Analisa Mengenai Pemberian Kredit Modal Kerja Oleh Bank Melalui Mekanisme “Take Over” (Kajian Mengenai Prosedur Dan Jaminan Pada Bank Swasta Di Medan)

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah usaha yang bergerak

dalam

bidang

ekonomi

sangatlah

membutuhkan modal yang cukup, agar usaha yang hendak dijalaninya itu tidak
mengalami pasang-surut atau kegagalan disaat berproduksi. Permodalan

adalah

salah satu bentuk perbuatan bantuan yang bersumber dari berbagai pihak yang

ikut mengembangkan suatu usaha tertentu, yang dengannya

diharapkan

dapat

memperoleh keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya dan dapat dirasakan oleh
yang bersangkutan maupun orang-orang yang terlibat didalamnya. Untuk mengatasi
permodalan tersebut dapat diperoleh melalui bank.
Upaya pemerintah untuk menjadikan iklim perbankan Indonesia sebagai iklim
perbankan yang sehat tidak hanya menjadikan bank sebagai Agent of Trust dari
nasabahnya, tetapi juga mampu membentuk karakter bank yang bisa mendorong
pembangunan ekonomi di negeri ini (Agent Of Development).1
Bank sebagai lembaga perantara keuangan diharapkan mampu melakukan
mekanisme pengumpulan dana secara seimbang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku . Untuk mencapai hal itu maka perlu adanya kejelasan sistem operasional
perbankan. Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
memiliki peran yang sangat besar dalam pemberian permodalan kepada siapa saja
1


Rachmat
Wahyudi
Hidayat
Deskripsi
Dokumen:
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=110700&lokasi=lokal diakses pada tanggal 19
Januari 2014.

1

2

yang memerlukannya. Bank merupakan salah satu financial intermediary. Sebagai
lembaga perantara keuangan, bank memiliki fungsi menghimpun dana dari pihak
yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dan menyalurkanya kepada pihak
yang memerlukan dana (lack of funds).2 Perbankan Indonesia berfungsi ;3
1. Menghimpun dana dari masyarakat untuk simpan pinjam;
Yang kegiatan ini dapat berbentuk tabungan atau deposito.
2. Untuk pengalokasian dana, kemana dan untuk apa digunakan dana tersebut.
Pengalokasian ini biasanya dilakukan melalui pemberian kredit.

Bank dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merupakan
perubahan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
menerangkan arti bank dimana disebutkan :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.”
Menurut Heru Soepraptomo, “sebagai agen dari pembangunan, bank
diharapkan
kontribusi
pada
usaha
meningkatkan
tabungan nasional,
menumbuhkan kegiatan usaha dan meningkatkan alokasi sumber-sumber
perekonomian.”4
Perkembangan yang pesat di industri perbankan memaksa bank-bank untuk
saling bersaing menawarkan berbagai produk dan jasanya. Pelayanan jasa bank
2


Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung : PT Refika
Aditama, 2010), hlm. 15.
3
Ibid.
4
Neni Sri Imaniyati, Op.Cit, hlm. 15.

3

melalui penyaluran kredit kepada nasabah yang juga merupakan salah satu upaya
bank untuk dapat dikatakan eksis di industri perbankan.
Asas perbankan Indonesia dapat diketahui dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan pada Pasal 2 : “Perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian”. Demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi yang
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
Mengenai prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan dalam ketentuan
Pasal 2 Undang-Undang Perbankan, tidak ada penjelasan secara resmi, akan tetapi
bank dan orang-orang yang terlibat didalamnya, terutama dalam membuat
kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan

wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti, dan profesional sehingga
memperoleh kepercayaan masyarakat. Selain itu bank dalam menjalankan usahanya
harus selalu mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara
konsisten dengan didasari oleh itikad baik.
Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit
kepada debitur harus selalu berpedoman pada menerapkan prinsip kehati-hatian.
Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten
berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundangundangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan.
Perjanjian kredit merupakan hal yang khusus dari perjanjian pinjarnmengganti. Perjanjian pinjam-meminjam ini juga mengandung makna luas yaitu

4

objeknya adalah benda yang habis jika verbruiklening termasuk di dalamnya uang.5
Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam ini, pihak penerima pinjaman menjadi
pemilik yang dipinjam dan kemudian
sama kepada

pihak

yang


harus dikembalikan dengan jenis yang

meminjamkan. Karenanya perjanjian kredit ini

merupakan perjanjian yang bersifat

riil, yaitu

bahwa terjadinya

perjanjian

kredit ditentukan oleh "penyerahan" uang oleh bank kepada nasabah".
Penyaluran kredit melalui mekanisme "take over" merupakan salah satu
bentuk persaingan yang terjadi antar bank untuk mengambil alih nasabah/debitur dari
bank lain untuk menjadi nasabah/debitur di bank tersebut (jika tidak dapat dikatakan
sebagai merebut). Take over atau pengalihan kreditur pada dasarnya diperkenankan
selama bank-bank yang melakukan take over tersebut memperhatikan prinsip-prinsip
perbankan yang sehat serta aspek pelayanan kepada nasabahnya.

Penggolongan kredit bank dapatlah dilihat dari beberapa keadaan dalam
lapangan dan istilah penggolongan kredit bank tersebut adalah untuk menunjukkan
penggolongan kredit berdasarkan kolektibilitas kredit yang menggambarkan kualitas
kredit tersebut.
Menurut

Surat

Keputusan

(SK)

Direktur

Bank

Indonesia

No.


30/267/KEP/DIR tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah sebagai berikut :
1.

Kredit Lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria :
a. Pembayaran angsuran pokok atau bunga tepat;
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai
5

Rachmadi Usman, Penyelesaian Pengaduan Nasabah Dan Mediasi Perbankan, (Bandung,
Mandar Maju, 2011), hlm. 110.

5

2.

3.

4.


5.

