PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR AQIDAH AKHLAQ DENGAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV MI AL JAMIYATUL WASHLIYAH PADEMAWU PAMEKASAN.
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR AQIDAH AKHLAQ
DENGAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV MI AL JAMIYATUL WASHLIYAH PADEMAWU PAMEKASAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Tarbiyah
Oleh: ABDUL AZIZ
(D57211093)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH 2015
(2)
ABSTRAK
Azis, Abdul, 2015. Peningkatan Motivasi Belajar Akidah Akhlak Dengan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV MI Al Jamiyatul Washliyah Pademawu Pamekasan.
Pembimbing: Ali Mudlofir
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar akidah akhlak bagi anak kelas IV MI. Disinyalir hal demikian terjadi karena metode yang kurang tepat. Maka, dipilihlah metode diskusi untuk menyelesaikan permasalahan ini. Oleh karena itu, Peneliti menggunakan metode diskusi.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui bagaimana penggunaan metode diskusi pada pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV MI al Jamiyatul Washliyah Pademawu Pamekasan. 2) Ingin mengetahui apakah dengan menggunakan metode diskusi pada pembelajaran akidah akhlak, dapat meningkatkan motivasi belajar.
Penelitian ini menggunakan desain PTK yang terperinci dalam 2 siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Siklus I terdiri dari satu pertemuan dan siklus II juga satu pertemuan. Subyek penelitian adalah sejumlah populasi 25 siswa kelas IV MI Al Jamiyatul Washliyah Pademawu Pamekasan.
Berdasarkan hasil observasi pada tahap pra siklus diketahui bahwa semua siswa belum memiliki motivasi belajar sesuai yang diharapkan. Skor nilai yang diperoleh rata-rata hanya 58,33. Selanjutnya siswa diajar dengan menggunakan metode diskusi sehingga skor motivasi belajar rata-rata siswa di setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus pertama nilai rata-rata motivasi belajar adalah 76,2 dan meningkat pada siklus kedua menjadi 82,6. Maka, penelitian ini dicukupkan pada siklus kedua karena keterbatasan waktu bagi peneliti dan hasil observasi pada siklus kedua sudah mencapai keberhasilan dengan kategori “Baik”. Dikatakan demikian karena sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu nilai rata-rata motivasi belajar siswa yaitu 80.
(3)
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ...v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I: PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...4
C. Tujuan Penulisan ...4
D. Tujuan danManfaat ...5
E. Hipotesis ...5
F. Sistematika Penulisan ...6
BAB II: KAJIAN PUSTAKA ...7
A. Metode Diskusi.. ...7
1. Pengertian ...7
2. Macam-Macam Diskusi ...9
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi ...11
4. Prosedur Pelaksanaan Metode Diskusi ...13
B. Motivasi Belajar.. ...15
1. Pengertian Motivasi belajar ...15
2. Macam-Macam Motivasi ...17
(4)
4. Ciri Siswa Yang Memiliki Motivasi Belajar ...24
5. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa ...26
C. Akidah Akhlak ...38
1. Pengertian Akhlak ...38
2. Jenis-Jenis Akhlak ...39
3. Pembelajaran Akidah Akhlak ...39
D. Hipotesis Tindakan ...39
BAB III: METODE PENELITIAN ...41
A. Setting Penelitian ...41
B. Prosedur Penelitian ...41
C. Jenis Data dan Cara Penggunaannya ...49
D. Tehnik Pengumpulan Data ...51
E. Instrumen Pengumpulan Data ...53
F. Tehnik Analisa Data ...53
G. Indikator Kinerja ...54
BAB IV: PEMBAHASAN ...55
A. Deskripsi Lokasi penelitian ...55
1. Sejarah Singkat MI Al Jamiyatul Washliyah ...55
2. Profil MI Al Jamiyatul Washliyah ...56
3. Visi dan Misi MI Al Jamiyatul Washliyah ...57
4. Struktur Organisasi . ...57
5. Fasilitas MI Al Jamiyatul Washliyah. ...58
(5)
B. Situasi Kelas Sebelum Diterapkannya Metode Diskusi ...58
C. Temuan Penelitian ...63
1. Siklus Pertama ...64
2. Siklus Kedua ...72
D. Pembahasan Penelitian ...81
E. Keterbatasan Penelitian. ...83
BAB V: PENUTUP ...84
A. Kesimpulan ...84
B. Saran ...84
DAFTAR PUSTAKA ...86
(6)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor yang menentukan untuk membangun manusia
Indonesia seutuhnya yang sehat jasmani dan rohani, beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki budi pekerti yang luhur. Negara Indonesia
sangat memperhatikan terhadap masalah pendidikan dan Pembelajaran. Hal ini dapat
dirasakan dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang tidak terlepas dari tujuan
Pendidikan Nasional yang termuat dalam Undang-undang Republik Indonesia No.20
Tahun 2003, Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas bukanlah hal yang mudah, sebab
itu harus dibarengi dengan kerja keras dan program terarah. Tanggung jawab untuk
mencapai tujuan tersebut tidak cukup pendidikan jalur sekolah saja, tetapi harus juga
didukung oleh pendidikan yang diberikan di dalam keluarga dan masyarakat. Melihat
(7)
dengan budaya Indonesia, maka salah satu jalan adalah dengan menanamkan
nilai-nilai ajaran agama. Hal ini diperparah dengan fakta adanya kenakalan remaja yang
bertentangan dengan norma-norma ajaran agama Islam yaitu bagaimana bersikap dan
bertingkah laku yang baik terhadap orang tua, diri sendiri maupun orang lain.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah pembelajaran dengan kurikulum yang
terencana dan metode pembelajaran yang sesuai untuk menanamkan nilai-nilai ajaran
agama Islam mulai dari akidahnya sampai akhlaknya. Pembelajaran tersebut adalah
pembelajaran akidah akhlak. Pembelajaran aqidah akhlak sangat penting untuk
dipelajari dan ditanamkan kepada setiap generasi Muslim karena berhubungan
dengan pembinaan keimanan dan akhlak kepada Allah SWT, antara manusia dengan
manusia, manusia dengan makhluk lain serta akhlak terhadap diri sendiri.
Dalam paedagogi naratif dan indoktrinatif, pendidik, termasuk pendidik atau
guru mata pelajaran akidah akhlak, lebih aktif dalam proses pendidikan sementara
peserta didik lebih pasif dan membeo. Peserta didik diperlakukan sebagai pihak yang
harus dikembangkan dan dicerdaskan. Pedagogi demikian mengandung filosofi
pendidikan yang kurang membebaskan peserta didik dan bersimpangan dengan alam
demokrasi, sebab peserta didik ditempatkan pada posisi yang amat lemah seperti
pasien di hadapan dokter. Sementara pendidik ditempatkan pada posisi yang amat
kuat seperti seorang dokter yang memberi obat dan harus ditelan pasien.
Di MI Al Jamiyatul Washliyah Pademawu Pamekasan, proses belajar
mengajar cenderung masih didominasi oleh guru. Siswa tidak terlalu aktif sehingga
(8)
respon siswa terhadap stimulus-stimulus yang diberikan guru, baik berupa pertanyaan
atau stimulus yang lain. Siswa terlihat tidak terlalu memperdulikan proses
pembelajaran karena mereka tidak terlalu tertarik dengan metode pembelajaran
monoton yang membosankan.
Fakta dilapangan, karena hal-hal di atas, menunjukkan bahwa banyak siswa
kelas IV MI Al Jamiyatul Washliyah bersikap pasif ketika berlangsung pembelajaran
di kelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik.
Ketika guru mejelaskan materi pelajaran akidah akhlak, kebanyakan mereka diam.
Demikianpun ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa
komentar. Apalagi ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Fakta
ini dilatar belakangi karena siswa kurang diberikan metode pembelajaran yang
memadai. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan
kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam menggunakan metode belajar
mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa
khususnya materi aqidah akhlak.
Proses belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan setiap praktisi
pendidikan. Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar dituntut untuk
menggunakan berbagai metode yang menarik untuk menciptakan proses belajar yang
kondusif. Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar adalah
metode pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan atau
berpusat pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Student Center).
