Penerapan Perizinan Terpadu dalam Penerbitan Izin Lingkungan di Provinsi Sumatera Utara (studi Izin Lingkungan PT. Arah Environmental)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UUD 1945mengamanatkan pemerintah dan seluruh unsur masyarakat
wajib melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidupdalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, agar lingkungan hidup Indonesia tetap
menjadi sumber daya dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta mahluk
hidup lain.
Pasal 33 UUD 1945 merupakan norma dasar pengelolaan lingkungan
hidup di Indonesia, yakni sebagai berikut:
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat
hidup orang banyakdikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi,
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadian, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan,kemandirian, sertadengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.

Untuk melaksanakan amanat konstitusi di atas dibentuk peraturan
perundang-undangan bidang lingkungan hidup yang mencakup perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup di indonesia. Peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan lingkungan, menurut Munadjat Danusaputra, sebagaimana
dikutip M. Daud Silalahi, “disebut sebagai hukum yang berwawasan penggunaan
(use oriented law) sebab yang diatur adalah penggunaan unsur-unsur lingkungan,
seperti tanah, air, hutan, atau perikanan. 1 Perkembangan saat ini, pengaturan

1

M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia, (Bandung: Alumni, 2001).hlm. 25.

Universitas Sumatera Utara

pengelolaan lingkungan hidup dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup mulai
ke arah keseimbangan antara kepentingan ekologi, ekonomi dan sosial.
Menurut M. DaudSilalahiUndang-Undang Lingkungan Hidup dapat
digunakan:
Pertama, Undang-Undang Lingkungan Hidup sebagai dasar peraturan

pelaksanaannya baik tingkat pusat maupun di daerah dari semua aspek
lingkungan; kedua, landasan untuk untuk menilai dan menyesuaikan
semua peraturan perundang-undangan yang memuat ketentuan tentang
segi-segi lingkungan hidup yang kini telah berlaku seperti antara lain
peraturan perundang-undangan di bidang pengairan, perkebunan dan
energi, kehutanan, perlindungan dan pengawetan/pelestarian alam,
industri, pemukiman, tata ruang dan tata guna tanah. 2
Hukum lingkungan telah berkembang dengan pesat, bukan saja dalam
hubungannya dengan fungsi hukum sebagai perlindungan, pengendalian, dan
kepastian bagi masyarakat (sosial control) dengan peran agent of stability, tetapi
terlebih menonjol bagi sarana pembangunan (a tool of social engineering) dengan
peran sebagai agent of development atau agent of change. 3
Cita cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan good governance dan clean
government adalah tuntutan fundamental bagi tatanan masyarakat global, maupun
masyarakat lokal 4. Dalam negara hukum kesejahteraan yang dianut Indonesia,
tugas utama pemerintah untuk mewujudkan tujuan negara salah satunya melalui
pelayanan publik, dan turut sertanya pemerintah dalam kehidupan sosial
masyarakat. Salah satu otoritas pemerintah tersebut adalah penyelenggaraan
sistem perizinan di bidang lingkungan hidup.


2

Ibid, hlm.36.
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan Dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional,
(Surabaya: Airlangga University Press, 2005), hlm. 1-2.
4
Jawahir Thantowi, Norma Hukum Pelayanan Publik, Jurnal Hukum. Vol 14 No. 3,
April, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Pancasila, 2004), hlm. 435.
3

Universitas Sumatera Utara

UU-PPLH menetapkan perizinan sebagai salah satu Instrumenpencegahan
pencemaran dan/ataukerusakan lingkungan hidup yaitu: 5
a.
b.
c.
d.
e.
f.

g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

KLHS;
tata ruang;
baku mutu lingkungan hidup;
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
amdal;
UKL-UPL;
perizinan;
instrumen ekonomi lingkungan hidup;
peraturan perundang-undangan berbasislingkungan hidup;
anggaran berbasis lingkungan hidup;
analisis risiko lingkungan hidup;

audit lingkungan hidup; dan
instrumen lain sesuai dengan kebutuhan
dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.
Perizinan adalah suatu contoh yang baik tentang berbarengnya fungsi

instrumental dan normatif dari hukum lingkungan. Segi instrumental dari
perizinan antara lain terdiri dari hal bahwa kebijaksanaan lingkungan
dilaksanakan dengan perantaraan perizinan itu. Perizinan adalah suatu alat untuk
menstimulasi perilaku yang baik untuk lingkungan atau untuk mencegah perilaku
yang tidak dikehendaki. Segi normatif dari perizinan adalah bahwa hukum
menentukan peraturan-peraturan mana yang dapat kita cakupkan untuk dipakai
bagi suatu perizinan. Kaidah-kaidah hukum lingkungan memperoleh isi yang
konkret karena pemberian izin dan karena mengkaitkan peraturan-peraturan pada
perizinan itu. 6
Menurut Sjachran Basah, Izin adalah perbuatan hukum administrasi negara
bersegi satu yang menghasilkan peraturan dalam hal konkret berdasarkan
5

Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

6
Siti Sundari Rangkuti, Lampiran Pada Pengantar Hukum Perizinan, (Surabaya:
Kerjasama Hukum Indonesia-Belanda, 1992), hlm. 17.

