Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

(1)

USULAN PERBAIKAN METODE KERJA PADA PROSES

SORTASI RUBBER SMOKE SHEET DI PABRIK KARET

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

WAN JUN EVEN MANURUNG 080423066

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang penuh kasih karena telah memberi berkat dan pertolongan yang luar biasa dengan memberikan kesehatan dan kesempatan yang baik kepada sehingga Penulis menyelesaikan laporan ini.

Tugas sarjana adalah merupakan salah satu persyaratan sebagai pendukung untuk menjadi Sarjana Teknik Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara Medan. Laporan ini disusun berdasarkan hasil kerja magang yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para.

Adapun Judul Tugas Sarjana saya adalah Usulan Perbaikan Metode kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para.

Penulis juga menyadari masih banyak kelemahan dalam laporan ini, oleh karena itu penulis terus membuka diri untuk menerima masukan dan kritikan untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2009 Penulis


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang telah mendorong semangat dalam penyelesaian Laporan ini, sehingga dalam kesempatan yang sangat berharga ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, terutama kepada :

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ir. Parsaoran Parapat, Msi. selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan banyak masukan kepada penulis.

3. Ir. Anizar, M.kes. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu dan membimbing Penulis baik dari segi moril, waktu dan fikiran demi terselesaikannya laporan ini.

4. Bapak Aulia, ST. MT. selaku Kordinator Tugas Sarjana yang telah membimbing Penulis baik dari segi waktu dan fikiran demi terselesainya laporan ini.

5. Ir. H. A. Jabbar Rambe, M Eng. selaku Pembanding I atas bimbingan, masukan dan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

6. Ir. Dini Wahyuni, MT selaku Pembanding II atas bimbingan, masukan dan pengarahan dalam peyelesaian Tugas Sarjana ini.

7. Bapak Buchari, ST., M.kes. selaku Pembanding III atas bimbingan, masukan dan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

8. Bapak Ir. H Irfan A. R. Lubis sebagai Manajer PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Karet Gunung Para yang telah memberikan kesempatan dan


(4)

dukungan kepada Penulis untuk melakukan Kerja Magang di Perusahaan ini.

9. Bapak Ir. Zulyaden Lubis, MT. Maskep PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Karet Gunung Para yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis selama Kerja Magang.

10.Seluruh pimpinan staf dan karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Karet Gunung Para yang telah memberikan waktu kepada Penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan ini.

11.Untuk Papa tercinta St. P. Justinus Manurung, SH. dan Mama yang sangat kusayangi, S. Purba yang telah sabar memberi pengertian dan semangat kepada Penulis dalam penyelesaian penulisan laporan ini.

`Ma...Pa...trimakasih ya..sudah memberikan pengertian kepadaku. Walau aku

terlambat tamat tapi sampai saat ini ku terus berusaha. Doakan aku ya Pa,Ma. Aku akan ingat semua nasihat-nasihat kalian. Tuhan beserta kalian. Amin.

12. Untuk Adik-adikku, Arta Nova Lina Manurung, SKM, Yane Gloria Manurung, Monang Parjuson Abed Nego Manurung (buat adik-adikku...ayo semangat, mari berpacu dalam belajar. Karena kesuksesan ada di tangan kita sendiri, ingat berdoa untuk menyerahkan segalanya kepada yang Kuasa. Suatu waktu kita harus membahagiakan orang tua kita. Amin) dan juga ucapan

terimakasih kepada Tulang Ir. Josua Purba, Nantulang dr. Deasy Harianja, SpF., Yaya Purba, Uda-Tante Pady, Nantulang Icel, Tulang-Nantulang Dion, Tulang-Tulang-Nantulang Andry, Opung Andry yang telah memberikan pengertian, motivasi berupa nasehat-nasehat positif sehingga Penulis lebih semangat dalam menyelesaikan laporan ini.


(5)

13.Untuk Kak Dina, Bang Bowo, Bang Tumijo, Kak Ani, Bang Kumis, Kak Rahma, atas bantuan yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian laporan tugas sarjana ini.

