Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Sawi di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI , DAN
KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka
Sawi (Brassica juncea) berasal dari wilayah tengah Asia, dekat kaki
pegunungan Himalaya. Migrasi terjadi ke pusat domestikasi sekunder di India,
wilayah tengah dan barat Cina, dan wilayah pegunungan Kaukasus. Catatan dalam
bahasa Sansekerta menunjukkan bahwa tanaman ini ditanam sejak tahun 3000 SM
(Rubatzky,1998).
Sawi (Brassica juncea) merupakan tanaman semusim yang berdaun
lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi yang termasuk family
Cruciferae, dikenal ada tiga varietas yaitu sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau,
sawi huma (Tim Penulis PS, 1993).
Sawi (Brassica

juncea)

berbeda dengan petsai (Brassica chinensis).

Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi bisa juga ditanam di dataran

rendah. Batang sawi ramping dan lebih hijau sedangkan batang petsai gemuk dan
berkelompok dengan daun dikenal juga putih kehijauan. Ciri sawi yang khas ialah
berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi yang banyak di
tanam di Indonesia sebenarnya dengan nama caisim (Nazaruddin, 2000).
Menurut Novary (1999), adapun varietas atau jenis-jenis sawi yaitu:
1. Sawi putih atau sawi jabung
Sawi ini memang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena rasanya
paling enak diantara jenis sawi lainnya. Daunnya lebar, berwarna hijau tua,
bertangkai pendek, tegap, dan bersayap. Ada dua variates sawi putih, yaitu

8
Universitas Sumatera Utara

9

varietas rugosa dan varietas prain. Varietas yang terakhir merupakan varietas
pendatang dari luar negeri.
2. Sawi hijau
Sawi hijau mempunyai rasa agak pahit sehingga jarang dikomsumsi segar.
Cara menghilangkan rasa pahit tersebut sawi ini sering diasinkan. Sawi asin dapat

diolah menjadi berbagai jenis masakan. Ukuran sawi hijau lebih kecil daripada
sawi putih. Daunnya lebar mirip sawi putih, tapi warna hijaunya lebih tua.
Batangnya sangat pendek dan tangkai daunnya pipih serta sedikit berliku, tetapi
kuat.
3. Sawi huma
Disebut sawi huma karena jenis sawi ini menyukai tempat-tempat kering
seperti tegalan atau huma. Jenis sawi ini memiliki daun yang sempit dengan warna
hijau keputih-putihan. Batangnnya kecil dan panjang dengan tangkai yang
bersayap. Jenis sawi ini cukup digemari konsumennya.
4. Sawi bakso atau caisim
Sawi ini dikenal juga dengan nama sawi cina tapi umumnya digunakan
untuk masakan-masakan cina. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna
hijau. Sawi ini bertangkai panjang, langsing, dan berwarna hijau keputihan.
Rasanya pun cukup enak, renyah,segar, dan tidak terlalu pahit.
5. Sawi keriting
Dari namanya dapat diduga bahwa daun sawi jenis ini keriting. Daunnya
berwarna hijau dan mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun yang berwarna putih.

Universitas Sumatera Utara


10

6. Sawi monumen
Sawi monumen tumbuh tegak dan berdaun kompak sehingga menyerupai
tugu atau monumen. Daunnya berwarna hijau segar dengan tangkai lebar dan
tulang daun berwarna putih. Dari sekian jenis sawi, sawi inilah yang paling besar
dan paling berat.
Tanaman ini sebenarnya bukan khas dataran tinggi karena dapat ditanam
baik di dataran rendah maupun tinggi. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan
terhadap hujan. Tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan pada saat
musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Tanah yang
gembur, banyak mengandung humus, dan drainase baik sangat cocok untuk
sawi. Derajat keasaman yang sesuai untuk tanaman ini berkisar antara 6 – 7
(Iwan, 1995).
Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah
hawa yang dingin dengan suhu antara 15º - 20º C. Pada suhu di bawah 15º C cepat
berbunga, sedangkan pada suhu di atas 20º C tidak akan berbunga (Fuad, 2010).
Perbanyakkan tanaman sawi dilakukan dengan biji. Biji sawi diperoleh
dari tanaman yang dibiarkan hingga berkembang dan akhirnya tua, berbuah, dan
menghasilkan biji. Kebutuhan benih sawi per hektarnya hanya 700 g, sebelum

