Dampak Kurikulum 2013 terhadap Murid Ind
Dampak Kurikulum 2013 terhadap Murid
Indonesia Akibat Diintegrasikannya Mata
Pelajaran TIK
Makalah Ilmiah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester III, Fakultas Information
Communication and Technology di
Universitas Multimedia Nusantara.
Richard Firdaus Oeyliawan
13110110011
Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Information and Communication Technology
Universitas Multimedia Nusantara
Tangerang
2013
1
KATA PENGANTAR
Teknologi dalam pendidikan menjadi salah satu aspek yang penting dalam
meningkatkan kualitas dan mutu SDM dalam menciptakan teknologi yang baru dan
fungsional. Sejak tahun 2006, pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi /
Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (TIK/KKPI) menjadi mata pelajaran
yang dimasukkan ke dalam kurikulum nasional. Namun, seiring dengan peninjauan
dan evaluasi kurikulum yang dilakukan pemerintah, kurikulum baru pun disusun
dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki kualitas sistem yang lama. Terhitung
sejak tahun ajaran baru tahun 2014, Kurikulum 2013 pun resmi dipakai oleh muridmurid Indonesia. Salah satu perbedaan Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya
adalah dihilangkannya TIK/KKPI dari mata pelajaran yang ada. Oleh karena itu, lewat
karya tulis ini, penulis ingin membahas mengenai Kurikulum 2013 khususnya
berkenaan dengan mata pelajaran TIK/KKPI.
Karya tulis yang berjudul “Dampak Kurikulum 2013 terhadap Murid Indonesia
Akibat Diintegrasikannya Mata Pelajaran TIK“ disadari penuh bahwa Tuhan Yang Maha
Esa ikut berpartisipasi dalam penyusunannya dengan memberikan rahmat dan
persetujuan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia semester III, fakultas Information Communication and Technology di
Universitas Multimedia Nusantara.
Karya tulis ini disusun dengan tujuan dapat memberikan informasi mengenai
Kurikulum 2013 dan perubahan dari kurikulum sebelumnya, serta dampak yang
dirasakan para murid Indonesia dengan adanya perubahan kurikulum.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Universitas Multimedia
Nusantara dan Bapak Stephanus Erman Bala, S.S. selaku dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia yang telah memberikan penulis kesempatan untuk menyusun karya tulis ini.
Penulis juga ingin berterima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang
mendukung dalam penyusunan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca mengenai
kurikulum 2013 khususnya mengenai mata pelajaran TIK/KKPI.
Tangerang, Desember 2014
Penulis
2
Dampak Kurikulum 2013 terhadap Murid Indonesia Akibat
Diintegrasikannya Mata Pelajaran TIK
ABSTRAK
Teknologi merupakan hal yang sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan
manusia modern. Manfaat dan kemudahan yang ditawarkan, membuat manusia begitu
melekat dengan teknologi dalam kesehariannya. Hal itu juga yang mendorong manusia
untuk mengembangkan teknologi dan memanfaatkannya dalam bidang pendidikan.
Selain untuk mengembangkan kualitas hidup, pendidikan teknologi juga diperlukan
demi penggunaan teknologi yang sehat dan sesuai fungsinya.
Judul makalah ini adalah “Dampak Kurikulum 2013 terhadap Murid Indonesia
Akibat Diintegrasikannya Mata Pelajaran TIK”. Tujuannya adalah untuk mengetahui
perkiraan dampak dari Kurikulum 2013 terhadap sumber daya manusia Indonesia di
bidang teknologi informasi dan komunikasi mengingat diintegrasikannya mata
pelajaran TIK dari bagian kurikulum yang sebelumnya dimasukkan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
Model yang digunakan dalam penelitian yaitu model deskriptif dengan jenis data
kualitatif. Instrumen penelitian adalah studi kepustakaan dengan menganalisis sumbersumber referensi yang digunakan. Studi kepustakaan diambil buku referensi yang
mendukung penjelasan mengenai Kurikulum 2013, artikel-artikel koran online, dan
beberapa artikel yang terpercaya.
Analisis data dilakukan dengan cara melakukan perbandingan kebijakan
pendidikan teknologi informasi dan komunikasi yang diterapkan di negara lain dengan
kebijakan pendidikan di Indonesia.
Dari hasil penelitian diperkirakan Indonesia akan mengalami penurunan kualitas
sumber daya manusia dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi dibandingkan
dengan negara lain yang memasukkan pendidikan teknologi ke dalam kurikulum di
sekolahnya
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
ABSTRAK...................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................................................1
D. Metodologi Penelitian.............................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................................3
A. Pengertian Kurikulum.............................................................................................3
B. Alasan Dibuatnya Kurikulum..................................................................................3
C. Pendapat tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi.........................................5
D. Konsep Integrasi TIK dalam Pebelajaran Menurut UNESCO.................................8
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN......................................................11
A. Pengertian Kurikulum 2013..................................................................................11
B. Alasan Perubahan Kurikulum...............................................................................11
D. Ciri-ciri dan Karakteristik Kurikulum 2013............................................................15
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN...............................................................17
A. Kualitas SDM Indonesia di Kancah Kompetisi Komputer Internasional................17
B. Kualitas SDM Indonesia dalam Pemanfaatan Teknologi......................................17
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................21
A. Simpulan.............................................................................................................. 21
B. Saran................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22
TENTANG PENULIS....................................................................................................23
4
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hak dasar yang patut diperjuangkan bagi setiap orang.
Pendidikan bukan hanya ditujukan bagi mereka yang memiliki uang, melainkan juga
ditujukan bagi mereka yang mempunyai kemauan. Negara sendiri sudah menyadari
pendidikan sebagai aspek yang dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi
negara.
Berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak lengkap jika tidak membahas
kurikulum yang dijalankan. Di Indonesia, baru-baru ini beredar topik hangat seputar
kurikulum pendidikan baru yang mulai dijalankan terhitung sejak Juli 2014.
Menggantikan kurikulum lama yaitu KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang sudah diterapkan pada tahun 2006, Kurikulum 2013 ini memunculkan banyak pro
dan kontra baik sebelum maupun setelah pelaksanaanya
TIK/KKPI adalah materi pelajaran yang dimasukkan eksistensinya lewat
Kurikulum KTSP. Namun, mata pelajaran tersebut dihilangkan dari Kurikulum 2013.
Dengan berkurangnya mata pelajaran, pemerintah memasukkan mata pelajaran yang
mengisi kekosongan jam tersebut. Setiap perubahan tentu membawa dampak positif
dan negatif. Dalam karya ilmiah ini, penulis akan membahas hal-hal yang berkaitan
dengan Kurikulum 2013 ini,khususnya dampak bagi murid-murid Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang akan penulis
bahas adalah sebagai berikut.
1. Sejauh mana perkiraan dampak pengintegrasian mata pelajaran TIK/KKPI
dalam Kurikulum 2013 terhadap kualitas SDM Indonesia pada tahun 2020
khususnya dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Mengetahui perkiraan dampak pengintegrasian mata pelajaran TIK/KKPI
dalam Kurikulum 2013 terhadap kualitas SDM Indonesia pada tahun 2020
khususnya dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi.
D. Metodologi Penelitian
1 . Objek Penelitian
Objek Penelitian yang digunakan dalam karya tulis adalah sebagai berikut.
1.1. Manfaat TIK/KKPI bagi para murid.
1.2. Dampak pengintegrasian TIK/KKPI bagi para murid
2. Metodologi Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang mendukung karya tulis ini, digunakan
metode penelitian deskriptif dengan model studi pustaka.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai adalah membandingkan studi pustaka
yang menjadi referensi pembahasan masalah ini.
4. Hipotesis
Kualitas SDM Indonesia dalam memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi mengalami penurunan.
5. Sistematika Penulisan
Daftar isi menampilkan keterangan letak-letak halaman-halaman.
Bab I membahas latar belakang masalah yang membuat penulis tertarik
untuk menulis karya ilmiah ini. Setelah latar belakang ditelaah, penulis
merumuskan masalah dan tujuan dilakukannya penelitian ini.
Bab II membahas landasan teori yang digunakan sebagai referensi
penelitian masalah yang penulis angkat.
Bab III membahas gambaran umum objek penelitian dalam hal ini
menjabarkan pengertian Kurikulum 2013, ciri-ciri dan karakteristik Kurikulum
2013, dan dampak Kurikulum 2013 terhadap murid Indonesia.
Bab IV menjabarkan analisis dan hasil penelitian. Bab V merinci
kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kurikulum
Dilihat dari pengertian secara etimologis, kata “kurikulum” berasal dari kata
dalam Bahasa Latin yaitu “curerer” yang berarti pelari, dan “curere” yang berarti tempat
berlari. Semula, kata kurikulum bermakna jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai
dari garis start sampai dengan finish. Lalu, pengertian kurikulum tersebut digunakan
dalam dunia pendidikan dengan makna sebagai rencana dan pengaturan tentang
sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh
pendidikan di lembaga pendidikan.
Para ahli juga mengemukakan pengertian kurikulum berdasarkan pandangan
mereka. Menurut J.F. Kerr (1968:16), Kurikulum adalah semua pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Sedangkan menurut Good V. Carter (1973), kurikulum adalah
kumpulan ataupun urutan pelajaran yang sistematik. Di Indonesia, Pemerintah
mengatur pengertian kurikulum dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 poin 18 yang
berbunyi
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
B. Alasan Dibuatnya Kurikulum
Menurut Alwasilah (2008:15), dalam bukunya “Filsafat Bahasa dan Pendidikan”
menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan dibuat agar anak didik berperilaku mulia.
Karena melalui kurikulum, seorang pengajar dapat ‘membentuk’ karakter dan sikap
seorang anak melalui pelajaran yang diajarkannya. Kesuksesan seorang pengajar
dapat dilihat melalui prestasi dan sikap muridnya. Bila anak didiknya pada akhir
kurikulum mendapatkan prestasi yang memuaskan, memiliki karakter dan sikap sesuai
dengan harapan pengajar, maka pengajar tersebut sukses dalam mendidik.
Lain halnya dengan Hendyat Soetopo Wasty Soemanto (2007:15) yang
berpendapat bahwa kurikulum dapat dijelaskan ke dalam beberapa kepentingan dan
fungsi.
1. Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan
Kurikulum merupakan sebuah media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan
yang ingin dicapai. Oleh karena itu, fungsi kurikulum adalah sebagai alat atau
media untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Fungsi kurikulum bagi perkembangan siswa yaitu sebagai organisasi belajar
(learning organization) yang tersusun dengan cermat. Kurikulum selalu
disiapkan dan dirancang bagi siswa sebagai salah satu aspek yang akan
dikonsumsi siswa. Oleh karena itu, merancang kurikulum akan amat penting
artinya bagi upaya pembentukan dan pembinaan karakter siswa agar mereka
mandiri dan menjadi sosok yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
3. Fungis kurikulum bagi para pendidik
Bagi pendidik, kurikulum memegang peranan penting yang berfungsi sebagai
a. pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman
belajar siswa;
b. pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap tingkat perkembangan
siswa dalam kerangka menyerap sejumlah pengetahuan sebagai
pengalaman bagi mereka;
c. pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
4. Fungsi kurikulum bagi pimpinan dan pembina sekolah adalah
a. sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervise yakni
memperbaiki situasi belajar agar lebih kondusif;
b. sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam
menciptakan situasi belajar yang menunjang situasi belajar siswa ke
arah yang lebih baik;
c. sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam
memberikan bantuan kepada para guru dalam menjalankan tugas
kependidikan mereka;
d. sebagai seorang administrator maka kurikulum dapat dijadikan
pedoman dalam mengembangkan kurikulum pada tahap selanjutnya;
e. sebagai acuan bagi pelaksanaan evaluasi agar proses belajar mengajar
dapat lebih baik.