Kredit dalam perhatian khusus, yaitu apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari;
b. Kadang-kadang terjadi cerukan;
c. Mutasi rekening relatif rendah;
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang di perjanjikan; atau
e. Didukung oleh pinjaman baru.
Kredit kurang lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 90
hari;
b. Sering terjadi cerukan;
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah;
d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur;
Kredit diragukan, yaitu apabila memenuhi kreteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui
180 hari;
b. Sering terjadi cerukan yang bersifat permanen;
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari;
d. Terjadi kapitalisasi bunga,

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun
peningkatan jaminan.
Kredit Macet, apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui
270 hari.
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai wajar.
Kredit yang diberikan oleh bank mempunyai resiko sehingga bank dituntut

ketelitian dalam

menganalisa kredit yang diberikan untuk dapat meminimalkan

potensi kerugian. Oleh sebab itu, maka bank wajib memperhatikan asas perkreditan
yang sehat, diantaranya : 6
1. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis;
2. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit pada usaha yang sejak semula
telah dinilai tidak sehat dan akan menimbulkan kerugian;
3. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit melampaui batas maksimum

pemberian kredit;
6

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia (Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti,
2006), hlm 509-510.

6

4. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham dan
modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham.
Berdasarkan hal-hal yang tersebut diatas, maka dalam menyalurkan kreditnya,
bank wajib melakukan analisa terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali
kewajibannya. Setelah kredit disalurkan, bank harus melakukan pemantauan terhadap
penggunaan fasilitas kredit dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya.
Pengambilan sikap dalam melakukan penyaluran kredit oleh bank, maka bank
harus terlebih dahulu menganalisa calon debitur, dan untuk mendapatkan debitur
yang bankable, bank dapat menerapkan beberapa prinsip yaitu :
1.

Prinsip 5 C ( The five C’s of Credit Analysis ), antara lain :7
a. Character ( watak )
Sasaran penilaian terhadap calon debitur adalah sifat – sifat dari calon
debitur seperti kejujuran, ketaatannya, perilaku maupun gaya hidup dari calon
debitur tersebut.
Analisa terhadap karakter calon debitur dapat dilakukan melalui
wawancara, trade checking dan bank checking.
b. Capasity ( kemampuan )
Sasaran penilaian terhadap calon debitur adalah kemampuan calon debitur
dalam mengelola usaha dan kinerja dan prospek masa depan dari usaha itu
sendiri.
c. Capital ( permodalan )
Kreditur atau bank perlu melihat berapa banyak bagian modal yang
dapat disediakan oleh calon debitor, karena ini merupakan “komitmen” dari
yang bersangkutan terhadap jumlah yang diperlukan secara menyeluruh.
Kredit yang diberikan oleh bank pada prinsipnya hanya merupakan modal
tambahan. Pada prinsipnya dalam memberikan kredit usaha bank hanya
memberikan tujuh puluh persen ( 70% ) dari kebutuhan modal kerja. Jadi
calon debitur harus mempunyai modal sendiri minimal tiga puluh persen (
30% ) dari kebutuhan modal kerjanya.
d. Collateral ( jaminan / agunan )
Bank dalam menyalurkan dana untuk kredit harus didasarkan pada adanya
suatu jaminan. Jaminan diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa
7

Ibid, hlm. 511-512.

7

debitur sanggup mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian. Oleh
karena itu nilai jaminan yang diberikan harus memenuhi atau mengcover
minimal seratus persen ( 100% ) dari jumlah kredit.
e. Condition of Economy ( kondisi perekonomian )
Penilaian diutamakan mengenai situasi atau kondisi politik, ekonomi, sosial
dan budaya yang mempengaruhi keadaan perkonomian pada kurun waktu
tertentu yang dapat mempengaruhi kelancaran usaha debitur. Keadaan
perekonomian disini adalah perekonomian global, perekonomian negara dan
debitur.
2.

Prinsip 4 P, yaitu :8
a. Personality (kepribadian)
Kepribadian calon debitur merupakan segi–segi yang subjektif, tetapi menjadi
suatu yang penting dalam penentuan pemberian kredit sehingga perlu
dikumpulkan data–data mengenai calon debitur tersebut.
b. Purpose (tujuan)
Penilaian segi purpose atau tujuan yaitu menyangkut tujuan penggunaan
kredit tersebut apakah untuk digunakan pada kegiatan yang bersifat konsumtif
atau produktif atau dipakai untuk kegiatan yang bersifat atau mengandung
unsur spekulatif.
c. Prospect (masa depan)
Yang dimaksud prospect dalam hal ini adalah masa depan dari usaha yang
mendapat pembiayaan bank tersebut. Adapun unsur – unsur yang dapat
menjadi penilaian mengenai prospect tersebut diantaranya ; bidang usaha,
pengelolaan bidang usaha, kebijakan pemerintah dan sebagainya.
d. Payment (pembayaran)
Hal yang menjadi perhatian untuk payment misalnya, kelancaran aliran dana
(Cash flow).

3.

Prinsip 3 R, yaitu :9
a. Returns
Yang dimaksud returns adalah hasil yang akan dicapai atau diperoleh dari
kegiatan yang mendapat pembiayaan tersebut.
b. Repayment Capacity
Penilaian kesanggupan membayar kembali kredit yang diberikan apakah calon
debitur benar–benar memiliki kemampuan mengembalikan kredit bank. Hal
ini harus dianalisa dari segi segi aliran kas, keuntungan yang akan diperoleh
dan watak dari calon debitur.
c. Risk Bearing Ability
8
9

Muhamad Djumhana, Ibid, hlm. 311.
Ibid, hlm. 512.

