Penerapan metode diskusi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV MI pangkalan Kota Sukabumi

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Pandidikan (S. Pd. I)

Oleh:

NYI AJAH

NIM: 809018300175

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Sukabumi.Skripsi, Program Studi Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode System, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilaksanakan di Penelitian ini dilaksanakan diMI Pangkalan Kota Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS dengan metode diskusi.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV Tahun Pelajaran 2011-2012 dengan jumlah 42 siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Berdasarkan data yang diperoleh, skor persentase rata-rata siswa di setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus pertama nilai rata-rata postest adalah 58 adapun nilai rata-rata postest pada siklus kedua adalah 72.Maka, penelitian ini dicukupkan pada siklus kedua karena keterbatasan waktu bagi peneliti dan hasil postest pada siklus kedua sudah mencapai keberhasilan dengan kategori “Cukup Tinggi”.Dikatakan demikian karena sudah sesuai dengan standar KKM yaitu 70.


(7)

ii

Learning Outcomes in Grade IV IPS Base City MI Sukabumi.Skripsi, Educational Studies Program, Department of Teacher Education Islamic Elementary School Dual Mode System, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta.

This research was conducted at the Research Base at this MIPangkalan Sukabumi. This study aims to determine the increase in motivation and learning outcomes IPS discution.Subyek research method is class IV Academic Year 2011-2012 by the number of 42 students. The method used in this research is a classroom action research (CAR), which consists of two cycles of four phases: planning, implementation, observation and reflection.

Based on the data obtained, the mean percentage scores of students in each cycle has increased. In the first cycle the average value is 58 as for the posttest average posttest in the second cycle is 72. Than, the study was paid back in the second cycle because of the limited time for research and posttest results of the second cycle has reached success with the category "High Enough". Such as is in accordance with the standards of KKM is 70.


(8)

iii

Bismillaahirrahmaanirrahim

Kepada Dzat yang Maha Agung, Segala puji bagi-Mu, hamba mengucap syukur atas rahmat dan hidayah yang telah Engkau berikan. Alhamdulillah, karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a dan partisipasi dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, MAselaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fauzan, MA Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Dr. Muhammad Arif, M. Pd selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan bantuan dan dukunganya.

5. Bapak H. Thamrin Hamidi, Ketua Yayasan Al-Muawwanah.

6. Ibu Hj. Engkay Zakiyah, S. Pd. I, Kepala Sekolah MI Pangkalan Kota Sukabumi yang memberikan izin penelitian.


(9)

(10)

v

Halaman

ABSTRAK……… KATA PENGANTAR ……….... DAFTAR ISI ……… DAFTAR GAMBAR ……… DAFTAR TABEL ……...………. DAFTAR LAMPIRAN ………... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………. B. Identifikasi Area danFokusPenelitian ………….………. C. Pembatasan FokusPenelitian ………. D. PerumusanMasalahPenelitian ……….. E. TujuandanManfaatHasilPenelitian ……… BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. AcuanTeori Area danFokus yang Diteliti

1. Metode Diskusi ………... a. Pengertian Diskusi ………... b. Macam-macam Diskusi ………...

i iii

v viii

ix x

1 4 5 5 6

7 8 9


(11)

vi

b. Pengertian Belajar ………. c. Jenis-jenis Motivasi Belajar ……….. d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ……….. 3. Hasil Belajar ………...………... 4. Mata Pelajaran IPS ..………... B. HasilPenelitian yang Relevan………. C. HipotesisPenelitian/PertanyaanPenelitian ………... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….... B. Metode PenelitiandanRancanganPenelitian ……….. C. Subyek Penelitian ………..………... D. PerandanPosisiPenelitidalamPenelitian ………... E. TahapanIntervensiTindakan ……… F. HasilIntervensiTindakan yang Diharapkan ……… G. Data danSumber Data ……… H. InstrumenPengumpulan Data ……… I. TeknikPengumpulan Data ..………... J. TeknikPemeriksaanKepercayaan ……… K. Analisis Data danIntervensi Data ……….

12 16 16 18 21 22 23

24 25 28 29 29 29 29 30 31 41 41


(12)

vii

A. Deskripsi Lokasi Penelitinan..………... B. Situasi Kelas Sebelum Diterapkannya Metode Diskusi ………... C. Temuan Penelitian…..………...

1. Siklus Pertama..….………... 2. Siklus Kedua ………... D. Pembahasan Penelitian………... E. Keterbatasan Penelitian ………..

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………... B. Saran ………...

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

45 49 50 50 58 65 68

69 69 69


(13)

viii


(14)

ix Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8

Hasil Kelompok Dalam Membuat Komentar ...……….…. Penampilan Dalam Melakukan Presentasi ...………..…. Kemampuan Kelompok Dalam Menanggapi Pertanyaan Dari Kelas ………... Kemapuan Kelompok Dalam Menyikapi Pandangan Yang Berbeda ………..……… Kemampuan Kelompok Dalam Mempertahankan Argumen Yang benar ……….. Kisi- Kisi Intrumen Tes Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II …. Kisi-Kisi Angket Metode Diskusi ……….. Kriteria Nilai Penguasaan Ranah Kognitif ………. Daftar Nama dan Tugas Guru MI Pangkalan Kota Sukabumi ... Fasilitas MI Pangkalan Kota Sukabumi ………. Daftar Jumlah Siswa/Siswi MI Pangkalan Kota Sukabumi Tahun Ajaran 2011/2012 ……… ………... Skor Hasil Pretest dan Postest Siklus I ……….. Pencapaian Tes Mata Pelajaran IPS Kelas 1V MIPangkalan KotaSukabumi………... Skor Hasil Belajar Pretest dan Postest Siklus II ………. Pencapaian Tes Mata Pelajaran IPS Kelas 1V MI Pangkalan

Kota Sukabumi………...

Perbandingan Nilai Pretest dan Postest Siswa Pada Siklus I dan

Siklus II ………...

75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 87 88 90 91 92


(15)

x Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 ……… Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………..… Catatan Lapangan Siklus I ..………...……… Catatan Lapangan Siklus II ..……….. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I ………...…… Lembar Siklus I ……….. Kunci Jawaban Siklus I ………..… Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II ………. Lembar Soal Siklus II ……… Kunci Jawaban Siklus II ……… Soal-soal Kelompok ………..………. Rekapitulasi Hasil Diskusi Kelompok Siklus I ……...…….. Rekapitulasi Hasil Diskusi Kelompok Siklus II ……...…… Teknik penilaian ……….………

97 103 105 106 107 109 110 111 113 114 120 126 132


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), kegiatan tersebut merupakan suatu proses pokok yang harus dilalui oleh seorang pendidik dalam hal ini adalah seorang guru. Guru memiliki tanggung jawab atas keberhasilan suatu tujuan pendidikan yang diharapkan. Atas peran sertanyalah mutu pendidikan akan menurun atau bahkan meningkat. Karena sebagai seorang guru memiliki wewenang dalam menyusun dan menciptakan suatu proses pembelajaran agar dapat diterima oleh siswanya dengan menarik dan menyenangkan. Selain itu guru atau tenaga pendidik adalah ujung tombak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui berbagai jenis, jalur dan jenjang pendidikan.1

Peran seorang guru menjadi sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Karena seorang guru memiliki tugas dalam menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, mengembangkan, mengelola dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.2 Hal itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor Bab I Ketentuan Umum Pasal 1.

Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional. Dalam pasal 20 UU tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

1

Asep Suryana, Suryadi, Pengelolaan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. I, h. 188.