5. Fungsi kurikulum bagi orang tua siswa
Kurikulum memiliki fungsi yang amat besar bagi orang tua. Mereka dapat
berperan serta dalam membantu sekolah melakukan pembinaan
terhadap
putra-putri mereka. Dengan mengacu pada kurikulum sekolah di mana anakanak mereka dibina, maka orang tua dapat memantau perkembangan informasi
yang diserap anak mereka.
6. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkat atas
Kurikulum pada tingkat sekolah yang lebih rendah akan sangat berkait dengan
upaya perancangan kurikulum pada tingkat pendidikan selanjutnya. Pengelola
sekolah setingkat SLTA misalnya, akan selalu mengacu pada rumusan
kurikulum pada tingkat SLTP dalam perancangannya. Dengan kata lain,
kesinambungan dan keterkaitan antara tingkatan pendidikan tadi dari sisi
korealasi keilmuan harus sinergis dalam rumusan kurikulum.
7. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan stakeholders.
Masyarakat dapat mengacu pada kurikulum yang ditetapkan lembaga
pendidikan, untuk kepentingan memberikan bantuan guna memperlancar
pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak
masyarakat. Masyarakat dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif
dalam penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan
kebutuhan masyarakat dan kerja.
C. Pendapat tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi
Berkaitan dengan semakin dekatnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
pada 2015, kesiapan Indonesia sebagai negara yang berpartisipasi di dalamnya ikut
dipertimbangkan oleh para subjek yang terkait di bidangnya. Subjek tersebut antara
lain pengusaha, tenaga pendidik, dan juga orang-orang pemerintah yang turut
mengambil
andil
dalam
melancarkan
dan
menyukseskan
MEA 2015
demi
kesejahteraan Indonesia.
Mantan Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan berpendapat bahwa
persiapan Koperasi dan UKM Nasional untuk menghadapi era MEA sudah cukup baik.
Namun, masih terdapat satu faktor penghambat utama untuk bersaing, yaitu kualitas
sumber daya manusia (SDM) pelaku KUKM yang secara umum masih rendah.
Beliau juga menyebutkan sektor koperasi dan UKM yang paling penting untuk
dikembangkan dalam menghadapi MEA 2015 yaitu sektor yang terkait dengan industri
kreatif dan inovatif, kerajinan tangan, industri rumah, dan teknologi informasi. Oleh
karena itu, pemerintah berupaya untuk meningkatkan akses dan transfer teknologi
untuk mengembangkan pelaku UKM inovatif sehingga nantinya mampu bersaing
dengan pelaku UKM asing.
Selain itu, dalam kunjungannya saat mewisuda lulusan program CCDP di
Telkom University, Direktur Telkom PDC Pusat R. Mohammad Kusno, Ir. , MBA
mengatakan bahwa perekonomian Indonesia saat ini berada pada level negara
berkembang dan kebutuhan akan tenaga kerja di bidang TIK selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Meskipun demikian, peningkatan tenaga kerja TIK juga
harus bergerak parallel seiring peningkatan kualitas lulusan di bidang TIK.
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
(Menkominfo)
Rudiantara
juga
memberikan pendapatnya mengenai transaksi e-commerce di Indonesia pada
kunjungannya di kampus UMN dalam acara Wisuda VI Universitas Multimedia
Nusantara. Menurutnya, transaksi e-commerce atau bisnis perdagangan secara daring
di Indonesia saat ini masih sebesar lima persen, padahal potensi pasarnya sangat
besar. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini maju dengan
pesat. Hal ini seharusnya telah dipersiapkan perguruan tinggi untuk mengisi usahausaha di bidang tersebut. Selain itu, jika dilihat dari jumlah penduduk, Indonesia masih
menjadi pasar terbesar disbanding negara ASEAN lainnya, tetapi yang sebenarnya
dibutuhkan produsen adalah tenaga-tenaga wirausaha. Sebagai contoh, dari sekian
banyak produk-produk ICT, masih sedikit yang produksi Indonesia.
Seorang jurnalis professional, Lauren Rae Orisini menuliskan opininya dalam
situs ReadWrite1, “In the 20th Century, meaningful education was all about learning
your ABCs. Today, it’s centered on Alphas, Betas and C++.” Ia menjelaskan
kemampuan dalam memprogram menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan
sebagai bagian dari kompetensi pekerja pada abad ke-21. Dia mencontohkan situs
Living Social bahkan membayar dua puluh empat orang untuk belajar pemrograman
komputer selama lima bulan untuk mendapatkan dua belas orang yang akan mereka
pekerjakan sebagai karyawan tetap di perusahaan. Hal itu menunjukan kebutuhan
akan pemrogram yang handal dan berkualitas menjadi sesuatu yang penting untuk
perusahaan-perusahaan dunia ke depannya.
Hal senada juga mengenai pentingnya teknologi untuk masuk dalam
pembelajaran juga dikemukakan oleh Alexander Timbul Sibarani, guru SMA Negeri 1
Barabai, Kalimantan Selatan. Menurutnya, TIK harus menjadi mata pelajaran tersendiri
karena mempelajari TIK bukan hanya bertujuan agar anak mengetahui cara berinternet
dan aktif di media sosial, melainkan mampu membuka wawasan peserta didik. Materi
pembelajarannya pun harus dikembangkan, misalnya, jika materi Office (Power Point,
Excel, Word) sudah diajarkan saat SD, diharapkan di SMP materi itu tidak diajarkan
lagi.
1 Lauren Rae Orisini, “Why Programming Is The Core Skill Of The 21st Century”,
dalam http://readwrite.com/2013/05/31/programming-core-skill-21st-centur.
2
“Mata pelajaran TIK harus tetap ada karena masih dibutuhkan murid yang
tinggal di daerah nonperkotaan. Hal itu dikemukakan Nurwati, guru SMPN 1 Tambun
Utara, Bekasi. Selain itu, menurutnya, TIK menjadi semakin penting mengingat pada
era sekarang kian banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila TIK tidak dijadikan mata pelajaran khusus, menurut Heri Siswanto, guru
SMKN 3 Magelang Jawa Tengah, tidak ada jaminan murid bisa menguasai TIK dengan
baik. Alasannya adalah keterbatasan waktu dalam mempelajari, juga karena tidak
adanya motivasi murid untuk belajar secara maksimal karena tidak diwajibkan.
2 Kompas, 29 Desember 2014, hlm. 10.
D. Konsep Integrasi TIK dalam Pebelajaran Menurut UNESCO
Keadaan di suatu negara akan mempengaruhi kebijakan pendidikan yang
diambil. Dalam hal penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
menunjang proses pendidikan, tentu akan dilihat kondisi keuangan negara tersebut,
ketersediaan listrik dan jaringan internet, serta kondisi geografis negara tersebut.
Perbedaan-perbedaan itu membuat UNESCO membuat suatu model untuk mengukur
tahap-tahap integrasi TIK yang dicapai oleh suatu negara. Harapannya, model ini juga
bisa dijadikan sebagai panduan untuk lembaga pendidikan di suatu negara yang
mencakup sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi.
Model integrasi TIK memiliki dua dimensi teknologi dan pendadogi 3. Teknologi
merujuk untuk semua teknologi sedangkan pendadogi mengacu pada seni dan ilmu
mengajar. Dimensi teknologi adalah sebuah kontinum yang mewakili jumlah dari
penggunaan TIK yang semakin meningkat/beragam. Dimensi pendadogi juga sebuah
kontinum dan mewakili perubahan praktek mengajar yang dihasilkan dari penerapan
TIK. Dalam dua dimensi ini terdapat empat tahapan model integrasi TIK pada sistem
pendidikan dan sekolah. Keempat tahapan ini merupakan tahapan kontinum, yang oleh
UNESCO diistilahkan dengan emerging, applying, infusing dan transforming.
Berikut penjelasan detil mengenai tahap-tahap tersebut4.
3 Tuti Herlina, “Konsep Integrasi TIK Dalam Proses Pembelajaran Menurut UNESCO
VS Kurikulum 2013”, dalam
http://www.lintas.me/go/putrajunio.blogspot.com/konsep-integrasi-tik-dalam-prosespembelajaran-menurut-unesco-vs-kurikulum-2013.
4 Ibid.
1. Tahap emerging dicirikan dengan pemanfaatan TIK oleh sekolah pada tahap
permulaan. Pada tahapan ini, sekolah baru memulai membeli atau membiayai
infrastruktur TIK, baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.
Kemampuan TIK guru-guru dan staf administrasi sekolah masih berada pada
tahap memulai eksplorasi penggunaan TIK untuk tujuan manajemen dan
menambahkan TIK pada kurikulum. Pada tahap ini sekolah masih menerapkan
sistem pembelajaran konvensional, akan tetapi sudah ada kepedulian tentang
bagaimana pentingnya penggunaan TIK tersebut dalam konteks pendidikan.
Pada tahap ini, fokus di kelas sering belajar keterampilan TIK dasar dan
mengidentifikasi komponen TIK. Guru pada tahap ini sering menggunakan
peralatan yang tersedia untuk tujuan profesional mereka sendiri, seperti
pengolah kata untuk mempersiapkan lembar kerja dan spreadsheet untuk
mengelola daftar kelas. Jika internet tersedia, guru akan menggunakan untuk
mencari informasi atau berkomunikasi melalui surat elektronik. Dengan cara ini,
guru mengembangkan keterampilan literasi TIK mereka dan belajar bagaimana
menerapkan TIK untuk berbagai tugas profesional dan pribadi. Penekanannya
adalah pada belajar menggunakan berbagai tools dan aplikasi, dan menjadi
sadar akan potensi TIK dalam pengajaran ke depannya. Pada tahap emerging,
praktek kelas masih sangat banyak berpusat pada guru.
2. Tahap applying dicirikan dengan sudah adanya pemahaman tentang kontribusi
dan upaya menerapkan TIK dalam konteks manajemen sekolah dan
pembelajaran. Dan biasanya di negara-negara tersebut sudah ada kebijakan
nasional TIK. Para tenaga pendidik dan kependidikan telah menggunakan TIK
untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan manajemen sekolah dan tugas-tugas
berdasarkan kurikulum. Sekolah juga sudah mencoba mengadaptasi kurikulum
agar dapat lebih banyak menggunakan TIK dalam berbagai mata pelajaran
dengan piranti lunak yang tertentu.
3. Tahap
infusing
menuntut
adanya
upaya
untuk
mengintegrasikan
dan
memasukkan TIK ke dalam kurikulum. Pada pendekatan ini, sekolah telah
menerapkan teknologi berbasis komputer di laboratorium, kelas, dan bagian
administrasi. Guru berada pada tahap mengeksplorasi cara atau metode baru
di mana TIK mengubah produktivitas dan pekerjaan profesional mereka untuk
meningkatkan belajar siswa dan pengelolaan pembelajaran. Kurikulum mulai
menggabungkan subjek pembelajaran yang mencerminkan aplikasi dunia
nyata.
4. Tahap
transforming
dicirikan
dengan
adanya
upaya
sekolah
untuk
merencanakan dan memperbaharui organisasinya dengan cara yang lebih
kreatif. TIK menjadi bagian integral dengan kegiatan pribadi dan kegiatan
profesional sehari-hari di sekolah. TIK sebagai alat yang digunakan secara rutin
untuk membantu belajar sedemikian rupa sehingga sepenuhnya terintegrasi di
semua pembelajaran di kelas. Fokus kurikulum mengacu pada learner-centered
(berpusat pada peserta didik) dan mengintegrasikan mata pelajaran dengan
dunia nyata. TIK diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan level
profesional dan disesuaikan dengan bidang-bidang pekerjaan sekaligus
sebagai ilmu untuk mendukung model pembelajaran berbasis TIK dan
menciptakan karya TIK. Sekolah sudah menjadi pusat pembelajaran untuk para
komunitasnya. Untuk menyimpulkan, ketika tahap transformasi tercapai,
seluruh etos lembaga tersebut berubah: guru dan staf pendukung lainnya
menganggap TIK sebagai bagian alami dari kehidupan sehari-hari lembaga
mereka, yang telah menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat.
