Pengaruh Variabel Earning per Share EPS (1)

Pengaruh Variabel Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan
Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham.
(Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Arman M.S Hamka
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: armanhamka9@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variabel fundamental yang
terdiri dari Earning per share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Return on
Equity (ROE) terhadap harga saham baik secara simultan maupun parsial, serta
mengetahui dan menganalisis variabel dominan berpengaruh terhadap harga
saham pada perusahaan pertambangan periode 2008-2011 di Bursa Efek
Indonesia.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu menjelaskan ada
tidaknya pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen melalui
suatu pengujian hipotesis yang dilakukan. Populasi penelitian ini sebanyak 41
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk
pengambilan sampel yang memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan,

kemudian diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan. Berdasarkan populasi dan
sampel tersebut maka dilakukan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi linear berganda
menunjukkan secara simultan EPS, PER dan ROE berpengaruh signifikan
terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan. Besarnya pengaruh
ketiga variabel tersebut terhadap harga saham adalah sebesar 93,3% sedangkan
sisanya sebesar 6,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke
dalam model regresi. Sedangkan secara parsial, EPS, PER dan ROE
berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan pertambangan, karena
EPS, PER dan ROE merupakan informasi penting bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi yang tepat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel independen
yaitu EPS, PER dan ROE secara simultan maupun parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap harga saham perusahaan. Variabel EPS merupakan
variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap harga saham perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci : Earning per share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Return on
Equity (ROE), Harga Saham.


1

A. LATAR BELAKANG
Pasar modal berperan penting dalam menunjang perekonomian suatu
negara karena pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara yang dapat
menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai
kelebihan dana. Selain itu, pasar modal juga dapat mendorong terciptanya alokasi
dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan
dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang
paling optimal. Asumsinya, investasi yang memberikan return relatif besar adalah
sektor-sektor yang paling produktif yang ada di pasar. Dengan demikian, dana
yang berasal dari investor dapat digunakan secara produktif oleh perusahaanperusahaan yang mengeluarkan efek tersebut.
Perkembangan pasar modal di Indonesia pada tahun 2011 mengalami
perkembangan pesat dibanding pada tahun 2008, 2009, 2010. Hal tersebut bisa
dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) masih mampu menunjukkan kinerja positif di tengah muramnya
perekonomian dunia, perkembangan IHSG dapat kita lihat pada penutupan tahun
2008 IHSG di posisi 1.355,408 (bisniskeuangan.kompas .com), Pada tahun 2009,
IHSG mulai membaik bahkan terjadi peningkatan yang jauh lebih baik dari tahun
2008. IHSG pada penutupan tahun 2009 naik di posisi 2.530,92

(waspadaonline.com), dan pada tahun 2010 IHSG meningkat kembali pada posisi
3.703,51, dan IHSG mengalami kenaikan pada akhir perdagangan 30 Desember
2011 ditutup pada posisi 3.821,99 (http://www.seputar-indonesia.com).
Pencapaian ini menguat sebesar 2,59% dibandingkan posisi penutupan pada hari
perdagangan awal tahun 2011 yang berada pada posisi 3.725,51. Di antara indeks
saham negara- negara di kawasan Asia- Pasifik, kinerja positif IHSG merupakan
terbaik kedua. Bahkan pada tahun ini, indeksindeks saham lainnya di kawasan
Asia-Pasifik justru mencatatkan kinerja negatif.
Menurut data BEI, sektor komoditas tambang dan bank berhasil
mendorong indeks harga saham gabungan (IHSG) berbalih arah menguat
(rebound) 23,02 poin atau 0,66 persen ke level 3.474,12. Indeks saham sektor
tambang menguat 52,58 poin (1,70 persen) menjadi 3.134,06, sedangkan finansial
naik 1,09 poin atau 0,25 persen di posisi 434.118 (www.vivanews.com). “IHSG
hanya kalah dengan bursa efek Filipina yang tumbuh 4,07%,” ungkap Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nurhaida
di Jakarta kemarin. Seiring penguatan IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham BEI
juga meningkat 8,54% dari Rp3.247,10 triliun pada akhir 2010 menjadi
Rp3.524,48 triliun pada akhir perdagangan 29 Desember 2011.
Dalam suatu investasi saham, harga dapat dianggap penting karena dari
harga saham tersebut investor dapat menyesuaikan dengan dana yang dimilikinya

serta memberikan ukuran yang obyektif tentang nilai investasi pada perusahaan.
Dikarenakan harga pasar saham terbentuk berdasarkan kekuatan permintaan dan

