Penerapan Perizinan Terpadu dalam Penerbitan Izin Lingkungan di Provinsi Sumatera Utara (studi Izin Lingkungan PT. Arah Environmental)

BAB II
PENDELEGASIAN KEWENANGAN PELAYANAN PERIZINANDALAM
PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA
A. Perizinan Terpadu Bidang Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan mahluk hidup, termasuk didalamnya manusiadanperilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta

mahluk hidup lainnya. 63
Hukum lingkungan telah berkembang dengan pesat, bukan saja dalam
hubungannya dengan fungsi hukum sebagai perlindungan, pengendalian dan
kepastian bagi masyarakat (sosial control) dengan peran agent of stability, tetapi
terlebih menonjol bagi sarana pembangunan (a tool of social engineering) dengan
peran sebagai agent of development atau agent of change. 64
Pembangunan dan lingkungan pada dasarnya merupakan dua hal yang
sangat berbeda secara berlawanan. Disatu sisi pembangunan menuntut perubahan
yang lebih baik untuk kesejahteraan manusia, sedangkan lingkungan yang terdiri
dari sumber daya lama dan ekosistem sifat yang terbatas disamping juga menuntut
pelestarian fungsinya.

Oleh karena itu dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan
lingkungan sebagai upaya sadar dan terencana mengelola sumber daya secara
bijaksana dalam pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini disadari karena upaya
untuk memwujudkan kesejahteraan bagi masyarakat pada umumnya menimbulkan
dampak terhadap lingkungan.

63

Mohammah Taufik Makaro. Aspek-Aspek Hukum Lingkungan. (Jakarta: Gramedia,
2006), hlm, 6.
64
Siti Sundari Rangkuti, Op cit. hlm. 1-2.

Universitas Sumatera Utara

Setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Sebaliknya setiap orang juga mempunyai kewajiban untuk memelihara
lingkungan hidup, termasuk mencegah dan menanggulangi perusakan lingkungan
hidup. Hak dan kewajiban ini dapat terlaksana dengan baik kalau subjek
pendukung hak dan kewajiban berperan serta dalam rangka pengelolaan

lingkungan hidup. Hal tersebut berarti pula bahwa hak dan kewajiban itu dapat
terlaksana dengan baik kalau subjek pendukung hak dan kewajiban itu
mempunyai hak akses terhadap data dan informasi mengenai keadaan dan kondisi
lingkungan hidup. 65 Subjek hukum yang berada di pemerintahan mempunyai
peran yang sangat strategis yaitu mengeluarkan kebijakan dan mengawasinya.
Subjek hukum yang bergerak di sektor dunia usaha berperan langsung untuk
mencemari atau tidak mencemari lingkungan hidup. Subjek hukum yang bergerak
di sektor pendidikan mempunyai peran penting untuk jangka panjang karena akan
membentuk manusia yang seutuhnya agar mempunyai wawasan dan kepedulian
terhadap lingkungan hidup. Untuk itu diperlukan suatu bentuk pengaturan dan
hukum yang tegas.
Dalam sistem hukum Indonesia sebelum berlakunya UU-PPLH 2009
terdapat berbagai jenis izin yang dapat dikategorikan sebagai perizinan di bidang
pengelolaan lingkungan atas dasar kriteria bahwa izin-izin tersebut dimaksudkan
atau berfungsi untuk pencegahan pencemaran atau gangguan lingkungan,
pencegahan perusakan lingkungan akibat pengambilan sumber daya alam dan
penataan ruang. Penataan ruang merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan.
Izin-izin tersebut adalah izin Hinder Ordonansi, Izin Usaha, Izin Pembuangan Air
65


Niniek Suparni, Pelestarian, Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan, (Jakarta:
Sinar Grafika, 1994), hlm. 111.

Universitas Sumatera Utara

Limbah dan Izin Dumping dan Izin Pengoperasian Instalasi Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Beracun, Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan. Izin-izin ini
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berbeda. 66
Berlakunya beberapa izin terhadap sebuah kegiatan usaha dapat menjadi
celah yang menghambat penegakan hukum lingkungan. Contoh terkenal adalah
kasus PT. SM di Medan yang diduga telah mencemari sungai. Walikota Medan
memberi sanksi dengan mencabut izin HO PT SM, tetapi PT SM berargumentasi
bahwa ia tetap sah beroperasi karena masih memiliki izin usaha industri. Untuk itu
diperlukan pembaruan perizinan bidang lingkungan dengan mengintegrasikan
beberapa izin yang terkait dengan pengelolaan lingkungan secara terpadu. 67
Secara akademik, konsep izin lingkungan terpadu dapat dilihat dari dua
aspek, pertama, terkait dengan pemberian kewenangan penerbitan izin kepada satu
institusi saja sehingga tidak lagi terbagi atas dua atau lebih institusi. Aspek kedua
terkait dengan pertanyaan terhadap jenis kegiatan usaha apa izin lingkungan itu
diberlakukan, apakah diberlakukan atas kegiatan-kegiatan usaha yang dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan hidup saja (brown issues) atau juga
terhadap kegiatan-kegiatan usaha yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan
hidup. 68
Pasal 1 angka 2 UU-PPLH menyatakan: Perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Mencermati
66

Takdir Rahmadi. Op cit, hlm, 106.
Ibid, hlm, 108.
68
Ibid. hlm, 108.
67

Universitas Sumatera Utara

konsep tersebut, ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
tidak hanya terbatas pada polusi dan pencemaran saja, namun juga terkait pada

pengelolaan sumber alam seperti pertambangan dan kehutanan. Hal ini tentu
berkonsekuensi pada ruang lingkup sistem perizinan bidang lingkungan hidup.
Terkait dengan aspek substansi, perizinan terpadu bidang lingkungan hidup
merupakan suatu sistem perizinan yang mencakup seluruh aktivitas perencanaan,
pemanfaatan, dan pemeliharaan ruang beserta isinya.
Dalam penjelasan UU-PPLH Pasal 2 huruf d tentang pengertian dari asas
keterpaduan: Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan
berbagai unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait.
Perizinan terpadu bidang lingkungan hidup berkaitan dengan aspek
substansi yaitu sesuai dengan makna lingkungan hidup, maupun aspek
administrasi yaitu mekanisme, persyaratan, waktu, dan biaya. Selain itu perizinan
terpadu bidang lingkungan hidup sebagai suatu sistem, sesuai dengan UU-PPLH
harus didasarkan dengan kajian lingkungan hidup strategis, rencana tata ruang,
baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dan
Amdal atau UKL-UPL.
Izin bidang lingkungan hidup harus dilakukan secara terpadu. Ketentuan
mengenai sistem perizinan dalam UU-PPLH diatur tentang keterkaitan hubungan
antara izin lingkungan hidup dengan izin usaha atau kegiatan yang diatur dalam
Pasal 36-41 UU-PPLH. Untuk memperoleh izin usaha diperlukan Amdal atau