Kemampuan menggunakan TIK di masyarakat dinilai penting oleh UNESCO
karena beberapa alasan berikut5.
1. Untuk mengembangkan atribut pengetahuan-masyarakat bagi siswa, termasuk
pengembangan
keterampilan
sepanjang hayat,
berpikir
tingkat
tinggi,
kebiasaan
belajar
kemampuan berpikir secara kritis, komunikasi, dan
kolaborasi dalam mengakses, mengevaluasi dan mensintesis informasi.
2. Untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi TIK pada diri siswa,
sebagai bekal yang dapat digunakan untuk memanfaatkan TIK dalam dunia
kerja dan masyarakat.
3. Untuk mengatasi masalah dalam dunia pendidikan, antara lain termasuk
penggunaan TIK untuk meningkatkan efesiensi kegiatan administrasi dan
pengajaran, mengatasi keterbatasan sumber bahan dalam bidang tertentu
(misalnya kekurangan buku teks atau sumber belajar), mengatasi isu
pemerataan melalui perluasan akses terhadap pengetahuan, sumber dan
keahlian,
atau
bahkan
membantu
guru-guru
diperlengkapi dengan sumber belajar yang cukup.
5 Ibid.
yang
mungkin
kurang
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan dan
tematik-integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta
didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,
dan mengomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka
ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih
kreatif, inovatif, dan lebih produktif sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan
yang lebih baik.
B. Alasan Perubahan Kurikulum
Perubahan kurikulum didasari oleh kegagalan sejumlah sekolah dalam
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hasil evaluasi yang
dilakukan Kemendikbud menunjukkan banyak sekolah yang tidak mampu membuat
KTSP. Sekalipun mampu, kurikulum tersebut tidak dibuat oleh sekolah. Silabus dan
bahan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tidak dibuat oleh guru karena bisa
dibeli sehingga tujuan untuk meningkatkan kemampuan guru pun menjadi tidak
tercapai.
Sesuai Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tema pengembangan Kurikulum
2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, afektif melaui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Tema ini diambil dengan harapan bisa menjawab beberapa masalah yang
melekat dari Kurikulum 2013. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, sikap afektif
dimasukkan sebagai bagian dari proses penilaian peserta didik.
Kurikulum 2013 juga dibuat untuk memperbarui kualitas sistem lama dengan
mengupayakan penyederhanaan, dan tematik-integratif. Pengembangan kurikulum ini
juga sudah dirancang untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi masa
depan sebagai salah satu usaha mengantisipasi perkembangan masa depan
khususnya di bidang ekonomi.
Selain itu, pergeseran paradigma belajar abad ke-21 juga menjadi hal yang
diantisipasi dalam merancang Kurikulum 2013. Paradigma tersebut mencakup 4 ciri,
yaitu
1.
2.
3.
4.
informasi (tersedia di mana saja dan kapan saja);
komputasi (lebih cepat memakai mesin);
otomasi (menjangkau segala pekerjaan rutin);
komunikasi (dari mana saja dan ke mana saja).
Menyikapi ciri-ciri ini, Kurikulum 2013 merancang model pembelajaran yang
sesuai yaitu
1. pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari
berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu;
2. pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah[menanya], bukan
hanya menyelesaikan masalah [menjawab];
3. pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis [pengambilan keputusan]
bukan berpikir mekanistis [rutin];
4. pembelajaran menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi dalam
menyelesaikan masalah.
C. Perubahan Mendasar Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2013 menggantikan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak Juli 2014. Menurut mantan Wakil
Mendikbud Bidang Pendidikan, Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S.,
terdapat empat
esensi perubahan dalam Kurikulum 2013, yaitu
1.
2.
3.
4.
standar kompetensi lulusan;
standar isi;
standar proses;
standar penilaian.
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menguatkan pendekatan saintifik dalam
proses pembelajarannya melalui mengamati, menanya, mencoba, dan menalar. Selain
itu, kurikulum ini juga mendorong peserta didik untuk mencari tahu, bukan diberi tahu
(discovery learning). Oleh karena itu, kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi,
pembawa pengetahuan, dan berpikir logis, sistematis, dan kreatif juga dikuatkan dalam
proses pembelajaran.
Proses penilaian juga mengalami perkembangan. Peserta didik akan diberikan
pertanyaan-pertanyaan yang lebih membutuhkan pemikiran mendalam (bukan hanya
hafalan) sehingga melatih kemampuan peserta didik dalam memahami dan berpikir
kritis. Pada akhirnya, pengajar juga harus mengukur proses kerja siswa, bukan hanya
hasil kerja siswa.
Kurikulum ini didesain untuk menyiapkan anak didik menjadi manusia-manusia
yang kompeten dalam menjawab tantangan abad 21. Organisasi The Partnership for
21st Century Skills (P21) menjelaskan kemampuan yang dibutuhkan untuk mencetak
peserta didik yang menguasai bidangnya secara profesional dan kompeten. Ketiga
elemen itu adalah Life and Career Skills, Learning and Innovation Skills, dan
Information, Media and Technology Skills. Salah satu kemampuan yang akan dibahas
pada makalah ini adalah Information, Media and Technology Skills.
Sedangkan KTSP , menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah “Kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan
di
masing-masing
satuan
pendidikan.”
KTSP
merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK). Berdasarkan definisi tersebut, maka pihak
sekolah
diberikan
kewenangan
penuh
untuk
mengembangkan
dan
mengimplementasikan kurikulum. Implementasi KTSP menuntut kemampuan sekolah
dengan cara memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam
pengembangan kurikulum karena masing-masing sekolah lebih mengetahui tentang
kondisi satuan pendidikannya.Hal itu juga dipertimbangkan dari keberagaman sekolah
dan komponen-komponen pendidikan yang ada di dalamnya seperti tenaga pendidik,
peserta didik, lingkungan, alat-alat pendidikan, kurikulum, dan fasilitas yang
mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Secara umum, KTSP dilaksanakan dengan tujuan untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan. KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk
berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya
yang tersedia.
2. Meningkatkan
kepedulian
warga
sekolah
dan
masyarakat
dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
Sebagai sebuah konsep dan program, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada
akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri.
2. KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendeketan dan metode
yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian yang menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi (Kunandar, 2007:138).
Dilihat dari karakteristiknya, kewenangan tingkat satuan pendidikan atau
sekolah untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum lebih besar. Hal ini
memungkinkan
berkurangnya
materi
pembelajaran
yang
banyak
dan
padat,
tersusunnya perangkat standar dan patokan kompetensi yang perlu dikuasai oleh
peserta didik, berkurangnya beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan
beban belajar siswa yang selama ini sangat berat, serta terbukanya kesempatan bagi
sekolah untuk mengembangkan kemandirian sesuai dengan kondisi yang ada di
sekolah.
Kebehasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di sekolah sangat
bergantung pada kepala sekolah dan guru karena dua figur tersebut merupakan kunci
yang menentukan dan menggerakkan berbagai komponen di lingkungan sekolah.
Setiap sekolah dapat mengelola dan mengembangkan berbagai potensinya secara
optimal dalam kaitannya dengan implementasi KTSP.
D. Ciri-ciri dan Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut6 .
1. Belajar Tuntas
Belajar tuntas, yaitu peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar.
Peserta didik harus mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan
yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi yang ditentukan (John Carrol). Peserta
didik yang belajar lambat perlu diberi waktu lebih lama dengan materi yang sama,
dibandingkan peserta didik pada umumnya. Kompetensi pada kategori pengetahuan
(KI-3) dan keterampilan (KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan
pekerjaan atau kompetensi berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan
dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.
2. Penilaian Autentik
Penilaian autentik dapat dikelompokkan menjadi:
a. Memandang penilaian dan pembelajaran merupakan hal yang saling
berkaitan.
b. Mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.
c. Menggunakan berbagai cara dan kriteria penilain.
d. Holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap).
6 Dr. Sunarti, M.Pd dan Selly Rahmawati, M.Pd, Penilaian dalam Kurikulum 2013
(Yogyakarta:ANDI,2014 ),hlm. 4.
e. Penilaian autentik tidak hanya mengukur hal yang diketahui oleh peserta
didik, tetapi lebih menekankan mengukur hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
3. Penilaian Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan selama
pembelajaran
berlangsung.
Untuk
mendapatkan
gambaran
utuh
mengenai
perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil terus-menerus dalam bentuk penilaian proses dan berbagai jenis ulangan secara
berkelanjutan. Contohnya adalah ulangan harian, ulangan semester, dan ulangan akhir
semester.
4. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio,
unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.
5. Berdasarkan Acuan Kriteria
Penilaian berdasarkan acuan kriteria maksudnya penilaian harus didasarkan
pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan peserta didik tidak
dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang
ditetapkan,
misalya
ketuntasan
belajar
minimal
(KKM).
Pemerintah juga menyakinkan masyarakat karena adanya kekhawatiran jika
Kurikulum 2013 menghapus beberapa mata pelajaran. Mantan Mendikbud Mohammad
Nuh menjelaskan bahwa tidak ada penghapusan mata pelajaran, yang ada hanya
pengintegrasian mata pelajaran. Mata pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar (SD)
diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Mata pelajaran TIK juga diintegrasikan
ke dalam semua mata pelajaran. Sebagai contoh, ketika guru memberikan tugas
seperti melakukan presentasi dan membuat laporan, TIK berperan dalam hal
pembuatan slide presentasi dan menggunakan internet untuk mencari sumber
referensi tugas. Dengan kata lain, jika sebelumnya TIK hanya sebatas membuka,
mengetik, dan pencarian di internet, dalam Kurikulum 2013 kemampuan tersebut harus
bisa diaplikasikan langsung dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
A. Kualitas SDM Indonesia di Kancah Kompetisi Komputer Internasional
Kurikulum 2013 berbeda dari KTSP dari segi keleluasaan tiap sekolah untuk
menentukan materi pengajarannya. Dalam KTSP, Teknologi Informasi dan Komunikasi
dimasukkan sebagai mata pelajaran. Namun, setiap sekolah memiliki perbedaan
metode dan materi pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sarana dan
prasarana sekolah tersebut. Beberapa sekolah mengajarkan bahasa pemrograman
sedangkan sekolah lain tidak. Akan tetapi, dengan diajarkannya bahasa pemrogaman
di beberapa sekolah, hal itu mendukung lahirnya pemrogram-pemrogram yang
berkualitas dan sudah mendapatkan pengetahuan mengenai literasi pemrograman
sejak dini.
Indonesia sendiri memiliki tim olimpiade yang menjadi sarana siswa-siswi
Indonesia untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang teknologi informasi bahkan
menunjukkannya kepada dunia dan mengharumkan nama Indonesia di kancah
internasional. Tim tersebut adalah TOKI (Tim Olimpiade Komputer Indonesia).
TOKI merupakan sebuah tim yang terdiri dari siswa-siswi terbaik sekolah
menengah atas di Indonesia yang dipersiapkan untuk mewakili Indonesia bertanding
dalam IOI (International Olympiad in Informatics). Dalam mempersiapkan tim tersebut,
dilakukan proses seleksi wakil-wakil dari sekolah di seluruh Indonesia di tingkat kota,
kemudian provinsi, hingga akhirnya tingkat nasional. 30 peserta terpilih akan dibawa ke
pelatihan nasional untuk dibekali materi-materi yang mendukung kesiapan anggota tim
baik secara teknis maupun secara psikis.