(9)
mampu meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas IV MI al Jamiyatul
Washliyah Pademawu Pamekasan, yang pada akhirnya juga diikuti dengan hasil atau
prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas, Peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah
penelitian tindakan kelas dengan berfokus pada bagaimana meningkatkan motivasi
belajar siswa dalam bidang aqidah akhlak melalui metode diskusi dengan judul:
“Peningkatan Motivasi Belajar Akidah akhlak Dengan Metode Diskusi Pada Siswa
Kelas IV MI Al Jamiyatul Washliyah Pademawu Pamekasan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini
Penetiti dapat merumuskan beberapa fokus penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana penggunaan metode diskusi pada pembelajaran akidah akhlak
pada siswa kelas IV MI Al Jamiyatul Washliyah Pademawu Pamekasan?
2. Apakah dengan menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan motivasi
belajar akidah akhlak pada siswa kelas IV MI al Jamiyatul Washliyah
Pademawu Pamekasan?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini
(10)
1. Ingin mengetahui bagaimana penggunaan metode diskusi pada
pembelajaran akidah akhlak pada siswa kelas IV MI al Jamiyatul
Washliyah Pademawu Pamekasan.
2. Ingin mengetahui apakah dengan menggunakan metode diskusi pada
pembelajaran akidah akhlak, dapat meningkatkan motivasi belajar
D. Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:
1. Ingin mengetahui sejauh mana penerapan metode diskusi mampu
meningkatkan prestasi belajar pada anak kelas IV MI Al Jamiyatul
Washliyah Pademawu Pamekasan.
2. Untuk meningkatkan pemahaman dan juga prestasi hasil belajar siswa
khususnya Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq di kelas IV MI Al Jamiyatul
Washliyah Pademawu Pamekasan.
3. Untuk mengembangkan metode diskusi sebagai metode pembelajaran
bagi para guru agar lebih menarik minat belajar anak didik.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: penggunaan metode
diskusi dalam pembelajaran akidah akhlak dapat meningkatkan prestasi hasil hasil
(11)
F. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesa, dan sistematika
penulisan laporan
BAB II Landasan Teori. Dalam bab ini dijelaskan tentang penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dan beberapa teori yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar khususnya tentang metode diskusi dalam pembelajaran dan motivasi
belajar siswa
BAB III Metode Penelitian. Dalam bab ini dipaparkan tentang obyek
penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian. Dalam bab ini dipaparkan gambaran setting
penelitian dan sekaligus pembahasan.
(12)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Diskusi
1. Pengertian
Kata "diskusi" berasal dari bahasa latin, yaitu "discussus" yang berarti "to
examine". "discussus" terdiri dari akar kata "dis" dan "cuture". "Dis" artinya
terpisah, dan "cuture" artinya menggoncang atau memukul. Secara etimologis
"discuture" berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu. Atau membuat
sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkannya.1
Zuhairini dkk, mengemukakan, metode diskusi adalah metode di
dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan
mendiskusikannnya sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan
tingkah laku murid.2
Suryo Subroto juga mengemukakan, diskusi adalah suatu percakapan ilmiah
oleh beberapa yang bergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat
tentang sesuatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan
jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.3
1
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), Hal. 145.
2
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Ofset Printing, 1981), Hal. 89.
3
(13)
Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran melalui sarana pertukaran pikiran untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.4
Sedangkan menurut Usman Basyirudin, diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif yang menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar.5
Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan suatu
masalah yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati
kebenaran dalam proses belajar mengajar (PBM), yang dapat merangsang murid
untuk berfikir sistematis, kritis dan bersikap dalam menyumbangkan
pikiran-pikirannya untuk memecahkan suatu permasalahan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa metode diskusi adalah salah satu
cara alternatif yang dapat dipakai oleh seseorang guru di kelas, tujuannya adalah
memecahkan masalah dari para siswa. Sedangkan metode diskusi dalam proses
belajar mengajar adalah sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan atau
penyampaian materi dengan jelas mendiskusikannya, dengan rujukan dapat
menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa.
4
Conny Semiawan dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar, (Jakarta : Grasindo, 1992), Hal. 76
5
(14)
2. Macam-macam Diskusi
a. Whole Group
Merupakan bentuk diskusi kelas dimana pesertanya duduk setengah
lingkaran, guru bertindak sebagai pemimpin, dan topik sudah
direncanakan.6
b. Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi kelompok kecil 4-6
peserta atau diskusi kelompok besar 7-15 anggota, dipimpin oleh seorang
ketua dan seorang sekretaris.
c. Syndicate Group
Bentuk diskusi ini, kelas di bagi menjadi kelompok kecil terdiri dari 3-6
peserta, masing-masing kelompok mengerjakan tugas-tugas tertentu atau
tugas yang bersifat komplementer. Guru menjelaskan garis besar
permasalahan, menggambarkan aspek-aspeknya, dan tiap kelompok diberi
tugas untuk mempelajari aspek-aspek tertentu. Guru diharapkan dapat
menyediakan sumber informasi atau referensi sebagai rujukan oleh peserta
didik.7
d. Symposium.
Dalam symposium biasanya terdiri dari pembawa makalah, penyangga,
moderator, notulen, serta beberapa peserta symposium. Pembawa makalah
6
Ibid, Hal. 40.
7
(15)
menyampaikan makalah nya 10-15 menit, selanjutnya diikuti penyanggah
dan tanggapan dari para audien, kemudian disimpulkan dalam bentuk
rumusan hasil simposium.8
e. Panel
Pada diskusi panel di mana satu kelompok kecil 3-6 peserta mendiskusikan
suatu subyek tertentu, duduk dalam susunan semi melingkar, dipimpin oleh
seorang moderator.9
f. Brain Storming Group
Kelompok menyumbangkan ide-ide tanpa dinilai segera, setiap anggota
kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan agar
anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, dan
menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengembangkan ide-idenya.10
g. Informal Debate
Kelas dibagi menjadi dua tim dan mendiskusikan subyek yang cocok untuk
diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal. Yang
diperdebatkan bersifat problematik bukan bersifat faktual.
8
Ibid
9
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :Rineka Cipta, 1998), Hal. 9
10
J J Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung :Remaja Rosda Karya, 1995), Hal. 21
(16)
h. Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari
audien. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa atau mahasiswa
menginterviu manusia sumber tersebut.11
i. Fish Bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan diskusi
untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur setengah
lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi.
Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah
melihat ikan berada dalam mangkuk (fish bowl) sedang kelompok diskusi
berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyampaikan pendapatnya
dapat masuk duduk di kursi kosong tersebut dan meninggalkan kursi
setelah selesai berbicara.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
a. Kelebihan Metode diskusi
1). Mempertinggi partisipasi siswa secara individual dan kelas sebagai
keseluruhan.12
2). Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses
belajar.13
11
Ibid, Hal. 22
12
(17)
3). Memperoleh sambutan yang lebih aktif bila dibandingkan dengan hasil dari
metode ceramah.
4). Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing.
5). Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap
demokratis para siswa.14
b. Kekurangan Metode Diskusi
1). Jalannya diskusi lebih sering didominasi oleh siswa partisipan yang
pandai, sehingga mengurangi peluang siswa lain untuk memberi
kontribusi.
2). Jalannya diskusi sering terpengaruh oleh pembicaraan yang menyimpang
dari topik pembahasan masalah, sehingga pertukaran pikiran menjadi
asal-asalan.
3). Diskusi biasanya menyita waktu, sehingga tidak sejalan dengan prinsip
efisiensi.15
4). Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam
berdiskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh.
5). Para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat
mereka secara ilmiah atau sistematis.16
13
Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik MetodikKurikulum PBM, (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 1993), Hal. 49
14
Suryo Subroto, Op.Cit .Hal. 185
15
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, dengan pendekatan baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), Hal. 208.
(18)
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa setiap metode yang dipakai dalam
proses belajar mengajar (PBM) mempunyai kelebihan dan kekurangan, demikian
halnya dengan metode diskusi, oleh karena itu pendidik hendaknya menggunakan
metode ini sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif.
4. Prosedur Pelaksanaan Metode Diskusi
Agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalm persiapan diskusi diantaranya:
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum
maupun khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap
siswa sebagai peserta diskusi. Tujuan yang jelas dapat di jadikan sebagai
kontrol dalam pelaksanaan.
Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai adalah
penambahan wawasan siswa tentang sesuatu persoalan, maka dapat
digunakan diskusi panel, sedangkan jika yang diutamakan adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan,
maka simposium di anggap sebagai jenis diskusi yang tepat.
Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat ditentukan dari
isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang aktual yang terjadi di
16
(19)
lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai
dengan bidang studi yang diajarkan.
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya,
petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus,
manakala diperlukan.
2. Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah :
Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi
kelancaran diskusi.
Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya
menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai
dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim
belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling
menyudutkan, dan lain sebagainya.
Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk
mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang
dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah
(20)
3. Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi
hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan
hasil diskusi.
Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta
sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Banyak pengertian motivasi yang telah dilontarkan oleh para Ahli. Menurut
Sardiman AM mengatakan bahwa motivasi adalah daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Pengertian Motivasi menurut M. Ngalim Purwanto mengemukakan definisi
motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar seseorang tersebut menjadi tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.
Pengertian Motivasi menurut W.S.Winkel mengatakan bahwa motivasi adalah
daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai tujuan tertentu.
Pengertian Motivasi menurut Sardiman AM mengatakan dalam kegiatan
(21)
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Pengertian Motivasi menurut Menurut McDonald “Motivation is a energy
change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reactions.” Arti motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mengantisipasi tercapainya tujuan.17
Dilihat dari komponennya motivasi memiliki dua komponen, yaitu :
komponen dalam (Inner Component) dan komponen luar (Outer Component).
Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang, keadaan tidak puas,
ketegangan atau kecemasan psikologis (Anxiety Of Psychology). Komponen luar
adalah apa yang di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah perbuatannya.18
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli diatas penulis menyimpulkan
bahwa motivasi belajar aqidah akhlak adalah suatu kekuatan (Power), tenaga
(Forces), serta daya (Energy), atau suatu keadaan yang sangat kompleks (A
Complex State) dan kesiapsedian (Preparatory Set), dalam diri ir.dividu untuk
bergerak (To A-love, Alotion, Motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari atau
tidak disadari dan dalam hal ini mengenai semua aspek dalam bidang aqidah
17
Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), Hal. 73.
18
(22)
akhlak. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh dari dalam diri individu (Instrinsik)
dan dari luar diri individu (Ekstrinsik)
2. Macam-Macam Motivasi
Salah satu fungsi pengajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa agar
mereka bisa melaksanakan tugas - tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif
dan produktif. Adapun mengenai motivasi terbagai menjadi dua macam, yaitu :
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Instrinsik (Instrinsic Motivation)
Motivasi Instrinsik adalah motif - motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain motivasi intrinsik adalah motivasi
atau dorongan yang timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan
untuk mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk beramal, keinginan
untuk menguasai nilai - nilai yang terkandung dalam pelajaran yang diajarkan,
bukan karena keinginan lain seperti mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi,
dan lain sebagainya.
b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)
Motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor
perangsang dari luar, misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan
sebagainya semuanya berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam
(23)
Bila seseorang telah memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia
secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivsi
dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi instrinsik sangat
dibutuhkan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi instrinsik sulit sekali
melakukan ak-tivits belajar secara terus menerus. Perlu ditegaskan, bahwa
anak didik yang memiliki motivasi instrinsik cenderung akan menjadi orang
yang tekun dan gemar belajar.
Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam
cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang
berhasil adalah guru yang bisa membangkitkan minat siswa. Karena itu, guru
harus bisa dan pandai menggunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat
dan benar dalam menunjang proses interaksi edukatif di kelas.19
3. Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar
mengajar, antara lain :
a. Prinsip Kompetisi
Prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar
pribadi. Kompetisi inter pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam
diri pribadi masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi
19
(24)
tempat dan waktu. Sedangkan kompetisi antar pribadi adalah persaingan
antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan adanya persaingan
yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara lebih baik.
Salah satu bentuk misainya perlombaan karya tulis, lomba menjadi siswa
teladan, lomba keterampilan dan lain sebagainya. Kompetisi juga dapat
dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai upaya
unjuk kerja belajar yang baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada
pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat,
percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini motif teratur untuk mendorong
agar selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja melalui konsultasi
pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah keagamaan,
bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk
melakukan sesuatu yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang
baik apabila diherikan sebuah reward yang memadai cenderung akan
menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang
berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat
(25)
menyebabkan hukuman itu. Hal yang harus diterapkan secara proporsional
dan benar-benar dapat memberikan motivasi.
d. Prinsip Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka makin mendorong
seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka
seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya secara jelas.
Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari
tindakan yang diharapkan. Cara lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan
yang masih umum dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan lebih dekat.
e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian diatas, teiah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang
merupakan balikan dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat
memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan
sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu
memelihara dan meningkatkan kerja agar terus menjadi lebih baik lagi.
Pengetahuan tentang balikan, memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang
dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para pengajar seyogyanya selalu
memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh
setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa
dengan nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti ini akan
sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah
(26)
siswa hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar
dari berkembangnya rasa gagal.
f. Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam
menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang
cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang
besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat
dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat siswa
dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan
memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat
menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
g. Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun
psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja
dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang
sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, dan
sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis seperti hubugan
antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi, bimbingan,
kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h. Keteladanan
Prilaku guru secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh
(27)
dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat
diharapkan agar prilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para
siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat
lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal diatas, ada beberapa prinsip belajar dan motivasi
yang disampaikan oleh Hamalik, agar mendapatkan perhatian dari pihak
perencana pengajaran khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar
mengajar.20
Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam peningkatan
motivasi peserta didik dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan
prestasi belajar yang optimal, diantaranya: 1) Kebermaknaan. Suatu bidang
studi akan lebih bermakna bagi siswa apabila guru herusaha
menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya
(masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi bagi siswa
berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha
menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara
memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2) Modelling.
Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya.
Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru
mengupayakan mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya
20
Hamalik Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Hal. 159.
(28)
dengan mencerahkan atau menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah
laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh
guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar apabila penyajian
terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa. 4)
Prasyarat. Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin
merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau mengenali
prasyarat- prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa yang berada dalam
kelompok yang bersyarat akan mudah mengamati hubungan antara
pengetahuan yang sederhana yang telah mereka miliki dengan pengetahuan
yang kompleks yang akan dipelajari. 5) Novelty. Siswa akan lebih senang
belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (Novelty)
atau masih asing. 6) Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik
secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah
dan mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang belajar,
jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang
demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan
dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. 8)
Kurangi secara sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang
sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu
(29)
menyenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi
pengajarannya menyenangkan.
4. Ciri Siswa Yang Memiliki Motivasi Belajar
Ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar menurut Sardiman21adalah:
a. Tekun menghadapi tugas
Anak yang tekun dalam mengerjakan tugas mempunyai kebiasan dapat
bekerja keras terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti
sebelum selesai, dan akan lebih memunculkan kreatifitas dalam
mengerjakan tugas-tugasnya.
b. Ulet menghadapi kesulitan
Anak yang ulet dalam menghadapi kesulitan tidak lekas putus asa ketika
mengalami segala persoalan apapun, lebih suka mencari alternatif
penyelesaian suatu kesulitan daripada mengeluh, fokus jika diberikan
tantangan
c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi
Anak yang memiliki motivasi dalam belajar akan mempunyai semangat
tersendiri dalam berprestasi tentunya tanpa iming-iming hadiah(reward).
d. Ingin mendalami bahan atau bidang pengetahuan yang diberikan
21 Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja
(30)
Siswa mempunyai sifat ingin tahu yang tinggi, Sering mengajukan
pertanyaan yangbaik, Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap
suatu masalah, memiliki daya imajinasi kuat.
e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin
Anak yang memiliki ciri ini tidak cepat puas dengan prestasinya, selalu
ingin meningkatkan kemampuan yang dimiliki untuk lebih baik lagi.
f. Senang, rajin belajar, dan penuh semangat
Siswa yang memiliki ciri tersebut akan mudah menangkap pelajaran,
senang dan sering membaca, mempunyai daya konsentrasi yang baik,
mempunyai pemahaman dan lebih tekun dalam menangkap materi
pelajaran, serta anak yang rajin belajar memiliki daya ingat yang baik,
selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali.
g. Dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya kalau diyakini itu benar
Anak lebih berani mengeluarkan pendapat, bebas dalam menyatakan
pendapat, tidak goyah dengan tekanan yang membuatnya melepaskan
pendapatnya yang diyakini itu benar.
h. Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang
Anak dengan ciri ini memiliki orientasi masa depan, tidak berfikir
kesenangan saat ini, semua yang dilakukan semata-mata untuk
mendapatkan masa depan yang lebih baik, memiliki daya imajinasi dan
pengamatan yang cermat tentang masa depan.