2

penawaran, sehingga harga dapat meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan. Banyaknya permintaan akan saham tersebut dapat disebabkan oleh
meningkatnya kinerja perusahaan emiten.
Untuk memprediksi harga saham dibutuhkan analisis perusahaan
didasarkan pada kondisi riil dan memiliki landasan yang kuat yaitu dengan
menggunakan variabel-variabel fundamental. Menurut Tandelilin (2001) terdapat
dua komponen utama dalam analisis perusahaan yaitu Earning per Share (EPS)
dan Price Earning Ratio (PER). Selain itu, penting juga untuk menilai prospek
perusahaan di masa datang dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan.
Pertumbuhan profitabilitas perusahaan juga merupakan indikator yang
sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan
dilakukan oleh investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang
sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Return on Equity merupakan
salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan tingkat pengembalian atas
ekuitas pemilik saham. Suatu angka ROE yang tinggi akan membawa

keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan
membuat perusahaan dengan mudah menarik dana baru, memungkinkan
perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, serta
memberikan laba yang lebih besar.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul
“Pengaruh Variabel Price Earning Ratio (PER), Earning per Share (EPS), dan
Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham. Studi Pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
B. KERANGKA TEORI
Pengertian Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2001:13) pasar modal adalah pertemuan antara pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan
sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur
lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.
Suad Husnan (2001:1) menyebutkan secara formal pasar modal bisa
didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas)
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun
modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun
perusahaan swasta.

Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskan bahwa pasar modal adalah
suatu tempat yang terorganisasi di mana seuritas jangka panjang, yaitu jangka satu
tahun ke atas, baik milik pemerintah maupun milik swasta diperdagangkan yang
disebut dengan Bursa Efek. Bursa Efek merupakan suatu system terorganisasi
yang mempertemukan pihak yang menawarkan atau pihak yang membutuhkan

3

dana dengan pihak ingin membeli sekuritas, baik dilakukan secara langsung
maupun dengan melalui perwakilan. Pasar modal juga berfungsi untuk menjaga
kontinuitas pasar dan menciptakan harga sekuritas yang wajar melalui mekanisme
permintaan dan penawaran.
Pengertian Investasi
Menurut Jogiyanto (2003: 5) investasi adalah penundaan konsumsi
sekarang untuk digunakan di dalam proses produksi yang efisien selama periode
waktu yang tertentu.
Sedangkan menurut Sunaruyah (2006: 2) investasi adalah penanaman
modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu
lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.
Keputusan untuk menanamkan modal dilakukan oleh individu atau entitas yang

mempunyai kelebihan dana.
Dari beberapa definisi di atas dapat diuraikan bahwa investasi merupakan
komitmen dari individu atau entitas yang mempunyai kelebihan dana atas
sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.
Pengertian Saham
Menurut Tandelilin (2001:18), saham merupakan surat bukti bahwa
kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki
saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap
pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran
semua kewajiban perusahaan.
Harga Saham
Harga saham dapat dikatakan sebagai indikator nilai perusahaan, yang
dalam pandangan investor akan mencerminkan tingkat keberhasilan dari
pengelolaan perusahaan atau kinerja perusahaan.
Menurut Sunariyah (2006: 21) apabila perusahaan
diperkirakan memiliki prospek yang baik di masa yang akan
datang, maka nilai saham akan menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila
perusahaan dinilai kurang memiliki prospek, maka harga saham
akan menjadi rendah. Perubahan harga saham di pasar modal dapat

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Adanya persepsi yang berbeda dari para investor sesuai dengan
informasi yang dimiliki, di mana persepsi tersebut dicerminkan
melalui rate of return yang diharapkan. Apabila sebagian besar
investor mempunyai persepsi bahwa rate of return dari suatu
saham tertentu tidak lagi memadai, maka mereka akan

4

2.

3.

4.

5.

6.
7.


cenderung mengambil keputusan untuk menjualnya dan ini
akan berakibat pada terjadinya penurunan harga saham.
Tingkat pengembalian bebas resiko, yang merupakan tingkat
pengembalian dari suatu alat atau instrumen investasi yang
tidak mengandung resiko. Instrumen tersebut dapat berupa
deposito dan tabungan.
Isu-isu dan peristiwa politik yang terjadi di negara yang
bersangkutan. Hal ini akan mengakibatkan para investor
cenderung menjual sahamnya guna mengantisipasi terjadinya
hal-hal yang tidak diharapkan, baik terhadap perusahaan
maupun terhadap investasi yang dilakukannya.
Rencana emisi efek oleh suatu perusahaan besar yang
diperkirakan akan dapat mengakibatkan merosotnya harga
saham-saham lain.
Kebijakan dividen perusahaan, yang oleh para investor
dipersepsikan sebagai suatu isyarat mengenai kondisi dan
prospek
perusahaan,
terutama
mengenai

tingkat
kemampulabaannya.
Tingkat aliran kas (cash flow) perusahaan, terutama berkaitan
dengan tingkat likuiditas perusahaan.
Tingkat laba yang dapat dicapai perusahaan, di mana hal ini
berkaitan dengan besarnya tingkat keuntungan atau
pengembalian yang akan dapat diperoleh investor atas investasi
yang dilakukannya.

Penilaian Saham
Menurut Tandelilin (2001:183) dalam penilaian saham dikenal tiga jenis
nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham.
Menurut
Tandelilin
(2001:183)
pedoman
yang
dipergunakan adalah sebagai berikut:
1. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai
under valued (harganya terlalu rendah), oleh karena itu saham

layak ntuk dibeli dan ditanam apabila saham tersebut telah
dimiliki.
2. Apabila NI < harga pasar sat ini, maka saham dinilai
overvalued (harganya terlalu mahal) oleh karena itu layak
dijual.
3. Apabila NI = harga pasar saat ini maka saham tersebut dinilai
wajar harganya dan dalam kondisi keseimbangan.