8

Yang dimaksud dalam hal ini adalah perhitungan besarnya kemampuan calon
debitur dalam menghadapi resiko yang tidak terduga.
Prinsip 5C, 4P dan 3R

pada dasarnya mempunyai titik singgung yang

berkaitan satu sama lainnya. Gambaran atas semua itu akan menunjukkan suatu
kualitas kredit. Kualitas kredit itu sendiri ditetapkan berdasarkan faktor penilaian
berupa prospek usaha, kinerja (perfomance) calon debitur, dan kemampuan
membayar.10
Selanjutnya Mariam Darus Badruzzaman menganalisis landasan hukum
perkreditan

berdasarkan Undang-Undang pokok Perbankan 1967 dihubungkan

dengan perjanjian pinjaman mengganti

yang tercantum dalam Pasal 1754 KUH

Perdata sampai saat ini pengaturan perjanjian kredit didalam pengaturan hukum
masih bersifat sporadis.11
Kredit

modal kerja adalah fasilitas kredit jangka pendek yang diberikan

dalam mata uang rupiah maupun valuta asing untuk membiayai kebutuhan
modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1
(satu) tahun. Kredit Modal Kerja merupakan kredit untuk perorangan atau badan
usaha lainnya sebagai tambahan permodalan untuk pengembangan usaha yang
telah berjalan, minimal 3 (tiga) tahun, dan memiliki perizinan usaha (Surat Izin
Usaha Perdagangan /SIUP, Tanda Daftar Perusahaan/TDP, Surat Izin Tempat Usaha/
SITU, Nomor Pokok Wajib Pajak/NPWP). Sesuai dengan namanya, tentu kredit
yang diberikan ini bertujuan sebagai modal. Namun bukan dalam pengertian bahwa
10
11

Ibid, hlm. 511.
Neni Sri Imaniyati, Op.Cit, hlm.140.

9

modal tersebut adalah modal awal. Bank-bank swasta memberikan kredit modal kerja
kepada debitur hanya sebagai cadangan modal saja, jadi debitur harus mempunyai
modal awal sendiri dalam menjalankan usahanya.
Kredit modal kerja memiliki fokus utama untuk mendukung kemajuan
usaha debitur untuk terus mengembangkan bisnis mereka melalui berbagai kredit
modal kerja yang disediakan. Selanjutnya kemitraan adalah merupakan sebuah cara
melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk
mencapai

tujuan

bisnis bersama.12 Kredit

modal

kerja

ini

tentu

saja

menguntungkan kedua belah pihak sehingga apa-apa saja yang hendak diusahakan
dengan terjalinnya kemitraan antara kreditur dengan debitur pasti akan memperoleh
kemudahan atau ringannya suatu usaha yang dimaksud.
Tujuan yang dapat dilihat dalam persekutuan atau perseroan menggabungkan
diri dengan orang lain antara lain yaitu;13
1. Dengan bekerja sama antara pengusaha perorangan yang satu dengan
pengusaha perorangan yang lain akan memudahkan dalam mencapai tujuan
bersama yaitu mendapatkan provit yang sebesar-besarnya.
2. Penggabungan berusaha antara pengusaha perorangan akan memperkuat
modal bersama, jaringan, pengetahuan atau manajemen berusaha, pemasaran,
tekhnis produk dan lain-lain.
3. Resiko rugi berusaha dapat ditanggung bersama dan keuntungan yang
diperoleh dapat dinikmati bersama.
Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
kemitraan atau relationship pengusaha dengan pihak bank secara lebih konkrit
dapat ditemukan dampak positifnya yaitu : 14
12
13

Ian Linton, Kemitraan, (Jakarta: Harlimy, 1997), hlm. 10.
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm. 20.

10

1.
2.
3.
4.
5.

Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat;
Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan;
Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil;
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional;
Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Kredit

dengan

modal kerja diberikan untuk jangka waktu maksimal satu tahun

nilai pencairan kredit maksimal 70 % ( tujuh puluh persen ) dari total

kebutuhan modal kerja 30% ( tiga puluh persen ) dibiayai sendiri dengan jaminan
usaha itu sendiri; jaminan tambahan disertakan hanya jika dibutuhkan saja.
Namun, kebijakan setiap lembaga keuangan tentu berbeda-beda. Banyak bank-bank
yang berani menarik debitur bank lain dengan jaminan yang nilainya tidak relevan
yang hanya dengan jaminan yang mengcover pinjaman hanya 30% ( tiga puluh
persen), akad kredit tercipta dan langsung dapat terealisasi kreditnya. Pada Bank
Permata dan Bank Danamon misalnya, berani memberikan pinjaman kredit dengan
jaminan barang yang nilainya dibawah rasio. selain itu pula ada bank-bank lain
yang juga melakukan tawaran yang sama misalnya jika debitur itu adalah seorang
yang terpandang, kredibilitasnya bagus, terkenal dan diketahui memiliki banyak
usahanya yang maju maka apapun ditawarkan oleh pihak bank untuk menarik debitur
tersebut.
Dalam praktek perbankan, pernah terjadi keadaan dimana Bank Permata
melakukan take over kredit modal kerja dari Bank CIMB Niaga, dengan jaminan
yang nilainya sama namun debitur bisa memperoleh kredit yang lebih besar,
sehingga kredit tersebut memiliki security ratio yang rendah, lalu pada saat akad
14

Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), hlm. 4.

11

kredit katakanlah tanggal 25, Bank Permata melakukan take over ke CIMB Niaga
,dimana sebelumnya Bank Permata sudah melakukan confirmasi ke debitur apakah
di Bank CIMB Niaga sudah mengetahui akan dilakukan take over kredit serta sudah
standby dokumen asli dari jaminan

kredit tersebut untuk diambil hari ini apa

belum, debitur mengatakan semuanya sudah dipersiapkan oleh Bank CIMB Niaga
akan tetapi pada saat sorenya yang bersangkutan (pihak Business Bank Permata dan
debitur

serta

legal officer)

