sebuah konsep ekonomi karena ketika
konsep ini diterapkan dalam tugas pekerjaan seorang guru maka tampaknya ada hal yang
kurang cocok dengan hakekatnya kemungkinan karena guru sebagai pekerja profesional
masih belum tampak karakter khasnya maka dari itu perlunya sertifikasi sebagai wujud dari
pengakuan profesionalisme dan melalui sertifikasi diakui kewenangannya

dalam

menjalankan sebuah tugas pekerjaan tertentu dengan ini semua maka guru dituntut untuk
meningkatkan mutu pembelajaran.

Hasil temuan guru sertifikasi setelah adanya sertifikasi merasa sudah
meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara membantu guru-guru dalam penguasaan
teknologi internet untuk membantu pembelajaran dan memberi motivasi untuk
meningkatkan mutu pembelajaran tetapi pada kenyataannya menurut kepala sekolah dan
guru yang belum sertifikasi menjelaskan

pemahaman kompetensi profesional dan

pedagogik yang belum di terapkan dengan baik ketika pembelajaran sehingga delapan guru
yang sudah sertifikasi

belum mampu meningkatkan mutu pembelajaran di SMK

Diponegoro.
Kunandar S.Pd.,M.si (2007:79)Sertifikasi guru sebagai upayah peningkatan mutu
guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di indonesia secara berkelanjutan.
Berkaitan dengan hal tersebut peningkatan penghasilan bagi guru bersertifikasi
memang awal peningkatan yang dirasakan dari dampak serifikasi, pada kenyataannya
terjadi penyimpangan peningkatan kesejahteraan tidak di imbangi tanggungjawabnya
menciptakan pembelajaran yang berkualitas.
Menurut Menurut Dr.Marselus R.Payong,M.Pd, (2011:76) Salah satu tujuan
sertifikasi yaitu Sertifikasi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan.
Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dan menjadi salah
satu komponen penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran karena itu melalui
sertifikasi guru,diharapkan dapat meningkatkan mutu , proses dan hasil pendidikan yang
baik.
Hasi temuan peneliti menjelaskan bahwa Mutu pendidikan tidak hanya diukur
dari kuantitas perolehan prosentase kelulusan setiap tahun tetapi juga menyangkut kualitas
lulusan yang memiliki daya saing, etos kerja yang tinggi dan moralitas yang teruji.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Peningkatan Kompetensi Profesional dikalangan Guru SMK Pelita Salatiga

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sekolah Guru B di Salatiga T1 152008006 BAB IV

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga T1 162009034 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga T1 162009034 BAB II

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga T1 162009034 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Sertifikasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMK Diponegoro Salatiga

0 0 53

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru dalam Meningkatkan Kinerja Guru SMA Negeri 3 Salatiga T1 BAB IV

0 0 10

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Strategi Promosi Sekolah SMK PGRI 1 Salatiga T1 BAB IV

0 3 33

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengelolaan Parkir di Salatiga T1 BAB IV

0 1 20