5

Definisi Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share merupakan rasio dari laba bersih terhadap jumlah
lembar saham atau pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk setiap
lembar saham yang beredar. Pendapatan per lembar saham merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham. Semakin tinggi EPS yang
dihasilkan, maka akan meningkatkan harga saham. Dengan memperhatikan
pertumbuhan EPS maka dapat dilihat prospek pertumbuhan perusahaan di masa
yang akan datang. Dalam Tandelilin (2001:242) EPS dihitung dengan formulasi
sebagai berikut :

Tandelilin (2001) menyatakan bahwa EPS yang berhubungan positif
dengan harga saham sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham.
Definisi Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio untuk menghitung nilai
intrinsik saham dengan membandingkan antara harga saham dengan earning
perusahaan. Dalam rasio ini dihitung berapa kali nilai earning yang tercermin
dalam harga suatu saham. PER juga memberikan informasi berapa rupiah harga
yang harus dibayar investor untuk memperoleh setiap Rp 1,00 earning
perusahaan.
Dalam Tandelilin (2001:192), PER dihitung dengan formulasi sebagai
berikut :

Menurut Sofyan (2001) menjelaskan bahwa semakin tinggi rasio ini
menunjukkan bahwa investor mengharapkan pertumbuhan dividen yang tinggi,
saham memiliki risiko yang rendah dan investor puas dengan pendapatan yang
tinggi serta perusahaan mengharapkan pertumbuhan dividen daripada proporsi
laba yang tinggi.
Definisi Return On Equity (ROE)
Return On Equity menunjukkan bagian dari total profitabilitas yang bisa
dialokasikan untuk pemegang saham atas modal yang mereka tanamkan dalam
perusahaan. ROE secara eksplisit memperhitungkan bunga dan dividen saham
preferen. Semakin tinggi tingkat pengembaliannya, maka semakin baik
kedudukan pemegang saham.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih dengan menggunakan modal sendiri, apakah efektif dan efisien jika
perusahaan tersebut menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih

6

yang tersedia bagi pemilik atau investor (Tandelilin, 2001), yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Informasi dari besar kecilnya ROE perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menggunakan ekuitasnya dengan efektif dan efisien. Sehingga
hal tersebut dapat menimbulkan kepercayaan investor selanjutnya perusahaan
akan dapat memberikan pendapatan yang lebih besar melalui deviden yang
diberikan. Dimana, investor dapat melihat kemampuan perusahaan dalam
mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba bersih. Tingkat ROE yang
tinggi merupakan daya tarik bagi investor untuk mengivestasikan dananya pada
perusahaan tersebut.
Kerangka Pemukiran Penilitian
Gambar 2.1
Meningkatnya IHSG pada tahun 2008 ke 2011 terutama didorong oleh
sektor komoditas tambang yang dapat mempengaruhi pandangan
investor tentang kinerja perusahaan, yang kemudian juga dapat
mempengaruhi harga saham perusahaan.

Penilaian Saham

Harga Saham (Y)

X1 : Earning Per Share (EPS)
X2 : Price Earning Ratio (PER)
X3 : Return On Equity (ROE)

Analisis Regresi Berganda
Y = β0 + β1 EPS + β2 PER + β3 ROE

Uji Asumsi Klasik

Pengujian
Hipotesis 1
Uji F

Pengujian
Hipotesis 2
Uji t

Pengujian
Hipotesis 3
Koefisien Beta

Hasil Penelitian

Kesimpulan

7

Hipotesis
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama diajukan untuk menguji pengaruh antara
variabel fundamental Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio
(PER), dan Return on Equity (ROE) secara simultan berpengaruh terhadap
harga saham. Pengembangan hipotesis pertama sebagai berikut:
Ho1= Diduga bahwa variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), dan Return on Equity (ROE) secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Ha1= Diduga bahwa variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), dan Return on Equity (ROE) secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua diajukan untuk menguji pengaruh antara variabel
fundamental Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan
Return on Equity (ROE) secara parsial berpengaruh terhadap harga saham.
Pengembangan hipotesis kedua sebagai berikut:
Ho2 = Diduga bahwa variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), dan Return on Equity (ROE) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Ha2 = Diduga bahwa variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning
Ratio (PER), dan Return on Equity (ROE) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
3. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga diajukan untuk menguji, manakah diantara variabel
Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Return on
Equity (ROE) yang berpengaruh paling dominan terhadap harga saham.
Pengembangan hipotesis ketiga sebagai berikut :
Ho3 = Diduga bahwa variabel Earning Per Share (EPS) tidak memiliki
pengaruh dominan terhadap harga saham.
Ha3 = Diduga bahwa variabel Earning Per Share (EPS) memiliki
pengaruh dominan terhadap harga saham.
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatory ( explanative research )
dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Supardi (2005:29), penelitian
eksplanatory adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menerangkan
suatu gejala dan keadaan yang diteliti seperti apa adanya dan sekaligus
menerangkan latar belakang yang menimbulkan gejala dan keadaan tersebut
Adapun alasan utama pemilihan jenis penelitian ini adalah untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Melalui uji hipotesis yang telah

