KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SAMARINDA TERK (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungai Karang Mumus adalah salah satu sungai yang mengalir di Kota Samarinda dan
merupakan anak sungai Mahakam yang mengalir dari utara ke selatan yang melintas di
tengah-tengah kota Samarinda. Kondisi Sungai Karang Mumus telah menurun baik dari segi
kualitas air maupun kondisi fisik sungai, sehingga sungai tidak dapat lagi berfungsi sebagai
pengendali banjir di wilayah kota dan sebagai pensuplai air Sungai Mahakam. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka Pemerintah Kota Samarinda pada tanggal 3 Desember tahun 1986
mengeluarkan kebijakan penataan bantaran Sungai Karang Mumus dan Sungai Mahakam
melalui Peraturan Daerah Kotamadya Samarinda No. 3 tahun 1986 yang bertujuan untuk
mengembalikan fungsi dan lingkungan sungai. Salah satu konsekuensi kebijakan ini adalah
relokasi pemukiman.
Hal ini sejalan dengan Visi Kota Samarinda yaitu, “Terwujudnya Kota Samarinda
sebagai Kota Metropolitan berbasis industri, perdagangan dan jasa yang maju, berwawasan
lingkungan dan hijau, serta mempunyai keunggulan daya saing untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat”. Dalam hal ini Pemerintah Kota Samarinda melaksanakan
program yang serupa seperti yang dilakukan di Jakarta yaitu, mendorong terciptanya Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dengan merelokasi warga yang tinggal di bantaran Sungai Karang
Mumus.
Dalam pelaksanaan relokasi ini, sebagian masyarakat bersedia untuk direlokasi dan

sebagian tidak bersedia. Relokasi dilaksanakan dengan 2 (dua) cara, yaitu masyarakat yang
bersedia pindah direlokasi ke lokasi yang telah disediakan yaitu Perumahan Bengkuring
Tepian Permai dan Perumahan Sambutan Idaman Permai sedangkan masyarakat yang tidak
bersedia pindah dari bantaran sungai Karang Mumus diberikan kesempatan untuk tinggal di
rumah susun yang dibangun di sekitar lokasi pemukiman saat ini. Masing-masing diberikan
kompensasi biaya pemindahan dan ganti rugi atas rumah.
Gambaran kondisi sungai Karang Mumus ialah terjadinya pendangkalan, pengendapan
lumpur tinggi, sungai dipenuhi sampah serta air berwarna keruh. Air tersebut telah tercemar
oleh berbagai macam limbah seperti limbah rumah tangga, limbah pabrik dan kotoran
manusia. Keberadaan air sebagai sumber utama penunjang kehidupan sangat dibutuhkan,
sementara untuk penduduk yang tinggal di pemukiman kumuh bantaran Sungai Karang

1

Mumus terpaksa menggunakan air yang telah tercemar tersebut. Penggunaan air yang telah
tercemar sangat membawa dampak secara langsung pada kesehatan warga, seperti penyakit
kulit, diare, muntaber, dll. Bayangkan saja apabila ada seseorang yang mandi di pinggir
bantaran sungai, sementara disamping tempat mereka mandi juga terdapat tumpukan sampah
yang berbau busuk.
Ilustrasi tersebut menggambarkan kondisi warga yang tinggal di pemukiman kumuh

bantaran Sungai Karang Mumus. Pemukiman kumuh akan berdampak langsung terhadap
aspek lingkungan dan aspek ekonomi. Dampak terhadap aspek lingkungan ialah pembuatan
pemukiman akan mengganggu aktivitas sungai atau merubah alih fungsi sungai tidak lagi
sebagaimana mestinya, misalnya keberadaan sungai untuk menampung air permukaan yang
berasal dari hujan, tetapi yang terjadi adalah perubahan alih fungsi sungai karena aktivitas
penduduk yang tinggal di sekitar sungai tersebut.
Dampak pemukiman kumuh terhadap aspek ekonomi ialah masyarakat yang tinggal di
pemukiman kumuh bantaran sungai pada umumnya adalah masyarakat yang berpenghasilan
rendah atau masyarakat menengah ke bawah dengan rata-rata tingkat pendidikan yang rendah
pula. Banyak perusahaan di Indonesia yang membuka lapangan pekerjaan, tetapi mereka
tidak dapat bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut karena rendahnya kualitas sumber
daya manusia, sehingga apabila mereka mencoba melamar di sebuah perusahaan,
kemungkinan untuk diterima sangat kecil,yaitu hanya sekitar 5%.
Dapat disimpulkan bahwa rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi laju
pertumbuhan ekonomi penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk di Kota Samarinda akan
membutuhkan lahan sebagai tempat tinggal penduduk. Faktanya ketersediaan lahan kosong di
Samarinda semakin menurun dikarenakan banyaknya wilayah yang dipadati berbagai macam
pembangunan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor munculnya pemukiman kumuh di
bantaran Sungai Karang Mumus. Ketersedian lahan kosong yang semakin menurun di kota
Samarinda membuat harga jual/sewa tanah meningkat dan harga tersebut sangat tidak

