Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Sawi di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) di
Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan merupakan
daerah sentra produksi tanaman sayuran dan pengembangan agribisnis usahatani
sayuran di Kota Medan. Hal ini disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Luas Lahan Per Tanaman Sayuran di Kecamatan Medan Marelan
Tahun 2015.
No

Kelurahan

1.

Labuhan
Deli
Rengas
Pulau

Terjun
Tanah
Enam
Ratus
Payah
Pasir
Jumlah

2.
3.
4.

5.

Sawi
11

Luas Per Tanaman Pertanian Sayuran (Ha)
Kangkung Bayam Timun Kacang Cabai
Panjang

0
0
0
1
0

Jlh
12

32

13

14

7

18

5


99

40
35

17
20

16
20

12
11

25
19

5
5


128
122

2

0

3

0

2

0

7

120


50

53

30

65

15

368

Sumber: PPL Kecamatan Medan Marelan, 2016

3.2. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena
maka peneliti


keterbatasan

dapat menggunakan

sampel

dana, tenaga, dan waktu,

yang diambil dari populasi

tersebut. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara Sensus,

36
Universitas Sumatera Utara

37

yaitu dimana seluruh petani sawi di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel
(Usman & Akbar, 2008).
3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari petani sawi melalui wawancara dengan
berpedoman pada kuesioner, dimana sampel memberikan jawaban berdasarkan
pertanyaan yang tersedia pada kuesioner. Selain itu, peneliti juga melakukan
pengamatan langsung terhadap objek studi.
Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran umum daerah
penelitian, data demografi, data luas areal, produksi, produktivitas petani sawi.
Data sekunder diperolah dari instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik,Dinas
Pertanian, Kantor Kelurahan Terjun, buku literatur serta media internet yang
sesuai dengan penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data bertujuan untuk menyederhanakan seluruh data yang
terkumpul, menyajikan secara sistematik, kemudian mengolah, menafsirkan, dan
memaknai data tersebut. Analisis data merupakan upaya pemecahan permasalahan
penelitian untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang diteliti.
3.4.1. Metode Analisis Data untuk Tujuan 1
Tujuan 1, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani sawi dianalisis dengan Fungsi Pendapatan persamaan Regresi Liner
Berganda (Multiple Linier Regression).


Universitas Sumatera Utara

38

3.4.2. Metode Analisis Data untuk Tujuan 2
Tujuan 2, digunakan metode analisis desktiptif dengan melihat faktor
eksternal dan internal yang dihadapi petani dalam meningkatkan pendapatan
petani tersebut didaerah penelitian setelah itu digunakan metode analisis SWOT.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
Pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian digunakan untuk
memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai, maka dibuat definisi
dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi
1. Petani sawi adalah orang yang melaksanakan dan mengelolah usahatani sawi
pada sebidang tanah atau lahan.
2. Usahatani

sawi

adalah


usaha

penerapan

budidaya

sawi

dengan

pengkoordinasian faktor – faktor produksi dan sumber daya yang dimiliki
petani sawi untuk mencapai hasil produksi dan keuntungan maksimal.
3. Pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan dari usahatani tanaman
sawi dengan total biaya produksi usahatani sawi.
4. Faktor internal adalah faktor yang terdiri atas kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki petani sawi di Kelurahan Terjun Kecamatan Marelan.
5. Faktor eksternal adalah faktor yang terdiri atas peluang dan ancaman yang
dimiliki petani sawi di Kelurahan Terjun Kecamatan Marelan.
6. Strategi peningkatan pendapatan adalah hal-hal yang digunakan untuk

meningkatkan pendapatan petani sawi.
7. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi usahatani sawi.

Universitas Sumatera Utara

39

8. Strengths (kekuatan) adalah kekuatan-kekuatan yang dimiliki petani sawi.
9. Weaknesses (kelemahan) adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh
petani sawi.
10. Opportunities (peluang) adalah berbagai peluang yang muncul terhadap petani
sawi.
11. Threats (ancaman) adalah berbagai ancaman yang muncul terhadap petani
sawi.
3.5.2 Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan.
2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan tanaman sawi.
3. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2017


Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah
Daerah penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Marelan terdiri dari
lima kelurahan. Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Marelan.
Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan terletak 24 km dari ibu kota
kabupaten/kota dengan waktu tempuh 1 jam dan 26 km dari ibu kota Provinsi
Sumatera Utara dangan waktu tempuh 1 jam. Kelurahan Terjun terletak 150 meter
diatas di permukaan laut dengan suhu udara rata - rata berkisar 32° dengan curah
hujan rata-rata 600 mm/tahun, dengan luas secara keseluruhan adalah 1.605 ha
yang terdiri dari 22 lingkungan. Berdasarkan letak geografisnya, Kelurahan
Terjun memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Sicanang dan Kelurahan Paya Pasir.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanah Enam Ratus.
3. Sebelah Timur berbatasan Dengan Kelurahan Rengas Pulau dan Kelurahan
Paya Pasir.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hamparan Perak dan Perkebunan
Kelumpang Deli Serdang.
Kelurahan Terjun memiliki banyak prestasi yang pernah diraih.
Diantaranya adalah pernah menjadi Kelurahan Terbaik Kesatuan Gerakan PKKKB Kesehatan Tahun 2010 Tingkat KotaMdan, Juara 1 Kelurahan Terbaik.

40
Universitas Sumatera Utara

41

Tingkat Propinsi KB Kesehatan Tahun 2010, Kelurahan Terbaik I Kebersihan
Sepanjang Pesisir Pantai Tahun 2010 Tingkat Kota Medan, juara terbaik II
Kelurahan Mandiri Pangan Tingkat Provinsi Sumatera Utara, dan juara I Sepuluh
Pokok Program PKK Tahun 2010 Tingkat Kota Medan. Selain itu, Kelurahan
Terjun juga ditetapkan sebagai daerah pemukiman atau tempat tinggal.
4.1.2 Penggunaan Tanah
Luas lahan di Kelurahan Terjun menurut penggunaanya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Terjun Tahun 2015.
No

Jenis Lahan

1.

Sawah dan Ladang

2.

Pemukiman

3.

Lapangan Sepak Bola

4.

Fasilitas Umum

5.

Kolam
Total

Luas Lahan (Ha)

Persentase (%)

390

24,30

1.705

72,93

1,5

0,09

40,3

2,51

2,7

0,17

1,607

100

Sumber: Potensi Desa dan Kelurahan Terjun Tahun, 2016
Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas
adalah digunakan untuk pemukiman dengan luas 1.170,5 Ha (72,93%), sawah dan
ladang dengan luas 390 Ha (24,3%), fasilitas umum dengan luas 40,3 Ha (2,51%),
kolam dengan luas 2,7 Ha (0,17%), dan lapangan sepakbola dengan luas 1,5 Ha
(009%).