UKL-UPL dan izin lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Mencermati konsep-konsep diatas, secara substansi ruang lingkup
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak hanya terbatas pada
persoalan polusi, pencemaran, namun juga terkait dengan pengelolaan sumber
daya alam seperti, kehutanan, pertambangan yang harus diintegrasikan
perizinannnya.
Berdasarkan Pasal 123 UU-PPLH dinyatakan: “Segala izin di bidang
pengelolaan lingkungan hidup yang telah dikeluarkan oleh Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib diintegrasikan ke dalam
izin lingkungan paling lama 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini ditetapkan”.
Pembangunan sistem perizinan terpadu dibidang lingkungan hidup
merupakan tuntutan ditengah kepentingan meningkatnya kepentingan investasi
dan penurunan kualitas pelestarian fungsi lingkungan hidup. Karena selama ini
izin lingkungan hanya sebagai pelengkap izin usaha. Jika izin sudah diperoleh,
izin lingkungan hanya menjadi sebuah dokumen yang tidak dapat digunakan.
Walaupun perusahaan melanggar izin lingkungan, izin usaha/kegiatan tidak dapat
diganggu gugat. Padahal izin usaha atau kegiatan dapat dibatalkan jika terbukti

melanggar norma lingkungan hidup.
Pengaturan tentang pernerbitan izin di bidang lingkungan hidup Provinsi
Sumatera terdapat dalam Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 Tahun
2011 tentang Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perizinan Kepada Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara dalam Pasal 2 dinyatakan:
1. BPPTSU diberi kewenangan dalam memproses pelayanan administrasi,
menandatangani dokumen, menerbitkan dokumen Bidang, Jenis Perijinan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur ini;
2. Kewenangan Penandatangan dokumen Bidang, Jenis Perijinan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bidang dan jenis

Universitas Sumatera Utara

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini;
3. Jenis Perijinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditambah sesuai
dengan perkembangan dan kemampuan BPPTSU mengelola semua jenis
Perijinan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur;
4. Jenis Perijinan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Peraturan
Gubernur ini ditandatangani oleh Gubernur, namun proses perijinannya

dilaksanakan oleh BPPTSU;
5. BPPTSU wajib menanggapi dan menangani pengaduan masyarakat
Jadi BPPTSU memiliki kewenangan untuk melakukan kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hakhak sipil setiap warga negara dan penduduk atas pelayanan administrasi perizinan
yang

disediakan

oleh penyelenggara

pelayanan

perizinan

yang proses

pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya
dokumen dilakukan secara terpadu dalam satu pintu dan satu tempat.
Untuk kegiatan perizinan di bidang lingkungan hidup, BPPTSU memiliki
kewenangan menerbitkan izin bidang lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut

izin lingkungan berdasarkan Lampiran I Peraturan Gubernur Sumatera Utara
Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perizinan
Kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara angka 4
dinyatakan: “Perizinan bidang lingkungan hidup yaitu: Izin lingkungan dan Izin
pembuangan air limbah ke laut”
1. Izin Lingkungan
Dalam negara hukum modern tugas dan kewenangan pemerintah tidak
hanya sekadar menjaga ketertiban dan keamanan, tetapi juga mengupayakan
kesejahteraan umum. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk

Universitas Sumatera Utara

mengendalikan tingkah laku warga. Menurut Spelt dan Ten Berge, izin adalah
suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan Undang-Undang atau peraturan
pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan
perundang-undangan. Sementara itu Ridwan HR, dengan merangkum serangkaian
pendapat para sarjana menyimpulkan bahwa izin adalah perbuatan pemerintah
bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada
peristiwa


konkret

menurut

prosedur

dan

persyaratan

tertentu.

Dengan

mendasarkan pengertian seperti itu, maka unsur dalam perizinan meliputi
instrumen yuridis, peraturan perundang-undangan, organ pemerintah, peristiwa
konkret, prosedur dan persyaratan.
Sebagai sebuah keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah, maka izin
dapat


digunakan

untuk

tujuan-tujuan

tertentu

berupa

keinginan

untuk

mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu, mencega bahaya bagi
lingkungan, keinginan melindungi obyek-obyek tertentu, hendak membagi bendabenda yang sedikit, dan juga dapat ditujukan untuk pengarahan, dengan
menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas tertentu 69
Seperti diketahui dari luas wilayah yang begitu besar, jumlah penduduk
yang banyak, maka pemekaran daerah dilakukan. Sebagai konsekuensi dari asas
desentralisasi, maka berbagai urusan pemerintahan diserahkan ke daerah menjadi
urusan daerah. Penyerahan kewenangan dalam kerangka desentralisasi tersebut
dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan efisiensi dan efektivitas penanganan
masalah, optimalisasi peran lokal, sekaligus akomodasi terhadap keanekaragaman
daerah. Dengan kenyataan yang demikian maka penanganan terhadap masalah

69

N.M Spelt da J.B.J.M Ten Berge, disunting Philippus M.Hadjon, Op cit, hlm. 4-5.