sebanding dengan penghasilan masyarakat menengah kebawah sehingga mereka tidak
sanggup membeli/sewa tanah untuk tempat tinggal mereka. Pada akhirnya mereka membuka
lahan baru yaitu di bantaran sungai.
Pada kasus yang terjadi di Kota Samarinda yaitu munculnya pemukiman kumuh di
bantaran Sungai Karang Mumus, diperlukan peran pemerintah dalam mengatasi hal tersebut.
Pemerintah harus bertindak untuk membangun pemukiman khusus untuk penduduk yang
tidak hanya di bantaran sungai Karang Mumus tetapi juga di semua pemukiman kumuh di
Kota Samarinda untuk membuat pembangunan vertikal seperti rumah susun. Mengingat
2

Pembangunan vertikal lebih cocok untuk diterapkan di Kota Samarinda terkait

masalah

ketersediaan lahan kosong yang semakin menurun.
Dalam pembangunan vertikal dibutuhkan lahan kosong yang tidak terlalu banyak dan
lebih efisien dalam mengatasi masalah ketersedian lahan di Kota Samarinda. Apabila
pemerintah Kota Samarinda melaksanakan pembangunan vertikal seperti rumah susun, maka
kemungkinan munculnya pemukiman kumuh akan dapat dikendalikan dan masyarakat
menengah ke bawah akan mendapatkan tempat tinggal yang layak serta tatanan kota

Samarinda akan rapi dan bersih.

a.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun telah merumuskan beberapa masalah sebagai
acuan pengambilan data dalam tugas ini. Adapun rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai
berikut:

a. Bagaimana Pengambilan Keputusan menggunakan Analisis SWOT?
b. Bagaimana membuat analisis strategi dari metode Analisis SWOT?
c. Apa saja program kerja yang dapat diambil dari analisis strategi?

a.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan tugas ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana Pengambilan Keputusan menggunakan Analisis SWOT.
b. Untuk memahami pembuatan analisis strategi dari metode Analisis SWOT.
c. Untuk menjabarkan program kerja yang dapat diambil dari permasalahan relokasi
warga di sekitar Sungai Karang Mumus.

BAB II
3


PEMBAHASAN
2.1 Analisis SWOT
Dari latar belakang di atas tentang gambaran Sungai Karang Mumus dan untuk
menerapkan visi Kota Samarinda, kelompok kami membuat sebuah sistem pengambilan
keputusan kebijakan dengan menggunakan metode analisis SWOT dengan Tema : Kebijakan
Pemerintah Kota Samarinda Terkait Rusun yang Disediakan untuk Relokasi Warga di Sekitar
Sungai Karang Mumus.
Untuk membuat analisis SWOT diperlukan beberapa komponen sebagai berikut:

Analisis SWOT untuk Faktor Internal dan Eksternal
Uraian

Bobo

Rating Skor

t
A. Strengths (Kekuatan)
Adanya dukungan dana dari pemerintah untuk

menyediakan Rusunawa
Harga sewa Rusunawa terjangkau
Ketersediaan air bersih dan listrik
Menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat dan
madani
B. Weakness (Kelemahan)
Akses kesehatan sulit dijangkau dan transportasi
umum yang minim
Infrastruktur jalan yang rusak
Belum terdapat pengelola khusus untuk pengelolaan
Rusunawa
Penyelesaian pembuatan Perda tentang Petunjuk
Operasional Rusunawa yang berlarut-larut
C. Opportunities (Peluang)
Meningkatnya usaha kecil atau usaha rumah tangga
Kepadatan penduduk dan kebutuhan akan tempat
tinggal yang semakin membesar
Mempermudah pemerintah dalam mengambil
kebijakan dalam penataan kota
Peremajaan kembali fungsi sungai sebagaimana

mestinya
D. Threats (Ancaman)
Rawan terjadinya kriminalitas
4

0,50

2

1

0,75
1,00

3
4

2,25
4


0,25

1

0,25

1,00

4

4

0,75

3

2,25

0,50


2

1

0,25

1

0,25

0,25

1

0,25

0,50

2


1

0,75

3

2,25

1,00

4

4

1,00

4

4


Tingginya permintaan kompensasi dari masyarakat
Semakin menjamurnya pemukiman horizontal di
sekitar Rusunawa
Budaya masyarakat yang akan menempati Rusunawa
tersebut sangat majemuk dan tidak terbiasa tinggal di