8

diajukan, diharapkan dapat menjelaskan hubungan dan pengaruh antara variabel
bebas dan variabel terikat yang ada dalam hipotesis terbesar. Dalam penelitian
jenis ini, hipotesis ini sendiri menggambarkan hubungan dan pengaruh antara
variabel bebas dan variabel terikat yang ada dalam hipotesis tersebut.
Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas terdiri dari
variabel-variabel fundamental yang mempengaruhi harga saham dan variabel
terikat yang merupakan harga saham sebagai dasar penilaian kewajaran harga
saham Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2008 - 2011.
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang dalam hubungannya dengan variabel lain
adalah penyebab atau mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah variabel-variabel fundamental yang terdiri dari :
1. Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan laba bersih
yang berhasil diperoleh perusahaan untuk setiap unit saham selama suatu
periode tertentu. Formulasi matematisnya adalah sebagai berikut
(Tandelilin, 2001):

2. Price Earning Ratio / PER (X2)
Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio untuk menghitung nilai
intrinsik saham dengan membandingkan antara harga saham dengan
earning (laba) perusahaan. Dalam rasio ini dihitung berapa kali nilai
earning yang tercermin dalam harga saham. PER juga memberikan
informasi berapa rupiah harga yang harus dibayarkan investor untuk
memperoleh setiap Rp 1,00 earning perusahaan. Dalam tandelilin
(2001:192) PER dihitung dengan formulasi sebagai berikut :

3. Return on Equity / ROE (X3)
Return on Equity (ROE) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
dipakai untuk mengukur sejauh mana perusahaan dapat memperoleh laba
dengan menggunakan tingkat ekuitas yang dimiliki. ROE dihitung dengan
membagi laba bersih setelah pajak terhadap jumlah ekuitas pemegang
saham. Rumus ROE dapat dituliskan sebagai berikut (Tandelilin, 2001):

b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah suatu variabel yang dikenai pengaruh (diterangkan)
oleh variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah harga saham
pada Perusahaan Mining yang listing di BEI periode 2010-2011. Harga saham

9

diartikan sebagai harga pasar (market value) dan harga saham menurut
Sunariyah (2004) adalah harga yang berlaku dalam pasar saat itu.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalam penelitian ini menggunakan data
kuantitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa laporan keuangan
perusahaan pertambangan pada periode 2008 - 2011. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menutut Sekaran (2006: 39) data
sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, data yang
diterbitkan dalam jurnal statistik dan lainnya, dan informasi yang tersedia dari
sumber publikasi atau non publikasi didalam atau diluar organisasi, dan semua
yang berguna bagi peneliti. Data sekunder diperoleh dari Pojok Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Malang. Data sekunder bersumber dari Annual Report.
Teknik Analisis Data
Analisis data dalam pengujian hipotesis penelitian ini akan dilakukan
dengan baik melalui uji secara keseluruhan (Uji F), uji secara parsial (Uji t)
terhadap masing-masing variabel bebas, uji koefisien beta (Uji β i), maupun uji
kewajaran harga saham. Analisis data akan dilengkapi dengan uji asumsi klasik
untuk mendeteksi dan sekaligus menghindari terjadinya hasil-hasil penelitian yang
bias.
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang terjadi antara
variabel independen dan variabel dependen.
a. Menentukan Model Persamaan
Dimana :
Y
β0
β1
β2
β3
X1
X2
X3

= harga saham
= faktor intersep (konstanta)
= koefisien regresi variabel EPS
= koefisien regresi variabel PER
= koefisien regresi variabel ROE
= Earning Per Share (EPS)
= Price Earning Ratio (PER)
= Return on Equity (ROE)

b. Mengukur Besarnya Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinan menggambarkan seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan varaisi variabel dependen. Koefisien determinan bila
diakarkan (√) menjadi koefisien korelasi (R) dan bila dikuadratkan menjadi

10

koefisien
determinan
(Sarwono,2007:128):

(R2).Rumus

koefisien

determinan

adalah

KD= ri2 × 100 %

Dimana:
KD
ri

= Koefisien determinan
= Koefisien korelasi

2. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas ( Multicollinearity )
Dalam penelitian ini untuk mendeteksi adanya gejala multikolinearitas
atau korelasi yang tinggi antar variabel independen dilakukan dengan melihat
nilai variance inflation factor (VIF) atau tolerance.Apabila nilai VIF >10 atau
tolerance < 0,10, maka terdapat masalah multikolinearitas pada variabel
tersebut. Rumus nilai VIF (Imam Ghozali ,2009:28) adalah