B. Kualitas SDM Indonesia dalam Pemanfaatan Teknologi
Kurikulum 2013 baru saja dijalankan. Dampak besarnya terhadap kualitas
generasi muda dan angkatan kerja. Namun, jika dipertimbangkan dalam segi
keikutsertaan siswa-siswi sekolah menengah atas di ajang lomba nasional dan
internasional, diperkirakan kualitas murid yang mengikuti Kurikulum 2013 akan
berbeda dengan kualitas murid yang mengikuti KTSP karena mereka yang megikuti
KTSP masih memiliki kesempatan untuk belajar bahasa pemrograman dan logika
dalam mata pelajaran TIK/KKPI. Hal itulah yang menunjang TOKI (Tim Olimpiade
Komputer Indonesia) dalam menyeleksi bibit-bibit muda berkualitas dalam bidang
pemrograman untuk dikirim mewakili Indonesia di ajang internasional APIO (AsiaPacific Informatics Olympiad) dan IOI (International Olympiad in Informatics).
Beberapa negara di dunia, terutama negara maju mulai menyadari pentingnya
teknologi dalam meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Teknologi diyakini sebagai
salah satu bidang yang akan berkembang dan dibutuhkan di abad XXI. Karena hal itu,
penulis i menjelaskan seperti apa negara-negara di dunia meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia dalam pemanfaatan teknologi melalui pendidikan.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pada pidatonya dalam mendukung
program ”Hour of Code”, mengajak seluruh siswa Amerika Serikat untuk ikut terlibat
aktif dalam menciptakan inovasi besar dalam teknologi, salah satunya dalam bidang
komputerisasi. “Jangan hanya bermain dengan telepon selulermu, tapi buat
programnya,” tegas Presiden Obama7.
Hour of Code adalah acara yang diselenggarakan oleh Code.org yang
bertujuan untuk mengajarkan dasar-dasar ilmu komputer untuk lima juta siswa di
33.000 ruang kelas selama belajar ilmu komputer. Kemampuan untuk membuat
perangkat lunak komputer adalah kemampuan yang penting karena membuat orangorang berpindah peran dari konsumen menjadi pencipta teknologi. Selain itu,
pemahaman untuk membuat program, atau yang lebih dikenal pemrogram dengan
istilah coding, membantu orang-orang untuk mempelajari bagaimana cara mengatasi
suatu masalah dan berpikir secara logis dan terstruktur dalam setiap bidang
kehidupan. Oleh karena itu, kemampuan coding bukan hanya berguna untuk
pemrogram, tetapi juga untuk setiap orang di masing-masing bidang seperti ilmuwan,
dokter, jurnalis, pengacara, musisi, bahkan pelajar.
Kemampuan literasi komputer dipandang sebagai hal yang penting untuk
kesuksesan di bidang ekonomi digital.
Di Chicago, salah satu kota di Amerika Serikat, pemerintah daerah mulai
memasukkan kelas pemrograman sebagai mata pelajaran inti di sekolah-sekolah.
Bahkan, kelas pemrograman mulai diajarkan di taman kanak-kanak. Program ini juga
bisa berjalan karena adanya bantuan dari Code.org dalam menyediakan jasa guru
untuk mengajari pemrograman untuk anak-anak.
7 Mark DeLoura and Randy Paris, "Don’t Just Play on Your Phone, Program It", dalam
http://www.whitehouse.gov/blog/2013/12/09/don-t-just-play-your-phone-program-it
Selain Amerika Serikat yang menggalakan program untuk meningkatkan
pembelajaran pemrograman di sekolah-sekolah, India juga mulai meningkatkan
kualitas SDM melalui keahlian teknologi. Hal itu terlihat dari keberadaan institut
teknologi
yang secara konsisten dikembangkan oleh Pemerintah India untuk
menjadikan institut unggulan nasional. Alhasil, banyak lulusan universitas India yang
diterima di perusahaan-perusahaan teknologi besar di Amerika Serikat.
Pemerintah India sadar bahwa teknologi adalah salah satu bidang yang
potensial untuk mengangkat derajat bangsa agar sejajar dengan negara maju lainnya
dan pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari kemiskinan. Oleh karena
itu, mantan Presiden India Abdul Kalam mendorong peningkatan anggaran pendidikan
di India untuk memberantas buta huruf, putus sekolah, dan pendidikan dasar bagi
semua.
Bukan hanya India yang mulai meningkatkan kualitas sumber daya manusia
lewat keahlian teknologi, Harian online BBC memberitakan Inggris akan memasukkan
mata pelajaran pemrograman sebagai bagian dari English Baccalaureate. English
Baccalaurete mensyaratkan murid-murid untuk memiliki nilai yang bagus dalam
matematika, ilmu pengetahuan, sejarah atau geografi, dan bahasa. Salah satu materi
dalam bidang ilmu pengetahuan adalah pembelajaran komputer. Direktur bidang
pendidikan Microsoft menyambut pengumuman tentang bagaimana ilmu pemrograman
diajarkan. Beliau menginginkan mata pelajaran tersebut juga diajarkan sejak dini
bahkan dimulai dari sekolah dasar.
Situs Industrial Engineering Dept. Telkom University juga membuat artikel
mengenai peran teknologi informasi untuk negara berkembang. Berikut beberapa
peran yang disadur dari halaman situs Telkom University8.
1. Perubahan peranan teknologi informasi didalam organisasi merupakan
sebuah transisi dari era industrialisasi ke era informasi dan jasa. Perubahan
permintaan akan produk dan jasa berubah pada era ini jelas memberikan pengaruh
bagaimana cara mengorganisasikan organisasi atau perusahaan dan bagaimana cara
untuk menjadikan organisasi kompetitif.
2. Peranan teknologi informasi untuk memperbaiki pelaksanaan organisasi di
negara-negara berkembang, mempunyai potensi yang sangat baik. TI mampu
8 Gathering and Sharing, “Peran Teknologi Informasi Untuk Negara Berkembang”,
dalam http://e-scc.bie.telkomuniversity.ac.id/index.php/en/news/article/187-peranteknologi-informasi-untuk-negara-berkembang.
membawa kepada peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja yang lebih besar, serta
penigkatan terhadap kuantitas dan kualitas hasil kerja organisasi.
3. Di negara berkembang kemungkinan untuk mendapatkan apa yang
diinginkan melalui peran TI adalah sangat besar. Sebagai informasi bahwa ada 20 %
hingga 40 % pekerjaan yang tidak produktif di organisasi-organisasi atau perusahanperusahaan di suatu negara berkembang.
Lewat artikel di atas, dijelaskan beberapa peran vital teknologi informasi dalam
membangun suatu negara berkembang terutama dalam bidang ekonomi. Indonesia
adalah salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi
Dari hasil penelitian di atas mengenai teknologi dan hubungannya dengan
Kurikulum 2013, studi menunjukkan bahwa Kurikulum 2013 mengintegrasikan mata
pelajaran TIK dengan mata pelajaran yang lain. TIK diaplikasikan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar seperti membuat presentasi, mengumpulkan tugas, dan
kegiatan lain yang membantu proses pembelajaran murid. Dengan diintegrasikannya
mata pelajaran TIK dengan mata pelajaran lain, materi pembelajaran bahasa
pemrograman yang diterapkan pada beberapa sekolah dihilangkan. Jika Kurikulum
2013 terus dijalankan hingga 20 tahun mendatang, muncul kemungkinan bahwa
jumlah pemrogram berkualitas akan menurun dan Indonesia akan mengalami
ketertinggalan oleh negara lain dalam hal pemanfaatan dan produktivitas di bidang
teknologi informasi dan komunikasi.
Setelah Di samping itu, dalam segi kesejahteraan ekonomi dan penguasaan
sumber daya manusia dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, Indonesia
diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan dengan negara lain.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian melalui studi pustaka, dapat disimpulkan bahwa
diperkirakan Kurikulum 2013 akan menurunkan kualitas sumber daya manusia dalam
hal penggunaan dan produktivitas di bidang teknologi akibat diintegrasikannya mata
pelajaran TIK/KKPI.
B. Saran
Penulis memiliki beberapa saran untuk mendukung dalam pembuatan karya
ilmiah yang lebih baik lagi mengenai mata pelajaran TIK yang diintegrasikan ke dalam
Kurikulum 2013 yaitu
1. mata pelajaran TIK lebih baik dimasukkan ke dalam kurikulum sebagai mata
pelajaran wajib agar sumber daya manusia Indonesia dalam memanfaatkan
teknologi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arisandy, Yuni. 2014. ”Kesiapan Koperasi-UKM Indonesia menatap era MEA 2015”.
Dalam http://www.antaranews.com/berita/436319/kesiapan-koperasi-ukmindonesia-menatap-era-mea-2015.
Arkan, Abi. 2013.”Alasan Kemendikbud Mengganti Kurikulum” Dalam
http://www.dusunblog.com/2013/01/alasan-kemendikbud-menggantikurikulum.html.
Aulia, Sukma Ade. 2013. ”Membandingkan kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013”.
Dalam http://sukmaadeaulia.blogspot.com/2013/10/membandingkan-kurikulumktsp-dan.html.
Dewi, Eriyanti Nurmala. 2014. ”Tinggi, Kebutuhan Tenaga TIK Profesional”. Dalam
http://www.pikiran-rakyat.com/node/296801.
Ganet. 2014. “Rudiantara tantang lulusan UMN garap bisnis "e-commerce" “. Dalam
http://www.antaranews.com/berita/466878/rudiantara-tantang-lulusan-umngarap-bisnis-e-commerce.
Kemdiknas. 2013. ”Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21”. Dalam
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-2.
Kuntarto, Niknik M. .2013. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir.Jakarta:Mitra
Wacana Media.
Tim Olimpiade Komputer Indonesia.2011. About. Dalam http://www.toki.or.id/about/.
Kompas. 2014. “Kurikulum 2013: Guru TIK Jadi Konsultan”. 29 Desember. Jakarta.
TENTANG PENULIS
Richard Firdaus Oeyliawan. Lahir di Jakarta, 10
November 1995. Penulis merupakan alumni dari SD
Tarakanita Citra Raya, SMP Tarakanita Citra Raya, dan
SMA Pahoa Gading Serpong. Sekarang penulis sedang
menjalani perkuliahan di Universitas Multimedia Nusantara
fakultas Information and Communication Technology
jurusan Teknik Informatika. Di kampus, penulis mengikuti
beberapa kegiatan organisasi seperti kepanitiaan acara
kampus dan juga aktif dalam UKM Sosial Rencang. Di
waktu senggangnya, penulis biasa menyempatkan diri untuk melakukan hobi
kesukaannya yaitu bermain futsal bersama teman-teman atau sekadar menghabiskan
waktu bersama dengan keluarga di rumah.
Mendirikan start-up sendiri di bidang teknologi menjadi impian besar yang ingin
diwujudkan penulis setelah selesai merampungkan studinya. Angan-angan Indonesia
memiliki citra pusat teknologi dunia menjadi motivasi kuat untuk terus belajar
meningkatkan diri kemudian mengharumkan nama baik bangsa lewat ilmu
pengetahuan dan teknologi. Karena kecintaannya akan dunia teknologi dan komputer
itulah yang membuat penulis tertarik untuk membahas mengenai kemajuan
pendidikan teknologi di negaranya. Makalah Ilmiah yang berjudul Dampak Kurikulum
2013 terhadap Murid Indonesia Akibat Diintegrasikannya Mata Pelajaran TIK adalah
bentuk keprihatinan penulis akan perubahan kurikulum pendidikan yang terjadi di
negeri ini dan dampak yang akan terjadi karena perubahan itu sendiri dalam bidang
teknologi.
Indonesia Akibat Diintegrasikannya Mata
Pelajaran TIK
Makalah Ilmiah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester III, Fakultas Information
Communication and Technology di
Universitas Multimedia Nusantara.
