Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif (1)

WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBASIS PERMAINAN KUIS
JEOPARDY DAN TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP
A. R. Hakim, D. Rusidana, A.F. C.Wijaya
Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
rachmanhakim91@ymail.com, dadirusdiana@upi.edu, agus.fany@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep fisika siswa. Meski
dalam kegiatan science hampir seluruhnya berhubungan dengan eksperimen, namun
konsep-konsep science adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala-gejala yang
terjadi di lingkungan atau alam. Dari sudut pandang psikologis, setiap manusia
memiliki tahapan perkembangan dan juga pemenuhan kebutuhan psikologisnya, salah
satunya adalah kebutuhan bersosialisasi serta bermain. Salah satu upaya untuk
memenuhi kebutuhan psikologis dan meningkatkan pemahaman konsep adalah dengan
merancang suatu pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa dapat bekerja
sama dan bersosialisasi serta dengan menggunakan permainan berupa kuis Jeopardy
dan Talking Stick. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan

model pembelajaran kooperatif berbasis permainan kuis Jeopardy dan Talking Stick
dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa SMP. Instrumen untuk
mengukur keterlaksanaan pembelajaran digunakan lembar observasi terhadap aktivitas
guru dan siswa, sedangkan untuk pemahaman konsep digunakan pilihan ganda.
Peningkatan pemahaman konsep ditunjukkan melalui N-gain dan dilakukan uji
hipotesis untuk mengetahui hasil peningkatan pemahaman konsep di kedua kelas.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan metode nonrandom sampling dengan
teknik convenience sampling. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi
experiment dengan disain penelitian The Static Group Pretest-Posttest Design. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman konsep siswa pada masingmasing kelas. Sementara itu dari uji hipotesis diketahui bahwa permainan kuis
Jeopardy lebih dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa daripada Talking
Stick. Sedangkan untuk masing-masing aspek pemahaman konsep diketahui bahwa
pada aspek translasi dan interpretasi permainan kuis Jeopardy lebih dapat
meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa daripada Talking Stick dan tidak ada
perbedaan peningkatan pemahaman konsep pada aspek ekstrapolasi.
Kata kunci: Teams Games Tournament (TGT), pemahaman konsep, kuis Jeopardy,
Talking Stick.




Penulis penanggung jawab

2

A. R. Hakim, dkk, - PENERAPAN METODE...

ABSTRACT
THE USE OF JEOPARDY QUIZ AND TALKING STICK GAMES BASED
COOPERATIVE LEARNING METHOD TYPE TEAMS GAMES
TOURNAMENT ENHANCE UNDERSTANDING OF PHYSICS CONCEPT AT
STUDENT’S JUNIOR HIGH SCHOOL
Research background of this research was low achievement in understanding of
physics concept. Although almost in science activity was related to experiment
however concepts of science is a result from human conception on indication that
happens in the environment or nature. In the point of psychology view, every people
have their development steps and also to fulfill psychology requirement, one of it is
requirement to having socialization and playing. One ways to fulfill this psychology
requirement and to improve in understanding concept is with make a cooperative
learning design which possibly can make students to cooperate and socialization using
games like Jeopardy quiz and Talking Stick. Purpose of this research is to know the

effect of cooperative learning method application based on games of Jeopardy quiz
and Talking Stick in improve understanding physics concept at junior high school
students. To measure study activity used observation instrument to observe teacher
and students activity, whereas to measure understanding concept used multiple choice
question. Increasing on understanding concept showed in N-gain and hypothesis test is
used to know the result of understanding concept. Interpretation data technic in this
research is use nonrandom sampling method with convenience sampling technic. This
research use quasi experiment type with the static group pretest-posttest design. The
result of this research showed that understanding concept of student is improved in
each class. While from hypothesis test known that Jeopardy quiz can be more
improved student to understanding physics concept than Talking Stick. Whereas to
each aspect of understanding concept known that in translation and interpretation
aspect Jeopardy quiz can be more improved student to understanding physics concept
than Talking stick and in the extrapolation aspect there is no differences in
understanding concept improved.
Keywords: Teams Games Tournament (TGT), understanding of concept, Jeopardy
quiz, Talking Stick.