0,75

3

2,25

0,50

2

1

0,25

1

0,25

tempat berlantai tinggi

Analisis SWOT untuk Faktor Internal Kebijakan Pemerintah Kota
Samarinda Terkait Rusun yang Disediakan untuk Relokasi Warga di Sekitar
Sungai Karang Mumus
Bobo

Uraian

t

A. Strengths (Kekuatan)
Adanya dukungan dana dari pemerintah untuk
menyediakan Rusunawa
Harga sewa Rusunawa terjangkau
Ketersediaan air bersih dan listrik
Menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat dan
madani
Jumlah
B. Weakness (Kelemahan)
Akses kesehatan sulit dijangkau dan transportasi
umum yang minim
Infrastruktur jalan yang rusak
Belum terdapat pengelola khusus untuk pengelolaan
Rusunawa
Penyelesaian pembuatan Perda tentang Petunjuk
Operasional Rusunawa yang berlarut-larut
Jumlah
Jumlah (S + W)

Rating

Skor

0,50

2

1

0,75
1,00

3
4

2,25
4

0,25

1

0,25

2,50

10

7,5

1,00

4

4

0,75

3

2,25

0,50

2

1

0,25

1

0,25

2,50
5

10
20

7,5
15

Analisis SWOT untuk Faktor Eksternal Kebijakan Pemerintah Kota
Samarinda Terkait Rusun yang Disediakan untuk Relokasi Warga di Sekitar
Sungai Karang Mumus
Bobo

Uraian

t
5

Rating

Skor

C. Opportunities (Peluang)
Meningkatnya usaha kecil atau usaha rumah tangga
Kepadatan penduduk dan kebutuhan akan tempat

0,25

1

0,25

0,50

2

1

0,75

3

2,25

1,00

4

4

2,50

10

7,5

1,00
0,75

4
3

4
2,25

0,50

2

1

tersebut sangat majemuk dan tidak terbiasa tinggal di

0,25

1

0,25

tempat berlantai tinggi
Jumlah
Jumlah (O + T)

2,50
5

10
20

7,5
15

tinggal yang semakin membesar
Mempermudah pemerintah dalam mengambil
kebijakan dalam penataan kota
Peremajaan kembali fungsi sungai sebagaimana
mestinya
Jumlah
D. Threats (Ancaman)
Rawan terjadinya kriminalitas
Tingginya permintaan kompensasi dari masyarakat
Semakin menjamurnya pemukiman horizontal di
sekitar Rusunawa
Budaya masyarakat yang akan menempati Rusunawa

2.2 Analisis Strategi
Beberapa analisis strategi yang dapat dibuat dari komponen-komponen di atas adalah
sebagai berikut :

A. STRATEGI SO: Dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam
lingkungan eksternal.
(S) Adanya dukungan dana dari pemerintah untuk menyediakan Rusunawa (BN: 0,50)
(RN: 2)
(O) Mempermudah pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam penataan kota (BN:
0,75) (RN:3)
Dengan adanya dukungan dana dari pemerintah maka akan lebih mudah dalam
penataan kota.

6

B. STRATEGI WO: Bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang dari lingkungan luar.
(W) Akses kesehatan sulit dijangkau dan transportasi umum yang minim (BN: 1,00) (RN:
4)
(O) Kepadatan penduduk dan kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin membesar
(BN: 0,50) (RN: 2)
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan tempat tinggal di
sekitar kawasan Rusunawa meningkat, maka pembangunan sarana prasana seperti
rumah sakit maupun penyediaan transportasi umum akan menjadi pertimbangan
pemerintah untuk segera dilaksanakan. Sehingga akses masyarakat yang tinggal di
sekitar Rusunawa

terhadap kesehatan maupun transportasi umum akan lebih

mudah.

C. STRATEGI ST: Menggunakan kekuatan untuk memperkecil dampak dari ancaman yang
datang dari luar.
(S) Harga sewa Rusunawa terjangkau (BN: 0,75) (RN: 3)
(T) Tingginya permintaan kompensasi dari masyarakat (BN: 0,75) (RN: 3)
Dengan pertimbangan harga sewa Rusunawa yang terjangkau, maka pemerintah
memiliki kekuatan untuk dapat menekan permintaan masyarakat akan kompensasi.

D. STRATEGI WT: Adalah taktik pertahanan yang diarahkan pada usaha memperkecil
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
(W) Belum terdapat pengelola khusus untuk pengelolaan Rusunawa (BN: 0,50) (RN: 2)
(T) Rawan terjadi kriminalitas (RN: 1,00) (RN: 4)
Belum tersedianya pengelola khusus dalam pengelolaan Rusunawa dapat diatasi
dengan segera membentuk perencanaan untuk mencegah terjadinya kriminalitas.