b. Autokorelasi ( Autocorrelation )
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu (residual)
pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (Imam
Ghozali,2009:79). Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tau tidaknya
autokorelasi adalah dengan uji Durbin –Watson (Dw test).Pengambilan
keputusan ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut
ini (Imam Ghozali,2009:80).
Tabel 3.1
Pengambilan Keputusan Uji Durbin – Watson
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi
Tolak
0 < d < dL
positif
Tidak ada autokorelasi
Tidak menghasilkan
dL < d < du
positif
keputusan
Tidak ada autokorelasi
Tolak
4-dL < d < 4
negatif
Tidak ada autokorelasi
Tidak menghasilkan
4-du < d < 4-dL
negatif
keputusan
Tidak ada autokorelasi
Tidak ditolak
du < d < 4-du
positif atau negative
Keterangan : du : durbin watson upper , dL : durbin watson lower
c. Heterokedastisitas ( Heterocedastisity )
Heterokedastisitas terjadi apabila variasi u t (nilai residual) tidak konstan
tidak konstan atau berubah-ubah secara sistematik seiring dengan berubahnya
nilai variabel independen (Gujarati dalam Yuni Prihadi Utomo

11

(2009:171)).Akibat keberadaan heterokedastisitas adalah analisis regersi
menghasilkan estimator bias untuk nilai variasi ut dan menimbulkan variasi
dalam analisis regresi sehingga uji t, ui F, dan estimasi nilai variabel dependen
menjadi tidak valid.
Untuk mendeteksi gejala heterokedastisitas dalam persamaan regresi linier
berganda dapat digunakan metode grafik dengan menggunakan scatterplot
pada regresi. Metode ini dilakukan dengan melihat grafikplot antara variabel
dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID untuk melihat ada atau
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.Jika
ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit ),
maka telah terjadi heterokedastisitas, sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas
serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y secara
acak , maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mendeteksi apakah data yang
akan digunakan sebagai pangkal tolak pengujian hipotesis merupakan data
empirik yang memenuhi hakikat naturalistik. Hakikat naturalistik menganut
paham bahwa penomena (gejala) yang terjadi di alam ini berlangsung secara
wajar dan dengan kecenderungan berpola.
Dalam pendekatan statistika parametrik, setidak-tidaknya ada dua teknik
statistika yang dapat digunakan untuk pengujian normalitas, yaitu Uji Liliefors
dan chi kuadrat. Teknik Liliefors menggunakan pendekatan pemeriksaan data
individu dalam keseluruhan (kelompok). Prosedurnya akan jadi rumit apabila
jumlah data cukup banyak. Karena itu, teknik Liliefors biasanya digunakan
untuk rentang data yang relatif sedikit. Sedangkan untuk rentangan yang lebih
besar digunakan teknik chi kuadrat, dengan menguji data berkelompok.
Karena asumsinya normal, maka pengujian didasarkan pada pendekatan
Stanine.
Dalam tulisan ini teknik pengujian normalitas yang dicontohkan adalah
teknik Liliefors dengan hipotesis pengujian sebagai berikut:
Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1: Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Pengujian Hipotesis 1 ( Uji F)
Uji secara simultan merupakan suatu pengujian hubungan secara simultan
atau serentak antara variabel-variabel fundamental terhadap harga saham.
Pengujian secara simultan ini akan dilakukan dengan menggunakan uji F.
Menurut Ghozali (2009) berikut adalah langkah-langkah pengujian
Hipotesis 1 dengan Uji F:
1.

Merumuskan hipotesis

H0 : β1, β2, β3, β4 = 0

12

Artinya variabel-variabel bebas (X1,X2,X3,X4) secara simultan tidak
berpengaruh terhadap terhadap variabel terikat (Y)
H1 : β1, β2, β3, β4 ≠ 0
Artinya variabel-variabel bebas (X1,X2,X3,X4) secara simultan berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat (Y)
2.

Menentukan tingkat signifikansi dan derajat kebebasan

Untuk menentukan nilai F statistik tabel menggunakan tingkat signifikansi
α = 5% atau confidence interval = 95% dengan derajat kebebasan df = (k-1)
dan (n-k), dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel
termasuk intersep.
3. Menghitung nilai Fhitung atau statistik F
Fhitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
F
= Nilai dari Fhitung
2
R
= Koefisien determinasi
k
= banyaknya variabel bebas
n
= banyaknya observasi
4.
Kriteria Pengujian
Kriteria Pengambilan keputusan dengan taraf signifikan α =5 % adalah sebagai
berikut :
Bila F hitung atau statistik F ≤ F (α, k-1, N-k), maka H0 diterima
Bila F hitung atau statistik F > F (α, k-1, N-k), maka H0 ditolak.
Dimana k adalah banyaknya meter atau koefisien model statistik termasuk
konstanta, N adalah banyaknya observasi atau pengamatan.
Atau berdasarkan signifikansi F :
Bila signifikansi statistik F ≤ α, maka H0 ditolak
Bila signifikansi statistik F > α, maka H0 diterima
Pengujian Hipotesis 2 (Uji t)
Pengujian secara parsial ini dilakukan dengan menggunakan Uji t
(Gujarati, 1999:116). Uji t ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi
pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel
terikat, dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan.
Langkah-langkah uji t adalah :
1. Merumuskan Hipotesis
H0 : βi = 0, berarti variabel Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap
variabel Y.

