Formulasi Salep Ekstrak Etanol Cacing Tanah (Peryonix sp.) dan Uji Aktivitasnya Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1986). Ilmu Farmasi. Cetakan Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Halaman 61.
Anief, M. (1999). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Cetakan VII.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 168-169.
Anief. (2007). Farmasetika. Jakarta: UGM Press. Halaman 59.
Ansel, H.J. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Terjemahan
Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press. Halaman 390.
Arlen, H.J. (1994). Cacing Tanah pada Timbunan Sampah Rumah Tangga di
Beberapa Kecamatan Kotamadya Medan. Tesis. Program Studi Biologi
FMIPA USU Medan.
Arlen, H.J. (1997). Cacing Tanah Sebagai Sumber Daya Alam Hayati yang
Bernilai Ekonomis. Medan: Program Studi Biologi FMIPA USU.
Arlen, H.J., dan Erni. (2000). Aktivitas Amilase, Lipase, dan Protease dari Cacing
Peryonix excavates. Jurnal Molekul. 4(2): 115.
Ciptanto dan Ulfah. (2011). Mendulang Emas Hitam Melalui Budidaya Cacing
Tanah. Yogyakarta: Penerbit Lily Publisher. Halaman 12-18.
DIFCO. (1977). Manual of Dehydrated Culture Media and Reagents for
Microbiology and Clinical Laboratory Procedures. Ninth Edition. Detroit
Michigan: Difco Laboratories Incorporated. Halaman 32-33.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 9.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 32-36.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 855, 891-898, 1033.
Ditjen POM. (1978). Formularium Nasional. Edisi Kedua. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 66.
Ditjen POM. (1999). Cara Pengelolaan Simplisia yang Baik. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 1-7.
46
Universitas Sumatera Utara
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Depkes. Halaman 10-11.
Djide dan Sartini. (2008). Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makasar: Lephas,
Halaman 81.
Dwidjoseputro, D. (1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Halaman 102-105.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Halaman 15, 143-146, 163.
Harris, L.G., Foster, S.J., dan Richard, R.G. (2002). An Introduction to
Staphylococcus aureus, and Techniques for Identifying and Quantifying S.
aureus Adhesins in Relation Adhesion To Biomaterials: Review journal.
European Cells and Materials. 4: 39-60.
Huteri. (2010). Hewan Menjijikkan Itu Bermanfaat, http://www.huteri. com/598/
hewan-menjijikkan-itu-bermanfaat.html. Diakses tanggal 14 April 2014.
Irianto, K. (2006). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid I.
Bandung: CV. Yrama Widya. Halaman 75, 85-87.
Jawetz, E., Menick, J.L., dan Adelberg, E.A. (2001). Mikrobiologi Kedokteran.
Alih Bahasa: Eddy Mudihardi, Kuntaman, Eddy Bagus Wasito, Ni Made
Mertaniasih, Setio Harsono, dan Lindawati Alimsardjono. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika. Halaman 317-318, 352, 360.
Khairuman dan Khairul A. (2010). Mengeruk Untung Dari Beternak Cacing.
Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman 9-10.
Lay, B.W. (1996). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Penerbit Raja
Grafindo Persada. Halaman 34, 42, 44, 70-72.
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. (1988). Elements of Microbiology. New York:
McGraw-Hill Companies Inc. Terjemahan: Ratna Siri Hadioetomo, Teja
Imas, Sutarmi Tjitrosomo dan Sri Lestari Angka. (1988). Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit UI-Press. Halaman 145.
Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman
18, 111, 106, 188, 135.
Radji, M. (2011). Mikrobiologi. Jakarta: Buku Kedokteran ECG. Halaman 62-63.
Sajuthi, D. (2003). Efek Antipiretik Ekstrak Cacing Tanah. http://ulieprasetyo.blogspot.com. Diakses tanggal 21 Juli 2014.
Siregar, E.P. (2012). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etilasetat dan Ekstrak
Etanol Cacing Tanah (Peryonix sp) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi UTND Medan.
47
Universitas Sumatera Utara
Suin, N.M. (1982). Cacing Tanah dari Biotop Hutan, Belukar, dan Kebun di
Kawasan Gambung Jawa Barat. Bandung: ITB press. Halaman 34-35.
Sumardi. (1998). Deteksi dan Karakterisasi Senyawa Antibiotik dari Ekstrak dan
Isolat Mikroba Dalam Tubuh Cacing Tanah Allolobophora rosea. Tesis.
Bogor: Jurusan Biologi Institut Pertanian Bogor.
Stanier, R.Y., Adelberg, E.A. dan Ingraham, J.L. (1982). Dunia Mikrobe I.
Penerjemah: Agustin Wydia. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.
Halaman 23-25.
Waluyo, L. (2010). Teknik Dasar Metode Mikrobiologi. Malang: UMM Press.
Halaman 105, 130-133.
Wattimena, J. R. (1981). Farmakodinami dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta: UGM.
Halaman 60-62.
48
Universitas Sumatera Utara
Anief, M. (1986). Ilmu Farmasi. Cetakan Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Halaman 61.
Anief, M. (1999). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Cetakan VII.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 168-169.
Anief. (2007). Farmasetika. Jakarta: UGM Press. Halaman 59.
Ansel, H.J. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Terjemahan
Farida Ibrahim. Jakarta: UI Press. Halaman 390.
Arlen, H.J. (1994). Cacing Tanah pada Timbunan Sampah Rumah Tangga di
Beberapa Kecamatan Kotamadya Medan. Tesis. Program Studi Biologi
FMIPA USU Medan.
Arlen, H.J. (1997). Cacing Tanah Sebagai Sumber Daya Alam Hayati yang
Bernilai Ekonomis. Medan: Program Studi Biologi FMIPA USU.
Arlen, H.J., dan Erni. (2000). Aktivitas Amilase, Lipase, dan Protease dari Cacing
Peryonix excavates. Jurnal Molekul. 4(2): 115.
Ciptanto dan Ulfah. (2011). Mendulang Emas Hitam Melalui Budidaya Cacing
Tanah. Yogyakarta: Penerbit Lily Publisher. Halaman 12-18.
DIFCO. (1977). Manual of Dehydrated Culture Media and Reagents for
Microbiology and Clinical Laboratory Procedures. Ninth Edition. Detroit
Michigan: Difco Laboratories Incorporated. Halaman 32-33.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 9.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 32-36.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 855, 891-898, 1033.
Ditjen POM. (1978). Formularium Nasional. Edisi Kedua. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 66.
Ditjen POM. (1999). Cara Pengelolaan Simplisia yang Baik. Jakarta: Depkes RI.
Halaman 1-7.
46
Universitas Sumatera Utara
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Depkes. Halaman 10-11.
Djide dan Sartini. (2008). Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makasar: Lephas,
Halaman 81.
Dwidjoseputro, D. (1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Halaman 102-105.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Halaman 15, 143-146, 163.
Harris, L.G., Foster, S.J., dan Richard, R.G. (2002). An Introduction to
Staphylococcus aureus, and Techniques for Identifying and Quantifying S.
aureus Adhesins in Relation Adhesion To Biomaterials: Review journal.
European Cells and Materials. 4: 39-60.
Huteri. (2010). Hewan Menjijikkan Itu Bermanfaat, http://www.huteri. com/598/
hewan-menjijikkan-itu-bermanfaat.html. Diakses tanggal 14 April 2014.
Irianto, K. (2006). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid I.
Bandung: CV. Yrama Widya. Halaman 75, 85-87.
Jawetz, E., Menick, J.L., dan Adelberg, E.A. (2001). Mikrobiologi Kedokteran.
Alih Bahasa: Eddy Mudihardi, Kuntaman, Eddy Bagus Wasito, Ni Made
Mertaniasih, Setio Harsono, dan Lindawati Alimsardjono. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika. Halaman 317-318, 352, 360.
Khairuman dan Khairul A. (2010). Mengeruk Untung Dari Beternak Cacing.
Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman 9-10.
Lay, B.W. (1996). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Penerbit Raja
Grafindo Persada. Halaman 34, 42, 44, 70-72.
Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S. (1988). Elements of Microbiology. New York:
McGraw-Hill Companies Inc. Terjemahan: Ratna Siri Hadioetomo, Teja
Imas, Sutarmi Tjitrosomo dan Sri Lestari Angka. (1988). Dasar-Dasar
Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit UI-Press. Halaman 145.
Pratiwi, S.T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman
18, 111, 106, 188, 135.
Radji, M. (2011). Mikrobiologi. Jakarta: Buku Kedokteran ECG. Halaman 62-63.
Sajuthi, D. (2003). Efek Antipiretik Ekstrak Cacing Tanah. http://ulieprasetyo.blogspot.com. Diakses tanggal 21 Juli 2014.
Siregar, E.P. (2012). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etilasetat dan Ekstrak
Etanol Cacing Tanah (Peryonix sp) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi UTND Medan.
47
Universitas Sumatera Utara
Suin, N.M. (1982). Cacing Tanah dari Biotop Hutan, Belukar, dan Kebun di
Kawasan Gambung Jawa Barat. Bandung: ITB press. Halaman 34-35.
Sumardi. (1998). Deteksi dan Karakterisasi Senyawa Antibiotik dari Ekstrak dan
Isolat Mikroba Dalam Tubuh Cacing Tanah Allolobophora rosea. Tesis.
Bogor: Jurusan Biologi Institut Pertanian Bogor.
Stanier, R.Y., Adelberg, E.A. dan Ingraham, J.L. (1982). Dunia Mikrobe I.
Penerjemah: Agustin Wydia. Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara.
Halaman 23-25.
Waluyo, L. (2010). Teknik Dasar Metode Mikrobiologi. Malang: UMM Press.
Halaman 105, 130-133.
Wattimena, J. R. (1981). Farmakodinami dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta: UGM.
Halaman 60-62.
48
Universitas Sumatera Utara