2.3 Program Kerja
Beberapa program kerja yang dapat dilakukan para pengambil kebijakan, yaitu:
7

1. Program Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)
Pengelolaan rumah susun sederhana sewa, yaitu bangunan gedung bertingkat yang
dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang
masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan
menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian.
Pembangunan rumah susun sewa dikaitkan dengan program peremajaan kota atau
program pembangunan kota terpadu. Rumah susun merupakan alternatif pilihan perumahan
di Kota Samarinda yang diakibatkan adanya keterbatasan lahan serta harga lahan yang mahal,
maka pendekatan yang dilakukan dalam pembangunan adalah dengan memenuhi aspek-aspek
yang menjadi dasar pilihan masyarakat.

2. Rumah Khusus
Rumah Khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus
(UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman). Pengusul/Pemohon
Bantuan, yaitu: Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah. Bentuk Rumah Khusus,
yaitu: Rumah tapak berbentuk tunggal, kopel atau deret.
Syarat bagi penerima bantuan Rumah Khusus, yaitu :
a. Masyarakat di wilayah perbatasan negara
b. Prajurit dan/atau petugas negara
c. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan
d. Masyarakat yang terkena program pembangunan pemerintah
e. Korban bencana alam
f. Masyarakat yang bertempat tinggal di pulau terluar, terpencil atau pedalaman
g. Masyarakat di lokasi rawan resiko sosial
h. Masyarakat dalam wilayah pengolah sumberdaya alam

8

3. Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau bedah rumah untuk
masyarakat
Program BSPS diharapkan dapat membantu masyarakat miskin dan masyarakat
berpenghasilan rendah untuk membangun maupun merehabilitasi tempat tinggal mereka
sehinga lebih layak huni. Adapun penerima bantuan BSPS harus memenuhi syarat dan
ketentuan diantaranya adalah :
a.

WNI

b.

Memiliki atau menguasai tanah namun belum memiliki rumah

c.

Memiliki/menempati rumah satu-satunya dengan kondisi tidak layak huni

d.

Belum pernah memperoleh bantuan rumah dari pemerintah

e.

Berpenghasilan sebanyak-banyaknya 30% di atas upah minimum provinsi
setempat

f.

Diutamakan yang telah memiliki keswadayaan dan berencana membangun atau
meningkatkan kualitas rumahnya

g.

Bersedia bertanggung jawab dalam pemanfaatan BSPS

h.

Bersedia membentuk kelompok dan bersedia mengikuti ketentuan BSPS.

9

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa analisis strategi yang dapat
digunakan dalam mengatasi permasalahan relokasi warga Sungai Karang Mumus
menggunakan analisis SWOT, yaitu :
A. STRATEGI SO: Dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam
lingkungan eksternal.
(S) Adanya dukungan dana dari pemerintah untuk menyediakan Rusunawa (BN: 0,50)
(RN: 2)
(O) Mempermudah pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam penataan kota (BN:
0,75) (RN:3)
10

Dengan adanya dukungan dana dari pemerintah maka akan lebih mudah dalam
penataan kota.

B. STRATEGI WO: Bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang dari lingkungan luar.
(W) Akses kesehatan sulit dijangkau dan transportasi umum yang minim (BN: 1,00) (RN:
4)
(O) Kepadatan penduduk dan kebutuhan akan tempat tinggal yang semakin membesar
(BN: 0,50) (RN: 2)
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan tempat tinggal di
sekitar kawasan Rusunawa meningkat, maka pembangunan sarana prasana seperti
rumah sakit maupun penyediaan transportasi umum akan menjadi pertimbangan
pemerintah untuk segera dilaksanakan. Sehingga akses masyarakat yang tinggal di
sekitar Rusunawa

terhadap kesehatan maupun transportasi umum akan lebih

mudah.

C. STRATEGI ST: Menggunakan kekuatan untuk memperkecil dampak dari ancaman yang
datang dari luar.
(S) Harga sewa Rusunawa terjangkau (BN: 0,75) (RN: 3)
(T) Tingginya permintaan kompensasi dari masyarakat (BN: 0,75) (RN: 3)
Dengan pertimbangan harga sewa Rusunawa yang terjangkau, maka pemerintah
memiliki kekuatan untuk dapat menekan permintaan masyarakat akan kompensasi.

D. STRATEGI WT: Adalah taktik pertahanan yang diarahkan pada usaha memperkecil
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
(W) Belum terdapat pengelola khusus untuk pengelolaan Rusunawa (BN: 0,50) (RN: 2)
(T) Rawan terjadi kriminalitas (RN: 1,00) (RN: 4)
Belum tersedianya pengelola khusus dalam pengelolaan Rusunawa dapat diatasi
dengan segera membentuk perencanaan untuk mencegah terjadinya kriminalitas.
11

12