ke

Bank CIMB Niaga ternyata apapun belum

dipersiapkan dan bahkan officer dari Bank CIMB Niaga dan semua officer Bank
CIMB Niaga sudah tidak berada di kantor karena acara perayaan ulang tahun Bank
CIMB Niaga ketika itu, kebetulan tanggal 25 itu adalah jumat maka pihak Bank
CIMB Niaga menginformasikan bahwa pelunasan baru dapat dilakukan senin
tanggal 28. Jika seperti ini, maka akad kredit di Bank Permata otomatis menjadi
batal sementara uang kas dari Bank Permata sudah dikirim ke rekening debitur di
Bank CIMB Niaga, bentuk akad kredit diatas batal karena roya tidak bisa dibuat
back date ke tanggal 25 ( roya tertanggal 28) yang pada akhirnya pihak business
Bank Permata meminta persetujuan direksi untuk penggunaan uang kas cabang
tersebut.
Bahwa apa yang terjadi pada saat take over kredit yang dilakukan Bank
Permata atas kredit Bank CIMB Niaga, dimana pelunasan dan pengambilan asli
dipersulit tidak sesuai dengan prinsip subrogasi. Dalam hal ini Bank Permata telah
melakukan pelunasan kredit seluruhnya, dan pada saat debitur mengkonfirmasi ke
Bank CIMB Niaga bahwa telah dilakukan pengiriman uang sebesar posisi akhir

12

saldo terutangnya untuk pelunasan fasilitasnya oleh bank yang melakukan take over
kredit (Bank Permata) maka seharusnya petugas Bank CIMB Niaga harus segera
melakukan proses pelunasan fasilitas kreditnya seketika itu juga, pada saat posisi
saldo rekening pinjaman debitur telah positif dan tidak berhak untuk menahan
jaminan asli. Karena pelunasan dilakukan seluruhnya oleh Bank Permata maka
jaminan asli telah menjadi hak Bank Permata sepenuhnya. (Hal ini dapat dilihat dari
Pasal 1402 (1) dan Pasal 1403 BW).
Berangkat dari adanya latar belakang mengenai perjanjian kredit diatas
yang telah menimbulkan

hak dan kewajiban dalam praktek yang ada dalam

masyarakat pada bank-bank swasta, hal inilah yang akan diteliti dalam kajian ini
sehingga ditetapkan dengan judul : “Analisa Mengenai Pemberian Fasilitas Kredit
Modal

Kerja

Oleh Bank Melalui Mekanisme “Take Over” (Kajian Mengenai

Prosedur dan Jaminan Pada Bank Swasta di Medan).
B. Perumusan Masalah
Untuk membatasi adanya perluasan masalah, pengertian yang kabur dan
pembahasan masalah yang tidak sesuai dengan persoalan, maka diperlukan suatu
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme peralihan kredit (take over) pada bank swasta nasional
dalam pemberian fasilitas modal kerja bagi pengusaha kecil maupun
menengah?
2. Bagaimana bank swasta nasional melakukan analisis terhadap kegiatan usaha
pengusaha kecil dan menengah yang layak untuk di take over?

13

3. Bagaimana solusi terhadap penurunan kinerja usaha pengusaha kecil maupun
menengah terkait pinjaman kreditnya kepada bank ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan
yang hendak dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme peralihan kredit (take over) pada
bank swasta nasional dalam pemberian fasilitas modal kerja bagi pengusaha
kecil maupun menengah.
2. Untuk mengetahui bagaimana bank swasta nasional melakukan analisis
terhadap kegiatan usaha pengusaha kecil dan menengah yang layak untuk di
take over.
3. Untuk mengetahui bagaimana solusi terhadap penurunan kinerja usaha
pengusaha kecil maupun menengah terkait pinjaman kreditnya kepada bank .
D. Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara
teoritis maupun praktis baik dikalangan praktisi akademik maupun pada kalangan
masyarakat yaitu :
1.

Secara Teoritis
a. Sebagai

bahan

informasi bagi akademisi dan untuk pengembangan

wawasan dan kajian mengenai pemberian fasilitas kredit modal kerja oleh
bank melalui mekanisme “take over” untuk dapat menjadi bahan
perbandingan bagi kepemilikan lanjutan.

14

b. Memperkaya khasanah perpustakaan hukum khususnya di bidang Hukum
Keperdataan.
2.

Secara Praktis
a. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penegak hukum dalam
menyelesaikan

masalah terhadap pelaksanaan

pemberian fasilitas kredit

modal kerja.
b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat/nasabah pada
bank-bank khususnya memberikan informasi ilmiah mengenai pelaksanaan
pemberian fasilitas kredit dan menggambarkan dan menjelaskan mekanisme
peralihan kredit ( take over ) modal kerja.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas
Sumatera Utara, khususnya pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara menunjukkan bahwa penelitian yang berjudul “Analisa Mengenai Pemberian
Fasilitas Kredit Modal Kerja Oleh Bank Melalui Mekanisme “Take Over” (kajian
mengenai prosedur dan jaminan pada beberapa bank swasta di Medan) belum ada
yang melakukan penelitian sebelumnya, pun pelaksanaan perkreditan pada bankbank swasta di kota Medan adalah yang pertama kalinya. Dengan demikian, maka
penelitian

ini

dapat

dijamin

keasliannya

sehingga

tesis

ini

dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya secara akademik Fakultas Hukum Magister
Kenotariatan Sebelumnya yaitu;

15

1.

Tesis atas nama Bekti Krestiantoro, (B4A006086) dengan judul: “Pelaksanaan
Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Hak Tanggungan di PT. BRI
(Persero) Tbk Cabang Demak” Program Pascasarjana Program Studi Magister
Kenotariatan Universitas Diponegoro.
Rumusan Masalah ;
a. Bagaimanakah penyelesaian kredit bermasalah dalam perjanjian kredit pada
lembaga perbankan dengan jaminan hak tanggungan ?
b. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah dalam
perjanjian kredit tersebut ?
c. Bagaimanakah pelaksanaan eksekusi hak tanggungan apabila debitor
wanprestasi dalam perjanjian kredit tersebut ?

2.