13

H0 : βi ≠ 0, berarti variabel Xi secara parsial berpengaruh terhadap
variabel Y.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Untuk menentukan nilai t statistik tabel dapat menggunakan tingkat
signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k) dan (k-1), dimana n
adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep.
3. Menghitung thitung atau statistik t
Uji t

=

β1
se (β1)

Dimana ,
β1
= Koefisien meter
se (β1) = Standard error koefisien meter
4. Kriteria Pengujian
Dengan taraf signifikansi α = 5% pada nilai t tabel, maka kriteria
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Bila:
-t(α/2,N-k) ≤ thitung atau statistik t ≤ t (α/2, N-k), maka H0 diterima.
Bila:
thitung atau statistik t < -t(α/2,N-k) atau thitung atau statistik t >
t(α/2,N-k), maka H0 ditolak.
Selain itu berdasarkan signifikansi t :
Bila signifikansi statistik ti ≤ α , maka H0 ditolak
Bila signifikansi statistik ti > α , maka H0 diterima.
Pengujian Hipotesis 3
Untuk menguji dominans variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y)
akan dilakukan dengan melihat koefisien beta (β i). pengujian dilakukan dengan
meranking koefisien beta (βi), dimana variabel bebas yang dominan memiliki
koefisien beta yang tinggi. Dari hasil regresi didapatkan suatu beta terstandarisasi,
kemudian variabel yang memiliki koefisien beta terstandarisasi paling besar
adalah variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap
variabel terikat.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Proses pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel
independen dan dependen. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
menggunakan software SPSS, Variabel dependen pada analisis regresi ini adalah
Harga Saham (Y) sedangkan variabel independennya adalah Earning Per Share
(X1), Price Earning Ratio (PER) (X2) danReturn On Equity (ROE) (X3).

14

Tabel 4.1
Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda
Koefisien β

Variabel
Konstanta
EPS
PER
ROE
R Square
Adjusted R Square
F-Hitung
F-Tabel
Signifikan

thitung

8186.030
8.987
130.356
329.728
= 0.933
= 0,908
= 37,001
=3,32
= 0,000

signifikan Keterangan

2.654
4.633
3.468
2.585

.029
.002
.008
.030

Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan

Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 16, 2012.

Berdasarkan hasil regresi pada tabel diatas, maka model persamaan
regresinya adalah
Y = 8186, 03+ 8, 987 X1 +130, 356X2 + s329, 728X3
Interpretasi dari persamaan tersebut adalah :
Koefisien Determinasi (Adjusted R 2 )
Berdasarkan uji F simultan dapat diketahui bahwa ,secara bersama-sama
variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Return On
Equity (ROE) mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Untuk
mengetahui sejauh mana keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan
varaibel dependen, dapat kita lihat dari besarnya koefisien determinasi ( Adjusted
R2) dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan regresi linier
berganda pada tingkat signifikansi 5%.
Tabel 4.2
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Adjusted Std. Error of the
R Square R Square Estimate

Model R
1

.966a

.933

.908

2923.33163

Durbin-Watson
2.303

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 16, 2012.

Dari tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa nilai Adjusted R Square adalah
sebesar 0,908. Nilai ini menunjukkan bahwa 90,8% harga saham dipengaruhi
oleh ketiga variabel bebas secara bersama-sama. Sedangkan sisanya 9,2%
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak masuk dalam model regresi.

15

Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda lebih dari dua variabel bebas, pada α = 5%. Pengujian ini bertujuan
untuk membuktikan adanya pengaruh nyata (baik secara simultan maupun parsial)
dari variabelEarning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Return On
Equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang tercatat
di BEI. Selain itu pengujian hipotesis ini juga bertujuan untuk mengetahui
variabel mana yang berpengaruh paling dominan terhadap kebijakan dividen.
Model regresi yang telah didapatkan diuji terlebih dahulu baik secara simultan
dan secara parsial. Pengujian model regresi secara simultan dilakukan dengan
menggunakan uji F atau ANOVA dan pengujian model regresi secara parsial
dilakukan dengan uji t.
Hasil Uji Hipotesis 1 (Uji F)
Pengujian secara simultan dilakukan untuk menunjukkan apakah semua
variabel yang digunakan dalam model regresi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kebijakan dividen. Semua variabel tersebut diuji secara simultan dengan
menggunakan uji F atau ANOVA, Dengan menggunakan bantuan software SPSS,
didapatkan hasil uji F sebagai berikut:
Tabel 4.3
Uji Model Regresi Secara Simultan
ANOVAb
Sum of
Squares

Model
1

df

Mean Square F

Regression

9.486E8

3

3.162E8

Residual

6.837E7

8 8545867.823

Total

1.017E9

Sig.
37.001

.000a

11

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 16, 2012.

