Analisa Mengenai Pemberian Kredit Modal Kerja Oleh Bank Melalui Mekanisme “Take Over” (Kajian Mengenai Prosedur Dan Jaminan Pada Bank Swasta Di Medan)

34

BAB II
MEKANISME PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK SWASTA
NASIONAL DALAM PEMBERIAN FASILITAS KREDIT MODAL KERJA
BAGI PENGUSAHA KECIL MAUPUN MENENGAH

A. Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional
Pada umumnya pemberian kredit modal kerja oleh bank-bank swasta nasional
kepada debiturnya tidak begitu berbeda dengan bank-bank konvensional, hanya saja
tergantung oleh keahlian dari Account Officer/Credit Officer dalam menguasai
analisa keuangan dan aspek legal atau hukumnya.
Proses pemberian kredit sebagai pemberian modal pada nasabah yang efektif
dan efisien, tidak dapat hanya dilihat dari kerangka ilmu pasti. Banyak dari proses
tersebut

memerlukan

penilaian

bercitra


seni.

Proses

pemberian

kredit

menggabungkan ilmu pasti dan seni. Ilmu pasti dipergunakan dalam memperoleh dan
menganalisis fakta-fakta dalam suatu permohonan kredit. Sementara, seni diperlukan
dalam menilai informasi hasil analisis, kelayakan usaha dan kredibilitas pengusaha.50
Seseorang atau badan hukum yang ingin mengembangkan suatu usahanya maka
sudah seharusnya untuk mengadakan kerja sama atau bermitra dengan pihak-pihak
tertentu .
Menurut Ibnu Qudamah, “setiap mitra dapat melakukan apa saja, selama
masih dalam lingkup kebaikan untuk kepentingan bisnis dalam kerjasama yang
mereka lakukan, sebab hal ini merupakan kebiasaan praktek yang berlaku dalam
50


Thomas Arifin, Sinergi Sukses Pengusaha & Bankir, Plus Pengusaha Dan Bankir Top
Berbagi Pengalaman, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), hlm. 30.

34

35

perdagangan.”51 Kemitraan harus dilaksanakan secara terencana, terpadu, profesional
dan bertanggung jawab dan dengan prinsip-prinsip dasar antara lain: Prinsip saling
menguntungkan, saling menghargai, ketergantungan antara bank dengan debitur.
Walaupun kerjasama kemitraan ini telah dibuat dalam bentuk perjanjian akan tetapi
ada baiknya kemitraan ini ikut dalam fungsi pengawasan untuk mencegah timbulnya
banyak masalah dalam penerapan dilapangan nantinya.
Pemberian kredit bagi perbankan merupakan kegiatan yang utama karena
pendapatan terbesar dari perbankan bersumber dari sektor tersebut. Besarnya
kredit yang disalurkan yang dibarengi dengan kolektibilitas kredit yang baik akan
menentukan kesinambungan usaha bank. Oleh karena itu pemberian kredit harus
dilakukan dengan perencanaan yang matang. 52 Pemberian Kredit merupakan kegiatan
yang mengandung resiko tinggi. Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan tersebut
perbankan diwajibkan untuk selalu memegang teguh prinsip kehati-hatian. Jangan

karena mengejar target yang tinggi maka bank melakukan penilaian dan analisa yang
tidak hati-hati yang akan membahayakan dan merugikan bank itu sendiri.
Kredit modal kerja merupakan kredit yang ditujukan untuk membiayai
keperluan aktiva lancar yang habis dalam satu atau beberapa kali proses produksi atau
siklus usaha, misalnya untuk pembelian bahan-bahan mentah, gaji/upah pegawai,
sewa gedung/ kantor, pembelian barang-barang dagangan dan sebagainya.53

51

Ibnu Qudamah dalam Abdullah Saeed, Bunga Bank Haram , (Jakarta : Akbar Media
Sarana, 2002), hlm. 108-109.
52
Jonker Sihombing, “Suprime Mortgage : Analisis Dari Perspektif Hukum Bisnis,” Jurnal
Hukum Bisnis (Volume 27 No 3 Tahun 2008) : hlm. 33
53
Rachmat Firdaus, Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah, dan Kebijakan,
(Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 10.

36


Ada beberapa sebab suatu usaha membutuhkan pinjaman atau kredit dari
bank:54
1. Cadangan modal kerja dalam membiayai stock barang, untuk penambahan
pembelian bahan baku, bahan setengah jadi maupun barang jadi.
2. Menambah kapasitas produksi (ekspansi usaha).
3. Untuk membiayai Account Receivable (piutang usaha), hal ini terjadi karena
kondisi jangka waktu pembayaran dari customer menjadi lebih panjang
misalnya biasanya jangka waktunya 30 hari menjadi 50 hari atau bahkan 60
hari.
4. Untuk membiayai Account Payable (utang usaha), hal ini terjadi karena
supplier mempercepat penagihan, misalnya biasanya diberikan jangka waktu
pembayaran 60 hari menjadi cash (dimana supplier bisa saja memberikan
penawaran jika pembelian barang dilakukan secara cash mendapat potongan
harga beberapa persen sehingga profit usaha dapat ditingkatkan).
5. Diversifikasi produk (adanya penambahan produk baru).
6. Diversifikasi usaha (membuka usaha baru).
7. Relokasi usaha.
8. Untuk investasi bangunan maupun mesin (penambahan mesin maupun
modernisasi mesin).
Modal kerja adalah jumlah

perusahaan untuk digunakan

keseluruhan

aktiva lancar yang dimiliki

membiayai kegiatan operasi perusahaan

sehari-

hari. Kebutuhan modal kerja ditentukan oleh:55
1. Sifat atau tipe perusahaan, hal ini dapat kita lihat bahwa modal kerja
perusahaan jasa relatif lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan modal
kerja perusahaan pabrikan.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau menjual barang hasil
produksi atau jadi. Makin lama waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi
barang atau memperoleh barang jadi, maka akan makin besar pula modal
kerja yang dibutuhkannya.
3. Syarat pembelian bahan baku atau barang dagangan, jika jangka waktu
kredit (credit terms) yang diterima perusahaan semakin panjang, maka

semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan debitur. Demikian pula
54

Wawancara Dengan Jane Atten (Senior Relation Manager Commercial Banking Bank
Danamon Cabang Medan Diponegoro) Pada Tanggal 08 November 2014, (Diolah).
55
Noel Chabannel Tohir, Panduan Lengkap Menjadi Account Officer,(Jakarta:PT. Alex
Media Komputindo,2012) hlm. 269.

37

sebaliknya, jika jangka waktu kredit yang diberikan oleh pemasoknya
semakin singkat, maka semakin besar modal kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan.
4. Syarat penjualan, semakin panjang jangka waktu kredit (credit terms) yang
diberikan perusahaan kepada pelanggarmya, maka semakin besar modal
kerja yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya, semakin singkat jangka
waktu kredit yang diberikan kepada pelanggannya, maka semakin kecil
kebutuhan modal kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
5. Inventory turn over, semakin cepat perputaran persediaan suatu perusahaan,

maka semakin kecil modal kerja yang dibutuh, Demikian pula sebaliknya
semakin lambat perputaran, maka semakin besar modal kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
1.

Bentuk Umum Kredit Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional

a.