Tesis atas nama Joseph Christianto (B4B 008 151) dengan judul; “Mekanisme
Peralihan Kredit (Take Over) Pada PT Bank Mayapada Internasional Tbk
Mayapada Mitra Usaha Unit Gemolong” Program Studi Magister Kenotariatan
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang 2010.
Rumusan Masalah ;
a. Bagaimana mekanisme peralihan kredit (take over) pada PT Bank Mayapada
Internasional Tbk Mayapada Mitra Usaha Unit Gemolong?
b. Bagaimanakah akibat hukum peralihan Kredit (take over) pada PT Bank
Mayapada Internasional Tbk Mayapada Mitra Usaha Unit Gemolong?

16

3.

Sekripsi atas nama Angelita Christa Mary Priscilla (050200339) dengan judul;
“Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam
Take Over Bank Gagal” Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2009.
Rumusan Masalah ;
a. Bagaimanakah pengaturan hukum atas Bank Gagal?
b. Bagaimanakah keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang ada di
Indonesia?
c. Bagaimanakah kewenangan LPS dalam Take Over Bank Gagal?
Berdasarkan penelusuran tersebut maka dapat dipastikan penelitian ini dapat

dijamin keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan hukum.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan

hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas.15 Teori adalah suatu sistem
yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau
berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia.16
Bagi suatu penelitian, teori atau kerangka teoritis mempunyai beberapa
kegunaan. Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut;17

15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1986), hlm. 126.
16
HR. Otje Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, (Bandung: Refika Aditama, 2005),
hlm. 22.
17
Soerjono Soekanto,Op.Cit, hlm. 121.

17

a. Teori berguna untuk lebih mempertajam dan mengkhususkan faktor-faktor
yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.
b. Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi.
c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui
serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti’
d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena
telah diketahui sebab-sebab terjadi fakta tersebut mungkin faktor-faktor
tersebut akan timbul lagi pada masa mendatang.
e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada
pengetahuan peneliti.
Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik
atau suatu proses tertentu terjadi.18
Berkenaan dengan penelitian ini, maka teori yang digunakan untuk analisis
adalah teori kepastian hukum.
Teori Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu pertama adanya
aturan yang tidak bersifat umum yang membuat individu mengetahui perbuatan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa keamanan hukum bagi
individu dari kesewenangan pemerintah karena adanya aturan hukum yang bersifat
umum itu maka individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau
dilakukan oleh Negara terhadap individu. Kepastian hukum bukan hanya berupa
pasal-pasal dalam undang-undang, melainkan juga adanya konsistensi dalam putusan
hakim antara putusan hakim yang satu dengan putusan hakim lainnya untuk kasus
yang serupa yang telah diputuskan. 19

18

JJJ. M. Wisman, Penelitian Ilmu Sosial, Jilid 1, ( Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 1996), hlm. 203.
19
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Kencana Pranada Media Group,
2008), hlm.158.

18

Menurut Utrecht, hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum
(rechtzekerheit) dalam pergaulan manusia dan hubungan-hubungannya dalam
pergaulan kemasyarakatan. Hukum menjamin kepastian pada pihak yang satu
terhadap pihak yang lain.20 Kepastian hukum menunjukkan kepahaman dalam
pengertian tidak menimbulkan keragu-raguan (multitafsir), dan logis dalam artian
menjadi suatu sistem norma dengan norma lain, sehingga tidak berbenturan atau
menimbulkan konflik norma.
Hukum

pada

hakikatnya

adalah

bersifat

abstrak,

meskipun

pada

manifestasinya dapat berwujud konkrit. Oleh karenannya pertanyaan tentang apakah
hukum itu senantiasa merupakan pertanyaan yang jawabannya tidak mungkin satu.
Dengan kata lain, persepsi setiap orang mengenai hukum itu beraneka ragam,
tergantung pada sudut pandang masing-masing.
Tujuan hukum menurut hukum konvensional adalah mewujudkan keadilan
(rechtsgerechtigheid),

kemanfaatan

(rechtsutiliteit)

dan

kepastian

hukum

(rechtzekerheit).21 Penulisan ini berupaya guna menganalisis secara hukum terhadap
proses pelaksanaan pemberian fasilitas kredit modal kerja oleh bank (khususnya
bank swasta di Medan) melalui mekanisme take over.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpan dan menyalurkannya kepada masyarakat kembali berupa kredit dalam

20

M. Solly Lubis, Beberapa Pengertian Umum Tentang Hukum, (Program Studi Ilmu Hukum
Sekolah Pasca Sarjana USU), hlm. 17.
21
Ahmad Ali, Menguak Takbir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: PT.
Gunung Agung, Tbk, 2002), hlm. 85.

19

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank sebagai satu lembaga keuangan yang
beroperasi tidak ubahnya seperti perusahaan lainnya, yaitu bertujuan mencari
keuntungan.
Seluruh kalangan masyarakat (pelaku usaha ataupun bukan) tidak terlepas dari
kebutuhan jasa bank, karena apapun yang berhubungan dengan uang baik fisik
maupun nonfisik tidak terlepas dari kebutuhan jasa bank. Bagi pelaku usaha, bank
merupakan media perputaran uang, media keluar masuknya uang dengan pihak-pihak
yang terlibat seperti supplier (pemasok), buyer ( pembeli), relasi dan lainnya.
Salah satu fungsi bank adalah menyalurkan kredit baik kepada perseorangan
maupun badan usaha. Karena bank mengelola dana milik masyarakat, bank
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengembalikan kembali dana
tersebut kepada si pemilik dana pada saat jatuh tempo (deposito) atau setiap saat
(tabungan, giro). Oleh sebab itu, bank harus menganut prinsip kehati-hatian dalam
memberikan

pinjaman

kepada

calon

debitur.

Pemerintah

sangat

mendorong,mendukung dan membantu sektor UKM (Usaha Kecil Menengah atau
SME “Small Medium Enterprise”), agar UKM menjadi penopang tatanan
perekonomian Indonesia. Maknanya bahwa pemerintah menginginkan agar
perekonomian Indonesia berkembang terutama melalui sektor UKM. Salah satu
langkah yang dilakukan pemerintah dalam menjamin pengembangan UKM adalah
akses penjaminan dalam penyediaan pembiayaan yang meliputi kredit perbankan.
Kebutuhan modal kerja adalah besarnya dana yang dibutuhkan oleh suatu
usaha untuk mendukung perputaran usahanya pada saat tertentu sehingga cash flow

20

(arus kas) dapat terjaga. Kredit Modal Kerja merupakan kredit untuk perorangan
atau badan usaha lainnya sebagai tambahan permodalan untuk pengembangan
usaha yang telah

berjalan. Harus diperhatikan ,bahwa kredit modal kerja yang

diberikan oleh bank hanya sebagai tambahan modal saja, jadi usaha yang akan
dibiayai itu harus mempunyai modal sendiri atau modal utamanya.
Dalam dunia bisnis kredit mempunyai banyak arti, salah satunya adalah kredit
dalam artian seperti kredit yang diberikan oleh suatu bank kepada nasabahnya. Dalam
dunia bisnis pada umunya, kata “ kredit” diartikan sebagai “ kesanggupan akan
meminjam uang atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau
memperoleh penyerahan barang dan atau jasa dengan perjanjian akan membayarnya
kelak”. 22
Dalam menyalurkan kredit bank selain yang terpenting adalah analisa
kelayakan calon debitur berdasarkan prinsip kehati-hatian, bank juga perlu suatu
keamanan dan kepastian agar kredit yang diberikannya dapat dikembalikan sesuai
kesepakatan antara bank dan debitur yaitu berupa jaminan atau agunan. Oleh karena
itu dalam proses pemberian kredit ada perjanjian yang dapat disertai dengan perikatan
jaminan hutang kebendaan untuk mendapatkan kepastian atas kredit yang diberikan
kepada debitur dapat diterima kembali dengan menjual jaminan hutang kebendaan
tersebut.

22

A.Abdurrahman,
Paramita, 1993) hlm. 279.

Ensiklopedia

Ekonomi,Keuangan,Perdagangan,

(Jakarta,Pradnya

21

Bank-bank selaku pemberi kredit saling bersaing secara terbuka dalam
menawarkan jasa kreditnya. Saat ini bank-bank menggunakan strategi dalam menarik
debitur unggulan dengan cara mendapatkan debitur yang berasal dari bank lain yang
memiliki track record perkreditan yang baik, sehingga bank memiliki debitur yang
berkualitas dan dapat meminimalkan kemungkinan kredit bermasalah. Strategi
tersebut adalah peralihan kredit atau dalam praktek perbankan dilapangan lebih
dikenal dengan istilah “take over”.
Adapun bagan alur pikir dari peralihan kredit (take over) adalah sebagai
berikut: 23
Skema 1.
Alur Peralihan Kredit (take Over).

BANK X

kredit

DEBITUR

kredit

BANK Y

Lunas
n

Keterangan :
Bank X (bank yang ditake over / Bank take over (BTO) memberikan fasilitas kredit
kepada debitur. Bank berharap kemitraan dengan debitur dapat berlangsung dengan
baik sehingga dapat terjalin lama, minimal sampai dengan masa akhir kredit seperti
yang telah disepakati dalam perjanjian kredit. Namun untuk mengantisipasi kreditnya

23

Wawancara dengan Ferry Janes,(Team Leader Small And Medium Enterprise Bank
Permata Medan) , Tanggal 23 Oktober 2014.

22

supaya tidak dilunasi sebelum berakhirnya kredit, maka bank-bank menetapkan
aturan penalty atau denda jika pelunasan dipercepat.
Bank Y (selaku bank yang men-take over) melihat bahwa debitur dari bank X
berpotensi (usahanya bagus, track record serta kolektibilitas bagus) dan ada peluang
untuk mengajak debitur memindahkan kreditnya ke bank Y. Debitur kemudian
memberikan data-data untuk diproses kreditnya kepada account officer bank Y. Bank
Y menyetujui permohonan kredit debitur. Kemudian dilakukan akad kredit antara
bank Y dan debitur hingga dilakukan pencairan kredit. Dengan hasil pencairan
tersebutlah kredit debitur pada bank x dilunasi oleh bank y. Setelah pelunasan
dilakukan maka seluruh jaminan debitur pada bank X beralih kepada bank Y.
Peralihan fasilitas kredit berikut jaminannya, dalam praktek perbankan dinamakan
peralihan kredit atau take over.
Diproyeksikan kepada tuntutan kepastian hukum dalam menyelenggarakan
pinjaman kredit oleh bank, apabila kepastian hukum itu hadir dalam setiap peraturan
pada umumnya dan khususnya bagi perbankan nasional, maka hukum akan berguna
bagi hukum itu sendiri dan untuk masyarakat. Untuk itu hukum harus mendapatkan
pembenarannya dan didukung sepenuhnya oleh fakta empiris.24 Hal ini tidak bisa
dinafikan karena kebutuhan untuk menentukan hukum itu adalah terus dan bahkan
berkembang, dan konsekuensi penemuan dan aplikasi hukum itu akan mempengaruhi
kepentingan masyarakat.25

24

Wawancara dengan Jane Atten,(Senior Relationship Manager Bank Danamon Cabang
Medan Diponegoro ), Pada Tanggal 08 November 2014.( Diolah).
25
Moh. Dahlan, Abdullah Ahmed An-Naim; Epistemologi Hukum Islam, (Yogjakarta, Pustaka
Pelajar, 2009), hlm. 198-199.

23

Seluruh bank swasta yang ikut andil dalam pembangunan perbankan nasional
di Indonesia, harus benar-benar melaksanakan regulasi dari ketentuan perbankan
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan belum diganti dengan ketentuan baru yang dikeluarkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)26. Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengawas bank
dalam penerapan pinjaman kredit terhadap debiturnya, sehingga para debitur yang
membangun kerja sama dengan bank yang bersangkutan dapat benar-benar
merasakan manfaat bantuan modal usaha dari bank lewat produk pinjaman kredit,
maka keseimbangan kepentingan individu dan kepentingan masyarakat (debitur)
dapat dijaga untuk mencapai kemakmuran bersama.27
Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehatihatian, dan pemeriksaan bank merupakan
microprudential yang

menjadi

tugas

lingkup pengaturan dan pengawasan
dan

wewenang OJK. Adapun lingkup

pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan tugas dan wewenang BI.
Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential, OJK berkoordinasi
dengan BI untuk melakukan himbauan moral kepada perbankan.
2.

Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam

penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan dunia observasi, antara

26
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga independen dan bebas dari campur
tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan dan penyidikan di sektor jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
RI No. 21 Tahun 2011 Tentang OJK.
27
Sumantro, Hukum Ekonomi, (Jakarta : Universita Indonesia, 2008), hlm. 107.

24

abstraksi dan realitas.28 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi
yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi
operasional.29
Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan pengertian atau
penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.
Analisa adalah merupakan analisis yaitu penyelidikan suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya.30
Faciliteit (dalam bahasa Belanda)/ Fasilitas yaitu kelonggaran, Kemudahan,
dan Keluasan.31
Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi; kemudahan.32
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga”.33 Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

28

Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, (Bandung: Alumni,
1983), hlm. 19.
29
Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 34.
30
Daryanto, Bahasa Indonesia Modern, (Surabaya: Apollo, 1994), hlm. 21.
31
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, (Semarang : Aneka Ilmu, 1977), hlm. 371.
32
Daryanto, Op.Cit, hlm. 74.
33
Pasal 1 Butir (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang. Perubahan Atas UU
No.7 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok Perbankan.

25

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.34
Kredit modal kerja yaitu kredit yang diberikan bank baik dalam rupiah
maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus
usaha dengan jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai
kesepakatan antara para pihak yang bersangkutan. Kredit modal kerja adalah jenis
pembiayaan yang diperlukan perusahaan untuk operasi perusahaan sehari-hari.35
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.36
Mekanisme adalah hal cara bekerjanya pesawat/mesin; teori bahwa segala
sesuatunya dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip mekanik atau dengan hukum yang
mengatur materi dan gerak.37
Take over adalah peralihan kredit. Peralihan kredit ( take over ) merupakan
suatu istilah yang dipakai dalam dunia perbankan dalam hal beralihnya kredit
seseorang atau badan usaha dari suatu bank ke bank lainnya. Jadi terjadi perubahan
pada krediturnya.

34

Pasal 1 Angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
35
Chatamarrasjid, Ais, Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Edisi Revisi, Ditinjau
Menurut Undang- Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Dan Undang-Undang No.3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia,
( Jakarta : Kencana, 2011). hlm. 60.
36
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
37
Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994),
hlm. 451.

26

Entrepeuner ( bahasa inggris ) / pengusaha yaitu orang yang mengusahakan
(perdagangan, industri, dan sebagainya ); saudagar; usahawan .38
Usaha kecil yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang yang dimiliki,dikuasai,atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar,yang
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) .39
Usaha menengah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang yang dimiliki,dikuasai,atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar,yang memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 ( lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

38

Adi Goenawan MA, Kamus Lengkap 10 Milyar Inggris – Indonesia, (Jakarta: Penabur
Ilmu, 2001), hlm. 133.
39
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.

27

Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).40
G. Metode Penelitian
1.

Jenis Penelitian
Metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan.41 Dengan demikian maka tanpa metode seorang
peneliti tak akan mungkin mampu untuk menemukan, merumuskan, menganalisa
maupun memecahkan masalah-masalah tertentu untuk mengungkapkan kebenaran.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian
hukum kepustakaan. Menggunakan pendekatan yuridis normatif oleh karena sasaran
penelitian ini adalah hukum atau kaedah (norm). Pengertian kaedah meliputi asas
hukum, kaedah dalam arti sempit (value), Peraturan hukum konkret. Penelitian yang
berobjekan hukum normatif berupa asas-asas hukum, sistem hukum, taraf
sinkronisasi vertikal dan horizontal, perbandingan hukum serta sejarah hukum. 42
Pengkajian dan penelitian hukum normatif, dijabarkan kedalam enam
langkah; pertama, memaparkan selengkap mungkin fakta-fakta dari peristiwa yang
menimbulkan masalah; kedua, mengidentifikasi sumber hukum yang dapat
aplikasikan; ketiga, menganalisis sumber-sumber hukum untuk menetapkan aturanaturan hukum yang aplikabel dan kebijakan (policy) yang melandasi aturan-aturan

40

Ibid.
Koentjaningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1997), hlm. 16.
42
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 7.
41

28

hukum; keempat, mesintesiskan aturan-aturan hukum kedalam suatu struktur yang
koheren; kelima, menelah fakta-fakta yang diperoleh untuk memilah, menstrukturkan,
dan mengkualifikasi fakta-fakta yang relevan sehingga menampilkan peristiwa
hukumnya; dan keenam, menerapkan struktur aturan-aturan tadi pada fakta-fakta
yang relevan untuk menetapkan hak dan kewajiban yang diciptakan oleh fakta-fakta
tersebut, dengan mengacu pada kebijakan yang melandasi aturan-aturan tersebut. 43
Disamping itu penelitian ini juga dilakukan dengan pendekatan yuridis
empiris dengan mengadakan wawancara terhadap relationship officer maupun
relationship manager dari beberapa bank swasta di Medan. Penelitian ini
dimaksudkan untuk melihat kenyataan langsung yang terjadi pada debitur dan bank di
dalam praktek perbankan khususnya mengenai pemberian fasilitas kredit modal kerja
oleh bank melalui mekanisme take over pada beberapa bank swasta di Medan.
2.

Sifat Penelitian
Sebagai suatu hasil karya ilmiah yang memenuhi nilai-nilai ilmiah, maka

menurut sifatnya penelitian yang dilaksanakan ini dikatagorikan sebagai penelitian
yang bersifat deskriftif-analisis, maksudnya adalah suatu analisis data yang
berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum dipublikasikan untuk menjelaskan
tentang seperangkat data yang lain.44
Penelitian ini adalah bersifat deskriptif analisis sebab penelitian ini akan
menggambarkan
43

dan

melukiskan

azas-azas

dan

peraturan-peraturan

yang

B. Arif Sidarta, Guru Besar Hukum pada Universitas Katolik Parahyangan Bandung,
(“Penelitian Hukum Normatif : Analisis Filosofis dan Dogmatik” Dalam Acara Workshop Nasional
Mengenai Pemutakhiran Metodologi Penelitian Hukum Yang Diselenggarakan Oleh “Forum Kajian
Dinamika Hukum” Yang Bekerja Sama Dengan “Ombudsman” ): Media Pengawasan Hukum” Pada
Tanggal 20-21 Maret 2006 di Royal Corner Hotel, Bandung.
44
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997), hlm. 38.

29

berhubungan dengan tujuan penelitian yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan tentang fakta dan kondisi atau gejala yang menjadi objek penelitian
setelah itu diadakan telah secara kritis, dalam arti memberikan penjelasan-penjelasan
atas fakta atau gejala tersebut, baik dalam kerangka sistematisasi maupun sinkronisasi
dan berdasarkan pada aspek yuridis dengan demikian akan menjawab permasalahan
yang menjadi objek penelitian.
3.

Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian

kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian ini
didasarkan pada data primer atau data dasar (primary data atau basic data). Data
primer diperoleh langsung dari beberapa bank swasta di Medan yaitu Bank Permata,
Bank Danamon, Bank HSBC, dan Bank QNB Kesawan.
Mengenai data debitur, bank-bank tidak dapat memberikan informasi karena
terkait dengan UU Perbankan, Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan internal bank
tentang rahasia bank. Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UndangUndang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan dalam Peraturan Bank Indonesia
No. 2 /19/PBI/2000 tidak mengatur secara tegas mengenai kerahasiaan data Nasabah
Debitur. Namun setiap bank menyadari bahwa bank merupakan bisnis kepercayaan .
Oleh karena itu segala sesuatu mengenai data-data nasabah baik nasabah penyimpan
maupun nasabah debitur wajib dirahasiakan terkecuali ada instruksi dari pihak yang
berwenang sesuai dengan Undang-Undang Perbankan. Berdasarkan hal tersebut maka

30

bank-bank menerapkan aturan intern bahwa setiap pegawai bank wajib menjaga
kerahasiaan bank.
4.

Alat Pengumpul Data

1.

Studi Dokumen
Studi dokumen adalah data yang diperoleh dari buku-buku, peraturan

perundang-undangan, dokumen lain yang terkait dengan judul ini. Data yang
diperoleh disebut data sekunder, yang terdiri dari : 45
a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat , yaitu : Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah, Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012
tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan Bantuan
Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah,
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 23/69/Kep/Dir Tanggal 28 Februari
1991

tentang

Jaminan,Surat

Keputusan

Bank

Indonesia

Nomor

27/162/Kep/Dir Tanggal 31 Maret 1995 tentang Pedoman Penyusunan dan
Pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (PPKPB), Surat Keputusan
Direktur Bank Indonesia Nomor 30/267/Kep/Dir tanggal 27 Februari 1998
tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

45

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1988), hlm.55-60.

31

26/4/BPPP/1993 Tanggal 29 Mei 1993 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan
Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dan Peraturan
Internal (Memorandum) dari Bank Danamon No.B.01.042/MI/SMECCR/0910 Tanggal 1 September 2010 tentang Prosedur Operasional Kredit
SMEC-penambahan untuk ambil alih fasilitas kredit.
b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum
primer antara lain berupa tulisan atau pendapat para pakar hukum .
c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang sifatnya penunjang untuk
dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, seperti

jurnal hukum, jurnal ilmiah, surat kabar, internet serta

makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.
2.

Pedoman Wawancara
Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara, yaitu yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.46 Hasil
wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian
ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan
yaitu;

46

hlm. 86.

Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),

32

1.

PT. Bank Permata Tbk , SME Banking Regional IV, wawancara dilakukan
tanggal 23 Oktober 2014 terhadap 2 ( dua ) orang Team Leader dari SME
Banking Permata Bank Medan.

2.

PT. Bank Danamon Tbk ,Commercial Banking Region VI, wawancara dilakukan
tanggal 08 November 2014 terhadap 1 ( satu ) orang Senior Relationship
Manager Relationship Manager Commercial Banking Bank Danamon Region VI
Medan.

3.

PT. Bank HSBC Tbk Cabang Medan, wawancara dilakukan tanggal 12 Oktober
2014 terhadap 1 ( satu) orang Relationship Manager Commercial Banking HSBC
Medan.

4.

PT. Bank QNB Kesawan Tbk Cabang Utama Medan, wawancara dilakukan
tanggal 12 Oktober 2014 terhadap 1 (satu) orang Senior Relationship Manager
Commercial Banking Bank QNB Kesawan Cabang Utama Medan.
Wawancara yang dilakukan penulis terhadap informan-informan tersebut

karena

mereka mengetahui dan menguasai tentang permasalahan yang diangkat

dalam tulisan tesis ini agar lebih terang dan jelas tujuan yang dimaksudkan.
Alat yang digunakan dalam wawancara yaitu menggunakan pedoman
wawancara dengan pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh
data yang diperlukan sebagai data pendukung dalam penelitian tesis ini.
5.

Analisis Data
Analisis data adalah sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan

kerja seorang yang memerlukan penelitian, dan pencurahan daya pikir secara

33

optimal.47 Analisis data juga merupakan sebuah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat