Penetapan Kadar Aspartam Pada Alangsari Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Zat Pemanis Sintetik
Zat pemanis sintetik merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau
dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut,
sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula. Umumnya
zat pemanis sintetik mempunyai struktur kimia yang berbeda dengan struktur
polihidrat gula alam. Meskipun telah banyak ditemukan zat pemanis sintetik,
tetapi hanya beberapa saja yang boleh dipakai dalam bahan makanan dan
minuman.
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan
digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan
makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan citra rasa dan aroma,
memperbaiki sifat-sifat fisik, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan
sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dengan jumlah kalori
terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan,
menngurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama
(Eriawan, 2002).
Pemanis memiliki rasa manis 180 kali sukrose, yang disebut dengan

aspartame (phenylalanyl-aspartic acid dipeptide). Pada awalnya, dipeptide ini
mungkin dapat menyebabkan tumor otak pada tikus dan hewan-hewan
laboratorium lain, tetapi didukung oleh pegamatan lain. FDA memperkirakan
bahwa pemanis ini tidak banyak meningkatkan keterbelakangan mental terlihat

Universitas Sumatera Utara

5

dengan fwenilketonurik yang tidak tediagnosis walaupun konsumsi meningkat
sampai 3 mg fenilalanin kg/hari. Sebagai dipeptida yang terdiri dari asam amino
secara normal konsumsinya dalam jumlah besar (dalam bentuk protein) tidak
diharapkan karena pemanis tersebut tebukti berbahaya bagi manusia dan hewan.
Sebagai substitusi untuk sakarin, aspartam mempunyai satu kekurangan karena
kehilangan rasa manisnya (karena terhidrolisis) kalau lama diekspos dengan air
atau panas, oleh karena itu tidak dapat digunakan secara baik dalam persiapan
produk suatu bahan makanan (Linder,1992).
Berdasarkan

Peraturan


Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

208/Menkes/Per/1V/1985, contoh pemanis buatan adalah sakarin, siklamat,
aspartam, dulsin, sorbitol sintetis dan nitro-propoksi-anilin. Diantara berbagai
jenis pemanis buatan atau sintetis, hanya beberapa saja yang diizinkan
penggunaannya dalam makanan maupun minuman, diantaranya sakarin, siklamat
dan aspartam dalam jumlah yang dibatasi atau dengan dosis tertentu.
Sekalipun penggunaannya diizinkan, pemanis buatan dan juga bahan
kimia yang lain sesuai peraturan penggunaannya harus dibatasi. Alasannya,
meskipun pemanis buatan tersebut aman dikonsumsi dalam kadar yang kecil,
tetap saja dalam batas-batas tertentu akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan
manusia maupun hewan yang mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut dikenal
ADI (Acceptable Daily Intake) atau asupan harian yang dapat diterima. ADI

merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam mg/kg berat badan yang
dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek yang merugikan
kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

6

Berikut adalah batasan – batasan penggunaan bahan tambahan makanan dan
minuman menurut PERMENKES RI dan ADI, Seperti yang dinyatakan pada tabel
2.1 adalah :
Tabel 2.1 Batasan penggunaan bahan tambahan makanan dan minuman menurut
PERMENKES RI dan ADI.
ZAT ADIKTIF

Batasan PERMENKES

Batasan ADI / kg berat

RI / kg makanan


badan

BHA

100 mg – 1000 mg

0 – 0,3 mg

BHT

100 mg – 1000 mg

0 – 0,125 mg

Asam asetat

Secukupnya

Tidak ada batasan


Asam sitrat

5 g – 40 g

Tidak ada batasan

Sakarin

50 mg – 300 mg

-

Siklamat

500 mg – 3 g

0 – 11 mg

Aspartame


500 mg -5500 mg

0 – 40 mg

Asam benzoat

600 mg – 1 g

0,5 mg

Asam sorbat

500 mg – 3 g

0,25 mg

MSG

Secukupnya


0 – 120 mg

Eritrosin

30 mg – 300 mg

0 – 0,6 mg

Karmoisin

50 mg – 300 mg

0 – 4 mg

Tartrazin

30 mg – 300 mg

0 – 7,5 mg


Caramel

150 mg – 300 mg

Tidak ada batasan

Beta karoten

100 mg – 600 mg

-

Universitas Sumatera Utara

7

Tujuan Penggunaan Pemanis Sintetis
Pemanis ditambahkan ke dalam bahan pangan mempunyai beberapa tujuan
diantaranya sebagai berikut :

1. Sebagai pangan bagi penderita diabetes melitus karena tidak menimbulkan
kelebihan gula darah.
2. Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan.
3. Sebagai penyalut obat, beberapa obat mempunyai

rasa yang tidak

menyenangkan, karena itu untuk menutupi rasa yang tidak enak dari obat
tersebut.Pemanis lebih sering digunakan untuk menyalut obat karena umumnya
bersifat higroskopis dan tidak menggumpal.
4. Pada industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintetis
dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi (cahyadi,2009).
Kebanyakan industri makanan dan minuman menggunakan campuran
pemanis karena adanya campuran pemanis yang dapat menghilangkan sisi lain
dari satu . Selain itu pemanis dengan pemanis lainnya, contohnya yang paling
umum digunakan sakarin siklamat, adanya asa pahit/getir setelah penggunaan
sakarin dapat ditutupi dengan siklamat dan adanya rasa tidak menyenangkan
setelah penggunaan siklamat untuk bebetapa orang dapat ditutupi dengan sakarin
sakarin-aspartam yang dapat menghilangkan rasa pahit pada sakarin dan dapat
menambah daya simpan dari aspartam (Rohman, 2011).


Universitas Sumatera Utara

8

2.2 Kelompok Pemanis
Secara garis besar pemanis secara langsung maupun tidak langsung dibedakan
dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1. Pemanis berkalori
Pemanis berkalori disebut juga pemanis bergizi, merupakan sumber kalori instan
bagi orang-orang sehat terutama bagi kelompok usia yang sedang bertumbuh.
Pemanis berkalori memiliki banyak fungsi. Selain memberikan rasa manis pada
produk pangan. Juga berguna untuk :
-

Menambah berat produk pangan, misalnya pada obat, jamu atau suplemen
makanan.

-


Memberikan kesegaran pada produk sehingga turut menunjang mutu
pangan.

-

Sebagai pengisi dalam produk minuman berkarbonasi.

Kategori Pemanis Berkalori antara lain :
a. Gula Kristal (Sukrosa)
Biasanya diperoleh dari tebu,kelapa atau bit. Energi yang dihasilkannya
sebesar 4 kalori per gram. Sukrosa inilah yang dinamakan “gula” dalam
bahasa sehari-hari.
b. Fruktosa
Secara alamiah fruktosa terdapat pada semua buah-buahan dalam kadar
beragam. Fruktosa huga menghasilkan energi sebesar 4 kalori per gram.

Universitas Sumatera Utara

9

Pada orang-orang tertentu, pengonsumsian fruktosa lebih dari 20 gram
dapat mengakibatkan diare.
c. Glukosa
Pemanis ini terdapat pada buah-buahan dalam jumlah sangat sedikit.
Glukkosa merupakan bentuk kaarbohidrat yang sederhana karena berasal
dari proses pencernaan.
d. Madu
Madu merupakan campuran dari fruktosa, glukosa dan air.
e. Laktosa
Secara alamiah terdapat dalam susu. Zat pemanis ini terdiri dari glukosa
dan galaktosa.
f. Maltosa
Gula ini dihasilkan melalui fermentasi. Contohnya ditemui pada minuman
bir dan roti.

2. Pemanis Kurang Kalori
Pemanis kelompok kurang kalori dikenal sebagai pengganti gula.
Perbandingan pemakaiannya 1:1. Artinya untuk menghasilkan tingkat
manis yang sama, satu sendok pemanis rendah kalori dapat menggantikan
satu

sendok

gula.

Keungggulan

pemanis

kurang

kalori

adalah

menghasilkan energi lebih sedikit dibandingkan pemanis berkalori.
Kategori Pemanis Rendah Kalori antara lain :
a. Poliol monosakarida
Terdiri dari : Manitol, Sorbitol, Xylitol dan Eritritol.

Universitas Sumatera Utara

10

b. Poliol Disakarida
Terdiri dari : Laktitol, Isomalt dan Maltitol.
c. Poliol Polisakarida
Terdiri dari : Hidrolisat pati hidrogenasi
3. Pemanis Nonkalori
Umumnya pemanis nonkalori yang tersedia di pasar dibuat dari bahan
sintetis atau bahan-bahan kimia. Pemanis nonkalori sintetis ini digunakan
industri produk pangan. Senyawa ini bekerja sangat efektif dan efesien
dalam mendatangkan rasa manis.Para ahli memang sengaja membuat
pemanis nonkalori ini memiliki kadar manis yang kuat, jauh lebih kuat
dari manis gula alami atau sukrosa. Tingkat kemanisannya memberikan
kemanisan 200 kali lipat lebih tinggi dari manis gula.
Kategori Pemanis Nonkalori antara lain :
a. Siklamat
Tingkat kemanisannya 30 kali lipat manis gula.
b. Aspartam
Tingkat kemanisannya sekitar 160-220 kali lebih kuat dari gula.
c. Acesulfan-K
Rasa manisnya sekitar 200 kali lipat manis gula.
d. Sakarin
Menilliki rasa manis 300 kali lipat lebih kuat dibanding gula.
e. Alitam
Rasa manisnya sangat kuat, sekitar 2000 kali lipat gula (Syah, 2005).

Universitas Sumatera Utara

11

2.3. Jenis Pemanis Sintetik
2.3.1. Aspartam
Aspartam ditemukan oleh James Schulter pada tahun 1965, ketika
mensintesis obat – obatan. Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida,
yaitu L-aspartil-L-alanin-metilester dengan rumus C14H16N2O5 memiliki daya
kemanisan 100-200 kali sukrosa.
Struktur kimia aspartam dapat dilihat pada gambar 2.3.1 adalah :

Gambar 2.3.1 Struktur Kimia Aspartam
Aspartam yang dikenal dengan nama dagang equal, merupakan salah
satu bahan tambahan pangan melalui

berbagai uji yang mendalam dan

menyeluruh aman bagi penderita diabetes mellitus. Sejak tahun 1981 telah
diizinkan

untuk

dipasarkan.

Pada

penggunaannya

dan

minuman

ringan,aspartam kurang menguntungkan karena penyimpanan dalam waktu
lama akan mengakibatkan turunnya rasa manis. Selain itu aspartam tidak
tahan panas sehingga tidak baik digunakan dalam bahan pangan yang diolah
melalui pemanasan.
Aspartam terurai menjadi 2 asam amino dan metanol. Asam amino Lasam aspartat dan L-fenilalannin yang merupakan hasil urai aspartam
merupakan asam amino penyusun protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya. Metanol sebagai

Universitas Sumatera Utara

12

hasil urai aspartam juga tidak menimbulkan efek yang berbahaya. Pada
pemakaian aspartam 34 mg/kg berat badan, kadar tersebut tidak melebihi
kadar metanol secara alami.
Aspartam tersusun oleh asam amino sehingga di dalam tubuh akan
mengalami metabolisme seperti halnya asam amino pada umumnya.
Konsumsi harian yang aman (acceptable daily intake) untuk orang dewasa
adalah 40 mg/kg berat badan. Peraturan Menkes NO. 722 Tahun 1988 tidak
menyebutkan jumlah aspartam yang boleh ditambahkan ke dalam bahan
pangan. Hal ini berarti bahwa aspartam masih dianggap aman untuk
dikonsumsi.Untuk meningkatkan faktor keamanan dalam penggunaannya,
FDA memberikan batas-batas pemakaian yang dianjurkan yaitu ADI untuk
aspartam adalah 40 mg/kg berat badan.
Disamping faktor aman, penggunaan aspartam bagi orang yang
menderita penyakit keturunan yang dikenal sebagai fenilketonuria perlu
mendapat perhatian khusus. Diperkirakan 1 dalam 15.000 orang memiliki
kelainan tersebut. Orang yang menderita fenilketonuria tidak mampu
memetabolisme fenilalanin, salah satu cara untuk mengobatinya dengan
membatasi pemasukan fenilalanin, bukan menghilangkan karena fenilalanin
merupakan asam amino esensial yang penting untuk kehidupan. Berlebihnya
jumlah fenilalanin pada penderita fenilketonuria dapat menyebabkan
terjadinya keterbelakangan mental, karena asam fenilpiruvat yang dibentuk
dari fenilalanin akan menumpuk dalam otak (Yuliarti, 2007).

Universitas Sumatera Utara

13

2.3.2. Sakarin
Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remsen
pada tahun1897. Ketika pertama ditemukan sakarin digunakan sebagai
antiseptik dan pengawet. Tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis.
Sakarin dengan rumus C7H5NO3S dan berat molekul 183,18 disintesis dari
toluen biasanya tersedia sebagai garam natium.
Struktur kimia sakarin dapat dilihat pada gambar 2.3.2 adalah :

Gambar 2.3.2 Struktur Kimia Sakarin
Nama lain dari sakain adalah 2,3-dihidro-3-oksobenzisulfonasol,
benzosulfimida, atau o-sulfobennzimida. Sedangkan nama dagangnya adalah
glucide,garantose,

saccarinol,

saccarinose,

sakarol,saxin,

sykose,

hermesetas.
Penggunaan sakarin biasanya dicampur dengan bahan pemanis lain
sseperti siklamat atau aspartam. Hal itu dimaksudkan untuk menutupi rasa
tidak enak dari sakarin dan memperkuat rasa manis. Sebagai contoh
kombinasi sakarin dan siklamat dengan perbandingan 1:3 merupakan
campuran paling baik sebagai pemanis yang menyerupai gula dalam
minuman.
Produk pangan dan minuman yang menggunakan sakarin diantaranya
adalah minuman ringan (soft drinks),permen,selai,bumbu salad, gelatin
rendah kalori, dan hasil olahan lain tanpa gula(Cahyadi,2006).

Universitas Sumatera Utara

14

2.3.3. Siklamat
Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan kedalam pangan dan
minuman. Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrum dari asam
siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na. Nama lain dari siklamat
adalah natrium sikloheksisulfamat atau natrium siklamat.
Struktu kimia siklamat dapat dilihat pada gambar 2.3.3 adalah

Gambar 2.3.3 Struktur Kimia Siklamat
Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang
kurang disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya
± 30 kali kemanisan sukrosa. Dalam industri pangan natrium siklamat dipakai
sebagai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi untuk pengganti
sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam
pangan yang diproses dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng.
Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa
rasa pahit) tetapi siklamat dan sakrin dapat menimbulkan kanker kantong
kemih.

Hasil

metabolisme

siklamat,

yaitu

sikloheksiamin

bersifat

karsinogenik. Oleh karena itu ekskresinya melalui urine dapat merangsang
pertumbuhan tumor. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa siklamat
dapat menyebabkan atropi, yaitu terjdinya pengecilan testikular dan
kerusakan kromosom (Cahyadi,2006).

Universitas Sumatera Utara

15

2.4. Hubungan Sifat Kimia Dan Rasa Manis
Konsep adanya empat rasa pokok (manis, asin, pahit, dan asam)
sebenarnya hanya penyederhanaan supaya praktis. Rangsangan yang diterima oleh
otak karena rangsangan elektrik yang diteruskan dari sel perasa sebetulnya sangat
kompleks. Rasa asin terutama disebabkan oleh rangsangan ion-ion negatif (anion)
bahan kimia pada reseptor rasa. Tetapi tidak ada kelompok bahan kimia tertentu
yang menyebabkan rasa manis meskipun telah diketahui bahwa struktur molekul
sederhana kelompok senyawa-senyawa gula yang terbentuk tertutup sangat
merangsang rasa manis. Sampai saat ini mekanisme respons rasa manis belum
diketahui dengan baik. Perubahan struktur molekul sedikit saja dapat
menghasilkan senyawa dengan rasa yang berbeda.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui hubungan stuktur
kimia bahan pemanis dengan rasa manis adalah
1.

Mutu rasa manis.
Faktor ini sangat bergantung dari sifat kimia bahan pemanis dan

kemurniannya. Bahan alam yang dapat mendekati rasa manis, kelompok gula
yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan bahan pemanis sintesis adalah asamasam amino. Salah satu dipeptida seperti aspartam memiliki rasa manis dengan
mutu yang serupa dengan kelompok gula dan tidak mempunyai rasa ikutan.
Sedangkan pada sakarin dan siklamat menimbulkan rasa ikutan pahit yang
semakin terasa dengan bertambah bahan pemanis. Rasa pahit tersebut diduga
terkait

dengan

struktur

molekulnya,

karena

dengan

pemurnian

yang

bagaimanapun tidak dapat menghilangkan rasa pahit.

Universitas Sumatera Utara

16

2.

Intensitas rasa manis
Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat kadar kemanisan

suatu bahan pemanis. Intensitas rasa manis berkaitan dengan nilai relatif rasa
manis dalam yang yang sama maupun yang berbeda antara masing-masing bahan
pemanis. Masing-masing pemanis berbeda kemampuannya untuk merangsang
indra perasa. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan oleh bahan pemanis
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara adalah suhu, sifat dan mediumnya (cair
atau padat). Berikut harga intensitas pemanis dibandingkan dengan kemanisan
relatif dapat dilihat pada tabel 2.3 adalah :
Tabel 2.3 Intensitas Beberapa Pemanis Dibandingkan dengan kemanisan relatif
Pemanis

Kemanisan Relatif

1. Sukrosa

1

2. Na-siklamat

15-31

3. Dulsin

70-350

4. Sakarin

240-350

5. Aspartam
6. 1-n-propoksi-2-amino-

250
4.100

nitrobenzen

3.

Kenikmatan rasa manis
Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki rasa dan

bau bahan pangan sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan
kelezatan. Dari beberapa pemanis tidak sempurna dapat menimbulkan rasa nikmat
yang dikehendaki. Seperti pada pemanis sintesis

seperti sakarin yang

memberikan rasa yang tidak menyenangkan(Cahyadi, 2009).

Universitas Sumatera Utara

17

2.4. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi(KCKT)
Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut
dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada
akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain :farmasi,
lingkungan, bioteknologi, polimer dan industri-industri makanan.
Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa
organik,

anorganik,

maupun

senyawa

biologis,

analisis

ketidakmurnian

(impuritis), analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil),
penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion, isolasi dan
pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama,
pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace elements), dalam
jumlah banyak dan dalam skala proses industri.
KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik
untuk analis kualitatif maupun kuantitatif. KCKT paling sering digunakan untuk
menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asamasam nukleat dan protein-potein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar
senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintetis, atau produkproduk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal
dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; memisahkan
polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran;
kontrol kualitas dan mengikuti jalannya reaksi sintesis (Gandjar,2007).

Universitas Sumatera Utara

18

Analisis dengan KCKT dilakukan pada temperatur rendah serta adanya
kompetisi 2 fasa (diam-gerak) dibandingkan dengan GC yang hanya satu
fasa(diam), maka KCKT dapat melakukan pemisahan yang tidak mungkin
dilakukan GC. Pada KCKT, kolom dapat dikemas dengan partikel mikro atau
makro yang lebih kecil dari 20 µm. Cara tersebut umumnya dipakai untuk linaut
yang larut dalam pelarut organik dan tidak terionkan dan terutama sangat kuat
untuk memisahkan isomer (Johnson, 1991).
Prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan di uji
diinjeksikan kedalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan
terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia sesuai dengan perbedan afinitasnya.
Keuntungan KCKT antara lain :
-

Waktu analisis lebih cepat.

-

Daya pisahnya lebih baik.

-

Kolom dapat dipakai kembali.

-

Ideal untuk molekul besar dan ion.

-

Mudah memperoleh kembali cuplikan.

-

Peralatan dapat dioperasi secara otomatis dan kuantitatif.

Kelemahan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa-senyawa,
kecuali jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan
lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit
diperoleh (Gandjar, 2007).

Universitas Sumatera Utara

19

Cara kerja KCKT
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat terlarut terpisah oleh
perbedaan kecepatan elusi, dikarenakna solut-solut ini melewati suatu kolom
kromatografi. Pemisahaan solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak
dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu
masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai
macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter
kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom dan ukuran sampel.
Kerja KCKT melalui pemisahan analit-analit berdasarkan kepolaranya
dengan tekanan tinggi untuk mendorong fase gerak. Kemudian melalui kolom
untuk proses pemisahan dan setelah komponen dalam sampel berhasilkan
dipisahkan, tahap selanjutnya adalah proses identifikasi. Hasil analisa KCKT
diperoleh dalam bentuk signal kromatogram. Dalam kromatogram akan terdapat
peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis komponen dalam sampel.
Berikut Diagram blok untuk sistem KCKT , seperti di xnyatakan pada gambar
2.5.1 adalah :

Gambar 2.5.1 Diagram blok sistem KCKT

Universitas Sumatera Utara

20

Instrumen KCKT
Instrumen KCKT pada dasarya terdiri atas delapan komponen pokok yaitu:
1. Wadah fase gerak pada KCKT
Wadah fase gerak harus bersih dan inert. Wadah pelarut kosong ataupun
labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini
biasanya dapat menampung fase gerak 1 sampai 2 liter pelarut.
2. Fase gerak pada KCKT
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
becampur yang secara yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi
dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas
keseluruhan pelarut, polaritas fase diam dan sifat komponen-komponen
sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak),
kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut.
Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase
gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatkan polaritas.
3. Pompa pada KCKT
Pompa yang digunakan mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan
mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 20 mL/menit. Tipe
pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum
digunakan dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan.
4. Penyuntikan sampel pada KCKT
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat

Universitas Sumatera Utara

21

penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang
dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal.
Berikut posisi penyuntikan sampel pada kolom, seperti dinyatakan pada
gambar 2.5.2 adalah :

gambar 2.5.2 Posisi saat menyuntikkan sampel pada kolom
5. Kolom pada KCKT
Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan kolom
mikobor. Kolom pada KCKT tidak memerlukan temperatur tinggi , karena
sifat ikatan kimia terhadap fase diam sangat sensitif terhadap temperatur
tinggi. Pemilihan kolom pada KCKT sesuai dengan fase gerak dan sifatsifat sampel yang dianalisa.
6. Fase diam pada KCKT
Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara
kimiawi, Oktadesil silika (ODS atau C 18) merupakan fase diam yang
paling digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan
kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi.
7. Detektor KCKT
Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu : detektor
universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat
spesifik dan tidak bersifat selektif) seperti detekor spektrometri massa; dan

Universitas Sumatera Utara

22

golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara
spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor photodiode-array,
detektor fluoresensi dan elektrokimia.
Detektor pada KCKT dapat bekerja secara terus menerus tanpa berhenti.
8. Komputer
Digunakan sebagai integrator atau perekam (Gandjar,2007).

Analisis aspartam dengan KCKT
Penentuan kadar pemanis aspartam dalam sampel minuman dengan mtode
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yaitu: pada tahap awal dilakukan
pengkondisian alat KCKT, pengkondisian alat untuk pemanis sintetis aspartam
kondisi optimum KCKT pada percobaan ini adalah kolom fase balik 10µ C-18
100 A (250 x 4,6 mm), kecepatan aliran 1 ml/menit, detektor ultraviolet 220 nm,
komposisi fase gerak air-acetonitril (80 : 20), dengan volume injeksi 20µl. Untuk
sampel cair, sampel disaring dengan filter 0,45 µm kemudian diinjeksikan ke
dalam KCKT dan untuk sampel tablet atau bubuk, sejumlah bobot tertentu
dilarutkan dalam sejumlah tertentu aquabidest disaring dengan filter 0,45 µm
(Cahyadi,2009).

Universitas Sumatera Utara