Kredit Rekening Koran / Pinjaman Rekening Koran (PRK)
Pinjaman Rekening Koran merupakan kredit modal kerja dalam bentuk suatu

fasilitas bagi nasabah untuk melakukan penarikan setiap saat, melalui rekening
korannya hingga plafond tertentu dengan menggunakan Cek/BG. Jangka waktu
fasilitas pinjaman rekening koran (untuk selanjutnya disebut PRK) adalah 1 ( satu )
tahun dan setelah jatuh tempo dapat diperpanjang kembali persatu tahun , dan
begitu seterusnya.
Pada waktu perpanjangan kredit, Account Officer menganalisa kembali
kelayakan kreditnya, apakah usaha masih berjalan lancar atau tidak, apakah kredit
masih layak diperpanjang atau tidak, apakah masih sesuai penggunaannya atau tidak.

Apakah butuh tambahan kredit atau harus dikurangi, dan lain-lain.56
Bunga dari fasilitas PRK dihitung berdasarkan saldo debet harian, dimana
biaya bunga hanya timbul pada saat rekening bersaldo debet/ minus saja (saat fasilitas

56

Maryanto Supriyono, Buku Pintar Perbankan, (Yogyakarta: Penerbit Andi,2010), hlm.104.

38

PRK dipakai debitur) dan saldo kredit (saldo positif tidak dikenakan bunga
pinjaman.57 Biaya bunga akan dihitung secara komputerisasi bank

dengan

mengakumulasi saldo debet dalam satu bulan dan dirata-ratakan serta dikali dengan
bunga pinjaman. Biaya bunga ini akan langsung didebet direkening debitur secara
otomatis pada setiap tanggal tertentu (sesuai kebijakan bank ; ada yang pada posisi
akhir hari setiap tanggal 22 atau 25 setiap bulannya).
b. Pinjaman Aksep/ Demmand Loan/ Kredit Berjangka

Pinjaman Aksep/ Demmand Loan/ Kredit Berjangka yaitu kredit modal
kerja yang setiap saat dapat ditarik dan dikembalikan dengan pemberitahuan terlebih
dahulu oleh debitur kepada bank. Setiap penarikan dilakukan dengan menyerahkan
surat aksep sesuai jumlah yang ditarik. Debitur dapat menarik kredit ini berulang kali
selama baki debet tidak melebihi plafond yang diberikan. Jangka waktu pinjaman
aksep ini adalah 1 tahun dan setelah jatuh tempo dapat diperpanjang kembali
persatu tahun, dan begitu seterusnya. 58
Jenis-jenis Pinjaman Aksep antara lain; 59
1) Pinjaman Aksep (PA). Debitur dapat menarik kredit ini berulang kali selama
baki debet tidak melebihi plafond yang diberikan.
2) Pinjaman Aksep Conditional (PAC). Debitur dapat menarik kredit ini berulang
kali selama baki debet tidak melebihi plafond yang diberikan. Namun untuk
57

Wawancara Dengan Jane Atten (Senior Relation Manager Commercial Banking Bank
Danamon Cabang Medan Diponegoro) Pada Tanggal 08 November 2014, (Diolah).
58
Wawancara Dengan Ferry Janes (Team Leader Small and Medium Enterprise Bank
Permata Medan), Pada Tanggal 23 Oktober 2014, (Diolah).
59

Wawancara Dengan Ferry Janes (Team Leader Small and Medium Enterprise Bank
Permata Medan), Pada Tanggal 23 Oktober 2014, (Diolah).

39

melakukan

penarikan/pelunasan,

Debitur

harus

memenuhi

syarat-

syarat/kondisi khusus sebagaimana diuraikan dalam perjanjian kredit.
3) Pinjaman Aksep Non Revolving (PAN). Fasilitas kredit dapat ditarik hingga
mencapai plafond yang ditentukan, dan setiap ada pembayaran, baik

sebagian/keseluruhan untuk melunasi outstanding fasilitas kredit, maka
pembayaran tersebut tidak dapat ditarik kembali (tidak ada longgar tarik).
4) Pinjaman Aksep Conditional Non Revolving (ACN). Fasilitas kredit dapat
ditarik hingga mencapai plafond yang ditentukan, dan setiap ada pembayaran
baik sebagian/keseluruhan untuk melunasi outstanding fasilitas kredit, maka
pembayaran tersebut tidak dapat ditarik kembali (tidak ada longgar tarik).
Namun untuk melakukan penarikan/pelunasan, debitur harus memenuhi
syarat-syarat/kondisi khusus sebagaimana diuraikan dalam perjanjian kredit.
c.

Aksep Tetap
Aksep tetap merupakan fasilitas kredit jangka pendek yang jangka waktu

kreditnya kurang atau sama dengan 1 tahun. Setelah kredit jatuh tempo setiap 1 tahun,
fasilitas dapat diperpanjang kembali untuk 1 tahun berikutnya. 60
Aksep tetap adalah kredit modal kerja yang penarikan dan pembayaran atau
pelunasan

dilakukan

sekaligus

sesuai

plafond

fasilitas

kreditnya

dengan

pemberitahuan terlebih dahulu oleh debitur kepada bank. Setiap penarikan fasilitas
kredit menggunakan surat aksep (surat pengakuan hutang) yang ditandatangani oleh
debitur. 61

60

Maryanto Supriyono, Op.Cit.,, hlm.106.
Wawancara Dengan Elly Tanean (Team Leader Small and Medium Enterprise Bank
Permata Medan), Pada Tanggal 23 Oktober 2014, (Diolah).
61

40

d. Kredit Ekspor
Kredit Ekspor merupakan fasilitas yang diberikan untuk debitur perusahaan
yang bergerak dibidang ekspor (hanya untuk eksportir). Tujuan dari fasilitas ini
adalah untuk membiayai modal kerja dalam pembelian barang dagangan serta biaya
operasional . Pinjaman ini bisa dalam bentuk mata uang rupiah maupun mata uang
asing (umumnya bank swasta

hanya memberikan dalam bentuk mata uang

USD,Euro, SGD). Jaminan dari fasilitas ini adalah Incoming L/C (Letter Of Credit)
dan jaminan fixed asset tetap menjadi jaminan utama.
Setelah debitur menerima L/C dari pembeli, maka debitur harus membeli
bahan baku, kemudian memprosesnya menjadi varang jadi, kemudian dikemas dan
siap dikirim. Dari saat debitur membeli bahan baku-proses sampai dengan saat
pembayaran dari bank pembuka L/C, disanalah modal kerja dibutuhkan. 62 Umumnya
bank hanya dapat mencairkan dana fasilitas KE sebesar 80% dari nilai yang tertera
pada L/C. Karena yang 20% tersebut dianggap bank adalah keuntungannya.
e.

Kredit Impor (Trust Receipt)
Kredit Impor merupakan fasilitas yang diberikan untuk debitur perusahaan

untuk keperluan penembusan dokumen impor, setelah semua kewajiban–kewajiban
pembayaran Bea Masuk Bea Cukai dipenuhi. Jumlah kredit yang diberikan Bank
umumnya

berdasarkan pada nilai

L/C. Pencairan fasilitas kredit ini dilakukan

dengan menggunakan akseptasi dan pencairannya ditujukan ke rekening debitur.63
f.