(31)
Anak menyukai tantangan, mencari pemecahan atas soal-soal yang
dihadapinya, cenderung mencari persoalan yang menurutnya perlu adanya
penyelesaian, senang mencoba hal yang baru.
Selanjutnya menurut Brown,22 ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi dapat dikenali selama mengikuti proses belajar mengajar
dikelas, adalah sebagai berikut; (1) tertarik pada guru (tidak acuh tak acuh),
(2) tertarik pada mata plajaran yang diajarkan, (3) antusis tinggi, serta
mengendalikan perhatiannya dan energinya pada kegiatan belajar, (4) ingin
selalu bergabung dalam suatu kelompok kelas, (5) ingin identitas diri diakui
orang lain, (6) tindakan dan kebiasaan serta moralnya selalu dalam control
diri, (7) selalu mengingat pelajaran dan selalu mempelajarinya dirumah, (8)
selalu terkontrol oleh lingkungan.
5. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa
Dalam pandangan Winkel23 ada beberapa cara yang bisa ditempuh oleh
guru guna meumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa, antara lain:
menjelaskan arti penting sebuah bidang studi, mengaitkan materi pelajaran
dengan pengalaman siswa, antusias dalam mengajar, meyakinkan siswa
bahwa belajar bukanlah beban yang menekan. Di samping itu, menciptakan
suasana kondusif, memberitahukan dan memeriksa hasil ulangan, aktif dalam
22
Akhmad Sudrajat, Teori-teori Motivasi,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/ diakses pada 28 Juni 2015.
(32)
kegiatan ekstrakurikuler, kompetisi yang sehat dan memberikan hadiah atau
hukuman. Cara-cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Menjelaskan kepada siswa, mengapa suatu bidang studi dimasukkan
dalam kurikulum sekolah dan apa kegunaannya untuk kehidupan kelak.
Salah satu tujuan akhir dari proses pendidikan adalah dalam rangka
membekali anak diri dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan agar
mereka bisa survive dalam dinamika kehidupan pada masa yang akan
datang. Dalam rangka inilah, di lembaga pendidikan diajarkan berbagai
bidang studi yang diyakini memiliki makna dan urgensi bagi
pembentukan life skill anak didik. Harus diakui, hal ini sering tidak
disadari sepenuhnya oleh anak didik. Mereka memandang berbagai
bidang studi yang diajarkan di sekolah lebih merupakan paket yang telah
ditetapkan dan menjadi kewajiban mereka untuk menempuhnya sebagai
persyaratan kelulusan. Akibatnya, semangat "yang penting lulus" dalam
sebuah bidang studi kerapkali mewarnai proses kegiatan belajar. Suasana
pembelajaran seperti ini, akan mereduksi nilai dari sebuah bidang studi,
sebab biasanya aspek formalitas akan menjadi target utama. Anak didik
akan merasa telah berhasil jika ia telah menyelesaikan pengambilan
bidang studi tertentu dan dinyatakan lulus. Sedangkan makna serta
manfaat dari bidang studi yang diambilnya tidak menjadi perbatiannya.
(33)
mengajar terkungkung pada formalisme sempit dan kehilangan makna
esensialnya.
Dalam konteks ini, guru harus mengambil peran aktif dan menjalankan
salah satu fungsinya sebagai motivator. Dikaitkan dengan keberadaan
sebuah bidang studi, guru dituntut dapat meyakinkan para siswa bahwa
bidang studi yang diajarkannya memiliki manfaat dan cukup penting
sehingga dia masukkan sebagai bagian kurikulum. Dengan kata lain,
sebelum kegiatan belajar mengajar berjalan lebih jauh, guru terlebih
dahulu melakukan "sosialisasi" dan "promosi" bidang studi, khususnya
pada awal pertemuan.
Kenyataan menunjukkan, biasanya di kalangan siswa sering muncul
anggapan bahwa sebuah bidang studi dianggap penting sedangkan yang
lain ada tidak. Di samping itu, perasaan "senang" dan "tidak senang"
terhadap mata pelajaran juga menjadi fenomena umum. Melalui upaya
sosialisasi dan promosi, diharapkan image seperti itu bisa dileminir.
Jika dipersempit pada lingkup materi pelajaran, sosialisasi dan promosi
tersebut dapat dilakukan pada saat guru memberikan a persepsi. Untuk
membangun motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran, a persepsi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, tidak hanya dengan mengungkap materi
pelajaran terdahulu.
Beberapa cara, misalnya mengangkat satu peristiwa paling aktual yang
(34)
dekat dengan kehidupan siswa, meminta siswa untuk mengomentari satu
fenomena sosial dan sebagainya, dapat menjadi cara efektif dalam
membangun motivasi belajar, sekaligus meyakinkan bahwa materi yang
akan dipelajari memiliki arti penting. Hal yang perlu diingat oleh para
guru adalah peristiwa, cerita atau fenomena sosial yang diangkat pada
saat apersepsi harus memiliki relevansi dengan materi yang akan
disampaikan.
b. Mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa di luar
lingkungan, sejauh itu mungkin.
Di antara sebab rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran
adalah materi yang disampaikan kurang berhubungan langsung dengan
kehidupan riil mereka. Ada keterputusan mata rantai antara pengetahuan
yang diperoleh dari sebuah bidang studi dengan kebutuhan hidup dan
pengalaman di lapangan. ini dapat diatasi dengan cara mengaitkan materi
pelajaran dengan realitas kehidupan para siswa. Hal-hal yang bersifat
teoritis, hendaknya dijabarkan sedemikian rupa sehingga memiliki nilai
praktis. Contoh-contoh yang dikemukakan untuk memperkuat penjelasan
sedapat mungkin diambil dari kasus-kasus yang biasa terjadi dan dialami
oleh siswa. Langkah ini bisa membentuk persepsi siswa bahwa materi
pelajaran yang sedang dipelajari berhubungan langsung dengan
kehidupannya, pada saat yang sama mereka juga merasa terlibat dan
(35)
Namun demikian, seorang guru harus tetap meletakkan usaha mengaitkan
materi pelajaran dengan lingkungan dalam kerangka akademik dan
ilmiah. Artinya, fakta tentang sebuah peristiwa atau kasus, contoh-contoh
yang diangkat dari lingkungan kehidupan siswa, harus selektif dan
dipastikan dapat semakin memperjelas materi. Data yang berhubungan
dengannya juga mesti dapat dibuktikan validitasnya.
c. Menunjukkan antusiasme dalam mengajar dan menggunakan prosedur
yang sesuai.
Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. la adalah pusat perhatian siswa
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Performance guru dalam
berbagai aspeknya akan turut mem-pengaruhi persepsi siswa termasuk
terhadap mata pelajaran. Berkaitan dengan upaya menumbuhkan motivasi
belajar siswa, hal yang penting dan harus diperhatikan oleh para guru
adalah kemampuannya dalam mengajarkan sebuah materi pelajaran. Di
samping dituntut menguasai materi dan memilih metode yang tepat, guru
juga harus menunjukkan semangat dan antusiasme yang tinggi saat
menyampaikan sebuah materi, Antusiasme dan semangat ini dapat
ditunjukkan dengan berpenampilan rapi, ceria, ramah, energik dan
menyampikan penjelasan dengan suara yang jelas. Ini tidak berarti bahwa
guru hanya memperhatikan penampilan flsik. Tetapi, harus diingat bahwa
akan sulit membangun semangat siswa dalam belajar jika guru yang
(36)
Di samping antusiasme dan semangat, dalam mengajar guru juga dituntut
menggunakan prosedur yang sesuai. Prosedur yang sesuai ini tercermin
dari pilihan materi yang tepat, penguasaan materi yang memadai, runtut
dan sistematis. Dari sisi metode mengajar bisa ditunjukkan dengan
penggunaan metode yang tepat sesuai dengan karakter materi pelajaran,
variatif, dapat menggugah kreativitas siswa dan dapat memacu siswa
untuk melakukan pembelajaran aktif. Di samping itu, penerapan model
evaluasi juga harus tepat dan transparan.
d. Mendorong siswa untuk memandang bahwa belajar di sekolah bukanlah
beban yang menekan.