2

Abd. Rozak, dkk, Komplikasi Undang-undang & Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press, 2010), Cet. 1, h. 273.


(17)

YME, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (UU no 20 tahun 2003).

Mutu pendidikan sangat erat hubungannya dengan mutu siswa, karena siswa merupakan titik pusat proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu pendidikan harus diikuti dengan peningkatan mutu siswa. Peningkatan mutu siswa dapat dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar siswa, sedangkan tingginya tingkat prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh besarnya minat belajar siswa itu sendiri.

Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum disusun untuk mendorong siswa berkembang ke arah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam bidang studi dan akhirnya dalam tiap pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas.

Dalam mencapai tujuan pendidikan ini, pemerintah menggagas diberlakukannya kurikulum baru yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah.

Upaya pemerintah dalam bentuk KTSP ini merupakan pengembangan kurikulum dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dengan menggunakan KTSP diharapkan siswa bisa mencapai kompetensi-kompetensi tertentu yang sudah ditentukan sebagai kriteria keberhasilan.

Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal daripada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada sebagian siswa yang menganggap mata pelajaran IPS tidak begitu penting


(18)

dikarenakan tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh guru, sedangkan siswa biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa tidak bisa menerapkan pada kehidupan nyata.

Disini guru dituntut untuk menerapkan metode diskusi sehingga siswa dapat mengemukakan ide dan argumentasinya selama proses pembelajaran. Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru juga menjadi salah satu faktor tercapainya keberhasilan dalam pendidikan. Dalam hal ini, penggunaan metode diskusi dipandang sebagai metode untuk memacu keaktifan siswa dalam mengikuti Proese Belajar Mengajar (PBM), sehingga pembelajaran monoton yang sering dialami oleh siswa akan tergantikan dengan suasana belajar yang lebih aktif.

Diskusi kelas berperan sangat penting dalam belajar aktif.3 Dengan mendengarkan keluasan ragam pandangan menantang peran peserta. Dalam diskusi kelas, seorang guru berperan sebagai fasilitator dalam berjalannya diskusi yang dilaksanakan oleh siswa.

Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran.

Banyak masalah yang terjadi di lingkungan siswa yang memerlukan pembahasan lebih dari satu orang, yakni terutama masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah.

Jika demikian musyawarah atau diskusi jalan pemecahan yang memberi kemungkinan mendapatkan penyelesaian yang terbaik. Metode diskusi dalam proses mengajar dan belajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam

3

Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2006), Cet. 6, h. 29.


(19)

musyawarah untuk mufakat. Dengan demikian inti dari pengertian diskusi adalah meeting of minds.

Di dalam memecahkan masalah diperlukan bermacam-macam argumentasi Dari argumentasi tersebut dipilihkan satu argumentasi yang lebih logis dan tepat serta mempunyai argumentasi yang kuat, jawaban yang ditolak adalah argumentasi yang mepunyai argumentasi lemah. Memang dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan pendapat yang mufakat diperlukan pembahasan yang didukung oleh argumentasi yang kuat dan benar.

Pada pelaksanaannya, metode diskusi memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan siswa dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan siswa dari pada metode diskusi.

Diharapkan dengan menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran IPS, akan menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

Dengan hasil pemikiran tersebut, maka penulis mengajukan Skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas I V MI Pangkalan Kota Sukabumi”.

B.Identifikasi Area dan fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diutarakan diatas, maka penulis dapat mengidentipikasi area yang diteliti, adalah sebagai berikut:

a) Proses pembelajaran masih terasa monoton, karena hanya mengandalkan ceramah dari guru saja, sementara siswa seolah-olah hanya sebatas sebagai seorang pendengar tanpa dilibatkan dalam proses pembelajaran.


(20)

b) Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat konvensional yakni ceramah, Tanya jawab dan pemberian tugas yang harus dibatasi.

c) Motivasi dan hasil belajar yang rendah karena masih beranggapan bahwa mata pelajaran IPS hanyalah pelajaran hafalan saja.

d) Tidak terciptanya hasil pembelajaran yang bersifat ril ketika siswa berada di luar lingkungan sekolah, karena tidak diterapkan pada kehidupan nyata

C.Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identitas area dan fokus penelitian yang telah diutarakan di atas, maka peneliti membatasi permasalahan pada masalah masih banyak pembelajaran menggunakan metode ceramah dibandingkan dengan menggunakan penerapan metode diskusi, sebagai metode yang dipandang layak dan cocok dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya pada mata pelajaran IPS karena dengan penerapan metode diskusi dianggap akan menghasilkan perubahan dalam pembelajaran IPS, yang akan dipelajari oleh siswa.

D.Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode diskusi pada mata pelajaran IPS, pada siswa Kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi?

2. Bagaimana penerapan metode diskusi untuk peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS pada siswa Kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi?

E. Tujuan dan Manfaat hasil Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan metode diskusi pada mata pelajaran IPS pada siswa Kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi.


(21)

2. Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan metode diskusi untuk peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi.

Adapun manfaat dari penelitian yang akan kami laksanakan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan dikelasnya. Melalui penelitian ini guru kelas IV dapat mengetahui penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.

2. Bagi Siswa

Setelah penelitian dilaksanakan, maka dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan jalan untuk peningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS 3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah manfaat yang akan didapatkan adalah akan mendapatkan informasi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan IPS.


(22)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN

KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Metode Diskusi

Metode diskusi dalam proses mengajar dan belajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat. Dengan demikian inti dari pengertian diskusi adalah meeting of minds.

Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok. Dalam pembelajaran dengan metode diskusi ini makin lebih memberi peluang pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran walaupun guru masih menjadi kendali utama.

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi. Baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati, tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang semestinya.4

Metode diskusi bertujuan untuk:5 (1) Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan; (2) Melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional; (3) Mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif; (4) Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat; (5) Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial; dan (6) Melatih peserta didik untuk berpendapat tentang sesuatu masalah.

4

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011), h.141.

5

Ibid, h. 142.


(23)

a. Pengertian Diskusi

Banyak yang mendefinisikan seputar pengertian diskusi, dibawah ini akan disampaikan beberapa pengertian diskusi, sebagai berikut:

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.6

Diskusi berasal dari kata bahasa latin: discutere, yang berarati membeberkan masalah. Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaran serius tentang suatu masalah obyek. Dalam arti sempit, diskusi berarti tukar menukar pikiran yang terjadi didalam kelompok kecil atau kelompok besar.7

Adapula pengertian diskusi, bahwa diskusi berasal dari bahasa latin yaitu discutio atau discusium yang artinya bertukar pikiran.8 Akan tetapi belum tentu setiap kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Diskusi pada dasarnya merupakan suatu bertukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dengan demikian bertukar pikiran baru dapat dikatakan berdiskusi apabila:

1) Ada masalah yang dibicarakan.

2) Ada sesorang yang bertindak sebagai pemimpin diskusi. 3) Ada peserta sebagai anggota diskusi.

4) Setiap anggota mengemukakan pendapatnya dengan teratur.

5) Kalau ada kesimpulan atau keputusan akhir hal itu disetujui semua anggota.

Diskusi ialah salah satu proses memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan suatu masalah.9

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pengertian diskusi adalah perundingan untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah.10 Diskusi adalah percakapan

6

Majid, op.cit, h. 141.

7

Ibid, h. 18.

8

Maidar G. Arsjad, Mukti U.S, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Erlangga, 1988), h. 37.

9

Siti Sahara, dkk, Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2010), Cet 5, h. 17.


(24)

ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran.