Universitas Sumatera Utara

perizinan pun juga menjadi salah satu yang didistribusi, tidak hanya menjadi
kewenangan pemerintah pusat akan tetapi juga menjadi kewenangan pemerintah
daerah.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, pemerintah yang
sedang membangun memiliki beberapa fungsi yakni: 70 memimpin warga
masyarakat (leading), mengemudikan pemerintahan (governing), memberi
petunjuk (instructing), menghimpun potensi (gathering), menggerakkan potensi
(actuating),

memberikan

arah

(directing),

mengkoordinasi

kegiatan

(coordinating), memberi kesempatan dan kemudahan (facilitating), memantau dan
menilai

(evaluating),

(supporting),

membina

mengawasi

(controlling),

(developing),

melayani

menunjang/mendukung
(servicing),

mendorong

(motivating) dan melindungi (protecting).
Dalam

rangka

pencapaian

tujuan

tersebut

pemerintah

membuat

perencanaan (het plan) baik untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang. Perencanaan yang dibuat oleh pemerintah tersebut seringkali digunakan
sebagai pedoman bagi kegiatan masyarakat maupun pemerintah sendiri. Instrumen
yang digunakan oleh pemerintah untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan
masyarakat seperti itu antara lain menggunakan sarana perizinan.
Melalui izin dapat pula pemerintah mengendalikan dan mengontrol
kegiatan masyarakat. Hal seperti itu misalnya nampak dalam hal anggota
masyarakat sebagai pemegang izin diwajibkan untuk mendaftar ulang ataupun
mengajukan perpanjangan izinnya untuk setiap periode tertentu. Dalam hal seperti
itu setiap kali pendaftaran ulang atau perpanjangan dilakukan, maka akan dilihat
70

Ateng Syafrudin, Butir-butir Bahan Telaahan Tentang Asas-Asas Umum Pemerintahan
yang Layak Untuk Indonesia, dalam Paulus Efendi Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang Baik. (Bandung: Citra Aditya Bhakti), 1994.hlm. 64.

Universitas Sumatera Utara

pula dampak dari kegiatan yang diizinkan. Apabila kegiatan itu memberikan
dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya maupun bagi pemerintah sendiri,
atau setidak-tidaknya tidak menimbulkan kerugian dan dampak negatif bagi pihak
lain, maka perpanjangan atau pendaftaran dapat dilayani. Hal tersebut penting
untuk diperhatikan, mengingat dalam hukum ekonomi, asas pengawasan publik
dan asas campur tangan terhadap kegiatan ekonomi merupakan bagian dari asas
utama dari hukum ekonomi.
Izin dapat dipandang sebagai perdoman dan sekaligus jaminan bagi
kegiatan usaha mereka. Masalah perizinan dewasa ini sering dikeluhkan oleh
masyarakat luas. Tak jarang terdengar keluhan para investor yang mengatakan
rumit dan panjangnya proses pengurusan perizinan. Hal yang seperti itu tentu
perlu diantisipasi antara lain dengan mengadakan koordinasi dengan instansiinstansi terkait, sehingga birokrasi-birokrasi yang tidak begitu penting dapat
ditiadakan untuk kemudian disatukan dalam bagian lainnya. Memang ada yang
memandang izin sebenarnya dapat dikatakan sebagai sebuah insentif bagi kegiatan
usaha, di mana dengan adanya berbagai kemudahan untuk pengurusan perizinan
maka akan memberikan rangsangan bagi pengusaha untuk memulai investasi.
Akan tetapi sebenarnya mengenai insentif itu sendiri tidak selamanya mendesak
bagi dunia usaha. Mereka yang berpandangan bahwa insentif bagi dunia usaha
tidak selamanya diperlukan, melihat bahwa di dalam setiap usahawan selalu sudah
tertanam sifat jiwa usaha (entrepeneurship).
Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan
keamanan merupakan tugas klasik yang sampai kini masih tetap dipertahankan.
Dalam rangka melaksanakan tugas ini kepada pemerintah diberikan wewenang

Universitas Sumatera Utara

dalam bidang pengaturan ,yang dari fungsi pengaturan ini muncul beberapa
instrumen yuridis untuk menghadapi peristiwa individual dan konkret, yaitu
dalam bentuk ketetapan. Sesuai dengan sifatna, individual dan konkret, ketetapan
merupakan ujung tombak dari instrumen hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan, atau sebagai norma penutup dalam rangkaian norma hukum. Salah
satu wujud dari ketetapan ini adalah izin. 71Membicarakan pengertian izin pada
dasarnya mencakup suatu pengertian yang sangat kompleks yaitu berupa hal yang
membolehkan seseorang atau badan hukum melakukan sesuatu hal yang rnenurut
peraturan perundang-undangan harus memiliki izin. terlebih dahulu, maka akan
dapat diketahui dasar hukum dari izinnya tersebut.
Tujuan pemberian izin tersebut adalah dalam rangka untuk menjaga agar
jangan terjadi tugas secara liar atau tugas dokter secara liar, sebab dokter yang
bertugas tanpa izin adalah merupakan praktek dokter secara liar, sebab tidak
mendapat izin dari pihak yang berwenang. Atau dengan kata lain untuk
menghindari dari berbagai kemungkinan yang akan terjadi yang dapat
menimbulkan keresahan kepada masyarakat atau dapat merugikan kepentingan
orang lain dengan tanpa hak atau secara tidak sah yang ditetapkan berdasakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang diberikan oleh pejabat yang
berwenang untuk itu.
Menurut Prajudi Atmosudirdjo, izin (vergunning) adalah suatu penetapan
yang merupakan dispensasi pada suatu larangan oleh undang-undang.

Pada

umumnya pasal undang-undang yang bersangkutan berbunyi, “dilarang tanpa
izin...(melakukan)... dan seterusnya.” Selanjutnya, larangan tersebut diikuti

71

Adrian Sutedi, Op cit, hlm. 179-180.

Universitas Sumatera Utara

dengan perincian syarat-syarat, kriteria, dan sebagainya yang perlu dipenuhi oleh
pemohon untuk mendapat izin, disertai dengan penetapan prosedur dan petunjuk
pelaksanaan kepada pejabat-pejabat administrasi negara yang bersangkutan. 72
Menurut W. F Prins bahwa istilah izin adalah tepat kiranya untuk maksud
memberikan dispensasi (bebas syarat) dan sebuah larangan, dan pemakaiannya
pun adalah dalam pengertian itu juga. Akan tetapi, sebetulnya izin itu diberikan
biasanya karena ada peraturan yang berbunyi “dilarang untuk..., tidak dengan
izin” atau bentuk lain yang dimaksud sama seperti itu. 73
Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum
dilarang.
Pada umumnya pasal undang-undang yang bersangkutan berbunyi :
"Dilarang tanpa izin memasuki areal/lokasi ini". Selanjutnya larangan tersebut
diikuti dengan rincian daripada syarat-syarat, kriteria dan sebagainya yang perlu
dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh dispensasi dari larangan tersebut,
disertai dengan penetapan prosedur atau petunjuk pelaksanaan kepada
pejabatpejabat administrasi negara yang bersangkutan.
Menurut Utrecht sebagaimana dikutip oleh Bachsan Mustafa :
"Bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan,
tetapi masih juga mernperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan

72

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983),

hlm. 94.
73

Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 169.