Dalam kamus The Concise Oxford
Dicionary of Current English (Fowler &

Fowler,
1951),
natural
science
didefinisikan sebagai “systematic and
formulated knowledge dealing with
material phenomena and based mainly in
observation and induction” yang berarti
ilmu sistematis dan pengetahuan yang
dirumuskan, yang berhubungan dengan
gejala-gejala kebendaan dan didasarkan
terutama atas pengamatan dan induksi.
Menurut Nokes (1949) ia mendefinisikan
science sebagai “a pieces of theoretical
knowledge” atau sebuah bagian dari
pengetahuan teoretis. Baginya science
bukanlah suatu keterampilan praktis dan

bukan pula suatu kerajinan. Meskipun
dalam kegiatan-kegiatan dalam science

hampir selalu berhubungan dengan
eksperimen-eksperimen, namun konsepkonsep science adalah hasil tanggapan
pikiran manusia atas gejala-gejala yang
terjadi di lingkungan atau alam.
Saat ini ada beberapa kendala yang
dihadapi
dalam
dunia
pendidikan,
khususnya dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM). Salah satu kendala yang sering
dihadapi adalah pada metode pembelajaran
yang digunakan oleh seorang pendidik
dalam menyampaikan pengetahuan untuk
suatu mata pelajaran tertentu, terutama
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013

Alam (IPA). Mata pelajaran IPA terdiri

dari tiga mata pelajaran yaitu fisika,
biologi, dan kimia. Mata pelajaran tersebut
merupakan mata pelajaran yang mengkaji
peristiwa-peristiwa yang ada di alam
sekitar sehingga menjelaskan proses sebabakibat yang dapat diamati dan dijelaskan
secara rinci. Ketika KBM berlangsung
dengan menggunakan metode ceramah, ada
siswa yang kurang fokus dalam
memperhatikan penjelasan guru, siswa
mengobrol, mengantuk ataupun melakukan
kegiatan lainnya. Untuk menanggulangi
permasalahan tersebut maka dibutuhkan
sebuah metode pembelajaran yang lebih
efektif dari metode tersebut.
Siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) memiliki rentang umur mulai dari
13-16 tahun, remaja, dimana pada tahapan
ini seorang manusia mulai mengenali
emosi, mengenal konsep secara abstrak,
berpikir kritis dan analitis. Selain orang

tua, seorang gurupun seharusnya tanggap
akan kebutuhan perkembangan psikologis
anak. Pada tahapan ini pula seorang siswa
memiliki kecenderungan untuk bermain
yang cukup kuat serta kebutuhan untuk
berada dalam berkelompok, kebutuhan
diterima oleh lingkungan. Ketika seorang
manusia berkelompok dan bermain
bersama secara tidak langsung dia akan
melakukan interaksi lingkungan, seperti
berdiskusi,
menyampaikan
pendapat,
sehingga
kebutuhan
perkembangan
psikologis pada tahap ini sedikit demi
sedikit akan dapat terpenuhi. Oleh
karenanya guru dapat menyisipkan
permainan secara berkelompok dalam

kelas.
Metode pembelajaran yang sedang
berkembang dalam dunia pendidikan saat
ini, terutama pada mata pelajaran IPA,
adalah metode pembelajaran kooperatif.
Dengan metode ini memungkinkan adanya
timbal balik antara guru dan siswa serta
hubungan timbal balik antar siswa. Salah
satu tipe metode pembelajaran kooperatif
adalah tipe Teams Games Tournament
(TGT). Dalam pembelajaran kooperatif tipe