Wacana mutakhir tentang dunia pendidikan dewasa ini adalah adanya
anggapan bahwa proses pendidikan telah berubah menjadi ajang
penindasan, pemasungan daya kritis, dehumanisasi, alat hegemoni bagi
elit penguasa dan sebagainya. Dengan berbagai alasan dan logika,
pendidikan dituduh telah menyimpang dari khittah yang asli, yakni proses
memanusiakan manusia.
Tanpa bermaksud terjebak dalam polemik tersebut, guru mempunyai satu
tanggung jawab untuk mendorong siswa agar memiliki pandangan bahwa
belajar di sekolah bukanlah beban atau cara untuk menekan, membatasi
gerak siswa serta bentuk penyiksaan dengan berbagai tugas yang harus
diselesaikan. Pandangan ini penting, agar para siswa terdorong untuk
(37)
Ini menj adi kunci bagi keterlibatan siswa secara aktif selama kegiatan
belajar mengajar, sehingga siswa memiliki komitmen untuk
menyelesaikan tugas belajar sebaik mungkin,
Dalam hubungan ini prinsip edutainment dalam pendidikan bisa
dikembangkan secara lebih luas. Guru harus mengupayakan suatu cara
dan suasana sehingga belajar menjadi sesuatu yang menyenangkan dan
menghibur. Beberapa cara yang bisa ditempuh antara lain menerapkan
model pembelajaran aktif dengan bermain peran, kuis, mengisi teka-teki
silang berkaitan dengan meteri, praktikum yang diformat secara egaliter,
rehat (dengan menampilkan kisah unik dan lucu) dan sebagainya.
Apabila pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menghibur dan
menyenangkan, maka berbagai tugas yang diberikan kepada siswa anak
terasa tidak membebani. Lebih dari itu, mereka akan termotivasi untuk
selalu mengikuti pelajaran. Sebaliknya, jika kegiatan belajar mengajar
berlangsung kaku, tegang dan tidak egaliter, maka siswa akan merasa
tertekan dan enggan mengikuti pelajaran dengan baik. Beberapa hal yang
menunjukkan indikator perasaan tertekan dalam diri siswa antara lain
mereka lebih senang jika guru tertentu atau bidang studi tertentu tidak
masuk, mengikuti pelajarn dalam keadaan tegang, dan sebagainya.
Apabila ternyata guru atau bidang studi yang dimaksud dilaksanakan
(38)
beban psikologis dan persepsi kurang baik. Akibatnya, hasil dari kegiatan
belajar mengajar menjadi tidak maksimal.
e. Menciptakan suasana kelas yang kondusif
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Salah satunya
adalah suasana kelas yang dijadikan tempat kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, guru perlu memanfaatkan kelas dengan sebaik-baiknya
guna membangun motivasi belajar siswanya. Suasana kelas harus
kondusif, sehingga memperlancar proses pembelajaran.
Penciptaan suasana kondusif kelas bisa dilakukan dengan beberapa cara.
Pertama, dari segi fisik ruangan kelas perlu diupayakan agar tidak
monoton. Mengubah tempat duduk dari yang biasa menjadi melingkar,
dibuat kelompok, dan sebagainya adalah bcberapa hal yang dapat
dilakukan agar kclas tidak monoton.
Selain itu, guru juga perlu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam
suasana yang berbeda, misalnya di luar ruangan, mengunjungi
tempat-tempat tertentu seperti perpustakaan, museum, panti asuhan dan
sebagainya. Kedua, suasana kondusif dalam kelas dapat diwujudkan
dengan cara menciptakan suasana keterbukaan antara siswa dengan guru
dan antara siswa dengan siswa. Di samping keterbukaan, pembelajaran
yang berlangsung secara demokratis dan menanamkan tanggung jawab
bersama kepada siswa juga menjadi faktor penting yang harus
(39)
jawab bersama akan muncul sikap saling menghargai antar komponen
yang terlibat dalam pembelajaran.
Harus diingat, bahwa suasana kondusif tidak mesti ditandai dengan proses
pembelajaran yang tanpa humor atau tidak ada siswa yang tertawa.
Sebaliknya, sikap humor yang diselingi dengan tertawa bisa menciptakan
suasana keceriaan, keakraban dan mengeliminir ketegangan. Tetapi,
humor dan tertawa tersebut harus tetap diarahkan dalam bingkai
pembelajaran.
f. Memberitahukan hasil ulangan dalam waktu secepatnya dan memeriksa
pekerjaan rumah siswa.
Dalam kerangka pendidikan, ulangan bukanlah media untuk menghakimi
(punishment) bagi anak didik. Dengan demikian, seorang guru tidak dapat
memetakan secara sepihak bahwa seorang siswa pandai, sedang, bodoh
atau berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil hanya berdasarkan hasil
ulangannya. Ulangan seyogyanya dijadikan sebagai alat evaluasi bagi
guru untuk melihat efektifitas pembelajaran yang telah dilakukan, baik
dari segi metode, alokasi waktu, penguasaan materi dan setersunya.
Ulangan juga dapat digunakan untuk memacu motivasi belajar siswa.
Pemanfaatan ulangan sebagai sarana membangun motivasi belajar siswa
bisa dilakukan dengan cara memberitahukan hasilnya kepada para siswa
atau dengan cara mengembalikan kertas jawaban. Hal yang harus
(40)
dan diberikan penilaian secara obyektif, Jika memungkinkan, dalam
kertas jawaban tersebut diberikan pembetulan pada bagian-bagian tertentu
yang belum tepat. Pada satu sisi, cara ini akan memberikan kepuasan
pada anak didik dengan apa yang dicapainya dan mereka akan
mengetahui kekurangan-kekurangan guna diperbaiki pada masa yang
akan datang.
Pada sisi lain, menunjukkan tanggung jawab dan menjadi indikator
kompetensi profesional seorang guru. Seorang guru yang bertanggung
jawab dan kompeten, akan melaksanakan tugasnya secara baik. Salah satu
tugas tersebut adalah memeriksa dan memberikan penilaian terhadap
tugas dan pekerjaan siswanya.
Guru yang hanya memberikan tugas dan ulangan kepada siswa, bisa
memunculkan kesan kurang baik jika tugas dan ulangan tersebut tidak
diberikan penilaian. Kenyataan ini sering terjadi dalam proses
pembelajaran. Guru memberikan berbagai tugas, misalnya pekerjaan
rumah, tetapi setelah siswa melaksanakannya, guru tidak memberikan
penghargaan apapun. Akhirnya, motivasi siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas berikutnya menjadi lemah dan pada tahap selanjutnya, motivasi
belajar mereka pada guru dan bidang studi tertentu juga menurun. Oleh
karena itu, memeriksa dan menilai pekerjaan siswa sekaligus
memberitahukan hasilnya dalam waktu singkat akan sangat membantu
(41)
Pemberitahuan tersebut dilakukan secepatnya agar perhatian dan ingatan
siswa pada ulangan atau pekerjaan mereka masih cukup kuat, hangat dan
aktual. Ini akan memberikan pengaruh yang berbeda, dibandingkan jika
pemberitahuan dilakukan setelah waktu cukup lama. Ulangan yang telah
dikerjakan cukup lama, cenderung terlupakan dan tidak menjadi perhatian
siswa.
g. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Di samping sebagai wahana pengembangan bakat dan minat, kegiatan
ekstrakurikuler juga bermanfaat bagi siswa untuk melatih diri berinteraksi
dengan siswa yang lain, dan menunjang kegiatan belajar mengajar di
kelas. Kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai cara membangun
motivasi belajar siswa.
Dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Keterlibatan mereka
dalam berbagai kegiatan, lebih-lebih jika diikutsertakan dalam
perlombaan-perlombaan, akan menumbuhkan rasa tanggung jawab.
Selain itu, siswa juga akan merasa mendapatkan perhargaan sehingga
akan timbul rasa memiliki. Jika hal ini dipupuk secara baik, akan
mempengaruhi semangat belajar siswa. Biasanya, siswa yang
"keberadaannya seperti tidak ada" cenderung untuk bersikap pasif.