Universitas Sumatera Utara

untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang
memperkenankanperbuatan tersebut bersifat suatu izin (verguning)". 74
Izin tidak sama dengan pembiaran, kalau ada suatu aktivitas dari anggota
masyarakat yang sebenarnya dilarang oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku, tetapi ternyata tidak dilakukan penindakan oleh aparatur yang berwenang,
pembiaran seperti ini bukan berarti diizinkan. Dapat dikatakan izin harus ada
keputusan konstitutif dari aparatur yang berwenang menerbitkan izin.
Jadi izin adalah merupakan ketetapan pemerintah untuk menetapkan atau
melakukan sesuatu perbuatan yang dibenarkan oleh undang-undang, atau
peraturan yang berlaku untuk itu.
Sedangkan bentuk izin adalah :
a. Secara tertulis
Bentuk izin secara tertulis rnerupakan suatu bentuk perizinan yang
diberikan olehpemerintah oleh suatu instansi yang berwenang sesuai izin yang
dimintakan, serta penuangan pemberian izin diberikan dalam bentuk tertulis dan
ditandatangani oleh pihak yang berwenang di instansi tersebut.
b.

Dengan Lisan.
Bentuk izin secara lisan dapat ditemukan dalarn hal pengeluaran pendapat

di muka umum. Bentuk izin dengan lisan pada dasarnya hanya dilakukan oleh
suatu organisasi untuk melakukan aktivitasnya serta melaporkan aktivitasnya
tersebut kepada instansi yang berwenang. Bentuk izin dengan lisan ini hanya
berfungsi sebagai suatu bentuk pelaporan semata.
74

Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Athninistrasi Negara Indonesia, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2001), hlm. 80.

Universitas Sumatera Utara

Untuk masalah perizinan sendiri kiranya cukup apabila birokrasi
pengurusannya tidak terlalu panjang, dan sekaligus dapat digunakan sebagia
pegangan sehingga ada kepastian usaha. Izin yang telah dipegang itu diharapkan
dapat digunakan sebagai senjata (pengaman) apabila ada rintangan usaha berkait
dengan berbagai hal, misalnya tuntutan dari pemerintah daerah, klaim pihak ke-3
dan sebagainya. Dengan demikian dari pihak yang berwenang mengeluarkan izin
dituntut adanya tanggungjawab khususnya terhadap keputusan berupa izin yang
telah dikeluarkannya. Pemegang izin baru dapat dituntut apabila melakukan
pelanggaran dan penyimpanan dalam kegiatannya tidak seperti yang diizinkan.
Izin tidak begitu saja mudahnya untuk dicabut, kecuali ada pelanggaran dalam
penggunaannya. Untuk itu dalam proses penerbitan izin, senantiasa aparatur
pemerintah yang menangani permohonan, mesti harus hati-hati dan cermat.
Selain pengertian izin yang diberikan oleh beberapa sarjana tersebut di
atas, ada pengertian izin yang dimuat dalam peraturan yang berlaku, misalnya
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Dalam
ketentuan tersebut izin diberikan pengertian sebagai dokumen yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lain yang
merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau
badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Pemberian pengertian izin
tersebut menunjukkan adanya penekanan pada izin yang tertulis, yakni berbentuk
dokumen, sehingga yang disebut sebagai izin tidak termasuk yang diberikan
secara lisan. 75
75

Y. Sri Pudyatmoko, Perizinan Problem Dan Upaya Pembenahan, (Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), hlm. 8.

Universitas Sumatera Utara

Pemberian pengertian izin tersebut menunjukkan adanya penekanan pada
izin yang tertulis, yakni berbentuk dokumen, sehingga yang disebut sebagai izin
tidak termasuk yang diberikan secara lisan. Pengelolaan lingkungan hanya dapat
mendukung pembangunan berkelanjutan, apabila administratif pemerintahan
berfungsi secara efektif dan terpadu. Salah satu sarana yuridis administrative
untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran lingkungan adalah sistem
perizinan terpadu bidang lingkungan hidup. Namum, bukan berarti dengan
wewenang yang dimiliki oleh pemerintah/Daerah dapat memberikan izin
sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan aspek lain. Inilah yang seringkali
terjadi perbedaan pandangan antara pemerintah dengan kalangan akademisi atau
aktivis lingkungan. Pemerintah disatu sisi memandang, izin sebagai instrumen
peningkatan investasi untuk pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu harus
dipermudah, pertimbangan perlindungan fungsi lingkungan hidup pun terabaikan.
Dalam UUPPLH terdapat dua jenis izin, yakni pertama, dalam Pasal 1
butir 35 UUPPLH, izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang
yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. Kedua, dalam Pasal 1 butir 36
UUPPLH, izin usahadan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi
teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan.
Dalam Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan, izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-

Universitas Sumatera Utara

UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin Usaha/atau Kegiatan.
Izin lingkungan merupakan syarat untuk mendapatkan izin usaha dan/atau
kegiatan.Untuk memperoleh izin usaha dan atau kegiatan, orang atau badan
hukum, terlebih dahulu mengurus dan mendapatkan izin lingkungan.Untuk
mendapatkan izin lingkungan orang atau badan hukum harus memenuhi syaratsyarat dan menempuh prosedur administrasi.
Izin Lingkungan dapat diperoleh melalui tahapan kegiatan yang
meliputi: 76
a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
c. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.
Izin merupakan alat pemerintah yang bersifat yuridis preventif, dan
digunakan sebagai instrumen administrasi untuk mengendalikan perilaku
masyarakat.Oleh karena itu sifat suatu izin adalah preventif, karena dalam
instrumen izin, tidak bisa dilepaskan dengan perintah dan kewajiban yang harus
ditaati oleh pemegang izin. Selain itu fungsi izin adalah represif. Izin dapat
berfungsi

sebagai

instrumen

untuk

menanggulangi

masalah

lingkungan

disebabkan aktivitas manusia yang melekat dengan dasar perizinan. Artinya, suatu
usaha yang memperoleh izin atas pengelolaan lingkungan, dibebani kewajiban
untuk melakukan penanggulangan pencemaran atau perusakan yang timbul dari
aktivitas usahanya.