Universitas Sumatera Utara

42

4.1.3 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Terjun tahun 2016 adalah sebanyak 24.859 jiwa
atau 7.624 KK yang terdiri dari 12.344 laki-laki dan 12.515 perempuan dengan
kepadatan penduduk 623 jiwa per km. Penduduk yang terdapat di Kelurahan Terjun
adalah waraga negara Indonesia asli dan juga warga negara Indonesia turunan. Warga
negara Indonesia asli berjumlah 22.223 jiwa sedangkan jumlah warga negara Indonesia
turunan sebanyak 581 jiwa.

Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Terjun
Tahun 2015.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Umur
Jumlah Penduduk
0-4
2.061
5-9
2.251
10-14
2.265
15-19
2.276
20-24
1.624
25-29
1.697
30-34
1.684
35-39
1.671
40-44
2.043
45-49
1.928
50-54
1.520
55-59
1.227
60-65
427
≥66
1.129
Total
23.804
Sumber: Potensi Desa dan Kelurahan Terjun Tahun, 2016

Persentase (%)
8,65
9,46
9,52
9,58
6,82
7,13
7,07
7,03
8,56
8,10
6,39
5,15
1,80
4,74
100

Tabel 4.2. memperlihatkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat pada
kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 2.276 jiwa dengan persentase 9,58% dan

jumlah penduduk terendah berada pada kelompok umur 60-65 tahun yaitu
sebanyak 427 jiwa dengan persentase 1,80%.

Universitas Sumatera Utara

43

Data
yang

tersebut memperlihatkan bahwa penduduk di Kelurahan Terjun

tergolong

usia produktif

(15-64 tahun )

berjumlah 16.055 jiwa

(67,45%) dan usia tidak produktif sebanyak 7,749 jiwa (32,55%). Ini
menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Terjun masih tergolong usia
produktif.
Mata pencaharian penduduk Desa Terjun ini terdiri dari pegawai, petani,
nelanyan, pedagang, dan buruh harian. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2015
No

Pekerjaan

Jumlah Penduduk (jiwa)

Persentase (%)

1.

Buruh Tani dan
Petani
Pegawai Negeri
Sipil
Tenaga Medis

728

13,93

462

8,60

62

1,15

4.

Karyawan
Pemerintah

75

1,39

5.

TNI dan POLRI

135

2,51

6.

Wiraswasta

3278

61,08

7.

Nelayan

606

11,29

Total

5366

100

2.
3.

Sumber: Potensi Desa dan Kelurahan Terjun Tahun, 2016
Tabel 4.3. memperlihatkan bahwa mata pencaharian penduduk terbesar
kedua adalah sebagian besar bersumber dari Pertanian yaitu sebagai buruh tani
dan petani sebanyak 728 jiwa (13,93%) yang pada umumnya mengusahakan sayur
mayur seperti sawi, kangkung, bayam, mentimun, kacang panjang dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

44

Penduduk di Kelurahan Terjun tersebar di setiap lingkungan yang terdapat di
Kelurahan Terjun, yaitu di 22 lingkungan. Berikut akan disajikan dalam tabel di
bawah ini
Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Lingkungan Tahun 2015
No

Lingkungan

Jumlah Penduduk
(jiwa)
1.
I
668
2.
II
1.723
3.
III
1.342
4.
IV
1.895
5.
V
772
6.
VI
956
7.
VII
822
8.
VII
1.450
9.
IX
952
10.
X
1.127
11.
XI
1.183
12.
XII
1.245
13.
XIII
1.591
14.
XIV
728
15.
XV
1.802
16.
XVI
640
17.
XVII
356
18.
XVIII
1.190
19.
XIX
751
20.
XX
915
21.
XXI
958
22.
XXII
738
Total
23,804
Sumber: Potensi Desa dan Kelurahan Terjun Tahun, 2016

Persentase (%)
2,8
7,2
5,6
7,9
3,3
4,0
3,4
6,1
4,0
4,7
5,0
5,2
6,7
3,1
7,6
2,7
1,5
5,0
3,1
3,9
4,1
3,1
100

Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa jumlah penduduk terbesar berada di
lingkungan IV yaitu sebesar 1.895 jiwa (7,9%), sedangkan jumlah penduduk
terkecil berada pada lingkungan XVII yaitu sebesar 356 jiwa (1,5%).
Hubungan kekeluargaan dapat dilihat dari banyaknya kegiatan yang
dilakukan di Kelurahan Terjun seperti kegiatan gotong-royong dan beberapa
kegiatan adat seperti perkawinan maupun acara-acara lainnya.

Universitas Sumatera Utara

45

4.1.4 Sarana dan Prasarana
Infrasturktur adalah sarana atau prasana yang disediakan baik oleh
pemerintah maupun oleh swasta dalam rangka menunjang kegiatan produksi dan
proses pembangunan. Sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik dapat
mempelancar

jalannya

pembangunan

sehingga

dapat

mempengaruhi

perkembangan masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di kelurahan terjun dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

46

Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana Desa Terjun Tahun 2015
No
1.

Sarana dan Prasarana
Prasaran Kesehatan
a. Puskesmas
b. Poliklinik
c. Pos KB
d. Posyandu
e. Apotik
2.
Prasarana Pendidikan
a. Taman Kanak – Kanak
b. Sekolah Dasar
c. SLTP
d. SLTA
e. Pendidikan Non Formal
3.
Prasarana Pribadatan
a. Mesjid
b. Mushola
c. Gereja
d. Kelenteng
4.
Prasarana Air Bersih
a. Sumur Pompa
b. Sumur Gali
5.
Sarana Keamanan Lingkungan
a. Pos Keamanan Lingkungan
b. Pos Penjaga Satpam Perumahan
6.
Sarana Komunikasi
a. Pesawat Telepon
b. Pesawat Tv
7.
Kelembagaan Ekonomi
8.
Kantor Kelurahan
9.
Kelompok Tani
Sumber: Ekspose Kepala Kelurahan Terjun Tahun, 2016

Jumlah (unit)
1
9
22
12
2
3
11
5
2
3
11
21
5
1
825
1.246
22
22
127
1.857
22
1
4

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di
desa ini dinilai sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana kesehatan,
pendidikan, komunikasi, dan air bersih.

Universitas Sumatera Utara

47

Pada tabel di atas terdapat lembaga ekonomi seperti koperasi. Koperasi
juga merupakan hal yang dibutuhkan dalam proses pengembangan pertanian dan
pertmbuhan ekonomi di suatu desa. Hal ini tentu saja akan sangat membantu
petani dalam hal bantuan sarana produksi. Selain itu kelompok tani yang ada di
Kelurahan Terjun juga ada dalam kondisi yang aktif. Kelompok tani yang terdapat
di Kelurahan Terjun ada sebanyak empat kelompok yaitu kelompok tani Sedar,
Bali, Sepakat, dan Santai. Kelompok-kelompok tani ini yang akan berperan dalam
menyalurkan setiap bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada petani seperti
pupuk bersubsidi yang diterima oleh petani yaitu pupuk urea.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana ibadah di Kelurahan
Terjun sudah sudah dapat dikatan sangat cukup mendukung. Ini terlihat dari
tersedianya sarana ibadah bagi warga beragama Islam, Kristen, dan juga Budha.
Berikut akan dijelaskan tentang keadaan penduduk di Kelurahan Terjun
berdasakan dengan agama atau aliran kepercayaan masing-masing.
Tabel 4.6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama/Aliran Kepercayaan
Tahun 2015
No
1.
2.
3.
4.
5.

Agama
Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)
Islam
21.002
88,32
Kristen Protestan
1.902
7,99
Kristen Katholik
319
1,34
Hindu
46
0,19
Budha
535
2,25
Total
23.804
100
Sumber: Ekspose Kepala Kelurahan Terjun Tahun, 2016

Universitas Sumatera Utara

48

4.2 Karateristik Petani Sampel
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan
dan besarnya pendapatan yang diperoleh dalam suatu usahatani. Faktor tersebut
diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk dalam
faktor internal adalah umur petani, pendidikan atupun pengetahuan (pengalaman
berusahatani dan keterampilan), jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, dan
modal. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal adalah input, baik dari
segi ketersediannya maupun harganya, dan output, baik dari segi jumlah
permintaan maupun dari segi harga.
Karateistik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur, lama
bertani, luas lahan, pendidikan dan jumlah tanggungan kelurga. Karateristik petani
sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7. Karateristik Petani Sampel Tahun 2017
No

Uraian

Satuan

Range

Rata – rata

1.

Umur

Tahun

30-70

53

2.

Lama Bertani

Tahun

1-20

13

3.

Luas Lahan

Ha

0,04-0,68

0,21

4.

Pendidikan

Tahun

6-9

7

5.

Jumlah Tanggungan

Jiwa

1-5

3

Sumber: Lampiran 1, 2017
Umur seseorang menentukan kinerja dari orang tersebut. Semakin tua
umur seseorang, maka pekerjaan berat yang akan dilakukan akan semakin sedikit
dan begitu pula sebaliknya. Dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa umur petani
sampel di daerah penelitian berkisar antara 30 – 70 tahun dengan rata-rata umur
petani 53. Dapat dilihat bahwa petani masih berada pada kategori umur produktif
yang masih cukup berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.

Universitas Sumatera Utara

49

Semakin lama petani mengusahakan lahan usahataninya, maka akan
semakin baik pula

dalam

mengusahakan

usahataninya petani di daerah

penelitian sudah 1 – 20 tahun dalam mengusahakan usahatani sawi dengan ratarata lama berusahatani selama 13 tahun. Dari rata-rata ini dapat dilihat bahwa
petani sudah memiliki pengalaman yang cukup untuk menjalankan dan
mengembangkan usahataninya.
Luas lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses
produksi ataupun usahatani. Dalam usahatani, penguasaan lahan yang sempit
sudah pasti tidak efisien dibandingkan dengan penguasaan lahan yang luas.
Luas lahan usahatani yang dikelola akan berpengaruh terhadap jumlah
penerimaan, pendapatan, dan biaya yang akan dikeluarkan dalam usahatani
tersebut. Semakin luas lahan yang dikelola maka produksinya juga akan semakin
meningkat

sehingga semakin besar pendapatan usahatani yang diperoleh.

Dengan demikian akan semakin besar pula pembiayaan terhadap tenaga kerja
yang digunakan. Luas lahan usahatani sawi sampel di daerah penelitian berkisar
antara 0,04 – 0,68 Ha dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,21 Ha. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa luas lahan yang diusahakan oleh petani di daerah
penelitian masih tergolong kecil.
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang dalam mengelola
usahatani dimana respon petani terhadap teknologi yang sedang berkembang
sangat

bergantung

dari tingkat

pendidikannya.semakin tinggi tingkat

pendidikan petani, maka akan semakin mudah untuk mengadaptasi teknologi
dalam menjalankannya. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat sebagian besar
petani berpendidikan formal rendah. Tingkat pendidikan formal petani sampel

Universitas Sumatera Utara

50

rendah. Tingkat

pendidikan formal petani sampel di daerah penelitian berkisar

antara 6-9 tahun rata-rata 7 tahun. Dari data ini dapat dikatakan bahwa tingkat
pendidikan petani masih rendah, yaitu hanya tamatan SD.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Pendapatan Usahatani Sawi
5.1.1. Biaya Produksi Usahatani Sawi
Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani sawi per hektar dapat
dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut:
Tabel 5.1 Total Rata – RataBiaya Produksi Usahatani Sawi Per Hektar Per
Musim Tanam
No
Jenis Biaya
Per Hektar
1. Biaya Variabel
a. Benih (Rp)
43.586
b. Pupuk (Rp)
193.596
c. Pestisida (Rp)
384.000
d. Tenaga Kerja (Rp)
613.666
2. Biaya Tetap
a. Penyusutan Alat (Rp)
b. PBB/Sewa

62.125

Total

34.073
1.331.046

Sumber: Lampiran2
Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya produksi usahatani
sawi per Hektar per musim tanam adalah Rp.1.331.046 dengan rata – rata biaya
benih yaitu Rp.43.586, biaya pupuk Rp.193.596, biaya pestisida Rp.384.000,
biaya tenaga kerja Rp.616.666, biaya penyusutan Rp. 62.125 per musim tanam,
biaya PBB/sewa Rp.34.073 per musim tanam.
a. Biaya Variabel
Biaya variabel yang digunakan dalam kegiatan usahatani sawi di
Kelurahan Terjun, Kecamatan Marelan, terdiri atas biaya benih, pupuk, pestisida
dan tenaga kerja. Adapun masing – masing biaya variabel akan dijelaskan sebagai
berikut:

