Penentuan Kadar Klorin (Cl2) Pada Beras Yang Dijual Di Pasar Tradisional Simpang Limun Medan dengan Metode Titrasi Iodometri

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beras
2.1.1. Defenisi Beras

Indonesia menjadikan beras sebagai salah satu makanan pokok, karena beras salah
satu makanan yang mudah diolah, mudah disajikan,

enak dan mengandung

protein sebagai sumber energi sehingga berpengaruh berar terhadap aktifitas tubuh
atau kesehatan (ahmad, 1990).
Beras merupakan bahan pokok terpenting dalam menu makanan Indonesia.
Sebagai makanan pokok, beras memberikan beberapa keuntungan.selain rasa
netral, beras setelah dimasak memberikan volume yang cukup besardengan
kandungan klorin yang cukup tinggi,serta dapat memberikan berbagai zat gizi lain
yang penting bagi tubuh, seperti protein dan beberapa jenis mineral
(Moehyi.1992).
Beras dipilih menjadi makanan pokok karena sumber daya alam

lingkungan mendukung penyediaannya dalam jumlah yang cukup, mudah dan
cepat pengolahannya memberi kenyamaan pada saat menyantap dan aman dalam
kesehatan (Haryadi.2006).
Beras yang baik adalah beras yang tidak menghasilkan nasi yang
empuk(pulen) dan memberikan aroma yang harum. Lekat tidaknya butir butir

5
Universitas Sumatera Utara

beras setelah dimasak ditentuakan oleh perbandingan 2 zat penting didalamnya,
yaitu amilosa dan amilopektin. Beras yang mengandung amilopektin yang tinggi
aka lebih lekat jikadimasak (Moehyi,1992).
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pertanian yang hingga kini
menjadi tanaman utama dunia yang asal-usulnya masih diperdebatkan. Bukti
sejarah di provinsi Zheijiang, Cina Selatan, menunjukkan bahwa penanaman padi
di Asia telah dimulai 7000 tahun yang lalu. Beras diperkenalkan di Indonesia oleh
orang DeuteroMalay yang berimigrasi pada tahun 1599 SM ketika wilayah
Indonesia masih ditempati oleh Proto-Malay (Grist, 1975).

Tanaman padi adalah tanaman yang mempunyai varietas sampai ribuan

jumlahnya, lebih dari 90% tumbuh di wilayah Asia Selatan dan Timur, tersebar di
negara-negara beriklim subtropis. Dari kelompok spesies padi yang telah
dibudidayakan terdapat dua kelompok utama yaitu Oryza sativa yang berasal dari
Asia dan Oryza globerima yang berasal dari Afrika Barat. Kini di dunia lebih
banyak dikenal dua kelompok varietas padi Oryza sativa yaitu : japonica dan
indica (Winarno, 1984) Padi japonica banyak ditanam di daerah Jepang, Korea,
dan negara-negara subtropis. Sedangkan padi indica banyak ditanam di daerah
tropis (khususnya Asia Tenggara). Perbedaan antara kedua padi tersebut antara
lain dari bentuk bijinya. Bentuk biji beras japonica secara umum lebih pendek dan
lebar dibandingkan beras indica. Japonica memiliki daun yang lebih lebar dan
endosperm yang lebih transparan dibanding indica. Perbedaan lain yang juga
penting adalah karakteristik pemasakannya, japonica bersifat lebih cepat lembek
setelah pemasakan, sebaliknya indica lebih tahan terhadap pemasakan (Grist,