Banyak masalah yang terjadi di lingkungan siswa yang memerlukan pembahasan lebih dari satu orang, yakni terutama masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah. Berpendapat merupakan hak bagi semua siswa dalam mengapresiasikan ide dan argumentasi yang dimilikinya. Ini menjadi penting ketika pelaksanaan diskusi dilaksanakan, karena dengan mengutarakan ide dan argumentasi melalui kegiatan diskusi dapat dicapai dan diketahui oleh semua orang khususnya yang mengikuti diskusi itu sendiri.

demikian musyawarah atau diskusi merupakan salah satu jalan untuk memecahkan suatu masalah untuk mufakat dan yang memberi kemungkinan mendapatkan penyelesaian yang terbaik setelah kegiatan dilaksanakan dan diaplikasikan oleh pihak-pihak yang terkait didalamnya.

b. Macam-macam Diskusi

1) Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion)

Diskusi ini melibatkan selurauh anggota kelas yang hadir. Peran utama seorang guru adalah sebagai pimpinan diskusi, namun bisa saja guru menunjuk seorang murid yang dipandang cakap untuk mengembang tugas sebagai pimpinan diskusi tersebut.

2) Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)

Jenis diskusi ini berkaitan erat dengan diskusi kelompok besar.Walaupun dalam pelaksanaannya diskusi ini hanya melibatkan 4-5 orang saja dalam setiap kelompoknya, namun setiap kelompok harus mempresentasikan hasil diskusinya tersebut didepan kelas atau didalam diskusi kelompok besar.

3) Diskusi Panel

Diskusi ini melibatkan sekelompok kecil peserta yang melakukan pembicaraan secara informal tentang suatu topik tertentu yang sebelumnya telah diselidiki dengan teliti oleh para peserta diskusi.11

Selain itu diskusi panel dapat disaksikan oleh setiap orang, karena pelaksanaannya dilakukan dihadapan umum.Diskusi panel merupakan diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang membahas suatu topik yang menjadi

10

Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2008), h. 358.

11


(25)

perhatian umum di hadapan hadirin, pendengar (siaran radio), atau penonton (siaran televisi).12

Diskusi panel pada prinsipnya melibatkan beberapa panelis yang mempunyai keahlian dalam bidang masing-masing dan bersepakat mengutarakan pendapat dan pandangannya mengenai suatu masalah untuk kepentingan pendengar.13

Para peserta diskusi dalam diskusi panel dinamakan sebagai panelis dan yang memimpin diskusi ini dinamakan sebagai moderator. Pada pelaksanaannya setiap panelis bebas mengungkapkan ide-idenya walaupun dengan cara memotong pembicaraan panelis lainnya karena interaksinya bersifat spontan.

4) Diskusi Kelompok

Pelaksanaan diskusi kelompok diawali dengan membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 3-6 orang. Dimana setiap kelompok yang telah dibentuk membahas suatu permasalah yang telah ditentukan oleh guru. Kemudian tiap-tiap kelompok mempresentasikan kesimpulan hasil diskusinya dalam sidang pleno untuk didiskusikan secara klasikal.

5) Brain Storming Group

Merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok dengan mengungkapkan ide-ide baru yang disumbangkan oleh setiap anggota kelompok.

6) Symposium

Simposium hampir sama dengan panel, hanya lebih bersifat formal. Pemrasaran harus menyampaikan makalah mengenai suatu masalah yang disorot dari sudut keadlian masing-masing. Peranan moderator tidak seaktif dalam diskusi panel, tetapi sebaliknya para pendengar/pesertalah yang lebih aktif berpartisipasi.14

7) Informal Debate

Teknik pelaksanaannya yaitu, anggota kelas dibagi menjadi dua kelompok yang jumlah anggotanya sama. Satu orang dijadikan sebagai pimpinan dalam kegiatan tersebut. Topik yang dijadikan bahasan dalam kegitan tersebut tidak bersifat faktual.

8) Colloqium

Kegiatan diskusi ini bersumber pada satu orang sebagai sumber. Audiensi yang hadir berhak mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada orang sumber. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, siswa/mahasiswa dapat menginterview dan mengundang pertanyaan lain/tambahan dari siswa/mahasiswa yang lain.

12

Kamus Bahasa Indonesia, op.cit, h. 358.

13

G. Asjad, op.cit, h. 37.

14


(26)

9) Fish Bowl

Sebagaimana tujuan dari diskusi yaitu untuk mengambil sebuah keputusan dari permasalahan yang dijadikan sebagai topik. Dalam diskusi ini ketua dijadikan sebagai pimpinan. Yang khas dalam denah lokasi diskusi ini adalah berbentuk setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi, dan pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-seolah melihat ikan yang berada dalam mangkuk.

2. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang muncul baik dari dalam diri siswa maupun dari luar untuk melakukan sesuatu. Dorongan tersebut dapat dapat memberikan efek yang baik jika didukung oleh lingkungan yang baik. Begitu juga sebaliknya, dalam proses pembelajaran dan penilaian, motivasi siswa akan mempengaruhi belajar siswa jika terdapat lingkungan yang mendukung untuk itu.15 Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang motivasi, maka penulis akan mengutip beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu sebagai berikut:

E. Mulyasa mengatakan bahwa: Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya perilaku seseorang kea rah suatu jalan tertentu.16 Motivasi berkaitan dengan apa yang diingikan manusia (tujuan), mengapa ia menginginkan hal tersebut (motif), dan bagaimana ia mencapai tujuan tersebut (proses).

Selain itu, definisi motivasi adalah sesuatu yang mendorong individu untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku.17

Motivasi diartikan pula sebagai sesuatu yang ada didalam diri individu, bukan tidak ada yang mendorong individu itu untuk berindak. Berupa kebutuhan, gagasan, emosi, keadaan organis yang mendorong terjadinya satu tindakan.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia yang berhubungan dengan persoalan gejala kejiwaan perasaan dan juga adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.

15

Harun Rasyid, Mansur, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung: Wacana Prima, 2009), h. 55.

16

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet III, h. 195.

17

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Wahana Prima, 2008), Cet II, h. 35.


(27)

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dalam waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya. Namun, demikian, satu hal sudah pasti bahwa belajar yang dilakukan oleh manusia senantiasa dilandasi oleh itikad dan maksud tertentu. Berbeda halnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh binatang (yang sering juga dikatakan sebagai belajar).18 Belajar juga dapat diartikan, bahwa belajar adalah mengalami artinya belajar terjadi di dalam interkasi antara individu dengan lingkunga, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik, contohnya: buku, media, perpustakaan, alam sekitar. Lingkungan sosial contohnya: guru, siswa, pustakawan, kepala sekolah.19

Selain definisi-definisi yang telah disebutkan diatas, beberapa para ahli telah memebrikan definisi sebagai berikut:20 menurut Morgan “Belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relative menetap yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman” (M. Ngalim Purwanto, 1993:84). Sejalan dengan definisi itu Cronbach menyatakan bahwa: “Learning is shown by a

change in behavior as a result of experience”. Belajar ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Sadirman A.M, 1986:22). Adapun Witherington mendefiniskan belajar sebagai perubahan didalam keperibadian sebagaimana dimanifestasikan dalam pola-pola respons atau tingkah laku yang baru berupa kecaapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pemahaman. Berbeda dengan definisi atau pernyataan diatas, Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology: A Realistic Approach menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses yang bersifat internal, yang terjadi pada diri individu yang sedang mengalami belajar, dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru (new associations). Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa hubungan antara perangsang-perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara

18

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VIII, h. 154.

