Pengaruh Berat Karet Remah Pada Proses Pengeringan Terhadap Nilai Plasticyty Retentions Index Karet Sir 10 Di PT. Perkebunan Nuasantara III Gunung Para

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet
indonesia berjenis karet remah (Karet remah) yang di kenal sebagai karet Standart
Indonesia Rubber (SIR) yang merupakan jenis karet alam yang di perdagangkan saat
ini. Karet tergolong dalam spesifikasi teknis karena penilaian mutunya di dasarkan
pada sifat teknis dari parameter dalam penetapan mutu karet (Anwar, 1987).

Jenis karet remah yang menggunakan bahan baku koagulan kebun
digolongkan pada kualitas mutu karet tersebut, seperti SIR 3 CV, SIR 3L, SIR 3 WF,
SIR 5, SIR 10, SIR 20, yang umumnya diproduksi dari bahan olahan koagulum.
Bahan baku biasanya dipasok oleh Perkebunan Nusantara III yang bersifat teritegrasi
secara baik antara pemasok bahan olahan dan pabrik pengolahan (Kunardi, 1969).
PT. Perkebunan Nusantara III adalah suatu perusahan yang mengolah karet
remah dengan bahan baku utama yang digunakan pada pengolahan karet remah
adalah lump, cup lump dan slab. Lump adalah lateks yang menggumpal atau telah
terkoagulasi. Jika lateks menggumpal atau terkoagulasi di dalam mangkok
penampung lateks disebut cup lump atau lump mangkok.


Universitas Sumatera Utara

Sedangkan slab merupakan lateks pekat yang membeku secara alami,dengan
perbandingan cup Lump 3 dan Slab 1, Yang kemudian diolah menjadi SIR 10.
Keseragaman hasil produksi serta mutu yang baik merupakan sasaran utama yang
harus dicapai pada setiap pengolahan karet remah.
Karet remah di sebut juga karet spesifikasi teknis, sebab penilaian mutunya
berdasarkan pada sifat teknis nya. Berat karet remah yang digunakan merupakan
syarat utama untuk memperoleh nilai PRI yang tinggi, Berdasarkan hasil kerja
praktek yang dilakukan bahwa berat karet remah sangat berperan penting pada saat
pengeringan untuk mendapatkan mutu SIR 10.
Standart Indonesia Rubber untuk karet remah SIR 10 yaitu minimal 50, yang
mempunyai kadar kotoran maksimal 0,10 %, dan kadar abu maksimal 0,75 %. Nilai
PRI dapat memberikan gambaran mengenai ketahanan oksidasi dari karet yang
bersangkutan dalam proses pengerjaan selanjutnya. Untuk SIR 10 yang umumnya
diolah dari koagulan kebun (field coagulan) maka tingginya nilai PRI ditentukan olah
bahan penggumpal yang digunakan, tingkat pemeraman (maturation) dan kondisi
pengeringannya (Kartowardoyo, 1980).
Agar diperoleh konsistensi mutu karet remah yang baik khususnya nilai

plastisitas retension indeks (PRI) yang konstan seharusnya sebuah pabrik melakukan
beberapa hal diantaranya, melakukan pengawasan terhadap berat karet remah berserta
pengkombinasiannya, melakukan pengawasan yang kontiniu pada proses peremahan,
pencucian, pengeringan.

Universitas Sumatera Utara

Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengambil judul dalam karya ilmiah
ini yaitu : PENGARUH BERAT KARET REMAH PADA PROSES
PENGERINGAN TERHADAP NILAI PLASTICITY RETENTIONS INDEX (PRI)
SIR 10 DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA.

1.2 Permasalahan
Dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana
hasil nilai Plasticity retention Index (PRI) dari setiap berat karet remah pada kapasitas
olah yang berbeda yaitu: 9kg, 11kg, 13kg, 15kg pada saat proses pengeringan dengan
suhu pemanasan 140 oC dan waktu pengeringan 4 jam untuk mendapatkan mutu SIR
10

1.3 Tujuan

1. Untuk menentukan nilai Plasticitas Retention Index terhadap berat karet
remah pada proses pengeringan.
2. Untuk mengetahui kualitas karet remah yang sesuai dengan Standard
Indonesian Rubber (SIR) 10.

1.4 Manfaat
Dapat mengetahui nilai Plasticity retentions Index (PRI) yang sesuai dengan
Karet Remah Standard Indonesian Rubber (SIR) 10

Universitas Sumatera Utara