6
Universitas Sumatera Utara

1975). Hal ini berkaitan dengan sifat nasi yang dihasilkan. Nasi dari beras
japonica memiliki tekstur yang lebih lengket dan lembek dibandingkan nasi dari
beras indica. Di Indonesia padi adalah tanaman pangan utama disamping jagung,

sagu, dan umbi-umbian. Terpilihnya padi sebagai sumber karbohidrat utama
adalah karena kelebihan-kelebihan sifat tanaman padi dibandingkan tanaman
sumber karbohidrat lainnya, antara lain :
1. Memiliki sifat produktivitas tinggi,
2. Padi dapat disimpan lama,
3. Lahan sawah relatif tidak mengalami erosi (Winarno,1984).
Beras merupakan bagian dari tanaman padi (Oryza sativa, L.). Gabah
adalah butir padi yang telah rontok dari malainya. Butir gabah terdiri dari satu
bagian yang dapat dimakan disebut “Caryopsis” dan satu bagian lagi yang
merupakan struktur kulit yang disebut sekam. Bagian sekam adalah 18 sampai 28
persen dari bobot gabah. Gabah yang dikupas akan menghasilkan beras pecah
kulit (brown rice). Apabila beras pecah kulit tersebut disosoh maka akan diperoleh
beras gilling (milled rice). Beras merupakan satu-satunya jenis biji-bijian yang
sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk biji utuh (Winarno, 1984). Bagian butir
beras (brown rice) terdiri dari lapisan pericarp, testa atau tegmen, lapisan aleuron,
endosperm, dan embrio (Juliano, 1972).
Struktur gabah dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur biji beras.
Berdasarkan bentuk selnya, pericarp dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu epicarp,
mesocarp dan lapisan melintang (cross layer). Pericarp dengan tebal dinding sel
dua ȝm banyak mengandung butir-butir protein dan lemak. Di bagian bawah

pericarp terletak lapisan testa yang banyak mengandung lemak. Lapisan aleuron

7
Universitas Sumatera Utara

yang terdiri dari sel-sel parenkim merupakan pembungkus endosperm dan 19
lembaga yang kaya protein, lemak dan vitamin. Bagian endosperm terdiri dari
selsel parenkim yang terdiri dari granula pati dan matrik protein. Tebal lapisan
dinding sel endosperm adalah 0.25 ȝm. Dinding sel pericarp, aleuron dan
endosperm beras bereaksi positif dengan pewarna protein, hemiselulosa dan
selulosa (Juliano, 1972).
Lapisan pembungkus endosperm dinamakan kulit ari. Testa dan lapisan aleuron
disebut lapisan dalam, sedangkan pericarp disebut lapisan luar. Lapisan-lapisan
kulit ari ini hanya dapat dilihat secara mikroskopis. Warna kulit ari ini dari putih
sampai kehitam-hitaman. Penghilangan sebagian atau keseluruhannya lapisan ini
akan menentukan derajat sosoh. Endosperm hampir seluruhnya terdiri dari sel-sel
pati, membentuk biji yang dapat dimakan (Grist, 1975).

2.1.2. Sifat Sifat dan Indeks Glikemik Beras
2.1.2.1. Sifat fisika Beras


Sifat-sifat fisik beras antara lain suhu gelatinisasi, konsistensi gel,
penyerapan air, kepulenan, kelengketan, kelunakan, dan kilap nasi (Damardjati
dan Purwani, 1991).
Menurut Winarno (1997) suhu gelatinisasi adalah suhu pada saat granula pati
pecah dengan penambahan air panas. Beras dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok menurut suhu gelatinisasinya, yaitu suhu rendah (55-69 oC), sedang
(70- 74 oC), dan tinggi (>74 oC). Suhu gelatinisasi berpengaruh terhadap lama

8
Universitas Sumatera Utara

pemasakan. Beras yang mempunyai suhu gelatinisasi tinggi membutuhkan waktu
pemasakan lebih lama daripada beras yang mempunyai suhu gelatinisasi rendah.
Sifat fisik yang dianalisis pada penelitian ini antara lain analisis warna, bobot
seribu butir, uji amilografi, dan uji kekerasan beras

2.1.2.2. Sifat kimia Beras

Bahwa sifat sifat tekstur nasi yang meliputi kelengketan, konsistensi dan

ciri viskogram nasi tidak dapat di jelaskan berdasarkan kandungan amilosa saja,
tetapi ciri ciri tersebut berkaitan dengan amilosa terlarut. Makin tinggi kandungan
amilosa tak larut konsistensi nasi setelah dingin semakin kuat, sedangkan
kelengketan dan viskogram setelah pemanasan 950C menurun (haryadi, 2006).
Beras sebagai bahan pangan disusun oleh pati, protein, dan unsur lain
seperti lemak, serat kasar, mineral, vitamin, dan air. Analisis komponen kimia
beras dan fraksi gilingnya menunjukkan bahwa distribusi penyusunannya tidak
merata. Lapisan terluar beras kaya akan komponen non pati seperti protein, lemak,
serat, abu, pentosa, dan lignin, sedangkan bagian endosperm kaya akan pati
(Juliano, 1972).
Karbohidrat utama dalam beras adalah pati dan hanya sebagian kecil
pentosan, selulosa, hemiselulosa, dan gula. Pati beras berkisar antara 85-90% dari
berat kering beras. Kandungan pentosan berkisar antara 2.0-2.5%, dan gula 0.61.4% dari beras pecah kulit. Menurut Winarno (1997), pati merupakan nonpolimer
glukosa dengan ikatan Į-glukosidik. Pati terdiri atas dua fraksi yang dapat

9
Universitas Sumatera Utara

dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut adalah amilosa sedangkan fraksi tidak
larut adalah amilopektin. Protein sebagai penyusun terbesar kedua setelah pati,

mempunyai ukuran granula 0.5-5 mm terdiri dari 5% fraksi albumin (larut dalam
air), 10% globu

lin (larut dalam garam), 5% prolamin (larut dalam alkohol

), dan 80% glutelin (larut dalam basa). Fraksi protein yang paling dominan adalah
glutelin, yang bersifat tidak 22 larut dalam air, sehingga dapat menghambat
penyerapan air dan volume pengembangan butir pati selama pemanasan (Juliano,
1972).
Seperti halnya serealia lainnya, kandungan lipida tertinggi biji beras
terdapat dalam lembaga dan lapisan aleuron yang tekumpul dalam butiran lipida.
Kadar lemak dari beras pecah kulit berkisar antara 2.4-3.9%, sedangkan pada
beras giling berkisar 0.3-0.6% (Juliano, 1972). Kandungan lipida beras ini
dipengaruhi oleh varietas, derajat kematangan biji, kondisi pertanaman dan
metode ekstraksi lipida. Analisis kimia yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi analisis proksimat yang terdiri dari analisis kadar air, kadar abu, kadar
protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat secara by difference. Selain itu juga
dilakukan analisis kadar amilosa, kadar serat pangan, kadar pati, analisis daya
cerna pati in vitro dan analisis pati resisten.


2.1.2.3. Indeks Glikemik
Konsep indeks glikemik (IG) diperkenalkan pada awal tahun 1980 untuk
memberikan gambaran tentang hubungan antara karbohidrat dalam makanan
dengan kadar glukosa darah (Brand-Miller, 2000). IG menurut Whitney et al

10
Universitas Sumatera Utara

(1990) adalah suatu ukuran yang menggambarkan luas kurva kenaikan dan
penurunan kadar glukosa darah setelah mengonsumsi suatu makanan tertentu
dibandingkan dengan suatu standar. Standar yang digunakan adalah glukosa
murni. Nilai IG glukosa murni adalah 100 (Rimbawan dan Siagian, 2004).
Setiap jenis makanan memiliki nilai IG yang berbeda-beda. Makanan
dengan IG rendah akan menghasilkan kenaikan dan penurunan kadar glukosa
darah yang tidak terlalu drastis, sesaat setelah makanan tersebut dicerna (Ragnhild
et al, 2004). Sedangkan makanan yang memiliki nilai IG tinggi, akan mengalami
hal yang sebaliknya. Bahan pangan berdasarkan nilai IG dapat diklasifikasikan
menjadi (1) bahan pangan dengan nilai IG rendah (70) (Foster-Powell et al, 2002).
Faktor yang mempengaruhi IG suatu bahan pangan adalah daya cerna pati,
interaksi antara pati dengan protein, jumlah dan jenis asam lemak, kadar serat

pangan, dan bentuk fisik bahan pangan (Ragnhild et al, 2004).
23 Kadar glukosa darah minimum sebesar 40-60 mg/dl diperlukan untuk
menyediakan energi bagi susunan saraf pusat sebagai sumber energi utama.
Hormon yang berperan meningkatkan kadar glukosa darah adalah hormon
adrenalin. Hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar adrenal dan pankreas.
Sedangkan hormon yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah adalah
hormon insulin. Hormon insulin yang dihasilkan akan sebanding dengan jumlah
glukosa yang terkandung di dalam darah. Hormon insulin dihasilkan oleh kelenjar
langerhans pada pankreas (Wardlaw, 1999).
Pengetahuan terhadap nilai IG suatu makanan dapat memberikan beberapa
keuntungan antara lain dapat membantu mengontrol diet dan berat badan,
mengurangi resiko diabetes dan serangan jantung, membantu mengontrol kadar

11
Universitas Sumatera Utara

kolesterol dan membantu memperkirakan jumlah makanan yang harus dimakan.
Akan tetapi konsep ini juga memiliki keterbatasan antara lain karena terlalu
besarnya variasi nilai IG tiap jenis makanan. Selain itu juga, nilai IG dipengaruhi
oleh beberapa hal, antara lain metode persiapan makanan, kombinasi dengan

makanan lain dan respons yang berbeda antara satu orang dengan yang lain
(Anonim, 2007).

2.1.3. Mutu Beras

Menurut haryadi (2006),secara umum mutu beras dapat dikelompokkan
menjadi empat yaitu:
A. Mutu Giling
Mutu giling merupakan salah satu faktor penting yang menentukan mutu
beras. Mutu giling mencakup beberapa ciri, yaitu rendemen beras kepala,
persentase beras pecah dan derajat sosoh beras. (Balittan Sukamandi, 1987 dalam
damardjati, 1991).
B. Mutu Rasa Dan Mutu Tanak
Di Indonesia, mutu tanak belum di jadikan syarat dalam menetapkan mutu
beras. Lain halnya dengan dunia internasional.khusus di Amerika serikat, mutu
tanak merupakan salah satu persyaratan terutama dalam penggolahan beras. Ciriciri umun yang mempengaruhi mutu tanak ialah perkembangan volume,
kemampuan menggikat air, stabilitas penggalengan nasi parboiling, lama waktu
penanakan dan sifat viskositas padi.

12

Universitas Sumatera Utara

C. Mutu Gizi
Beras pecah kulit hanya disenanggi oleh sejumlah persentase kecil
konsumen meskipun beras pecah kulit menggandung protein, vitamin, mineral dan
lipid lebih banyak dari pada beras sosoh.
D. Mutu Berdasarkan Ketampakan Dan Kemurnian Gizi
Ketampakkan biji biasanya ditentukan berdasarkan keburaman endosperm,
yaitu bagian biji yang tampak putih buram, baik pada sisa dorsal biji, sisi ventral,
maupun tengah biji.keburaman biji menentukan mutu beras yang dalam
persyaratan mutu sebagai butir mengapur.

2.1.4. Jenis-jenis Beras

Beberapa cara penggolongan beras yang banyak diterapkan dan dipraktekkan
yaitu :
1. Berdasarkan varietas padinya, sehingga dikenal adanya beras Bengawan Solo,
Celebes, Sintanur, dan lain-lain,
2. Berdasarkan asal daerahnya, sehingga dikenal adanya beras Cianjur, beras
Garut, dan beras Banyuwangi,
3. Berdasarkan cara pengolahannya, sehingga dikenal adanya beras tumbuk dan
beras giling,
4. Berdasarkan tingkat penyosohannya, sehingga dikenal beras kualitas I atau
beras kualitas II,

13
Universitas Sumatera Utara

5. Berdasarkan gabungan antara sifat varietas padi dengan tingkat penyosohannya
(Winarno, 2004).
Berdasarkan ukuran dan bentuk beras, dalam standarisasi mutu beras di
pasaran internasional dikenal empat tipe ukuran panjang beras, yaitu biji sangat
panjang (> 7 mm), biji panjang (6.0-6.9 mm), biji sedang (5.0-5.9 mm), dan biji
pendek (< 5 mm). Sedangkan berdasarkan bentuknya yang ditetapkan berdasar
nisbah panjang/lebar, beras juga dibagi atas empat tipe, yaitu lonjong (slender),
sedang (medium), agak bulat (bold), dan bulat (round) (Damardjati dan Purwani,
1991). Menurut Winarno (1997), berdasarkan kandungan amilosanya, beras (nasi)
dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu :
1. Beras dengan kadar amilosa tinggi 25-33 %;
2. Beras dengan kadar amilosa menengah 20-25 %;
3. Beras dengan kadar amilosa rendah 9-20 %;
4. Beras dengan kadar amilosa sangat rendah < 9 %.
Beras ketan praktis tidak ada amilosanya (1-2 %), sedang beras yang
mengandung amilosa lebih dari 2% disebut beras biasa atau beras bukan ketan.
Beras berkadar amilosa rendah mempunyai sifat nasi yang pulen, tidak terlalu
basah maupun kering.
Sedangkan beras berkadar amilosa tinggi mempunyai sifat nasi yang keras,
kering dan pera. Penduduk daerah tropis seperti Indonesia, Pakistan dan sebagian
Filipina menyukai beras berkadar amilosa sedang, sedangkan penduduk Sri
Lanka, Vietnam Selatan, Malaysia Barat, dan Burma menyukai beras berkadar
amilosa tinggi (Damardjati dan Purwani, 1991).

14
Universitas Sumatera Utara

2.1.5. Penggilingan Padi Menjadi Beras

Penggilingan (milling) disini menunjukkan keseluruhan proses pengolahan gabah
hingga menjadi beras yaitu meliputi proses pembersihan, penghilangan sekam,
kulit ari dan proses pemisahan beras yang dihasilkan berdasarkan ukurannya (Luh,
1980). Pengolahan padi menjadi beras di Indonesia dapat dibedakan atas tiga cara
yaitu secara tradisional ditumbuk dengan tangan, dengan mesin penggilingan
secara kecil-kecilan serta dengan mesin penggilingan pada perusahaan padi
komersil (Winarno, 1984). Pengupasan kulit gabah (hulling) bertujuan untuk
menghilangkan sekam dengan kerusakan pada lapisan dedak yang minimum, bila
memungkinkan tanpa adanya kepatahan pada beras pecah kulit yang dihasilkan
(Araullo et al, 1976). Beras yang telah kehilangan sekam ini masih mengandung
lapisan dedak atau pericarp yang menyelaputi endosperm. Bila lapisan dedak dan
aleuron telah dihilangkan maka beras ini disebut beras sosoh. Pada proses
penyosohan terjadi pengupasan kulit yang berwarna perak dan lapisan dedak atau
sebagian besar lapisan-lapisan beras pecah kulit yang digiling (Grist, 1975).

15
Universitas Sumatera Utara

2.2.Klorin
2.2.1. Defenisi klorin dan klor

Menurut adiwisastra(1989) klorin, klor (cl) adalah unsur halogen yang
berat atomnya 35,46. Warnanya hijau kekuningan, titik didihnya -34,7 oC, titik
bekunya 0,102oC, kepadatan 2,488 atau 2 kali berat udara. Klor pada tekanan dan
suhu biasa bersifat gas dan dalam tekanan rendah mudah mencair. Klor tidak
dapat bebas dialam tetapi terdapat dalam senyawa terutama terdapat dalam logam
natrium, magnesium, yang terdapat banyak ialah pada natrium chloride (NaCl)
klorin merupakan hasil tambahan yang dibuat dari sodium hydroxide dengan jalan
mengektrolisasikan sodium hydroxide.
Seperti halnya pemutih H2O2 (hydrogen peroksida), pemutih jenis dasar
klorin (sodium hipoklorit dan kalsium hipoklorit juga mempunyai sifat multi
fungsi yaitu selain sebagai pemutih, kedua jenis senyawa tersebut juga bisa
sebagai penghilang noda mau pun desinfektan. Pemutih dasar klorin terdiri dari
dua jenis yaitu padat dan cair. Pemutih padat adalah kalsium hipoklorit (CaOCI2)
berupa bubuk putih.pada umumnya masyarakat mengenal ini sebagai kaporit.
Kaporit lazim untuk menyuci hamakan air ledeng dan kolam renang.
Kelemahan kaporit adalah kelarutannya tidak sempurna, dimana selalu
tersisa padatan dan tidak bisa dibuang sembarangan. Sodium hipoklorit (NaOCI)
sudah lama dikenal sebagai produk pemutih yang handal. Hal mendasar yang
perlu di ketahui mengenai pembuatan pemutih dari NaOCI adalah pengenalan
terhadap senyawa atau bahan NaOCI itu sendiri. Sodium hipoklorit (NaOCI)
merupakan cairan yang berwarna sedikit kekuningan, beraroma khas dan

16
Universitas Sumatera Utara

menyengat. Bahan NaOCI mudah larut dalam air dengan derajat kelarutan
mencapai 100oC dan sedikit lebih berat di bandingkan dengan air (berat jenis air
lebih dari satu)serta bersifat sedikit basa. (Parnomo,2003)

2.2.2. Sumber dan kegunaan klor

Reaksi gas klor dengan natrium hidroksida akan menghasilkan natrium hipoklorit.
CI2 + 2NAOH

NaCI + H2O + NaOCI

NaOCI digunakan sebagai bahan dasar dalam produk pemutih yang berada
di pasaran. Produk ini dalam perdagangan umumnya dijual dengan konsentrasi
12% sampai 13%. Senyawa ini agak mudah mengalami dekomposisi (penguraian)
NaOCI yang dibuat dengan cara mereaksikan NAOH (sodium hidroksida) dengan
gas klor (CI2) dalam kondisi tertentu dapat di lepas kembali gas klor ke udara.
Oleh karena itu, wadah dan tempat penyimpanan cairan ini harus di beri ventilasi.
Dalam hal pembelian sodium hipoklorit, harus memperhatikan lubang kecil yang
terdapat pada tutup, wadah atau pintu pembuangan gas klor yang lepas dari cairan.
Tanpa ada ventilasi, maka akan terjadi akumulasi gas klor yang lama. (Parnomo,
2003)
Kelebihan sodium hipoklorit diantaranya sebagai berikut (Parnomo,2003)
1. Sebagai desinfektan masih kurang umum bagi masyarakat. Kecuali
untuk air ledeng atau kolam renang yang penggunaannya sudah
memahami dosis atau konsentrasi yang dipakai.

17
Universitas Sumatera Utara

2. Sebagai penghilang noda fungsinya tidak begitu optimal. Pada
kenyataannya bahwa memang kekuatan noda pada pakaian cukup
bervariasi mulai dari noda yang mudah sampai yang sulit untuk
dihilangkan,

maka

sodium

hipoklorit

masih

mampu

untuk

menghilangkannya. Akan tetapi untuk noda yang sulit (seperti tinta, oli,
cat) maka sodium hipoklorit tidak dapat mengatasinya karena noda
seperti itu hanya dapat di hilangkan dengan zat kimia dan perlakuan
khusus.

2.2.3. Sifat Klorin

Klorin merupakan unsur kedua dari keluarga halogen, terletak pada golongan VII
A, periode III. Sifat kimia klorin sangat ditentuakan oleh konfigurasi electron
pada kulit keluar. Keadaan ini membuatnya tidak stabil dan sangat reaktif. Hal ini
disebabkan karena strukturnya belum memiliki 8 elektron (oktet). Untuk
mendapat struktur electron gas mulia.disamping itu, klorin juga bersifat oksidator.
Seperti hal nya oksigen, klorin juga membantu reaksi pembakaran dengan
menghasilkan panas dan cahaya, dalam air laut maupun sungai. Klorin akan
terhidrolisa membentuk asam hipoklorit (HCIO) yang merupakan suatu oksidator.
Reaksinya adalah sebagai berikut (Edward, 1990) :

CI2 + HOH

HCIO + H+ + CI-

HCIO

OCI- + H+

18
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Sifat fisik klorin
Sifat sifat

Klorin

Pada suhu kamar

Berwarna hijau kekuningan

berat molekul

70,9 dalton

Titikdidih

-29oF (-34oC)

Titik beku

-150oF (-101oC)

Gaya berat(specific gravity)

1,56 Pada titik didih

Tekanan air

5,168 mmHg pada 68oF (20oC)

Berat jenis gas

2,5

Daya larut dalam air

0,7% Pada 68 oF (20oC)

2.2.4. Toksikologi klor

Klor merupakan bahan yang penting dalam industry tetapi harus diperhatikan juga
bahaya bahayanya, karena klor bersifat racun/toksit terutama bila terhisap
pernafasan. Gas klor yang mudah di kenal karena baunya itu, bersifat merangsang
(iritasi terhadap selaput lender pada mata/conjunctiva), selaput lender hidung,
selaput lender tenggorokan, tali suara dan paru paru. Menghisap gas klor dalam
konsentrasi 1000 ppm dapat mengakibatkan kematian mendadak ditempat. Orang
yang menghisap gas klor akan merasakan sakit dan panas/pedih pada
tenggorokan. Hal ini di sebabkan pengaruh rangsangan/iritasi terhadap selaput
lender (mucus membrance) yang menimbulkan batuk batuk kering (kosong) yang
terasa pedih panas, waktu menarik napas terasa sakit dan sukar bernapas, waktu

19
Universitas Sumatera Utara

bernafas terdengar suara desing seperti penderita asma/bronchitis (Adiwisastra,
1989).
Menurut Adiwisastra (1989) klorin dalam tubuh manusia dapat
menganggu kesehatan, dapat menyebabkan penyakit maag dalam jangka pendek
dan dalam jangka panjang secara akumulatif akan menyebabkan penyakit kanker
hati dan ginjal. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih teliti dalam memilih beras
putih yang aman di konsumsi mengingat beras putih merupakan makanan pokok
di Indonesia yang setiap hari di konsumsi sehingga efek klorin dapat menganggu
kesehatan. Penggunaan klorin pada beras merupakan praktek pelanggaran yang
membahayakan konsumen. Belum adanya peraturan atau sanksi yang tegas,
terbatasnya pengetahuan penjual tentang bahaya klorin dan kemudahan
mendapatkan bahan pemutih di berbagai tempat menjadikan faktor pendukung
penyimpangan tersebut dilakukan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988
tentang bahan tambahan pangan, bahwa klorin tidak tercatat dalam kelompok
pemutih dan pematang tepung dan menurut Peraturan Menteri Pertanian
No.32/Permentan/OT.011/3/7/2007 klorin tercatat sebagai bahan kimia berbahaya
pada proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras. Sehingga dalam kadar
berapapun klorin dilarang digunakan dalam makanan.

2.2.5. Ekskresi klorin
Urine merupakan rute/jalur utama dari proses ekskresi klorin didalam
tubuh. Klorin diekskresikan melalui urin dan faces dalam bentuk ion klorida.

20
Universitas Sumatera Utara

Proses ekskresi urin terjadi pada saat 24 jam setelah asupan melalui oral, dimana
14% dikeluarkan melalui urin dan 0,9% dikeluarkan melalui faces, sedangkan 72
jam setelah asupan melalui oral maka 35% dikeluarkan melalui urin dan 5%
dikeluarkan melalui faces.

2.2.6. Bahaya klor terhadap kesehatan
Bahaya keracunan oleh gas klor dapat terjadi, yaitu (Adiwisastra, 1989):
1. Keracunan akut
Disebabkan karena menghisap gas klor dalam konsentrasi tinggi dan
penghisapan terjadi untuk pertama kalinya. Menghisap gas klor dalam 15 ppm
menimbulkan pengaruh rangsangan/iritasi pada selaput lender tenggorokan dan
dalam 30 ppm menyebabkan batuk-batuk, dalam konsentrasi tinggi (1000 ppm)
mengakibatkan kematian mendadak.
Gejala-gejala keracunan oleh gas klor, yaitu (Adiwisastra, 1989):
a. Tenggorokan terasa gatal, pedih/panas
b. Batuk terus menerus disebabkan pengaruh rangsangan terhadap refles alat
pernapasan yang menyebabkan orang tidak menahan batuk.
c. Pernapasan (kalau menarik napas) terasa sakit dan sesak
d. Muka kelihatan kemerah-merahan
e. Mata terasa pedih akibat rangsangan terhadap selaput lender conjunctiva
f. Batuk kadang disertai darah dan muntah-muntah hebat
g. Pengisapan gas klor dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
terhentinya pernafasan (asphyxia)

21
Universitas Sumatera Utara

a. Pernapasan
Pemajanan klorin pada konsentrasi rendah (1-10 ppm) dapat menyebabkan
iritasi mata dan hidung, sakit tenggorokan dan batuk. Menghirup gas klorin dalam
konsentrasi yang lebih tinggi (>15 ppm) dapat dengan cepat membahayakan
saluran pernafasan dengan rasa sesak di dada dan terjadi akumulasi cairan di paruparu (edema paru-paru). Pasien dengan serangan yang tiba-tiba akan bernafas
dengan cepat,terjadi perubahan warna biru pada kulit Batuk mengik dan
hemoptisis. Pasien memperlihatkan gejala, yaitu luka pada paru-paru dapat
berkembang setelah beberapa jam. Pengempisan paru-paru dapat terjadi.
Konsentrasi terendah yang mematikan selama pemajanan 30 menit diperkirakan
sekitar 430 ppm. Pemajanan klorin dapat mengakibatkan sindrom gangguan
fungsi ( RADS ), iritasi bahan kimia menyebabkan terjadinya asma, anak-anak
lebih mudah diserang oleh bahan-bahan korosif dibandingkan dengan dewasa
karena diameter saluran udara mereka lebih kecil.

b. Kardiovaskular
Tachycardia dan pada awalnya hipertensi diikuti dengan hipotensi dapat
terjadi. Setelah pemajanan yang berat, maka jantung akan mengalami
penyempitan akibat kekurangan oksigen.

c. Metabolisme
Asidosis terjadi akibat kadar oksigen yang tidak mencukupi dalam
jaringan. Komplikasi berat akibat menghirup klorin dalam kadar yang besar
adalah mengakibatkan terjadi kelebihan ion klorida di dalam darah, menyebabkan

22
Universitas Sumatera Utara

ketidakseimbangan asam.anak-anak akan lebih murah diserang oleh zat toksik
yang tentunya dapat mengganggu proses metabolise dalam tubuh.

d. Kulit
Iritasi klorin pada kulit dapat menyebabkan rasa terbakar, peradangan dan
melepuh. Pemanjanan cairan klorin dapat menyebabkan peradangan akibat suhu
dingin.

e. Mata
Konsentrasi rendah diudara dapat menyebabkan mata terbakar, mata
berkedip tidak teratur atau klopak mata menutup tanpa sengaja/diluar kemauan,
konjungtivitis. Kornea mata terbakar dapat terjadi pada konsentrasi tinggi

f. Jalur Pencernaan
Larutan klorin yang di hasilkan dalam bentuk larutan sodium hipoklorit
dapat mengakibatkan luka yang korosif apabila tertelan.

2. Keracunan Kronis
Disebabkan karena menghirup gas klor dalam konsentrasi rendah tetapi
terjadi berulang-ulang, sehingga dapat menyebabkan hilangnya rasa pada indra
penciuman, merusak gigi/gigi keropos (Adiwisastra, 1989).

23
Universitas Sumatera Utara

a. Pengaruh Terhadap Kulit
Klorin cair bila tetumpuk mengenai kulit menimbulkan luka bakar yang
warna kulitnya kemerah-merahan dan membengkak
b. Pengaruh Terhadap Mata
Klor dalam konsentrasi tinggi (pekat) sangat merangsang terhadap mata
yang menimbulkan rasa pedih.

24
Universitas Sumatera Utara