19

Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet I, h. 5.

20

Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet I, h. 86-87.


(28)

perangsang dengan reaksi. Good dan Brophy menyatakan: “Learning is

development of new associations as a result experience”. (M. Ngalim Purwanto, 1983:85).

Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal dengan taksonomi belajar salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun oleh Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan. Secara garis besar, bloom dan kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada tiga tingkatan: 1) Kategori tingkah laku yang masih verbal, 2) Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan, dan 3) Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas (taks) dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal.21

Kaum behavioris berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan adalah bersifat mental.22 Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasikan mutu tujuannya. Salah satu manfaat taksonomi adalah bahwa guru didorong untuk bertanya adakah ia menekankan segi tertentu atau tidak.

Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud dengan ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilaku-perilaku yang memang diniatkan untuk ditunjukkan oleh peserta didik atau pelajar dalam cara-cara tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir (kognitif), bagaimana mereka bersikap dan mereka merasakan sesuatu (afektif), dan bagaimana mereka berbuat (psikomotorik). Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru harus memperhatikan ketiga ranah tersebut.

Menurut Suharsimi Arikunto:

Ranah kognitif memiliki enam taraf mulai pengetahuan sampai evaluasi.23 1) Menghapal (recognition)

Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih salah satu dari dua atau lebih jawaban.

21

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2002), Cet. X, h.117.

22

Ibid, h. 115.

23


(29)

2) Pemahaman (comprehension)

Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.

3) Penerapan atau aplikasi (application)

Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.

4) Analisis (analysis)

Dalam tugas analisis ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar.

5) Sintesis (synthesis)

Apabila penyusun soal tes bermaksud meminta siswa melakukan sintesis maka pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk menggabungkan atau menyusun kembali (reorganize) hal-hal yang spesifik agar dapat dikatakan bahwan dengan soal sintesis ini diminta untuk melakukan generalisasi.

6) Evaluasi (evaluation)

Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut masalah “benar/salah” yang didasarkan atas dalil, hukum, prinsip pengetahuan.

Ranah afektif dibagi menjadi lima taraf, yaitu:

1) Memperhatikan, taraf ini mengenai kepekaan siswa terhadap fenomena-fenomenadan perangsang-perangsang tertentu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untukmemperhatikannya,

2) Merespon, Pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang cukup untuk merespon,

3) Menghayati nilai, siswa sudah menghayati nilai tertentu,

4) Mengorganisasikan, siswa menghadapi situasi yang mengandung lebih dari satu nilai,


(30)

5) Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai, siswa sudah dapat digolongkansebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai tertentu.

Ranah Psikomotorik, meliputi hal-hal:

1) Persepsi, langkahnya melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah menyadari obyek, sifat atau hubungan-hubungan melalui indera,

2) Persiapan, kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau bereaksi terhadap suatu kejadian

3) Respon terbimbing, pada tahap ini penekanan pada kemampuan-kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih kompleks.

4) Respons mekanis, siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyakterampil melakukan suatu perbuatan,

5) Respons kompleks, taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris yang dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada seorangpun yang berbuat tanpa melibatkan pikiran dan perasaan sekecil apapun porsinya. Setiap orang merespon dalam berbagai bentuk aktivitas sebagai makhluk yang utuh. Kategori jenis belajar ini disusun untuk menentukan cara-cara guru mengevaluasi hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang mereka lakukan.

Dalam suatu penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan atau sekolah mengharapkan agar lulusan yang dididiknya memiliki prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar tersebut dapat diperoleh dengan cara mengoptimalkan berbagai kegiatan belajar kearah tujuan yang ingin dicapai serta ditunjang dengan adanya keinginan belajar dari diri siswanya sendiri.

Sadirman, A.M mengatakan: Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan


(31)

untuk belajar inilah yang disebut motivasi, motivasi dalam hal ini meliputi dua hal:

1) Mengetahui apa yang akan dipelajari.

2) Memahami, mengapa hal tersebut patut dipelajarai.24

Dengan demikian, maka motivasi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan atau prestasi belajar anak.

c. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Bentuk motivasi terdiri dari motivasi intristik dan ekstrinsik. Motivasi intristik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena adanya pengaruh dari luar individu. Dalam suatu kegiatan, umpamanya kegiatan belajar, peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi dalam hal ini, peranan motivasi intrinsik dalam mendorong suatu aktivitas belajar lebih berhasil dari pada motivasi ekstrinsik.

Dalam pendidikan, peranan motivasi intrinsik dalam mendorong suatu aktivitas lebih berhasil daripada motivasi ekstrinsik. Perlu ditumbuhkan minat yang relevan. Selain itu perlu dihindarkan sugesti yang negatif serta menumbuhkan persaingan yang sehat.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Motivasi belajar di sekolah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:25

a) Motivasi Intrinsik b) Motivasi Ekstrinsik 1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Dalam buku

24

Sadirman, A.M, Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: 1997), h. 39.

25

Agustin Wardiyanti, Hubungan Antara Prestasi dengan Motivasi Belajar Bidang Studi pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 13-15. Belum diterbitkan.


(32)

lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya: ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan dan sebagainya.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah: a) Adanya kebutuhan

b) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri c) Adanya cita-cita atau aspirasi.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan lain-lain merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.

Dalam perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi siswa karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.

Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah.

Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat diberikan secara tepat.

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan belajar.


(33)

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompeytensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.26

Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan seperti pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi dan nilai. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar menentukan semua keterampilan, pengetahuan dan sikap yang juga didapat oleh setiap siswa dari proses belajarnya.

a. Hasil belajar penguasaan materi akademik (Kognitif)

Domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, dan kemampuan-kemampuan intelektual, seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan instruksional berada dalam domain kognitif. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai tinggi, yakni: Pengetahuan/ingatan (knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan (aplication), Analisis (analysis), Sintesis (synthesis), dan Evaluasi (evaluation).

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk. Dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yaitu:

1) Hafalan (C1)

Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya.

2) Pemahaman (C2)

Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik. 3) Penerapan (C3)

26


(34)

Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau situasi konkrit.

4) Analisis (C4)

Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.

5) Sintesis (C5)

Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.

6) Evaluasi (C6)

Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan, berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.

b. Hasil belajar yang bersifat proses normatif (Afektif)

Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar proses berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru, dan sebagainya. Ranah afektif dirinci oleh Kratwohl dkk., menjadi lima jenjang, yakni: Perhatian, Tanggapan, Penilaian, Pengorganisasian, dan Karakterisasi terhadap suatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar dapat digunakan instrumen evaluasi yang bersifat non tes, misalnya kuesioner dan observasi.


(35)

c. Hasil belajar aplikatif (Psikomotor)

Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkatian dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ranah ini diklasifikasikan kedalam tujuh kategori yakni: Persepsi (perception), Kesiapan (set), Gerakan terbimbing (guided response), Gerakan terbiasa (mechanism), Gerakan kompleks (complex overt response), Penyesuaian pola gerakan (adaptation), Kreatifitas/keaslian (Creativity/ origination).

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.27

Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

1) Sasaran penilaian

Sasaran atau obyek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah aspek. Aspek-aspek tersebut sebaiknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut. Dengan demikian dapat diketahui sejauh mana materi yang sudah dipahami oleh siswa dan mana yang belum dipahami sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan pengajaran selanjutnya.