Sedangkan bagi siswa yang memiliki berbagai aktivitas di sekolah, akan
(42)
h. Mendorong suasana kompetitif yang sehat.
Persaingan (kompetisi) adalah bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan
manusia, termasuk di kalangan anak didik di lembaga pendidikan.
Kompetisi secara sehat akan menimbulkan motivasi tertentu dalam diri
seseorang untuk meraih sesuatu secara sehat pula. Sebaliknya, jika
persaingan dilakukan tidak dengan cara yang sehat, maka akan timbul
berbagai cara yang tidak tepat dan cenderung merugikan orang lain.
Pada saat siswa belajar bersama siswa yang lain, sebenarnya mereka
sedang melakukan kompetisi untuk memperoleh hasil terbaik di antara
teman-temannya. Hal ini merupakan momentum yang bisa dimanfaatkan
untuk menumbuhkan motivasi belajar. Keinginan untuk menjadi yang
terbaik, akan mendorong seorang siswa melakukan sesuatu secara perfect,
termasuk dalam belajar. Oleh karena itu, keinginan tersebut perlu dipupuk
dan diarahkan oleh para guru agar tidak terjadi permusuhan.
i. Memberikan hadiah dan hukuman.
Pemberian reward terhadap keberhasilan seorang siswa perlu dilakukan
oleh seorang guru. Reward ini bisa diwujudkan dalam bentuk pujian atau
hadiah berupa materi secara wajar. Sebaliknya, jika ada siswa yang tidak
menjalankan tugas dan kewajibannya secara baik, jika terdapat alasan
cukup kuat, guru perlu memberikan hukuman. Hukuman tersebut bisa
berbentuk teguran, pemberian tugas tambahan atau hal-hal lain yang
(43)
Pemberian hadiah dan hukuman ini sangat penting dalam rangka
membangun motivasi belajar siswa. Bagi siswa yang rnendapatkan
hadiah, diharapkan mereka semakin bersemangat untuk berprestasi dan
giat belajar, sedangkan yang memperoleh hukuman, diharapkan mereka
memperbaiki kesalahan. Sebab, secara psikologis seorang siswa lebih
senang rnendapatkan hadiah dan sebenarnya mereka mendambakannya,
daripada memperoleh hukuman.
Berbagai cara bisa dilakukan dalam rangka memberikan hadiah, misalnya
ucapan selamat, mengumumkan keberhasilan seorang siswa pada
moment-moment tertentu yang banyak dihadiri oleh siswa lain dan
sebagainya. Namun demikian, seorang guru hams tetap menunjukkan
netralitas, artinya tidak menunjukkan perlakuan yang berbeda (pilih
kasih) terhadap semua siswa. Sebab, jika guru memberikan perhatian
lebih baik kepada siswa yang berprestasi saja, maka siswa yang kurang
berprestasi akan merasa terabaikan. Jika hal ini terjadi, mereka akan
semakin sulit mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik.
C. Aqidah akhlak 1. Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari kata jamak "Alkhuluuqu" atau "Al-khalqu" yang
bermakna "kejadian". Kedua kata tersebut berasal dari kata "Khalaqa" yang
(44)
kata seperti : Al- khulqu yang mempunyai makna "budi pekerti", Al Khaliq bermakna
"Tuhan Pencipta Alam"24 2. Jenis - Jenis Akhlak
Pada dasarnya perbuatan manusia ada yang baik dan ada buruk. Perbuatan
yang baik disebut dengan akhlak yang baik dan identik dengan sifat para Nabi dan
orang - orang shiddiq, sedangkan perbuatan yang buruk disebut dengan akhlak tereela
atau buruk. Maka pada hakikafiya akhlak ada dua, yaitu akhlak yang baik atau terpuji
(Al -Akhlaaqul Mahmuudah) dan akhlak yang buruk atau tercela (Al -Akhlaaqul
Madzmuumah).
3. Pembelajaran Aqidah akhlak
Allah SWT sang pencipta dan pengatur alam semesta dengan
kemahakuasaannya. Menciptakan manusia dari setetes air mani dengan kekuasaannya
kita menjadi manusia yang sempurna, banyak sekali kenikmatan yang di berikan
Allah SWT kepada manusia tetapi manusia kurang begitu mensyukuri apa yang telah
diberikan-Nya. Manusia diberi akal untuk berfkir atas semua yang ada dimuka bumi,
dilaut dan diluar angkasa, dimana semua itu ada yang mengatur dan menciptakannya
tiada lain adalah Allah S WT.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul
"Peningkatan Motivasi Belajar Aqidah Akhlak Dengan Metode Diskusi Pada Siswa
Kelas IV MI Al Jamiyatul Washliyah Pademawu Pamekasan” yang dilakukan oleh
24
(45)
peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika strategi
pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru MI Al Jamiyatul Washliyah dalam
kegiatan belajar mengajar siswa, diganti dengan strategi pembelajaran berbasis
aktivitas, maka dimungkinkan akan berpengaruh terhadap peningkatan motivasi
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom
action research). Dikatakan demikian karena adanya (1) intervensi yang dilakukan
peneliti dalam kegiatan pembelajaran akidah akhlak dengan materi beriman kepada
kitab-kitab Allah untuk mengubah situasi pembelajaran, (2) konsep yang digunakan
untuk memperbaiki pembelajaran bersifat situasional dan kontekstual, (3) terlibatnya
peneliti dalam pembelajaran akidah akhlak dengan materi beriman kepada kitab-kitab
Allah, (4) dilakukannya evaluasi sendiri (self evaluation) secara berkelanjutan.
A. Setting Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah MI Al Jamiyatul Washliyah Pademawu
Pamekasan tepatnya siswa kelas IV yang terdiri dari 11 siswa dan 14 siswi. Kondisi
kelas ukuran ruangan 7m x 8m, dengan fentilasi pencahayaan ruangan cukup
standard. Lama penelitian kurang lebih tiga bulan dimulai dari bulan Agustus dan
September 2014, sedangkan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan
faktor perbedaan kemampuan belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi
penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV MI Al Jamiyatul
Washliyah Pademawu Pamekasan tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini termasuk
(47)
efektifitas metode diskusi dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak.
Penelitian ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari satu tatap muka
(pertemuan). Secara lebih jelas, ada siklus PTK yang dikembangkan oleh Kurt
Lewin25 yang digambarkan sebagai berikut:
Prosedur Penelitian
identifikasi masalah
Planning (Perencanaan)
Acting (pelaksanaan)
reflecting
Observing (Observasi)
Penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan meliputi penetapan materi pembelajaran mata pelajaran Aqidah
Akhlak pada materi beriman kepada kitab-kitab Allah khususnya pada
indikator menyebutkan nama-nama kitab Allah beserta Nabi yang
menerimanya.
25
(48)
b. Tindakan meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran
aqidah akhlak pada materi iman kepada kitab-kitab Allah dengan
menggunakan metode diskusi.
c. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran, yaitu keikut
sertaan guru dan peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran akidah akhlak materi beriman kepada kitab-kitab Allah.
d. Refleksi meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus
menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.
Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci disajikan dalam dua siklus, yaitu
sebagai berikut:
Siklus I
(1) Menyusun dan menyiapkan instrument penelitian berupa bentuk
diskusi apa yang akan digunakan untuk proses pembelajaran akidah
akhlak materi beriman kepada kitab-kitab Allah (2) tindakan, guru
membagi siswa menjadi 4 kelompok untuk kemudian masing-masing
kelompok diberi tugas untuk mempresentasikan materi beriman
kepada kitab-kitab Allah (3) siswa yang sudah terbagi menjadi empat
kelompok secara bergilir mempresentasikan materi pembelajaran
dengan pembagian materi untuk kelompok I: Pengertian iman kepada
kitab Allah; kelompok II: Nama-nama Kitab-kitab Allah; kelompok
III: para Rasul yang menerima kitab-kitab Allah; kelompok IV: cara
(49)
mengamati kegiatan guru dan murid dengan menggunakan instrument
pengamatan (4) refleksi digunakan untuk bahan masukan dan
perbaikan kelemahan pada tindakan siklus II.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran dan langkah-langkah yang dilakukan seperti
langkah siklus I dengan berbagai penyempurnaan sebagai revisi siklus I. Hasil
refleksi siklus II digunakan untuk perbaikan siklus III jika siklus II belum
cukup.