Term Loan (Kredit Angsuran Berjangka)
Term Loan merupakan kredit berjangka waktu 1-5 tahun. Kredit

diberikan untuk membiayai
62

modal kerja dalam rangka melakukan ekpansi,

Maryanto Supriyono, Op.Cit., hlm.108.
Wawancara Dengan Ferry Janes (Team Leader Small and Medium Enterprise Bank
Permata Medan), Pada Tanggal 23 Oktober 2014, (Diolah).
63

ini

41

modernisasi maupun diversifikasi usaha.Plafond kredit biasanya dihitung 70% dari
kebutuhan pembiayaan, nilai proyek/ investasi debitur. Pembayaran angsuran
pinjaman ini dilakukan setiap bulannya yang mencakup pokok dan bunga.
g.

Account Receivable Financing / Anjak Piutang
Ditujukan untuk mendukung kebutuhan modal kerja perusahaan, dimana

pengalihan piutang dari suatu badan/ orang kepada bank sebagai pembayaran
pinjamannnya. Plafond dihitung berdasarkan persentase dari piutang yang diambil
alih oleh bank, dimana nilai dari piutang yang diambil oleh bank berdasarkan analisa
yang dilakukan terlebih dahulu berdasarkan aging schedule yang diserahkan oleh
calon debitur. 64
2.

Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja Secara Praktek Dilapangan
Dalam Ranah Bank Swasta Nasional di Indonesia

1) Pengumpulan dan verifikasi data (informasi maupun dokumen-dokumen)
a.) Surat Permohonan Kredit
Surat Permohonan Kredit dari calon debitur yang menjadi dasar dari
pemberian kredit modal kerja dimana dalam surat tersebut tercantum data calon
debitur (perseorangan maupun badan hukum), jumlah dan jenis fasilitas kredit yang
akan dimohon, serta jaminan apa yang akan diberikan kepada bank.
b.) Pengumpulan data (informasi maupun dokumen)

64

Wawancara Dengan Victor Chanharta (Relationship Manager Bank HSBC Medan ), Pada
Tanggal 12 Oktober 2014, (Diolah).

42

Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam melakukan analisa
pemberian kredit modal kerja, dimana informasi yang dibutuhkan karakter calon
debitur, informasi tentang usaha calon debitur, jenis dan jumlah fasilitas yang akan
dimohon, serta tujuan dari penggunaan kredit yang diberikan.
Adapun dokumen yang umumnya diperlukan adalah :65
a.) Pinjaman atas nama Pribadi:
(1.) Dokumen legalitas pemohon, misalnya :
(a.) copy KTP suami istri,
(b.) akta nikah/ akta cerai,
(c.) kartu keluarga,
(d.) perjanjian pranikah ( jika ada ), dan
(e.) NPWP pribadi calon debitur.
(2.) Dokumen legalitas usaha, misalnya :
(a.) SIUP;
(b.) SITU;
(c.) TDP;
(d.) SKDU
(3.) Laporan Keuangan
(4.) Copy rekening koran ataupun rekening tabungan yang mencerminkan
perputaran usaha minimal 6 bulan berturut-turut.
(5.) Copy jaminan / agunan
(a.) Sertifikat;
(b.) IMB;
(c.) PBB;
(d.) Invoice;
(e.) Laporan Inventory, laporan penilaian agunan independen
(6.) Copy KTP suami istri pemilik jaminan, Kartu keluarga , Akta nikah /
cerai.
b.) Pinjaman atas nama Perusahaan
(1.) Dokumen legalitas pemohon, misalnya;
(a.) Copy Akta Pendirian
(b.) Akta Perubahan lengkap,
(c.) Copy Surat Pengesahan dari Departemen Kehakiman RI ,
(d.)Copy KTP seluruh pengurus dan pemegang saham.
(2.) Dokumen legalitas usaha, misalnya :
65

Wawancara Dengan Jane Atten (Senior Relation Manager Commercial Banking Bank
Danamon Cabang Medan Diponegoro) Pada Tanggal 08 November 2014, (Diolah).

43

(3.)
(4.)
(5.)

(6.)

(a.) SIUP,
(b.) SITU,
(c.) TDP dan;
(d.) SKDU
Laporan Keuangan
Copy rekening koran ataupun rekening tabungan yang mencerminkan
perputaran usaha minimal 6 bulan berturut-turut.
Copy jaminan / agunan
(a.) Sertifikat;
(b.) IMB;
(c.) PBB;
(d.) Invoice;
(e.) Laporan inventory;
(f.) Laporan penilaian agunan independen (jika sebelumnya pernah
dilakukan).
KTP suami istri pemilik jaminan, Kartu keluarga, Akta nikah/ cerai
(apabila ada agunan yang bukan atas nama Perusahaan).

c.) Verifikasi data
Pengambilan keputusan kredit sangat dipengaruhi keakuratan data yang
diberikan, sehingga verifikasi data sangat diperlukan untuk mencocokan data yang
ada dengan fakta dilapangan.
Ada beberapa tahapan yang wajib dilakukan untuk melakukan verifikasi data:
1.) Kunjungan usaha
Dari kunjungan usaha dapat diketahui kebenaran dari data yang diberikan.
Dari kunjungan usaha ini kita dapat melihat dan menggali informasi lebih jauh
mengenai aktivitas usaha calon debitur yang akan dibiayai, keadaan jaminan
yang diberikan baik itu berupa tanah berikut bangunannya, kondisi mesin
maupun inventory atau stock barang jika turut diberikan sebagai jaminan.
2.) Bank Checking

44

Bank Checking ini meliputi BI Checking atau dikenal juga dengan istilah
Informasi Debitur Individual (IDI) dan Sistem Internal Debitur (SID). Guna
Bank Checking ini untuk mengetahui kolektibilitas dari calon debitur berikut
pasangannya ataupun kolektibilitas dari badan usaha berikut pengurusnya ,
juga dapat diketahui kredit apa saja yang dimiliki calon debitur , jumlah , jenis
kredit, jaminan- jaminan yang diberikan dan penjamin serta apakah calon
debitur termasuk dalam daftar hitam atau black list dari Bank Indonesia.
3.) Trade Checking
Trade checking ini dilakukan terhadap buyer, supplier maupun competitor
dari calon debitur. Trade checking ini dimaksudkan untuk mengetahui dan
menilai apakah usaha ini layak untuk dibiayai, bagaimana debitur dalam
menjalankan usahanya, serta hubungan dagang yang dilakukan oleh calon
debitur.
2) Analisa Kredit
Analisa kredit dilakukan untuk memeriksa dan menganalisa kelayakan dari
dokumen-dokumen persyaratan kredit, yang diajukan oleh calon debitur untuk dapat
memerikan keputusan atas permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur
tersebut. Analisa kredit harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian agar kredit yang
diberikan tepat sasaran dan berdaya guna serta tidak menyebabkan kerugian bagi
pihak bank maupun debitur dikemudian hari.
Dalam analisa kredit dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan;66
a.) Analisis kuantitatif (Histori)
(1.) Analisis berdasarkan laporan keuangan
(2.) Analisis Aliran Kas (Cash Flow)
66

Maryanto Supriyono, Buku Pintar Perbankan, (Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2011), hlm. 170.

45

b.) Analisa kualitatif (Non Finansial)
(1.) Evaluasi Industri, Manajemen, dan Strategi
(2.) Evaluasi terhadap Ekonomi Makro dan Lingkungan
Menurut Jopie Jusuf dalam analisa kredit, bahwa analisa kuantitatif saja
tidaklah cukup. Kondisi perusahaan tidak dapat seluruhnya tercermin dari angkaangka keuangan. Masih banyak hal lain yang harus diperhatikan dalam suatu analisa
kredit yaitu analisis yang bersifat non-angka dan ini tidak dapat dikalkulasi secara
matematis. Misalnya, gaya manajemen, rencana suksesi, dan lain-lain. 67 Oleh karena
itu, harus juga dilakukan analisis kualitatif dalam melakukan analisa kredit.
Beriringan dengan analisis kuantitatif, hasil analisis ini memberikan gambaran utuh
mengenai debitur dan resiko kredit yang melekat terhadap (calon) debitur yang
bersangkutan.
1) Analisa kuantitatif
Tujuan utama bank melakukan analisa kuantitatif terhadap calon debitur
adalah untuk memperoleh gambaran mengenai :68
(1.) Kemampuan usaha calon debitur untuk memperoleh keuntungan.
(2.) Struktur pendanaan dan pembiayaan yang dilakukan oleh calon debitur.
(3.) Kemampuan calon debitur untuk melakukan pembayaran fasilitas kreditnya
pada saat jatuh tempo.
(4.) Efisiensi pengelolaan kekayaan perusahaan yang telah dilakukan calon
debitur.
Beberapa point yang dianalisa secara kuantitatif yaitu :
(1.) Neraca

67

Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Credit ( Account) Officer, (Jakarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama, 2014), hlm. 252.
68
Noel Chabanel Tohir, Op.Cit, hlm. 219.

46

Neraca merupakan lapran keuangan perusahaan pada periode tertentu
yang memproyeksikan jumlah aktiva, passiva dan modal perusahaan.
(2.) Laporan Laba /Rugi
Laporan laba/rugi merupakan laporan hasil kinerja perusahaan, yang
menunjukkan jumlah pendapatan dan biaya biaya perusahaan pada suatu
periode tertentu.
(3.) Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan

sistematis yang

menjelaskan perubahan modal yang terjadi selama periode tertentu. Jika
perusahaan mengalami laba, maka modal akan bertambah, jika
perusahaan mengalami rugi maka modal akan berkurang. Jika pemilik
perusahaan menggunakan uang perusahaan atau uang kas, untuk
keperluan pribadi diluar keperluan perusahaan (Prive) maka modal
perusahaan akan berkurang.
(4.) Laporan sumber dan penguasaan dana
Analisa laporan sumber dan penguasaan dana ini sangat penting karena
dari laporan ini bank dapat menilai :
(a.) Kebijaksanaan pembelanjaan yang dilakukan perusahaan pada
periode tertentu.
(b.) Perubahan pos-pos aktiva dan passiva dan modal dalam neraca dapat
menunjukkan bertambah atau berkurangnya modal kerja perusahaan
tersebut.

47

Ada kalanya untuk calon debitur perseorangan tidak mempunyai laporan
keuangan lengkap, namun analisa kualitatif merupakan hal yang wajib dalam analisa
kredit oleh karena itu bank melakukan analisa kuantitatifnya melalui ; 69
(1.) Analisa Rekening Koran
Dari rekening koran dapat diketahui pola mutasi kredit dan debet, jumlah
plafond dan pola pemakaian fasilitas, dapat diketahui kesesuaian antara
omset penjualan dengan arus kas yang melalui rekening sehingga dapat
diketahui kesesuaian perputaran dana melalui bank dengan kenyataan dan
informasi dari calon debitur serta dapat diketahui kualitas dari calon
debitur dan customer-nya.
(2.) Laporan Keuangan Proforma
Untuk membuat laporan keuangan proforma dibutuhkan data rekening
koran, deposito/ tabungan, hasil BI Checking, hasil wawancara dengan
debitur, appraisal, info pasar dan hasil Trade Checking .
(3.) Analisa Kemampuan Bayar
Analisa Kemampuan perusahaan membayar kewajiban atas bunga dan
pokok pinjaman dapat dihitungi dengan menggunakan beberapa asumsi ;
Jika pemakaian plafond maksimal dan jika suku bunga kredit
mengalami kenaikan yang signifikan.
(4.) Analisa Modal Kerja
Untuk menghitung modal kerja perbankan lazimnya menggunakan rumus:
Modal kerja = (Piutang dagang + stock) - (Hutang dagang + Kewajiban).
2) Analisa Kualitatif
Variabel-variabel dalam analisis kualitatif dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu :70
(1.) Variabel internal, yaitu faktor-faktor yang berada dalam kendali
perusahaan.
(2.) Variabel eksternal, yaitu faktor-faktor yang berada diluar perusahaan dan
perusahaan tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk
mengendalikannya.

69

Wawancara Dengan Jane Atten (Senior Relation Manager Commercial Banking Bank
Danamon Cabang Medan Diponegoro) Pada Tanggal 08 November 2014, (Diolah).
70
Noel Chabanel Tohir, Op.Cit, hlm 167.

48

Variabel internal perusahaan yang harus diperhatikan dalam analisa kredit
adalah:71
(1.)
(2.)
(3.)
(4.)
(5.)
(6.)
(7.)
(8.)

Manajemen
Organisasi
Perusahaan
Produksi
Pemasaran
Sumber daya manusia
Sistem Informasi
Teknologi

Dalam beberapa bahan pelatihan perbankan mengenai analisa kredit
menjabarkan variabel internal perusahaan yang harus diperhatikan hanya mencakup
5 hal yaitu:
(1.) Manajemen;
(2.) Produksi;
(3.) Pemasaran;
(4.) Legalitas;
(5.) Kondisi perekonomian; dan
(6.) Kondisi politik
1.

Manajemen
Manajemen adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk

mencari suatu tujuan dengan melibatkan orang lain.72 Ada banyak fungsi manajemen

71

Jopie Jusuf Op.Cit, hlm. 253.
Modul Sertifikasi Tingkat III General Banking, Mengelola Kredit Secara Sehat, (Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia, 2007 ) hlm. 107.
72

49

yang diungkapkan oleh para ahli manajemen, diantaranya beberapa hal berikut.73
a. Planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), commonding
(pemberian komando), coordinating (pengkoordinasian), dan controlling
(pengawasan) - menurut Henry Fayol.
b. Planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing (penyusunan
pegawai), directing (pembinaan kerja), dan budgeting (anggaran)-menurut
Lutter Gullick.
c. Planning (perencanaan), organizing (pengorgasisasian), staffing (penyusunan
pegawai), directing (pembinaan kerja), dan controlling (pengawasan)-menurut
Harold Koontz dan Cyril O’Donnel.
d. Dan beberapa fungsi manajemen lainnya.
Kredit macet merupakan suatu hal yang sangat membahayakan bagi sistem
perekonomian di dalam dunia perbankan, dan hal tersebut harus segera diantisipasi
dan merupakan tanggung jawab semua pihak. Dalam praktek perbankan penyebab
kredit macet adalah bukan saja dari debitur itu saja, akan tetapi bisa juga dari
pihak bank selaku kreditur atau bank yang tidak menjalankan Prudential Banking.
Oleh karena banyaknya resiko yang berpotensi dalam pengoperasian suatu bank,
maka dalam hal menjaga keutuhan bank wajib melakukan antisipasi dalam
memantapkan manajemen perkreditan.
Adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kredit
perbankan, sehingga merupakan rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh seluruh
lembaga perbankan di Indonesia, tidak terkecuali bank-bank swasta.
Kegiatan usaha pemberian kredit perlu dikelola secara baik dan sehat.
Kegiatan pemberian kredit itu harus dikelola secara baik dan tetap menjaga dari

73

Ibid, hlm. 107-108.

50

kehati-hatian terhadap resiko-resiko yang mungkin akan terjadi. Sehubungan dengan
itu, diperlukan pola pengelolaan kredit yang lazim disebut manajemen kredit.
a)

Ketentuan regulator dalam penyusunan Rencana Bisnis Bank (RBB)
Rencana suatu kegiatan usaha bank atau dikenal dengan RBB di Indonesia
mengacu pada regulasi atau peraturan Bank Indonesia tentang RBB, yaitu PBI
Nomor 12/21/PBI/2010. Pokok-pokok aturan dalam penyusunan RBB di
Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut;74
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Ringkasan eksekutif.
Kebijakan dan strategi manajemen
Penerapan manajemen resiko dan kinerja bank saat ini
Proyeksi laporan keuangan beserta asumsi yang digunakan
Proyeksi rasio-rasio dan pos-pos tertentu lainnya
Rencana pendanaan
Rencana penanaman dana
Rencana permodalan
Rencana pengembangan organisasi dan sumber daya manusia (SDM)
Rencana penerbitan produk dan atau pelaksanaan aktivitas baru
Rencana pengembangan dan atau perubahan jaringan kantor
Informasi lainnya, yaitu meliputi informasi yang perlu disampaikan karena
mempengaruhi kegiatan usaha bank.

b) Untuk aspek manajemen terhadap calon debitur
Dalam praktik perbankan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jaminan
kredit biasanya telah diatur oleh peraturan internnya, tidak terkecuali juga pada bankbank swasta nasional. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan dalam
menyusun rencana perkreditan pada suatu bank, baik dari sisi internnya maupun dari
segi eksternnya.75

74

Modul Sertifikasi Tingkat III General Banking, Ibid, hlm.93.
M. Bahsan, Hukum Jaminan Dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 98.
75

51

Penerapan prinsip menginginkan informasi lebih menyeluruh disamping jati
diri atau identitas nasabah, juga hal-hal yang berkaitan dengan profil dan karakter
transaksi nasabah, yang dilakukan melalui jasa perbankan.76
Mengenai perincian dari rencana perkreditan terhadap nasabah/debitur, ada
beberapa hal dalam hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi bank;
a. Karakter/ integritas, bertujuan untuk mengetahui willingness (kemauan) dan
ability (kesanggupan) membayar kembali fasilitas kredit yang diterimanya.
Karakter ini juga mencakup kejujuran, moralitas dan itikad baik untuk
bekerjasama dengan bank. Bank hanya akan memberikan fasilitas kredit
kepada calon debitur yang memiliki itikad baik dan berkomitmen tinggi untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit karena
bank selalu menginginkan agar kredit yang diberikan dapat dikembalikan
sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam perjanjian kredit.
b. Komitmen terhadap usaha yang dijalankan, untuk menilai komitmen calon
debitur terhadap usaha yang dijalankan dapat dilihat dari :
1) Apakah manajemen atau pemilik dari perusahaan terlibat langsung dalam
kegitan usaha ?
2) Berapa

modal yang ditanamkan dalam usahanya ? Umumnya jika

semakin besar modal yang diberikan semakin besar komitmen perusahaan
terhadap usahanya.

76

Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm. 87.

52

3) Apakah setiap kegiatan usaha selalu dimonitor oleh manajemen maupun
pemilik ?
c. Tujuan atau sasaran usaha
Untuk mendapat proyeksi kondisi perusahaan dimasa depan, maka
manajemen perusahaan akan membuat sasaran usahanya. Sasaran usaha ini
umumnya dibuat untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Menurut Sutirta Budiman, Tujuan/ sasaran menunjukkan persepsi manajemen
tentang masa depan perusahaan di pasar dan langkah-langkah yang harus
diambil untuk mencapainya.77
d. Latar belakang dan reputasi usaha pengurus perusahaan
Latar belakang perusahaan sangat berkaitan dengan pengalaman pengurus
terhadap usaha yang dijalankan. Semakin berpengalaman manajemen
perusahaan, maka kemampuannya dalam menyelesaikan suatu masalah yang
dihadapi perusahaan akan lebih bagus sehingga resiko kegagalan akan
semakin kecil. Reputasi pengurus perusahaan berkaitan dengan kredibilitas
perusahaan diantara para pesaing, bank maupun pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
e. Management turnover (perputaran manajemen), yaitu rata-rata durasi orang
tertentu menduduki posisi manajemen di perusahaan yang bersangkutan. Bila
key person perusahaan sering berganti-ganti , maka konsistensi kebijakan
sangat labil.
77

Sutirta Budiman, Qualitative Analysis, (Bahan Pelatihan, 1993), hlm. 7.

53

f. Gaya Manajemen
Gaya manejemen ini berkaitan dengan masalah pengambilan keputusan ,
misalnya desentralissasi atau sentralisasi dalam pengambilan keputusan di
perusahaan tersebut. Gaya manajemen ini berhubungan erat dengan struktur
organisasi dari perusahaan. Struktur organisasi perusahaan yang jelas
memberikan gambaran tentang wewenang dan tanggung jawab tertentu.
Dengan demikian, sistem pelaporan dan tanggung jawab dapat berjalan
dengan baik.
2.

Produksi
Analisis mengenai aspek produksi ini mencakup beberapa hal antara lain;
a. Lokasi usaha
Hal yang perlu diperhatikan :
1) Akses jalan lokasi usaha, keamanan , sarana komunikasi, lahan lokasi
usaha dalam kualitas dan luas yang memadai.
2) Usaha tidak berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan adanya
pengolehan limbah industri sesuai dengan AMDAL.
b. Umur mesin yang digunakan
Umur mesin yang digunakan berkaitan erat dengan produktivitas. Umur mesin
yang terlalu tua menyebabkan biaya pemeliharaan terlalu tinggi, penurunan
jumlah unit produksi yang dihasilkan dan kualitas produk.
c. Penempatan/susunan mesin

54

Susunan mesin yang sistematis dapat mempertinggi produkstivitas karena
waktu produksi dapat lebih efisien. Disamping susunan mesin, kebersihan dan
keteraturan juga harus dinilai. Bila mesin-mesin ditempatkan sembarangan
dan pabrik selalu berada dalam keadaan tidak terawat, hal demikian
mencerminkan buruknya manajemen produksi perusahaan tersebut.
d. Manajemen Produksi
Hal ini meliputi segala aspek yang berkaitan dengan pembuatan barang. Mulai
dari perencanaan, jadwal produksi, teknologi yang digunakan, prosedur yang
digunakan, pengawasan barang dalam proses, hingga pengendalian kualitas
produk. Tanpa adanya manajemen produksi yang memadai, produk yang
dihasilkan tidak optimal sesuai dengan pesanan atau kehendak pembeli,
pengiriman produk dapat terlambat dan hal-hal lain hingga akhirnya dapat
menyebabkan laba perusahaan menurun. Dimana apabila perusahaan debitur
mengalami penurunan laba maka hal itu menjadi pertanda buruk bagi pihak
bank, karena hal ini berhubungan dengan kemampuan debitur melunasi
kewajiban bank.
e. Bahan Baku
Bahan baku yang sulit diperoleh dapat mengganggu kelancaran produksi yang
telah terjadwal. Ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor
menjadi masalah potensial terhadap resiko perubahan kurs. Sebaliknya, bila
bahan baku yang diperlukan mudah diperoleh dan dapat dibeli dipasar lokal,
maka jadwal produksi akan mudah diikuti.

55

3.

Pemasaran
Analisa aspek pemasaran ini didasarkan atas kemampuan perusahaan

memasarkan barang produksi/jasa, hasil usahanya baik sekarang maupun yang
direncanakan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Segmen pasar yang dituju
Produk yang akan dipasarkan untuk segmen

pasar ekspor atau lokal

(domestik). Jika ekspor, perlu diketahui negara tujuan ekspor. Negara tujuan
ekspor penting diketahui karena ada pembatasan kuota yang dapat menjadi
penghambat bagi perusahaan tertentu. Disamping itu, perlu juga diketahui
sejauh mana jumlah dan nama pembeli di luar negeri, hal ini akan membantu
dalam mengidentifikasi resiko wanprestasi yang mungkin dilakukan pembeli.
Perusahaan hanya memiliki pembeli (buyer) tunggal berada dalam posisi yang
sangat lemah. Jika ditinggal oleh pembeli tunggal ini, maka perusahaan akan
kehilangan pasar ekspornya yang akan mengancam kelangsungan usaha dan
akhirnya akan menyebabkan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya
kepada bank.
Untuk segmen pasar lokal (domestik), perlu diketahui kota –kota utama
pemasaran produk, analisa daya beli dari kota –kota tersebut dibandingkan
dengan rencana perusahaan. Rencana yang terlalu optimis dapat memicu
kekeliruan dalam proyeksi penjualan yang dapat mengakibatkan penumpukan
barang yang tidak laku dijual.
b. Product life cycle (siklus hidup produk)

56

Product life cycle merupakan suatu konsep dalam pemasaran yang
menggambarkan peningkatan pertumbuhan, profitabilitas dan daya kompetitif
suatu produk tertentu.78 Perusahaan akan merumuskan strategi pemasaran
setiap produk yang dihasilkannnya, karena setiap produk tersebut tidak hanya
akan menghadapi kondisi ekonomi yang senantiasa berubah, tetapi juga
serangan baru para pesaing dan perubahan kebutuhan / keinginan konsumen.
Perusahaan selalu akan berusaha untuk dapat memperpanjang siklus hidup
setiap produk yang dihasilkannya serta kemampuannya menghasilkan laba
baik dengan diferensiasi maupun diversifikasi produk.
c. Golongon penghasilan pasar yang dituju (kelas sosial)
Kelas sosial memiliki pengaruh kuat

pada preferensi seseorang terhadap

mobil, pakaian, mebel, kegiatan mengisi waktu, kebiasaan membaca, dan
sebagainya sehingga produsen akan merancang barang dan jasanya untuk
kelas sosial tertentu agar dapat meningkatkan penjualannya.
d. Gaya hidup dan kepribadian pasar sasaran
Minat konsumen terhadap suatu produk juga dipengaruhi oleh gaya hidup dan
kepribadiannya. Misalnya, produsen handphone dan tablet akan senantiasa
mengeluarkan produk baru dengan berbagai bentuk dan teknologi yang berbeda.
4.

Legalitas
Analisis aspek legal adalah mengenai legalitas pendirian perusahaan, legalitas

usaha dan perizinan, legalitas permohon kredit dan legalitas agunan.
78

Noel Chabanel Tohir, Op.Cit, hlm. 177.

57

1.

Legalitas pendirian perusahaan
Apabila calon debitur merupakan Badan Usaha yang berbadan hukum, analisa

yang dilakukan antara lain meliputi;79
1) Akta Pendirian (berikut perubahannya) dibuat dengan akta notaril.
2) Akta Pendirian (berikut perubahannya) sudah mendapat pengesahan dari
Departemen Kehakiman RI.
3) Akta Pendirian (berikut perubahannya) serta pengesahannya yang telah
didaftarkan dalam Daftar Perusahaan.
4) Akta Pendirian (berikut perubahannya) tersebut telah diumumkan dalam
Berita Negara dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
Apabila calon debitur merupakan Badan Usaha yang tidak berbadan hukum,
analisis yang dilakukan meliputi ;
1) Akta Pendirian (berikut perubahannya) dibuat dengan akta notaril.
2) Akta Pendirian (berikut perubahannya) didaftarkan dalam Daftar Perusahaan.
3) Akta Pendirian

(berikut perubahannya) didaftarkan di Kepaniteraan

Pengadilan Negeri .
2.

Legalitas usaha dan perizinan
Hal yang perlu dianalisis ;
1) Status kepemilikan usaha .

79

Wawancara Dengan Jane Atten (Senior Relation Manager Commercial Banking Bank
Danamon Cabang Medan Diponegoro) Pada Tanggal 08 November 2014, (Diolah).

58

2) Kesesuaian izin usaha calon debitur dengan kegiatan usahanya yang tercantum
dalam anggaran dasar perusahaan.
3) Masa berlaku izin usaha calon debitur.
3.

Legalitas Pemohon Kredit
Hal ini mengenai kewenangan pemohon baik secara individu maupun

manajemen perusahaan .
4.

Legalitas Agunan
Sebelum bank menerima suatu agunan/jaminan harus diperhatikan hal-hal;
1) Keabsahan dari dokumen kepemilikan agunan/jaminan yang akan diserahkan.
2) Jaminan harus memiliki nilai ekonomis, sehingga dapat diperjual belikan atau
dipindah tangankan dengan mudah
3) Mudah dikenal dan dapat digunakan dalam banyak industri (khususnya untuk
jaminan berupa mesin).
4) Pelaksanaan penilaian agunan/ jaminan harus sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan dalam kebijakan perkreditan bank yang bersangkutan.
5) Kebenaran perhitungan nilai pasar barang jaminan dengan menggunakan
sumber-sumber penilaian yang dapat dipertanggung jawabkan.
6) Agunan/jaminan harus diasuransikan untuk melindungi kepentingan bank
terhadap resiko kerugian yang tidak dikehendaki misalnya kebakaran. Oleh
sebab itu polis asuransi agunan/jaminan harus di banker’s clause, yaitu suatu
klausula dalam polis asuransi yang menunjuk bank sebagai penerima
penggantian kerugian yang pertama , apabila terdapat sisa dari nilai
pertanggungan setelah dipotong dengan besar fasilitas kredit yang digunakan

59

dan besar bunga yang harus dibayar pada saat kejadian baru sisanya diberikan
kepada debitur.
5.

Kondisi Perekonomian
Kondisi

makro ekonomi Indonesia akan selalu dipengaruhi oleh makro

ekonomi regional dan dunia, serta dapat juga saling mempengaruhi. Ekonomi makro
akan mempengaruhi usaha debitur yang nantinya juga akan mempengaruhi
kemampuan debitur dalam memenuhi kewajiban bank.
Kondisi perekonomian secara mikro maupun makro merupakan faktor penting
pula untuk dianalisa

sebelum

pengajuan

kredit

diberikan. Terutama yang

berhubungan langsung dengan bisnisnya pihak debitur. Jika misalnya terdapat
policy dimana pemerintah mencabut proteksi atau hak monopoli, maka pemberian
kredit terhadap perusahaan tersebut harus ekstra hati-hati .
6.

Kondisi Politik
Stabilitas politik juga dapat mempengaruhi usaha dari calon debitur. Suasana

politik yang tidak stabil mengakibatkan iklim usaha yang tidak kondusif.
Menurut John Austin hukum yang berlaku dimasyarakat adalah komando
umum dari entitas politik yang memiliki kedaulatan, the supreme political authority
atau pemilik otoritas politik yang paling tinggi (sovereign dalam pandangan
Austin).80
3) Proposal Kredit / Memo Persetujuan Kredit
Marketing/Account

Officer/Relationship

Officer/Credit

Officer

akan

merangkum seluruh analisis yang dilakukan dan membuat suatu kesimpulan . Setiap
80

Steve
Hyasantrix,
Hukum
dalam
perspektif
Austin
dan
Hart,
hukum.kompasiana.com/2011/02/23/hukum-dalam-perspektif-austin-dan-hart/, diakses pada tanggal
19 November 2014.

60

bank mempunyai kebijakan masing-masing yang berbeda. Ada bank yang
memisahkan fungsi Account Officer / Relationship Officer, yaitu dibagi dua secara
terpisah fungsi marketing saja dan fungsi menganalisa kredit dan membuat proposal /
Memo Persetujuan Kredit. Dimana bagian ini sering dikenal dengan nama Credit
Factory.
Apabila proposal kredit /Memo Persetujuan Kredit ini dibuat artinya yang
bersangkutan menyetujui pengajuan kredit tersebut untuk diajukan kepada pejabat
pemegang BWMK (Batas Wewenang Memutus Kredit) atau sering disebut juga
Komite Kredit. Pejabat pemegang BWMK (Batas Wewenang Memutus Kredit ) atau
Komite Kredit yang berhak untuk memutuskan persetujuan kredit sesuai dengan
wewenang yang dimilikinya.
4) Credit Risk Review
Proposal kredit/ Memo Persetujuan Kredit akan dianalisis terlebih dahulu
oleh Credit Risk Review. Bagian Credit Risk Review berhak untuk bertanya dan
meminta penjelasan

kepada marketing/ account officer / credit officer tentang

proposal yang diajukan atau adanya kekurangan dokumen data pendukung.
Credit Risk Review merupakan suatu divisi yang melakukan pemeriksaaan
terhadap suatu pemberian kredit yang dilakukan oleh business units apakah sesuai
dengan prosedur dan ketentuan perkreditan yang berlaku. Fungsi ini juga membantu
senior manajemen dalam melakukan system monitoring terhadap seluruh pinjaman
yang akan diberikan dan yang telah diberikan. Credit risk review ini dapat dikatakan
sebagai Quality Control dari suatu bank.

61

5) Persetujuan Kredit
Untuk memberikan keputusan yang tepat dan benar terhadap suatu keputusan
kredit, pejabat pemegang BWMK (Batas Wewenang Memutus Kredit) atau sering
disebut dengan juga dengan istilah Komite Kredit harus memiliki :
a. Sertifikasi Manajemen Resiko BSMR dari level 1 s/d 5 sesuai dengan
ketentuan jabatan.
b. Wawasan luas mengenai berbagai bidang industri dan turunannya.
c. Menguasai analisis kualitatif, analisis kuantitatif, dapat memprediksi industri
yang berkembang di masa mendatang, dan memprediksi ekonomi mikro dan
makro.
d. Mengetahui dan memahami peraturan-peraturan Bank Indonesia .
e. Mengetahui dan memahami kebijakan intern bank.
Hasil persetujuan kredit dapat berbagai macam misalnya :
a) Pengajuan kredit disetujui sepenuhnya (baik plafond maupun struktur
kredit disetujui sesuai dengan pengajuan / permohonan) .
b) Pengajuan kredit disetujui sepenuhnya dengan syarat tertentu.
c) Pengajuan kredit disetujui sebagian dengan pengurangan plafond/
restuktur.
d) Pengajuan kredit ditolak.
6) Pengikatan Kredit dan Jaminan
Pengajuan Kredit yang telah disetujui oleh satu dan beberapa pejabat bank
yang mempunyai BWMK akan dituangkan dalam suatu surat keputusan

berupa

Memo Keputusan Kredit . Memo ini yang menjadi dasar untuk pembuatan surat

62

penawaran “ Offering Letter “ kepada calon debitur

oleh Account Officer/

Relationship Officer/ Credit Officer. Surat Penawaran (Offering Letter) tersebut
memuat informasi bahwa pengajuan kredit telah disetujui dengan detail info kredit,
bunga, biaya-biaya, kondisi, dan syarat-syarat. Jika calon debitur menyetujui
penawaran bank maka calon debitur akan menandatangani

Surat Penawaran

(Offering Letter) tersebut untuk selanjutnya direalisasikan melalui pengikatan kredit
dan pengikatan jaminan.
Pengikatan kredit dapat dilakukan secara Notaril maupun Un Notaril
(tergantung kebijakan masing-masing bank), namun untuk pengikatan jaminan
mutlak secara Notaril.
7) Pencairan Kredit
Setelah pengikatan dilakukan pada hari yang sama maka bank akan
mengkreditkan dana kredit tersebut ke rekening debitur (untuk Pinjaman Angsuran /
term loan) sedangkan untuk Pinjaman Rekening Koran maupun Demand Loan hanya
dibuka fasilitas plafondnya saja.81
B. Pranata Hukum Jaminan Dalam Usaha Permodalan Kerja
1.

Hukum Jaminan Dalam Menjamin Pelunasan Kredit
Jaminan adalah suatu benda atau pertanggungan yang diserahkan oleh seorang

atau badan hukum kepada seseorang atau badan hukum sehubungan dengan adanya
perjanjian utang piutang yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang

81

Wawancara Dengan Marchia Citra, (Senior Relationship Manager Commercial Banking
Bank QNB Kesawan), Pada Tanggal 12 Oktober 2014, (Diolah).

63

menyerahkan jaminan maupun kepada yang menerima jaminan untuk menjamin
utang yang telah disetujui bersama.82
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan sama sekali tidak
menyebutkan tentang pengertian jaminan, akan tetapi Pasal 8 ayat(1) UU Perbankan
disebutkan “ dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip bahwa
bank pada umumnya wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang
mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan dari debitur untuk melunasi
utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan”
Dalam KUH Perdata juga tidak menyebutkan pengertian jaminan, tetapi
dalam Pasal 1131 KUH Perdata disebutkan bahwa “ segala kebendaan si berutang,
baik yang bergerak maupun yang tak bergerak,baik yang sudah ada maupun yang
baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya
perseorangan”.
Mengenai jaminan , Oey Hoey Tiong mengemukakan :
“Istilah jaminan berasal dari kata jamin yang berarti tanggungan. Sehingga
jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah tanggungan atas segala perikatan dari seseorang seperti yang diatur dalam
Pasal 1131 KUH Perdata maupun tanggungan atas perikatan tertentu dari
seseorang seperti yang diatur dalam Pasal 1139-1149 (piutang yang
diistimewakan), Pasal 1150-1850 (Gadai), Pasal 1162-1178 (hipotik), Pasal
1820-1850 (penanggungan hutang), dan akhirnya seperti yang ditetapkan oleh
yurisprudensi ialah fiducia.”83

82

Noel Chabanel Tohir, Op.Cit, hlm. 56.
Oey Hoey Tiong, Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1989), hlm. 14.
83

64

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/6/UKU tanggal 28 Februari
1991, perihal Jaminan atas Pemberian Kredit, dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan jaminan pemberian kredit adalah keyakinan kreditur/bank atas kesanggupan
nasabah debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk
memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit bank harus melakukan
penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan modal, agunan dan prospek
usaha dari debitur.84
Defenisi jaminan ditinjau dari sisi debitur adalah sesuatu yang ditawarkan
debitur kepada bank untuk menjamin pembayaran kembali suatu pinjaman jika
debitur wanprestasi. Defenisi jaminan ditinjau dari sisi kreditur adalah sesuatu yang
diterima kreditur sebagai jaminan untuk pembayaran pinjaman yang telah
diberikannnya, yang mana dapat dilikuidasi oleh kreditur apabila debitur wanprestasi.
Pada

prinsipnya

sistem

hukum

jaminan

terdiri

dari

jaminan

kebendaan

(zakelijkezerheids) dan jaminan perorangan (persoonlijkezekerheid).85
Mengenai pentingnya suatu barang jaminan oleh bank dalam pemberian
kredit, tidak lain adalah suatu upaya untuk mengantisipasi resiko yang mungkin
timbul dalam tenggang waktu antara pembayaran dan pelunasan kredit tersebut.
Barang jaminan merupakan persyaratan untuk memperkecil resiko bank dalam
menyalurkan kredit. Pada prinsipnya, tidak selalu suatu pemberian kredit harus
dengan jaminan, sebab jenis usaha dan peluang bisnis yang dimiliki pada dasarnya
84

S.Mantayborbir, Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara, (Jakarta: Pustaka Bangsa
Press, 2004), hlm. 302.
85
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, (Bandung : PT. Alumni, 2006), hlm. 21.

65

sudah merupakan jaminan terhadap usaha itu sendiri. Namun, jika suatu kredit lepas
tanpa barang jaminan, maka bank memiliki resiko yang sangat besar, seperti halnya
dengan jika investasi yang dibiayai mengalami kegagalan atau tidak sesuai dengan
perhitungan semula. Jika hal ini terjadi, maka bank akan sangat dirugikan, sebab dana
yang disalurkan memiliki peluang untuk tidak dapat dikembalikan oleh debitur yang
berarti bahwa kredit tersebut macet tanpa adanya asset dari debitur yang dapat
digunakan untuk menutupi kredit tersebut. Sebaliknya, jika ada barang jaminan dalam
pemberian kredit, maka pihak bank dapat menarik kembali dana yang telah
disalurkan dengan memanfaatkan barang jaminan tersebut.
Menurut Jopie Jusuf bahwa jaminan dan agunan bukanlah pengganti karakter
dan atau pembayaran.86 Meskipun telah disebutkan bahwa dalam pemberian kredit,
bank memiliki jalan keluar kedua ( yaitu jaminan/agunan), perlu ditekankan bahwa
jaminan atau agunan tidak dapat dipergunakan sebagai pengganti karakter dan/atau
pembayaran. Jangan pernah mengatakan bahwa karena jaminannya bagus, maka
kredit dicairkan saja, walaupun tahu bahwa itikad debitur tidak bagus. Demikian
halnya , kredit tidak boleh dilakukan dengan alasan jaminan yang bagus, padahal
dalam perhitungan cashflow diperoleh hasil

bahwa debitur tidak akan mampu

membayar kewajibannya. Jaminan harus dipandang sebagai jalan keluar terakhir,
yaitu jalan yang ditempuh dengan terpaksa.

86

Jopie Jusuf, Op.Cit, hlm. 351-352.

66

Jadi prinsip yang terpenting dari pemberian kredit modal kerja adalah
cashflow dari usaha debitur, cashflow yang selalu menjadi fisrt way out sebagai
sumber pembayaran kembali pinjaman. Sedangkan jaminan sebenarnya merupakan
second way out dari pemberian kredit, maka eksekusi jaminan baru dilakukan apabila
bank merasa dan telah ada keputusan dari pengadilan (apabila diperlukan) bahwa
kredit yang diberikan beserta bunga dan biaya-biaya yang diakibatkannya sudah tidak
dapat dilunasi oleh debiturnya melalui aktifitas usahanya yang dapat dilihat dari
performa cashflow-nya yang biasanya pada saat itu telah mengalami penurunan
usaha.
Ada kalanya debitur sendiri yang menghubungi bank dan menyatakan bahwa
usahanya sudah tidak mungkin lagi dapat memenuhi kewajiban bank, sehingga
debitur akan menyerahkan jaminannya sebagai pembayaran kewajibannya.
Dasar hukum bank dalam menerima jaminan adalah UU No. 7 Tahun 1992
Pasal

8 yang menyatakan “Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib

mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan“ Maksud yang terkandung dari Pasal 8
UU No. 7 tahun 1992 adalah karena kredit yang diberikan bank mengandung resiko,
maka dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang
sehat untuk mengurangi resiko tersebut.
Dalam menerima suatu jaminan bank-bank swasta umumnya memperhatikan
hal-hal:87
a. Legalitas dari dokumen kepemilikan barang jaminan yang akan diserahkan.
87

Wawancara Dengan Jane Atten (Senior Relation Manager Commercial Banking Bank
Danamon Cabang Medan Diponegoro), Tanggal 08 November 2014.(Diolah).

67

b. Jaminan harus mempunyai nilai ekonomis, sehingga dapat diperjual-belikan.
c. Jaminan yang diterima harus dalam kondisi yang bagus dan tidak mudah
rusak.
d. Pelaksanaan penilaian jaminan harus sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam kebijakan perkreditan bank yang bersangkutan.
e. Kebenaran perhitungan nilai pasar barang jaminan dengan menggunakan
sumber-sumber penilaian yang dapat dipertanggung jawabakan.
f. Barang jaminan harus diasuransikan.
Jaminan yang diterima oleh bank harus memiliki nilai pasar dan nilai likuid,
agar dapat diukur berapa nilai coverage ratio jaminan tersebut terhadap total nilai
plafond kredit yang telah diberikan oleh bank. Nilai likuid biasanya adalah 80% sd
70 % dari nilai pasar. Pertimbangan penetapan nilai likuid

adalah nilai cepat

terjualnya barang jaminan.
Adapun jenis-jenis jaminan pada praktek perba