Hipotesis yang digunakan dalam pengujian koefisien model regresi secara
simultan adalah sebagai berikut:
H01 : Variabel Earning Per Share(EPS), Price Earning Ratio (PER)
dan Return On Equity (ROE) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Ha1 : Variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER)
dan Return On Equity (ROE) secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

16

Di dalam tabel distribusi F, didapatkan nilai Ftabel dengan degrees of
freedom (df) n1 = 2 dan n2 =34 adalah sebesar 3,32. Jika nilai F hasil
penghitungan pada Tabel 4.3 dibandingkan dengan Ftabel, maka Fhitung
hasilpenghitungan lebih besar daripada Ftabel (37,001> 3,32). Selain itu, pada
Tabel 4.3 juga didapatkan nilai signifikan sebesar 0,000. Jika signifikan
dibandingkan dengan
0,05 maka signifikan lebih kecil dari
0,05 . Dari
kedua perbandingan tersebut dapat diambil keputusan Ha1 ditolak pada taraf
0,05 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan
antara variabel Earning Per Share (EPS) (X1), Price Earning Ratio (PER) (X2)
dan Return On Equity (ROE) (X3) terhadapharga saham (Y).
Hasil Uji Hipotesis 2 (Uji t)
Pengujian model regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui
apakah masing-masing variabel independen pembentuk model regresi secara
individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y atau tidak. Untuk
menguji hubungan tersebut maka digunakan uji t, yakni dengan membandingkan
nilai thitung dengan ttabel, Variabel independen pembentuk model regresi dikatakan
berpengaruh signifikan jika thitung> ttabel atau signifikan < α = 0,05.
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, mengenai pengaruh variabel
Earning Per Share (EPS) (X1), Price Earning Ratio (PER) (X2) danReturn On
Equity (ROE) (X3) secara parsial terhadap harga saham (Y) dapat dilihat pada
tabel 4.8.
Tabel 4.4
Hasil Uji t Parsial
Variabel
t-hitung Prob
Interpretasi
Earning Per Share(EPS)
4.633
.002 Signifikan
Price Earning Ratio (PER)
3.468
.008 Signifikan
Return On Equity(ROE)
2.585
.030 Signifikan
Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 16, 2012.

Hipotesis yang digunakan dalam pengujian koefisien model regresi secara
parsial adalah sebagai berikut:
Ho2=
Variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan
Return On Equity (ROE)secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
Ha2= Variabel Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan
Return On Equity (ROE) secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Dari hasil pengujian yang tampak pada tabel diatas menunjukkan bahwa
semua variabel mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Variabelvariabel tersebut antara lain : Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio
(PER) dan Return On Equity (ROE). Oleh karena itu H02 diterima dan Ha2 ditolak.
17

Interpretasi hasil uji t untuk masing-masing variabel independen adalah
sebagai berikut:
a. Variabel Earning Per Share (EPS)
Variabel Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitas yang menunjukkan angka yang lebih kecil dari α =0,05 dan
nilai statistik uji |thitung| lebih besar dari ttabel (4.633 > 2,16037 ). Apabila
dilihat dari persamaan regresinya, menunjukkan bahwa varaibel Earning
Per Share mempunyai koefisien regresi positif. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa peningkatan Earning Per Share juga akan
mengakibatkan peningkatan harga saham perusahaan.
b. Variabel Price Earning Ratio (PER)
Variabel Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitas yang menunjukkan angka yang lebih kecil dari α =0,05 dan
nilai statistik uji |thitung| lebih besar dari ttabel (3.468 >2,16037). Apabila
dilihat dari persamaan regresinya, menunjukkan bahwa variabel Price
Earning Ratio mempunyai koefisien regresi positif, sehingga dapat
disimpulkan bahwa peningkatan Price Earning Ratio juga akan
mengakibatkan peningkatan harga saham perusahaan.
c. Variabel Return On Equity (ROE)
Variabel Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probabilitas yang menunjukkan angka yang lebih kecil dari α =0,05 dan
nilai statistik uji |thitung| lebih besar dari ttabel(2.585 >2,16037). Apabila
dilihat dari persamaan regresinya, menunjukkan bahwa variabel Return On
Equitymempunyai koefisien regresi negatif, sehingga dapat disimpulkan
bahwa peningkatan Return On Equity akan menurunkan harga saham
perusahaan.
Hasil Uji Hipotesis 3
Uji koefisien regresi variabel independen merupakan suatu pengujian dari
masing-masing nilai koefisien regresi yang dilakukan untuk mengetahui variabel
independen yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap variabel
dependennya. Pada uji koefisien ini akan diuji hipotesis sebagai berikut :
Ho3=
Variabel Earning Per Share (EPS) diduga memiliki pengaruh
dominan terhadap harga saham.
Ha3=
Variabel Earning Per Share (EPS) diduga tidak memiliki pengaruh
dominan terhadap harga saham.
Untuk menentukan variabel independen yang paling berpengaruh terhadap
variabel Y, dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien regresi (β) antara
variabel yang satu dengan yang lain. Variabel independen yang paling dominan

18

pengaruhnya terhadap variabel Y adalah variabel yang memiliki koefisien regresi
yang paling besar.Untuk membandingkan koefisien regresi masing-masing
variabel independen, disajikan tabel peringkat sebagai berikut:
Tabel 4.5
Ringkasan Hasil Analisis Regresi
Koefisien Beta (β)
Peringkat Variabel
Pengaruh
Unstandardize
Standardize
1
EPS
8.987
Signifikan
0.725
2
ROE
329.728
Signifikan
0.362
3
PER
130.356
Signifikan
0.355
Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 16, 2012.

