T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Seks di Luar Nikah: Studi Kasus FaktorFaktor yang Menyebabkan Perilaku Seks di Luar Nikah Mahasiswa UKSW T1 Full text

PERILAKU SEKS DI LUAR NIKAH : STUDI KASUS
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERILAKU
SEKS DI LUAR NIKAH MAHASISWA UKSW

ARTIKEL TUGAS AKHIR
diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling
untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Theresa Silviana Fury
132013057

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

PERILAKU SEKS DI LUAR NIKAH : STUDI KASUS
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERILAKU

SEKS DI LUAR NIKAH MAHASISWA UKSW
Oleh : Theresa Silviana Fury
Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW
Pembimbing I : Drs. Sumardjono Pm., M.Pd
Pembimbing II : Yustinus Windrawanto, M.Pd
Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-BK

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya seks di luar nikah. Di era globalisasi sekarang ini, rasa keingintahuan tidak
bisa dikontrol lagi. YZ adalah subyek dari penelitian ini, YZ menjalin hubungan
berpacaran dengan kekasihnya mahasiswa RA selama 5 bulan mengaku sudah pernah
bahkan sering melakukan hubungan seksual dengan RA. YZ mengalami keguguran
selama 2 kali dan pernah menggugurkan 2 kali. Tidak hanya dengan pacarnya yang
sekarang, YZ mengaku juga sering melakukan hubungan seksual dengan mantan
pacarnya dahulu. YZ mengaku seks di luar nikah sudah melekat pada dirinya. YZ
salah seorang wanita yang mengalami kecanduan seks. YZ juga mengaku bahwa apa
yang sudah dilakukan itu menyimpang dan berbahaya jika dilakukan terus menerus.
Oleh sebab itu penulis menerapkan teori Sarwono (2003) untuk mengetahui faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya seks di luar nikah pada YZ. Teknik
pengumpulan data menggunakan teori Sugiyono (2009) yaitu observasi, wawacara

dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan
YZ melakukan seks di luar nikah adalah 1) Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam
keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas; 2) Semakin terbukanya peluang
pergaulan di luar nikah; 3) Kekosongan aktivitas fisik dan kognitif dalam kehidupan
sehari-hari; 4) Kepekaan penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan di
luar nikah dan seks di luar nikah relatif tinggi; 5) Banyaknya media yang
mempertontonkan seks di luar nikah; 6) Adanya kemudahan dalam mengantisipasi
resiko kehamilan; 7) Rendahnya pengetahuan YZ tentang kesehatan dan resiko
penyakit berbahaya. Selain itu kurangnya pengendalian diri dan tidak belajar dari
pengalaman juga menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya seks di luar nikah.

PENDAHULUAN
Di era globalisasi yang terus
berkembang ini, teknologi juga kian

berkembang pesat. Manusiapun kini
hidup dalam dunia yang modern,
konsumtif dan meniru budaya Negara
Barat. Remaja sudah mulai „mengerti‟
tentang free sex atau yang dikenal

1

dengan seks bebas atau seks di luar
nikah.
Teknologi
yang
kian
berkembang seperti televisi dan
internet membuat siapa saja dengan
sangat mudah mengakses film-film
maupun gambar-gambar yang berbau
seks.
Hubungan seksual pranikah
adalah hubungan seksual yang
dilakukan tanpa adanya ikatan
pernikahan atau diluar pernikahan,
tidak ada komitmen dan tanggung
jawab didalamnya (Julianto dan
Roswitha, 2009). Menurut Sarwono
(2012) perilaku seksual adalah segala

tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenisnya
maupun sesama jenis. Bentuk tingkah
laku ini dapat bermacam-macam,
mulai dari perasaan tertarik sampai
tingkah laku berkencan, bercumbu dan
bersenggama. Objek seksualnya dapat
berupa orang lain, orang dalam
khayalan maupun diri sendiri. Menurut
Hyde
(dalam
Botlani,
2012)
mengatakan bahwa perilaku seksual itu
dimulai dengan necking, berciuman
bibir, memegang payudara, laki-laki
memegang alat kelamin perempuan,
perempuan memegang alat kelamin
laki-laki,petting, bersenggama, dan
oral seks

Menurut
Hudson
(2003)
pengertian seks telah didefinisikan
dalam berbagai versi oleh para ahli.
Seks memiliki makna yang luas dan
berbeda-beda. Oleh karena itu
pembahasan seks dapat membawa ke
perdebatan yang mengarah pada unsur
negatif dari seks itu yaitu seks di luar
nikah.
Berdasarkan hasil
survei
Komisi Nasional Perlindungan Anak
(KOMNAS-PA) 21,2 persen dari para

siswi SMP tersebut mengaku pernah
melakukan aborsi ilegal. Dari survei
yang diselenggarakan KOMNAS-PA
tersebut terungkap bahwa tren perilaku

seks di luar nikah pada remaja
Indonesia tersebar secara merata di
seluruh kota dan desa, dan terjadi pada
berbagai golongan status ekonomi dan
sosial, baik kaya maupun miskin. Data
tersebut diperoleh berdasarkan survei
oleh
KOMNAS-PA
yang
dikumpulkan dari 4.726 responden
siswa SMP dan SMA di 17 kotabesar.
Temuan itu KOMNAS-PA juga
menunjukan 97 persen remaja SMP
mengaku pernah menonton film porno,
dan 93,7 persen remaja itu mengaku
pernah melakukan berbagai macam
adegan intim lawan jenis sesama
pelajar.
Lebih
lanjut