Secara lebih rinci, pelaksanaan tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut:
Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan
Setelah diketahui pemahaman dan minat dan motivasi siswa yang rendah
terhadap pelajaran akidah akhlak materi iman kepada kitab-kitab Allah,
disusunlah RPP untuk memenuhi tujuan, yakni proses peningkatan motivasi siswa
terhadap pembelajaran akidah akhlak materi beriman kepada kitab-kitab Allah
dengan menggunakan metode diskusi. Selain itu, disusun pula beberapa
instrumen yang diperlukan untuk observasi, yakni: instrumen antusiasme,
kemampuan bertanya, partisipasi dan fokus kelas para siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan metode diskusi.
(50)
Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dilaksanakan sesuai
dengan RPP yang telah disusun. Pada saat yang sama, dilakukan pula observasi.
Hasil siklus I diamati dan dikaji untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
3. Observasi
Guru dan guru mitra melaksanakan observasi terhadap antusiasme,
kemampuan bertanya, partisipasi dan respon kelas siswa dalam pembelajaran
dengan metode diskusi, dan mendiskusikan hasilnya. Dalam lembar pengamatan,
ada tiga kategori keaktifan, yakni: kurang, sedang, dan baik. Siswa dikategorikan
“kurang” jika mereka tidak mau atau tampak malas, siswa dikategorikan “sedang”
jika mereka melakukannya dengan biasa saja, tanpa semangat; siswa
dikategorikan “baik” jika mereka mempunyai semangat dan antusiasme tinggi terhadap proses pembelajaran dengan metode diskusi.
Setelah itu dilakukan evaluasi apakah motivasi siswa dalam pembelajaran
akidah akhlak materi beriman kepada kitab-kitab Allah sudah meningkat sesuai
yang diharapkan.
4. Refleksi
Dalam siklus I dilakukan refleksi terhadap pembelajaran yang sudah
berlangsung. Saat itu dijumpai ada beberapa anak yang belum terlibat secara
penuh, atau bahkan anak-anak ada yang cenderung bermain-main ketika
(51)
Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan
Disusun RPP untuk memenuhi tujuan, yakni pembelajaran beriman kepada
kitab-kitab Allah berdasarkan hasil siklus I. Kelemahan tindakan dalam siklus I
berupa masih adanya anak yang masih belum penuh terlibat dalam pembelajaran
sehingga diperlukan optimalisasi pengelolaan kelas. Dengan langkah ini
diharapkan nantinya siswa akan termotivasi dan mengikuti pembelajaran beriman
kepada kitab-kitab Allah yang kali ini memakai metode diskusi dengan antusias.
2. Tindakan
Pembelajaran akidah akhlak materi beriman kepada kitab-kitab Allah
dengan menggunakan metode diskusi dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah
disusun. Pada saat yang sama, dilakukan pula observasi. Guru memberi semangat
kepada para siswa untuk aktif berdiskusi dan membimbing siswa agar bisa
berdiskusi dengan baik.
3. Observasi
Guru dan guru mitra melaksanakan observasi terhadap antusiasme,
kemampuan bertanya dan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran akidah
akhlak materi beriman kepada kitab-kitab Allah dengan memakai metode diskusi
untuk kemudian mendiskusikan hasilnya. Setelah itu dilakukan evaluasi melalui
lembar observasi apakah tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran sudah
(52)
4. Refleksi
Hasil refleksi menunjukkan siswa semakin aktif, berpartisipasi dan semakin
antusias, dan lebih memanfaatkan waktu dengan baik.
Dua siklus di atas akan dilanjutkan dengan siklus III yang akan dilakukan
sebagaimana siklus II dengan berbagai penyempurnaan jika siklus II dirasa belum
cukup. Namun, jika pada siklus II sudah cukup, maka penelitian akan dicukupkan
dengan dua siklus saja.
Pada akhirnya, semua hasil observasi ditabulasikan dan direkap sehingga
nantinya terlihat jelas data persiswa tentang tingkat antusiasme, kemampuan
bertanya, partisipasi dan focus kelas mereka dalam pembelajaran.
Menurut Suyadi, PTK secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga kata yaitu
penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian yaitu kegiatan mengamati suatu objek
tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu untuk menemukan data dengan
tujuan meningkatkan mutu. Kemudian tindakan yaitu perlakuan yang dilakukan
dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Dan kelas adalah tempat di
mana sekelompok peserta didik menerima pelajaran dari guru yang sama.26
Dengan menggunakan kerangka pikir yang dikemukakan oleh Raka Joni dkk,
dapat dikenali adanya 5 (lima) tahap pelaksanaan PTK, termasuk tahap awal
berupa proses penghayatan mengenai adanya permasalahan yang perlu mendapat
penanganan (pengembangan fokus masalah penelitian). Adapun tahap-tahap
26
Suyadi, Buku Panduan Guru Profesional : Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), (Yogyakarta: Andi Publisher, 2012), 18.
(53)
tersebut adalah (1) pengembangan fokus masalah penelitian, (2) perencanaan
tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan perbaikan, observasi, (4) analisis
dan refleksi, (5) perencanaan tindak lanjut.
Berikut ini adalah bagan yang menunjukkan hal itu.
Pada langkah perencanaan tindakan, dilakukan pengamatan, dan observasi
terhadap motivasi siswa tentang pembelajaran akidah akhlak melalui metode
angket dan wawancara dengan simpulan bahwa siswa kurang memiliki motivasi
belajar dan sulit memahami materi beriman kepada kitab-kitab Allah yang
menggunakan metode ceramah. Mereka menghendaki adanya metode
pembelajaran yang menyenangkan. Berdasarkan studi awal tersebut, kemudian Identifikasi
Masalah (Rfleksi awal)
Perumusan
masalah Tujuan Kajian Teori dan Empiris Perencanaan
tindakan
Hipotesis Tindakan (jika ada) Pelaksanaan Tindakan
Dan Observasi Analisis Data INDIKATOR KEBERHASILAN
Refleksi
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
STOP ATAU PEMANTAPAN Belum tercapai tercapai
(54)
dibuatlah metode diskusi. Selanjutnya, siswa dibagi dalam beberapa kelompok
untuk menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran.
C. Jenis Data dan Cara Penggunaannya
Data yang dipakai dalam penelitian ini meliputi data kwantitatif dan
kwalitatif. Data kwantitatif meliputi jumlah siswa dan nilai antusiasme,
kemampuan bertanya dan partisipasi per siswa. Adapun data kwalitatif didapatkan
dari hasil observasi dan hasil wawancara. Untuk mengetahui data awal pra siklus
tentang antusiasme, kemampuan bertanya dan partisipasi siswa dalam
pembelajaran akidah akhlak materi beriman kepada kitab-kitab Allah, digunakan
lembar observasi dengan penskoran sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3.1
Lembar Observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran
No Nama Siswa
Aspek Penilaian
Nilai Rata2
Ket
1 2 3 4
1. Abror Rizki Arif Budiman
2. Andini Faidatur Rahmah
3. Ali Akmal Hudaini
4. Arifani Suci Ikhlasi
5. Dhea Melany Putri
6. Devi Anisatur Rahmaniyah
(55)
8. Dwi Febrianto Eka F.
9. Iskandar Alfian
10. Ivan Agung Pratama
11. Mohammad Zamzami Alfurqon
12. Mohammad Andi Khoirul A.
13. Dewi Mutia Safitri
14. Muallim Mu’afi Ahmad 15. Mery Sartika
16. Nur Halimatur Rahmah
17. Qurratul Hasanah
18. Rizki Mahendra Putra
19. Satrio Pria Budi
20. Sultono Lutfillah
21. Zakiyatul Izzah
22. Ana Liana
23. Sri Masrihah
24. Nur Maulidatul Khoirina
25. Fadilatur Rahmah
Keterangan Aspek Penilaian
(56)
Tabel 3.2
Standar Penilaian Motivasi Belajar Siswa
Nilai Motivasi Belajar Siswa Kategori Nilai Kualitas
85-100 70-84 55-69 40-55
A B C D
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
D. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.27 Pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan
ini, diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan
dimana observer berada bersama dengan objek yang selidiki. Artinya
peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi. (2)
Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakukan dimana
observer tidak berada bersama dengan objek yang selidiki. Tetapi, peneliti
27
Zuriah, N.. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan Dan Sosial, (Malang: Bayu Media Publishing, 2003), Hal. 47
(57)
menggunakan daftar cek (Check List) dalam menggali atau mengumpulkan
data ketika menggunakan terknik ini.