Richard Firdaus Oeyliawan
13110110011
Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Information and Communication Technology
Universitas Multimedia Nusantara
Tangerang
2013
1
KATA PENGANTAR
Teknologi dalam pendidikan menjadi salah satu aspek yang penting dalam
meningkatkan kualitas dan mutu SDM dalam menciptakan teknologi yang baru dan
fungsional. Sejak tahun 2006, pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi /
Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (TIK/KKPI) menjadi mata pelajaran
yang dimasukkan ke dalam kurikulum nasional. Namun, seiring dengan peninjauan
dan evaluasi kurikulum yang dilakukan pemerintah, kurikulum baru pun disusun
dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki kualitas sistem yang lama. Terhitung
sejak tahun ajaran baru tahun 2014, Kurikulum 2013 pun resmi dipakai oleh muridmurid Indonesia. Salah satu perbedaan Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya
adalah dihilangkannya TIK/KKPI dari mata pelajaran yang ada. Oleh karena itu, lewat
karya tulis ini, penulis ingin membahas mengenai Kurikulum 2013 khususnya
berkenaan dengan mata pelajaran TIK/KKPI.
Karya tulis yang berjudul “Dampak Kurikulum 2013 terhadap Murid Indonesia
Akibat Diintegrasikannya Mata Pelajaran TIK“ disadari penuh bahwa Tuhan Yang Maha
Esa ikut berpartisipasi dalam penyusunannya dengan memberikan rahmat dan
persetujuan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Bahasa Indonesia semester III, fakultas Information Communication and Technology di
Universitas Multimedia Nusantara.
Karya tulis ini disusun dengan tujuan dapat memberikan informasi mengenai
Kurikulum 2013 dan perubahan dari kurikulum sebelumnya, serta dampak yang
dirasakan para murid Indonesia dengan adanya perubahan kurikulum.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Universitas Multimedia
Nusantara dan Bapak Stephanus Erman Bala, S.S. selaku dosen mata kuliah Bahasa
Indonesia yang telah memberikan penulis kesempatan untuk menyusun karya tulis ini.
Penulis juga ingin berterima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang
mendukung dalam penyusunan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca mengenai
kurikulum 2013 khususnya mengenai mata pelajaran TIK/KKPI.
Tangerang, Desember 2014
Penulis
2
Dampak Kurikulum 2013 terhadap Murid Indonesia Akibat
Diintegrasikannya Mata Pelajaran TIK
ABSTRAK
Teknologi merupakan hal yang sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan
manusia modern. Manfaat dan kemudahan yang ditawarkan, membuat manusia begitu
melekat dengan teknologi dalam kesehariannya. Hal itu juga yang mendorong manusia
untuk mengembangkan teknologi dan memanfaatkannya dalam bidang pendidikan.
Selain untuk mengembangkan kualitas hidup, pendidikan teknologi juga diperlukan
demi penggunaan teknologi yang sehat dan sesuai fungsinya.
Judul makalah ini adalah “Dampak Kurikulum 2013 terhadap Murid Indonesia
Akibat Diintegrasikannya Mata Pelajaran TIK”. Tujuannya adalah untuk mengetahui
perkiraan dampak dari Kurikulum 2013 terhadap sumber daya manusia Indonesia di
bidang teknologi informasi dan komunikasi mengingat diintegrasikannya mata
pelajaran TIK dari bagian kurikulum yang sebelumnya dimasukkan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
Model yang digunakan dalam penelitian yaitu model deskriptif dengan jenis data
kualitatif. Instrumen penelitian adalah studi kepustakaan dengan menganalisis sumbersumber referensi yang digunakan. Studi kepustakaan diambil buku referensi yang
mendukung penjelasan mengenai Kurikulum 2013, artikel-artikel koran online, dan
beberapa artikel yang terpercaya.
Analisis data dilakukan dengan cara melakukan perbandingan kebijakan
pendidikan teknologi informasi dan komunikasi yang diterapkan di negara lain dengan
kebijakan pendidikan di Indonesia.
Dari hasil penelitian diperkirakan Indonesia akan mengalami penurunan kualitas
sumber daya manusia dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi dibandingkan
dengan negara lain yang memasukkan pendidikan teknologi ke dalam kurikulum di
sekolahnya
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
ABSTRAK...................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...............................................................................1
D. Metodologi Penelitian.............................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................................3
A. Pengertian Kurikulum.............................................................................................3
B. Alasan Dibuatnya Kurikulum..................................................................................3
C. Pendapat tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi.........................................5
D. Konsep Integrasi TIK dalam Pebelajaran Menurut UNESCO.................................8
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN......................................................11
A. Pengertian Kurikulum 2013..................................................................................11
B. Alasan Perubahan Kurikulum...............................................................................11
D. Ciri-ciri dan Karakteristik Kurikulum 2013............................................................15
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN...............................................................17
A. Kualitas SDM Indonesia di Kancah Kompetisi Komputer Internasional................17
B. Kualitas SDM Indonesia dalam Pemanfaatan Teknologi......................................17
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.................................................................................21
A. Simpulan.............................................................................................................. 21
B. Saran................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22
TENTANG PENULIS....................................................................................................23
4
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hak dasar yang patut diperjuangkan bagi setiap orang.
Pendidikan bukan hanya ditujukan bagi mereka yang memiliki uang, melainkan juga
ditujukan bagi mereka yang mempunyai kemauan. Negara sendiri sudah menyadari
pendidikan sebagai aspek yang dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi
negara.
Berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak lengkap jika tidak membahas
kurikulum yang dijalankan. Di Indonesia, baru-baru ini beredar topik hangat seputar
kurikulum pendidikan baru yang mulai dijalankan terhitung sejak Juli 2014.
Menggantikan kurikulum lama yaitu KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang sudah diterapkan pada tahun 2006, Kurikulum 2013 ini memunculkan banyak pro
dan kontra baik sebelum maupun setelah pelaksanaanya
TIK/KKPI adalah materi pelajaran yang dimasukkan eksistensinya lewat
Kurikulum KTSP. Namun, mata pelajaran tersebut dihilangkan dari Kurikulum 2013.
Dengan berkurangnya mata pelajaran, pemerintah memasukkan mata pelajaran yang
mengisi kekosongan jam tersebut. Setiap perubahan tentu membawa dampak positif
dan negatif. Dalam karya ilmiah ini, penulis akan membahas hal-hal yang berkaitan
dengan Kurikulum 2013 ini,khususnya dampak bagi murid-murid Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah yang akan penulis
bahas adalah sebagai berikut.
1. Sejauh mana perkiraan dampak pengintegrasian mata pelajaran TIK/KKPI
dalam Kurikulum 2013 terhadap kualitas SDM Indonesia pada tahun 2020
khususnya dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Mengetahui perkiraan dampak pengintegrasian mata pelajaran TIK/KKPI
dalam Kurikulum 2013 terhadap kualitas SDM Indonesia pada tahun 2020
khususnya dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi.
D. Metodologi Penelitian
1 . Objek Penelitian
Objek Penelitian yang digunakan dalam karya tulis adalah sebagai berikut.
1.1. Manfaat TIK/KKPI bagi para murid.
1.2. Dampak pengintegrasian TIK/KKPI bagi para murid
2. Metodologi Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang mendukung karya tulis ini, digunakan
metode penelitian deskriptif dengan model studi pustaka.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipakai adalah membandingkan studi pustaka
yang menjadi referensi pembahasan masalah ini.
4. Hipotesis
Kualitas SDM Indonesia dalam memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi mengalami penurunan.
5. Sistematika Penulisan
Daftar isi menampilkan keterangan letak-letak halaman-halaman.
Bab I membahas latar belakang masalah yang membuat penulis tertarik
untuk menulis karya ilmiah ini. Setelah latar belakang ditelaah, penulis
merumuskan masalah dan tujuan dilakukannya penelitian ini.
Bab II membahas landasan teori yang digunakan sebagai referensi
penelitian masalah yang penulis angkat.
Bab III membahas gambaran umum objek penelitian dalam hal ini
menjabarkan pengertian Kurikulum 2013, ciri-ciri dan karakteristik Kurikulum
2013, dan dampak Kurikulum 2013 terhadap murid Indonesia.
Bab IV menjabarkan analisis dan hasil penelitian. Bab V merinci
kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kurikulum
Dilihat dari pengertian secara etimologis, kata “kurikulum” berasal dari kata
dalam Bahasa Latin yaitu “curerer” yang berarti pelari, dan “curere” yang berarti tempat
berlari. Semula, kata kurikulum bermakna jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai
dari garis start sampai dengan finish. Lalu, pengertian kurikulum tersebut digunakan
dalam dunia pendidikan dengan makna sebagai rencana dan pengaturan tentang
sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh
pendidikan di lembaga pendidikan.
Para ahli juga mengemukakan pengertian kurikulum berdasarkan pandangan
mereka. Menurut J.F. Kerr (1968:16), Kurikulum adalah semua pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Sedangkan menurut Good V. Carter (1973), kurikulum adalah
kumpulan ataupun urutan pelajaran yang sistematik. Di Indonesia, Pemerintah
mengatur pengertian kurikulum dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 poin 18 yang
berbunyi
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
B. Alasan Dibuatnya Kurikulum
Menurut Alwasilah (2008:15), dalam bukunya “Filsafat Bahasa dan Pendidikan”
menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan dibuat agar anak didik berperilaku mulia.
Karena melalui kurikulum, seorang pengajar dapat ‘membentuk’ karakter dan sikap
seorang anak melalui pelajaran yang diajarkannya. Kesuksesan seorang pengajar
dapat dilihat melalui prestasi dan sikap muridnya. Bila anak didiknya pada akhir
kurikulum mendapatkan prestasi yang memuaskan, memiliki karakter dan sikap sesuai
dengan harapan pengajar, maka pengajar tersebut sukses dalam mendidik.
Lain halnya dengan Hendyat Soetopo Wasty Soemanto (2007:15) yang
berpendapat bahwa kurikulum dapat dijelaskan ke dalam beberapa kepentingan dan
fungsi.
1. Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan
Kurikulum merupakan sebuah media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan
yang ingin dicapai. Oleh karena itu, fungsi kurikulum adalah sebagai alat atau
media untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Fungsi kurikulum bagi perkembangan siswa yaitu sebagai organisasi belajar
(learning organization) yang tersusun dengan cermat. Kurikulum selalu
disiapkan dan dirancang bagi siswa sebagai salah satu aspek yang akan
dikonsumsi siswa. Oleh karena itu, merancang kurikulum akan amat penting
artinya bagi upaya pembentukan dan pembinaan karakter siswa agar mereka
mandiri dan menjadi sosok yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
3. Fungis kurikulum bagi para pendidik
Bagi pendidik, kurikulum memegang peranan penting yang berfungsi sebagai
a. pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman
belajar siswa;
b. pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap tingkat perkembangan
siswa dalam kerangka menyerap sejumlah pengetahuan sebagai
pengalaman bagi mereka;
c. pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
4. Fungsi kurikulum bagi pimpinan dan pembina sekolah adalah
a. sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervise yakni
memperbaiki situasi belajar agar lebih kondusif;
b. sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam
menciptakan situasi belajar yang menunjang situasi belajar siswa ke
arah yang lebih baik;
c. sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervise dalam
memberikan bantuan kepada para guru dalam menjalankan tugas
kependidikan mereka;
d. sebagai seorang administrator maka kurikulum dapat dijadikan
pedoman dalam mengembangkan kurikulum pada tahap selanjutnya;
e. sebagai acuan bagi pelaksanaan evaluasi agar proses belajar mengajar
dapat lebih baik.