3

ini melibatkan aktivitas seluruh kelas tanpa
adanya perbedaan status yang melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur
permainan
dan

penguatan
(reinforcement).
Dengan
digunakannya pembelajaran kooperatif tipe
ini memungkinkan siswa dapat belajar
lebih rileks serta dapat menumbuhkan
tanggung jawab, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
Permainan Talking Stick merupakan
salah satu permainan yang digunakan guru
dalam kegiatan pembelajaran. Pada
kegiatan dengan menerapkan permainan ini
guru menyiapkan tongkat yang nantinya
akan diberikan kepada siswa yang harus
menjawab pertanyaan yang diberikan guru
kemudian setelahnya guru memberikan
tongkat tersebut pada siswa yang lain dan
begitupun seterusnya sampai sebagian
siswa mendapat giliran. Selain itu dengan
digunakannya metode pembelajaran ini

guru dapat mengetahui hasil belajar siswa
secara
instan
dengan
memberikan
pertanyaan dan mengetahui jawaban atau
argumen siswa terhadap pertanyaan
ataupun masalah yang diberikan oleh guru.
Penggunaan metode pembelajaran
kooperatif lain yang dapat digunakan
adalah yang berbasis permainan kuis. Salah
satu permainan kuis yang dapat digunakan
adalah berupa permainan kuis Jeopardy.
Pada kegiatan ini siswa dikelompokkan
untuk menjawab pertanyaan yang telah
dipilih oleh siswa yang disediakan oleh
guru di depan kelas. Pertanyaan yang harus
dijawab oleh siswa merupakan pernyataan
jawaban dan jawaban yang diberikan oleh
siswa adalah pertanyaan yang sesuai

dengan jawaban pada pertanyaan yang
dipilih.
METODE
Jenis
penelitian
yang
telah
dilakukan
merupakan
jenis
quasi
experiment. Sedangkan desain penelitian
yang diterapkan berupa static group
pretest-posttest. Bentuk disain penelitian
static group pretest-posttest menggunakan

4

A. R. Hakim, dkk, - PENERAPAN METODE...

dua kelas sebagai kelas eksperimen dan
kelas kontrol dengan adanya perlakuan
yang berbeda serta diberikannya pretest
dan posttest pada masing-masing kelas.
Untuk
melihat
peningkatan
pemahaman konsep digunakan skor n-gain
dengan persamaan (Hake dalam Rizki,
2011)

Untuk menguji hipotesis digunakan uji
Mann-Whiteney dengan menghitung nilai
U dengan persamaan (Susetyo, 2010),

Selanjutnya menghitung nilai z dengan
persamaan (Susetyo, 2010),

Selanjutnya membandingkan nilai z yang
didapat dari perhitungan dan tabel z.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas
Kontrol (Talking Stick)
Nilai
persen
keterlaksanaan
pembelajaran dan kategorinya dapat dilihat
pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Hasil Penilaian Keterlaksanaan
Pembelajaran Kelas Kontrol

Kegiatan
Presentasi
Pembentukan

Kualitas
Keterlaksanaan (%)
Aspek
Aspek
Guru
Siswa
93,75
93,75
75

58,33

Kegiatan

Kualitas
Keterlaksanaan (%)
Aspek
Aspek
Guru
Siswa

Kelompok
Permainan
Rata-Rata

100

100

91,67

88,88

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa
pada aspek guru dalam kegiatan presentasi,
nilai persentase keterlaksanaan kegiatan
pembelajaran bernilai 93,75% dengan
kategori sangat baik. Hal ini berarti bahwa
guru melaksanakan kegiatan presentasi
dengan
sangat
baik
dan
materi
pembelajaran disampaikan dengan lengkap.
Masih pada aspek guru, pada kegiatan
pembentukan kelompok nilai persentase
keterlaksanaan pembelajarannya bernilai
75% dengan kategori baik yang berarti
guru memberikan dua kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Sedangkan pada
kegiatan permainan, persentase nilai
keterlaksanaan pembelajarannya sebesar
100% yang memiliki arti bahwa guru
memberikan kesempatan kepada seluruh
kelompok untuk memilih dan menjawab
pertanyaan serta memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berdiskusi dalam
kelompok. Dari tabel pun dapat diketahui
persen rata-rata kualitas pembelajaran yang
telah terlaksana pada aspek guru bernilai
91,67% dengan kategori sangat baik yang
berarti keterlaksanaan pembelajaran pada
aspek guru dalam kelas kontrol sangat baik.
Selanjutnya untuk aspek siswa, pada
kegiatan
presentasi
diketahui
nilai
persentase keterlaksanaan pembelajarannya
sebesar 93,75% dan termasuk dalam
kategori sangat baik. Hal ini berarti bahwa
siswa memperhatikan penjelasan guru dan
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
sangat baik. Persentase keterlaksanaan
pembelajaran pada aspek siswa yang
lainnya yaitu dalam kegiatan pembentukan
kelompok didapatkan nilai sebesar 58,33%
dan termasuk dalam kategori cukup. Nilai
persentase ini memiliki arti bahwa ada dua

WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013

siswa yang bertanya kepada guru tentang
materi
yang
telah
diajarkan.
Keterlaksanaan pembelajaran dari aspek
siswa pada kegiatan permainan memiliki
persentase keterlaskanaan sebesar 100%
dengan kategori sangat baik dan memiliki
arti bahwa semua kelompok mendapatkan
kesempatan
untuk
menjawab
dua
pertanyaan dan dapat dijawab dengan
benar. Pada tabel di atas dapat diketahui
pula nilai persentase rata-rata dari
keterlaksanaan pembelajaran pada aspek
siswa sebesar 88,88% yang termasuk
dalam kategori sangat baik.
Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas
Eksperimen (Kuis Jeopardy)
Nilai
persen
keterlaksanaan
pembelajaran dan kategorinya dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Penilaian Keterlaksanaan
Pembelajaran Kelas Eksperimen

Kegiatan
Pembelajaran
Presentasi
Pembentukan
Kelompok
Permainan
Rata-Rata

Kualitas
Keterlaksanaan (%)
Aspek
Aspek
Guru
Siswa
93,75

93,75

50

25

100

91,67

87,50

81,95

Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada
aspek guru dalam kegiatan presentasi, nilai
persentase
keterlaksanaan
kegiatan
pembelajaran bernilai 93,75% dengan
kategori sangat baik. Hal ini berarti bahwa
guru melaksanakan kegiatan presentasi
dengan
sangat
baik
dan
materi
pembelajaran disampaikan dengan lengkap.
Masih pada aspek guru, pada kegiatan
pembelajaran kedua atau pada kegiatan
pembentukan kelompok nilai persentase
keterlaksanaan pembelajarannya bernilai
50% dengan kategori cukup yang berarti

5

guru memberikan satu kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Sedangkan pada
kegiatan permainan, persentase nilai
keterlaksanaan pembelajarannya sebesar
100% yang memiliki arti bahwa guru
memberikan kesempatan kepada seluruh
kelompok untuk memilih dan menjawab
pertanyaan serta memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berdiskusi dalam
kelompok. Dari tabel pun dapat diketahui
persen rata-rata kualitas pembelajaran yang
telah terlaksana pada aspek guru bernilai
87,50% dengan kategori sangat baik yang
berarti keterlaksanaan pembelajaran pada
aspek guru dalam kelas kontrol sangat baik.
Selanjutnya untuk aspek siswa, pada
kegiatan pertama dalam kegiatan presentasi
diketahui nilai persentase keterlaksanaan
pembelajarannya sebesar 93,75% dan
termasuk dalam kategori sangat baik. Hal
ini berarti bahwa siswa memperhatikan
penjelasan guru dan mengikuti kegiatan
pembelajaran
dengan
sangat
baik.
Persentase keterlaksanaan pembelajaran
pada aspek siswa yang lainnya yaitu dalam
kegiatan pembentukan kelompok atau
kegiatan kelima didapatkan nilai sebesar
25% dan termasuk dalam kategori jelek.
Nilai persentase ini memiliki arti bahwa
ada satu siswa yang bertanya kepada guru
tentang materi yang telah diajarkan.
Keterlaksanaan pembelajaran dari aspek
siswa pada kegiatan permainan memiliki
persentase keterlaskanaan sebesar 91,67%
dengan kategori sangat baik dan memiliki
arti bahwa semua kelompok mendapatkan
kesempatan
untuk
menjawab
dua
pertanyaan dan dapat dijawab dengan
benar. Pada tabel di atas dapat diketahui
pula nilai persentase rata-rata dari
keterlaksanaan pembelajaran pada aspek
siswa sebesar 81,95% yang termasuk
dalam kategori sangat baik.
Nilai Rata-Rata Kelas
Nilai rata-rata dari masing-masing
kelas dapat dilihat pada Tabel 3.