27

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:Bumi Aksara, 2001), h. 155


(36)

2) Alat penilaian

Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang obyektif. Penilaian hasil belajar sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan agar diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya. 3) Prosedur pelaksanaan tes

Yang dilakukan dalam pelaksanaan tes dapat dilakukan dalam bentuk formatif dan sumatif. Penilaian formatif dilakukan pada setiap pengajaran berlangsung, yakni pada akhir pengajaran. Hasilnya dicatat untuk bahan penilaian dan untuk menentukan derajat keberhasilan siswa seperti untuk kenaikan kelas. Penilaian sumatif biasanya dilakukan pada akhir suatu program atau pertengahan program. Hasilnya digunakan untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang telah dipahami dan yang belum dipahami oleh siswa.

4. Mata Pelajarann IPS

Pada mata pelajaran IPS banyak yang beranggapan bahwa mata pelajaran IPS hanya sebatas mata pelajaran hafalan saja, kondisi ini menjadi dilema besar bagi dunia pendidikan di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini.

Hakikatnya, mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang membahas kehidupan masyarakat dan bersosialisasi menurut aturan-aturan yang telah ada dan diakui pada masyarakat itu sendiri. Karena mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membahas segala kehidupan masyarakat, maka muncullah cabang-cabang utama dari ilmu sosial tadi, yaitu sebagai berikut:

1) Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat. 2) Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam

masyarakat.

3) Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi.


(37)

5) Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa.

6) Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral.

7) Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara).

8) Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

9) Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia.

10)Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya.

Berdasarkan masalah-masalah yang telah diutarakan diatas, maka penulis mengambil judul “Penerapan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi”.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Adapun hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Penelitian yang dilaksanakan oleh Sri Mudjiastuti (2006), memberikan kesimpulan bahwa kecenderungan kreatifitas siswa kelas IV SD Sampangan 04 Semarang meningkat, mereka bisa saling menghargai pendapat orang lain, serta muncul kepercayaan diri, serta memupuk rasa kebersamaan dari berbagai latar belakang yang berbeda. Keadaan demikian bisa dipupuk dan dikembangkan dalam pembelajaran IPS, sehingga siswa tidak semata-mata mendapatkan nilai dalam aspek kognitif, tapi juga aspek efektif dan psikomotor.28

2) Penelitian yang dilakukan oleh Muhyiddin (2011), disimpulkan bahwa siswa di SDN 005 Nunukan Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur yang

28Sri Mudjiastuti, “

Penggunaan Metode Diskusi Mata Pelajaran IPS Sejarah Pada Mata Pelajaran IPS Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik di SD Sampangan 04 Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang Tahun Ajaran 2004-2005”, skripsi pada Jurusan Sejarah fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2005, tidak dipubilkaikan.


(38)

menggunakan metode diskusi memiliki prestasi belajar lebih baik dibanding siswa yang diberi pelajaran hanya menggunakan metode ceramah secara monoton. Oleh sebab itu metode ceramah perlu didukung dengan metode lain yang relevan. Salah satu metode yang cocok dipadukan adalah dengan metode diskusi.29

3) Penelitian yang dilakukan oleh Lilirna Budi Korawati (2010), bahwa setelah dilakukan penelitian pada siswa kelas IV SDN Sukagalih V Tarogong kidul-Garut mengemukakan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan ditunjukkan dengan hasil wawancara.30

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang diungkapkan di atas, maka dalam penelitian ini akan diajukan rumusan hipotesis tindakan yaitu: Ho : Metode diskusi tidak dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS

pada siswa kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi.

Ha : Metode diskusi dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi.

29 Muhyiddin, “

Penggunaan Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPS Materi Sejarah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik di SDN 005 NUNUKAN Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur”

http://persadapendidikan.blogspot.com/2010/10/ptk-metode-diskusi-pada-pelajaran-ips.html diakses pada tanggal 25 September 2012 pukul 09.35 WIB.

30

Lilirna Budi Korawati, “Implementasi Metode Diskusi Pada Pembelajaran IPS Unuk

meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2010.


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut jga sebagai metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.31

Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).

Tempat penelitian adalah tempat atau lokasi dimana penelitian dilakukan. Sedangkan waktu penelitian berisi penjelasan kapan penelitian dilakukan (semester, tahun pelajaran) dan lamanya penelitian dilakukan (semester, tahun pelajaran) dan lamanya penelitian dilakukan.32

A. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Pangkalan Kota Sukabumi. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut, karena dengan pertimbangan sekolah tersebut merupakan tempat peneliti melakukan aktivitasnya sebagai pendidik. Sehingga peneliti lebih mengetahui keadaan siswa yang hendak diteliti, dan mudah dalam mengumpulkan data, serta peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan target peneliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksankan pada bulan April s/d Mei 2012. Adapun rincian kegiatan dapat diperhatikan pada tabel 3.1 sebagai berikukut:


(40)

Table 3.1

No. Waktu Kegiatan Keterangan

1. 1Januari 2012 Studi pendahuluan (mengamati masalah yang terjadi).

Mengumpulkam informasi seputar pembelajaran yang dimaksud, baik fisik maupun non fisik. 2. 18 Februari 2012 Perencanaan Penelitian.

3. 25 Februari-03Maret 2012

Penentuan dan penyusunan Proposal Skripsi.

Dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing. 4. 10-31 Maret 2012 Penyusunan instrumen

penelitian.

Dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing. 5. 02-14 April 2012 Pelaksanaan penelitian:

a. Siklus I

Lokasi Penelitian

16-21 April 2012 b. Siklus II Lokasi Penelitian 6. 23-28 April 2012 Pengolahan data dan

analisis data penelitian

Dikonsultasikan dengan Dosen Pembimbing. 7. 30-12 Mei 2012 Penyusunan laporan

penelitian

Dosen Pembimbing.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian tindakan kelas.Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa proses yang disebut siklus, yaitu siklus pertama Dan siklus kedua. Siklus pertama dilakukan agar dapat diobservasi, hasil yang dapat dijadikan acuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh peneliti.Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi,


(41)

dan refleksi.Sedangkan siklus kedua dilaksanakan apabila siklus pertama belum tercapai dengan baik.Dalam sebuah penelitian ada tiga hal yang terkandung di dalamnya yaitu:

1) Penelitian-menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2) Tindakan-menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3) Kelas-dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah dikenal dalam dunia pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti ini, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.33

Penelitian tindakan kelas (classroom action research) merupakan pengembangan dari penelitian tindakan (action research). Yang membedakan adalah adanya tambahan kata kelas (classroom) yang digunakan untuk menjadi pembeda antara penelitian tindakan yang dilakukan pada bidang pendidikan dengan penelitian tindakan pada bidang yang lain. Penelitian tindakan kelas sering disebut dengan PTK untuk lebih memudahkannya.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan sebuah kajian reflektif guru untuk memperbaiki proses pembelajarannya.34

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaa yaitu: mempersiapkan rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),Menentukan materi pokok yaitu perkembangan teknologi produksi,komunikasi dan tranportasi.


(42)

2. Tahap Tindakan yaitu :Menentukan alokasi waktu ( 2x 45) pada setiap siklus , pelaksaan pembelajaran dengan penerapan metode diskusi dan pelaksanaan tes dilaksanakansebelum dan sesudah akhir pembelajaran.

3.TahapObservasi dilaksanakan selama kegiatan berlangsung.

4. Tahap Refleksi,melakukan evalusi tindakan yang telah dilaksanakan dan memperbaiki kekurangan yang ada pada hasil evaluasi, untuk digunakan pada tahap berikutnya.

Dalam penelitian ini,peneliti menggunakan desain penelitian yang berupa desain putaran spiral yang telah dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart(Kasihani Kasbolah , 1998:113).Dalam perencanaan Kemmis & Mc Taggart menggunakan sistem spiral yang dimulai dengan perencanaan, tindakan,pengamatan,observasi dan refleksi.

Di bawah ini adalah gambar putaran spiral tersebut:37

Gambar 3.1 Putaran Spiral Keterangan :

Siklus I:

1. Perencanaan I. 2. Tindakan I.

Siklus II:

1. Perencanaan II. 2. Tindakan II.

Perbaikan Rencana Perencanaan

Refleksi Tindakan/ Observasi

Perbaikan Rencana Perencanaan

Refleksi Tindakan/ Observasi


(43)

3. Observasi I. 4. Refleksi I

3. Observasi II. 4. Refleksi II.

Penelitian ini berjalan melalui dua siklus. Siklus kedua dilaksanakan apabila siklus pertama belum tercapai sehingga mengulangi kegiatan pertama dan bila belum berhasil dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Pada penelitian ini, rencana pelaksanaan tindakan telah peneliti tetapkan sesuai dengan desain penelitian tersebut. Dalam Penelitian ini, tiap 1 siklus akan dilaksanakan dengan alur sebagai berikut:

1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran IPS kelas 1v dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya yaitu bulan Februari- Maret 2012 2.Tindakan, meliputi proses kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode

diskusi pada pelajaran IPS kelas 1v semester 2.

3.Observasi,dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Bermaksud untuk mengetahui sejauh mana penerapan metode diskusi untuk peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas 1v semester 2

4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi Tahun Ajaran 2011-2012. Adapun jumlah siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah 42 orang, dengan rincian sebagai berikut: jumlah siswa perempuan 16 orang dan siswa laki-laki 26 orang, kemudian dibentuk menjadi 6 kelompok. Berikut ini tercantum daftar nama subyek penelitian. Adapun data nama-nama siswa terlampir.

Yang menjadi alasan kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi sebagai sasaran penelitian ini adalah karena peneliti memandang bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terbilang masih sangat rendah dan tidak memenuhi tujuan pencapaian kompetensi yang diharapkan sebelumnya. Hal tersebut dapat


(44)

terjadi karena kurangnya motivasi belajar siswa, sehingga ini menjadi daya tarik tersendiri untuk diadakan penelitian pada kelas tersebut.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Pada Penelitian Tindakan Kelas ini, peran peneliti adalah sebagai guru kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi sekaligus sebagai peneliti dalam penelitian yang akan dilaksanakannya. Selain itu peneliti di damping oleh salah satu guru pendamping yang akan dilibatkan dalam proses penelitian sekaligus menjadi observer dalam penelitian ini.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Pada bagian ini akan disebutkan tahapan-tahapan penelitian. Meliputi (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, (4) Refleksi.

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan

Tingkat keberhasilan setiap siklus adalah adalah adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa pada pokok bahasan perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi yang dinyatakan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif dinyatakan dengan kata-kata sedangkan kuantitatif dinyatakan dengan angka rat-rata perolehan nilai siswa. Kriteria atau ukuran pencapaian tujuannya di lihat dari hasil yang dicapai siswa. Jika 75 % siswa sudah mencapai nilai 75 maka penelitian ini dikatakan berhasil karena nilai 70 merupakan KKM yang dilaksanakan oleh seluruh dewan guru di MI Pangkalan Kota Sukabumi pada Mata Pelajaran IPS.

G.Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu kualitatif dan kuantitatif 1.Data kuantitatif berupa hasil observasi,angket dan catatan lapangan

2.Data kualitatif berupa hasil belajar siswa pada setiap awal dan akhir pembelajaran

H.Instrumen Pengumpulan Data

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. lembar observasi


(45)

Lembar observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh obsever yang terlibat dalam proses pelaksanaan tindakan, observasi kegiatan siswa bertujuan untuk memperoleh tentang aktivitas siswa selama pembelajaran yang digunakan ranah afektif dan psikomotorik siswa.

2. Tes

Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Tes Hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif. peneliti membuat tes berupa tes tertulis dalam bentuk obyektif Pilihan ganda, yang dilaksanakan pada awal pembelajaran sebelum tindakan pada siklus 1 dan siklus 11 dan diberikan kepada siswa setiap akhir siklus.

3. Angket

Pemberian lembar angket dlakukan untuk memberikan pertanyaan kepada siswa dan harus dijawab secara tertulis, yang tujuannya untuk mengadakan komunikasi secara tertulis dengan siswa.

4.Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan situasi kelas / subyek yang didapat dalam proses pembelajaran siklus 1 dan siklus 11 berlangsung.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Data dalam penelitian ini dikumpulkan oleh peneliti melalui tes, observasi, angket dan catatan lapangan. Data penelitian ini bersumber dari interaksi peneliti dan siswa, dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV MI Pangkalan dengan menggunakan pendekatan berupa data tindak belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindak mengajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data yaitu tes, observasi, angket dan catatan lapangan


(46)

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.38

Data dari observasi ini adalah situasi umum mengenai kejadian atau peristiwa yang terjadi dan ada kaitannya dengan pokok pembahasan yang diteliti, cara mengajar, sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran. Penulis menggunakan observasi langsung dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan dalam situasi yang sebenarnya.

Teknik pengumpulan data yang disebut pengamatan penyerta atau participant observer. Peneliti sebagai pengamat ikut serta dalam berbagai kegiatan pihak yang diamati dan segera mencatat apa yang terjadi dalam catatan lapangan. Dalam catatan ini termasuk juga komentar-komentar yang menafsirkan apa yang terjadi berdasarkan persepsi peneliti.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pengamatan langsung. Peneliti terjun langsung ke sekolah yang diteliti untuk mengamati proses belajar dan pembelajaran.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan terhadap subjek, yaitu mengamati terutama minat dan perubahan yang dialami siswa sebelum dan setelah diberikan mata pelajaran dengan penerapan metode diskusi. Peran peneliti dalam penelitian ini yaitu sebagai pengamat sekaligus sebagai guru yang mengajar.

Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar di kelas, terutama terhadap poin-poin sebagai berikut:

a) Hasil karya kelompok dalam membuat komentar. b) Penampilan kelompok dalam melakukan presentasi.

c) Kemampuan kelompok dalam menanggapi pertanyaan dari kelas. d) Kemampuan kelompok untuk menyikapi pandangan yang berbeda. e) Kemampuan kelompok dalam mempertahankan argumen yang benar.


(47)

Tabel 3.2

Hasil kelompok dalam membuat komentar

Jawaban Frekwensi %

SB 31 73,81

B 4 9,52

C 6 14,29

TB 1 2,38

STB 0 0

JUMLAH 42 100%

Tabel 3.3

Penampilan kelompok dalam melakukan presentasi

Jawaban Frekwensi %

SB 30 71,44

B 5 11,90

C 5 11,90

TB 1 2,38

STB 1 2,38

JUMLAH 42 100%

Tabel 3.4

Kemampuan kelompok dalam menanggapi pertanyaan dari kelas

Jawaban Frekwensi %

SB 31 73,81


(48)

C 4 9,52

TB 1 2,38

STB 0 0

JUMLAH 42 100%

Tabel 3.5

Kemampuan kelompok dalam menyikapi pandangan yang berbeda

Jawaban Frekwensi %

SB 32 76,19

B 4 9,52

C 6 14,29

TB 0 0

STB 0 0

JUMLAH 42 100%

Tabel 3.6

Kemampuan kelompok dalam mempertahankan argumen yang benar

Jawaban Frekwensi %

SB 35 83,33

B 6 14,29

C 1 2,38

TB 0 0

STB 0 0

JUMLAH 42 100%


(49)

SB ( Sangat baik) B ( Baik)

C ( Cukup) TB ( Tidak baik)

STB (Sangat tidak baik)

Pada table di atas sudah nampak jelas bahwa penerapan metode diskusi yang dilakukan oleh siswa dapat merubah situasi dan kondisi siswa ketika pembelajaran berlangsung. Disini lebih tampak aktivitas dan keaktifan siswa ketika diskusi berlangsung.Siswa dapat membuat komentar, melakukan presentasi dalam kelompoknya, menanggapi pertanyaan dari kelas, menyikapi pandangan yang berbeda dan mempertahankan argument yang benar.