5. Fungsi kurikulum bagi orang tua siswa
Kurikulum memiliki fungsi yang amat besar bagi orang tua. Mereka dapat
berperan serta dalam membantu sekolah melakukan pembinaan
terhadap
putra-putri mereka. Dengan mengacu pada kurikulum sekolah di mana anakanak mereka dibina, maka orang tua dapat memantau perkembangan informasi
yang diserap anak mereka.
6. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkat atas
Kurikulum pada tingkat sekolah yang lebih rendah akan sangat berkait dengan
upaya perancangan kurikulum pada tingkat pendidikan selanjutnya. Pengelola
sekolah setingkat SLTA misalnya, akan selalu mengacu pada rumusan
kurikulum pada tingkat SLTP dalam perancangannya. Dengan kata lain,
kesinambungan dan keterkaitan antara tingkatan pendidikan tadi dari sisi
korealasi keilmuan harus sinergis dalam rumusan kurikulum.
7. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan stakeholders.
Masyarakat dapat mengacu pada kurikulum yang ditetapkan lembaga
pendidikan, untuk kepentingan memberikan bantuan guna memperlancar
pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak
masyarakat. Masyarakat dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif
dalam penyempurnaan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan
kebutuhan masyarakat dan kerja.
C. Pendapat tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi
Berkaitan dengan semakin dekatnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
pada 2015, kesiapan Indonesia sebagai negara yang berpartisipasi di dalamnya ikut
dipertimbangkan oleh para subjek yang terkait di bidangnya. Subjek tersebut antara
lain pengusaha, tenaga pendidik, dan juga orang-orang pemerintah yang turut
mengambil
andil
dalam
melancarkan
dan
menyukseskan
MEA 2015
demi
kesejahteraan Indonesia.
Mantan Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan berpendapat bahwa
persiapan Koperasi dan UKM Nasional untuk menghadapi era MEA sudah cukup baik.
Namun, masih terdapat satu faktor penghambat utama untuk bersaing, yaitu kualitas
sumber daya manusia (SDM) pelaku KUKM yang secara umum masih rendah.
Beliau juga menyebutkan sektor koperasi dan UKM yang paling penting untuk
dikembangkan dalam menghadapi MEA 2015 yaitu sektor yang terkait dengan industri
kreatif dan inovatif, kerajinan tangan, industri rumah, dan teknologi informasi. Oleh
karena itu, pemerintah berupaya untuk meningkatkan akses dan transfer teknologi
untuk mengembangkan pelaku UKM inovatif sehingga nantinya mampu bersaing
dengan pelaku UKM asing.
Selain itu, dalam kunjungannya saat mewisuda lulusan program CCDP di
Telkom University, Direktur Telkom PDC Pusat R. Mohammad Kusno, Ir. , MBA
mengatakan bahwa perekonomian Indonesia saat ini berada pada level negara
berkembang dan kebutuhan akan tenaga kerja di bidang TIK selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Meskipun demikian, peningkatan tenaga kerja TIK juga
harus bergerak parallel seiring peningkatan kualitas lulusan di bidang TIK.
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
(Menkominfo)
Rudiantara
juga
memberikan pendapatnya mengenai transaksi e-commerce di Indonesia pada
kunjungannya di kampus UMN dalam acara Wisuda VI Universitas Multimedia
Nusantara. Menurutnya, transaksi e-commerce atau bisnis perdagangan secara daring
di Indonesia saat ini masih sebesar lima persen, padahal potensi pasarnya sangat
besar. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini maju dengan
pesat. Hal ini seharusnya telah dipersiapkan perguruan tinggi untuk mengisi usahausaha di bidang tersebut. Selain itu, jika dilihat dari jumlah penduduk, Indonesia masih
menjadi pasar terbesar disbanding negara ASEAN lainnya, tetapi yang sebenarnya
dibutuhkan produsen adalah tenaga-tenaga wirausaha. Sebagai contoh, dari sekian
banyak produk-produk ICT, masih sedikit yang produksi Indonesia.
Seorang jurnalis professional, Lauren Rae Orisini menuliskan opininya dalam
situs ReadWrite1, “In the 20th Century, meaningful education was all about learning
your ABCs. Today, it’s centered on Alphas, Betas and C++.” Ia menjelaskan
kemampuan dalam memprogram menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan
sebagai bagian dari kompetensi pekerja pada abad ke-21. Dia mencontohkan situs
Living Social bahkan membayar dua puluh empat orang untuk belajar pemrograman
komputer selama lima bulan untuk mendapatkan dua belas orang yang akan mereka
pekerjakan sebagai karyawan tetap di perusahaan. Hal itu menunjukan kebutuhan
akan pemrogram yang handal dan berkualitas menjadi sesuatu yang penting untuk
perusahaan-perusahaan dunia ke depannya.
Hal senada juga mengenai pentingnya teknologi untuk masuk dalam
pembelajaran juga dikemukakan oleh Alexander Timbul Sibarani, guru SMA Negeri 1
Barabai, Kalimantan Selatan. Menurutnya, TIK harus menjadi mata pelajaran tersendiri
karena mempelajari TIK bukan hanya bertujuan agar anak mengetahui cara berinternet
dan aktif di media sosial, melainkan mampu membuka wawasan peserta didik. Materi
pembelajarannya pun harus dikembangkan, misalnya, jika materi Office (Power Point,
Excel, Word) sudah diajarkan saat SD, diharapkan di SMP materi itu tidak diajarkan
lagi.
1 Lauren Rae Orisini, “Why Programming Is The Core Skill Of The 21st Century”,
dalam http://readwrite.com/2013/05/31/programming-core-skill-21st-centur.
2
“Mata pelajaran TIK harus tetap ada karena masih dibutuhkan murid yang
tinggal di daerah nonperkotaan. Hal itu dikemukakan Nurwati, guru SMPN 1 Tambun
Utara, Bekasi. Selain itu, menurutnya, TIK menjadi semakin penting mengingat pada
era sekarang kian banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila TIK tidak dijadikan mata pelajaran khusus, menurut Heri Siswanto, guru
SMKN 3 Magelang Jawa Tengah, tidak ada jaminan murid bisa menguasai TIK dengan
baik. Alasannya adalah keterbatasan waktu dalam mempelajari, juga karena tidak
adanya motivasi murid untuk belajar secara maksimal karena tidak diwajibkan.
2 Kompas, 29 Desember 2014, hlm. 10.
D. Konsep Integrasi TIK dalam Pebelajaran Menurut UNESCO
Keadaan di suatu negara akan mempengaruhi kebijakan pendidikan yang
diambil. Dalam hal penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
menunjang proses pendidikan, tentu akan dilihat kondisi keuangan negara tersebut,
ketersediaan listrik dan jaringan internet, serta kondisi geografis negara tersebut.
Perbedaan-perbedaan itu membuat UNESCO membuat suatu model untuk mengukur
tahap-tahap integrasi TIK yang dicapai oleh suatu negara. Harapannya, model ini juga
bisa dijadikan sebagai panduan untuk lembaga pendidikan di suatu negara yang
mencakup sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi.
Model integrasi TIK memiliki dua dimensi teknologi dan pendadogi 3. Teknologi
merujuk untuk semua teknologi sedangkan pendadogi mengacu pada seni dan ilmu
mengajar. Dimensi teknologi adalah sebuah kontinum yang mewakili jumlah dari
penggunaan TIK yang semakin meningkat/beragam. Dimensi pendadogi juga sebuah
kontinum dan mewakili perubahan praktek mengajar yang dihasilkan dari penerapan
TIK. Dalam dua dimensi ini terdapat empat tahapan model integrasi TIK pada sistem
pendidikan dan sekolah. Keempat tahapan ini merupakan tahapan kontinum, yang oleh
UNESCO diistilahkan dengan emerging, applying, infusing dan transforming.
Berikut penjelasan detil mengenai tahap-tahap tersebut4.
3 Tuti Herlina, “Konsep Integrasi TIK Dalam Proses Pembelajaran Menurut UNESCO
VS Kurikulum 2013”, dalam
http://www.lintas.me/go/putrajunio.blogspot.com/konsep-integrasi-tik-dalam-prosespembelajaran-menurut-unesco-vs-kurikulum-2013.
4 Ibid.
1. Tahap emerging dicirikan dengan pemanfaatan TIK oleh sekolah pada tahap
permulaan. Pada tahapan ini, sekolah baru memulai membeli atau membiayai
infrastruktur TIK, baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak.
Kemampuan TIK guru-guru dan staf administrasi sekolah masih berada pada
tahap memulai eksplorasi penggunaan TIK untuk tujuan manajemen dan
menambahkan TIK pada kurikulum. Pada tahap ini sekolah masih menerapkan
sistem pembelajaran konvensional, akan tetapi sudah ada kepedulian tentang
bagaimana pentingnya penggunaan TIK tersebut dalam konteks pendidikan.
Pada tahap ini, fokus di kelas sering belajar keterampilan TIK dasar dan
mengidentifikasi komponen TIK. Guru pada tahap ini sering menggunakan
peralatan yang tersedia untuk tujuan profesional mereka sendiri, seperti
pengolah kata untuk mempersiapkan lembar kerja dan spreadsheet untuk
mengelola daftar kelas. Jika internet tersedia, guru akan menggunakan untuk
mencari informasi atau berkomunikasi melalui surat elektronik. Dengan cara ini,
guru mengembangkan keterampilan literasi TIK mereka dan belajar bagaimana
menerapkan TIK untuk berbagai tugas profesional dan pribadi. Penekanannya
adalah pada belajar menggunakan berbagai tools dan aplikasi, dan menjadi
sadar akan potensi TIK dalam pengajaran ke depannya. Pada tahap emerging,
praktek kelas masih sangat banyak berpusat pada guru.
2. Tahap applying dicirikan dengan sudah adanya pemahaman tentang kontribusi
dan upaya menerapkan TIK dalam konteks manajemen sekolah dan
pembelajaran. Dan biasanya di negara-negara tersebut sudah ada kebijakan
nasional TIK. Para tenaga pendidik dan kependidikan telah menggunakan TIK
untuk tugas-tugas yang berkaitan dengan manajemen sekolah dan tugas-tugas
berdasarkan kurikulum. Sekolah juga sudah mencoba mengadaptasi kurikulum
agar dapat lebih banyak menggunakan TIK dalam berbagai mata pelajaran
dengan piranti lunak yang tertentu.
3. Tahap
infusing
menuntut
adanya
upaya
untuk
mengintegrasikan
dan
memasukkan TIK ke dalam kurikulum. Pada pendekatan ini, sekolah telah
menerapkan teknologi berbasis komputer di laboratorium, kelas, dan bagian
administrasi. Guru berada pada tahap mengeksplorasi cara atau metode baru
di mana TIK mengubah produktivitas dan pekerjaan profesional mereka untuk
meningkatkan belajar siswa dan pengelolaan pembelajaran. Kurikulum mulai
menggabungkan subjek pembelajaran yang mencerminkan aplikasi dunia
nyata.
4. Tahap
transforming
dicirikan
dengan
adanya
upaya
sekolah
untuk
merencanakan dan memperbaharui organisasinya dengan cara yang lebih
kreatif. TIK menjadi bagian integral dengan kegiatan pribadi dan kegiatan
profesional sehari-hari di sekolah. TIK sebagai alat yang digunakan secara rutin
untuk membantu belajar sedemikian rupa sehingga sepenuhnya terintegrasi di
semua pembelajaran di kelas. Fokus kurikulum mengacu pada learner-centered
(berpusat pada peserta didik) dan mengintegrasikan mata pelajaran dengan
dunia nyata. TIK diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan level
profesional dan disesuaikan dengan bidang-bidang pekerjaan sekaligus
sebagai ilmu untuk mendukung model pembelajaran berbasis TIK dan
menciptakan karya TIK. Sekolah sudah menjadi pusat pembelajaran untuk para
komunitasnya. Untuk menyimpulkan, ketika tahap transformasi tercapai,
seluruh etos lembaga tersebut berubah: guru dan staf pendukung lainnya
menganggap TIK sebagai bagian alami dari kehidupan sehari-hari lembaga
mereka, yang telah menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat.