6

A. R. Hakim, dkk, - PENERAPAN METODE...

Tabel 3. Perbandingan Nilai Rata-rata
Kelas dan Gain yang Dinormalisasi

Kelas
Eksperimen
Kontrol

Nilai Ratarata
Pre- PostNilai
test
test

dalam satuan persen agar nilai gain yang
dinormalisasi dapat terlihat lebih jelas.

Klasifikasi

30,41

60,02

0,42

Sedang

33,44

48,36

0,21

Rendah

Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada
kelas eksperimen nilai rata-rata pre-test
yang didapatkan sebesar 30,41. Sedangkan
nilai rata-rata yang didapatkan pada
kegiatan post-test adalah 60,02. Dari hal ini
dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan
dan perubahan nilai rata-rata antara pre-test
dan post-test. Nilai gain yang dinormalisasi
yang didapatkan dari data tersebut
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
dengan nilai sebesar 0,42 dengan
klasifikasi sedang. Maka dapat disimpulkan
bahwa dengan diterapkannya metode
pembelajaran permainan kuis Jeopardy
dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa dengan klasifikasi sedang.
Pada kelas penelitian yang lain, nilai
rata-rata pre-test yang didapatkan sebesar
33,44. Sedangkan nilai rata-rata yang
didapatkan pada kegiatan post-test adalah
48,36. Dari hal ini dapat diketahui bahwa
terdapat perbedaan dan perubahan nilai
rata-rata antara pre-test dan post-test.
Perubahan ini dinamakan perubahan positif
atau yang dapat juga disebut bahwa
terdapat peningkatan nilai rata-rata. Nilai
gain yang dinormalisasi yang didapatkan
dari kedua data tersebut menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan dengan nilai
sebesar 0,21 yang berada pada klasifikasi
rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa
dengan
diterapkannya
metode
pembelajaran
Talking
Stick
dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa
dengan klasifikasi rendah.
Untuk
lebih
mengetahui
perbandingan nilai rata-rata dan gain yang
dinormalisasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 disajikan nilai perbandingan

Gambar 1. Diagram Batang Perbandingan
Nilai Rata-rata Pre-test, Post-test dan Gain
yang Dinormalisasi pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Uji Hipotesis Mann-Whiteney
Data hasil perhitungan nilai untuk uji
Mann-Whitney dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji MannWhitney
Gain
Jumlah
Rata- zhitung phitung
Siswa
Rata
37
0,42
Eksperimen
4,795 0,0001
38
0,21
Kontrol
Kelas

Dari Tabel 4 diketahui bahwa nilai
phitung bernilai lebih kecil dari pada p taraf
nyata yaitu 0,01 maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis awal, H0, ditolak. Dari
hasil pengujian hipotesis tersebut juga
didapatkan bahwa metode pembelajaran
kooperatif tipe TGT berbasis permainan
kuis Jeopardy dapat lebih meningkatkan
pemahaman konsep fisika siswa daripada
permainan Talking Stick.
Berikut adalah pembahasan hasil
pengolahan
data
berkaitan
dengan
perubahan nilai rata-rata kelas dan
perubahan nilai rata-rata per aspek
pemahaman konsep pada masing-masing
kelas.

WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013

7

Translasi
Pemahaman konsep aspek translasi
merupakan kemampuan siswa untuk dapat
menerjemahkan suatu komunikasi ke
dalam bentuk komunikasi lain. Pada

pembahasan kali ini akan dibahas
perubahan kemampuan pemahaman pada
aspek translasi untuk kedua kelas dan
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Perubahan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep Aspek Translasi