Observasi ini dilakukan untuk melihat lebih dekat tentang suasana
pembelajaran di MI Al Jamiyatul Washliyah Pademawu Pamekasan
khususnya pembelajaran aqidah akhlak pada materi beriman kepada
kitab-kitab Allah. Secara lebih khusus juga untuk melihat tingkat motivasi belajar
siswa dalam menerima pelajaran. Keberadaan sarana dan prasarana juga
tidak lepas dari observasi yang dilakukan.
b. Wawancara
Wawancara adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau
penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.28 Jenis wawancara yang peneliti
gunakan adalah terstruktur. Wawancara terstruktur yakni wawancara yang
mana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah ditetapkan oleh peneliti.29
Wawancara dilakukan kepada pengajar mata pelajaran aqidah akhlak untuk
menggali lebih dalam tentang kendala-kendala yang dihadapi ketika
mengajar khususnya materi beriman kepada kitab-kitab Allah.
28
Rochiati Wiriatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 117.
29
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 190.
(58)
c. Dokumentasi
Zuriah menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau
hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.30
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari lembar observasi dan
pedoman wawancara. Adapun lembar observasi yang dilakukan adalah yang
sudah dipaparkan pada tabel 3.1. adapun contoh lembar pedoman wawancara
adalah sebagai berikut:
Nama Guru :
Mata Pelajaran Yang diampu :
Daftar Pertanyaan:
1. Metode apakah yang Anda gunakan dalam proses belajar mengajar?
2. Bagaimanakah motivasi belajar siswa dalam menerima pelajaran selama
ini?
3. Pernahkah anda mencoba metode pembelajaran yang lain selain yang biasa
digunakan?
4. Pernahkah Anda mencoba metode diskusi? Bagaimana hasilnya?
F. Tekhnik Analisa Data
30
(59)
Data yang sudah terkumpul diolah berdasarkan hasil observasi yang sudah
dilakukan selama proses pembelajaran.
G. Indikator Kinerja
Penelitian ini dianggap berhasil bilamana:
a. Prosentase keberhasilan 85%
(60)
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat MI Al Jamiyatul Washliyah
Bapak H. Abdullah adalah salah satu tokoh masyarakat, khususnya
masyarakat dusun Soloh Dajah Desa Murtajih Kecamatan Pademawu Pamekasan.
Beliau merasa prihatin dan terpanggil jiwanya untuk mengembangkan pendidikan
keagamaan di desa kelahirannya itu. Keprihatinannya itu diungkapkannya dalam
berbagai kesempatan kepada masyarakat terutama tokoh-tokoh yang lain. Dengan
segenap masukan dan dukungan masyarakat, mulailah muncul ide dibangunnya
sebuah madrasah. Madrasah ini akan menjadi tempat belajar agama bagi anak-anak
penduduk dusun Soloh Dajah dan sekitarnya.
Ide tersebut ternyata mendapat sambutan positif dari masyarakat sekitar.
Maka mulailah dirancang rencana pembangunan Madrasah dimaksud. H. Abdullah
sangat bersuka cita melihat idenya didukung banyak orang. Singkat cerita, pada tahun
1982 berdirilah sebuah madrasah yang lalu diberi nama Madrasah Diniyah
al-Jamiyatul Washliyah. Karena baru berdiri, madrasah ini masih berbentuk madrasah
diniyah, pada waktu itu tenaga pendidik yang dimiliki madrasah ini masih sangat
sedikit, Kemudian seiring dengan perjalanan waktu, semakin banyak murid yang
belajar di Madrasah Diniyah Al-Jamiyatul Washliyah demikian juga gurunya
(1)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
Perbandingan hasil belajar yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan metode diskusi dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Peningkatan Nilai Motivasi Belajar Siswa
No Nilai motivasi
Pra Siklus
Nilai motivasi Siklus I
Nilai motivasi Siklus II
Ket
Siswa 58,33 76,2 82,6
Selisih 17,87 6,4
Dari keterangan tabel diatas dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa Kelas IV MI Al Jamiyatul Washliyah Desa Murtajih Pademawu Pamekasan pada Mata Pelajaran akidah akhlak dapat ditingkatkan dengan penerapan metode diskusi. Pada pra siklus, nilai motivasi belajar siswa hanya 58,33 dan meningkat menjadi 76,2 pada siklus yang pertama dan meningkat lagi menjadi 82,6 pada siklus yang kedua. Pada siklus yang kedua juga terlihat bahwa hanya ada dua orang siswa yang tidak mencapai nilai 80. Ini artinya hanya 8 % yang tidak mencapai standard an ada 92 % yang mencapai standar. Padahal diharapkan sebelumnya siswa yang mencapai standar minimal penilaian adalah sebanyak 85 %.
Dengan demikian, penelitian ini dicukupkan pada siklus kedua karena keterbatasan waktu bagi peneliti dan hasil post test pada siklus kedua sudah mencapai
(2)
keberhasilan dengan kategori “Baik” karena rata-rata nilai motivasi belajar sudah mencapai angka 82,6 dan melebihi target sebelumnya yakni 80.
E. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti tidak mendapatkan kendala besar yang mempengaruhi pelaksanaan maupun hasil penelitian. Meskipun begitu, bukan berarti dalam pelaksanaan penelitian ini tidak ada kendala sama sekali. Ada beberapa kendala teknis antara lain keterbatasan waktu, selain itu siswa belum terbiasa penerapan metode diskusi terlihat ada beberapa siswa yang masih malu dalam mengungkapkan argumentasinya ketika diskusi dilaksanakan pada setiap kelompok.
(3)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan metode diskusi dilakukan dengan cara membagi siswa menjadi kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok tersebut dipersilahkan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Setelah itu, Guru mempersilahkan semua siswa untuk bertanya dan untuk menjawab pertanyaan temannya.
2. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran akidah akhlak dapat ditingkatkan dengan penerapan metode diskusi. Hal itu bisa dilihat dari kenaikan signifikan dari pra siklus yang nilai rata-ratanya 58,33 lalu meningkat menjadi 76,2 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 82,4 pada siklus II. Jika diukur dari indikator keberhasilan, maka pada siklus II, siswa yang mencapai nilai lebih dari 80 mencapai 92%, sedangkan pra Siklus dan Siklus I tidak ada satupun siswa yang mencapai nilai 80.
B. Saran
1. Guru
Dalam setiap proses pembelajaran hendaknya menerapkan metode diskusi yang menciptakan kreatifitas, agar siswa dapat terlibat pada materi yang sedang
(4)
dipelajari. Sehingga tidak ada lagi siswa yang merasa jenuh dalam proses pembelajaran.
2. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah diharapkan memberikan dukungan kepada guru yang akan melakukan perbaikan proses pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran tersebut bisa berbentuk pembaruan metode pembelajaran, penambahan media pembelajaran atau hal lainnya. Dengan metode baru khususnya diskusi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang nantinya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
(5)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat, Teori-teori Motivasi, http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/, diakses tanggal 28 Juni 2015 AnwarMasyari, Akhlak Al-Qur'an, (Surabaya: Bina llmu, 1990)
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002)
Conny Semiawan dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar, (Jakarta : Grasindo, 1992)
Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002)
Hamalik Oemar, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2002)
Hamalik Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995)
J J Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung :Remaja Rosda Karya, 1995)
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007)
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, dengan pendekatan baru, (Bandung: Remaja Rochiati Wiriatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja
(6)
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :Rineka Cipta, 1998) Rosdakarya, 2005)
Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2007)
Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011)
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002) Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik
MetodikKurikulum PBM, (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 1993)
Usman Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta Ciputat Pers, 2002)
Winarno Surachmadi, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung :CV Jemmas, tt) WS.Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1991)
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Ofset Printing, 1981)
Zuriah, N.. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan Dan Sosial, (Malang: Bayu Media Publishing, 2003)