Kemampuan menggunakan TIK di masyarakat dinilai penting oleh UNESCO
karena beberapa alasan berikut5.
1. Untuk mengembangkan atribut pengetahuan-masyarakat bagi siswa, termasuk
pengembangan
keterampilan
sepanjang hayat,
berpikir
tingkat
tinggi,
kebiasaan
belajar
kemampuan berpikir secara kritis, komunikasi, dan
kolaborasi dalam mengakses, mengevaluasi dan mensintesis informasi.
2. Untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi TIK pada diri siswa,
sebagai bekal yang dapat digunakan untuk memanfaatkan TIK dalam dunia
kerja dan masyarakat.
3. Untuk mengatasi masalah dalam dunia pendidikan, antara lain termasuk
penggunaan TIK untuk meningkatkan efesiensi kegiatan administrasi dan
pengajaran, mengatasi keterbatasan sumber bahan dalam bidang tertentu
(misalnya kekurangan buku teks atau sumber belajar), mengatasi isu
pemerataan melalui perluasan akses terhadap pengetahuan, sumber dan
keahlian,
atau
bahkan
membantu
guru-guru
diperlengkapi dengan sumber belajar yang cukup.
5 Ibid.
yang
mungkin
kurang
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan dan
tematik-integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta
didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,
dan mengomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka
ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih
kreatif, inovatif, dan lebih produktif sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan
yang lebih baik.
B. Alasan Perubahan Kurikulum
Perubahan kurikulum didasari oleh kegagalan sejumlah sekolah dalam
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hasil evaluasi yang
dilakukan Kemendikbud menunjukkan banyak sekolah yang tidak mampu membuat
KTSP. Sekalipun mampu, kurikulum tersebut tidak dibuat oleh sekolah. Silabus dan
bahan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tidak dibuat oleh guru karena bisa
dibeli sehingga tujuan untuk meningkatkan kemampuan guru pun menjadi tidak
tercapai.
Sesuai Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tema pengembangan Kurikulum
2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, afektif melaui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Tema ini diambil dengan harapan bisa menjawab beberapa masalah yang
melekat dari Kurikulum 2013. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, sikap afektif
dimasukkan sebagai bagian dari proses penilaian peserta didik.
Kurikulum 2013 juga dibuat untuk memperbarui kualitas sistem lama dengan
mengupayakan penyederhanaan, dan tematik-integratif. Pengembangan kurikulum ini
juga sudah dirancang untuk mencetak generasi yang siap dalam menghadapi masa
depan sebagai salah satu usaha mengantisipasi perkembangan masa depan
khususnya di bidang ekonomi.
Selain itu, pergeseran paradigma belajar abad ke-21 juga menjadi hal yang
diantisipasi dalam merancang Kurikulum 2013. Paradigma tersebut mencakup 4 ciri,
yaitu
1.
2.
3.
4.
informasi (tersedia di mana saja dan kapan saja);
komputasi (lebih cepat memakai mesin);
otomasi (menjangkau segala pekerjaan rutin);
komunikasi (dari mana saja dan ke mana saja).
Menyikapi ciri-ciri ini, Kurikulum 2013 merancang model pembelajaran yang
sesuai yaitu
1. pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari
berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu;
2. pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah[menanya], bukan
hanya menyelesaikan masalah [menjawab];
3. pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis [pengambilan keputusan]
bukan berpikir mekanistis [rutin];
4. pembelajaran menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi dalam
menyelesaikan masalah.
C. Perubahan Mendasar Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2013 menggantikan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak Juli 2014. Menurut mantan Wakil
Mendikbud Bidang Pendidikan, Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S.,
terdapat empat
esensi perubahan dalam Kurikulum 2013, yaitu
1.
2.
3.
4.
standar kompetensi lulusan;
standar isi;
standar proses;
standar penilaian.
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menguatkan pendekatan saintifik dalam
proses pembelajarannya melalui mengamati, menanya, mencoba, dan menalar. Selain
itu, kurikulum ini juga mendorong peserta didik untuk mencari tahu, bukan diberi tahu
(discovery learning). Oleh karena itu, kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi,
pembawa pengetahuan, dan berpikir logis, sistematis, dan kreatif juga dikuatkan dalam
proses pembelajaran.
Proses penilaian juga mengalami perkembangan. Peserta didik akan diberikan
pertanyaan-pertanyaan yang lebih membutuhkan pemikiran mendalam (bukan hanya
hafalan) sehingga melatih kemampuan peserta didik dalam memahami dan berpikir
kritis. Pada akhirnya, pengajar juga harus mengukur proses kerja siswa, bukan hanya
hasil kerja siswa.
Kurikulum ini didesain untuk menyiapkan anak didik menjadi manusia-manusia
yang kompeten dalam menjawab tantangan abad 21. Organisasi The Partnership for
21st Century Skills (P21) menjelaskan kemampuan yang dibutuhkan untuk mencetak
peserta didik yang menguasai bidangnya secara profesional dan kompeten. Ketiga
elemen itu adalah Life and Career Skills, Learning and Innovation Skills, dan
Information, Media and Technology Skills. Salah satu kemampuan yang akan dibahas
pada makalah ini adalah Information, Media and Technology Skills.
Sedangkan KTSP , menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah “Kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan
di
masing-masing
satuan
pendidikan.”
KTSP
merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK). Berdasarkan definisi tersebut, maka pihak
sekolah
diberikan
kewenangan
penuh
untuk
mengembangkan
dan
mengimplementasikan kurikulum. Implementasi KTSP menuntut kemampuan sekolah
dengan cara memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam
pengembangan kurikulum karena masing-masing sekolah lebih mengetahui tentang
kondisi satuan pendidikannya.Hal itu juga dipertimbangkan dari keberagaman sekolah
dan komponen-komponen pendidikan yang ada di dalamnya seperti tenaga pendidik,
peserta didik, lingkungan, alat-alat pendidikan, kurikulum, dan fasilitas yang
mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Secara umum, KTSP dilaksanakan dengan tujuan untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan. KTSP memberikan kesempatan kepada sekolah untuk
berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkan KTSP adalah
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya
yang tersedia.
2. Meningkatkan
kepedulian
warga
sekolah
dan
masyarakat
dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.
Sebagai sebuah konsep dan program, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada
akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri.
2. KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendeketan dan metode
yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian yang menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi (Kunandar, 2007:138).
Dilihat dari karakteristiknya, kewenangan tingkat satuan pendidikan atau
sekolah untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum lebih besar. Hal ini
memungkinkan
berkurangnya
materi
pembelajaran
yang
banyak
dan
padat,
tersusunnya perangkat standar dan patokan kompetensi yang perlu dikuasai oleh
peserta didik, berkurangnya beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan
beban belajar siswa yang selama ini sangat berat, serta terbukanya kesempatan bagi
sekolah untuk mengembangkan kemandirian sesuai dengan kondisi yang ada di
sekolah.
Kebehasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di sekolah sangat
bergantung pada kepala sekolah dan guru karena dua figur tersebut merupakan kunci
yang menentukan dan menggerakkan berbagai komponen di lingkungan sekolah.
Setiap sekolah dapat mengelola dan mengembangkan berbagai potensinya secara
optimal dalam kaitannya dengan implementasi KTSP.
D. Ciri-ciri dan Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut6 .
1. Belajar Tuntas
Belajar tuntas, yaitu peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan
berikutnya sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar.
Peserta didik harus mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan
yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi yang ditentukan (John Carrol). Peserta
didik yang belajar lambat perlu diberi waktu lebih lama dengan materi yang sama,
dibandingkan peserta didik pada umumnya. Kompetensi pada kategori pengetahuan
(KI-3) dan keterampilan (KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan
pekerjaan atau kompetensi berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan
dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.
2. Penilaian Autentik
Penilaian autentik dapat dikelompokkan menjadi:
a. Memandang penilaian dan pembelajaran merupakan hal yang saling
berkaitan.
b. Mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah.
c. Menggunakan berbagai cara dan kriteria penilain.
d. Holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap).
6 Dr. Sunarti, M.Pd dan Selly Rahmawati, M.Pd, Penilaian dalam Kurikulum 2013
(Yogyakarta:ANDI,2014 ),hlm. 4.
e. Penilaian autentik tidak hanya mengukur hal yang diketahui oleh peserta
didik, tetapi lebih menekankan mengukur hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
3. Penilaian Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan selama
pembelajaran
berlangsung.
Untuk
mendapatkan
gambaran
utuh
mengenai
perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan
hasil terus-menerus dalam bentuk penilaian proses dan berbagai jenis ulangan secara
berkelanjutan. Contohnya adalah ulangan harian, ulangan semester, dan ulangan akhir
semester.
4. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio,
unjuk kerja, proyek, pengamatan, dan penilaian diri.
5. Berdasarkan Acuan Kriteria
Penilaian berdasarkan acuan kriteria maksudnya penilaian harus didasarkan
pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan peserta didik tidak
dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang
ditetapkan,
misalya
ketuntasan
belajar
minimal
(KKM).
Pemerintah juga menyakinkan masyarakat karena adanya kekhawatiran jika
Kurikulum 2013 menghapus beberapa mata pelajaran. Mantan Mendikbud Mohammad
Nuh menjelaskan bahwa tidak ada penghapusan mata pelajaran, yang ada hanya
pengintegrasian mata pelajaran. Mata pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar (SD)
diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Mata pelajaran TIK juga diintegrasikan
ke dalam semua mata pelajaran. Sebagai contoh, ketika guru memberikan tugas
seperti melakukan presentasi dan membuat laporan, TIK berperan dalam hal
pembuatan slide presentasi dan menggunakan internet untuk mencari sumber
referensi tugas. Dengan kata lain, jika sebelumnya TIK hanya sebatas membuka,
mengetik, dan pencarian di internet, dalam Kurikulum 2013 kemampuan tersebut harus
bisa diaplikasikan langsung dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB IV
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
A. Kualitas SDM Indonesia di Kancah Kompetisi Komputer Internasional
Kurikulum 2013 berbeda dari KTSP dari segi keleluasaan tiap sekolah untuk
menentukan materi pengajarannya. Dalam KTSP, Teknologi Informasi dan Komunikasi
dimasukkan sebagai mata pelajaran. Namun, setiap sekolah memiliki perbedaan
metode dan materi pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sarana dan
prasarana sekolah tersebut. Beberapa sekolah mengajarkan bahasa pemrograman
sedangkan sekolah lain tidak. Akan tetapi, dengan diajarkannya bahasa pemrogaman
di beberapa sekolah, hal itu mendukung lahirnya pemrogram-pemrogram yang
berkualitas dan sudah mendapatkan pengetahuan mengenai literasi pemrograman
sejak dini.
Indonesia sendiri memiliki tim olimpiade yang menjadi sarana siswa-siswi
Indonesia untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang teknologi informasi bahkan
menunjukkannya kepada dunia dan mengharumkan nama Indonesia di kancah
internasional. Tim tersebut adalah TOKI (Tim Olimpiade Komputer Indonesia).
TOKI merupakan sebuah tim yang terdiri dari siswa-siswi terbaik sekolah
menengah atas di Indonesia yang dipersiapkan untuk mewakili Indonesia bertanding
dalam IOI (International Olympiad in Informatics). Dalam mempersiapkan tim tersebut,
dilakukan proses seleksi wakil-wakil dari sekolah di seluruh Indonesia di tingkat kota,
kemudian provinsi, hingga akhirnya tingkat nasional. 30 peserta terpilih akan dibawa ke
pelatihan nasional untuk dibekali materi-materi yang mendukung kesiapan anggota tim
baik secara teknis maupun secara psikis.