Kelas
Eksperimen
Kontrol

Nilai Rata-rata
Pre-test
18,92
24,21

Post-test
64,32
50,00

Dari Tabel 5 diketahui bahwa nilai
gain yang dinormalisasi pada masingmasing kelas memiliki nilai yang berbeda.
Untuk kelas eksperimen nilai gain yang
dinormalisasi bernilai 0,56 dan termasuk
dalam klasifikasi sedang. Sedangkan pada
kelas kontrol, nilai gain yang dinormalisasi
bernilai 0,30 dan sama seperti kelas
kontrol, termasuk dalam klasifikasi sedang.
Walaupun klasifikasi gain yang
dinormalisasi pada kedua kelas sama,
klasifikasi
sedang,
tetapi
terdapat
perbedaan nilai gain yang dinormalisasi.
Nilai rata-rata pre-test pada kelas
eksperimen memiliki nilai yang lebih kecil
daripada kelas kontrol yang berarti
kemampuan pemahaman konsep pada
aspek translasi kelas kontrol lebih baik
daripada kelas eksperimen. Sedangkan
pada nilai rata-rata post-test kelas
eksperimen memiliki nilai rata-rata yang
lebih besar daripada kelas kontrol. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa
kemampuan pemahaman aspek translasi

Nilai
0,56
0,30

Klasifikasi
Sedang
Sedang

zhitung

phitung

3,59

0,0001

pada kelas eksperimen lebih baik daripada
kemampuan pemahaman aspek translasi
pada kelas kontrol. Selain itu nilai phitung
yang didapatkan pada aspek translasi ini
memiliki nilai yang lebih kecil dari taraf
nyata yang bernilai 0,01. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan permainan kuis Jeopardy
pada kelas eksperimen dapat lebih
meningkatkan pemahaman konsep pada
aspek translasi daripada permainan Talking
Stick yang diterapkan di kelas kontrol.
Interpretasi
Pemahaman
konsep
aspek
interpretasi merupakan kemampuan siswa
untuk mengidentifikasi dan memahami ide
utama dalam suatu komunikasi, termasuk
memahami hubungan antara keduanya.
Pada pembahasan kali ini akan dibahas
perubahan kemampuan pemahaman konsep
untuk aspek interpretasi pada kedua kelas
dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Perubahan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep Aspek Interpretasi

Kelas
Eksperimen
Kontrol

Nilai Rata-rata
Pre-test

Post-test

Nilai

Klasifikasi

35,45
37,31

62,32
50,93

0,40
0,19

Sedang
Rendah

zhitung

phitung

3,58

0,0001

8

A. R. Hakim, dkk, - PENERAPAN METODE...

Dari Tabel 6 diketahui bahwa nilai
gain yang dinormalisasi pada masingmasing kelas memiliki nilai yang berbeda.
Untuk kelas eksperimen nilai gain yang
dinormalisasi bernilai 0,40 dan termasuk
dalam klasifikasi sedang. Sedangkan pada
kelas kontrol, nilai gain yang dinormalisasi
bernilai 0,19. Berbeda dari kelas
eksperimen, klasifikasi nilai gain yang
dinormalisasi pada kelas kontrol adalah
rendah.
Nilai rata-rata pre-test pada kelas
eksperimen lebih kecil daripada nilai ratarata pada kelas kontrol, hal ini
menunjukkan
bahwa
kemampuan
pemahaman konsep aspek interpretasi pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda
serta kelas kontrol memiliki pemahaman
konsep yang lebih baik daripada kelas
eksperimen. Sedangkan pada rata-rata nilai
post-test, kelas eksperimen memiliki nilai
rata-rata yang lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan pemahaman konsep aspek
interpretasi pada kelas eksperimen lebih
baik daripada kemampuan pemahaman

konsep aspek interpretasi kelas kontrol.
Selain itu nilai phitung yang didapatkan pada
aspek interpretasi ini memiliki nilai yang
lebih kecil dari taraf nyata yang bernilai
0,01. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan
permainan kuis Jeopardy pada kelas
eksperimen dapat lebih meningkatkan
pemahaman konsep pada aspek interpretasi
daripada permainan Talking Stick yang
diterapkan di kelas kontrol.
Ekstrapolasi
Pemahaman
konsep
aspek
ekstrapolasi merupakan kemampuan siswa
untuk membuat perkiraan atau prediksi
berdasarkan
pemahaman
tentang
kecenderungan
atau
kondisi
yang
dijelaskan dalam sebuah komunikasi,
termasuk dalam membuat kesimpulan
sehubungan
dengan
implikasi,
konsekuensi, akibat dan efek yang terdapat
dalam komunikasi. Pada pembahasan kali
ini akan dibahas perubahan kemampuan
pemahaman
konsep
untuk
aspek
ekstrapolasi pada kedua kelas dan hasilnya
dapat
dilihat
pada
Tabel
7.