dikebunkan biji sawi harus disemaikan dahulu. Benih dicampur dengan sedikit
pasir dan ditabur ke persemaian. Bibit yang sudah berdaun 4 helai dapat di
pindahkan ke lahan. Biasanya sekitar umur 3 – 4 minggu setelah semai
(Nazaruddin, 2000).

Universitas Sumatera Utara

11

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pendapatan
Menurut Teori Milton Friedman, pendapatan masyrakat dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan
sementara (transitory income). Pendapatan permanen dapat diartikan:
1.

Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan
sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan dan upah gaji.

2.


Pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan
kekayaan seseorang (Sujarno, 2008).
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani

tergantung dari beberapa

faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan,

tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan
tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat
meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat
terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian,
sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani
juga berubah (Soekartawi, 2011).
Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai
produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun
tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya setahun, dan mencakup semua
produk. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani
disebut pendapatan bersih usahatani (Soekartawi, 2011).


Universitas Sumatera Utara

12

Beberapa ukuran pendapatan petani yaitu:
a. Pendapatan kerja petani (operator labor income); diperoleh dengan menghitung
semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan
kenaikan nilai inventaris, setelah itu dikurangi dengan semua pengeluaran baik
yang tunai maupun yang tidak diperhitungkan.
b. Penghasilan kerja petani (operator farm labor earning); diperoleh dari
menambah pendapatan kerja petani ditambah dengan penerimaan tidak tunai.
c. Pendapatan kerja keluarga (family farm labor earning); merupakan hasil balas
jasa dari petani dan anggota keluarga.
d. Pendapatan keluarga (family income); yaitu dengan menjumlahkan semua
pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber.
Pendapatan rumah tangga petani bersumber dari dalam usahatani dan
pendapatan dari luar usahatani. Pendapatan dari dalam usahatani meliputi
pendapatan dari tanaman yang diusahakan oleh petani, sedangkan dari luar
usahatani bersumber dari pendapatan selain usahatani yang diusahakan.

Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi dilahan
pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan
yang di peroleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani
(Pangemanan, 2011).
I = TR – TC
Dimana:
I = Pendapatan (Income)
TR = Total Revenue (Penerimaan)
TC = Total Cost (Total biaya)

Universitas Sumatera Utara

13

2.2.1.1. Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan
1. Luas Lahan
Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani
misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien
dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak

efisien usaha tani dilakukan sehingga mempengaruhi tingkat pendapatan petani
(Moehar Daniel, 2004).
2. Umur
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.
Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin
turun pula prestasinya. Maka, pendapatan yang akan diterima akan menurun pula.
Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak
berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009).
3.Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Arti penting
pendidikan semakin terasa, terutama dalam menghadapi era globalisasi dan
perkembangan teknologi yang cepat. Pendidikan merupakan syarat utama guna
masuk ke pasar kerja dan menciptakan SDM yang handal, oleh karena itu
pendidikan masyarakat harus ditingkatkan sehingga kualitas produk dapat
meningkat. Banyaknya atau lamanya sekolah pendidikan yang diterima seseorang
akan berpengaruh terhadap kecakapan dalam keadaan tertentu. Sudah tentu
kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam

Universitas Sumatera Utara


14

menghasilkan pendapatan. Tingkat pendidikan formal dimiliki akan memajukan
tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk menerapkan apa yang
diperoleh untuk peningkatan usahanya. Pendidikan rendah mengakibatkan
kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia
(Amnesi, 2013).
4. Lamanya berusahatani
Pengalaman berusahatani akan membantu para petani dalam mengambil
keputusan berusahatani. Semakin lama pengalaman yang dimiliki oleh petani
maka petani tersebut akan cenderung memiliki tingkat ketrampilan yang tinggi.
Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani juga akan mendukung
keberhasilan dalam usahatani (Sumantri dkk, 2004).
5. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan keluarga berkaitan erat dengan pendapatan yang
diperoleh. Keadaan ini mendorong petani untuk terus berusaha meningkatkan
pendapatan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Besar kecilnya jumlah
tanggungan keluarga sangat mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran petani
karena semakin besar jumlah tanggungan keluarga akan semakin banyak

keperluan
keluarga

hidup, terlebih lagi jika sebagian besar dari jumlah tanggungan
tersebut

tidak

produktif. Sebaliknya, semakin kecil jumlah

tanggungan keluarga akan memberikan gambaran hidup yang lebih sejahtera bagi
petani (Soekartawi, 2011).
6. Biaya Produksi
Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku,

Universitas Sumatera Utara

15


baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terjadi menjadi dua,yaitu
biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara
fisik, misalnya berupa uang. Sementara itu, biaya implisit adalah biaya yang tidak
terlihat secara langsung, misalnya biaya kesempatan dan penyusutan barang
modal (Prasetyo, 2008).
Biaya yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani sebagai
manajer dan juru tani dalam mengelola usahtaninya. Seberapa besar tingkat
penggunaan biaya produksi maka akan menurunkan pendapatan usaha taninya
(Suratiyah, 2009).
7. Tingkat Kosmopolitan Petani
Tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun
hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya diharapkan akan memberikan
inovasi baru bagi para petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat
kosmopolitan dapat diukur dari perkembangan sumber inovasi baru, antara lain
media elektronik, media cetak dan berpergiannya petani keluar daerah tempat
tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memasarkan hasil usaha tani
mereka serta mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi pertanian
untuk mengembangkan usahatani mereka (Fauzia dan Tampubolon, 1991).
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu
faktor internal seperti unsur tanah, air, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja,
modal, dan jumlah tenaga kerja. Selain faktor internal juga terdapat faktor
eksternal, yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, harga, sarana
produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan (Hernanto, 1994).

Universitas Sumatera Utara

16

Dalam peningkatan pendapatan, maka petani harus berusaha untuk
meningkatkan hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan
memaksimalkan faktor produksi terutama tenaga kerja yang merupakan salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi dalam usahatani keluarga (Pangemanan, 2011).
Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur
penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil
perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran
atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut. Produksi berkaitan dengan
penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih
harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai
dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).
Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan
sangatlah kompleks. Namun demikian faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua
golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal(Suratiyah, 2015), seperti
gambar berikut:
Faktor Internal

Faktor Eksternal
1. Input
a.Ketersediaan
b.Harga
2. Output
a.Permintaan
b.Harga

1. Umur petani.
2. Pendidikan, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan.
3. Jumlah tenaga kerja keluarga.
4. Luas lahan.
5. Modal .

Usahatani

Biaya dan Pendapatan
Gambar 2.1. Faktor Internal dan Eksternal
Universitas Sumatera Utara

17

Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga
untuk

bekerja

atau

berusaha

lebih

giat

untuk

memenuhi

kebutuhan

hidupnya. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan
besarnya modal yang dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani
cenderung lebih berani menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan
tersedianya dana yang cukup untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang
rendah menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.
Fungsi Pendapatan Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui
hubungan antara input dan output serta mengukur pengaruh dari berbagai
perubahan harga dari input terhadap pendapatan. Fungsi Keuntungan Regresi
Linier Berganda merupakan cara yang banyak peminatnya karena dianggap bahwa
petani atau pengusaha mempunyai sifat memaksimumkan keuntungan, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Secara matematis Fungsi Pendapatan
Regresi Linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut (Tavi, 2014):
Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 +µ
Dimana :
Y