51
Universitas Sumatera Utara

52

1. Biaya Benih
Petani sawi di Kelurahan Terjun memperoleh benih sawi dari pedagang
yang berada di Kelurahan Terjun. Jenis benih yang digunakan yaitu benih sawi
kumala yang dibeli oleh petani di KUD. Selain itu terdapat petani yang
menggunakan benih lokal atau benih yang telah dibuat sendiri oleh petani,
sehingga

tidak

memerlukan

biaya.Harga

benihsawi

kumala

Rp.400.000/kg, dengan kebutuhan benih rata – rata sebanyak 0,108

sebesar
kg/Ha

sehingga total rata – rata biaya benih adalah sebesar Rp. 43.586
2. Biaya Pupuk
Petani sawi didaerah penelitian menggunakan berbagai macam pupuk
dalam kegiatan usahataninya, diantaranya adalah pupuk Kandang, Urea, Za. Dari
Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa biaya rata-rata penggunaan pupuk yang dikeluarkan
oleh petani pada usahatani sawi adalah sebesar Rp. Rp.193.596 per hektar.
Dengan total biaya penggunaan pupuk kandang sebesar Rp.63.313, pupuk Urea
sebesar Rp.66.416, dan pupuk Za sebesar Rp. 63.866.
3. Biaya Pestisida
Pestisida yang digunakan oleh petani sawi didaerah penelitian adalah
kurakon, baycarb, folikur yang bertujuan untuk membasmi gulma dan hama
yang ada di usahataninya. Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa biaya rata-rata
penggunaan pupuk yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani sawi adalah
sebesar Rp. 384.000,- per hektar. Dengan total biaya penggunaan kurakon sebesar
Rp. 168.000, baycarb sebesar Rp. 88.000, dan folikur sebesar Rp.128.000.

Universitas Sumatera Utara

53

4. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar
upah baik tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) maupun tenaga kerja luar
keluarga (TKLK). Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa tenaga
kerja yang digunakan adalah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga
kerja luar keluarga (TKLK). Sistem pengupahan didaerah penelitian adalah sistem
harian dengan upah pria rata-rata sebesar Rp. 60.000/hari dan upah wanita ratarata sebesar Rp.50.000/hari. Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) digunakan
pada tahap penyemaian,penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Tenaga kerja
luar keluarga (TKLK) digunakan pada tahap pengolahan tanah, penanaman, dan
pemanenan. Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan oleh petani pada usahatani sawi adalah sebesar Rp. 613.666,-per
hektar.
b. Biaya Tetap
1. Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat adanya penurunan
nilai dari alat yang mengalami penyusutan. Ada beberapa alat yang mengalami
penyusutan yaitu alat-alat pertanian dan perlengkapan milik petani. Alat-alat dan
perlengkapan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, koret,
alat semprot, dan ember. Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa biaya rata-rata
penyusutan alat pertanian yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani sawi
adalah sebesar Rp. 62.125 per hektar.

Universitas Sumatera Utara

54

2. Biaya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) / Sewa lahan
Biaya PBB merupakan biaya Pajak Bumi Bangunan yang wajib
dikeluarkan petani setiap tahun. Biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh petani pada
usahatani sawi adalah sebesar Rp. 22.833 per hektar per musim tanam.
Biaya sewa lahan merupakan biaya yang dikeluarkan petani untuk
menggunakan lahan usahtani sawi di daerah penelitian. Biaya rata-rata sewa lahan
yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani sawi adalah sebesar Rp. 12.740,- per
musim tanam sehingga rata – rata biaya PBB/ sewa lahan dari ke-30 sampel
adalah Rp.34.073.
5.1.2. Penerimaan Usahatani Sawi
Penerimaan adalah hasil yang diterima petani sawi atas penjualan hasil
usahatani sawi. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian seluruh hasil produksi
sawi dengan harga jual sawi per kilogram. Harga jual produksi didaerah penelitian
sering kali mengalami perubahan, akan tetapi perubahan harga ini bukan
ditentukan oleh petani. Rata-rata petani memperoleh harga sawi rata-rata
Rp.2.500/Kg – Rp.3.500/Kg.
Tabel 5.2. Total Rata-Rata Penerimaan Usahatani Sawi Per Hektar Per
Musim Tanam
No
Penerimaan Usahatani
Per Hektar
1.
Produksi (Kg)
2205
2.
Harga Jual (Rp/Kg)
3.016
3.
Penerimaan (Rp)
6.733.366
Sumber: Lampiran 8
Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa rata-rata penerimaan usahatani sawi
adalah Rp 6.733.366 per hektar dalam 1 musim tanam.

Universitas Sumatera Utara

55

5.1.3 Pendapatan Usahatani Sawi
Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani
dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung.
Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan bersih petani sawi di daerah
penelitian:
Tabel 5.3 Total Rata-Rata Pendapatan Petani Sawi Per Hektar Per Musim
Tanam
No
Keterangan
1
Penerimaan (Rp)
2
Biaya Produksi (Rp)
3
Pendapatan (Rp)
Sumber: Lampiran 8

Total (Rp)
6.733.366
1.331.046
5.402.320

Tabel diatas memperlihatkan bahwa pendapatan per petani dalam satu
musim tanam adalah sebesar Rp 5.402.320 per hektar. Pendapatan tersebut
merupakan pendapatan bersih petani yang telah dikurang dengan seluruh biaya
produksi yaitu biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja.
5.2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Sawi di Daerah
Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi
pendapatan yaitu pendidikan, pengalaman, umur, dan luas lahan. Akan tetapi,
sebelum dilakukannya pengujian dengan menggunakan SPSS, harus diketahui jika
data yang digunakan dalam penelitian ini sebaiknya tidak boleh menyimpang dari
asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator). Untuk menguji hal
tersebut, maka digunakan Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari Uji Normalitas,
Heterokedastisitas, dan Multikolinieritas.

Universitas Sumatera Utara

56

5.2.1. Uji Asumsi Klasik (Ordinary Least Square)
1. Uji Normalitas

Gambar 5.1. Grafik Histogram
Grafik Histogram pada Gambar 5.1. menunjukkan bahwa pola distribusi
data adalah normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi
asumsi normalitas.

Gambar 5.2. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual

Universitas Sumatera Utara

57

Gambar 5.2. menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Tabel 5.4. Hasil Uji Kolmogrov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
Normal Parameters

a,b

Most Extreme
Differences

Mean
Std.
Deviation
Absolute
Positive
Negative

30
0E-7
1321933.54677806
.135
.113
-.135
.742
.641

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
a.

Calculated from data.

Tabel 5.4. menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov Smirnov yang terdapat
pada tabel di atas adalah 0,641 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima
H1 ditolak, yang berarti distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi
normal atau sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil Uji Normalitas, baik dengan menggunakan metode
Grafik Histogram, dengan Normal P-Plot of Regression Standardized Residul,
maupun dengan menggunakan Tabel Kolmogrov – Smirnov Test, maka diperoleh
hasil bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat diproses
dengan uji selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

58

2. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5.5.Hasil Uji t-Statistik Unstandardized Residual Analisis Regresi
Linier Berganda.
Coefficientsa
t

Model

Sig.