Tabel 7. Hasil Perubahan Nilai Rata-rata Pemahaman Konsep Aspek Ekstrapolasi

Kelas

Nilai Rata-rata
Pre-test

Post-test

Nilai

Klasifikasi

Eksperimen

16,22

31,08

0,15

Rendah

Kontrol

20,27

22,97

0,03

Rendah

Dari Tabel 7 diketahui bahwa nilai
gain yang dinormalisasi pada masingmasing kelas memiliki nilai yang berbeda.
Untuk kelas eksperimen nilai gain yang
dinormalisasi bernilai 0,15 dan termasuk
dalam klasifikasi rendah. Sedangkan pada
kelas kontrol, nilai gain yang dinormalisasi
bernilai 0,03 dan sama seperti kelas
kontrol, nilai gain yang dinormalisasinya
termasuk dalam klasifikasi rendah.
Walaupun klasifikasi gain yang
dinormalisasi pada kedua kelas sama,

zhitung

phitung

1,37

0,0583

klasifikasi
rendah,
tetapi
terdapat
perbedaan nilai gain yang dinormalisasi.
Nilai rata-rata pre-test pada kelas
eksperimen memiliki nilai yang lebih kecil
daripada kelas kontrol yang berarti
kemampuan pemahaman konsep pada
aspek ekstrapolasi kelas kontrol lebih baik
daripada kelas eksperimen. Sedangkan
pada nilai rata-rata post-test kelas
eksperimen memiliki nilai rata-rata yang
lebih besar daripada kelas kontrol. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa

WePFi Vol.1 No.3, Desember 2013

kemampuan pemahaman konsep aspek
ekstrapolasi pada kelas eksperimen lebih
baik daripada kemampuan pemahaman
konsep aspek ekstrapolasi pada kelas
kontrol. Meskipun begitu nilai phitung yang
didapatkan pada aspek ekstrapolasi ini
memiliki nilai yang lebih besar dari taraf
nyata yang bernilai 0,01 Hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan peningkatan pemahaman konsep
pada
penerapan
pembelajaran
menggunakan permainan kuis Jeopardy
yang diterapkan pada kelas eksperimen dan
Talking Stick yang diterapkan di kelas
kontrol untuk aspek ekstrapolasi.
Dari pembahasan di atas didapatkan
bahwa nilai rata-rata pre-test kelas kontrol
untuk masing-masing aspek kemampuan
pemahaman konsep lebih besar daripada
nilai rata-rata pre-test kelas kontrol.
Walaupun demikian nilai rata-rata post-test
kelas eksperimen lebih besar daripada ratarata nilai post-test kelas kontrol untuk tiap
aspek kemampuan pemahaman konsep. Hal
ini juga ditunjukkan oleh nilai gain yang
dinormalisasi yang berbeda pada kedua
kelas
untuk
masing-masing
aspek
kemampuan pemahaman konsep. Nilai gain
yang dinormalisasi pada kelas eksperimen
selalu lebih besar daripada kelas kontrol.
Maka dapat disimpulkan bahwa permainan
kuis Jeopardy dapat lebih meningkatkan
pemahaman konsep fisika daripada
permainan Talking Stick untuk aspek
translasi dan interpretasi serta tidak
terdapat perbedaan peningkatan pada aspek
ekstrapolasi. Untuk lebih mengetahui
perbandingan nilai rata-rata gain yang
dinormalisasi pada masing-masing kelas,
dapat pula dilihat dari Gambar 2. Pada
Gambar 2 disajikan nilai perbandingan
dalam satuan persentase agar nilai gain
yang dinormalisasi dapat terlihat lebih
jelas.