Universitas Sumatera Utara

persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan ketentuan oleh perundangundangan yang berlaku. 7
Izin dalam arti sempit (perizinan) ialah suatu persetujuan dari penguasa
berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan
tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. 8 makna
hukum yang dapat ditemukan dalam izin menurut pendapat diatas adalah adanya
perkenaan untuk melakukan sesuatu yang semestinya dilarang, 9 sehingga akan
dapat ditemukan dalam berbagai wujud perizinan, seperti izin, dispensasi, lisensi,
konsesi, rekomendasi, dan lain sebagainya. 10
Sebagai bagian dari keputusan pemerintah, maka perizinan adalah
tindakan hukum pemerintah berdasarkan kewenangan publik yang membolehkan
atau memperkenankan menurut hukum bagi seseorang atau badan hukum untuk
melakukan sesuatu kegiatan. Instrumen perizinan diperlukan pemerintah untuk
mengkonkretkan wewenang pemerintah. Tindakan ini dilakukan melalui
penerbitan keputusan tata usaha negara. 11

Salah satu otoritas pemeritah dalam rangka perlindungan dan pengelolan
lingkungan hidup adalah menerapkan izin lingkungan (enviromental licence).
Perizinan di istilahkan dengan licence, permit (Inggris); vergunning (Belanda).
Izin hanya merupakan otoritas dan monopoli pemerintah. tidak ada lembaga lain
diluar pemerintah yang bisa memberikan izin pengelolaan lingkungan, dan ini

7

Juniarso Ridwan, Ahmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara Dan Kebijakan
Publik, (Bandung: Nuansa, 2010), hlm. 92.
8
N.M Spelt dan J.B.J.M Ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh Philipus
M. Hadjon, (Surabaya: Yuridika, 1993), hlm, 1-2.
9
Ibid
10
IMade Arya Utama, Hukum Lingkungan, Sistem Hukum Perizinan Berwawasan
Lingkungan Untuk Pembangunan Berkelanjutan, (Bandung: Pustaka Sutra, 2007), hlm 120.
11
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 29.


Universitas Sumatera Utara

berkaitan dengan prinsip kekuasaan negara atas semua sumber daya alam demi
kepentingan hajat hidup orang banyak. 12
Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib analisis mengenai dampak
lingkungan hidup atau upaya pengelolaan lingkungan hidup-upaya pemantauan
lingkungan hidup dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. 13
Perizinan diatur dalam paragraf 7 UU-PPLH yaitu:
Pasal 36 UUPPLH:
1. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKLUPL wajib memiliki izin lingkungan.
2. Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.
3. Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
4. Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri,

bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

gubernur,

atau

Selanjutnya Pasal 37 UUPPLH:
1. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
wajib menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin
tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL.
2. Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4) dapat
dibatalkan apabila :

12

Ibid, hlm. 26.
Pasal 1 butir (35) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
13


Universitas Sumatera Utara

a. Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung
cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi.
b. Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum
dalam keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup
atau rekomendasi UKL-UPL, atau
c. Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKLUPL tidak dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan.
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (2), izin
lingkungan dapat dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata usaha negara.

14

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
wajib mengumumkan setiap permohonan dan keputusan izin lingkungan.
Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara yang
mudah diketahui oleh masyarakat. 15
Ketentuan di atas merupakan pelaksanaan atas keterbukaan informasi,

dengan adanya pengumuman memungkinkan peran serta masyarakat, khususnya
yang belum menggunakan kesempatan dalam prosedur keberatan, dengar
pendapat, dan lain-lain dalam proses pengambilan keputusan. Izin lingkungan
persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan, dalam hal izin
lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan dibatalkan. Dalam hal usaha
dan/atau kegiatan mengalami perubahan, penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan wajib memperbaharui izin lingkungan. 16

14

Pasal 38 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
15
Pasal 39 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
16
Syamsul Arifin, Hukum Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Di
Indonesia, (Jakarta: P.T. Sofmedia, 2012). hlm. 108.

Universitas Sumatera Utara

Untuk melaksanakan hukum lingkungan dibutuhkan tindakan nyata
pemerintah. Perizinan terpadu bidang lingkungan hidup merupakan bentuk
tindakan pemerintah dalam rangka melaksanakan hukum lingkungan. Perizinan
wujud penyelenggaraan wewenang pemerintah dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Aktivitas perizinan bidang lingkungan jelas akan
menimbulkan dampak negatif dan dampak positif terhadap lingkungan.
Menurut Siti Sundari Rangkuti menyatakan:
Peraturan perundang-undangan lingkungan yang disiapkan penyusunannya
guna menunjang Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai wadah menuangkan kebijaksanaan lingkungan
merupakan salah satu jalan keluar bagi masalah lingkungan.untuk tujuan
tersebut hukum sebagai sarana pembangunan dan rekayasa sosial dengan
perannya sebagai agent of change merupakan tumpuan harapan bagi
terwujudnya pembangunan berkelanjutan. Semua peraturan perundangundangan tersebut diatas dapat terangkum dalam satu sistem hukum
lingkungan Indonesia. Norma hukum yang terdapat dalam UU-PPLH
merupakan ketentuan pokok yang menghendaki keterpaduan hukum
lingkungan hidup Indonesia. 17
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam UU-PPLH
dilakukan

berdasarkan

asas

keterpaduan. 18

Beberapa

ketentuan

yang

membuktikan keterpaduan tersebut adalah dalam penjelasan umum UU-PPLH
angka 2 (dua) berbunyi: “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
menuntut dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan
nasional perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan
secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah”. Mengenai
keterpaduan sistem perizinan lingkungan hidup dapat juga ditelusuri pada
ketentuan umum Pasal 9 sampai Pasal 11 tentang rencana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
17

Siti Sundari Rangkuti, Op cit. hlm. 12-13.
Pasal 2 Huruf d Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
18

Universitas Sumatera Utara

Secara akademik, konsep izin lingkungan terpadu dapat dilihat dari dua
aspek. Pertama terkait dengan pemberian kewenangan penerbitan izin kepada satu
institusi saja sehingga tidak lagi terbagi atas dua atau lebih institusi seperti
keadaan sekarang. Aspek kedua terkait dengan pernyataan terhadap jenis kegiatan
usaha apa izin lingkungan itu di berlakukan . 19 Hal inilah salah satu yang menjadi
kelemahan dalam penerbitan izin lingkungan hidup karena prosedur yang cukup
lama dan memberatkan pihak pengusaha.
Pemerintah telah berupaya mewujudkan sistem perizinan terpadu dengan
pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang bertujuan untuk
meningkatkan investasi di Indonesia. Ditinjau dari segi hukum lingkungan, PTSP
belum menjadikan UU-PPLH sebagai pedoman dalam pelayanan izin, PTSP baru
upaya dari sisi administratif saja.
Berdasarkan konsep keterpaduan sistem perizinan lingkungan hidup,
seluruh peraturan perundang-undangan bidang lingkungan hidup harusnya
sinkron, tidak seperti sekarang yang sistem perizinannya masih diatur oleh
undang-undang tersendiri seperti di bidang kehutanan, perkebunan, dan
pertambangan, sehingga menimbulkan ego sektoral dalam penyelenggaraan
perizinan.
Dalam UU-PPLH tidak lagi menggunakan konsep kewenangan negara,
tetapi kewenangan pemerintah yang dibedakan atas pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota. Perubahan konsep ini tampaknya didasarkan
pada pertimbangan bahwa konsep negara lebih luas karena mencakup pemerintah,
teritorial, dan warga negara. Negara dijalankan oleh pemerintah sebagai sebuah
19

Takdir Rahmadi. Hukum Lingkungan Di Indonesia. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012) , hlm. 108.

Universitas Sumatera Utara

organisasi kekuasaan negara. 20 Sehingga dalam mendapatkan suatu izin terutama
di bidang lingkungan hidup harus berdasarkan lembaga tertentu pada pemerintah.
Mengenai penyelenggaraan kewenangan perizinan didaerah saat ini
ditemukan 2 (dua) model pelayanan perizinan, pertama pemerintah daerah yang
memberikan pelayanan sebagian perizinannya dengan Sistem Satu Pintu melalui
Kantor Unit Pelayanan Terpadu. Dikemukakan sebagian karena beberapa
perizinan masih ditemukan dilayani secara tersebar pada instansi dinas dan bagian
pada sekretariat di lingkungan pemerintah daerah bersangkutan. Kedua
Pemerintahan Daerah yang pelayanan perizinannya dilakukan tersebar pada
beberapa instansi atau bagian kesekretariatan dilingkungan pemerintahan daerah
bersangkutan. Obyek perizinan yang ditetapkan di daerah, pada umumnya juga
bersifat multidimensi dan dijumpai pada berbagai sektor. Disamping itu, suatu
izin usaha yang bersifat operasional seringkali dipersyaratkan dengan beberapa
perizinan yang bersifat teknis serta pertimbangan kelayakan dari kajian
lingkungan hidup. 21
Peran Pemerintah Daerah dalam pelayanan perizinan mungkin yang
terbesar dalam pengertian interaksinya secara langsung dengan masyarakat
sebagai penyedia pelayanan. Kepentingan Pemerintah Daerah terhadap pelayanan
perizinan mempengaruhi pendapatan dan iklim investasi daerah. Kewenangan
untuk penerbitan izin menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Namun untuk mencegah terjadinya sistem perizinan yang menghambat maka di
tetapkan berdasarkan Peraturan Daerah.

20
21

Ibid, hlm. 70.
Ibid, hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara memiliki badan pelayanan perizinan terpadu
(BPPTSU) yang di bentuk berdasarkan Peraturan Daerah Sumatera Utara Nomor
6 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga lain Sumatera Utara
yang terdapat dalam pasal 9 yaitu: 22
1. BPPTSU adalah merupakan Unsur Perangkat Daerah yang mempunyai
Kewenangan dibidang perijinan atas nama Kepala Daerah berdasarkan
pendelegasian wewenang dari Kepala Daerah.
2. BPPTSU didukung oleh Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Kepala, yang
karena jabatannya adalah sebagai Kepala Badan, yang berada dibawah,
berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah.
3. BPPTSU mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan
pelayanan administrasi dibidang perijinan secara terpadu dengan prinsip
Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Simplikasi, Keamanan dan Kepastian.
4. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana pada ayat (3) diatas, BPPTSU
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan program Badan;
b. Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan;
c. Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan;
d. Pelaksanaan admistrasi pelayanan perijinan;
e. Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur melalui
Sekretaris Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Salah satu kewenangan dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu adalah
penerbitan izin lingkungan, hal ini dibuktikan dalam Lampiran I Peraturan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pendelegasian
Kewenangan PelayananPerizinan Kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
22

Peraturan Daerah Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Lain Daerah Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara Butir (4) tentang penerbitan izin bidang lingkungan
hidup.
Inilah yang menjadi dasar hukum Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera
Utara dalam menerbitkan izin lingkungan, karena Gubernur telah melimpahkan
kewenangannya

kepada

Kepala

Badan

Perizinan

Terpadu

untuk

lebih

mempermudah dan mempercepat proses penerbitan izin, dimana proses penerbitan
izin lingkungan tersebut berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
Tentang Izin Lingkungan dapat diperoleh melalui tahapan kegiatan yang
meliputi: 23
a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
c. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan
Izin Lingkungan yang telah dikeluarkan BPPTSU dari tahun 2011 sampai 2014: 24
1. PT. PERTAMINA EP PANGKALAN SUSU
2. PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan
3. PT. BERKAT BINA KARYA ( PLTA ASAHAN - IV)
4. SARULA OPERATIONS Ltd (SOL)
5. PT. AGUNCOURT RESOURCES
6. PT. ALAM SUMATERA INDAH
7. PT. CITRA SAWIT INDAH LESTARI
8. PT. BAKARA ENERGI LESTARI
9. PT. BINSAR NATORANG ENERGI
10. PT. BAKARA ENERGI LESTARI
11. PT. ARAH ENVIRONMENTAL INDONESIA
12. CV. Amindy Barokah

23

Pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan
BPPT Sumatera Utara, http://bppt.sumutprov.go.id/layanan-bppt/2012-10-26-18-33-

24

3.diakses tanggal 20 Mei 2014

Universitas Sumatera Utara

Mengenai Amdal Pasal 22 Ayat 1 UU-PPLH menyatakan bahwa: Setiap
usaha dan/atau kegiatan yangberdampak penting terhadap lingkunganhidup wajib
memiliki amdal. Amdal adalah kajianmengenai dampak penting suatu usaha
dan/ataukegiatan yang direncanakan pada lingkunganhidup yang diperlukan bagi
proses pengambilankeputusan tentang penyelenggaraan usahadan/atau kegiatan.
Dampak penting Amdaldinyatakan Pasal 22 Ayat 2 UU-PPLH
berdasarkan kriteria kriteria:
1. besarnya jumlah penduduk yang akanterkena dampak rencana usaha
dan/ataukegiatan;
2. luas wilayah penyebaran dampak;
3. intensitas dan lamanya dampakberlangsung;
4. banyaknya komponen lingkungan hiduplain yang akan terkena dampak;
5. sifat kumulatif dampak;
6. berbalik atau tidak berbaliknya dampak;dan/atau
7. kriteria lain sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan danteknologi.
Suatu usaha/kegiatan yang tidak wajib melengkapi dokumen Amdal harus
melengkapi dokumen UKL-UPL seperti yang tercantum dalam Pasal 34 UUPPLH menyatakan:
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yangtidak termasuk dalam kriteria wajibamdal
sebagaimana dimaksud dalamPasal 23 Ayat (1) wajib memiliki UKLUPL.
(2) Gubernur atau bupati/walikotamenetapkan jenis usaha dan/ataukegiatan yang
wajib dilengkapi denganUKL-UPL.
Belum adanya peraturan daerah Provinsi Sumatera Utara yang mengatur
tentang jenis usaha/kegiatan apa yang harus mengurus izin lingkungan merupakan
suatu kendala bagi pengusaha apakah harus mengurus Amdal, UKL-UPL, atau
SPPL. Pasal 3 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Universitas Sumatera Utara

Lingkungan Hidup yang berbunyi: jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
UKL-UPL atau SPPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan oleh
Gubernur Bupati/Walikota berdasarkan hasil penapisan.
Salah satu izin lingkungan yang telah diterbitkan oleh Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara adalah PT Arah Environmental
Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang tempat pengumpulan limbah
medis. PT Arah Environmental Indonesia telah melengkapi persyaratan dengan
menyusun (UKL-UPL) sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. ‘’UKL-UPL disusun oleh pemrakarsa
sesuai dengan format penyusunan’’. 25 Setelah itu pengusaha mengajukan
rekomendasi UKL-UPL kepada tim teknis (Badan Lingkungan Hidup, Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu, Badan Pendapatan Daerah) agar dilakukan
pemeriksaan. Surat rekomendasi diterbitkan setelah pemrakarsa melakukan
pemaparan dokumen UKL-UPL dihadapan tim teknis. Barulah surat rekomendasi
diterbitkan Badan Lingkungan Hidup yang diteruskan kepada Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu untuk dilakukan proses penerbitan izin lingkungan.
UKL-UPL yang telah disetujui merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari surat rekomendasi atas UKL-UPL untuk kegiatan pengumpulan limbah medis
oleh PT. Arah Environmental dan menjadi acuan bagi penanggungjawab kegiatan
yang dalam menjalankan kegiatannya tetap berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

25

Pasal 4 ayat 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010
tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

Universitas Sumatera Utara

PT. Arah Environmental harus melakukan seluruh ketentuan yang
termaksud dalam UKL-UPL dan bertangungjawab sepenuhnya atas pengelolaan
dan pemantauan dampak lingkungan dari kegiatan pengumpulan limbah medis,
dan wajib melakukan pelaporan terhadap Badan Lingkungan Hidup Provinsi
Sumatera Utara, termasuk instansi yang memeberikan izin lingkungan setiap 6
(enam) bulan sekali. 26 Ada sistem pengawasan yang baik yang apabila dilanggar
akan mendapatkan sanksi dari Pemerintah Daerah sesuai peraturan yang berlaku.
Permohonan

penerbitan

izin

lingkungan

merupakan

syarat

dari

permohonan izin usaha, sedangkan untuk mendapatkan izin lingkungan
membutuhkan proses yang cukup lama, oleh sebab itu pemerintah daerahdalam
memberikan pelayanan perizinan perlu lebih mengutamakan posisinya sebagai
abdi/pelayan masyarakat, sehingga pelayanan perizinan tidak berlangsung lama.
hal ini akan dapat menumbuhkanketaatan masyarakat yang merencanakan
usaha/kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup untuk
mengurus perizinannya sebelum melakukan usaha dan/atau kegiatan yang pada
hakikatnya sebagai bentuk penundukan diri masyarakat untuk dikendalikan atau
dibatasi tindakannya dalam memanfaatkan lingkungan hidup.
Lamanya penyusunan dokumen UKL-UPL ditambah harus melakukan
kordinasi dengan beberapa Instansi Pemerintah menjadi salah satu keluhan
pengusaha, apalagi syarat untuk mendapatkan izin usaha yang berdampak pada
lingkungan harus memilki izin lingkungan, dimana izin tersebut dapat diperoleh
setelah mengurus dokumen UKL-UPL, artinya dibutuhkan proses yang cukup

26

Surat RekomendasiUKL-UPL Kegiatan tempat Pengumpulan Limbah Medis P.T Arah
Environmental Indonesia diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara 10
Desember 2012.

Universitas Sumatera Utara

lama hanya untuk mendapatkan izin usaha. Untuk mengatasi keadaan tersebut
diperlukan sumber daya manusia aparatur pemerintah yang baik.
Walaupun perizinan terpadu pada saat ini dinilai sebagai sistem yang
cukup baik, namun belum memberikan jaminan untuk dilaksanakannya amanat
mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup sebagai akibat
pelaksanaan usaha atau kegiatan. Untuk diperlukan upaya pengawasan oleh
pemerintah untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan

masyarakat

berkelanjutan

didefinisikan

sebagai

pembangunan yang menjamin masa depan suatu masyarakat. Pembangunan ini
akan membuat masyarakat yang sehat dan saling memperhatikan, salah satunya
adalah kondisi sosial dan lingkungan yang stabil. Pembangunan masyarakat yang
berkelanjutan menekankan potensi kreatifitas dan pikiran manusia dalam
menemukan cara untuk mempertemukan tujuan sosial ekonomi masyarakat jangka
panjang, dengan hambatan yang ditimbulkan oleh lingkungan biofisik

dan

permintaan masyarakat. 27
Untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan diperlukan peran
pemerintah dan masyarakat yang harus terlibat penuh dalam proses penerbitan
izin lingkungan juga dalam pengawasan usaha/kegiatan yang telah memiliki izin
lingkungan, apakah telah sesuai peraturan perundang-undangan. Dengan
melibatkan masyarakat, banyak dampak positif bagi masyarakat disekitar
usaha/kegiatan terutama bagi perekonomian masyarakat yang akan meningkat,
lingkungan juga akan terjaga kelestariannya.

27

Aca Sugandhy, Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan
Lingkungan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu beranjak dari uraian-uraian latar belakang di atas dipilihlah
judul tentang “Penerapan Perizinan Terpadu Dalam Penerbitan Izin Lingkungan
Oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Sumatera Utara (Studi Izin Lingkungan
PT. Arah Environmental)”.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pendelegasian kewenangan pelayanan perizinan dalam
penerbitan izin lingkungan di Provinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana penerapan perizinan terpadu dalam penerbitan izin lingkungan
pada PT. Arah Environmental?
3. Apa yang menjadi kendala dalam penerbitan izin lingkungan diProvinsi
Sumatera Utara?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian (research) sesuai dengan tujuannya dapat didefinisikan sebagai
usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan 28. Penelitian adalah aktivitas ilmiah yang bertujuan untuk
menemukan sesuatu yang baru, dimana orang sebelumnya belum pernah
menemukannya setelah kita melakukan studi kepustakaan. 29

28

Surtisno Hadi, Metodologi Research. (Yogykarta: Yayasan Penerbit Fakultas psikologi
UGM, 1973). hlm. 5-7.
29
Muslan Abdurrahman, Sosiologi Dan Metode Penelitian Hukum, (Malang:UMM Press,
2009), hlm. 91.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan kebenaran secara
sistematis, metodologis, dan konsisiten. 30 Berdasarkan permasalahan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami pendelegasian kewenangan pelayanan
perizinan dalam penerbitan izin lingkungan di Provinsi Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui dan memahami penerapan perizinan terpadu dalam
penerbitan izin lingkungan dan UKL-UPL pada PT.Arah Environmental
3. Untuk mengetahui dan memahami kendala dalam penerbitan izin
lingkungan di Provinsi Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
Penelitian merupakan suatu sarana (ilmiah) bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Maka metodologi penelitian yang diterapkan harus
senantiasa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. 31 Secara
operasional penelitian dapat berfungsi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
dan

tehnologi,

menunjang

pembangunan,

mengembangkan

sistem

dan

mengembangkan kualitas manusia. 32
Dengan melakukan penelitian hukum diharapkan hasil yang dicapai adalah
untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya atas isu yang
diajukan 33. Manfaat penelitian setidaknya memiliki dua kepentingan yaitu untuk
kepentingan studi ilmiah karena dapat dijadikan referensi untuk penelitian

30

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 1.
31
Ibid.,
32
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung: Mandar Maju,
2008), hlm. 77.
33
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007), hlm. 41.

Universitas Sumatera Utara

lanjutan, dan untuk kepentingan terapan jika memiliki nilai praktis 34. Jadi manfaat
penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran di
bidang hukum yang akan mengembangkan

disiplin ilmu hukum,

khususnya hukum administrasi negara yang berkaitan dengan izin
lingkungan.
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap lembaga
perizinan untuk lebih bersinergi dalam mempermudah proses perizinan di
bidang lingkungan, penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
masyarakat mengetahui bagaimana proses pembuatan izin lingkungan dan
bagaimana manfaat izin lingkungan bagi pembangunan suatu wilayah.
E. Keaslian Penelitian
Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang
sama dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pemeriksaan terhadap tesis
yang sama dengan judul “Penerapan Perizinan Terpadu Dalam Penerbitan Izin
Lingkungan

di Provinsi Sumatera Utara (Studi Izin Lingkungan PT. Arah

Environmental)”, Dalam pemeriksaan di Perpustakaan Universitas Sumatera
Utara, dan di Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara,
tidak ditemukan judul dan masalah yang sama dalam penelitian ini.
Dari hasil penelusuran keaslian penelitian, penelitian yang menyangkut
Penerapan Perizinan Terpadu Dalam Penerbitan Izin Lingkungan di Provinsi

34

Muslan Abdurrahman, Op cit., hlm 102.

Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara: yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Magister
Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yaitu:
1. Yudha Irnanda, 097005060, Aspek Hukum Administrasi Dalam
Penyusunan Amdal Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Revzan, 097005038, Pertanggungjawaban Aparat Administrasi Terhadap
Pencemaran Lingkungan Menurut dan atau Tinjauan UU Nomor. 32
Tahun 2009.
Namun demikian penelitian-penelitian tersebut diatas berbeda dengan
penelitian yang dilaksanakan ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian
yang dilaksanakan adalah asli dan dapatdipertanggungjawabkan. Penulis
bertanggung jawab sepenuhnya apabila dikemudian hari ternyata dapat dibuktikan
adanya plagiat dalam hasil penelitian ini.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Teori harus mengungkapkan suatu tesis atau argumentasi tentang
fenomena tertentu yang dapat menerangkan bentuk substansi atau eksistensinya, 35
dan suatu teori harus konsisten tentang apa yang diketahui tentang dunia sosial
oleh partisipan dan ahli lainnya, minimal harus ada aturan-aturan penerjemah
yang dapat menghubungkan teori dengan ilmu bahkan pengetahuan lain, 36
sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat

35

H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, Teori Hukum, (Bandung: Refika Aditama
2005), hlm. 23.
36
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi
bahan perbandingan pegangan teoritis. 37
Teori yang akan digunakan dalam penelitian tesis ini adalah teori
desentralisasi, teori perizinan, dan teori kebijakan publik.
a. TeoriDesentralisasi
Menurut Dennis A. Rondinelli, Jhon R. Nellis, dan G. Shabbir Cheema
menyatakan:
“Decentralization is the transfer of planning, decision making, or
administrative authority from the central government to its field
organizations, local government, or non-govermental organizations”. 38
Philipus M. Hadjon menyatakan:
Desentralisasi mengandung makna bahwa wewenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan tidak semata-mata dilakukan oleh
pemerintah pusat, melainkan juga dilakukan juga oleh satuan-satuan
pemerintahan yang lebih rendah, baik dalam bentuk satuan territorial
maupun fungsional. Satuan-satuan pemerintahan yang lebih rendah
diserahi dan dibiarkan mengatur mengurus sendiri sebagian urusan
pemerintah. 39
Asas desentralisasi dalam pelaksanaan otonomi adalah memberikan
keleluasaan organ daerah otonom yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri
dalam rangka desentralisasi. 40 Dalam asas desentralisasi terjadi penyerahan
wewenang sepenuhnya dari pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah tentang
urusan tertentu, sehingga pemerintahan daerah dapat mengambil prakarsa
sepenuhnya, baik yang menyangkut policy, perencanaan, pelaksanaan, maupun
37

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung:Mandar Maju, 1994), hlm. 80.
Krishna D. Darumurti, Umbu Rauta, Otonomi Daerah,:Perkembangan Pemikiran,
Pengaturan dan Pelaksanaan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm, 47.
39
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1999, hlm. 111.
40
P. Rosodjatmiko, Pemerintahan di Daerah dan Pelaksanaannya, Kumpulan Karangan
Dr. Ateng Syafrudin (Bandung: Tarsito, 2002), hlm.22-23.
38

Universitas Sumatera Utara

pembiayaannya. Pemerintahan daerah melaksanakan urusan pemerintahan yang
dilimpahkan agar menjadi urusan rumah tangganya sendiri.
Rekonstruksi hubungan antara pemerintah pusat dan daerah di Indonesia
mengalami perubahan yang signifikan pasca terselenggaranya otonomi daerah.
Instrumen desentralisasi turut mengubah pengelolaan sumber daya lokal sebagai
bentuk pendelegasian wewenang dari pusat pada daerah otonom untuk lebih
mandiri. Pelayanan pendukung dari aktivitas usaha seperti izin usaha, kepastian
hukum, dan iklim usaha yang kondusif pun peranannya tidak lagi terfragmentasi
pada pemerintah pusat semata. Pemerintah daerah kini diharapkan menjadi aktor
lokal dalam menciptakan sistem perizinan yang mendukung mekanisme kegiatan
usaha dan pengelolaan sumber daya daerah bagi kemaslahatan masyarakat lokal 41
Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 14 telah
ditegaskan

secara

terperinci

urusan

wajib

yang

menjadi

kewenangan

pemerintahan daerah kabupaten/kota yang meliputi 16 urusan wajib yaitu:
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
b. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. Penanganan bidang kesehatan;
f. Penyelenggaraan pendidikan;
g. Penanggulangan masalah sosial;
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;

41

Tirta Nugraha Mursitama dkk, Reformasi Pelayanan Perizinan dan Pembangunan
Daerah: Cerita Sukses Tiga Kota (Purbalingga, Makassar, dan Banjarbaru), Masyarakat
Transparansi Indonesia, Jakarta, 2010, hlm 10.

Universitas Sumatera Utara

j. Pengendalian lingkungan hidup;
k. Pelayanan pertanahan;
l. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil;
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. Pelayanan administrasi penanaman modal;
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundangundangan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
telah mengamanatkan semacam keleluasaan daerah dalam mewajudkan otonomi
yang luas dan bertanggungjawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat, prakarsa dan aspirasi masyarakat, atas dasar pemerataan dan
keadilan, serta sesuai dengan kondisi, potensi dan keanekaragaman daerah. Untuk
itu, pemerintah daerah perlu mempunyai kemauan sungguh-sungguh dan kesiapan
untuk mampu melaksanakan kebijakan otonomi daerah untuk kepentingan rakyat
daerahnya.
Reformasi pelayanan terpadu pada dasarnya telah diatur melalui
Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaran Pelayanan
Terpadu Satu Pintu. Dalam peraturan ini, pelayanan atas permohonan perizinan
dan nonperizinan dilakukan oleh Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PPTSP), yaitu perangkat pemerintah daerah yang memiliki
tugas pokok dan fungsi mengelola semua bentuk pelayanan perizinan dan nonperizinan di daerah dengan sistem satu pintu. Dengan kewenangan tersebut,
keberadaan kelembagaan layanan terpadu merupakan salah satu upaya pemenuhan

Universitas Sumatera Utara

kewajiban pemerintah daerah kabupaten/kota kepada masyarakat. Beragamnya
layanan yang terwadahi pada kelembagaan layanan terpadu merupakan
perwujudan pelaksanaan kewenangan provinsi dan kabupaten/kota dalam upaya
mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pemerintahan daerah. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan pelayanan dalam hal perizinan adalah melalui ditetapkannya
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 Tahun 2006 tentang Pelayanan Perizinan
Terpadu Satu Pintu yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan publik
serta memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh
pelayanan publik serta terwujudnya pelayanan publik yang cepat, murah, mudah,
transparan, pasti dan terjangkau meningkatnya hak-hak masyarakat terhadap
pelayanan publik.
Pembentukan perangkat daerah yang menyelenggarakan pelayanan
terpadu satu pintu berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pembentukan organisasi perangkat daerah. Kemudian lebih
jauh Perangkat daerah tersebut harus memiliki sarana dan prasarana yang
berkaitan dengan mekanisme pelayanan. Berkenaan dengan hal tersebut,
Bupati/Walikota mendelegasikan kewenangan penandatanganan perizinan dan
non perizinan kepada Kepala PPTSP untuk mempercepat proses pelayanan.
Lingkup tugas PPTSP meliputi pemberian pelayanan atas semua bentuk
pelayanan perizinan dan non perijinan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota
dengan mengacu pada prinsip koordinasi, intergrasi, sinkronisasi, dan keamanan
berkas. Perangkat Daerah yang secara teknis terkait dengan PPTSP berkewajiban

Universitas Sumatera Utara

dan bertanggungjawab untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan atas
pengelolaan perizinan dan non perizinan sesuai dengan bidang tugasnya.
Provinsi Sumatera Utara adalah adalah salah satu kota yang telah berupaya
menerapkan layanan publik yang prima kepada masyarakat khususnya layanan
perizinan dalam kaitannya dengan usaha meningkatkan pelayanan publik di
wilayah Sumatera Utara. Bentuk pelayanan diselenggarakan dalam bentuk
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan dilaksanakan oleh Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu yang dibentuk dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Utara Nomor 6 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain
Daerah Provinsi Sumatera Utara, dan jenis-jenis perijinan yang dikelola telah
diatur melalui Peraturan GubernurNo. 37 Tahun 2011 Tanggal 28 Juni 2011.
Desentralisasi harus mampu mendorong terjadinya layanan publik yang
lebih dekat dengan masyarakat yang membutuhkan. Kebijakan publik yang
dihasilkan, diharapkan dapat memangkas rentang birokrasi yang panjang untuk
menghindari penundaan dan penurunan kualitas dari layanan publik yang menjadi
kewajiban negara kepada warganya. Keberhasilan proses desentralisasi dapat
diukur dari kualitas layanan publik yang semakin baik. Kebijakan desentralisasi
yang hanya dimaksudkan untuk menggantikan peran pemerintah pusat di daerah
tanpa melakukan perubahan pada transaksi sosial yang terjadi, maka sangat sulit
diharapkan terjadinya efek positif dari kebijakan publik tersebut oleh sebab itu
perbaikan kualitas layanan publik menjadi faktor yang determinan dalam
implementasi kebijakan desentralisasi.
Desentralisasi harus mampu mendorong terjadinya layanan publik yang
lebih dekat dengan masyarakat yang membutuhkan. Kebijakan publik yang

Universitas Sumatera Utara

dihasilkan, diharapkan dapat memangkas rentang birokrasi yang panjang untuk
menghindari penundaan dan penurunan kualitas dari layanan publik yang menjadi
kewajiban negara kepada warganya. Keberhasilan proses desentralisasi dapat
diukur dari kualitas layanan publik yang semakin baik, terutama di bidang
perizinan.
Dengan adanya perizinan, terjadi pengikatan aktivitas-aktivitas para warga
yang memohonkan pada suatu peraturan atau persyaratan-persyaratan tertentu
berdasarkan maksud pembuat undang-undang guna mencapai suatu tatanan
tertentu atau untuk menghalangi terciptanya suatu kondisi yang buruk yang tidak
diinginkan. Secara politik, kedudukan Perda tidak lain merupakan produk hukum
lembaga legislatif daerah. Perda, sebagaimana produk hukum pada umumnya,
akan diwarnai oleh kepentingan-kepentingan politik pemegang kekuasaan
dominan. 42
b. Teori Perizinan
Perizinan merupakan salah satu instrumen hukum administrasi negara
yang dapat digunakan bagi pelaksana undang-undang untuk melakukan tindakan
hukum dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.
Menurut ahli hukum belanda N.M Spelt dan J.B.J.M Ten Berge, izin
merupakan suatu persetujuan dan penguasa berdasarkan undang-undang atau
peraturan pemerintah untuk dalm keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan
larangan perundang-undangan. 43 berdasarkan pendapat ini, izin tidak dapat
melakukan sesuatu kecuali diizinkan. Jadi, aktivitas terhadap objek tertentu pada
dasarnya dilarang. Seseorang atau badan hukum dapat melakukan usahaatau
42
43

Moh. Mahfud MD., Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2001), hlm.9.
N.M Spelt da J.B.J.M Ten Berge, disunting Philippus M. Hadjon, Op cit. hlm. 2-3.

Universitas Sumatera Utara

kegiatan atas objek tersebut jika mendapat izin dari pemerintah/pemerintah daerah
yang meningkatkan perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau
pihak yang bersangkutan. 44
Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan yang
bersifat pengendalianyang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan dapat berbentuk pendaftran,
rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk melakukan suatu usaha
yang biasanya harus dimiliki organisasi prusahaan atau seseorang sebelum yang
bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan. 45
Izin

(vergunning)

dalam

kamus

hukumdijelaskan

sebagai

“Overheidstoestemming door wet of verordening vereist gesteld voor taal van
handeling waarop in het algemeen belang special toezicht vereist is, maar die, in
het algemeen, niet als onwenselijkworden beschouwd”. 46
Menurut Adrian sutedi, Secara teoritis perizinan memiliki beberapa fungsi:
Pertama, sebagai instrumen rekayasa pembangunan. Pemerintah dapat
membuat regulasi dan keputusan yang memberikan insentif bagi
pertumbuhan sosial ekonomi, demikian juga sebaliknya, regulasi dan
keputusan tersebut dapat pula menjadi penghambat (sekaligus sumber
korupsi) bagi pembangunan. 47
Kedua, fungsi keuangan (budgetering), yaitu menjadi sumber pendapatan
bagi negara. Pemberian izin dilakukan dengan kontra prestasi berupa
retribusi perizinan. Negara mendapat kedaulatan dari rakyat, maka
retribusi perizinan hanya dapat dilakukan melalui peraturan perundangundangan. Dalam hal ini dianut prinsip no taxation without the law.
Penarikan retribusi hanya dibenarkan jika ada dasar hukum, yaitu undangundang dan/atau peraturan daerah. 48
Ketiga,fungsi pengaturan (reguleren), yaitu menjadi instrumen pengaturan
tindakan dan perilaku masyarakat. 49Perizinan dapat mengatur pilihan
pilihan dan perilaku masyarakat. Jika perizinan terkait dengan pengaturan
untuk pengelolaan sumber daya alam, lingkungan, tata ruang, dan aspekaspek strategis lainnya, prosedur dan syarat harus ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan harus pula dengan pertimbangan44

Helmi, Op cit, hlm. 77.
Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2010), hlm, 168.
46
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 206207.
47
Adrian Sutedi, Op cit, hlm. 198.
48
Ibid, hlm .199.
49
Ibid, hlm. 200.
45

Universitas Sumatera Utara

pertimbagan strategis. Harus ada keterkaitan antara tujuan pemberian
perizinan dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam izin.
Perizinan adalah instrumen yang manfaatnya ditentukan oleh tujuan dan
prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika perizinan hanya dimaksudkan
sebagai sumber pendapatan, akan memberikan dampak negatif (diinsentif) bagi
pembangunan.Pada sisi lain, jika prosedur perizinandilakukan dengan cara-cara
yang tidak transparan, tidak ada kepastian hukum, berbelit-belit, dan hanya bisa
dilakukan dengan cara-cara yang tidak sehat, maka perizinan juga bisa menjadi
penghambat pertumbuhan sosial ekonomi daerah. Baik buruknya, tercapai atau
tidaknya tujuan perizinan sangat ditentukan oleh prosedur yang ditetapkan dan
dilaksanakan. Semakin mudah, cepat, dan transparan prosedur pemberian
perizinan, maka semakin tinggi potensi perizinan menjadi instrumen rekayasa
pembangunan.
Sedamayanti mengutip Zethamal tentang tolak ukur kualitas pelayanan
perizinan ada 10 dimensi, yaitu:
1. Tangibales, terdiri dari fasilitas fisik, peralatan personil dan komunikasi.
2. Reability, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan
pelayanan yang dijanjikan dengan cepat.
3. Responsiveness,
kemampuan
untuk
membantu
bertanggungjawab terhadap mutu pelayanan yang diberikan.

konsumen

4. Competence, tuntutan dimilikinya pengetahuan dan keterampilan yang
baik oleh aparatur dalam memberikan pelayanan
5. Courtesy, sikap dan perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap
keinginan konsumen,
6. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan
masyarakat.
7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus dijamin bebas dari berbagai
bahaya

Universitas Sumatera Utara

8. Acces, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan
9. Communication, kemauan pemberi layanan untuk mendengarkan suara,
keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu
menyampaikan informasi baru.
10. Understanding the costumer, melakukan segala usaha untuk mengetahui
kebutuhan pelanggan 50
Hal ini menjamin hak-hak dasar masyarakat mendapatkan pelayanan dari
pemerintah, tidak dirugikan akibat penarikan retribusi perizinan yang sewenangwenang dan tidak memiliki dasar hukum. Pada sisi lainnya, jika secara imperatif
melalui peraturan perundang-undangan pemerintah telah memperoleh mandat
untuk menarik retribusi perizinan, maka masyarakat juga tidak boleh menghindar
untuk membayarnya. Hal ini karena retribusi juga menjadi sumber pendapatan
yang membiayai pelayanan-pelayanan perizinan lainnya yang harus diberikan
pemerintah kepada masyarakatnya. Meskipun demikian pemerintah juga harus
memperhatikan aspekkeberlangsungandan kelestarian daya dukung pembangunan,
serta pertumbuhan sosial ekonomi. Penetapan tarif dalam pungutan (pajak atau
retribusi) perizinan tidak boleh melebihi kemampuan masyarakat untuk
membayar. Sebaliknya, beberapa aspek strategis yang terkait dengan daya dukung
lingkungan dalam pembangunan, tarif pajak atau retribusi perizinan tidak boleh
juga terlalu murah dan mudah menyebabkan kerusakan lingkungan dan daya
dukung lingkungan.
Untuk mengembangkan pelayanan perizinan tentu ada banyak aspek yang
perlu dibenahi dalam birokrasi publik yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan,

50

Sedarmayanti, Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi Untuk Menghadapi
Dinamika Perubahan Lingkungan, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm, 35.

Universitas Sumatera Utara

sumberdaya manusia, serta sarana dan prasarana, budaya, serta faktor organisasi
dan manajemen pelaksanaan pelayanan perizinan.
Melalui izin, pemerintah terlibat dalam kegiatan mengarahkan warga
melalui instrumen yuridis berupa izin. Kadang kala kebijakan pemerintah untuk
terlibat dalam masyarakat, bahkan tidak berhenti pada satu tahap, melainkan
melalui serangkaian kebijakan, setelah izin diproses, masih

dilakukan

pengawasan, pemegang izin diwajibkan menyampaikan laporan secara berkala
dan sebagainya.
Provinsi Sumatera Utara meniliki Badan pelayanan Perizinan Terpadu
yang dituntut harus bekerja secara standart, tersistem dan transparan, terutama di
bidang informasi perizinan sesuai tugas dan fungsi yang diberikan peraturan
daerah.Sistem informasi yang saat ini telah dimiliki oleh Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara sudah dapat dikatakan baik. Hal ini
dikarenakan pada laman Badan tersebut terdapat hal-hal penting berkenaan
dengan tata cara pengurusan perizinan yang sangat dibutuhkan oleh para
pengusaha yang akan mendaftarkan izin usaha perusahaannya di Sumatera Utara.
Sistem informasi diperlukan mulai dari perencanaan, operasi, pemeliharaan
hingga pengendalian. Dalam proses perencanaan sistem informasi diperlukan
model konversi untuk mengubah masukan menjadi keluaran beberapa produk jasa
informasi yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan. Pelayanan
perizinan akan lebih mudah diakses oleh masyarakat apabila sistem informasinya
baik.
Pengelolaan

lingkungan

hidup

hanya

dapat

berhasil

menunjang

pembangunan berkelanjutan, apabila administrasi pemerintahan berfungsi secara

Universitas Sumatera Utara

efektif dan terpadu. Perizinan lingkungan hidup terpadu merupakan salah satu
sarana yuridis untuk mencegah serta menanggulangi pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Perizinan merupakan wujud keputusan pemerintahan dalam hukum
administrasi negara. 51
c. Teori Kebijakan Publik
Pengertian tentang kebijakan dalam beberapa literatur sangat beragam.
Namun secara umum kebijakanpublik dapat dikatakan merupakan rumusan
keputusan pemerintah yang menjadi pedoman tingkah laku guna mengatasi
masalah publik yang mempunyai tujuan, rencana dan program yang akan
dilaksanakan secara jelas.
Menurut Anderson, kebijakan pub