Penetapan Kadar Aspartam Pada Alangsari Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Agar dapat menjadi
sehat berbagai cara dilakukan manusia, mulai dari mengkonsumsi makanan
bergizi, istirahat teratur, berolah raga, rekreasi dan yang sedang menjadi trend saat
ini adalah mengkonsumsi produk suplemen kesehatan atau herbal.
Tingginya kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi produk
suplemen kesehatan atau herbal tidak terlepas dari gencarnya promosi para
produsen serta adanya pola gaya hidup untuk kembali ke alam (Back to Nature).
Seiring dengan kesibukan masyarat kota, saat ini banyak sekali dari kita yang
memilih suplemen, makanan dan minuman yang mengandung bahan tambahan
makanan berbahaya, salah satunya adalah pemanis buatan yang dilarang atau
pemanis buatan yang diizinkan ,tetapi dalam jumlah yang berlebih.
Perkembangan industri pangan dan minuman akan kebutuhan pemanis dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Industri pangan dan minuman lebih menyukai
menggunakan pemanis sintetis karena selain harganya relatif murah, tingkat
kemanisan pemanis sintetis jauh lebih tinggi dari pemanis alami. Hal tersebut
mengakibatkan terus meningkatnya penggunaan bahan pemanis sintetis di

Indonesia untuk industri pangan dan minum diperhitungkan dengan melihat
perkembangan produksi pangan dan minuman jadi serta perkembangan
pemakaian gula pasir sebagai bahan baku utama industri tersebut. Sebagai contoh
dari data statistik industri menyebutkan bahwa pada rentang waktu antara 1980-

Universitas Sumatera Utara

2

1985 terjadi kenaikan produksi teh botol, limun dan sirup sebesar 47,9%; 1,2%
dan 52,7%. Sementara pemakaian gula pasir pada industri teh botol dan limun
kenaikan hanya 2,4%, sedangkan pada sirup turun mennjadi 49,9% (Yuliarti,
2007)
Dilihat dari data pemakainnya selama 5 tahun ada peningkatan pemakaian
pemanis buatan rata-rata sebesar 13,5%. Meningkatnya penggunaan pemanis
buatan tersebut perlu dilihat dampaknya, mengingat pemanis dapat menimbulkan
gangguan kesehatan apabila dikonsumsi secara berlebihan.
Menurut FDA batas-batas penggunaan aspartam dengan menggunakan
acceptable daily intake (ADI) yang berarti asupan harian yang dibolehkan
merupakan ukuran yang digunakan pemanis per kilogram berat badan per hari

yang dapat dikonsumsi adalah 40 mg/kg berat badan (Cahyadi, 2006).
Beberapa pustaka menunjukkan bahwa metode yang memiliki tingkat
akurasi yang baik dalam penentuan kadar pemanis sintetik pada asupan makanan,
minuman ataupun suplemen kesehatan adalah metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi dengan fase terbalik, hal itu dikarenakan dalam analisis campuran bahan
tambahan, zat-zat tersebut

bersifat polar dan larut dalam air sehingga sulit

dipisahkan menggunakan KCKT fase normal yang menggunakan kolom polar dan
fase gerak yang bersifat non polar.
Dengan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membuat karya
ilmiah ini dengan judul “ Penetapan Kadar Aspartam Pada Alangsari Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi’’.

Universitas Sumatera Utara

3

1.2. PERMASALAHAN

Permasalahan yang sering dijumpai adalah :
1. Apakah kadar aspartam

yang terdapat dalam suplemen kesehatan

alangsari sudah memenuhi kadar etiket yang telah ditetapkan sebagai
pemanis buatan oleh SNI.

1.3. TUJUAN
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui kadar aspartam pada alangsari rasa jeruk madu dan
jeruk nipis.
2. Untuk mengetahui apakah kadar aspartam pada alangsari rasa jeruk dan
jeruk nipis memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

1.4. MANFAAT
1. Memberikan informasi mengenai kadar aspartam dalam alangsari rasa
jeruk dan jeruk nipis sesuai standar mutu yang telah ditetapakan oleh SNI.
2. Memberi informasi tentang kadar aspartam dalam alangsari rasa jeruk dan
jeruk nipis.


Universitas Sumatera Utara