Sudibyo
menyatakan, berdasarkan data yang
dikumpulkan
oleh
Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
sampai penghujung 2013, diperoleh
temuan bahwa remaja yang mengaku
pernah melakukan hubungan seks di
luar nikah adalah remaja berusia antara
13 sampai 18 tahun. Dari data tersebut
sebanyak 62,7 persen dari para remaja
itu mengaku tidak menggunakan alat
kontrasepsi saat berhubungan intim
dan mengaku melakukannya di rumah
sendiri. (Farhan, 2014)
Berbeda dengan di Yogyakarta,
sepanjang 2015, Dinas Kesehatan DIY
mencatat ada 1.078 remaja usia
sekolah

di
Yogyakarta
yang
melakukan persalinan. Dari jumlah itu,
976 diantaranya hamil di luar
pernikahan. Angka kehamilan di luar
nikah merata di lima kabupaten/kota di
Yogya. Di Bantul ada 276 kasus, Kota
Yogyakarta ada 228 kasus, Sleman ada
219 kasus, Gunungkidul ada 148
kasus, dan Kulon Progo ada 105 kasus.
2

Dalam
pandangannya,
tingginya
tingkat kehamilan pelajar di Yogya
dipengaruhi kurangnya informasi
reproduksi bagi remaja. (Kresna, 2016)
Salah satu akibat dari seks di

luar nikah adalah HIV/AIDS. HIV
adalah
singkatan
dari Human
Immunodeficiency Virus. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh.
Virus ini melemahkan kemampuan
tubuh dalam melawan infeksi dan
penyakit. Salah satu cara penularan
virus ini adalah melalui hubungan seks
tanpa menggunakan kondom dan
berganti-ganti pasangan. Penyebaran
virus HIV/AIDS di Jakarta terus
menjadi perhatian. Data terakhir
sebanyak 47.440 warga terjangkit
virus mematikan tersebut. Sekjen
Komisi
Penanggulangan
AIDS
Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, Rohana

Manggala, mengungkapkan jumlah
pengidap tersebut terdiri dari penderita
HIV ada sebanyak 39.347 orang dan
orang dengan AIDS mencapai 8.093
orang. Itu data terakhir Desember
2015.
Berdasarkan hasil pemetaan
tahun 2014 oleh KPAP DKI Jakarta,
jumlah populasi kunci HIV/AIDS di
Kota Jakarta mencapai 141.633 orang.
Dengan rincian, LSL sebanyak 4.465
orang, waria sebanyak 1.206 orang,
wanita pekerja seks (WPS) langsung
sebanyak 4.193 orang, WPS tidak
langsung sebanyak 7.669 orang dan
penasun sebanyak 2.009 serta Lelaki
Beresiko Tinggi (LBT) sebanyak
122.096 orang. Data sementara
populasi kunci yang terkena HIV
mengalami penurunan. Tetapi populasi

umum atau masyarakat umum terlihat
cenderung naik. Kenaikan populasi

umum yang terkena HIV/AIDS terjadi
salah satunya adalah LBT dan LSL,
sehingga mengakibatkan jumlah ibu
rumah tangga yang terkena HIV juga
mengalami kenaikan (Guruh, 2016)
Dari hasil wawancara dan
pengamatan
dengan
beberapa
mahasiswa. Rata-rata mahasiswa yang
diwawancara menyatakan seks di luar
nikah adalah hal yang biasa.
Mahasiswa
YZ
ini
memiliki
keistimewaan. YZ menjalin hubungan
berpacaran
dengan
kekasihnya
mahasiswa RA selama 5 bulan
mengaku sudah pernah bahkan sering
melakukan hubungan seksual dengan
RA. YZ mengalami keguguran selama
2 kali dan pernah menggugurkan 2
kali. Tidak hanya dengan pacarnya
yang sekarang, YZ mengaku juga
sering melakukan hubungan seksual
dengan mantan pacarnya dahulu. YZ
mengaku seks di luar nikah sudah
melekat pada dirinya. YZ salah
seorang wanita yang mengalami
kecanduan seks. YZ juga mengaku
bahwa apa yang sudah dilakukan itu
menyimpang dan berbahaya jika
dilakukan terus menerus. YZ juga
mengaku takut jika mendapati dirinya
begini terus. Tetapi YZ sudah
kecanduan sehingga tidak bisa
berhenti. Kini karena seks pranikah
menjadi bagian dari hidupnya, YZ
memutuskan untuk menggunakan alat
kontrasepsi berupa pil. YZ mengaku
sudah lelah bila harus menggugurkan
kandungannya lagi. Namun dengan
perilaku seksual YZ yang menyimpang
dari wanita biasanya, YZ tidak
berpenampilan yang mengundang
hasrat seksualitas orang lain, YZ hanya
berpenampilan sangat biasa. Pacarnya,
RA setuju dengan apa yang dilakukan
3

oleh YZ agar meminimalisir resiko
harus bertanggungjawab.
Penulis
tertarik
untuk
melakukan studi kasus terhadap
perilaku mahasiswa YZ tersebut
karena perilaku mahasiswa tersebut
termasuk perilaku menyimpang dari
norma agama dan sosial serta untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
subyek
mengapa
melakukan
hal
tersebut
yang
sesungguhnya perilaku tersebut sudah
diketahui oleh subyek sebagai hal yang
menyimpang
dan
YZ
sudah
menyatakan bahwa dirinya takut dan
cemas jika melakukan seks di luar
nikah terus menerus namun YZ tidak
jera.
LANDASAN TEORI
Istilah
adult
atau
dewasa awal berasal dari bentuk
lampau kata adultus yang berarti telah
tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran
yang sempurna atau telah menjadi
dewasa. Dewasa muda merupakan
periode penyesuaian diri terhadap
pola-pola kehidupan yang baru dan
harapan-harapan sosial baru. Santrock
(2002) mengatakan masa dewasa awal
adalah masa untuk bekerja dan
menjalin hubungan dengan lawan
jenis, terkadang menyisakan sedikit
waktu untuk hal lainnya. Dariyo
(2003) mengatakan bahwa secara
umum individu yang tergolong dewasa
muda (young adulthood) ialah individu
yang berusia 20 sampai 40 tahun.
Sebagai individu yang sudah tergolong
dewasa, peran dan tanggungjawabnya
tentu semakin bertambah besar.
individu tak lagi harus bergantung
secara ekonomis, sosiologis maupun
psikologis pada orangtuanya. Berbeda

dengan Kenniston (dalam Santrock,
2002) yang mengemukakan masa
muda
(youth)
adalah
periode
kesementaraan secara ekonomi dan
pribadi, dan perjuangan antara
ketertarikan pada kemandirian dan
menjadi terlibat secara sosial. Periode
masa muda rata-rata terjadi dua sampai
delapan tahun, tetapi dapat juga lebih
lama. Dua kriteria yang diajukan untuk
menunjukkan akhir masa muda dan
permulaan dari masa dewasa awal
adalah kemandirian ekonomi dan
kemandirian
dalam
membuat
keputusan. Yang paling luas diakui
sebagai tanda memasuki masa dewasa
adalah ketika seseorang mendapatkan
pekerjaan penuh atau tetap (Santrock,
2002).
Perkembangan dewasa dibagi
menjadi tiga bagian yaitu, dewasa
muda (young adulthood ) dengan usia
berkisar antara 20 sampai 40 tahun.
Dewasa menengah (middle adulthood)
dengan usia berkisar antara 40 sampai
65 tahun dan dewasa akhir (late
adulthood) dengan usia mulai 65 tahun
ke atas (Papalia et al, 2007).
Pengertian Seks di Luar Nikah
Seks
pranikah
menurut
Sarwono (2002) adalah hubungan
seksual yang dilakukan oleh pasangan
tanpa ikatan pernikahan. Perilaku seks
pranikah
itu
merupakan
kecenderungan
remaja
untuk
melakukan hal-hal yang makin dalam
untuk melibatkan dirinya dalam
hubungan fisik antar remaja yang
berlainan jenis. Setelah memasuki
masa remaja, setiap manusia baik pria
maupun wanita merasakan adanya
suatu dorongan seksual (nafsu birahi).
Dorongan seksual ialah perasaan erotis
4

terhadap lawan jenis dengan tujuan
akhir melakukan hubungan seksual
(bersetubuh). Pada awalnya dorongan
seksual muncul karena pengaruh
hormon, tetapi kemudian ada faktor
lain yang mempengaruhi dorongan
seksual yaitu faktor psikis, rangsangan
seksual dari luar dan pengalaman
seksual sebelumnya (bercumbu dan
berciuman) disertai faktor coba-coba
dan ingin tahu yang akhirnya
keterusan dan terjerumus dalam seks
di luar nikah. (Tjokronegoro, 2000).
Menurut Hudson (2003) perilaku
seksual adalah perilaku dan aktivitas
fisik seorang yang didorong oleh
hasrat seksual dan menggunakan tubuh
untuk
mengekspresikan
perasaan
erotik yang dilakukan sendiri maupun
melibatkan masyarakat lain di luar
ikatan pernikahan. Menurut Sarwono
(2007) perilaku seks pranikah adalah
perilaku yang didorong oleh hasrat
seksual dengan lawan jenis maupun
sesama jenisnya. Bentuk perilaku
seksual bermacam-macam, mulai dari
perasaan tertarik sampai perilaku
sentuhan, berciuman, berpelukan,
menempelkan alat kelamin yang
biasanya dilakukan dengan memegang
payudara atau memegang alat kelamin
(bercumbuan sampai menempelkan
alat kelamin yaitu dengan saling
menggesek-gesekan
alat
kelamin
dengan pasangan) dan kemudian
bersenggama yang dilakukan di luar
hubungan
pernikahan.
Objek
seksualnya dapat berupa orang lain,
orang dalam khayalan maupun diri
sendiri (Sarwono, 2003).
Menurut Sarwono (2003), dipengaruhi
10 faktor, yaitu :

1) Gagalnya sosialisasi norma-norma
dalam
keluarga,
terutama
keyakinan agama dan moralitas.
Banyak
orang
tua
yang
menganggap
membicarakan
seksualitas sangat tabu bagi anak. Ini
mengakibatkan anak yang berada
dalam masa ingin mencoba yang tinggi
mencari pengetahuannya sendiri dan
tidak tahu itu benar atau salah.
Orangtua juga kurang mengajarkan
betapa
pentingnya
pendidikan
moralitas dan agama dalam anak.
Orangtua merasa anak sudah cukup
mengerti dan tidak perlu terlalu dalam
sedangkan lingkungan diluar orang tua
sangat ramai mempengaruhi anak.
2) Semakin
terbukanya
peluang
pergaulan di luar nikah
Pergaulan yang makin di luar nikah
didukung oleh peluang yang ada.
Dewasa awal yang baru melepas masa
remajanya kurang mendapati perhatian
dan kontrol orang tua dikarenakan
orang tua terlalu sibuk dan tidak
memberikan kasih sayang yang pas
sehingga semakin mudah bagi
orangtua untuk melakukan pergaulan
di luar nikah karena mendapati
perhatian yang mereka butuhkan di
luar sana.
3) Kekosongan aktivitas fisik dan
kognitif dalam kehidupan seharihari
Tidak bisa memanfaatkan waktu
luang dengan baik. Terlalu banyak
melakukan hal-hal yang kurang
berguna.
Kekosongan
ini
menyebabkan individu memikirkan hal
negatif
dan
berusaha
mencari
kesenangan dan kepuasan pada dirinya

5

seperti melalukan masturbasi, onani
dan melamun/berimaginasi.

mereka berikan sehingga mendapatkan
dengan mudah.

4) Kepekaan
penyerapan
dan
penghayatan terhadap struktur
pergaulan di luar nikah dan seks di
luar nikah relatif tinggi
Terlalu mudah untuk menerima hal
baru tanpa mereka mengetahui secara
benar termasuk seks di luar nikah.
Berawal dari rasa penasaran dan
kemudian mencoba tanpa tahu apa
resiko yang akan dihadapi.

8) Rendahnya pengetahuan tentang
kesehatan dan resiko penyakit
berbahaya
Kurangnya
pengetahuan
dan
informasi di kalangan mengenai
bahaya hubungan seksualitas pranikah
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya hubungan
seksualitas pranikah. Individu dengan
di luar nikahnya melakukan tanpa tahu
bahayanya seperti hamil dan HIV.

5) Rendahnya kepedulian dan kontrol
sosial masyarakat
Sebagian masyarakat hanya
diam melihat orang berpacaran dan
berciuman di depan rumahnya.
Rendahnya
kontrol
masyarakat
mengakibatkan sebagian merasa di
luar nikah berperilaku seks di luar
nikah karena masyarakat tidak
menegurnya.
6) Banyaknya
media
yang
mempertontonkan seks di luar
nikah
Banyaknya
media
yang
memperlihatkan hubungan seksualitas
ini sangat mudah diaskes seperti
internet, majalah, VCD atau melalui
HP.
Orang
membuka
dan
mendapatkan banyak video dan
gambar porno dengan mudah.
7) Adanya
kemudahan
dalam
mengantisipasi resiko kehamilan
Banyaknya alat kontrasepsi
yang mudah didapatkan dan dijual
secara umum membuat pelaku seks di
luar nikah merasa aman. Penjualpun
tidak memandang pada siapa saja
mereka menjualnya. Usia berapapun

9) Sikap
dan
busana
yang
mengundang hasrat seksualitas
Wanita yang sekarang banyak
mengikuti budaya barat seperti pakaian
mereka yang minim digunakan.
Melihat banyak aurat yang dibuka
mengundang pikiran laki-laki yang
ingin
melakukan
hal-hal
yang
seharusnya tidak dilakukan.
10) Tersedia lokalisasi atau legalitas
pekerja seks
Dengan
mudah
memperoleh
pasangan untuk melakukan hubungan
seksual di tempat-tempat yang
disediakan. Hanya dengan membayar
dan dengan mudah mendapatkan
kepuasan seksualitas. Sampai sekarang
lokasi sangat mudah didatangi
siapapun dan usia berapapun asal
individu mempunyai uang.

Bentuk-Bentuk Perilaku Seks di
Luar Nikah
Maslan (2004) dan Mu‟tadin (2002)
menyebutkan bentuk-bentuk perilaku
seks di luar nikah adalah sebagai
berikut:
6

1) Kissing
Ciuman yang dilakukan untuk
menimbulkan rangsangan seksual,
seperti di bibir disertai dengan rabaan
pada bagian-bagian yang sensitif yang
bisa menimbulkan rangsangan seksual.
Berciuman dengan bibir tertutup
merupakan ciuman yang umum
dilakukan. Berciuman dengan bibir
terbuka dan termasuk menggunakan
lidah itulah yang disebut dengan
french kiss. Kadang-kadang ciuman ini
juga
dinamakan
ciuman
mendalam/soul kiss.
2) Necking
Berciuman biasanya termasuk
mencium wajah dan leher. Necking
adalah istilah yang umunya untuk
menggambarkan ciuman dan pelukan
yang lebih mendalam
3) Petting
Perilaku menggesek-gesekkan
bagian tubuh yang sensitif seperti
payudara
dan
organ
kelamin.
Merupakan langkah yang lebih
mendalam dari necking. Ini termasuk
merasakan dan mengusap-usap tubuh
pasangan termasuk lengan, dada, buah
dada, kaki, dan kadang-kadang daerah
kemaluan, entah di luar atau di dalam
pakaian.
4) Intercourse
Bersatunya dua orang secara
seksual yang dilakukan oleh pasangan
pria dan wanita yang ditandai dengan
penis pria yang ereksi masuk kedalam
vagina untuk mendapatkan kepuasan
seksual.

METODE
Pendekatan yang digunakan ini
adalah pendekatan kualitatif. Bogdan
dan Taylor (1992;21-22) menjelaskan
bahwa penelitian kualitatif adalah
salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati. Jenis
penelitian ini diselenggarakan dalam
bentuk studi kasus dengan tipe the
uncontrolled case study berjenis
singgle subject design mengacu pada
rumusan Hepnner (2008), mengenai
penyelenggaraan studi kasus dengan
subyek tunggal. Penulis memilih
metode ini dengan tiga pertimbangan,
yaitu 1) yang diteliti adalah fenomena
sosial sebagaimana Sugiyono (2008),
mendefinisikan studi kasus sebagai
salah satu metode penelitian ilmu-ilmu
sosial, 2) yang diteliti adalah situasi
sosial yang kompleks sebagaimana
pendapat Wittgenstein (dalam Thomas,
2011), penelitian studi kasus untuk
meneliti sesuatu yang kompleks, dan
3) situasi sosial yang diteliti
menunjukkan hal yang tidak biasa atau
istimewa
sebagaimana
pendapat
Thomas (2011), penelitian studi kasus
diselenggarakan karena ada sesuatu hal
yang berbeda dari biasanya.
Langkah-langkah
penelitian
studi kasus menurut Yin (2011) adalah
1) Pemilihan kasus, 2) Pengumpulan
data, 3) Analisis Data, 4) Perbaikan
(refinement), 5) Penulisan laporan.
Subyek dalam penelitian ini adalah
seorang mahasiswa perempuan yang
berumur 25 tahun yang kecanduan
seks di luar nikah.

7

Teknik pengumpulan data berupa
triangulasi teknik yaitu pengumpulan
data dengan teknik yang berbeda-beda
untuk mendapatkan data dari sumber
data yang sama (Sugiyono, 2009).
Berikut teknik pengumpulan data
penelitian ini, yaitu:
1. Pengamatan
Melalui pengamatan seorang
peneliti mempelajari apa yang ada di
sekitarnya. Dari data hasil pengamatan
ini, penulis akan mengidentivikasi
perilaku
subyek.
Pengamatan
dilakukan dengan metode partisipatif
secara tersamar itu pada saat penulis
mengadakan wawancara. Pihak yang
dilibatkan dalam proses observasi
adalah keluarga, teman sekitar dan
saudara YZ.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan tiga cara yaitu tak
terstruktur, semiterstruktur dan
terstruktur. Penulis mengunakan tiga
metode tersebut untuk menciptakan
proses wawancara yang terfokus.
Menurut Esterberg (dalam Sugiyono,
2009), wawancara tak terstruktur
digunakan pada tahap awal karena
peneliti belum mengetahui data apa
saja yang diperoleh, sehinggga dapat
diperoleh informasi awal tentang
berbagai isu atau permasalahan yang
ada pada subyek yang diteliti.
Menurut Yin (2011) wawancara
merupakan sumber bukti yang esensial
bagi studi kasus karena umumnya
berkenaan
dengan
urusan
kemanusiaan. Urusan kemanusiaan ini
harus dilaporkan dan diinterpretasikan
melalui penglihatan pihak yang
diwawancara dan responden lain yang
mempunyai informasi dan dapat

memberikan
keterangan-keterangan
penting dengan baik.
3. Dokumentasi
Untuk studi kasus dokumen sangat
penting dalam mendukung dan
menambahkan bukti dari sumber lain
(Yin,
2011).
Penulis
akan
menggunakan
dokumen-dokumen
terkait dengan subyek yang dapat
diperoleh dengan seijin dari YZ.
Dalam menganalisis data studi
kasus, Yin (2011) menyarankan untuk
menggunakan teknik analisis Miles
dan Huberman. Data-data yang
terkumpul di analisis dengan tiga
langkah mengikuti model Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2009) yaitu
reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan verifikasi.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan analisis hasil
penelitian YZ, dapat diuraikan sebagai
berikut:
Faktor yang mempengaruhi
terjadinya seks di luar nikah adalah:
1. Gagalnya
sosialisasi
norma-norma
dalam
keluarga,
terutama
keyakinan
agama
dan
moralitas.
Di dalam suatu keluarga
pasti terdapat norma-norma
atau aturan yang berlaku.
Agama
dan
moralitas
dalam keluarga sangatlah
penting. Peranan orang tua
juga amat penting. YZ
memiliki orang tua yang
santai sehingga YZ merasa
bebas dan sudah terbiasa
tidak terikat. Ketika ada
8

aturan, YZ berontak. Ada
anggota keluarga yang sakit
juga membuat perhatian
keluarga tertuju kepada
satu anggota keluarga saja
sehingga
YZ
kurang
mendapat perhatian. Norma
agama dalam keluarga
sangat penting namun
ketika orang tua dalam
keluarga itu memiliki dua
keyakinan yang berbeda,
YZ diharuskan memilih
satu diantara keduanya, itu
menimbulkan kecemburuan
dan
perbedaan
dalam
pengajaran norma-norma
yang berlaku. Itu menjadi
peluang YZ melakukan
seks di luar nikah.
2. Semakin
terbukanya
peluang pergaulan bebas
Faktor ini juga berpengaruh
kepada YZ karena YZ
sering
menginap
atau
tinggal bersama RA. Kos
yang bebas dan peluang
mendapat pinjaman kos
menjadi suatu kesempatan
bagi YZ. Memasuki dunia
punk juga yang membuat
YZ
melakukan
itu.
Lingkungan
keberadaan
sangat mempengaruhi.
3. Kekosongan aktivitas fisik
dan
kognitif
dalam
kehidupan sehari-hari
Di kala YZ memiliki waktu
luang,
YZ
tidak
menggunakannya
untuk
berolahraga karena YZ
tidak menyukai olahraga.
Main hanya hal yang
dilakukan
YZ.
Inilah

peluang besar saat YZ
merasa kesepian hanya
berdua dengan pacarnya
atau
bersama
dengan
teman-temannya,
hasrat
seksualitas
YZ
tidak
tersalurkan sehingga seks
di luar nikah menjadi
peluang yang amat besar.
4. Kepekaan penyerapan dan
penghayatan
terhadap
struktur pergaulan bebas
dan seks bebas
Mengapa penyerapan dan
penghayatan terhadap seks
bebas dan pergaulan bebas
sangat penting? Karena
disini dapat mempelajari
bagaimana
sebaiknya
individu
mulai
berhubungan
seksual.
Sharing dengan teman
kadang sangat penting
namun jika
berada di
lingkungan yang salah
maka itu juga menjadi
faktor penyebab terjadinya
seks di luar nikah. YZ
berada di lingkungan anak
punk yang mengajari YZ
melakukan hal demikian.
Pemahaman lingkungannya
sudah salah dan menjadi
kebiasaan dalam diri YZ
sehingga kini YZ juga tidak
merasa takut melakukan hal
demikian.
5. Banyaknya media yang
mempertontonkan
seks
bebas
YZ ditemukan banyak
menyimpan video porno di
laptopnya, YZ sendiri dan
teman-temannya mengaku
telah sering melihatnya. Ini
9

disebabkan banyaknya web
di internet yang dengan
mudah mengakses video
maupun
gambar-gambar
porno.
Ini
sangat
mempengaruhi terjadinya
seks di luar nikah.
6. Adanya
kemudahan
mengantisipasi
resiko
kehamilan
Sekarang ini banyak dijual
bebas di apotek/toko eceran
alat kontrasepsi dan tidak
memandang berapa umur
pembelinya. YZ mengaku
memakai alat kontrasepsi
yang dijual bebas agar
mencegah resiko kehamilan
karena YZ mengaku lelah
jika harus hamil terus
menerus.
Mudahnya
mendapatkan
alat
kontrasepsi
ini
sangat
berpengaruh terhadap seks
di luar nikah karena bagi
yang melakukannya, resiko
yang dihadapi semakin
sedikit.
7. Rendahnya
pengetahuan
tentang kesehatan dan
resiko penyakit berbahaya
Sosialisasi yang banyak
diselenggarakan
belum
tentu efektif bagi anak
jaman sekarang. Sekarang
ini banyak yang tidak
mempedulikannya
dan
tidak berpikir panjang. YZ
tahu
bagaimana
cara
melakukan
dan
tahu
akibatnya melakukan seks
di luar nikah namun YZ
tidak berpikir panjang.
Ketika sudah terlanjur
terkena penyakit yaitu YZ

pernah menstruasi 3 bulan
tanpa berhenti, YZ sudah
terlanjur
tidak
bisa
mengendalikan
dirinya
untuk berhenti melakukan
seks di luar nikah karna
sudah menjadi kebiasaan.
8. Tersedianya lokalisasi atau
legalisasi pekerja seks
Lokalisasi yang dimaksud
disini adalah tempat untuk
melakukan hubungan seks
di luar nikah. Bagi seorang
mahasiswa, YZ memiliki
pacar RA yang tinggal di
kos-kosan yang bebas. Itu
menjadi tempat utama bagi
YZ
dan
RA
untuk
melakukan seks di luar
nikah. Apalagi YZ yang
mengaku sering menginap
bersama RA.
Faktor
yang
tidak
mempengaruhi terjadinya seks di luar
nikah adalah:
1. Rendahnya kepedulian dan
kontrol sosial masyarakat
Menurut pengamatan dan
wawancara dengan YZ
maupun
dengan
narasumber lain, rumah YZ
memang bisa dikatakan
tidak memiliki tetangga
dekat. Namun bukan berarti
tetangga jauhnya tidak
member kontrol pada YZ.
Terbukti
walaupun
narasumber
mengatakan
bahwa tetangga YZ cuek
dan tidak peduli, namun
YZ
mengatakan
tetangganya suka mengadu
kepada
orangtua
YZ
10

tentang apa yang dilakukan
YZ, itu adalah salah satu
contoh kepedulian tetangga
YZ karena hanya YZ yang
dapat
merasakan
dan
mendapat teguran tidak
langsung dari tetangganya.
2. Sikap dan busana yang
mengundang
hasrat
seksualitas
Banyak yang beranggapan
ketika orang memakai
pakaian yang terbuka atau
seksi itu adalah orang yang
tidak baik pergaulannya.
Namun
menurut
data
penulis,
subyek
YZ
memakai pakaian yang
biasa saja, yang penting
nyaman. Hanya kaos dan
sebatas
celana
namun
perilaku seseorang ternyata
tidak bisa dinilai dari
penampilannya saja.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis, faktor yang
mempengaruhi perilaku seks di luar
nikah menurut Sarwono (2003) yaitu:
1. Gagalnya norma-norma dalam
keluarga, terutama keyakinan
agama dan moralitas.
2. Semakin terbukanya peluang
pergaulan bebas
3. Kekosongan aktivitas fisik dan
kognitif dalam kehidupan
sehari-hari
4. Kepekaan penyerapan dan
penghayatan terhadap struktur
pergaulan bebas dan seks bebas
5. Banyaknya
media
yang
mempertontonkan seks bebas

6. Adanya
kemudahan
mengantisipasi
resiko
kehamilan
7. Rendahnya
pengetahuan
tentang kesehatan dan resiko
penyakit berbahaya
8. Tersedianya lokalisasi atau
legalisasi pekerja seks
Faktor yang tidak mempengaruhi
terjadinya seks di luar nikah yaitu:
1. Rendahnya kepedulian dan
kontrol sosial masyarakat
2. Sikap dan busana yang
mengundang hasrat seksualitas
Faktor lainnya yang
mempengaruhi terjadinya seks di luar
nikah menurut Rintyastini (2006: 108)
ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab remaja terjebak dalam seks
bebas yaitu:
1. Perubahan hormon ketika
seseorang memasuki masa
remaja. Hal ini mengakibatkan
organ-organ seks menjadi
matang dan membutuhkan
penyaluran. YZ
memasuki
dunia remaja dan mulai tumbuh
sebagai dewasa muda menjadi
sosok yang tidak menyukai
olahraga
sehingga
napsu
seksualitasnya
tidak
tersalurkan.
2. Motivasi untuk mewujudkan
rasa sayang dan cinta dengan
didominasi
oleh
perasaan
kedekatan
dan
gairah
komitmen
yang
jelas. YZ
hanya menjalin hubungan
dengan satu orang ketika
melakukan hubungan seks di
luar nikah namun YZ belum
ada pandangan serius untuk

11

kearah yang lebih matang yaitu
menikah.
3. Rasa ingin tahu yang besar
untuk mencoba segala hal yang
belum diketahui. YZ memiliki
rasa ingin tahu yang besar. YZ
berani
mencoba
sebelum
belajar mengenai seks di luar
nikah dan resiko yang akan
terjadi.
1. Faktor
lingkungan,
lingkungan juga punya
peranan cukup besar
dalam membuat remaja
terjebak pada seks di
luar nikah. Lingkungan
yang menjadikan seks
di luar nikah hal yang
biasa membuat YZ
makin
terdukung
hingga YZ lepas dari
lingkungannya namun
menjadi kebiasaan atau
sekarang bisa disebut
kebutuhan.
4. Adanya budaya barat yang
masuk ke dalam negeri yang
mengutamakan
nafsu,
merambah
aspek
hidup
remaja. Banyaknya
tontonan
video maupun gambar yang
mudah diakses sehingga dapat
merangsang seksualitas tubuh.
Seperti YZ yang sering
menonton video porno.
5. Kurangnya
dasar-dasar
keimanan di dalam diri. YZ
mengakui akan kurangnya
kedekatan YZ dengan Tuhan.
Hal ini merupakan penyebab
tidak ada pondasi ketaatan
dalam norma agama.

Penelitian ini relevan dengan
penelitian dari “Perilaku Seks Pranikah
dalam Berpacaran: Studi Kasus
Perilaku Seks Pranikah di Lingkungan
Remaja di Kota Salatiga” yang ditulis
oleh Susi Septi Harningrum tahun
2014 yang menyatakan bahwa faktorfaktor yang menyebabkan perilaku
seks di luar nikah adalah rasa ingin
tahu, pergaulan dan minimnya
pendidikan seks serta banyaknya
media yang mempertontonkan seks di
luar nikah.
PENUTUP
Berdasarkan
analisis
hasil
penelitian, dapat diambil kesimpulan
bahwa banyak faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya seks di luar
nikah dikalangan mahasiswa. Sarwono
(2003) menyebutkan ada 10 faktor
yang menjadi faktor penyebab
terjadinya seks di luar nikah. Peneliti
mengambil subyek YZ dan dapat
disimpulkan adalah sebagai berikut :
Faktor yang mempengaruhi
terjadinya seks di luar nikah
adalah:
Gagalnya sosialisasi norma-norma
dalam keluarga, terutama keyakinan
agama dan moralitas, semakin
terbukanya peluang pergaulan bebas,
kekosongan aktivitas fisik dan kognitif
dalam kehidupan sehari-hari, kepekaan
penyerapan dan penghayatan terhadap
struktur pergaulan bebas dan seks
bebas, banyaknya
media
yang
mempertontonkan seks bebas, adanya
kemudahan mengantisipasi resiko
kehamilan, rendahnya pengetahuan
tentang kesehatan dan resiko penyakit
berbahaya.
Faktor
yang
tidak
mempengaruhi terjadinya seks di luar
12

nikah adalah rendahnya kepedulian
dan kontrol sosial masyarakat, sikap
dan busana yang mengundang hasrat
seksualitas dan tersedianya lokalisasi
atau legalisasi pekerja seks.
Selain itu YZ juga tidak
memiliki pengendalian diri yang cukup
dan tidak belajar dari pengalaman
yang sudah YZ alami.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian
(Edisi Revisi). Malang: UMMPress.
2012
Dariyo,

A.
2003.
Psikologi
Perkembangan
Dewasa
Muda . Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Farhan, K. 2014. Setengah dari
Jumlah Gadis Muda Kota Hilang
Keperawanan,
(online),
(
http://beritakaltara.com/?p=2053,
diaskes 17 Mei 2017)
Guruh.

2016. 47.440 Pengidap
HIV/AIDS
di
Jakarta ,
(Online),
(http://poskotanews.com/2016
/03/25/47-440-pengidaphivaids-di-jakarta/, diaskes 17
Mei 2017)

Howe, N. & Nadler, R. (2012). Why
Generations Matter: Ten
Findings from LifeCourse
Research on the Workforce,
(Online),
(https://www.lifecourse.com/a
ssets/files/Why%20Generatio
ns%20Matter%20LifeCourse
%20Associates%20Feb%202

012.pdf, diaskes pada 9 Mei
2017)
Hyde, J. S. 2012. Understanding
Human Sexuality (ed. Ke-11). USA:
McGraw Hill
Hudson W.W. 2003. Sexual Attitude
Scale,
(Online),
(http://walmyr.com.tallahasse
e, diakses pada tanggal 19
Januari 2017)
Julianto dan Roswitha. 2009. Seks
Pranikah
dan
Tanggung
Jawab
Kita ,
(Online),
(http://ebahana.com/warta694-Seks-Pranikah-danTanggung-Jawab-Kita.html.
diakses pada 8 Mei 2017)
Kauma, Fuad. 2002. Sensasi Remaja di
Masa Puber: Dampak Negatif
dan
Penanggulangannya .
Jakarta: Kalam Mulia.
Kresna. 2016. Dalam Setahun 976
Pelajar Yogyakarta Hamil di
Luar
Nikah,
(Online),
(https://www.merdeka.com/pe
ristiwa/dalam-setahun-976pelajar-yogyakarta-hamil-diluar-nikah.html, diaskes 17
Mei 2017)
Masland, P.R. 2004. Apa yang Ingin
Diketahui Remaja tentang
Seks. Jakarta: Bumi Aksara.
Miron, Amy G. dan Miron, Charles D.
2006. Bicara Soal Cinta,
Pacaran, dan Seks kepada
Remaja: Panduan Guru dan
Orang Tua . Jakarta: Esensi.

13

Papalia, D.E., Old, S.W., dan Feldman,
R.D. 2008. Human
Development (Psikologi
Perkembangan). Jakarta:
Kencana.
Rintyastini, Y, Charlotte, SY. 2006.
Bimbingan dan Konseling
SMP Kelas VII. Jakarta:
Erlangga.
Santrock, J.W. 2002. Life-Span
Development: Perkembangan
Masa Hidup (edisi kelima).
(Penerj. Ahmad Chusairi,
Juda Damanik; Ed. Herman
Sinaga, Yati Sumiharti).
Jakarta: Erlangga.
Sarwono. S.W. 2011.
Remaja . Jakarta: Raja
Persada

Psikologi
Grafindo

Sarwono, S.W. 2012. Psikologi
Remaja
(Edisi
Revisi).
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Thomas, Gary. 2011. How to Do Your
Case Study: for Student and
Researches. London: Sage
publication.
Yin, Prof. Dr. Robert K. 2011. Studi
Kasus: Desain dan Metode
(cetakan Ke-10). Jakarta:
Rajawali Pers.

14

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25