(Constant)
Pendidikan
Pengalaman
Umur

4.194
-.179
.671
.230

.000
.859
.508
.820

Luas Lahan
b. Dependent Variable: LN

2.196

.068

1

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa tingkat signifikansi seluruh variabel
bebas lebih besar dari α (> 0,05). Signifikansi variabel pendidikan 0,859 > α
(0,05), Pengalaman 0,508 > α (0,05), Umur 0,820 > α (0,05) dan Luas lahan
0,068 > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1ditolak, yang
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi atau model regresi
merupakan homokedastisitas.
3. Uji Multikolinieritas
Tabel 5.6. Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
(Constant)
Pendidikan
1
Pengalaman
Umur
Luas Lahan
c. Dependent Variable: LN

.683
.641
.699
.625

1.465
1.560
1.430
1.600

Universitas Sumatera Utara

59

Berdasarkan Tabel 5.6. menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai
tolerance >0,1 dan VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier
pada penelitian ini bebas dari gejala multikolineritas.
Setelah dilakukan pengujian Uji Asumsi Klasik, maka diketahui bahwa
data tidak menyimpang dari asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan
Estimator) sehingga dapat diteruskan dengan Uji Kesesuaian Model (Test of
Goodness of Fit).
5.2.2. Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)
Setelah diuji menggunakan SPSS diketahui bahwa pengaruh variabel
bebas (pendidikan, pengalaman, umur, dan luas lahan) terhadap variabel terikat
(pendapatan) seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.7.Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani Sawi di Daerah Penelitian
No
1
2
3
4
5

Variabel
Konstanta
Pendidikan
Pengalaman
Umur
Luas Lahan
R Square

Koef. Regresi
-9887931.876
368777.150
734480.813
26841.844
8549946.028

Sig.
.007
.103
.000
.474
.000

0,869

Universitas Sumatera Utara

60

Dari Tabel 5.7. diperoleh persamaan:
Y = -9887931.876 + 368777.150X1 + 734480.813X2 +26841.844X3 +
8549946.028X4
Persamaan regresi diatas menjelaskan bahwa:
1. Koefisien regresi X1 (Pendidikan) bernilai 368777.150, artinya setiap kenaikan
pendidikan sebesar 1 tahun, maka pendapatan petani akan naik sebesar
Rp.368.777 dengan asumsi variabel lain konstan.
2. Koefisien regresi X2 (Pengalaman) bernilai 734480.813, artinya setiap
kenaikan pengalaman 1 tahun, maka pendapatan petani akan naik sebesar Rp.
734.480 dengan asumsi variabel lain konstan.
3. Koefisien regresi X3 (Umur) bernilai 26841.844, artinya setiap kenaikan umur
petani 1 tahun, maka pendapatan petani akan naik sebesar Rp. 26.841 dengan
asumsi variabel lain konstan.
4. Koefisien regresi X4 (Luas lahan) bernilai 8549946.028, artinya setiap
kenaikan luas lahan petani 1 Ha, maka pendapatan petani akan naik sebesar Rp.
8.549.946 dengan asumsi variabel lain konstan.
1. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi R2(R Square)
yang diperoleh adalah sebesar 0,869. Hal ini menujukkan bahwa sebesar 86,9%
variabel terikat (pendapatan) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (pendidikan,
pengalaman, umur, dan luas lahan). Sedangkan sisanya 13,1% dipengaruhi oleh
variabel lainnya yang belum dimasukkan kedalam model.

Universitas Sumatera Utara

61

2. Hasil Uji Serempak (Uji Statistik F)
Berdasarkan

Tabel

Anova pada Lampiran 8, didapat signifikansi F

sebesar 0,000 (< 0,05). Hal ini menujukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,
yang berarti variabel bebas (pendidikan, pengalaman, umur, dan luas lahan)
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (pendapatan).
3. Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)
Hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien regresi X1 (pendidikan)
bernilai 368.777.150, artinya setiap kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1 tahun,
maka pendapatan petani akan naik sebesar Rp.368.777 dengan asumsi variabel
lain konstan. Namun, nilai signifikansi t pendidikan (X1) adalah sebesar 0,103 (>
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
variabel bebas pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.
Hal ini bertolak belakang dengan teori lamanya pendidikan yang diterima
seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapan dalam keadaan tertentu. Sudah
tentu kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam
menghasilkan pendapatan (Amnesi, 2013). Berdasarkan hasil penelitian tingkat
pendidikan di daerah penelitian tergolong rendah sehingga selama ini petani tidak
bergantung pada tingkat pendidikan yang dimiliki untuk mengelola usahataninya,
tetapi bergantung kepada pengalaman dan keterampilan yang dimiliki oleh petani.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien regresi X2 (pengalaman)
bernilai 734.480.813, artinya setiap kenaikan pengalaman 1 tahun, maka
pendapatan petani akan naik sebesar Rp. 734.480 dengan asumsi variabel lain
konstan. Nilai signifikansi t pengalaman (X2) adalah sebesar 0,000 (< 0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti variabel bebas

Universitas Sumatera Utara

62

pengalaman berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.Hasil ini sesuai
dengan teori (Sumantri dkk, 2004) pengalaman berusahatani akan membantu para
petani dalam mengambil keputusan berusahatani. Semakin lama pengalaman yang
dimiliki oleh petani maka petani tersebut akan cenderung memiliki tingkat
keterampilan yang tinggi. Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani juga
akan mendukung keberhasilan pendapatan dalam usahatani.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien regresi X3 (umur ) bernilai
sebesar 26.841.844,artinya setiap kenaikan umur

petani 1 tahun, maka

pendapatan petani akan naik sebesar Rp. 26.841 dengan asumsi variabel lain
konstan. Namun, nilai signifikansi t umur (X3) adalah sebesar 0,474 (> 0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas
umur tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Hal ini sesuai dengan
teori umur seseorang

menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.

Semakin berat pekerjaan

secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan

semakin turun pula prestasinya. Maka, pendapatan yang akan diterima akan
menurun pula (Suratiyah, 2009).
Hasil estimasi

menunjukkan bahwa koefisien regresi X4 (luas lahan)

bernilai sebesar 8.549.946.028, artinya setiap kenaikan luas lahan petani 1 Ha,
maka pendapatan petani akan naik sebesar Rp. 8.549.946 dengan asumsi variabel
lain konstan. Namun, nilai signifikansi t luas lahan (X4) adalah sebesar 0,000 (>
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti
variabel bebas luas lahan berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Hal ini
sesuai dengan teori luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian.

Universitas Sumatera Utara

63

Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti
kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha,
semakin tidak efisien usaha tani dilakukan sehingga mempengaruhi tingkat
pendapatan petani (Moehar Daniel, 2004).
5.3. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Peningkatan Pendapatan Petani Sawi

yang Mempengaruhi

5.3.1. Kekuatan Usahatani Sawi
Adapun kekuatan usahatani sawi di daerah penelitian:
1.Ketersediaan Benih
Benih merupakan bagian yang sangat penting dalam input usahatani sawi.
Berdasarkan hasil penelitian benih sawi sangat tersedia didaerah penelitian,
benih sawi mudah didapatkan di KUD yang ada di Kelurahan Terjun. Kebutuhan
benih di Kelurahana Terjun sangat tersedia karena selain tersedia di KUD,
umumnya petani sawi di Kelurahan Terjun dapat membuat benih lokal agar
dapat menekan biaya produksi.
2.Ketersediaan Pupuk
Ketersediaan pupuk di Kelurahan Terjun sangat tersedia, dikarenakan
mudah didapatkan oleh petani melalui KUD dengan harga yang terjangkau,
karena adanya bantuan subsidi sehingga harga pupuk lebih terjangkau dibanding
dengan pupuk non subsidi sehingga petani tidak mengalami kesulitan. Lokasi
KUD yang strategis juga memudahkan petani untuk mendapatkan pupuk dengan
harga yang lebih terjangkau.
3.Ketersediaan Modal
Petani sawi yang berada di Kelurahan Terjun memiliki modal sendiri

Universitas Sumatera Utara

64

dalam mengelola usahataninya, karena untuk mengelola usahatani sawi
umumnya tidak memerlukan biaya produksi yang terlalu tinggisehingga petani
sawi di Kelurahan Terjun masih dapat mengelola modal sendiri untuk
menjalankan usahataninya. Dari hasil penelitian, ketersediaan modal petani di
daerah penelitian tergolong baik.
4.Ketersediaan Tenaga Kerja
Usahatani sawi di Kelurahan Terjun sebagian besar dikelolaoleh keluarga
tani yang memiliki lading (petani pemilik). Halini dikarenakan sebagian besar
petani di daerah penelitian hanya memiliki matapencaharian sebagai petani sayur
mayur. Kalaupun memiliki aktivitas yang lain,maka sumber pemasukan utama
bagi keluarga tetap dari hasil bertani.
Sementaraitu, beberapa alasan mengapa petani di daerah penelitian
mengupah orang lainuntuk mengelola kebunnya adalah faktor umur petani yang
sudah lanjut usia sehingga membutuhkan tanaga kerja tambahanuntuk diupah,
kehendak petani yang menyerahkan ladangnya untuk dikelola oranglain yang
diupahnya. Menurut petani sampel, tidak ada kesulitan dalam memperoleh
tenagakerja untuk mengelola usahatani sawi yang dimiliki petani, karena
ketersediaan tenaga kerja produktif yaitu sebesar 16.055 jiwa atau sekitar
15,64% (Potensi Desa dan Kelurahan Terjun Tahun, 2016).Hal inimenunjukkan
bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kelurahan Terjun menjadi suatu kekuatan
dalam meningkatkan pendapatan petani.
5.Tenaga Profesional
Dalam penyampaian suatu inovasi serta informasi baru kepada petani,
terutama dalam hal pertanian diperlukan orang yang ahli dalam bidangnya agar

Universitas Sumatera Utara

65

dapat membantu petani dalam menjalankan usahataninya agar menghasilkan
pendapatan yang optimal. Tenaga profesional yang tersedia didaerah penelitian
yaitu berupa penyuluh pertanian. Dari hasil penelitian, tenaga profesional yang
berada di Kelurahan Terjun tergolong aktif.
6.Keterampilan yang dimiliki petani
Keterampilan yang dimiliki petani merupakan salah satu faktor
keberhasilan usahatani sawi di daerah penelitian. Berdasarkan penelitian
keterampilan yang dimiliki petani tergolong baik, hal ini dikarenakan petani
didaerah penelitian sudah tergolong berpengalaman dalam

menjalankan

usahatani sawi, serta telah banyak mengikuti pelatihan baik yang di sediakan
oleh penyuluh maupun mengikuti kegiatan penyuluhan yang dilakukan di luar
Kelurahan Terjun.
7.Pengalaman Petani
Faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani
adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka
akan semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman petani
mengelola usahatani sawi yaitu 13 tahun. Pengalaman mengelola usahatani sawi
membantu petani dalam aktivitasnya sebagai petani sawi. Banyak hal yang dapat
dipelajari petani dalam pengembangan usahatani sawi miliknya kedepannya.
Pelajaran lainnya juga didapat petani dengan berdiskusi sekaligus meninjau
langsung usahatani sawi milik petani lainnya. Karena itu, pengalaman bertani
petani merupakan kekuatan bagi petani dalam meningkatkan pendapatan.

Universitas Sumatera Utara

66

5.3.2. Kelemahan Usahatani Sawi
Adapun kelemahan usahatani sawi di daerah penelitian:
1.Kurangnya Lahan
Lahan usahatani sawi di daerah penelitian

merupakan lahan yang

diusahakansejak lama. Luas lahan penguasaan lahan pertanian merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usahatani. Dalam
usahatani, penguasaan lahan yang sempit sudah pasti tidak efisien
dibandingkan dengan penguasaan lahan yang luas.Luas lahan usahatani yang
dikelola akan berpengaruh terhadap jumlah pendapatan yang diterima dalam
usahatani tersebut. Semakin luas lahan yang dikelola maka produksinya maka
juga akan meningkat sehingga semakin besar pendapatan usahatani yang
diperoleh. Luas lahan usahatani sawi sampel di daerah penelitian berkisar
antara 0,04 – 0,68 Ha dengan rata-rata luas lahan sebesar 0,21 Ha (Lampiran 1).
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa luas lahan yang diusahakan oleh petani
di daerah penelitian masih tergolong kecil.
2.Kurangnya Jumlah Produksi Usahatani
Jumlah produksi sawi memiliki hubungan dengan terbatasnya luas lahan
yang dimiliki oleh petani sampel, serta adanya faktor luar yang mempengaruhi
seperti serangan hama pada musim penghujan sehingga mengakibatkan
produksi petani menurun dikarenakan banyak sawi yang mengalami kerusakan.
Sehingga hal ini merupakan salah satu kelemahan yang dimiliki usahatani sawi
di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