B. Kualitas SDM Indonesia dalam Pemanfaatan Teknologi
Kurikulum 2013 baru saja dijalankan. Dampak besarnya terhadap kualitas
generasi muda dan angkatan kerja. Namun, jika dipertimbangkan dalam segi
keikutsertaan siswa-siswi sekolah menengah atas di ajang lomba nasional dan
internasional, diperkirakan kualitas murid yang mengikuti Kurikulum 2013 akan
berbeda dengan kualitas murid yang mengikuti KTSP karena mereka yang megikuti
KTSP masih memiliki kesempatan untuk belajar bahasa pemrograman dan logika
dalam mata pelajaran TIK/KKPI. Hal itulah yang menunjang TOKI (Tim Olimpiade
Komputer Indonesia) dalam menyeleksi bibit-bibit muda berkualitas dalam bidang
pemrograman untuk dikirim mewakili Indonesia di ajang internasional APIO (AsiaPacific Informatics Olympiad) dan IOI (International Olympiad in Informatics).
Beberapa negara di dunia, terutama negara maju mulai menyadari pentingnya
teknologi dalam meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Teknologi diyakini sebagai
salah satu bidang yang akan berkembang dan dibutuhkan di abad XXI. Karena hal itu,
penulis i menjelaskan seperti apa negara-negara di dunia meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia dalam pemanfaatan teknologi melalui pendidikan.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pada pidatonya dalam mendukung
program ”Hour of Code”, mengajak seluruh siswa Amerika Serikat untuk ikut terlibat
aktif dalam menciptakan inovasi besar dalam teknologi, salah satunya dalam bidang
komputerisasi. “Jangan hanya bermain dengan telepon selulermu, tapi buat
programnya,” tegas Presiden Obama7.
Hour of Code adalah acara yang diselenggarakan oleh Code.org yang
bertujuan untuk mengajarkan dasar-dasar ilmu komputer untuk lima juta siswa di
33.000 ruang kelas selama belajar ilmu komputer. Kemampuan untuk membuat
perangkat lunak komputer adalah kemampuan yang penting karena membuat orangorang berpindah peran dari konsumen menjadi pencipta teknologi. Selain itu,
pemahaman untuk membuat program, atau yang lebih dikenal pemrogram dengan
istilah coding, membantu orang-orang untuk mempelajari bagaimana cara mengatasi
suatu masalah dan berpikir secara logis dan terstruktur dalam setiap bidang
kehidupan. Oleh karena itu, kemampuan coding bukan hanya berguna untuk
pemrogram, tetapi juga untuk setiap orang di masing-masing bidang seperti ilmuwan,
dokter, jurnalis, pengacara, musisi, bahkan pelajar.
Kemampuan literasi komputer dipandang sebagai hal yang penting untuk
kesuksesan di bidang ekonomi digital.
Di Chicago, salah satu kota di Amerika Serikat, pemerintah daerah mulai
memasukkan kelas pemrograman sebagai mata pelajaran inti di sekolah-sekolah.
Bahkan, kelas pemrograman mulai diajarkan di taman kanak-kanak. Program ini juga
bisa berjalan karena adanya bantuan dari Code.org dalam menyediakan jasa guru
untuk mengajari pemrograman untuk anak-anak.
7 Mark DeLoura and Randy Paris, "Don’t Just Play on Your Phone, Program It", dalam
http://www.whitehouse.gov/blog/2013/12/09/don-t-just-play-your-phone-program-it
Selain Amerika Serikat yang menggalakan program untuk meningkatkan
pembelajaran pemrograman di sekolah-sekolah, India juga mulai meningkatkan
kualitas SDM melalui keahlian teknologi. Hal itu terlihat dari keberadaan institut
teknologi
yang secara konsisten dikembangkan oleh Pemerintah India untuk
menjadikan institut unggulan nasional. Alhasil, banyak lulusan universitas India yang
diterima di perusahaan-perusahaan teknologi besar di Amerika Serikat.
Pemerintah India sadar bahwa teknologi adalah salah satu bidang yang
potensial untuk mengangkat derajat bangsa agar sejajar dengan negara maju lainnya
dan pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari kemiskinan. Oleh karena
itu, mantan Presiden India Abdul Kalam mendorong peningkatan anggaran pendidikan
di India untuk memberantas buta huruf, putus sekolah, dan pendidikan dasar bagi
semua.
Bukan hanya India yang mulai meningkatkan kualitas sumber daya manusia
lewat keahlian teknologi, Harian online BBC memberitakan Inggris akan memasukkan
mata pelajaran pemrograman sebagai bagian dari English Baccalaureate. English
Baccalaurete mensyaratkan murid-murid untuk memiliki nilai yang bagus dalam
matematika, ilmu pengetahuan, sejarah atau geografi, dan bahasa. Salah satu materi
dalam bidang ilmu pengetahuan adalah pembelajaran komputer. Direktur bidang
pendidikan Microsoft menyambut pengumuman tentang bagaimana ilmu pemrograman
diajarkan. Beliau menginginkan mata pelajaran tersebut juga diajarkan sejak dini
bahkan dimulai dari sekolah dasar.
Situs Industrial Engineering Dept. Telkom University juga membuat artikel
mengenai peran teknologi informasi untuk negara berkembang. Berikut beberapa
peran yang disadur dari halaman situs Telkom University8.
1. Perubahan peranan teknologi informasi didalam organisasi merupakan
sebuah transisi dari era industrialisasi ke era informasi dan jasa. Perubahan
permintaan akan produk dan jasa berubah pada era ini jelas memberikan pengaruh
bagaimana cara mengorganisasikan organisasi atau perusahaan dan bagaimana cara
untuk menjadikan organisasi kompetitif.
2. Peranan teknologi informasi untuk memperbaiki pelaksanaan organisasi di
negara-negara berkembang, mempunyai potensi yang sangat baik. TI mampu
8 Gathering and Sharing, “Peran Teknologi Informasi Untuk Negara Berkembang”,
dalam http://e-scc.bie.telkomuniversity.ac.id/index.php/en/news/article/187-peranteknologi-informasi-untuk-negara-berkembang.
membawa kepada peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja yang lebih besar, serta
penigkatan terhadap kuantitas dan kualitas hasil kerja organisasi.
3. Di negara berkembang kemungkinan untuk mendapatkan apa yang
diinginkan melalui peran TI adalah sangat besar. Sebagai informasi bahwa ada 20 %
hingga 40 % pekerjaan yang tidak produktif di organisasi-organisasi atau perusahanperusahaan di suatu negara berkembang.
Lewat artikel di atas, dijelaskan beberapa peran vital teknologi informasi dalam
membangun suatu negara berkembang terutama dalam bidang ekonomi. Indonesia
adalah salah satu negara berkembang yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi
Dari hasil penelitian di atas mengenai teknologi dan hubungannya dengan
Kurikulum 2013, studi menunjukkan bahwa Kurikulum 2013 mengintegrasikan mata
pelajaran TIK dengan mata pelajaran yang lain. TIK diaplikasikan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar seperti membuat presentasi, mengumpulkan tugas, dan
kegiatan lain yang membantu proses pembelajaran murid. Dengan diintegrasikannya
mata pelajaran TIK dengan mata pelajaran lain, materi pembelajaran bahasa
pemrograman yang diterapkan pada beberapa sekolah dihilangkan. Jika Kurikulum
2013 terus dijalankan hingga 20 tahun mendatang, muncul kemungkinan bahwa
jumlah pemrogram berkualitas akan menurun dan Indonesia akan mengalami
ketertinggalan oleh negara lain dalam hal pemanfaatan dan produktivitas di bidang
teknologi informasi dan komunikasi.
Setelah Di samping itu, dalam segi kesejahteraan ekonomi dan penguasaan
sumber daya manusia dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, Indonesia
diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan dengan negara lain.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian melalui studi pustaka, dapat disimpulkan bahwa
diperkirakan Kurikulum 2013 akan menurunkan kualitas sumber daya manusia dalam
hal penggunaan dan produktivitas di bidang teknologi akibat diintegrasikannya mata
pelajaran TIK/KKPI.
B. Saran
Penulis memiliki beberapa saran untuk mendukung dalam pembuatan karya
ilmiah yang lebih baik lagi mengenai mata pelajaran TIK yang diintegrasikan ke dalam
Kurikulum 2013 yaitu
1. mata pelajaran TIK lebih baik dimasukkan ke dalam kurikulum sebagai mata
pelajaran wajib agar sumber daya manusia Indonesia dalam memanfaatkan
teknologi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arisandy, Yuni. 2014. ”Kesiapan Koperasi-UKM Indonesia menatap era MEA 2015”.
Dalam http://www.antaranews.com/berita/436319/kesiapan-koperasi-ukmindonesia-menatap-era-mea-2015.
Arkan, Abi. 2013.”Alasan Kemendikbud Mengganti Kurikulum” Dalam
http://www.dusunblog.com/2013/01/alasan-kemendikbud-menggantikurikulum.html.
Aulia, Sukma Ade. 2013. ”Membandingkan kurikulum KTSP dan Kurikulum 2013”.
Dalam http://sukmaadeaulia.blogspot.com/2013/10/membandingkan-kurikulumktsp-dan.html.
Dewi, Eriyanti Nurmala. 2014. ”Tinggi, Kebutuhan Tenaga TIK Profesional”. Dalam
http://www.pikiran-rakyat.com/node/296801.
Ganet. 2014. “Rudiantara tantang lulusan UMN garap bisnis "e-commerce" “. Dalam
http://www.antaranews.com/berita/466878/rudiantara-tantang-lulusan-umngarap-bisnis-e-commerce.
Kemdiknas. 2013. ”Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21”. Dalam
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-2.
Kuntarto, Niknik M. .2013. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir.Jakarta:Mitra
Wacana Media.
Tim Olimpiade Komputer Indonesia.2011. About. Dalam http://www.toki.or.id/about/.
Kompas. 2014. “Kurikulum 2013: Guru TIK Jadi Konsultan”. 29 Desember. Jakarta.
TENTANG PENULIS
Richard Firdaus Oeyliawan. Lahir di Jakarta, 10
November 1995. Penulis merupakan alumni dari SD
Tarakanita Citra Raya, SMP Tarakanita Citra Raya, dan
SMA Pahoa Gading Serpong. Sekarang penulis sedang
menjalani perkuliahan di Universitas Multimedia Nusantara
fakultas Information and Communication Technology
jurusan Teknik Informatika. Di kampus, penulis mengikuti
beberapa kegiatan organisasi seperti kepanitiaan acara
kampus dan juga aktif dalam UKM Sosial Rencang. Di
waktu senggangnya, penulis biasa menyempatkan diri untuk melakukan hobi
kesukaannya yaitu bermain futsal bersama teman-teman atau sekadar menghabiskan
waktu bersama dengan keluarga di rumah.
Mendirikan start-up sendiri di bidang teknologi menjadi impian besar yang ingin
diwujudkan penulis setelah selesai merampungkan studinya. Angan-angan Indonesia
memiliki citra pusat teknologi dunia menjadi motivasi kuat untuk terus belajar
meningkatkan diri kemudian mengharumkan nama baik bangsa lewat ilmu
pengetahuan dan teknologi. Karena kecintaannya akan dunia teknologi dan komputer
itulah yang membuat penulis tertarik untuk membahas mengenai kemajuan
pendidikan teknologi di negaranya. Makalah Ilmiah yang berjudul Dampak Kurikulum
2013 terhadap Murid Indonesia Akibat Diintegrasikannya Mata Pelajaran TIK adalah
bentuk keprihatinan penulis akan perubahan kurikulum pendidikan yang terjadi di
negeri ini dan dampak yang akan terjadi karena perubahan itu sendiri dalam bidang
teknologi.