Dari Tabel 4.5 pada kolom koefisien beta menunjukkan besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan
pada Tabel 4.5 yang berisi informasi besarnya koefisien regresi, koefisien regresi
yang menjadi acuan dalam menentukan variabel dominan adalah koefisien regresi
yang dibakukan (standardize), hal ini dikarenakan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini tidak memiliki satuan yang sama sehingga
diperlukan proses pembakuan. Berdasarkan tabel 4.12 variabel Earning Per
Share adalah variabel yang memiliki koefisien regresi yang paling besar yaitu
0.75, yang artinya, harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh variabel Earning
Per Share dari pada variabel-variabel lainnya. Koefisien yang dimiliki oleh
variabel Earning Per Share bertanda positif, hal ini berarti semakin besar nilai
Earning Per Share maka harga saham semakin tinggi.
Hasil Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang digunakan akan benar-benar menyatakan hubungan
yang signifikan dan representatif atau disebut BLUE ( Best Linier Unbiased
Estimator ), jika model regresi tersebut telah memenuhi persyaratan asumsi klasik,
antara lain:
a. Data berdistribusi normal. Artinya, data dalam variabel (baik dependen
maupun independen) yang akan digunakan dalam penelitian harus
berditribusi normal.
b. Non-Multikolinieritas. Artinya, tidak terjadi korelasi diantara variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian.
c. Non-Heterokedastisitas. Artinya, varians residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, atau sering disebut homoskedastisitas.
d. Non-Autokorelasi. Artinya, tidak ada korelasi antara variabel penganggu
pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya.
Uji normalitas
Uji normalitas data sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan
model-model statistik parametrik. Model regresi dapat dikatakan memenuhi

19

asumsi normalitas jika residual atau residual yang disebabkan oleh model regresi
berdistribusi normal. Untuk menguji asumsi ini, dapat digunakan metode
Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini adalah hasil uji normalitas.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N

12

Normal Parameters

a

Mean
Std. Deviation

Most Extreme
Differences

.0000000
2.49302559E3

Absolute

.201

Positive

.166

Negative

-.201

Kolmogorov-Smirnov Z

.696

Asymp. Sig. (2-tailed)

.717

a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 16, 2012.

Berdasarkan pengujian Kolmogorov-Smirnov di atas, didapatkan nilai
signifikan sebesar 0,717, dimana nilai tersebut lebih besar daripada
0,05 .
Karena nilai signifikansi lebih besar daripada
0,05 , maka dapat disimpulkan
bahwa asumsi normalitas residual telah terpenuhi. Jika nilai residual
dikelompokkan dalam sebuah histogram, maka residual-residual tersebut akan
membentuk suatu pola kurva distribusi normal, yakni residual tersebut
mengelompok pada bagian tengah dengan titik puncaknya berada pada rata-rata
sama dengan 0,000.
Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari
Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF>10 maka menunjukkan
adanya multikolinieritas. Dan apabila sebaliknya VIF < 10 maka tidak terjadi
multikolinieritas.
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Independen
VIF
Keterangan
Earning Per Share (EPS)
2.910
Non Multikolinier
Price Earning Ratio (PER)
1.249
Non Multikolinier
Return On Equity (ROE)
3.259
Non Multikolinier
Sumber: Diolah oleh SPSS versi 16, 2012.

Dari hasil perhitungan yang ada di Tabel 4.7 masing-masing variabel

20

independen menunjukkan nilai VIF yang tidak lebih dari nilai 10, maka asumsi
tidak terjadi multikolinieritas telah terpenuhi.
Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana sumbu Y adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi–Y sesungguhnya). Jika
ada pola tertentu yang teratur, seperti titik-titik yang ada membentuk pola yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas atau di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar
4.3 berikut ini:
Gambar 4.3
Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 16, 2012.

Berdasarkan Gambar 4.3 tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi.
Uji Autokorelasi
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, digunakan statistik uji DurbinWatson. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai hitung
Durbin Watson dengan nilai tabel Durbin Watson (dLdan dU). Berikut ini adalah
hasil uji autokorelasi.

21

Koefisien DW
2,237

Tabel 4.8
Uji Asumsi Autokorelasi
dL
dU
4 – dU
Keterangan
1,22
1,71
2,29
Tidak Terdapat
autokorelasi positif atau
negatif

Sumber: Data Primer diiolah dengan SPSS versi 16, 2012.

Berdasarkan pada Tabel 4.8 di atas, didapatkan koefisien Durbin-Watson
sebesar 2,237. Dalam tabel Durbin-Watson diketahui dL = 1,22 dan dU = 1,79.
Dari tabel di atas ditunjukkan bahwa nilai dU< d