76

Pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan

Universitas Sumatera Utara

Pasal 36 ayat 4 UUPPLH berbunyi : “Izin lingkungan diterbitkan oleh
Menteri,gubernur, atau bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya”. Di
Provinsi Sumatera Utara Kewenangan penerbitan izin lingkungan dilimpahkan
oleh Gubernur Sumatera Utara kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Provinsi Sumatera Utara berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor
37 Tahun 2011 tentang Pendelegasian Kewenangan PelayananPerizinan Kepada
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara dalam lampiran I
butir 4 tentang perizinan bidang lingkungan hidup yaitu izin lingkungan dan izin
pembuangan air limbah ke laut.
Tujuan utama Izin Lingkungan: menetapkan tingkat kinerja yang
diperlukan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan yang diikat secara hukum (legally
binding commitment and performance) agar tetap memenuhi baku mutu
lingkungan dan kriteria kerusakan lingkungan dalam upaya untuk melindungi
lingkungan dan kesehatan manusia.
Tujuan lain diterbitkannya Izin Lingkungan antara lain untuk memberikan
perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan,
meningkatkan upaya pengendalian Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak
negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan
koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk Usaha dan/atau
Kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam Usaha dan/atau Kegiatan.
2. Proses Perizinan
Proses/prosedure adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui baik oleh
organ Negara/Tata UsahaNegara/Administrasi Negara maupun oleh warga
Masyarakat sebelum beschikking/keputusan dikeluarkan.

Universitas Sumatera Utara

Proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan
perizinan, proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses internal yang
dilakukan oleh aparat/petugas. Dalam setiap tahapan pekerjaan tersebut, masingmasing pegawai dapat mengetahui peran masing-masing dalam proses
penyelesaian perizinan 77
Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang
ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping harus menempuh
prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin.
Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan
izin dan instansi pemberi izin.
Masih sangat sering dijumpai praktik-praktik yang tercela dalam proses
perizinan seperti suap dan sebagainya. Disamping itu, masalah perilaku juga
menjadi persoalan manakala prinsip Good Governance dituntut untuk dilakukan
dalam pelayanan perizinan. Sebab, masih jarang ditemui aparatur pelayanan yang
memiliki sikapprofesionalisme dan mengedepankan prinsip costumer relationship
manakala berhubungan dengan pihak yang diberi layanan.Inti dari regulasi dan
deregulasi proses perizinan adalah pada tata cara dan prosedur perizinan.
Untuk itu, isu regulasi dan deregulasi haruslah memenuhi nilai-nilai
berikut: sederhana, jelas, tidak melibatkan banyak pihak, meminimalkan kontak
fisik antar pihak yang melayanidengan yang dilayani, memiliki prosedur
operasional standar, wajib dikomunikasikan secara luas. Disebutkan bahwa izin

77

Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 185.

Universitas Sumatera Utara

merupakan instrument yuridis yang berbentuk ketetapan, yang digunakan oleh
pemerintah dalam menghadapi peristiwa konkrit dan individual.
Peristiwa konkrit artinya yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu,
tempat tertentu, dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa konkrit ini beragam,
izinpun juga beragam. Izin yang jenisnya beragam itu dibuat dalam proses yang
cara prosedurnya tergantung dari kewenangan pemberi izin, macam izin dan
struktur organisasi instansi yang menerbitkannya.
Proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan
perizinan, proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses penyelesaian
perizinan yang dilakukan oleh aparat/petugas. Dalam setiap tahapan pekerjaan
tersebut, masing-masing pegawai dapat mengetahui peran masing-masing dalam
proses penyelesaian perizinan. 78
Secara umum permohonan izin itu harus menempuh prosedur tertentu
yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Di samping itu pemohon
juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan oleh
pemerintah/ penguasa sebagai pemberi izin yang ditentukan secara sepihak.
Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan
izin dan instansi pemberi izin, yaitu instansi mana, bisa pemerintah daerah atau
pusat.
Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi sebagai pengarah, atau untuk
mengemudikan tingkah laku warga. Perizinan juga dimaksudkan untuk
mengadakan pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan. Izin
dikeluarkan oleh penguasa sebagai instrumen untuk mempengaruhi hubungan

78

Ibid

Universitas Sumatera Utara

dengan para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai
tujuan yang konkrit.
Persyaratan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh
izin yang dimohonkan. Persyaratan perizinan tersebut berupa dokumen
kelengkapan atau surat-surat. 79
Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif dan
kondisional. Bersifat konstitutif, karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah
laku tertentu harus (terlebih dahulu) dipenuhi, artinya dalam hal pemberian izin
itu ditentukan suatu perbuatan konkret, dan bila tidak dipenuhi dapat dikenai
sanksi. Bersifat kondisional, karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihat
serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu
terjadi. 80
Ketentuan-ketentuan adalah syarat-syarat yang menjadi dasar bagi organ
pemerintahan dalam pemberikan izin. Fakta bahwa dalam banyak hal, izin
dikaitkan dengan syarat-syarat berhubungan erat dengan fungsi sistem perizinan
sebagai salah satu instrumen (pengendalian) penguasa. 81
Pekerjaan pemberian izin oleh pemerintah pada dasarnya merupakan
perbuatan hukum publik yang bersegi 1 (satu) yang dilakukan dengan ketentuan
yang berlaku di lingkungan instansi pemerintahan yang mengeluarkan izin
tersebut. Sehingga membicarakan ketentuan-ketentuan mengenai masalah
perizinan amat luas sekalanya karena beranekaragamnya jenis izin yang
dikeluarkan sesuai dengan kedudukan masing-masing instansi pemerintahan itu
sendiri.
79

Ibid
Soehino, Asas-Asas Hukum Tata Pemerintahan, (Yogyakarta : Liberty, 1984), hlm. 97.
81
N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berge, op. cit., hlm. 6-7.
80