: Pendapatan (Rp/bln)

X1

: Pendidikan (tahun)

X2

: Pengalaman (tahun)

X3

: Umur (tahun)

X4

: Luas lahan (Ha)

B0

: Konstanta

B1,2,3,

: Koefisien regresi

Universitas Sumatera Utara

18

2.2.1.1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum data digunakan dalam proses regresi (Uji Kesesuaian Model),
maka

data

setiap

variabel

tersebut

dilakukan

Uji

Asumsi Klasik

meliputi Uji Normalitas, Multikolinieritas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas
(Soekartawi, 1995).
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui,
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak dalam model regresi dengan Program SPSS adalah sebagai berikut:
a. Analisis Grafik
Melihat Grafik Histogram yang membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendekati distribusi normal dan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Dengan kriteria uji sebagai berikut: Jika data menyebar di sekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal atau Grafik Histogramnya menunjukkan pola
berdistribusi normal, menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas; jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau Grafik Histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
menunjukkan bahwa model regresi tidak memenuhi Asumsi Normalitas.
b. Uji Normalitas Kolgomorov-Smirnov

Universitas Sumatera Utara

19

Konsep dasar dari Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi
normal baku.
Kriteria uji sebagai berikut:
Jika signifikansi > α : Ho diterima atau H1 ditolak.
Jika signifikansi < α : Ho ditolak atau H1diterima.
Dimana:
Ho: data residual berdistribusi normal;
H1: data residual tidak berdistribusi normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, terjadi perbedaan varian residual dari suatu periode pengamatan
kepengamatan yang lain. Jika varian residual dari suatu periode pengamatan
kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika varian berbeda,
maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana variabel-variabel bebas
saling berkorelasi satu dengan lainnya. Persamaan Regresi Linier Berganda yang
baik adalah persamaan yang bebas dari adanya multikolinieritas antara variabel
variabel bebasnya. Sebagai alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur ada
tidaknya variabel yang berkorelasi, maka digunakan alat Uji Statistik
Multikolinieritas (collinierity statistics) dengan menggunakan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dan nilai Toleransi. Dimana apabila nilai toleransi

Universitas Sumatera Utara

20

(tolerance) > 0,1 dan nilai VIF < 10 menunjukkan bahwa model Regresi Linier
Berganda terbebas dari masalah Multikolinieritas.
2.2.1.2.

Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari goodness of fit-nya. Secara statistik, ini dapat diukur dari nilai koefisien
determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis
(daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Koefisien yang dihasilkan
dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian
diinterpretasikan serta dilihat siginifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti.
1. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (dependent).
Koefisien determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel
variabel bebas (independent) menjelaskan variabel terikat (dependent).
2.

Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F)
Uji Serempak (Uji F) pada dasarnya menunjukkan apakah secara serempak

semua variabel bebas (independent) yang dimasukkan dalam model berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat (dependent).
Uji Serempak (Uji F) dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik
koefisien regresi secara serempak. Untuk menguji hipotesis, yaitu analisis faktorfaktor yang mempengaruhi pendapatan petani sawi, digunakan Uji F. Dengan
kriteria uji sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

21

Jika F hitung < F tabel atau jika signifikansi F > α0,05 : Ho diterima atau H1
ditolak.
Jika F hitung > F tabel atau jika signifikansi F < α0,05 : Ho ditolak atau H1
diterima.
3.

Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Uji Parsial (Uji t) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel bebas (independent) secara parsial dalam menerangkan variasi
variabel terikat (dependent). Uji Parsial (Uji t) dimaksudkan untuk mengetahui
signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial.
Untuk menguji hipotesis, yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan petani sawi, digunakan uji t. Dengan kriteria uji sebagai berikut:
Jika t hitung < t tabel atau jika signifikansi t > α: Ho diterima atau H1 ditolak.
Jika t hitung > t tabel atau jika signifikansi t < α: Ho ditolak atau H1 diterima
(Soekartawi, 1995).
2.2.2. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis yang klasik.
Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan
ekternal dan ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini
menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan oleh mereka (Daniel, 2002).
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan
strategi

perusahaan.

Analisis

ini

didasarkan

pada

logika

yang

dapat

memaksimalkan kekuatan (strengts) dan peluang (opportunities), namun secara

Universitas Sumatera Utara

22

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Keputusan strategis perusahaan perlu pertimbangan faktor internal yang
mencakup kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal yang mencakup
peluang dan ancaman. Oleh karena itu, perlu adanya pertimbangan-pertimbangan
penting untuk analisis SWOT (Rangkuti, 2004).
Dalam mengidentifikasi berbagai masalah yang timbul dalam perusahaan,
maka sangat diperlukan penelitian yang sangat cermat sehingga mampu
menemukan strategi yang sangat cepat dan tepat dalam mengatasi masalah yang
timbul dalam perusahaan. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam
mengambil keputusan antara lain:
1. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan oleh perusahaan
tersebut seperti halnya keunggulan dalam produk yang dapat diandalkan, memiliki
keterampilan dan berbeda dengan produk lain, sehingga dapat membuat lebih kuat
dari para pesaingnya. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau
keunggulan - keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang
dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus
yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan
terdapat pada sumber daya, keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan
pembeli-pemasok, dan faktor - faktor lain.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya
yang ada pada perusahaan baik itu keterampilan atau kemampuan yang menjadi
penghalang bagi kinerja organisasi. Keterbatasan atau kekurangan dalam sumber

Universitas Sumatera Utara

23

daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif
perusahaan.

Fasilitas,

sumber

daya

keuangan,

kapabilitas

manajemen,

keterampilan pemasaran, dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan.
3. Peluang (Opportunity)
Peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi suatu
perusahaan, serta kecenderungan-kecenderungan yang merupakan salah satu
sumber peluang.
4. Ancaman (Treats)
Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan dalam
perusahaan jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi perusahaan yang
bersangkutan baik masa sekarang maupun yang akan datang (Rangkuti, 2004).
Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data
yang terdiri atas tiga model yaitu:
a. Matriks Faktor Strategi Internal
Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS.
1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).
2. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya
pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik),
nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan
nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.
3. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3).
Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap posisi strategis perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

24

4. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh
skoring dalam kolom 4.
5. Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan
bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana
perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.
Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan
kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke Tabel Matriks Faktor Strategi
Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian di perbandingkan antara total
skor kekuatan dan kelemahan.
b. Matriks Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS.
1. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).
2. Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya
pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat
baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap
kekuatan nilai “rating” terhadap kelemahan bersifat negatif, kebalikannya.
3. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3).
Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap posisi strategis perusahaan.
4. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh
skoring pada kolom 4.
5. Jumlah skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi
perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana

Universitas Sumatera Utara

25

perusahaan

tertentu

bereaksi

terhadap

faktor-faktor

strategi

eksternalnya(Situmorang dan Dilham, 2007).
Menurut Rangkuti (1997), untuk menentukan bobot masing – masing
faktor tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi 50 pada kolom 3 dengan rumus
sebagai berikut:

c. Matriks Posisi
Matriks evaluasi posisi dan tindakan strategis (strategic position and action
evaluation - SPACE matrix) adalah suatu alat yang penting dalam mencocokkan
strategi. Hasil analisis pada tabel matriks faktor internal dan faktor eksternal
dipetakan pada matriks evaluasi posisi dan tindakan strategis dengan cara sebagai
berikut:
1. Sumbu horizontal (X) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan
sumbu vertikal (Y) menunjukkan peluang dan ancaman.
2. Posisi perusahaan ditentukan sebagai berikut:
a. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai Y > 0, sebaliknya
jika peluang lebih kecil daripada ancaman maka nilai Y < 0.
c. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai X > 0,
sebaliknyajika kekuatan lebih kecil daripada kelemahan maka nilai X < 0
(David, 2004).

Universitas Sumatera Utara

26

Faktor Eksternal
F
a
k
t
o
r

Y (+)

Kuadran III
Strategi Turn - Around

Kuadran I
Strategi Agresif
X (+)

Kuadran IV
Strategi Defensif

Kuadran II
Strategi Diversifikasi

I
n
t
e
r
n
a
l

Gambar 2.2. Matriks Posisi SWOT
Keterangan:
1. Kuadran I
Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan berada pada kondisi yang
baik untuk menggunakan kekuatan internalnya guna memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif (growth oriented strategy).
2. Kuadran II
Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan masih memiliki kekuatan
dari sisi internal walaupun menghadapi berbagai ancaman. Strategi yang harus
diterapkan adalah penggunaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara diversifikasi (baik produk ataupun pasar).
3. Kuadran III
Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan menghadapi peluang besar,
namun memiliki kendala dari sisi internal. Perusahaan sebaiknya tetap berada
dekat dengan kompetensi dasar perusahaan dan tidak mengambil risiko

Universitas Sumatera Utara

27

berlebihan. Fokus strategi perusahaan pada kondisi ini adalah meminimalkan
kendala-kendala internal perusahaan sehingga dapat memanfaatkan peluang.
4. Kuadran IV
Posisi ini mengimplikasikan bahwa perusahaan berada pada situasi yang
sangat sulit karena menghadapi berbagai ancaman dan memiliki banyak
kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan pada kondisi ini adalah
memperbaiki kelemahan dan menghindari ancaman (David, 2004).
Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis yaitu:
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman. Matriks analisis SWOT dapat dilihat pada tabel matriks di
bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

28

Tabel 2.1. Matriks Analisis SWOT
IFAS

STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
 Tentukan 5-10 faktor
 Tentukan
5-10
kekuatan internal
faktor kelemahan
internal
OPPURTUNITES
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Ciptakan strategi
yang Ciptakan strategi yang
(O)
kekuatan meminimalkan kelemahan
 Tentukan 5- menggunakan
memanfaatkan untuk
memanfaatkan
10
faktor untuk
peluang.
peluang.
peluang
eksternal
TREATH (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
yang Ciptakan strategi yang
 Tentukan 5- Ciptakan strategi
kekuatan meminimalkan kelemahan
10
faktor menggunakan
untuk mengatasi ancaman .
dan menghindari ancaman.
ancaman
Eksternal
Sumber:Rangkuti,2008.
EFAS

2.3. Penelitian Terdahulu
Rizki T. H (2016) dalam penelitiannya berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Kopi Sipirok.Data dianalisis dengan
Analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linier Regression), selanjutnya
menghitung pendapatan usahatani kopi dan analisis nilai tambah (value added)
dengan menggunakan Metode Hayami pada penggolahan kopi bubuk. Dengan
pendapatan usahatani sebesar Rp.4.718.875 per petani dan pendapatan rata-rata
per hektar sebesar Rp.13.040.903,28. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
produktivitas lahan, harga jual kopi, biaya bibit berpengaruh terhadap pendapatan
petani, tetapi pengalaman bertani dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani.
Fritz (2014) menjelaskan dalam penelitiannya

yang berjudul Strategi

Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Labuhan Batu
Selatan. Mengidentifikasi masalah bagaimana strategi peningkatan pendapatan

Universitas Sumatera Utara

29

petani karet di Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dianalisis dengan Analisis
Deskriptif dengan menggunakan matriks SWOT yang bertujuan untuk
menghasilkan strategi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi peningkatan
pendapatan petani karetrakyat di Kabupaten LabuhanBatu Selatan adalah
memanfaatkan kondisi iklim danlahan serta tenaga kerja yang tersedia untuk
meningkatkan produksi getah karet;menjual getah karet kepada pembeli yang
menawarkan harga tinggi; memberikanbantuan bibit karet unggul dan modal
kepada petani karet; meningkatkan modal dengan mengoptimalkan permintaan
getah karet; melaksanakan penyuluhan untuk menambah wawasan petani dalam
berkebun karet; menemukan solusi yang tepatuntuk mencegah adanya tanaman
karet yang terserang penyakit dan mengobati tanaman karet yang terserang
penyakit; melaksanakan tindakan pemeliharaan tanaman karet dengan baik untuk
mengurangi risiko terserang penyakit tanaman karet; menanam bibit karet unggul
dan mengelola kebun karet dengan baik agarkualitas getah karet yang dihasilkan
dapat bersaing dengan pesaing penghasilgetah karet.
Sri

Novi

Y. (2014)

dalam

penelitiannya

yang berjudulStrategi

Peningkatan Pendapatan Petani Padi Organik. Adapun metode analisis yang
digunakan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan
petani padi organik melalui metode deskriptif serta metode yang digunakan untuk
mengetahui strategi peningkatan pendapatan petani padi organik adalah dengan
menggunakan metode SWOT. Hasil Penelitian diperoleh: dari hasil analisis
matriks IFAS dan EFAS diketahui hasil nilai dari IFAS adalah 321,7 dimana nilai
kekuatan sebesar 159,2 dan kelemahan sebesar – 162.5 dan Nilai EFAS adalah
298.44 dimana nilai peluang 173.46 dan nilai ancaman - 124.98, strategi yang

Universitas Sumatera Utara

30

dapat diterapkan di daerah penelitian dalam upaya untuk meningkatkan
pendapatan petani adalah Strategi Agresif (Strategi SO) yaitu meningkatkan
produksi dengan memanfaatkan akses kredit dan lahan kosong dan melakukan
perluasan daerah pemasaran beras organik.
Timoteus J. P. (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor –
Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah. Faktor luas lahan,
biaya produksi, dan harga gabah kering panen (GKP) mempengaruhi pendapatan
petani padi sawah, program apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam
meningkatkan usahatani padi sawah, masalah apa saja yang kerap dihadapi petani
padi sawah dalam meningkatkan pendapatan petani padi sawah, cara petani
menghadapi masalah yang ada dalam meningkatkan pendapatan petani padi
sawah. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif dan Analisis
Regresi Linier Berganda, dengan menggunakan SPSS 16. Jumlah sampel petani
ialah 10 petani dengan luas lahan lebih dari 1 Ha dan 20 petani dengan luas lahan
kurang dari 1 Ha. Hasil dari penelitian ialah faktor dari luas lahan, biaya produksi
dan harga berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah. Produksi
petani padi sawah di daerah penelitian rata – rata 8 ton per Ha.
Arisa V. L. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
Peningkatan

Pendapatan

Usahatani

Ubi

Kayu.Metode

analisis

Strategi
untuk

menganalisis pendapatan usahatani digunakan Analisis Deskriptif untuk melihat
faktor internal dan eksternal dalam peningkatan pendapatan usahatani di daerah
penelitian dan Analisis SWOT untuk mengidentifikasi strategi. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa: besar pendapatan usahatani ubi kayu rata-rata adalah
Rp.27.665.125,- per sekali musim tanam. Faktor Internal yang ada pada

Universitas Sumatera Utara

31

peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah motivasi petani, pengalaman
petani, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, lahan yang sesuai, pemasaran
mudah, kurang modal, penggunan pupuk tidak maksimal, biaya tenaga kerja
mahal, lahan sempit, tingkat adopsi teknologi. Faktor eksternal yang ada pada
peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah akses kredit, tersedia bibit dan
pupuk, nilai ekonomis ubi kayu, lahan kosong, kebutuhan konsumen, musim
penghujan,naik harga input, kelangkaan tenaga kerja luar keluarga, serangan hama
penyakit, harga jual ubi kayu rendah. Strategi peningkatan pendapatan usahatani
yang sesuai adalah strategi WO yaitu dengan meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang yang ada.
Amanda R. N. Y. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Petani Jagung. Metode analisis
yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
jagung di daerah penelitian adalah dengan menggunakan Fungsi Produksi Model
Coob-Douglass dan metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di daerah penelitian adalah Fungsi
Pendapatan Persamaan Regresi Linier Berganda (Multiple Linier Regression).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: secara serempak, variabel luas lahan, jenis
bibit, jumlah pestisida, jumlah pupuk, dan tenaga kerja /berpengaruh signifikan
terhadap produksi jagung di daerah penelitian, namun secara parsial variabel jenis
bibit, jumlah pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi
jagung, sedangkan variabel luas lahan dan jumlah pupuk tidak berpengaruh
signifikan terhadap produksi jagung di daerah penelitian; Secara serempak
variabel harga jual jagung, biaya lahan, biaya bibit, biaya pestisida, biaya pupuk,

Universitas Sumatera Utara

32

upah tenaga kerja, dan biaya alsintan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
petani jagung di daerah penelitian. Secara parsial, variabel harga jual jagung,
biaya lahan, biaya bibit, biaya pupuk, upah tenaga kerja, dan biaya alsintan
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung, sedangkan variabel
biaya pestisida tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani jagung di
daerah penelitian.
2.4. Kerangka Pemikiran
Kelurahan Terjun Kecamatan Marelan Merupakan salah satu sentra
penghasil sayuran terbesar di Kota Medan. Salah satunya usahatani sawi, hal ini
menunjukkan bahwa usahatani sayuran sawi menjadi sektor utama masyarakat
setempat sebagai sumber mata pencaharian.
Namun, dikenal sebagai salah satu sentra penghasil sayuran belum tentu
menjamin kesejahteraan petani sawi di Kelurahan Terjun Kecamatan Marelan.
Kesejahteraan petani yang dirasakan masih kurang,akhirnya berimbas kepada
pengelolaan usahatani yang dilakukan seadanya.
Pendapatan petani merupakan indikator kesejahteraan masyarakat.
Semakin tinggi pendapatan petani maka kehidupan masyarakat juga semakin
sejahtera. Pendapatan petani sawi ditentukan oleh beberapa hal seperti harga dan
produktivitas.
Pendapatan petani akan meningkat apabila pasar dapat memberikan harga
yang tinggi kepada petani, namun akan menurun apabila pasar memberikan harga
yang rendah, untuk meningkatkan kesejahteraan diperlukan peningkatan
produktivitas sehingga produksi meningkat sekaligus dapat meningkatkan
pendapatan petani.

Universitas Sumatera Utara

33

Setiap usahatani yang dijalankan tentunya memiliki faktor internal dan
faktor eksternal yang mempengaruhi pendapatan petani. Diperlukan penentuan
alternatif strategi dalam peningkatan pendapatan dengan menggunakan analisis
SWOT. Setelah dilakukan analisis SWOT, maka kita dapat menetukan strategi
peningkatan apa yang cocok dan bisa diterapkan untuk meningkatkan pendapatan
petani sawi di daerah penelitian. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat
dilihat pada skema gambar berikut:

Universitas Sumatera Utara

34

Secara sistematis, kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:

PETANI

Usahatani Sawi

Faktor – faktor yang
mempengaruhi:
1.
2.
3.
4.

Pendidikan
Pengalaman
Umur
Luas lahan

Pendapatan Petani
Internal

(S)
Kekuatan

Eksternal

(W)
Kelemahan

(O)
Peluang

(T)
Ancaman

Strategi Peningkatan
Pendapatan

Keterangan:
: Ada hubungan
Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

35

2.5. Hipotesis Penelitian
1.Ada pengaruh pendidikan , pengalaman, umur, dan luas lahan terhadap
pendapatan petani sawi di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara