Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta) (Kasus: Desa Sukasari, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Ubi Kayu
Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang
berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi
kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyeberannya hampir ke
seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu
berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya
(Purwono, 2009).
Klasifikasi tanaman ubi kayu (Manihot esculenta, Crantz) menutut Plants
Database (2006) adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Superdivisi

: Spermatophyta


Divisi

: Magniliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Bangsa

: Euphorbiales

Suku

: Euphorbiaceae

Marga

: Manihot


Spesies

: Manihot esculenta, Crantz.

Ubi kayu termasuk tanaman perdu berbatang lunak atau getas (mudah
patah). Singkong berbatang bulat dan bergerigi yang terbentuk dari bekas
pangkal tangkai daun. Bagian tengah bergabus. Tanaman singkong memiliki

Universitas Sumatera Utara

tinggi batang 1-4 meter. Daun memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya
menyerupai telapak tangan (Salim, 2011).
Ubi kayu dapat beradaptasi secara luas di daerah yang beriklim tropis. Di
Indonesia, tanaman ubi kayu dapat tumbuh dan berproduksi di daerah dataran
rendah sampai dataran tinggi, dari ketinggian 1.000 sampai 1.500 meter di atas
permukaan laut. Ubi kayu sangat cocok di kembangkan di lahan marjinal, kurang
subur, dan kurang sumber air (Nuraini, dkk, 2007).
Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah hujan cukup,
tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500 mm),
ataupun tinggi (5000 mm). Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara

760-1015 mm per tahun. Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya
serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi apabila drainase kurang
baik (Suharno et al., 1999).
Umbi ubi kayu dapat menghasilkan karbohidrat lebih tinggi 40%
dibanding beras dan 25% dibanding jagung. Komposisi umbinya terdiri atas air
(70%), tepung (24%), serat (2%), protein (1%), dan senyawa lain termasuk
mineral (3%). Umbi merupakan makanan terpenting dalam menyediakan
proporsi besar asupan kalori per hari (Tonukari, 2004).
Tabel 3. Nilai Kalori Berbagai Tanaman Penghasil Karbohidrat
Jenis Tanaman
Nilai Kalori (Kal/Ha/Hr)
Ubi Kayu
250 x 103
Jagung
200 x 103
Beras
176 x 103
Sorgum
114 x 103
Gandum

110 x 103
Sumber : Prihanda.dkk, 2007.
Dari tabel 3 diperlihatkan bahwa ubi kayu memiliki kandungan kalori
yang paling besar jika dibandingkan dengan jenis tanaman pangan lainnya. Ubi

Universitas Sumatera Utara

kayu mampu menghasilkan kalori 66,66% lebih tinggi dari pada rata-rata
tanaman pangan (padi, gandum, jagung, dan sorgum).
2.1.2. Pupuk
Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara
tanaman yang jika diberikan ketanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa
hara tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk
dan atau mempertahankan

kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk

mencapai hasil/produksi yang tinggi (BPPSDMP, 2015).
Tanpa pemupukan akan terjadi pengurasan hara sehingga tingkat

kesuburan tanah menurun. Pemupukan yang tidak rasional dan tidak berimbang
juga dapat merusak kesuburan tanah. Pemupukan harus dilakukan secara efisien
sehingga didapatkan produksi tanaman dan pendapatan yang diharapkan. Umbi
ubi kayu adalah tempat menyimpan sementara hasil fotosintesis yang tidak
digunakan

untuk

pertumbuhan

vegetatif

tanaman.

Dengan

demikian,

pertumbuhan vegetatif yang berlebihan akibat dosis pemupukan yang tinggi
dapat menurunkan hasil panen. Efisiensi pemupukan dipengaruhi oleh jenis

pupuk, varietas, jenis tanah, pola tanam, dan keberadaan unsur lainnya didalam
tanah (Dediarta, 2011).
Untuk mencapai hasil yang maksimal perlu dilakukan pemupukan, bisa
dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau)
dan pupuk anorganik (Urea, TSP, KCL). Tujuan utama pemberian pupuk adalah
untuk memperbaiki struktur tanah. Pada umumnya dosis anjuran untuk tanaman
singkong adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

- Urea : 60-120 kg/ha
- TSP : 30 kg P2O5/ha
- KCL : 50 kg K2O/ha (Salim, 2011).
Petani dengan pendapatan lebih tinggi mempunyai kemampuan untuk
membeli pupuk di pasar dengan jumlah lebih banyak, sedangkan petani dengan
kendala keuangan akan mendorong keputusan untuk mengurangi porsi pembelian
pupuk buatan atau menggantinya dengan menggunakan pupuk kandang atau
pupuk organik lainnya (Maiangwa et al., 2007)
Pengalaman petani memberikan pengetahuan dampak penggunaan pupuk
terhadap biaya dan keuntungan produksi yang merupakan faktor penting bagi

keputusan mereka dalam penggunaan pupuk. Petani yang mempunyai
pengalaman berhasil dalam penggunaan pupuk jenis tertentu akan cenderung
jenis pupuk tersebut untuk produksi pada periode selanjutnya (Liu et al., 2009)
Kenaikan harga pupuk yang diimbangi dengan kenaikan harga output
yang sesuai akan mempengaruhi petani dalam membeli pupuk. Ini disebabkan
oleh pertimbangan harga input dan harga output (Eka, 2007).
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Fungsi Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.
Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi.
Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan
dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu
(Pracoyo dan Antyo, 2006).
Secara matematis, fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Q = f (K, L, R, T)
Dimana :


Q

= Jumlah produk (output) yang dihasilkan

f

= Fungsi menunjukkan hubungan fungsional antara jumlah
output dan input (K, L, R, T).

K

= Kapital (capital) atau barang modal

L

= Labour (tenaga kerja)

R

= Resource (kekayaan alam)


T

= Technology (teknologi yang digunakan)
(Widjajanta dan Aristanti, 2001).

Persamaan di atas menunjukkan fungsi produksi dengan empat input atau
empat variabel bebas. Apabila suatu fungsi produksi hanya memiliki satu
variabel bebas maka persamaan fungsi produksi menjadi :
Q = f (K)
Dimana :

Q = jumlah barang dan jasa (output)
K = modal (Soekartawi, 1993).

2.2.2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu
disebut variabel dependen (yang menjelaskan/ Y) dan yang lain disebut variabel
independen (yang menjelaskan/X) (Soekartawi, 1993).

Cobb-Douglas adalah fungsi produksi yang paling sering digunakan dalam
penelitian. Fungsi ini dinyatakan sebagai berikut:
Q = ALαKβ

Universitas Sumatera Utara

Dimana:

Q = Output
L = Tenaga kerja
K = Barang modal

A, α (alpa) dan β (beta) adalah parameter-parameter positif dalam setiap
kasus ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, teknologi semakin maju.
Parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen
L sementara K dipertahankan konstan. Demikian pula, β mengukur kenaikan Q
akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi α
dan β masing-masing adalah elastisitas output dari L dan K.
- Jika α + β = 1, terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi.
- Jika α + β > 1, terdapat hasil yang meningkat atas skala produksi