Universitas Sumatera Utara

Ketentuan ketentuan mengenai masalah perizinan tersebut merupakan
pekerjaan pemerintah dalam bentuk nyata (konkret) yang diwujudkan dalarn
perbuatan mengeluarkan ketetapan yang mempunyai ciri konkret artinya nyata
mengatur orang tertentu yang disebutkan identitasnya sebagai pemohon izin untuk
memenuhi ketentuanketentuan yang ditetapkan pemerintah agar seseorang
tersebut dapat diberikan izin.
Di samping larangan dan izin, dalam kaitan dengan izin juga sering kali
ada ketentuan-ketentuan dan persyaratan. Ketentuan ini dapat menyangkut hal
yang harusdipenuhi dan diindahkan oleh pemohon sebelum dikeluarkannya izin;
dapat pula menyangkut hal-hal yang mesti dipenuhi setelah izin itu diterbitkan.
Ketentuan-ketentuan ini sering terjadi, seperti klausula mengatakan, “mau tidak
mau harus diindahkan oleh pemohon izin”. Persyaratan itu ada yang bersifat
administratif, dan ada pula hal-hal yang bersifat substantif. Persyaratan dan
ketentuan yang diberlakukan bagi pemohon dan pemegang izin adakalanya
dimaksudkan untuk kepentingan pemohon sendiri, untuk orang-orang yang terkait
di dalamnya, dan juga untuk kepentingan yang lebih luas. 82
Secara normatif perizinan merupakan wujud tindakan hukum yang bersifat
konkret sebagai norma ketentuan produk hukum yang sifatnya lebih umum.
Dalam kaitannya dengan pemerintahan di daerah, perizinan sebagai suatu
dokumen hukum tentunya bersumber dan/atau sebagai penjabaran produk hukum
pemerintah daerah yang sifatnya lebih umum dan berkedudukan lebih tinggi
seperti Peraturan Daerah.

82

Y. Sri Pudyatmoko, op. cit., hlm. 19.

Universitas Sumatera Utara

Perizinan yang ditetapkan aparat Pemerintah bukanlah bermaksud
mengoreksi

produk

hukum

yang

melandasinya,

melainkan

untuk

mengimplementasikan produk hukum bersangkutan secara in konkreto. Oleh
karena itu, untuk dapat memahami sumber hukum kewenangan pemerintah
daerah, termasuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam menetapkan
perizinan.
Dapatlah kiranya diberikan gambaran persyaratan dari beberapa jenis izin.
Untuk dapat memperoleh izin usaha yang mempunyai dampak lingkungan,
misalnya seorang pelaku kegiatan diwajibkan terlebih dulu melakukan studi
kelayakan dari sisi lingkungannya. Di Indonesia dikenal adanya kewajiban pada
kegiatan usaha maupun industri yang dinilai dapat mendatangkan dampak
lingkungan sekitar agar pelaku usaha terlebih dulu memenuhi persyaratan analisis
mengenai dampak lingkungan hidup (Amdal), atau upaya pengelolaan lingkungan
hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL). Tanpa salah satu
dari ketiga dokumen tersebut, izin lingkungan dan izin usaha atau kegiatan tidak
akan diberikan. 83
Provinsi Sumatera Utara memiliki Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
yang menerbitkan izin lingkungan dan izin usaha/kegiatan, sebelum izin
lingkungan diterbitkan terlebih dahulu harus menyusun dokumen lingkungan
hidup berdasarkan besaran dampak dari kegiatan yang harus dikordinasikan
dengan Badan Lingkungan Hidup sebagai pemeriksa dokumen lingkungan hidup
sekaligus sebagai pemberi surat rekomendasi yang ditujukan kepada Badan

83

Ibid., hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara

Pelayanan

Perizinan

Terpadu

untuk

diterbitkan

izin

lingkungan

atas

usaha/kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemrakarsa.
Pemrakarsarencanausaha/kegiatan

melakukan

konsultasikeBadan

Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara tentang rencana usaha/kegiatan yang
akan dilaksanakan di suatu wilayah, apakah jenis usaha/kegiatan tersebut wajib
dokumen amdal, wajib dokumen

UKL-UPL atau SPPL. Badan Lingkungan

Hidup Provinsi Sumatera Utara akan menentukan jenis dokumen lingkungan
hidup yang harus dilengkapi pemrakarsa. Penelitian ini akan membahas proses
pemberian rekomendasi UKL-UPL oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi
Sumatera Utara sampai dengan terbitnya izin lingkungan yang diberikan oleh
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara. Dokumen UKLUPL tidak boleh

disusun oleh pemrakarsa tetapi harus melalui konsultan

penyusun dokumen lingkungan hidup yang terakreditasi. Setelah penyusunan
dokumen UKL-UPL selesai,tim teknis (yang terdiri dari ahli, BLH Sumatera
Utara, BPPT Sumatera Utara, Bappeda) melakukan pemeriksaan dan penelitian
lapangan dan menetapkan jadwal bagi pemrakarsa untuk memaparkan isi UKLUPL dihadapan tim teknis. BLH Sumatera Utara mengesahkan dokumen UKLUPL dengan memberikan surat rekomendasi atas disetujui usaha/kegiatan yang
diteruskan kepada BPPT Sumatera Utara sebagai salah satu syarat pengajuan
penerbitan izin lingkungan.
BPPTSU dalam merealisasikan permohonan Perijinan menerapkan SOP
yang telah disusun oleh BPPTSU setelah mendapat masukan dari SKPD teknis
terkait.Pemohon Ijin menyampaikan permohonan kepada BPPTSU, Bidang

Universitas Sumatera Utara

Pelayanan Perijinan meneliti kelengkapan berkas sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan.
BPPTSU mengundang Tim Teknis/SKPD Teknis Terkait untuk dapat
hadir pada rapat membahas Ijin yang dimohonkan : 84
a. Meneliti kelengkapan berkas permohonan sesuai SOP
b. Meminta saran/pendapat dari Instansi/SKPD Teknis Terkait apakah
permohonan perijinan yang dimohonkan dapat diproses.
c. Apabila permohonan dapat diproses, sesuai keputusan rapat diputuskan
untuk mengadakan penelitian ke lapangan (perpanjangan maupun
permohonan baru);
Tim Teknis/SKPD Teknis Terkait melakukan penelitian lapangan, dan membuat
Berita Acara Hasil Penelitian Lapangan ditandatangani oleh Tim Teknis/SKPD
Teknis Terkait dan Pemohon Izin. Mengundang Tim Teknis/SKPD Teknis Terkait
pada rapat untuk memberikan Pertimbangan Teknis (sekaligus mereview hasil
penelitian lapangan) apakah dapat menyetujui permohonan perijinan yang
dimohonkan; Mempersiapkan konsep surat ijin untuk disampaikan kepada Tim
Teknis/SKPD Teknis Terkait untuk membubuhkan paraf pada konsep surat
keputusan bahwa Konsep Surat Ijin dapat disetujui; Menyampaikan konsep surat
yang telah diparaf oleh Tim Teknis kepada Kepala BPPTSU untuk ditandatangani,
selanjutnya diberi Nomor dan Stempel; Memberitahukan kepada Pemohon Ijin,
bahwa Surat Ijin telah selesai diproses dan dapat diambil.

84

BPPT Sumatera Utara http://bppt.sumutprov.go.id/46-bppt-sumut/285-tahapan-dalamproses-pemberian-perijinan, diakses 20 Mei 2014

Universitas Sumatera Utara

Tahapan Pemberian Izin di Badan Pelayanan Perizinan TerpaduSumatera Utara 85

B. Badan

Pelayanan

Perizinan

Terpadu

Provinsi

Sumatera Utara

(BPPTSU)
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara
lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban memenuhi
kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang
mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang
publik, jasa publik, dan pelayanan administratif.
Kebijakan desentralisasi yang diwujudkan dalam Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah telah
diimplementasikan dalam sistem administrasi publik baik di tingkat Pusat,
Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Implementasi kebijakan publik tersebut dalam
85

BPPT Sumatera Utara, Proses Pemberian Izin http://bppt.sumutprov.go.id/.diakses 20

Mei 2014

Universitas Sumatera Utara

kurun waktu 2001 - 2004 telah dievaluasi kembali dan kedua Undang-Undang
tersebut kemudian direvisi dengan Undang-Undang Otonomi Daerah yang baru
yaitu Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Melihat
substansi undang-undang yang baru, nampak terjadinya perubahan dan
improvisasi sehingga otomatis akan membawa perubahan pada tahapan
implementasi kebijakan publik dalam penyelenggaraan otonomi daerah.
Agenda-agenda besar reformasi birokrasi secara nasional dalam berbagai
paket kebijakan seperti bergerak tidak linier dengan semangat reformasi birokrasi
oleh

pemerintah

daerah.

Lahinya

UU

No.

28

Tahun

1999

tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme, UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 25
Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik hingga Perpres No. 81 Tahun 2010
Tentang Grand Desaign Reformasi Birokrasi 2010-2025, secara beragam
direspons pemerintah daerah. Lemahya kontrol publik dalam memberikan
pengawasan terhadap kinerja birokrasi semakin membuat arah reformasi birokrasi
di daerah mengalami disorientasi makna.
Birokrasi pemerintah daerah ibarat terkurung dalam “rumah kaca”, yang
hanya bisa menjadi saksi atas perubahan yang terjadi disekitarnya. Desain
minimal dari reformasi birokrasi diorientasikan untuk memperoleh sebuah kinerja
yang di dalamnya menggambarkan proses demokratisasi, efektifitas, efisiensi,
transparansi dan akuntabilitas, serta tanggungjawab dalam kerangka memberikan

Universitas Sumatera Utara

pelayanan prima kepada masyarakat. Resultante dari seluruh aktivitas reformasi
birokrasi adalah tumbuh kembangnya pelayanan prima. 86
Salah satu produk reformasi birokrasi yang banyak mendapat sorotan yang
luas dari publik adalah kinerja organisasi pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).
Gagasan dan praktek dari one-stop services (OSS) ini dihadirkan sebagai upaya
untuk meretas belitan dari panjangnya mata rantai birokrasi dalam menyediakan
layanan, terutama layanan yang terkait dengan perizinan investasi. Ikhtiar untuk
mengitegrasikan berbagai jenis pelayanan publik yang terkait pada suatu unit yang
berdiri sendiri merupakan implementasi dari Permendagri No. 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Pendirian Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 20Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah. Layanan terpadu satu pintu
merupakan kegiatan penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses
pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai ketahap terbitnya
dokumen dilakukan pada satu tempat. 87
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah melakukan aransemen birokrasi
pelayanan publik. Seluruh kabupaten/kotadiSumatera Utara yang menjadi
penyangga aktivitas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, telah menjalankan
praktek penataan kelembagaan pelayanan. Penataan organisasi pemerintah daerah
sebagai bentuk reformasi birokrasi dilakukan berdasarkan PP No. 8 Tahun 2003
tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah maupun PP No. 41 tahun 2007
Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Meskipun demikian, nuansa perubahan
dari produk kebijakan tersebut masih bersifat “setengah hati” dan cenderung
86

BPPT Sumatera Utara http://bppt.sumutprov.go.id/media-bpptprovsu/news/343reformasi-pelayanan-perijinan. diakses tanggal 20 Mei 2014
87
Ibid

Universitas Sumatera Utara

“mengangsur” pelimpahan jenis-jenis layanan pada organisasi pelayanan terpadu
yang dibentuknya sendiri. PadaPemerintah Provinsi Sumatera Utara misalnya,
pendirian Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Provinsi Sumatera Utara
telah dilakukan meskipun tidak sertamerta diikuti oleh pendelegasian seluruh jenis
layanan perizinan. Terdapat beberapa jenis layanan perizinan yang strategis
seperti izin usaha pertambangan dan jasa-jasa lingkungan tetap di tempatkan pada
SKPD teknis. Prosedur pelayanan terpadu yang berusaha dibangun belum optimal
sebab belum terlihat upaya untuk mendelegasikan kewenangan yang dimiliki
kepala daerah secara utuh berdasarkan prinsip-prinsip reformasi birokrasi, yang
menuntut peningkatan kualitas layanan secara terpadu, transparan dan tanpa
biaya-biaya ekstra.
Pembentukan perangkat daerah yang menyelenggarakan pelayanan
terpadu satu pintu berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pembentukan organisasi perangkat daerah. Kemudian lebih
jauh Perangkat daerah tersebut harus memiliki sarana dan prasarana yang
berkaitan dengan mekanisme pelayanan.Berkenaan dengan hal tersebut,
Gubernur,Bupati/Walikota

mendelegasikan

kewenangan

penandatanganan

perizinan dan non perizinan kepada Kepala PPTSP untuk mempercepat proses
pelayanan. 88
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara
lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban memenuhi