9

Gambar 2. Diagram Batang Perbandingan
Nilai Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi
pada Ketiga Aspek Pemahaman Konsep
Hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan
adanya
peningkatan
pemahaman konsep dari kedua kelas
ditunjukkan oleh nilai gain yang bernilai
positif. Penelitian yang menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT
ini membandingkan dua jenis permainan
yang berbeda yaitu permainan kuis
Jeopardy dan permainan Talking Stick.
Ternyata terdapat perbedaan nilai gain
antara kedua kelas tersebut. Pada kelas
eksperimen diterapkan pembelajaran TGT
dengan permaian kuis Jeopardy memiliki
gain yang lebih tinggi daripada kelas
kontrol yang menerapkan permainan
Talking Stick. Hal ini diduga karena adanya
teknis permainan yang berbeda. Dalam
permainan Talking Stick siswa diminta
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari guru sedangkan permainan kuis
Jeopardy siswa diminta untuk membuat
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya
disediakan oleh guru sehingga pada
permainan kuis Jeopardy siswa dapat lebih
mengkonstruksi
pengetahuan
dan
pemahamannya lebih baik.

10

A. R. Hakim, dkk, - PENERAPAN METODE...

KESIMPULAN
Berdasarkan
nilai
gain
yang
dinormalisasi terlihat bahwa terdapat
peningkatan pemahaman konsep fisika
siswa pada kedua kelas. Dari perbandingan
nilai gain yang dinormalisasi tersebut
terlihat
bahwa
terdapat
perbedaan
peningkatan pemahaman konsep fisika
siswa. Selanjutnya berdasarkan uji
hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney
dapat terlihat bahwa permainan kuis
Jeopardy dapat lebih meningkatkan
pemahaman konsep fisika siswa daripada
permainan Talking Stick.
Nilai gain yang dinormalisasi pada
ketiga
aspek
pemahaman
konsep
menunjukkan bahwa pada kelas yang
diterapkan permainan kuis Jeopardy
memiliki nilai gain yang dinormalisasi
lebih tinggi daripada nilai gain yang
dinormalisasi pada kelas yang diterapkan
permainan Talking Stick. Meskipun pada
kedua kelas terdapat peningkatan nilai
tetapi terdapat perbedaan klasifikasi pada
nilai gain yang dinormalisasi untuk kedua
kelas pada masing-masing aspek. Pada
kelas eksperimen nilai gain yang
dinormalisasi pada aspek translasi dan
interpretasi berada pada klasifikasi yang
sedang tetapi pada aspek ekstrapolasi
berada pada klasifikasi yang rendah.
Sedangkan pada kelas kontrol nilai gain
yang dinormalisasi pada aspek interpretasi
dan ekstrapolasi berada pada klasifikasi
rendah serta pada aspek translasi berada

dalam klasifikasi sedang. Untuk aspek
translasi dan interpretasi dapat disimpulkan
bahwa permainan kuis Jeopardy dapat
lebih
meningkatkan
kemampuan
pemahaman
konsep
fisika
siswa
dibandingkan dengan permainan Talking
Stick sedangkan pada aspek ekstrapolasi
disimpulkan
bahwa
tidak
terdapat
perbedaan peningkatan pemahaman konsep
pada penerapan kedua permainan.

DAFTAR PUSTAKA
Fowler, H. W. and Fowler, F. G. (1951).
The Concise Oxford Dictionary of
Current English. London: Oxford
University Press.
Nokes, M. C. (1949). Science in Education.
London: Macdonald.
Rizki, E. J. (2011) Profil Peningkatan
Prestasi Belajar Siswa dalam
Pembelajaran
Fisika
dan
Kemampuan Berpikir Kreatif dengan
Menerapkan Model Pembelajaran
Discovery Inquiry. Skripsi Sarjana
UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Susetyo, B. (2010). STATISTIKA UNTUK
ANALISIS DATA PENELITIAN,
Dilengkapi Cara Perhitungan dengan
SPSS dan MS Office Excel. Bandung:
Refika Aditama.