67

3.Rendahnya Tingkat Pendidikan Petani
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Lamanya
pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapan
dalam keadaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan mengakibatkan
kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan. Berdasarkan
hasil penelitian, rata – rata tingkat pendidikan di daerah penelitian yaitu 6 - 7
tahun, dimana hal ini masih tergolong rendah.
4.Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga berkaitan erat dengan pendapatan yang
diperoleh. Keadaan ini mendorong petani untuk terus berusaha meningkatkan
pendapatan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya jika memiliki tanggungan
keluarga yang banyak. Berdasarkan hasil penelitian, rata – rata tanggungan
keluarga petani sampel yaitu 3 jiwa, sehingga petani kurang termotivasi untuk
meningkatkan pendapatannya.
5.Kurangnya Kemitraan Usahatani
Kemitraan merupakan penunjang untuk mengembangkan pengelolaan
usahatani sawi di daerah penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, petani sampel
belum memiliki kerja sama dengan lembaga seperti rumah sakit, atau
supermarket manapun untuk menampung hasil panen sawinya, sehingga petani
hanya menjual ke Pasar 5 Marelan. Dengan ketidaktersediaan kerja sama
dengan lembaga lain mengakibatkan usahatani sawi menjadi sulit berkembang
dalam mengembangkan usahataninya.

Universitas Sumatera Utara

68

5.3.3. Peluang Usahatani Sawi
Adapun peluang usahatani sawi di daerah penelitian:
1.Permintaan Pasar
Kebutuhan sayuran merupakan hal utama bagi kesehatan masyarakat
sehingga tidak dapat tergantikan. Sawi merupakan jenis sayur yang digemari
oleh masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, permintaan pasar untuk sayuran
sawi tergolong stabil, dikarenakan sawi merupakan sayuran yang wajib ditanam
oleh petani, dikarenakan banyaknya peminat sayuran sawi.
2.Harga Input
Kemudahan petani dalam mendapatkan input dengan harga yang stabil
merupakan peluang yang dimiliki oleh petani sampel di daerah penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian input yang tersedia di daerah penelitian memiliki
harga yang stabil tanpa adanya kenaikan. Input tersebut adalah benih, pupuk
serta pestisida. Adanya subsidi dari pemerintah juga merupakan peluang bagi
harga input petani.
3.Keadaan Iklim
Secara garis besar, tanaman sawi tumbuh baik pada dataran rendah
dengan kondisi iklim:suhu harian dengan kisaran 22 - 33ºC, curah hujan tahunan
rata-rata antara 500 – 2500 mm dan berada pada ketinggian 100 - 500 m diatas
permukaan laut. Hal ini sesuai dengan potensi wilayah geografis di Kelurahan
Terjun, kecamatan Marelan terletak 150 meter diatas permukaan laut dengan
suhu udara rata-rata berkisar 32° dengan curah hujan rata-rata 600 mm/tahun
(Potensi Desa dan Kelurahan Terjun Tahun, 2016).

Universitas Sumatera Utara

69

4.Penyuluhan Pertanian
Keberhasilan penyebaran suatu teknologi tidak terlepas dari peran
penyuluh pertanian yang menjalankan fungsinya. Penyuluhan pertanian
dilaksanakan untuk menambah pengetahuan para petani dalam mengelola
usahataninya agar memperoleh hasil yang menguntungkan. Jadi penyuluhan
pertanian tujuannya adalah perubahan perilaku petani, sehingga petani dapat
memperbaiki cara bercocok tanamnya agar lebih menguntungkan dan
menghasilkan pendapatan yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian penyuluhan
pertanian di daerah penelitian di daerah penelitian tergolong aktif.
5.Tingkat Kosmopolitan Petani
Tingkat kosmopolitan merupakan keterbukaan petani terhadap informasi
dari luar. Tingkat kosmopolitan petani akan mempengaruhi cepat lambatnya
petani menerima inovasi, sehingga diharapkan petani lebih aktif dalam mencari
informasi baru untuk menunjang keberhasilan usahataninya. Berdasarkan hasil
penelitian, tingkat kosmopolitan petani di daerah penelitian tergolong baik hal ini
dikarenakan tergabungnya petani sampel dengan 4 kelompok tani yang ada di
Kelurahan Terjun, sehingga petani dapat lebih mudah dalam menerima informasi
baru dari luar.
5.3.4. Ancaman Usahatani Sawi
Adapun ancaman usahatani sawi di daerah penelitian:
1.Harga Jual Sawi
Fluktuasi harga sawi ditingkat petani sawi merupakan salah satu ancaman
yang sangat dirasakan oleh petani sawi di Kelurahan Terjun Kecamatan Marelan.
Tanaman sawi merupakan tanaman hortikultura yang banyak ditanam oleh

Universitas Sumatera Utara

70

masyarakat yang berada di kawasan Kecamatan Marelan. Sehingga jika pada saat
panen raya harga sawi bisa sangat rendah, sehingga mengakibatkan petani
merugi. Berdasarkan hasil penelitian, di daerah penelitian harga sawi pada saat
panen raya hanya Rp. 20.000/bal dimana (1 bal 10 kg) atau sekitar Rp.2.000/kg,
namun pada saat panen sedikit seperti pada musim penghujan yaitu pada bulan
September hingga Desember harga sawi bisa mencapai

Rp.90.000/bal atau

sekitar Rp.9.000/kg. Ketidakpastian harga jual ini sangat berpengaruh terhadap
pendapatan petani sehingga mengalami kerugian.
2.Dukungan Pemda
Kurangnya dukungan Pemerintah Daerah terhadap seluruh petani yang
berada di Kelurahan Terjun menjadikan salah satu faktor ancaman yang di
hadapi petani sawi di daerah penelitian. Perhatian dari pemerintah daerah
dianggap belum merata kepada seluruh petani yang ada di daerah penelitian,
seperti masih terdapat petani yang belum merasakan ketersediaan alat saprodi
yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dukungan pemerintah daerah di daerah penelitian kurang baik.
3.Koordinasi antar Instansi
Dalam mengembangkan suatu usahatani yang baik tidak terlepas dari
peranan banyak pihak baik petani, pemerintah serta lembaga lembaga sosial,
pertanian maupun perekonomian yang terdapat di suatu daerah. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan koordinasi antar instansi di daerah penelitian
belum berjalan maksimal sehingga berdampak terhadap keberlangsungan
usahatani sawi di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

71

4.Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pertanian merupakan faktor penunjang yang sangat
penting untuk menunjang keberhasilan usahatani sawi. Berdasarkan hasil
penelitian, petani sampel merasakan sarana dan prasarana untuk bidang pertanian
masih kurang mendukung para petani di daerah penelitian.
5.4. Strategi Penigkatan Pendapatan Petani Sawi di Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan.
Dalam menetapkan strategi peningkatan pendapatan yang tepat bagi petani,
dilakukan identifikasi faktor – faktor internal dan eksternal yang berpengaruh bagi
petani. Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki, sedangkan melalui faktor – faktor eksternal dapat diketahui peluang dan
ancaman yang dihadapi petani sawi. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan
data yang diperoleh di daerah penelitian, maka dapat dilihat faktor – faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor – faktor eksternal (peluang dan
ancaman) usahatani sawi di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota
Medan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

72

Tabel 5.8. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Usahatani Sawi
Faktor – Faktor
Faktor Internal
1. Kekuatan

Parameter
a.

Keterse
diaan benih

b.

Keterse
diaan pupuk

c.

Keterse
diaan modal

d.

Keterse
diaan tenaga kerja

2. Kelemahan

e.

Tenaga
professional

f.

Ketera
mpilan yang dimiliki petani baik

g.

Pengala
man petani

a.

Kurang
nya lahan usahatani

b.

Kurang
nya jumlah produksi usahatani

c.

Rendah
nya tingkat pendidikan petani

d.

Jumlah
tanggungan keluarga

e.

Kurang
nya kemitraan usahatani

Faktor Eksternal
1. Peluang

2. Ancaman

a.
b.
c.
d.
e.

Permintaan pasar
Harga input
Keadaan iklim
Penyuluhan pertanian
Tingkat kosmopolitan petani

a.
b.
c.
d.

Harga jual sawi
Dukungan Pemda
Koordinasi antar instansi
Sarana dan prasarana

Universitas Sumatera Utara

73

Setelah diketahui faktor – faktor internal dan eksternal pada usahatani sawi
di daerah penelitian, selanjutnya tahap pengumpulan data, Model yang digunakan
adalah Matriks Faktor

Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi

Eksternal (EFAS).
Hasil identifikasi faktor – faktor internal yang merupakan kekuatan dan
kelemahan, rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks IFAS untuk
diberi scoring (rating x bobot) seperti Tabel 5.9 berikut:
Tabel 5.9. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)
Faktor – faktor Strategi Internal
Strengths (kekuatan)
1.
diaan benih
2.
diaan pupuk
3.
diaan modal
4.
diaan tenaga kerja
5.
proesional
6.
mpilan yang dimiliki petani
7.
man petani
Weakness (kelemahan)
1.
nya lahan usahatani
2.
nya jumlah produksi usahatani
3.
nya tingkat pendidikan petani
4.
tanggungan keluarga
5.
nya kemitraan usahatani

Ratin
g

Bobo Skor
t

Keterse

3

6,81

20,4
3
20,4
3
20,4
3
20,4
3
20,4
3
20,4
3
36,3
6

Keterse

3

6,81

Keterse

3

6,81

Keterse

3

6,81

Tenaga

3

6,81

Ketera

3

6,81

Pengala

4

9,09

Kurang

1

7,14

7,14

Kurang

2

14,28

Rendah

1

7,14

28,5
6
7,14

Jumlah

2

14,28

Kurang

1

7,14

28,5
6
7,14

Universitas Sumatera Utara

74

Selanjutnya, hasil dari identifikasi faktor – faktor eksternal

yang

merupakan peluang dan ancaman, rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel
matriks EFAS untuk diberi scoring (rating x bobot) seperti Tabel 5.10. berikut ini:
Tabel 5.10. Matriks Evaluasi Faktor – Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Faktor – Faktor Strategi Eksternal

Rating

Oppurtunities (peluang)
1.
3
ermintaan pasar
2.
4
arga input
3.
4
eadaan iklim
4.
3
enyuluhan pertanian
5.
3
ingkat kosmopolitan petani
Treaths (ancaman)
1.
1
arga jual sawi
2.
1
ukungan Pemda
3.
2
oordinasi antar instansi
4.
2
arana dan prasarana
Selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor

Bobot

Skor

8,82

26,46

11,76

47,04

11,76

47,04

8,82

26,46

8,82

26,46

8,33

8,33

8,33

8,33

16,67

33,34

16,67

33,34

strategis internal dan

faktor strategis eksternal pada Tabel 5.11 berikut:
Tabel 5.11. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor – Faktor Strategi
Internal dan Eksternal Peningkatan Pendapatan Petani Sawi
Faktor – Faktor Strategi
Faktor – Faktor Strategi Internal
Strengths (kekuatan)
1.
etersediaan benih
2.
etersediaan pupuk
3.
etersediaan modal
4.
etersediaan tenaga kerja

Rating

Bobot

Skor

K

3

6,81

20,43

K

3

6,81

20,43

K

3

6,81

20,43

K

3

6,81

20,43

Universitas Sumatera Utara

75

5.

T

3

6,81

20,43

K

3

6,81

20,43

P

4

9,09

36,36

22

50

158,94

K

1

7,14

7,14

K

2

14,28

28,56

R

1

7,14

7,14

J

2

14,28

28,56

K

1

7,14

7,14

7

50

78,54
80,4

P

3

8,82

26,46

H

4

11,76

47,04

K

4

11,76

47,04

P

3

8,82

26,46

Ti

3

8,82

26,46

17

50

173,46

H

1

8,33

8,33

D

1

8,33

8,33

K

2

16,67

33,34

S

2

16,67

33,34

6

50

83,34
90,12

enaga proesional
6.
eterampilan yang dimiliki petani
7.
engalaman petani
Total Skor Kekuatan
Weakness (Kelemahan)
1.
urangnya lahan usahatani
2.
urangnya jumlah produksi usahatani
3.
endahnya tingkat pendidikan petani
4.
umlah tanggungan keluarga
5.
urangnya kemitraan usahatani
Total Skor Kelemahan
Selisih (Kekuatan – Kelemahan)
Faktor – Faktor Strategi Eksternal
Oppurtunities (peluang)
1.
ermintaan pasar
2.
arga input
3.
eadaan iklim
4.
enyuluhan pertanian
5.
ngkat kosmopolitan petani
Total Skor Peluang
Treaths (ancaman)
1.
arga jual sawi
2.
ukungan Pemda
3.
oordinasi antar instansi
4.
arana dan prasarana
Total Skor Ancaman
Selisih (Peluang – Ancaman)

Tabel 5.11. memperlihatkan bahwa selisih faktor strategis internal
(kekuatan – kelemahan)

dalah sebesar 80,40 yang berarti bahwa pengaruh

Universitas Sumatera Utara

76

keku