88

Ibid

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang
mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang
publik, jasa publik, dan pelayanan administratif.
Lembaga atau kelembagaan, secara teoritis adalah suatu rule of the game
yang mengatur tindakan dan menentukan apakah suatu organisasi dapat berjalan
secara efisien dan efektif. Dengan demikian, tata kelembagaan dapat menjadi
pendorong pencapaian keberhasilan sekaligus juga bila tidak tepat dalam menata,
maka dapat menjadi penghambat tugas-tugas termasuk tugas menyelenggarakan
perizinan. 89
Kelembagaan tidak hanya berperan dalam aturan main, tetapi juga
menyangkut masalah kebijakan. Kelembagaan yang dimaksud mencakup
pengaturan

tentang

distribusi

kewenangan,

organisasi

yang

mewadahi

kewenangan yang ada.
Lembaga

pemerintah

adalah

lembaga

yang

menjalankan

urusan

pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Menurut sjachran
basah, dari penelusuran berbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintahan dapat
diketahui bahwa mulai dari administrasi negara tertinggi (presiden) sampai
dengan administrasi negara terendah (lurah) berwenang memberikan izin. Ini
berarti terdapat aneka ragam administrasi negara (termasuk instansinya) pemberi
izin, yang didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik di tingkat pusat maupun
daerah.

89

Adrian Sutedi, Op cit, hlm. 180.

Universitas Sumatera Utara

Antara pemerintah dan masyarakat terjalin hubungan timbal balik, yakni
pada satu sisi masyarakat mempengaruhi pemerintah dalam menjalankan
tugasnya, pada sisi lain pemerintah memberi pengaruh tertentu pada masyarakat
melalui tugas mengurus dan mengatur.
Pengaruh

pemerintah

pada

masyarakat

melalui

tugas

mengurus

mempunyai makna pemerintah terlibat dalam bidang kesejahteraan sosial dan
ekonomi maupun pemeliharaan kesehatan dengan secara aktif menyediakan
sarana, prasarana, finansial, dan personal. Adapun pengaruh pemerintah pada
masyarakat melalui tugas mengatur mempunyai makna bahwa pemerintah terlibat
dalam penerbitan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan termasuk
melahirkan sistem-sistem perizinan. Melalui instrumen pengaturan tersebut
pemerintah mengendalikan masyarakat dalam bentuk peraturan termasuk izin
yang mengandung larangan dan kewajiban. Izin sendiri sebagai salah satu
instrumen pengaturan yang paling banyak digunakan oleh pemerintah dalam
mengendalikan masyarakat. Dengan demikian, izin sebagai salah satu instrumen
pemerintahan yang berfungsi mengendalikan tingkah laku masyarakat agar sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. 90
Tata kewenangan dan organisasi di setiap instansi pemerintah dalam
penyelenggaraan perizinan harus dilakukan dengan teratur, benar, dan tepat.
penataan kewenangan yang tidak tepat bisa berdampak pada:
a. Terjadinya tumpang tindih kewenangan tugas-tugas penyelenggaraan
perizinan diantara instansi atau unit kerja atau satuan kerja perangkat daerah.

90

Ridwan, H.R, Op cit, hlm. 213-215.

Universitas Sumatera Utara

b. Terjadinya konsentrasi kekuasaan terhadap tugas-tugas penyelenggaraan
perizinan dalam satu atau beberapa instansi atau unit kerja atau satuan kerja
perangkat daerah yang tidak dapat dikendalikan oleh unit yang lebih tinggi.
c. Terjadinya kewenangan penyelenggaraan perizinan yang semu yang berjalan
melampaui kewenangan yang seharusnya.
d. Terjadinya ketidakpastian dan ketidak jelasan power position
e. Terjadinya keterputusan rangkaian data dan pengambilan keputusan dari
suatu rantai ke rantai organisasi lainnya.
Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada
kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut bisa disebabkan
oleh ketidakpastian untuk menanggapi terjadinya transformasi nilai yang
berdimensi luas serta dampak berbagai masalah pembangunan yang kompleks.
Sementara itu, tatanan baru masyarakat Indonesia diharapkan pada harapan dan
tantangan global yang dipicuoleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan,
informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan.
Salah satu aspek hukum lingkungan adalah suatu institusi atau
kelembagaan yang memiliki kekuasaan untuk melakukan pengelolaan atas
lingkungan. Kekuasaan berhubungan dengan wewenang. Suatu wewenang
bersumber dari kekuasaan, dan suatu kewenangan tidak mungkin ada jika tidak
turun dari kekuasaan, dimana kekuasaan itu sendiri adalah negara. Sumber
kekuasaan di dalam pola hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah
negara. Kekuasaan kemudian menerbitkan kewenangan, menggunakan berbagai

Universitas Sumatera Utara

pola tindak manajemen, seperti perencanaan(planning), pengawasan (controling),
pengorganisasian/kelembagaan,

pengaturan,

pengelolaan,dan

sebagainya. 91kekuasaan negara dalam konteks menyelenggarakan kepentingan
umum dapat dilihat dengan prinsip menguasai negara atas bumi, air, dan segala
kekayaan yang terkandung di dalamnya, serta menjadi hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara, digunakan untuk kehidupan orang banyak.
1. Dasar Hukum Pembentukan
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan
penyelenggaraan perijinan dan non-perijinan yang proses pengelolaannya dari
mulai tahap permohonan sampai ke tahap penerbitan dokumen dilakukan secara
terpadu dalam satu tempat dan bertemu dengan front office saja. Hal ini dapat
meminimalisasi interaksi antara pemohon dengan petugas perijinan dan
menghindari pungutan-pungutan tidak resmi.
Seir