Mekanisme Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir

(1)

  MEKAN PADA Disu NISME PE BADAN P usun Untuk Sarjana(S Pr DEPAR FAKUL U ENERBITA PENANAM (BPMPT) k Memenuh S-1) Pada F rogram Stu

DA

RTEMEN I LTAS ILM UNIVERSI

AN IZIN M MAN MODA

KABUPA

SKRIP hi Persyara Fakultas Ilm udi Ilmu Ad

Diajukan ARWIN SID (0909030 ILMU ADM MU SOSIAL ITAS SUM MEDA 2013 MENDIRIK AL DAN PE ATEN SAM

PSI

atan Menye mu Sosial d dministrasi

Oleh: DAURUK

027)

MINISTRA L DAN ILM MATERA U AN 3   KAN BANG ERIZINAN MOSIR elesaikan P dan Ilmu Po

i Negara ASI NEGAR MU POLIT UTARA GUNAN (IM N TERPAD Pendidikan olitik RA TIK MB) DU


(2)

 

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, karunia dan anugerah-Nya yang luar biasa kepada Penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam skripsi ini, Penulis menyajikan judul:

MEKANISME PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU (BPMPT) KABUPATEN SAMOSIR”

Pada kesempatan ini, dengan segala hormat Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Zakaria, M. SP, selaku a.n. Dekan, Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si, selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Arlina, S.H, M.Hum, selaku dosen penasehat akademik yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian kuliahnya.


(3)

 

5. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Dosen-dosen dan Staf Pengajar Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak membantu penulis dalam kegiatan akademis.

7. Kepada Kak Mega, Kak Dian dan Kak Indah, selaku pegawai pendidikan FISIP USU yang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan perkuliahan maupun skripsi. 8. Bapak Drs. Alboin Sigalingging, selaku Kepala Bidang Pelayanan

Perizinan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kak Lusi Silalahi, Kak I.Simalango, Kak Ruth Aritonang, Kak Desi Tobing, Kak N. Malau dan Bapak O.M. Manik, selaku pegawai Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir. 10.Bapak Sumarlan Malau, ST, MT, selaku Kepala Bidang Tata Ruang

Dinas Tata Ruang, Pemukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Samosir yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Kak Siska Sinaga, Kak br pakpahan,selaku pegawai Dinas Tata Ruang, Pemukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Samosir.

12.Bapak/Ibu (Masyarakat Kabupaten Samosir) yang menjadi informan dalam penelitian ini.


(4)

 

Tak lupa penulis juga mengucapakan terima kasih kepada seluruh

Bapak/Ibu guru penulis yang telah banyak membimbing penulis sejak penulis masih duduk di sekolah dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dalam kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh rekan-rekan penulis selama kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, seperti:

a. Ito Olive, Ijun, Sinta dan Delima yang selama ini telah banyak membantu penulis  makasih yah atas ., Doa dan Waktu yang kalian berikan

Semangat2 ,... Haa haaa,. Kapan diskusi kelompok ? ., Kapan lagi kita mesan kue? Heheee.,.,.

b. Ito Riris, Agustina, Eva dan Le Seru personil Grup ke-pompong yang selama ini telah banyak membantu penulis  makasih yah atas ., Doa dan Waktu yang kalian berikan,. “tugas kelompok” nanti diskusi yee,, hahaha,.,. diskusinya enaknya dimana yah,.,.  ada usul gk.., Kantin Perpus usu  gmn tmn2 Ok gk.,..

c. Buat teman-teman satu kelompok magang di Desa Karang Anyer, Serdang Bedagai Haahaha jumpa lagi,,.,. Grup Ke-pompong (Ito Riris, Agustina, Eva dan Le Seru ), Lino, Soni, Debora, Fatma, Mona, Sifra dan Dian. 

sory yah kalau ada salah kata waktu magang dan di kampus juga hehehee,.

d. And the last but no least, seluruh rekan-rekan stambuk 09 yang tidak bisa

disebutkan namanya satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungannya, buat kak stambuk 08 serta adik-adikAQ stambuk 10 dan stambuk 11 semangat dek biar nilainya bagus-bagus dan cepat tamat ., Ok.


(5)

 

Akhirnya dengan hati yang sangat tulus dan bangga penulis menyampaikan rasa terima kasih dan hormat kepada kedua orang tua penulis yang terkasih yaitu Ayahanda N. Sidauruk dan Ibunda A. Ambarita. Terima kasih buat segala Doa, perhatian, kasih sayang, nasehat, harapan, keringat dan senyumnya. Semoga ananda dapat menjadi anak yang membanggakan bagi keluarga kita, bagi nusa dan bangsa dan terlebih dihadapan Tuhan. Buat Kakanda

Parulian P. Sidauruk, SE, Elisda Sidauruk, Frengki H. Sidauruk, S.Sos, Jupenris Sidauruk, S.H, dan Medianti Sidauruk S.Pd diucapkan terima kasih atas seluruh pengorbanan yang telah kakak berikan selama ini. Kepada seluruh keluarga dihaturkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas pengorbanan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga apa yang telah diberikan akan menjadi pengorbanan yang membanggakan.

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih banyak kelemahan dan kekuranagan. Maka dengan hati yang tulus, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar di masa yang akan datang dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Administrasi Negara.

Medan, Januari 2013

Hormat Penulis,


(6)

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN . ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori ... 6

1.5.1 Mekanisme ... 7

1.5.1.1 Sistem ... 7

1.5.1.2 Prosedur Kerja ... 8

1.5.1.3 Pengertian Mekanisme ... 8

1.5.2 Izin Mendirikan Bangunan ... 9

1.5.3 Mekanisme Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan ... 11

1.6 Definisi Konsep ... 21


(7)

 

BAB II METODE PENELITIAN ... 24

2.1 Bentuk Penelitian ... 24

2.2 Lokasi Penelitian ... 24

2.3 Informan Penelitian ... 25

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26

2.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer ... 26

2.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ... 26

2.5 Teknik Analisis Data ... 27

BAB III DESKRIPSI LOKASI ... 28

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir ... 28

3.1.1 Sejarah Singkat Pemekaran Kabupaten Samosir ... 28

3.1.2 Keadaan Geografis Kabupaten Samosir ... 30

3.1.3 Wilayah Pemerintahan ... 31

3.1.4 Kependudukan dan Sosial Budaya ... 32

3.2 Gambaran Umum BPMPT Kabupaten Samosir ... 33

3.2.1 Visi dan Misi BPMPT ... 33

3.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ... 34

3.2.3 Struktur Organisasi ... 50

3.3 Gambaran Umum Dinas Tarukim, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Samosir ... 52


(8)

 

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 73

A. Hasil Wawancara Dengan Kepala Bidang Pelayanan

Perizinan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu ... 73 B. Hasil Wawancara Dengan Kepala Bidang Tata Ruang Dinas

Tata Ruang, Pemukiman, Kebersihan dan Pertamanan ... 83 C. Hasil Wawancara Dengan Masyarakat Yang Sudah

Memiliki Izin Mendirikan Bangunan Sebelum Mendirikan

Bangunan ... 86 D. Hasil Wawancara Dengan Masyarakat Yang Belum

Memiliki Izin Mendirikan Bangunan Namun Sudah

Melakukan Pembangunan ... 92

BAB V ANALISA DATA ... 96

5.1 Mekanisme Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu

Kabupaten Samosir ... 96 5.2Kendala Yang Dihadapi Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir Dalam

Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan ... 104 5.3Kendala Yang Dihadapi Dinas Tata Ruang, Perumahan,


(9)

 

Selaku Tim Teknis Dalam Penerbitan Izin Mendirikan

Bangunan ... 105

BAB VI PENUTUP ... 106

6.1 Kesimpulan ... 106

6.2 Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN


(10)

 

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5.3 Mekanisme Penerbitan Izin Menerbitkan Bangunan (IMB) pada Badan Penanaman Modal dan


(11)

 

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Luas dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Samosir

Menurut Kecamatan……….. 31 Tabel 2: Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Samosir

Tahun 2011………32


(12)

 

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertanyaan Wawancara 2. Syarat Pengajuan Judul Skripsi 3. Permohonan Judul Skripsi 4. Penunjukan Dosen Pembimbing

5. Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 6. Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 7. Berita Acara Seminar Proposal Usulan Skripsi

8. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

9. Surat Permohonan Izin Penelitian dari FISIP USU kepada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir

10.Surat Permohonan Izin Penelitian dari FISIP USU kepada Dinas Tata Ruang, Pemukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Samosir 11.Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Pada Badan Penanaman

Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir

12.Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Pada Dinas Tata Ruang, Pemukiman, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Samosir


(13)

 

ABSTRAK

MEKANISME PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU

(BPMPT) KABUPATEN SAMOSIR Nama : Darwin Sidauruk

NIM : 090903027

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si

Sebagai negara yang sedang berkembang dan juga merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang luas, Indonesia memiliki tingkat pembangunan yang cukup tinggi. Dalam setiap pembangunan khususnya pembangunan gedung, tentunya diperlukan suatu peraturan yang berfungsi sebagai sarana pengendali untuk menjamin bahwa bangunan yang akan dibangun dapat menjamin keselamatan orang-orang yang akan tinggal di dalam gedung tersebut serta orang-orang di sekitar gedung tersebut.

Untuk itulah, Izin Mendirikan Bangunan sebagai saranan perizinan dalam rangka mendirikan/merubah bangunan dapat digunakan sebagai standar penyesuaian bangunan yang dapat melindungi keamanan masyarakat serta lingkungan sekitarnya. Selain itu Izin Mendirikan Bangunan juga dapat digunakan sebagai jaminan hukum yang sah kepada masyarakat terhadap kepemilikan gedung.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah yang terdapat di Kabupaten Samosir yaitu masih banyaknya masyarakat yang belum sadar untuk mengurus dan memperoleh Izin Mendirikan Bangunan, hal ini dapat dilihat dari masih adanya masyarakat yang belum memperoleh Izin Mendirikan Bangunan namun sudah melakukan pembangunan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir dalam penerbitan IMB dan juga untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi Dinas Tata Ruang, Perumahan, Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Samosir selaku tim teknis dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa mekanisme penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir sudah dapat dikatakan baik bila dilihat dari kesederhanaan, kepastian waktu, kepastian hukum, tanggung jawab, dan kelengkapan sarana dan prasarana. Namun dari segi kemudahan akses BPMPT harus memaksimalkan kinerjanya dan mencari solusi yang tepat dalam memberikan kemudahan akses bagi masyarakat agar masyarakat memahami bagaimana mekanisme penerbitan IMB sehingga masyarakat tidak lagi berfikiran bahwa pengurusan IMB akan berbelit-belit.


(14)

 

ABSTRAK

MEKANISME PENERBITAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU

(BPMPT) KABUPATEN SAMOSIR Nama : Darwin Sidauruk

NIM : 090903027

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M. Si

Sebagai negara yang sedang berkembang dan juga merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang luas, Indonesia memiliki tingkat pembangunan yang cukup tinggi. Dalam setiap pembangunan khususnya pembangunan gedung, tentunya diperlukan suatu peraturan yang berfungsi sebagai sarana pengendali untuk menjamin bahwa bangunan yang akan dibangun dapat menjamin keselamatan orang-orang yang akan tinggal di dalam gedung tersebut serta orang-orang di sekitar gedung tersebut.

Untuk itulah, Izin Mendirikan Bangunan sebagai saranan perizinan dalam rangka mendirikan/merubah bangunan dapat digunakan sebagai standar penyesuaian bangunan yang dapat melindungi keamanan masyarakat serta lingkungan sekitarnya. Selain itu Izin Mendirikan Bangunan juga dapat digunakan sebagai jaminan hukum yang sah kepada masyarakat terhadap kepemilikan gedung.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah yang terdapat di Kabupaten Samosir yaitu masih banyaknya masyarakat yang belum sadar untuk mengurus dan memperoleh Izin Mendirikan Bangunan, hal ini dapat dilihat dari masih adanya masyarakat yang belum memperoleh Izin Mendirikan Bangunan namun sudah melakukan pembangunan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir dalam penerbitan IMB dan juga untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi Dinas Tata Ruang, Perumahan, Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Samosir selaku tim teknis dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa mekanisme penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir sudah dapat dikatakan baik bila dilihat dari kesederhanaan, kepastian waktu, kepastian hukum, tanggung jawab, dan kelengkapan sarana dan prasarana. Namun dari segi kemudahan akses BPMPT harus memaksimalkan kinerjanya dan mencari solusi yang tepat dalam memberikan kemudahan akses bagi masyarakat agar masyarakat memahami bagaimana mekanisme penerbitan IMB sehingga masyarakat tidak lagi berfikiran bahwa pengurusan IMB akan berbelit-belit.


(15)

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara yang sedang berkembang dan juga merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang luas, Indonesia memiliki tingkat pembangunan yang cukup tinggi. Dalam kehidupan saat ini berbagai pembangunan yang dapat menunjang aktivitas kehidupan manusia khususnya bangunan gedung seperti bangunan fasilitas pendidikan, bangunan fasilitas kesehatan, perumahan dan fasilitas lainnya merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Dengan adanya pembangunan-pembangunan gedung seperti yang dijelaskan diatas akan memberikan dampak positif yang kemudian diharapkan mampu membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung disebutkan Pembangunan Nasional adalah untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada hakekatnya adalah pembangunan manusia indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia yang menekankan pada keseimbangan pembangunan, kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah, dalam suatu masyarakat indonesia yang maju dan berkeadilan sosial berdasarkan pancasila. Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan di


(16)

 

bina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri serta seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Agar dalam pelaksanaan pembangunan tersebut tidak menimbulkan masalah atau hambatan perlu adanya rencana tata ruang yang baik dan sarana perangkat perizinan yang memadai. Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 1 ayat (1) disebutkan Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana tata ruang yang baik merupakan sarana pengendali perkembangan fisik di dalam pelaksanaan pembangunan, yang berarti bahwa rencana pembangunan sudah memiliki landasan hukum dalam pelaksanaannya misalnya melalui peraturan daerah. Dalam rangka melaksanakan rencana tata ruang tersebut, salah satu tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengeluarkan peraturan daerah mengenai Izin Mendirikan Bangunan.

Izin mendirikan Bangunan (IMB) merupakan standar penyesuaian bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Mendirikan bangunan dengan terencana akan menjamin kondisi lingkungan yang menjamin segala aktivitas. Dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Pasal 1 ayat (1) disebutkan Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan kontruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.


(17)

 

Lebih lanjut dikatakan dalam ayat (9) bahwa Pemilik Bangunan Gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik gedung. Dalam artian tanpa bukti tertulis suatu pengakuan di hadapan hukum mengenai objek hukum dalam hal ini bangunan gedung menjadi tidak sah. Oleh karena itu, dengan adanya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) akan memberikan kapastian dan jaminan hukum kepada masyarakat atas kepemilikan bangunan gedung.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan kabupaten Serdang Bedagai di lingkungan Propinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia menjadi dasar perlu adanya peraturan daerah mengenai Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Samosir. Selain itu, izin mendirikan bangunan juga menjadi sangat penting mengingat kondisi Kabupaten Samosir yang berbukit-bukit yang rawan bencana alam gempa bumi dan banjir untuk tempat-tempat tertentu. Karena mendirikan bangunan tanpa standar atau adanya Izin Mendirikan Bangunan adalah sebuah perbuatan atau tindakan yang berbahaya karena bangunan merupakan tempat sentral bagi manusia beraktifitas sehari-hari, baik dirumah maupun di kantor.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Juncto Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 21 Tahun 2007 dibentuk Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir merupakan badan yang menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Samosir. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan salah satu dari tujuh puluh enam jenis


(18)

 

izin yang di terbitkan oleh Kantor Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten samosir.

Pembentukan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) itu sendiri merupakan salah satu usaha pemerintah dalam menciptakan suatu sistem pelayanan yang optimal. Oleh karena itu, dalam menjalankan fungsinya maupun pelaksanaan mekanisme penerbitan izi mendirikan bangunan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mekanisme penerbitan izin mendirikan bangunan diharapkan dapat berjalan dengan baik agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh Pemerintah Daerah maupun masyarakat.

Masalah yang terjadi dalam hal penerbitan Izin Mendirikan Bangunan adalah masih banyaknya masyarakat yang belum sadar untuk mengurus dan memperoleh Izin Memdirikan Bangunan padahal sudah dilakukan sosialisasi sebelumnya.

Berdasarkan penjelasan latar belakang permasalahan di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Mekanisme Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir.”


(19)

 

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana Mekanisme Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Pada Badan Peneneman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir?”

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah mekanisme penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir sudah berjalan dengan baik atau tidak.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Dinas Tata Ruang, Perumahan, Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Samosir selaku tim teknis dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan.


(20)

 

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir dan Dinas Tata Ruang, Perumahan, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Samosir dalam pelaksanaan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara.

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefenisikan sebagai masalah yang penting. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sugiyono, 2007: 65).

Menurut Marsri Singarimbun dan Sofian dalam bukunya Metode Penelitian Survai (1989: 37), teori diartikan sebagai serangkaian asumsi, konsep,


(21)

 

konstrak, defenisi, dan proporsional untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, gagasan yang akan dijadikan titik landasan berfikir dalam penelitian ini.

1.5.1 Mekanisme 1.5.1.1 Sistem

Sistem adalah sekumpulan kegiatan yang terdiri dari sub-subsistem yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan berproses untuk mencapai tujuan tertentu. Atau lebih sederhana lagi sistem adalah suatu rangkaian prosedur yang telah menjadi suatu kebulatan untuk melaksanakan suatu fungsi (Syamsi, 2004: 16).

Dari batasan tersebut, diketahui adanya persyaratan bagi berlakunya suatu sistem, yaitu sebagai berikut.

1. Sistem harus terdiri dari sub-subsistem. Subsistem itu dapat berupa unit organisasi dan dapat pula berupa unit kegiatan.

2. Antara subsistem yang satu dengan subsistem yang berikutnya harus terjadi interaksi. Interaksi ini dapat berupa: saling ketergantungan, saling mengait, saling menjalin, dan saling berkesinambungan.

3. Suatu sistem harus merupakan proses kegiatan secara berurutan. 4. Suatu sistem harus mempunyai tujuan tertentu yang jelas.


(22)

 

1.5.1.2 Prosedur Kerja

Sekumpulan kegiatan dalam organisasi yang sifatnya masih garis besar, pelaksanaan selanjutnya harus semakin kongkret. Oleh karena itu, harus dijabarkan lebih lanjut sehingga dapat dilaksanakan secara operasional. Pelaksanaan sistem kerja diikuti dengan prosedur kerja. Prosedur kerja dilaksanakan lebih lanjut melalui metode kerja. Bahkan metode kerja mungkin saja dilaksanakan secara teknis operasional di lapangan/tempat kerja.

Prosedur adalah suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebulatan (Syamsi, 2004: 33). Untuk selanjutnya, istilah prosedur dapat juga diganti menjadi prosedur kerja atau prosedur pengerjaannya. Istilah itu silih berganti akan digunakan dengan pengertian yang sama.

Menurut Terry dalam (Syamsi, 2004: 33) Prosedur kerja adalah serangkaian tugas yang saling berkaitan dan yang secara kronologis berurutan dalam rangka menyelesaikan suatu pekerjaan. Dari kedua macam batasan tentang prosedur kerja maka secara singkat dikatakan bahwa prosedur kerja itu merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara berurutan untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan tertentu (Syamsi, 2004: 33).

1.5.1.3 Pengertian Mekanisme

Menurut Kamus Bahasaku Bahasa Indonesia (1989: 123), Mekanisme adalah tatacara atau cara kerja (organisasi, perkumpulan dan sebagainya).


(23)

 

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997: 3), Mekanisme adalah cara kerja suatu organisasi, panitia/tim, atau unit kerja dalam melaksanakan sesuatu.

1.5.2 Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pemohon untuk membangun baru, rehabilitasi/renovasi, dan/atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Pasal 1).

Bangunan pada dasarnya harus didirikan dengan syarat tertentu agar tidak rubuh dan mencelakai orang, baik di dalam maupun disekitarnya sehingga dalam mendirikan bangunan perlu adanya atau dilakukannya pertimbangan dan perhitungan yang matang mengenai bentuk struktur serta kekuatan bahan yang digunakan. Dengan demikian, bangunan tersebut akan kuat dan tidak mudah rusak ataupun roboh. Bangunan yang didirikan tanpa adanya perhitungan mengenai kekuatan struktur dan bahan akan mudah roboh dan menimbulkan bahaya bagi orang banyak. Dalam rangka melindungi keselamatan orang banyak dari bahaya rusaknya atau robohnya suatu bangunan maka kegiatan pembangunan harus diawasi, pembangunan dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu. Di antara syarat tersebut salah satunya adalah harus kuat dari segi struktur konstruksi dan penggunaan bahan yang tepat. Oleh karenanya Izin Mendirikan Bangunan


(24)

 

merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan mendirikan bangunan karena apabila kegiatan mendirikan bangunan itu termasuk kategori membahayakan keselamatan masyarakat maka izin mendirikan bangunan tidak akan diberikan.

Selain berfungsi untuk melindungi kepentingan umum, Izin Mendirikan Bangunan juga berfungsi sebagai bukti kepemilikan gedung yang sah secara hukum bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No 28 Tahun 2002 pasal 8 Mengenai “Persyaratan Administratif Bangunan Gedung” adalah sebagai berikut:

1. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah

b. Status kepemilikan gedung c. Izin mendirikan gedung

d. Sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau bagian bangunan gedung.

3. Pemerintah daerah wajib mendapat bangunan gedung untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan .


(25)

 

4. Ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan gedung, kepemilikan, dan pendataan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (20, dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

1.5.3 Mekanisme Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Mekanisme penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) meliputi enam tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Tahapan pertama Pengajuan Berkas Permohonan di Loket Pelayanan (Loket 1) yaitu sebagai berikut:

a. Pemohon datang ke Kantor Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir.

b. Pemohon izin mendapatkan informasi dan penjelasan dari BPMPT melalui petugas pelayanan perizinan di loket 1 (depan/front office) yang telah disediakan, mengisi formulir, melengkapi persyaratan yang ditentukan dan menyerahkan ke pada petugas di loket 1 (depan/front office)

c. Petugas loket 1 (depan/front office) menerima dan memeriksa berkas permohonan setelah syarat-syarat dilengkapi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan, memasukkan data ke computer, member nomor ID (identification) pada map permohonan, memberikan resi tanda terima berkas ke pemohon izin.


(26)

 

d. Petugas loket 1 (depan/front office) menyampaikan/meneruskan berkas permohonan yang telah diberi nomor ID ke loket 2 atau loket 3 sesuai kelompok izin yang dimohonkan untuk proses selanjutnya.

2. Tahapan kedua Pemeriksaan Berkas (Loket 2) yaitu sebagai berikut: a. Petugas loket 2 (back office) meneliti berkas kelengkapan persyaratan

perizinan, kegiatan usaha, bidang usaha dari kebenaran sahnya dokumen yang dilampirkan

b. Petugas Loket 2 (back office) setelah dokumen persyaratan dinyatakan sah sesuai peraturan memasukkan data-data perusahaan yang diperlukan ke dalam computer untuk back up data perusahaan.

c. Petugas Loket 2 (back office) segera menindaklanjuti dengan membuat undangan peninjauan/pemeriksaan lapangan kepada anggota Tim Teknis terkait dengan melampirkan formulir Berita Acara Pemeriksaan (BAP) serta formulir Rekomendasi Teknis.

3. Tahapan ketiga Pemeriksaan Lokasi/Lapangan (Loket 2) yaitu sebagai berikut:

a. Tim Teknis BPMPT bersama Tim Teknis Satuan Kerja terkait melakukan peninjauan lapangan sesuai jadwal dalam undangan

b. Tim Teknis BPMPT dan Tim Teknis SKPD terkait sesuai peninjauan lapangan berkewajiban dengan segera memberi rekomendasi untuk kepastian dikeluarkannya izin atau tidak dikeluarkannya izin dengan memperhatikan batas waktu SPM, membuat BAP serta melaksanakan


(27)

 

proses administrasi perizinan dan selanjutnya mencetak naskah/surat izin dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) sesuai besaran biaya yang ditetapkan Peraturan Daerah/Peraturan Bupati.

4. Proses SK/Ijin (Loket 2) meliputi Pemeriksaan/Meneliti ulang dan Penetapan Biaya/Retribusi yaitu sebagai berikut:

a. Kasubbid terkait dan Kabid Pelayanan Perizinan Menilit Ulang kebenaran seluruh keberadaan dokumen dan memberi paraf pada dokumen monitoring proses izin sebelum ditandatangani kepala BPMPT.

b. Kepala BPMPT memeriksa/meneliti ulang dan menandatangani sertifikasi izin setelah ada paraf petugas berwenang dengan memperhatikan batas waktu SPM.

c. Izin yang telah selesai ditandatangani Kepala BPMPT, secepatnya petugas Back Office menghubungi pemohon izin untuk membayar retribusi di loket yang telah ditentukan

d. Untuk pembuatan salinan izin pemohon menggandakan izin sesuai kebutuhan dengan leges/pengesahan salinan ditanda tangani oleh Sekretaris BPMPT atau Kepala Bidang Pelayanan Perizinan BPMPT.

5. Pembayaran di Kasir (loket 4) yaitu sebagai berikut:

a. Loket 4 merupakan tempat pembayaran retribusi izin dan/atau biaya yang timbul akibat proses izin dan penyerahan izin.


(28)

 

b. Kasir atau dibantu Back Office menghubungi pemohon izin untuk segera membayar retribusi di loket yang telah ditentukan dan membayar retribusi paling lambat 7 hari.

c. Kasir setelah menerima Uang Retribusi dari pemohon segera menyetor ke kas daerah/bank yang di tunjuk paling lama 1 x 24 jam.

d. Untuk pembuatan salinan dokumen izin pemohon menggandakan izin sesuai kebutuhan dengan leges/pengesahan salinan ditanda tangani oleh Sekretaris BPMPT atau Kepala Bidang Pembayaran Perizinan BPMPT.

6. Penyerahan SK/Izin (Loket 4) yaitu:

Pada tahapan ini izin mendirikan bangunan akan diberikan atau diserahkan kepada pemohon.

JENIS IZIN DIPROSES DI LOKET 2:

1. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2. Izin Usaha Pramuwisata;

3. Izin Jasa Agen Perjalanan Wisata; 4. Izin Jasa Konsultan Pariwisata; 5. Izin Klab Malam;

6. Izin Diskotik; 7. Izin Karaoke;

8. Izin Panti Mandi Uap; 9. Izin Panti Pijat;


(29)

 

10. Izin Usaha Billiard;

11. Izin Usaha Playstation/Video Game; 12. Izin Taman Rekreasi;

13. Izin Pemandian Alam; 14. Izin Usaha Kolam Pancing; 15. Izin Usaha Kebugaran/Fitness; 16. Izin Usaha Perahu Dayung; 17. Izin Usaha Sepeda Air;

18. Izin Group Musik Hiburan Non Traditional

19. Izin Pertunjukan Kesenian Atraksi Hiburan Komersil; 20. Izin Usaha Rumah Makan;

21. Izin Usaha Hotel;

22. Izin Usaha Pondok Wisata; 23. Izin Penginapan Remaja; 24. Izin Rumah Kost;

25. Izin Bungalow/Villa/Pesangrahan 26. Izin Balai Pertemuan

27. Izin Usaha Bar; 28. Izin Usaha Restoran; 29. Izin Usaha Warung Tenda;

30. Izin Usaha Jasa Boga/Toko Kue/Katering; 31. Izin Usaha Souvenir Shop;

32. Izin Usaha Salon Kecantikan; 33. Izin Mendirikan Bangunan (IMB);


(30)

 

34. Izin Usaha Industri (IUI);

35. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); 36. Izin Usaha Gudang (IUG);

37. Tanda Daftar Perusahaan (TDP); 38. Izin Usaha Kantor Cabang; 39. Izin Trayek;

40. Izin Ganggauan (HO);

JENIS IZIN DI PROSES DI LOKET 3:

1. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; 2. Izin Usaha Perbengkelan Kendaraan Bermotor; 3. Izin Usaha Pertambangan Galian C;

4. Izin Praktek Perorangan Dokter; 5. Izin Praktek Perorangan Bidan;

6. Rekomendasi Pendirian Rumah Sakit Swasta; 7. Izin Poliklinik Umum;

8. Izin Rumah Bersalin;

9. Izin Praktek Perorangan Dokter Umum/Spesialis; 10. Izin Praktek Dokter Gigi;

11. Izin Asisten Apoteker; 12. Izin Praktek Perawat; 13. Izin Praktek Bidan; 14. Izin Toko Obat; 15. Izin Apotek;


(31)

 

16. Izin Optik; 17. Izin Tukang Gigi;

18. Izin Pengobatan Tradisional; 19. Izin Balai Pengobatan; 20. Izin Refleksi;

21. Izin Optisi;

22. Izin Tekniker Gigi;

23. Izin Industri Kecil Rumah Tangga, Makanan dan Minuman; 24. Izin Usaha Jasa Kontruksi (IUJK);

25. Izin Usaha Penggillingan Padi Huller dan Penyosohan Beras; 26. Izin Usaha Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan; 27. Izin Reklame;

28. Izin Insedentil Trayek;

29. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah.

PENANGANAN RESTITUSI/PENGADUAN MASYARAKAT LOKET 5: Mekanisme :

1. BPMPT berkewajiban menyediakan loket dalam penanganan restitusi/pengaduan masyarakat.

2. Apabila terjadi restitusi/pengaduan masyarakat, petugas yang ditunjuk dan/atau berdasarkan tugas pokok dan fungsinya harus segera memproses restitusi/pengaduan masyarakat berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.


(32)

 

3. Untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan petugas, perlu disediakan akses kepada masyarakat untuk menyampaikan informasi, saran/pendapat/tanggapan, komplain/pengaduan dalam bentuk kotak pengaduan, kotak pos, atau satuan tugas penerima pengaduan yang berfungsi menerima dan menyelesaikan pengaduan masyarakat.

4. Setiap orang yang menyampaikan pengaduan, baik secara tertulis maupun secara langsung kepada pejabat/petugas penerima pengaduan diberikan tanda bukti pengaduan.

5. Pada tanda bukti pengaduan disebutkan nama dan jabatan petugas yang berwenang untuk menyelesaikan masalah/pengaduan tersebut dan jangka waktu penyelesaiannya.

6. Masukan dari masyarakat, baik berupa informasi, saran, pendapat, tanggapan dan/atau pengaduan hendaknya ditindaklanjuti dengan langkah-langkah dan upaya perbaikan pelayanan oleh unit pelayanan instansi pemerintah yang bersangkutan.

7. Apabila dalam pengaduan terdapat masyarakat yang dirugikan, perlu dipertimbangkan pemberian kompensasi.

8. Pengaduan tertulis baik melalui surat maupun media elektronik oleh masyarakat harus disampaikan secara jelas dan bertanggungjawab dengan menyebutkan nama, alamat dan identitas yang sah (bukan “surat kaleng”) 9. Apabila dalam pengaduan ternyata terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh

petugas pelayanan maka perlu diberikan sanksi kepada petugas yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.


(33)

 

10. Untuk memperoleh umpan balik dari masyarakat atas pelayanan yang diberikan petugas, perlu disediakan akses kepada masyarakat untuk menyampaikan informasi, saran/pendapat/tanggapan, komplain/pengaduan dalam bentuk kotak pengaduan, kotak pos atau satuan tugas penerima pengaduan yang berfungsi menerima dan menyelesaikan pengaduan masyarakat.

11. Setiap orang yang menyampaikan pengaduan, baik secara tertulis maupun secara langsung kepada pejabat/petugas penerima pengaduan diberikan tanda bukti pengaduan.

12. Pada tanda bukti pengaduan disebutkan nama dan jabatan petugas yang berwenang untuk menyelesaikan masalah/pengaduan tersebut dan jangka waktu penyelesaiannya.

13. Masukan dari masyarakat, baik berupa informasi, saran, pendapat, tanggapan dan/atau pengaduan hendaknya ditindaklanjuti dengan langkah-langkah dan upaya perbaikan pelayanan oleh unit pelayanan instansi pemerintah yang bersangkutan.

14. Apabila dalam pengaduan terdapat masyarakat yang dirugikan, perlu dipertimbangkan pemberian kompensasi.

15. Pengaduan tertulis baik melalui surat maupun media elektronik oleh masyarakat harus disampaikan secara jelas dan bertanggung jawab dengan menyebutkan nama, alamat, dan identitas yang sah (bukan”surat kaleng”). 16. Apabila dalam pengaduan ternyata terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh

petugas pelayanan, maka perlu diberikan sanksi kepada petugas yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.


(34)

 

Bagan 1.5.3 Mekanisme Penerbitan Izin Menerbitkan Bangunan (IMB) Pada BPMPT Kabupaten Samosir Tahun 2012

RUANG TUNGGU/ PEMOHON

LOKET 1 INFORMASI/ PENDAFTARAN

LOKET 2 & 3 PEMROSESAN

LOKET 4 PENYERAHANSKRD

DAN SURAT IZIN

LOKET 5 RESTITUSI& PENGADUAN

Sumber: BPMPT Tahun 2012

Mencari Informasi Memberikan Infromasi Menerima dan memeriksa berkas permohonan Dokumen

Dikembalikan lengk

Dokumen Dikembalikan Penelitian Berkas Peninjauan Lapangan

Cetak Izin & Cetak SKRD Surat Izin Surat Jawaban Pengaduan Penyerahan SKRD & Sertifikat Izin Pengaduan/ Kotak Saran Proses Penyelesaian Pengaduan Jawaban Pengaduan Ya Tidak Ditolak Rekomendasi Teknis


(35)

 

1.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995: 37). Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamankan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. (Silalahi, 2009: 112).

Agar mendapatkan kejelasan yang lebih rinci dari konsep yang akan diteliti, maka penulis menuliskan apa yang menjadi konsep penelitian. Adapun konsep daripada penelitian ini adalah:

1. Mekanisme

Mekanisme adalah tatacara atau cara kerja dari suatu organisasi, panitia/tim, perkumpulan, atau unit kerja dalam melaksanakan sesuatu. 2. Izin Mendirikan Bangunan

Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pemohon untuk membangun bangunan baru, rehabilitasi atau renovasi dan/atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.


(36)

 

3. Bangunan Gedung

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus

4. Rehabilitasi atau Renovasi dan/atau Memugar

Rehabilitasi atau Renovasi adalah sebuah proses mengembalikan obyek agar berfungsi kembali, dengan cara memperbaiki agar sesuai dengan kebutuhan sekarang, seraya melestarikan bagian-bagian dan wujud-wujud yang menonjol (penting) dinilai dari aspek sejarah, arsitektur dan budaya. Salah satu bentuk pemugaran yang sifat pekerjaannya hanya memperbaiki bagian-bagian bangunan yang mengalami kerusakan. Bangunan tersebut tidak dibongkar seluruhnya karena pekerjaan rehabilitasi umumnya melibatkan tingkat prosentase kerusakan yang rendah.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep dan sistematika penulisan.


(37)

 

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI

Bab ini berisikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, tugas pokok dan fungsi, dan struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan tentang penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil penelitian berdasarkan data-data yang diperoleh dari lapangan atau berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang analisa data yang disajikan pada bab IV untuk selanjutnya memberikan interpretasinya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan.


(38)

 

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Menurut Zuriah (2006: 47) penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara akurat dan sistematis mengenai sifat-sifat populasi dan daerah tertentu. Dengan demikian, penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek peneliti untuk mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh di lapangan.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir yang terletak di Jl. Raya Rianiate Km. 5,5 Pangururan dan Dinas Tata Ruang, Pemukiman, Kebersihan dan Pertamanan yang terletak di Jl. Simanindo, Siantinganting-Pangururan Kabupaten Samosir Sumatera Utara.


(39)

 

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Suyanto, 2005: 171). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menentukan informan dengan mengunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan informan secara sengaja dan informan yang digunakan adalah mereka yang benar-benar paham dan dapat dipecaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam mengenai permasalahan yang diteliti (Suyanto,2005: 171-172). Maka peneliti dalam hal ini mengunakan infornan penelitian yang terdiri dari:

1. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Pelayanan Perizinan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir. Beliau dipilih karena dianggap mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. 2. Informan utama dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Tata Ruang

Dinas Tata Ruang, Perumahan, Kebersihan dan Pertanaman Kabupaten Samosir.

3. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang sudah memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebelum mendirikan bangunan yang berjumlah empat orang serta masyarakat yang belum memiliki Izin Mendirikan Mangunan (IMB) namun sudah melakukan pembangunan


(40)

 

yang juga berjumlah empat orang. Mereka dipilih karena dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

2.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:

a. Wawancara ( Interview) secara mendalam yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak terkait atau mengajukan pertannyaan kepada orang-orang yang berhubungan dengan objek penelitian sehingga memperoleh informasi yang terperinci.

b. Observasi yaitu pengumpulan data dengan kegiatan pengamatan secara langsung dengan mencatat gejala-gejala yang ditentukan dalam interaksi sosial dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan yang berkenaan dengan topik penelitian.

2.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk


(41)

 

mendukung data-data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:

a. Dokumentasi (Dokumenter) yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau foto-foto dan rekaman video yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah dan sumber-sumber bacaan lainnya yang berkenaan dengan penelitian ini.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para key informan. Penganalisisan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisa sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian dan kemudian dapat menarik kesimpulan.


(42)

 

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir

3.1.1 Sejarah Singkat Pemekaran Kabupaten Samosir

Penerapan UU Nomor 22 Tahun 1999 Jo UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah mendorong munculnya aspirasi masyarakat di daerah untuk membentuk kabupaten baru yang bersipat otonom. Sebab dengan status daerah otonom baru, mereka berharap memperoleh peluang untuk mengurus daerahnya sendiri dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu kabupaten yang menjadi yang menjadi agenda pemekaran Kabupaten Toba Samosir adalah membentuk Kabupaten Samosir yang berada di tengah-tengah Propinsi Sumatera Utara. Untuk itu kajian Pemekaran Kabupaten Samosir perlu segera dilaksanakan mengingat sudah waktunya pelaksanaan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ketika itu.

Aspirasi masyarakat untuk Kabupaten Toba Samosir menjadi dua kabupaten di dasarkan pada desakan masyarakat wilayah samosir dan DPRD Kabupaten Toba Samosir, maka Kabupaten Toba Samosir diusulkan dan direncanakan pemekarannya sebagai berikut:

1. Kabupaten Toba Samosir (induk) terdiri dari sepulu kecamatan yaitu; Kecamatan Balige, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Silaen, Kecamatan Habinsaran, Kecamatan Porsea, Kecamatan Lumban Julu, Kecamatan


(43)

 

Uluan, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kecamatan Ajibata, dan Kecamatan Borbor.

2. Kabupaten Samosir (calon) terdiri dari sembilan kecamatan yaitu; Kecamatan Pangururan, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Harian, Kecamatan Simanindo, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan Palipi, Kecamatan Ronggurnihuta, dan Kecamatan Sitio-tio. Sesuai dengan aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD Kabupaten Toba Samosir dan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir serta Provinsi Sumatera Utara. Pemerintah telah menindaklanjuti aspirasi masyarakat tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir tanggal 20 juni 2002.

2. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 1101/Pem/2002 tanggal 24 juni 2002 yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara.

3. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 135/1187/Pem/2002 tanggal 3 juni 2002 perihal laporan tentang Aspirasi Masyarakat Samosir yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara.

4. Dari setiap argumentasi dan usulan DPRD dan Bupati Toba Samosir usulan ini diakomodir dengan keluarnya UU Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir.

Terbentuknya Kabupaten Samosir sebagai kabupaten baru merupakan langkah awal untuk memulai percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtra. Tujuan pembentukannya adalah untuk menekankan kedaulatan


(44)

 

raknyat dalam rangka perwujudan sosial, mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan untuk merespon serta merestrukturisasi jajaran pemerintahan daerah dalam rangka mempercepat proses pembangunan sehingga dalam waktu yang singkat dapat sejajar dengan kabupaten lainnya. Dengan demikian diharapkan mampu mengangkat taraf hidup masyarakat yang ada di Kabupaten Samosir pada khususnya dan Propinsi Sumatera Utara pada umumnya.

3.1.2 Keadaan Geografis Kabupaten Samosir

Secara geografis Kabupaten Samosir terletak di antara 2°21’38’’-2°49’48’’ Lintang Utara dan 98°24’00’’-99°01’48’’Bujur Timur dengan ketinggian antara 904-2.157 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten yaitu:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat.

Kabupaten samosir mempunyai luas kurang lebih 2.069,05 hektar, terdiri dari wilayah daratan seluas 1.444,25 hektar dan wilayah perairan danau seluas 624,80 hektar. Kabupaten samosir beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17°C-29°C, sedangkan kelembapan udara rata-rata 85,04 persen.


(45)

 

3.1.3 Wilayah Pemerintahan

Wilayah administrasi pemerintahan kecamatan di Kabupaten Samosir hingga Tahun 2011 tidak mengalami pemekaran, yaitu terdiri dari 9 kecamatan, 7 kecamatan diantaranya berada di Pulau Samosir di tengah Danau Toba dan 3 kecamatan berada di daerah lingkaran Danau Toba tepatnya pada punggung pegunungan Bukit Barisan. Sementara Wilayah administratif pemerintah desa/kelurahan mengalami pemekaran pada tahun 2011, yaitu dari 111desa dan 6 kelurahan menjadi 128 desa dan 6 kelurahan.

Tabel 1: Luas dan Jumlah Desa/Kelurahan menurut Kecamatan

No Kecamatan Luas (Ha) Desa Kelurahan Jumlah

1. Sianjur Mula-mula 140,24 12 0 12

2. Harian 560,45 13 0 13

3. Sitio-tio 50,76 8 0 8

4. Onan Runggu 60,89 12 0 12

5. Nainggolan 87,86 13 2 15

6. Palipi 129,55 17 0 17

7. Ronggurnihuta 94,87 8 0 8

8. Pangururan 121,43 25 3 28

9. Simanindo 198,20 20 1 21

Jumlah 1.444,25 128 6 134

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir Tahun 2013

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kecamatan yang memiliki daerah terluas adalah Kecamatan Harian yaitu sekitar 560,45 Ha. Sedangkan kecamatan


(46)

 

yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Sitio-tio dengan luas wilayah 50,76 Ha.

3.1.4 Kependudukan dan Sosial Budaya

Kondisi kependudukan maupun sosial budaya masyarakat di Kabupaten Samosir mempunyai karakter yang khas dimana mereka sangat memegang teguh kebudayaan dan agama serta adat istiadat Batak Toba. Penduduk Kabupaten Samosir kurang lebih 120.772 jiwa. Secara umum rata-rata tingkat kepadatan penduduknya adalah 83,62 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di

Kecamatan Pangururan yaitu sekitar 244,48 jiwa/Km2. Sedangkan kepadatan

terendah berada di Kecamatan Harian yaitu sekitar 14,16 jiwa/Km2.

Tabel 2: Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Samosir 2011

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

Penduduk Penduduk/KmKepadatan 2

1. Sianjur Mula-mula 4.661 4.563 9.224 65,77

2. Harian 3.923 4.010 7.933 14,16

3. Sitio-tio 3.594 3.593 7.191 141,67

4. Onan Runggu 5.151 5.274 10.425 171,23

5. Nainggolan 5.901 6.059 11.960 136,13

6. Palipi 8.064 8.173 16.237 125,33

7. Ronggurnihuta 4.178 4.256 8.434 88,9

8. Pangururan 14.849 14.838 29.687 244,48

9. Simanindo 9.783 9.898 19.681 99,29

Jumlah 60.104 60.668 120.772 83,63


(47)

 

3.2 Gambaran Umum Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Samosir

3.2.1 Visi dan Misi BPMPT A. Visi

Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode Renstra BPMPT Kabupaten Samosir. Dalam menyusun visi SKPD, visi harus mendukung visi Bupati/Wakil Bupati Samosir dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain; (1) visi harus jelas dan konkrit; (2) visi merupakan kalimat yang sederhana, mudah diingat dan dikomunikasikan; (3) visi harus fokus dan terarah.

Adapun yang menjadi Visi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir adalah “Terwujudnya Pelayanan Penanaman Modal dan Perizinan Yang Prima”.

B. Misi

Misi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan Sarana-Prasarana dan Profesionalisme SDM Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik

3. Meningkatkan koordinasi dengan semua pihak terkait Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan


(48)

 

3.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Berdasarkan Peraturan Bupati Samosir Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Masing-masing Jabatan Pada Badan Penanaman dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir sebagai berikut:

1. Kepala Badan

Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan tugas di bidang penanaman modal dan perizinan terpadu. Dalam melaksanakan tugas Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu mempunyai fungsi :

a. Membuat perumusan kebijakan teknis di bidang penanaman modal dan perizinan terpadu;

b. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk pengembangan kapasitas penanaman modal dan perizinan terpadu;

c. Melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang penanaman modal dan perizinan terpadu;

d. Penyusunan program pembangunan dan pengembangan penanaman modal dan perizinan terpadu;

e. Melaksanakan pelayanan umum di bidang penanaman modal dan perizinan terpadu;


(49)

 

f. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

g. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekdakab;

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.

2. Sekretaris

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam melaksanakan tugas dan fungsi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan.

Sekretaris mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan dalam pelaksanaan tugas di bidang umum, tata usaha, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, perencanaan, evaluasi dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas Sekretaris mempunyai fungsi:

a. Melakukan pengendalian urusan perlengkapan, pengadaan, penyaluran, penyimpanan, inventarisasi, keuangan, kepegawaian, perencanaan dan pelaporan;

b. Melakukan perencanaan pengelolaan dan pengurusan pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan;

c. Melaksanakan urusan surat menyurat dan urusan rumah tangga yang meliputi kebersihan, pengamanan dan ketertiban, hubungan masyarakat dan keprotokolan;

d. Membuat perencanaan, pengelolaan dan peningkatan pemberdayaan personil sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan;


(50)

 

e. Menghimpun berbagai peraturan perundang-undangan dan pengelolaan data evaluasi serta pelaporan;

f. Membina, mengkoordinasi, memberi petunjuk, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan baik lisan maupun tertulis; g. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada

Kepala Badan;

h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.

3. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan

Sub Bagian Umum dan Perlengkapan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan.

Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris dalam pelaksanaan tugas di bidang umum dan perlengkapan. Dalam melaksanakan tugas Sub Bagian Umum dan Perlengkapan mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan urusan perlengkapan, pengadaan, penyaluran, penyimpanan dan inventarisasi;

b. Melaksanakan urusan surat menyurat dan urusan rumah tangga yang meliputi kearsipan, perjalanan dinas, pengagendaan surat-surat masuk dan surat-surat keluar, kebersihan, pengamanan, ketertiban, hubungan masyarakat dan keprotokolan;

c. Menghimpun berbagai peraturan perundang-undangan, pengolahan data, evaluasi dan pelaporan;


(51)

 

d. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

e. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Sektretaris;

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.

4. Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian

Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Kepala Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris dalam pelaksanaan tugas di bidang keuangan dan kepegawaian. Dalam melaksanakan tugas Kepala Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian mempunyai fungsi:

a. Melakukan perencanaan pengelolaan dan pengurusan pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan;

b. Melakukan urusan kepegawaian;

c. Melakukan evaluasi kinerja pegawai dalam rangka pemberian reward dan punishment;

d. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;


(52)

 

e. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris;

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang di berikan oleh Pimpinan.

5. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris Badan.

Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas membantu sebagian tugas Sekretaris Badan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai fungsi:

a. Membuat perencanaan kebutuhan sarana, prasarana BPMPT sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan;

b. Membuat evaluasi triwulan, semester kinerja Badan;

c. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

d. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris;


(53)

 

6. Kepala Bidang Penanaman Modal

Bidang Penanaman Modal dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan melalui Sekretaris Badan.

Kepala Bidang Penanaman Modal mempunyai tugas pokok membantu Kepala Badan dalam pelaksanaan tugas di bidang penanaman modal. Dalam melaksanakan tugas Kepala Bidang Penanaman Modal mempunyai fungsi:

a. Melakukan pengkajian dan pengembangan investasi;

b. Mengumpulkan bahan pedoman petunjuk teknis kebijaksanaan, pembinaan dan pelaporan pelaksanaan dalam investasi;

c. Menginventarisir peluang-peluang investasi;

d. Menginventarisir dan merencanakan usaha untuk meminimalisirkan kemungkinan-kemungkinan kendala yang dihadapi para investor;

e. Mempersiapkan dan menyusun perangkat dan ketentuan hukum yang mendukung kemudahan dan kenyamanan investor;

f. Mengumpulkan data-data investasi untuk dievaluasi;

g. Melakukan pembinaan, pengawasan, pengolahan data, evaluasi dan penyusunan laporan investasi;

h. Melakukan koordinasi untuk membuat perencanaan investasi daerah; i. Melakukan koordinasi untuk menggali potensi keunggulan daerah dan

mengemas dalam bentuk peluang investasi yang menarik;

j. Memasarkan peluang investasi daerah dan melakukan promosi baik di dalam maupun ke luar negeri;


(54)

 

k. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

l. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan melalui Sekretaris;

m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.

7. Kepala Sub Bidang Pengkajian dan Pengembangan Investasi

Sub Bidang Pengkajian dan Pengembangan Investasi dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

Kepala Sub Bidang Pengkajian dan Pengembangan Investasi mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam pelaksanaan tugas di bidang pengkajian dan pengembangan investasi. Dalam melaksanakan tugas Kepala Sub Bidang Pengkajian dan Pengembangan Investasi mempunyai fungsi:

a. Membuat dan/atau mempersiapkan kajian pengembangan investasi; b. Mengumpulkan potensi yang dibutuhkan investor;

c. Menginventarisir data pendukung setiap potensi yang ada;

d. Menyusun potensi menjadi data yang dapat di akses masyarakat/investor; e. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan

petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

f. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang;


(55)

 

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.

8. Kepala Sub Bidang Promosi Investasi

Sub Promosi Investasi dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

Kepala Sub Promosi Investasi mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam pelaksanaan tugas di bidang promosi investasi. Dalam melaksanakan tugas Kepala Sub Promosi Investasi mempunyai fungsi:

a. Membuat dan/atau mempersiapkan bahan promosi investasi;

b. Menyusun profil investasi sesuai potensi yang tersedia dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris;

c. Mengikuti dan/atau melakukan promosi melalui pameran dan media informasi teknologi;

d. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

e. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang;


(56)

 

9. Kepala Bidang Informasi dan Penyuluhan Perizinan

Bidang Informasi dan Penyuluhan Perizinan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan melalui Sekretaris.

Kepala Bidang Informasi dan Penyuluhan Perizinan mempunyai tugas pokok membantu Kepala Badan dalam melaksanakan tugas di bidang informasi dan penyuluhan perizinan. Dalam melaksanakan tugas Kepala Bidang Informasi dan Penyuluhan Perizinan mempunyai fungsi:

a. Melaksanakan koordinasi dalam penyusunan rencana program informasi serta penyuluhan perizinan;

b. Melaksanakan penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana program kegiatan rutin bidang informasi dan penyuluhan perizinan serta pengembangan penanaman modal dan perizinan;

c. Mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan penanaman modal dan perizinan;

d. Merencanakan peningkatan sumber daya manusia bidang penanaman modal, informasi dan penyuluhan perizinan terpadu;

e. Merencanakan pengembangan sistem informasi penanaman modal dan perizinan;

f. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan penyuluhan penanaman modal dan perizinan;

g. Melaksanakan pengawasan penanaman modal dan perizinan;

h. Memelihara dan memutakhirkan secara periodik data-data yang berkaitan dengan penanaman modal dan perizinan;


(57)

 

i. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan penyuluhan penanaman modal dan perizinan;

j. Melakukan koordinasi dalam penanganan pengaduan yang berkaitan dengan penanaman modal dan perizinan;

k. Melakukan koordinasi dan menyelenggarakan penertiban perizinan; l. Membuat dan mengawasi on-line system penanaman modal dan perizinan; m. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan

petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

n. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan melalui Sekretaris;

o. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.

10.Kepala Sub Bidang Pendataan dan Pelaporan

Sub Bidang Pendataan dan Pelaporan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

Kepala Sub Bidang Pendataan dan Pelaporan mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam pelaksanaan tugas di bidang pendataan dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas Kepala Sub Bidang Pendataan dan Pelaporan mempunyai fungsi:

a. Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan tugas di bidang pendataan dan pelaporan;


(58)

 

b. Menyusun rencana dan program kerja pada Sub Bidang Pendataan dan Pelaporan;

c. Melaksanakan pedoman teknis di bidang pendataan dan pelaporan;

d. Melaksanakan pengumpulan data, pelaporan dan analisis data informasi dan penyuluhan perizinan;

e. Melaksanakan penyiapan promosi dan informasi melalui penyajian data, pelaporan maupun publikasi (ekspos) dan sistem operasional prosedur; f. Melaksanakan operasionalisasi pengawasan dan pengendalian kebijakan

tentang informasi dan penyuluhan perizinan di wilayah Kabupaten Samosir;

g. Menyiapkan data penanaman modal dan informasi perizinan;

h. Pendokumentasian pelaksanaan tugas pendataan dan pelaporan penanaman modal informasi dan penyuluhan;

i. Menyiapkan dan melaporkan hasil pendataan secara berkala;

j. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

k. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang;


(59)

 

11.Kepala Sub Bidang Penyuluhan dan Pengaduan

Sub Bidang Penyuluhan dan Pengaduan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

Kepala Sub Bidang Penyuluhan dan Pengaduan mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam pelaksanaan tugas di bidang penyuluhan dan pengaduan. Dalam melaksanakan tugas Kepala Sub Bidang Penyuluhan dan Pengaduan mempunyai fungsi:

a. Membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan tugasnya di bidang penyuluhan dan pengaduan;

b. Menyusun rencana dan program kerja pada Sub Bidang Penyuluhan dan Pengaduan;

c. Melaksanakan penyuluhan dan menindaklanjuti pengaduan di bidang penanaman modal dan perizinan terpadu;

d. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan dan sosialisasi perizinan dan non perizinan;

e. Melaksanakan sosialisasi, evaluasi dalam pembinaan, pemberdayaan dan pengendalian pengembangan, peningkatan informasi, promosi serta penyuluhan perizinan;

f. Melaksanakan hubungan kerjasama dengan lembaga dan dunia usaha baik Pemerintah maupun swasta dan lembaga-lembaga lainnya dalam rangka pengembangan informasi dan penyuluhan penanaman modal dan perizinan;


(60)

 

g. Melaksanakan peningkatan sumber daya manusia penanaman modal, informasi dan penyuluhan perizinan terpadu;

h. Melaksanakan koordinasi terhadap pelaksanaan penyuluhan dan pengaduan ke dalam maupun ke luar yang berkaitan dengan penanaman modal dan perizinan;

i. Melaksanakan penyuluhan penanaman modal dan perizinan bagi pengusaha dan masyarakat;

j. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

k. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang;

l. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.

12.Kepala Bidang Pelayanan Perizinan

Bidang Pelayanan Perizinan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan melalui Sekretaris.

Kepala Bidang Pelayanan Perizinan mempunyai tugas pokok membantu Kepala Badan dalam melaksanakan tugas di bidang pelayanan perizinan. Dalam melaksanakan tugas Kepala Bidang Pelayanan Perizinan mempunyai fungsi:

a. Mengendalikan petugas yang menerima permohonan izin;

b. Mengkoordinir petugas yang memeriksa kelengkapan permohonan izin; c. Meneliti draft dokumen perizinan yang akan ditandatangani Kepala Badan;


(61)

 

d. Melakukan koordinasi untuk proses izin dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berkaitan;

e. Merencanakan penerbitan dan pembatalan izin;

f. Menugaskan tim teknis perizinan dalam peninjauan lapangan;

g. Memelihara dan meng-update secara periodik data-data yang berkaitan dengan perizinan;

h. Mengumpulkan bahan penyusunan rencana dan program kerja di bidang perizinan;

i. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

j. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Badan melalui Sekretaris;

k. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.

13.Kepala Sub Bidang Penerimaan dan Penelitian izin

Sub Bidang Penerimaan dan Penelitian Izin dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

Kepala Sub Bidang Penerimaan dan Penelitian Izin mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang menyiapkan bahan penyusunan program dan rencana kegiatan di bidang penerimaan dan penelitian izin. Dalam melaksanakan tugas Kepala Sub Bidang Penerimaan dan Penelitian Izin mempunyai fungsi:


(62)

 

a. Mengumpulkan dokumen/Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pemberian perizinan;

b. Membuat dan menyederhanakan alur proses pelayanan perizinan; c. Menerima dan meneliti syarat kelengkapan permohonan perizinan; d. Membuat check list kelengkapan administrasi perizinan;

e. Mengendalikan/mengamankan dokumen administrasi perizinan; f. Menyusun pedoman teknis pemberian legalitas izin;

g. Pemberian informasi syarat kelengkapan administrasi permohonan izin; h. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan

petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

i. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang;

j. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.

14.Kepala Sub Bidang Penetapan dan Penerbitan izin

Sub Bidang Penetapan dan Penerbitan Izin dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

Kepala Sub Bidang Penetapan dan Penerbitan Izin mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang menyiapkan bahan penyusunan program dan rencana kegiatan di bidang penetapan dan penerbitan izin. Dalam melaksanakan tugas Kepala Sub Bidang Penetapan dan Penerbitan Izin mempunyai fungsi:


(63)

 

a. Mengumpulkan peraturan perundang-undangan yang mengatur besaran biaya perizinan;

b. Mempersiapkan formulir, dokumen, sertifikat, materai, yang terkait dengan penetapan izin;

c. Memberi informasi besaran biaya suatu proses perizinan;

d. Melakukan penelitian lapangan dengan pegawai tim teknis terkait bila ditentukan peraturan perundang-undangan;

e. Mengawasi penerimaan uang dan atau bukti transfer yang disyaratkan untuk proses penerbitan izin;

f. Mengawasi penyetoran uang ke Bendahara Umum Daerah (BUD) atau Bank yang diterima terkait proses penerbitan izin melalui petugas khusus yang ditetapkan Kepala Badan;

g. Memberikan formulir, dokumen, sertifikat izin kepada pemohon izin melalui petugas yang ditentukan Kepala Badan;

h. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas baik lisan maupun tertulis;

i. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang;


(1)

 

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Samosir. 2013. Samosir Dalam Angka 2013

Sumber-Sumber Lain:

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tntang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003, tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan kabupaten Serdang Bedagai di lingkungan Propinsi Sumatera Utara

Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 21 Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lemabaga Teknis Daerah Kabupaten Samosir

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan Bupati Samosir Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Masing-masing Jabatan Pada Badan Penanaman dan Perizinan Terpadu Kabupaten samosir

Peraturan Bupati Samosir Nomor 19 tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan fungsi masing-masing jabatan pada Dinas Tata Ruang, Permukiman Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Samosir


(2)

 

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 14 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu


(3)

 

A. Pertanyaan Wawancara Dengan Kepala Bidang Pelayanan Perizinan

BPMPT Kabupaten Samosir

1. Bagaimana Makanisme dalam pengurusan IMB?

2. Apakah dengan adanya mekanisme tersebut, penerbitan IMB menjadi lebih mudah, cepat dan lancar?

3. Apakah mekanisme pengurusan izin memdirikan bangunan itu sudah berjalan dengan baik sesuai dengan ketentuannya?

4. Apa saja persyaratan dalam pengurusan IMB?

5. Berapa biaya yang dikenakan dalam pengurusan IMB?

6. Apakah tarif pembayaran telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

7. Apakah kepastian dan rincian biaya telah diinformasikan dengan jelas? 8. Kapan biaya/tarif pengurusan IMB dibayarkan oleh sipemohon?

9. Siapakah unit kerja yang bertanggung jawab menerima biaya/tarif dalam pengurusan IMB?

10. Apakah setiap pembayaran biaya/tarif dalam pengurusan IMB ditandai dengan bukti resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan?

11. Berapa hari lamanya pengurusan IMB gedung?

12. Apakah kepastian waktu penyelesaian pelayanan telah di informasikan dengan jelas?

13. Apa yang menjadi Dasar Hukum penerbitan IMB?

14. Apakah persyaratan maupun pemprosesan penerbitan IMB telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan?

15. Apakah pemberian IMB disertai dengan dokumen perizinan/tanda bukti yang sah secara hukum?

16. Apa sanksi yang diberikan kepada pemohon yang memamfaatkan dokumen izin untuk kegiatan/usaha selain daripada peruntukannya? 17. Bagaimana jika pengurusan IMB yang diajukan pemohon tidak sesuai

dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kota atau tidak sesuai dengan lokasi peruntukannya?

18. Sejauh ini apakah ada masyarakat yang mengajukan keluhan/komplain dalam pengurusan IMB?


(4)

 

19. Seandainya ada keluhan/komplain, bagaimana penyelesaian terhadap keluhan/kompalin tersebut?

20. Siapa petugas/unit kerja yang bertanggung jawab jika ada pemohon IMB yang mengajukan keluhan/komplain?

21. Apa saja peralatan kerja yang mendukung petugas dalam pelaksanaan pengurusan IMB?

22. Apakah sarana pendukung yang ada sudah memadai?

23. Sumber media/informasi apa yang biasa dicapai masyarakat yang hendak mengurus IMB?

24. Apakah BPMPT telah memiliki gedung sendiri ?

25. Apakah ada kendala-kendala yang dihadapi oleh BPMPT dalam memberikan pelayanan pengurusan IMB?

B. Pertanyaan Wawancara Dengan Kepala Bidang Tata Ruang Dinas

Bidang Tata Ruang, Perumahan, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Samosir

1. Bagaimana penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW);

2. Bagaimana jika pengurusan IMB yang diajukan pemohon tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kota atau tidak sesuai dengan lokasi peruntukannya?

3. Apakah kepastian waktu penyelesaian pelayanan telah di informasikan dengan jelas?

4. Apakah ada pengawasan terhadap bagunan yang telah mendapatkan izin? 5. Apakah ada pengawasan terhadap bagunan yang belum mendapatkan

izin?

6. Apakah sanksi yang diberikan kepada pemohon yang memamfaatkan dokumen izin untuk kegiatan/usaha selain daripada peruntukannya? 7. Apa saja peralatan kerja yang mendukung petugas dalam pelaksanaan


(5)

 

8. Apakah kantor Dinas Tata Ruang, Perumahan, Kebersihan dan Pertamanan telah menetap dan tidak berpindah-pindah?

9. Apakah ada kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Tata Ruang, Perumahan, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Samosir dalam memberikan pelayanan pengurusan IMB?

C. Pertanyaan Wawancara Dengan Masyarakat Yang Sudah Memiliki IMB

Sebelum Mendirikan Bangunan

1. Apakah ada telah memahami bagaimana prosedur pengurusan IMB? 2. Apakah pengurusan IMB berbelit-belit atau tidak?

3. Apakah persyaratan dalam pengurusan IMB telah diberitahukan secara jelas?

4. Apakah persyaratan dalm pengurusan IMB terasa memberatkan? 5. Apakah biaya yang dikenakan dalam pengurusan IMB terasa

memberatkan?

6. Apakah setiap biaya yang dibebankan ditandai dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan?

7. Apakah anda melihat adanya semacam pesan-pesan anti korupsi di papan informasi kantor BPMPT?

8. Apakah waktu penyelesaian pengurusan IMB telah sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan?

9. Apakah ketika mengurus IMB ada kendala yang anda hadapi (misalnya bangunan yang didirikan tidak sesuai dengan lokasi peruntukannya)?

10. Apakah IMB yang telah diterbitkan disertai dengan dokumen/sertifikat yang sah secara hukum?

11. Apakah pemberian dokumen/sertifikat IMB tersebut telah memberikan jaminan hukum/rasa aman?

12. Apakah setiap petugas/unit kerja yang ada telah memberikan pelayanan yang baik dan responsif?


(6)

 

14. Apa media/sumber imformasi yang anda peroleh dalam pengurusan IMB?

15. Menurut anda, apakah anda telah memperoleh kemudahan akses dalam pengurusan IMB?

D. Pertanyaan Wawancara Dengan Masyarakat Yang Belum Memiliki IMB

Namun Sudah Melakukan Pembangunan

1. Apakah anda pernah mendengar tenteng IMB? 2. Apakah yang anda tahu tentang IMB?

3. Apakah anda pernah mengikuti acara sosialisasi yang diadakan oleh BPMPT atau pemerintah setempat mengenai IMB?

4. Apakah anda pernah berusaha untuk mencari informasi tentang pengurus IMB?

5. Apakah ketika anda mendirikan bagunan tanpa IMB, ada menerima teguran dari badan/dinas terkait?

6. Bagaiman proses penyelesaian permasalahan tersebut?

7. Apakah biaya yang dikenakan dalam pengurusan IMB terasa memberatkan?

8. Apakah IMB yang telah diterbitkan disertai dengan dokumen/sertifikat yang sah secara hukum?

9. Apakah setiap petugas/unit kerja yang ada telah memberikan pelayanan yang baik dan responsif?