-

Jika α + β < 1, terdapat hasil yang menurun atas skala produksi

(Salvator, 2006).
Menurut (Sunaryo, 2001) Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan
fungsi produksi non linier standar, indah, dan populer dalam ilmu ekonomi. Hal
ini dikarenakan fungsi Cobb-Douglas mampu menjelaskan dengan baik
bagaimana penerapan dari hukum The Law of Diminishing Returns berlaku di
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun rumus fungsi produksi Cobb-Douglas (Q)
dengan menggunakan dua input (K dan L) adalah sebagai berikut :
Q = KαLβ 0 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai
efisien input X perlu ditambah.
b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk mencapai
efisien input X perlu dikurangi.
c. ((NPMx / Px) = 1 ; artinya penggunaan input X sudah efisien, dan diperoleh
keuntungan maksimal (Soekartawi, 1990).
2.2.4.2. Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis dalam ekonomi produksi adalah suatu kondisi yang jumlah
pemakaian input tertentu mempunyai Average Product (AP) dalam keadaan
maksimum. Tingkat pemakaian input menghasilkan rasio output-input yang
maksimum dari segi teknis adalah tingkat produksi optimum, tetapi belum tentu
optimum dari segi ekonomis (Soekartawi, 1990).
2.2.4.3. Efisiensi Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Salah satu hal yang perlu diperhatikan ialah efisiensi secara ekonomi.
Menurut Hanafie (2010), efisiensi ekonomi dikatakan tercapai apabila petani
mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi dapat ditekan,
tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. Efisiensi ekonomi
adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga/alokatif dari seluruh
faktor input dan dapat tercapai apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu efisiensi
teknis dan efisiensi harga/alokatif.
Jadi efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,
sehingga dapat dituliskan menjadi :
EE = ET . EH
Dimana :
EE

= Efisiensi Ekonomi

ET

= Efisiensi Teknis

EH

= Efisiensi Harga
Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :

1.

EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien.

2.

EE > 1, maka penggunaan faktor produksi belum efisien.

3.

EE < 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien (Soekartawi, 1990).
Fungsi produksi frontier menggambarkan produksi maksimum yang dapat

dihasilkan untuk sejumlah masukan (input) produksi yang dikorbankan. Fungsi
produksi Frontier pertama kali dikembangkan oleh Aigner et al.(1977) dan
Meeusen dan Van den Broek (1977) melalui pendekatan Stochastic Production
Frontier (SPF).

Universitas Sumatera Utara

Soekartawi (2003) menjelaskan bahwa aplikasi fungsi produksi ini digunakan
untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi
frontiernya. Pada awalnya fungsi atau model ini diaplikasikan untuk
menganalisis

ekonomi

produksi

pertanian

yang

kemudian

aplikasinya

berkembang pada bidang-bidang lain seperti keuangan, perikanan, manufaktur,
dan lainnya.
Sedangkan metode analisis efisiensi yang lain adalah analisis DEA di yang
desain secara spesifik untuk mengukur efisiensi relatif suatu unit produksi dalam
kondisi terdapat banyak input maupun banyak output, yang biasaya sulit disiasati
secara sempurna oleh tehnik analisis pengukur efisiensi lainnya. DEA tergolong
metode pengukuran efisiensi nonparametrik, maka SFA masuk kategori
parametrik. Sedangkan kelemahan dari analisa DEA ini adalah tidak mengukur
tingkat efisiensi mutlak dan uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit
untuk dilakukan (Agustiana, 2013).
2.3. Penelitian Terdahulu
No
.

Pengaran
g

1.

Agri
Manda
Damanik
(2014)

Judul

Identifikasi
Masalah

Pembahasa
n

Kesimpula
n

Analisis
Perbandingan
Kelayakan
Usaha
Tani
Ubi kayu dan
Cabai Rawit

1.Bagaimana
hubungan
antara jumlah
pupuk dengan
produksi petani
?

Koefisien
regresi pupuk
sebesar
0.352, artinya
terdapat
hubungan
yang
berbanding
tebalik
(negatif)
antara jumlah
pupuk
dengan
produksi
petani ubi
kayu. Jika
jumlah pupuk

Terdapat
hubungan
yang
berbanding
tebalik
(negatif)
antara
jumlah
pupuk
dengan
produksi
petani ubi
kayu

Universitas Sumatera Utara

2.

Darwanto
(2009)

Analisis
Efisiensi
Usahatani Padi
Di Jawa
Tengah

1. Bagaimana
tingkat teknis
usahatani padi
di jawa tengah
?
2. Bagaimana
tingkat teknis
usahatani padi
di jawa tengah
?
3. Bagaimana
tingkat teknis
usahatani padi
di jawa tengah
?

3.

Nurul
Mubarok
(2009)

Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruh
i Produksi
Kerupuk Ikan
Di Sentra
Produksi
Kerupuk Desa
Kenanga
Kecamatan
Sindang
Kabupaten
Indramayu
Provinsi Jawa

1. Bagaimana
pengaruh
moda, tenaga
kerja,
permintaan
produk, dan
harga terhadap
produksi
kerupuk ikan
Di Sentra
Produksi
Kerupuk Desa
Kenanga
Kecamatan

ditambah
sebesar 1 kg,
maka
produksi
cabai petani
ubi kayu
menurun
sebesar 0.352
Kg per tahun.
Usahatani
padi di
daerah
penelitian
tidak efisien
secara teknis
sehingga
penggunaan
input harus
dikurangi,
apabila
dilihat dari
efisiensi
harga (EH)
dan efisiensi
ekonomi
(EE), maka
usahatani
padi tidak
efisien
dengan nilai
efisiensi
harga sebesar
0,22 dan
efisiensi
ekonomi
sebesar 0,16.
dengan nilai
F-hitung
lebih besar
dari F-tabel
(186,75 >
28,7).

Usahatani
padi di
daerah
penelitian
dikatakan
bahwa
usahatani
padi tidak
efisien.

modal (X1),
tenaga kerja
(X2),
permintaan
produk (X3)
berpengaruh
nyata,
sedangkan
harga (X4)
tidak
berpengaruh
nyata.

Universitas Sumatera Utara

Barat

Sindang
Kabupaten
Indramayu
Provinsi Jawa
Barat ?
1. Bagaimana
tingkat efisiensi
teknis usaha
tani tebu di
Jawa Timur
2. Apakah
faktor luas
lahan, kuantitas
penggunaan
pupuk dan
curahan tenaga
kerja
mempengaruhi
usahatani tebu
di Jawa Timur
?

4.

Sri Hery
Susilowati
(2012)

Analisis
Efisiensi
Usaha Tani
Tebu Di Jawa
Timur

5.

M. Arief
W. G
(2016)

Analisis
1. Bagaimana
Efisiensi Dan
Tingkat
Optimasi Serta
Efisiensi
Faktor-Faktor
Teknis,
Yang
Efisiensi
Mempengaruh
Harga, dan

Nilai indeks
efisiensi
teknis
dikategorikan
belum
efisien. Hal
ini diduga
karena sistem
usaha tani
tebu yang
dilakukan
adalah sistem
keprasan
(umumnya
lebih dari
kepras
ketiga) dan
bibit yang
digunakan
adalah bibit
lokal. Luas
lahan
memberikan
pengaruh
positif,
kuantitas
pupuk
memberikan
pengaruh
positif, dan
curahan
tenaga kerja
juga
memberikan
pengaruh
positif.
memberikan
pengaruh
positif, dan
Faktor harga
pupuk
terhadap
penggunaan
pupuk pada
cabai merah

Usaha tani
Tebu di
Jawa Timur
tidak efisien
secara
teknis.
Secara
parsial,
faktor luas
lahan,
pupuk, dan
curahan
tenaga kerja
memberikan
pengaruh
positif
terhadap
usaha tani
Tebu di
Jawa Timur

Penggunaan
pupuk kimia
pada
tanaman
cabai merah
tidak efisien

Universitas Sumatera Utara

i Penggunaan
Pupuk Kimia
Pada Tanaman
Cabai Merah
(Capsicum
Annum L.) Di
Kabupaten
Simalungun

Efisiensi
Ekonomi
Penggunaan
Pupuk
Kimia Pada
Usahatani
Cabai Merah
di
Kabupaten
Simalungun
?
2. Bagaimana
Penggunaan
Pupuk
Kimia Yang
Optimal
Pada
Usahatani
Cabai Merah
di
Kabupaten
Simalungun
Berdasarkan
Teori The
Law Of
Diminishing
Returns
(LDR)?
3. Apakah
Harga Cabai
Merah,
Harga pupuk
Kimia, dan
Pengalaman
Petani
Merupakan
Faktor Yang
Mempengar
uhi
Penggunaan
Pupuk
Kimia Oleh
Petani Cabai
Merah Di
Simalungun

diperoleh
Signifikansi
0,000,05 α
maka, Ho
diterima dan
H1 ditolak.
Faktor
pengalaman
petani
terhadap
penggunaan
pupuk kimia
usahatai
cabai merah
diperoleh
hasil
Signifikansi
0,3 > 0,05 α
maka, Ho
diterima H1
ditolak.

secara
teknik,
harga,dan
ekonomi.
Penggunaan
pupuk yang
optimal
berdasarkan
teori The
Law Of
Diminishing
Returns pada
cabai merah
adalah 1600
kg/Ha .
Ada
pengaruh
nyata harga
pupuk
terhadap
penggunaan
jumlah dosis
pupuk .
Namun tidak
ada
pengaruh
nyata harga
cabai merah
dan
pengalaman
petani
terhadap
jumlah dosis
pupuk.

2.4 Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

Usahatani ubi kayu merupakan salah satu usahatani yang memiliki
prospek yang cerah. Ubi kayu merupakan makanan pokok terpenting setelah
beras dan jagung. Selain memiliki gizi yang sangat tinggi, tanaman ini juga telah
dikenal baik oleh masyarakat. Dengan kondisi daerah penelitian yang cocok
dalam mengembangkan ubi kayu akan sangat mudah untuk memperoleh
keuntungan, selain itu ubi kayu memiliki biaya penanaman dan pemeliharaan
yang rendah, sementara produksi yang dihasilkan cukup tinggi sehingga petani
memperoleh pendapatan yang cukup tinggi. Usahatani akan memiliki prospek
yang cerah apabila dikelola secara baik dan efisien.
Dalam melakukan usahatani ubi kayu dibutuhkan faktor-faktor produksi
(input) yang dapat meningkatkan hasil produksi (output). Faktor-faktor produksi
dalam usahatani ubi kayu adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, dan pupuk.
Pupuk merupakan salah satu input terpenting yang mempengaruhi jumlah
produksi pada budidaya tanaman ubi kayu. Di mana dengan pemupukan yang
tepat akan meningkatkan hasil produksi ubi kayu. Seringkali para petani terusmenerus menambah pupuk dengan harapan peningkatan hasil produksi tersebut.
Namun

kenyataannya,

para

petani

belum

mempertimbangkan

efisiensi

penggunaan pupuk itu sendiri. Di mana pupuk terus ditambah belum tentu
menghasilkan peningkatakan produksi dan dapat berakibat negatif yakni produksi
tetap atau bahkan menurun dan tentu hal ini menjadi tidak efisien.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi petani ubi kayu di
dalam penggunaan pupuk. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu harga
ubi kayu, biaya pupuk, pengalaman petani dan pendapatan.

Universitas Sumatera Utara

Harga ubi kayu diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam
menggunakan pupuk. Diasumsikan apabila harga ubi kayu meningkat, maka
jumlah pupuk yang digunakan petani semakin meningkat. Hal ini didasari, petani
berpendapat apabila pupuk terus ditambah, maka akan meningkatkan volume
produksi ubi kayu. Dugaan peningkatakan jumlah input akan meningkatkan
jumlah output dalam hal ini produksi masih diyakini oleh petani ubi kayu.
Diharapkan peningkatan produksi tersebut dapat menambah pendapatan petani
dikarenakan harga ubi kayu sedang meningkat.
Biaya pupuk juga diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam
menggunakan pupuk. Di mana, diduga apabila biaya pupuk meningkat, maka
petani akan berpikir untuk mengurangi jumlah pupuk. Harapannya setelah jumlah
pupuk dikurangi dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
input pupuk. Dan apabila biaya pupuk kembali tetap, maka petani akan
menambah jumlah pupuk seperti sebelum biaya pupuk mengalami kenaikan.
Penggunaan jumlah pupuk oleh petani diduga dipengaruhi oleh
pengalaman petani. Hal ini disebabkan, semakin lama seorang petani menanam
ubi kayu, maka petani tersebut semakin mengetahui penggunaan jumlah pupuk
yang tepat untuk tanaman ubi kayu. Pengalaman yang panjang tersebut secara
tidak langsung mengajarkan petani ubi kayu di dalam penentuan jumlah pupuk
sehingga kebiasaan untuk menebak-nebak jumlah pupuk dapat diminimalisir.
Pendapatan petani diduga juga berpengaruh terhadap penggunaan jumlah
pupuk. Diasumsikan apabila pendapatan meningkat, maka jumlah pupuk yang
digunakan petani semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kemampuan petani

Universitas Sumatera Utara

untuk membeli pupuk semakin meningkat sehingga petani akan membeli dan
menggunakan pupuk lebih banyak dari biasanya.
Pengkajian hubungan penggunaan faktor produksi pupuk menggunakan
model linier yang merupakan fungsi produksi dan dirumuskan sebagai berikut:
Y= bo + b1X1 + e
Dimana :
Y

= jumlah produksi ubi kayu

b1

= parameter pupuk

X1

= pupuk

e

= standard error

b0

= intersept
Efisiensi faktor produksi pupuk pada usahatani ubi kayu ini diukur

dengan analisis fungsi produksi frontier, yang dilihat dari efisiensi teknis dan
efisiensi harga. Tercapainya efisiensi teknis dan efisiensi harga berarti
tercapainya efisiensi ekonomi. Untuk mengetahui jumlah penggunaan pupuk
yang optimum digunakan metode analisis optimasi dengan teori The Law of
Diminishing Returns (LDR).
Sehingga akan diperoleh hasil yang efisien atau inefisien. Jika diperoleh
hasil penggunaan pupuk yang inefisien maka penggunaan pupuk harus dikurangi
atau ditambah. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan pada
gambar 3.

Universitas Sumatera Utara

Usahatani Ubi Kayu

Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Penggunaan
Pupuk :
1. Harga Ubi Kayu
2. Biaya Pupuk
3. Pengalaman Petani
4. Pendapatan

Faktor Produksi Pupuk

Fungsi Produksi Linier

Analisis Efisiensi:
1. Efisiensi Teknis
(Analisis Frontier)
2. Efisiensi Harga
(Analisis Frontier)
3. Efisiensi Ekonomis
(Analisis Frontier)

Jumlah penggunaan
pupuk optimal menurut
teori The Law Of
Diminishing Returns
(LDR)

Penggunaan
Efisien

Penggunaan pupuk
inefisien (tidak efisien)
pupuk perlu dikurangi
atau ditambah

Keterangan :
: Menyatakan hubungan
: Menyatakan hasil

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

27
Universitas Sumatera Utara

2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori
yang telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :
1. Penggunaan pupuk pada usahatani ubi kayu tidak efisien baik secara teknis,
harga, maupun ekonomi.
2. Harga ubi kayu, biaya pupuk, pengalaman petani, dan pendapatan merupakan
faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk.

27
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Sergei)

4 90 63

Identifikasi Dan Inventarisasi Jenis Tanaman Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz.) Di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

1 95 63

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crant) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

5 67 57

Analisis Pengaruh Input Produksi Terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu Di Desa Sukasari Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

2 52 76

Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta) (Kasus: Desa Sukasari, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 14

Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta) (Kasus: Desa Sukasari, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 1

Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta) (Kasus: Desa Sukasari, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 5

Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta) (Kasus: Desa Sukasari, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai) Chapter III VI

0 0 48

Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta) (Kasus: Desa Sukasari, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 3

Analisis Efisiensi Penggunaan Pupuk Oleh Petani Pada Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta) (Kasus: Desa Sukasari, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai)

0 0 87