2. Metode Tes

Tes merupakan pengumpul informasi. Istilah tes diambil dari kata testum seuatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring atau menyisihkan logam-logam mulia. Adapula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah.39

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut bersifat reliabilitas yang tinggi. Dalam hal realibilitas, Susan Staindback (1988) menyatakan bahwa40

Reliability is often defined as the consistency and stability of data or findings. From a positivistic perspective, reliability typically is considered to be synonymous with the consistency of data produced by observations made by different researchers (e.g interrater reliability), by the same researcher at different time (e,g test retest), or by splitting a data set in two parts (split-half.

Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda


(50)

menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua tidak menunjukkan data yang berbeda.

Selanjutnya, ada beberapa istilah yang berhubungan dengan tes, yaitu sebagai berikut:

a. Tes

(Sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam Bahasa Indonesia ditulis dengan test), adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Nampak jelas dalam pengertian diatas, bahwa bila seseorang ingin mengetahui tingkat kualitas atau kuantitas sesuatu, maka yang dilakukan adalah dengan melakukan tes. Tetapi tetap harus dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Hal ini menjadi penting, karena demi keakuratan dari hasil tes yang telah dilakukan.

b. Testing

Testing bisa dikatakan sebagai waktu pelaksanaan tes atau pengambilan tes dilakukan.

c. Testee

(Dalam istilah Indonesia tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Responden inilah yang nantinya akan menjadi obyek dalam suatu pengukuran, baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian dan sebagainya.

d. Tester

(Dalam isitlah Indonesia tercoba), adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden.

Dalam penelitian ini metode tes digunakan sebagai alat untuk memperoleh data dengan menguji kemampuan siswa sebelum diberi tindakan pembelajaran IPS dengan penerapan metode diskusi dan selama mengikuti pembelajaran IPS


(51)

dengan penerapan metode diskusi. Melalui metode tes tersebut digunakan untuk menguji sejauh mana perbandingan siswa mengalami perubahan tingkahlaku serta prestasi sebelum diberi tindakan dan sesudah diberi tindakan pembelajaran IPS dengan penerapan metode diskusi.

Teknik penilaian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan table distribusi frekuensi relatif atau tabel presentase. Dikatakan “frekuensi reltif” sebab frekuensi yang disajikan disini bukanlah frekuensi yang sebenarnya, melinkan frekuensi yang dituagkan dalam bentuk angka persenan.31

Tabel 3.7

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR SIKLUS I DAN II

No. Kompetensi Dasar Indikator No. Item 1. Mengidentifikasi

perkembangan teknologi produksi, ekonomi dan transportasi.

 Menjelaskan teknologi produksi masa lalu dan masa sekarang.  Menyebutkan keuntungan

memakai teknologi produksi masa kini.

 Menyebutkan macam-macam teknologi komunikasi.

 Menyebutkan macam-macam teknologi transportasi.

 Menjelaskan teknologi transportasi hubungannya dengan pengguna.

1, 2, 3

4

5, 6, 7

8, 9

10

31

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet ke-23, h. 42-43.


(52)

2. Mengident ifkasi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi.

 Menyebutkan macam-macam teknologi produksi.

 Menyebutkan macam-macam teknologi komunikasi.

 Menyebutkan macam-macam teknologi trnasportasi.

 Menyebutkan manfaat menggunakan teknologi transportasi masa kini.  Menyebutkan manfaat

menggunakan teknologi, komunikasi masa kini.

1, 2, 3

4, 5, 6

7, 8

9

10

3. Angket

Angket adalah alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, pendapat dan paham dalam hubungan kausal. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan.32

Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban. Angket juga dapat dikatakan sebagai suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga (WS. Wingkel, 1978). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data (I. Djumhur, 1985). Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang tidak memerlukan kedatangan langsung dari sumber data (Dewa Ktut Sukardi, 1983). Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang/anak yang ingin diselidiki atau responden (Bimo Walgito, 1987).33

Keuntungan angket antara lain: (1) responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai, dan waktu relatif lama, sehingga obyektivitas dapat terjamin, (2) informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogeny, (3) dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel. Sedangkan kelemahannya adalah (1) ada kemungkinan angket diisi oleh orang

32

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h.163.

33

http://www.psend.com/users/jsarwono/bab12.htmlDiakses tanggal 13 Maret 2012,


(53)

lain (2) hanya diperuntukan bagi yang dapat melihat saja (3) responden hanya menjawab berdasarkan jawaban yang ada.34

Dalam hal ini peneliti akan menanyakan hal-hal sebagai berikut:

1) Dalam proses belajar mengajar IPS, apakah Guru Kelas IV menerapkan metode yang bervariasi?

2) Apakah Guru Kelas IV mengucapkan Pujian “Bagus” terhadap keberhasilan yang kamu lakukan dalam diskusi?

3) Bagi siswa yang malas, apakah Guru Kelas IV memberikan motivasi kepada siswa agar lebih giat belajar?

4) Apakah Guru Kelas IV menumbuhkan motivasi hasil belajar dalam mata pelajaran IPS?

5) Ketika siswa mengalami kesulitan dalam berdiskusi, apakah Guru Kelas IV membimbing dengan sabar?

6) Menurut pendapat kamu, bagaimana penjelasan dari guru, mengenai materi pelajaran IPS?

7) Apakah kamu mengerti setiap materi IPS yang disampaikan dengan cara berdiskusi?

8) Apakah cara mengajar Guru Kelas IV di kelas menyenangkan?

9) Apakah kamu suka pelajaran IPS dengan menggunakan metode diskusi? 10)Apakah kamu aktif dalam mengikuti pelajaran IPS dengan menggunakan

metode diskusi?

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga. Pengambilan data dapat dilakukan secara:

a. Pertanyaan langsung vs Pertanyaan tidak langsung.

Perbedaan mendasar antara Pertanyaan Langsung dan Pertanyaan Tidak Langsung ialah terletak pada tingkat kejelasan suatu pertanyaan dalam mengungkap informasi khususdari responden. Pertanyaan Langsung menanyakan informasi khusus secara langsung dengan tanpa basa-basi (direct),

34


(54)

dimana jawaban diperoleh dari sumber pertama tanpa menggunakan perantara. Pertanyaan Tidak Langsung menanyakan informasi khusus secara tidak langsung (indirect), dimana Jawaban angket itu diperoleh dengan melalui perantara, sehingga jawabannya tidak dari sumber pertama.

b. Pertanyaan Khusus vs Pertanyaan Umum

Pertanyaan Khusus menanyakan hal-hal yang khusus yang dibutuhkan oleh penulis. Sedang Pertanyaan Umum biasanya menanyakan informasi mengenai identitas dari koresponden. Lebih baik pertanyaan dimulai dari umum ke khusus.

c. Pertanyaan Tentang Fakta v.s Pertanyaan Tentang Opini

Pertanyaan tentang fakta yang menghendaki jawaban dari responden berupa fakta. Sedang Pertanyaan tentang opini menghendaki jawaban yang bersifat opini. Pada praktiknya dikarenakan responden mungkin mempunyai memori yang tidak kuat ataupundengan sadar yang bersangkutan ingin menciptakan kesan yang khusus; maka Pertanyaan tentang fakta belum tentu sepenuhnya menghasilkan jawaban yang bersifat faktual.Demikian halnya dengan pertanyaan yang menanyakan opini belum tentu sepenuhnya menghasilkan jawaban yang mengekspresikan opini yang jujur. Hal ini terjadi karena responden mendistorsi opininya didasarkan pada adanya “tekanan sosial” untuk menyesuaikan diri dengan keinginan sosial dan lingkungannya.

d. Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya v.s. Pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan

Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya memberikan pertanyaan langsung kepada responden dimana jawaban yang diperoleh dapat beraneka ragam. Sedang pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan menyediakan jawaban persetujuannya.

Tabel 3.8


(55)

Variabel Dimensi Indikator Butir

Pertanyaan Jumlah

Motivasi Belajar

 Model

Pembelajaran Yang Aktif

 Mengikuti model pembelajaran kooperatif

2, 5, 10 3

 Perasaan Senang

 Menerima

pelajaran dengan senang

3, 4, 8 3  Mengikuti

pembelajaran yang

menyenangkan  Perhatian dalam

belajar

 Melaksanakan kegiatan dan tugas bersama-sama

7 1

 Pengetahuan dan materi

 Pokok bahasan menjadi menarik dengan model pembelajaran yang baik

1, 6, 9 3

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk mendeskripsikan dan menarasikan suatu proses.35 Catatan merupakan bentuk deskriptif dari proses kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Catatan lapangan ini bertujuan

35


(56)

agar guru dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dilakukan oleh siswa, berbagai pendapat siswa yang diutarakannya ketika pembelajaran dan aktifitas siswa selama kegiatan berlangsung. Penulisan catatan lapangan ini yaitu setelah pembelajaran dilaksanakan. Melalui catatan lapangan, guru dapat mengetahui apa saja yang terjadi ketika PBM berlangsung.

J.Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Untuk memperoleh data yang obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan,dalam penelitian ini menggunakan teknik kepercayaan yaitu:

1. Menggali data dan sumber data yang berbeda, adapun untuk merperoleh informasi tentang aktivitas siswa dengan observasi dilakukan ketika diskusi kelompok berlangsung dan memeriksa hasil catatan siswa.

2. Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dilakukan dengan memeriksa hasil tes ( pretest dan postest).

3. Memeriksa kembali hasil data-data yang telah terkumpul baik tentang kejanggalan ataupun keaslian dan kelengkapannya.

4. Mengulang , mengolah dan menganalisis data yang sudah terkumpul.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Analisis tentang penerapan metode diskusi dapat dilakukan dengan membandingkan skor ketercapaian pada siklus 1dan siklus 11setelah diperoleh data serta sajiannya, dilakukan penilaian keberhasilan tindakan yang disesuaikan dengan data yang terkumpul diantaranya:

1. Data penerapan metode diskusi dapat dilihat dari aktivitas siswa ketika diskusi berlangsung

2. hasil belajar


(57)

1.Ranah kognitif

Pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif menggunakan tes tertulis yang dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung dalam bentuk pilihan ganda dan soal yang diberikan 10 soal.

2.Ranah efektif

Data ini diperoleh dari lembar observasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan metode diskusi.

3.Ranah psikomotorik

Data penguasaan ranah psikomotorik diperoleh dari lembar observasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung seperti perolehan data pada ranah efektif.

Analisis data merupakan upaya penataan secara sistematis catatan hasil observasi, tes, angket, catatan lapangan dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang penerapan Metode Diskusi untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV MI Pangkalan Kota Sukabumi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan proses berpikir induktif, yaitu proses berpikir yang bertolak dari pengertian data yang bersifat khusus untuk ditarik kesimpulan yang bersifat umum, dan juga menerapkan proses berpikir deduktif, yaitu proses berpikir yang bertolak dari pengertian yang bersifat umum untuk ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.

Dalam proses analisis data, ada dua teknik yang dapat digunakan, yaitu: 1. Analisis data kualitatif yang mana analisis data tersebut dijabarkan melalui

pengamatan yang tidak berupa angka-angka. Maksudnya adalah dilakukan dengan cara menguraikan dalam bentuk kalimat kemudian direlevansikan dengan rujukan teori yang mendukung.

2. Analisis kuantitatif yaitu analisis terhadap data yang berupa angka-angka dengan cara menggunakan statistik yang relevan dalam bentuk persentase.


(58)

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Kemudian data yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil penilaian observasi pada saat tindakan dilakukan. Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis terhadap indikator penggunaan peningkatan prestasi belajar IPS dengan menggunakan metode diskusi.

.Data dalam penelitian ini diperoleh mulai observasi langsung pada obyek penelitian. Observasi langsung dilaksanakan pada kondisi awal pembelajaran di dalam kelas dan pada saat tindakaan kelas dengan penerapan metode diskusi pada mata pelajaran IPS. Tujuan analisis dalam penelitian tindakan kelas untuk memperoleh data kepastian apakah ada perubahan dari hasil pembelajaran menggunakan metode diskusi, baik itu berupa perbaikan ataupun peningkatan sebagaimana yang diharapkan.. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif teknik persentasi.

Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif. Perhitungan dalam proses analisis data menghasilkan prosentase pencapaian yang selanjutnya. Jenis deskriptif yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang mendukung kemudian menganalisis untuk dicari peranannya terhadap apa yang telah diteliti.

Adapun kisi-kisi dan penilaian tes hasil belajar siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai yang diperoleh dari perhitungan di atas kemudian disesuaikan dengan klasifikasi taraf ketercapaian pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.6

Kriteria Nilai Penguasaan Ranah Kognitif No. Rentangan Skor Huruf Klasifikasi 1. 92 – 100 A Tinggi Sekali


(1)

132

Lampiran 14

Teknik penilaian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan table distribusi frekuensi relatif atau tabel presentase. Dikatakan “frekuensi reltif” sebab frekuensi yang disajikan disini bukanlah frekuensi yang sebenarnya, melinkan frekuensi yang dituagkan dalam bentuk angka persenan.2

� � � � � = �ℎ� � � ℎ �

�ℎ� � 100%

2

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Cet ke-23, h. 42-43.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan metode Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SDN Jeru 01.

0 7 24

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 2 METRO PUSAT

3 16 69

PENERAPAN METODE STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV Penerapan Metode Stad Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SDN Tegalharjo 02 Tahun 2013/2014.

0 2 15

PENGGUNAAN METODE DISKUSI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN Penggunaan Metode Diskusi Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Kabupaten Karangany

0 2 15

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SDN 03 KALIJIRAK TASIKMADU KARANGANYAR 2011.

1 2 15

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS BAGI Penerapan Metode Think Pair Share Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Ips Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Blimbing, Karangnongko, Klaten Tahun 2012/2013.

0 0 14

PENERAPAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN IPS MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 4 49

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI PUASA RAMADHAN SISWA KELAS III MI BADRUSSALAM SURABAYA.

1 19 111

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA ... 1 SM

0 4 6

PENGGUNAAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV MI MUHAMMADIYAH SEGERAN KABUPATEN INDRAMAYU - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 17