14.Untuk teman-temanku Yetti Silvia Putri O Sunggu, Kesuma Hadibroto, Martin Tarigan, Gabe Panggabean, Henry Joy, Ahmad fahri, Elly Sabrina, Meli, Sri, Dakocan, Wandi, Dina, Yovita, Ndank `02, Rini `05 (Asist. EPK), Ega dan Seluruh teman–teman Penulis di TEMAPRI D-IV Stambuk ”03“ dan di Teknik Industri Ekstensi “08“, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kerja magang dan juga membuat laporan tugas sarjana ini.


(6)

RINGKASAN

PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri karet. Salah satu produk yang dihasilkan adalah rubber smoke sheet. Proses produksi rubber smoke sheet melalui sortasi terdapat kegiatan yang bersifat manual dilakukan oleh gerakan tangan. Melalui pengamatan yang dilakukan di sortasi adanya gerakan kurang efektif dan banyaknya delay sehingga waktu menyelesaikan pekerjaan lebih lama. Tata letak fasilitas bagian sortasi kurang baik karena letak Sheet yang akan diperiksa oleh operator pertama berada di belakang operator, jarak sheet dengan operator 55 cm. Jarak ini akan membuat operator kesusahan mencapai sheet. Letak kereta sorong dengan operator kedua memiliki jarak 95 cm. Keadaan ini membuat waktu banyak terbuang tentunya akan mengalami kelambatan dalam proses produksi. Tata letak fasilitas juga merupakan faktor yang mempengaruhi lamanya waktu penyelesaian. Tujuan penelitian ini adalah perbaikan metode kerja yang dilakukan dengan keseimbangan tangan kiri dan tangan kanan di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para.

Peta tangan kiri dan tangan kanan berguna untuk memperbaiki suatu stasiun kerja dengan menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efektif sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja. Untuk pengerjaannya setiap operasi diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan dan kemudian memilih elemen-elemen yang efektif.

Dievaluasi perlu adanya perbaikan metode kerja yaitu dengan memperbaiki tata letak fasilitas kerja dengan memindahkan sheet yang akan diperiksa ke meja operator dengan jarak operator dan sheet menjadi 20 cm. Sehingga tempat sheet berada di tempat yang mudah dicapai. Letak kereta sorong dengan operator 15 cm. Sehingga waktu operator semakin singkat.

Berdasarkan hasil data usulan yang telah diperoleh adanya perbedaan waktu penyelesaian kerja dengan metode kerja yang sekarang dengan hasil perbaikan metode kerja yang diusulkan hasil pengurangan waktu untuk masing-masing elemen kegiatan kerja yaitu memindahkan sheet dari meja sementara ke meja sortasi 1.37 detik memeriksa sheet 9.69 detik, membawa sheet ke pengepakan 14.99 detik.


(7)

DAFTAR ISI

BAB

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKASI EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-3 1.3 Tujuan Penelitian ... I-3 1.3.1 Tujuan Umum ... I-3 1.3.2 Tujuan Khusus ... I-3 1.4 Manfaat Penelitian ... I-4 1.5 Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian ... I-4 1.6 Sistematika Penulisan Laporan Tugas sarjana ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3 Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.3.1 Struktur Organisasi ... II-3 2.3.2 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-4 2.3.3 Tenaga Kerja dan Kerja Perusahaan ... II-4 2.3.4 Jam Kerja ... II-4 2.3.5 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-5 2.4 Proses Produksi ... II-8


(8)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB

HALAMAN

2.4.1 Bahan ... II-8 2.4.2 Jumlah dan Spesifikasi Produk ... II-9 2.4.3 Uraian Proses Produksi ... II-10 2.4.4 Mesin dan Peralatan ... II-17 2.4.5 Utilitas ... II-22

III LANDASAN TEORI

3.1 Defenisi Ergonomi ... III-1 3.2 Bidang Kajian Ergonomi ... III-2 3.3 Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Studi Penelitian ... III-3 3.4 Studi Teknik Tata Cara Kerja... III-4 3.5. Ruang Lingkup Penelitian Kerja ... III-4 3.6. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan ... III-5 3.7 Studi Gerakan ... III-6 3.4.1 Mencari (Search) ... III-9 3.7.2 Memilih (Select) ... III-9 3.7.3 Memegang (Grasp) ... III-9 3.7.4 Menjangkau (Reach) ... III-10 3.7.5 Membawa (Move) ... III-10 3.7.6 Memegang Untuk Memakai (Hold) ... III-10 3.7.7 Melepas (Release Load) ... III-11 3.7.8 Mengarahkan (Position) ... III-11 3.7.9 Mengarahkan Sementara (Preposition) ... III-12 3.7.10 Pemeriksaan (Inspeksi) ... III-12 3.7.11 Perakitan (Assemble) ... III-13 3.7.12 Lepas Rakit (Diassemble) ... III-13 3.7.13 Memakai (Use) ... III-13


(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB

HALAMAN

3.7.15 Kelambatan Yang Dapat Dihindarkan (Avoidable Delay) ... III-14 3.7.16 Merencakan (Plan) ... III-14 3.7.17 Istirahat Untuk Menghilangkan Kelelahan ... III-14 3.8 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan ... III-14 3.8.1 Eliminasi Gerakan ... III-17 3.8.2 Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja ... III-17 3.8.3 Penyerdehanaan Kegiatan ... III-18 3.9 Sikap dan Posisi Kerja ... III-15 3.10 Kondisi Lingkungan Kerja ... III-19 3.11 Pengukuran Waktu Kerja ... III-20 3.12 Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu... III-21 3.13 Langkah-Langkah Melakukan Pengukuran Waktu ... III-25 3.14 Tahapan Penentuan Waktu Normal ... III-29 3.15 Menentukan Allowance ... III-41 3.16 Perbaikan Metode Kerja ... III-42 3.17 Prosedur Perbaikan Metode Kerja ... III-43

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2 Prosedur Penelitian ... IV-1 4.2.1 Dilakukan Studi Literatur ... IV-2 4.2.2 Pangumpulan Data ... IV-2 4.2.3 Pengolahan data ... IV-3 4.2.4 Analisa dan Evaluasi ... IV-4 4.2.5 Kesimpulan dan Saran ... IV-4 4.3. Rancangan Metodologi Penelitian ... IV-5 4.4 Objek Penelitian ... IV-5 4.5 Variabel Yang Penelitian ... IV-5


(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB

HALAMAN

4.6 Instrumen Penelitian ... IV-6 4.7 Analisa Data ... IV-6

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Metode Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1 Pengukuran Waktu ... V-1 5.1.2 Posisi Letak Peralatan Kerja ... V-1 5.1.2.1 Posisi Komponen dan Peralatan Kerja Operator I ... V-2 5.1.2.2 Posisi Komponen dan Peralatan Kerja Operator II ... V-2 5.1.3 Uraian Kegiatan Kerja... V-3 5.1.3.1 Uraian Kegiatan Operator Pertama ... V-3 5.1.3.2 Uraian Kegiatan Operator Kedua ... V-4 5.1.4 Pemetaan Elemen-Elemen Gerakan Kerja Operator... V-4 5.2 Pengolahan Data ... V-10

5.2.1 Uji Keseragaman Data ... V-10 5.2.2 Uji Kecukupan Data ... V-16 5.2.3 Menentuka Rating factor ... V-17 5.2.4 Menentukan Allowance ... V-18 5.2.5 Menentukan Waktu Normal ... V-20 5.2.6 Perhitungan Waktu Standar ... V-21

VI ANALISA DAN EVALUASI

6.1 Analisa ... VI-1 6.2 Evaluasi ... VI-2 6.2.1 Tata Letak Komponen ... VI-2 6.2.2 Pemetaan Tangan Kiri dan Tangan Kanan ... VI-2


(11)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB

HALAMAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-1

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

TABEL

HALAMAN

2.1 Situasi Tenaga Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para ... II-4 3.1 Simbol-Simbol Therbligh ... III-8 3.2 Penyesuaian Menurut Cara Shumard ... III-28 3.3 Penyesuaian Cara Westinghouse... III-21 5.1 Peralatan Yang Digunakan Dalam Proses Sortasi

Rubber Smoke Sheet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para ... V-2

5.2 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Untuk Membawa Sheet ke Meja Sortasi Operator 1 (Cara Sekarang) ... V-5 5.3 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Untuk Memeriksa Sheet

Operator 1 (Cara Sekarang) ... V-6 5.4 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Untuk Membawa Sheet-Sheet

ke Pengepakan Operator 2 (Cara Sekarang) ... V-8 5.5 Data Waktu Pengamatan ... V-10 5.6 Kelompok Kegiatan dalam sub grup yang dilakukan secara

berturut-turut ... V-11 5.7 Waktu Rata-Rata Operator di Sortasi ... V-13 5.8 Hasil Uji Keseragaman Data Pada Hari I ... V-14 5.9 Hasil Uji Keseragaman Data Pada Hari II ... V-15 5.10 Hasil Uji Keseragaman Data Pada Hari III... V-15 5.11 Hasil Uji Kecukupan Data ... V-17 5.12 Westing house factor Operator Sortasi Rubber Smoke Sheet ... V-18 5.13 Allowance Untuk Kegiatan Proses Sortasi ... V-19 5.14 Waktu Normal dan Waktu Standard ... V-22 6.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Untuk Membawa Sheet ke Meja Sortasi

Operator 2 (Usulan) ... VI-4 6.2 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Untuk Memeriksa Sheet


(13)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL

HALAMAN

6.3 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Untuk Membawa heet-Sheet

Ke pengepakan Operator 2 (Usulan) ... VI-6 6.4 Perbedaan Waktu Siklus Metode Lama dengan Metode Baru ... VI-7


(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

HALAMAN

2.1 Struktur Organisasi PT.Perkebunan Nusantara III

Kebun Gunung Para ... I-3 2.2. Block Diagram Pembuatan Rubber Smoke Sheet

Pabrik Gunung Para ... II-11

3.1. Langkah-Langkah Sistematis Sebelum Melakukan Pengukuran ... III-24

3.2. Langkah-Langkah Sistematis Dalam Kegiatan Pengukuran Kerja ... III-25

4.1 Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-7

4.2 Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-8


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

HALAMAN

I Uraian Tugas dan Tanggungjawab Masing-Masing Bagian Organisasi di PT. Perkebunan Nusantara III

Gunung Para ... L-I II Uraian Singkat Sifat Fisika dan Kimia Asam Formiat ... L-2 III Tabel Besarnya Kelonggaran ... L-3 IV Posisi Letak Fasilitas Kerja ... L-4 V Sikap Kerja Operator Bagian Sortasi


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pengaturan metode kerja yang baik adalah memaksimalkan efisiensi dalam pelaksanaan suatu produksi. Sistem kerja terdiri dari empat komponen utama yaitu manusia, bahan, peralatan/fasilitas kerja dan lingkungan kerja seperti ruangan dengan udara dan keadaan pekerja lain disekelilingnya. Dari keempat komponen utama, komponen manusia adalah pusat dalam sistem kerja karena pada dasarnya manusia selain berperan sebagai perencana suatu sistem kerja juga sebagai pelaksana dan pengendali yang harus berinteraksi dengan sistem untuk dapat mengendalikan proses yang sedang berlangsung pada sistem kerja secara keseluruhan.

Bila peningkatan efektifitas dapat dilakukan dengan cara menyeimbangkan gerakan tangan kiri dan tangan kanan serta memperbaiki tata letak fasilitas kerja, maka kelambatan kerja dapat diperkecil atau waktu yang diperlukan mengerjakan sesuatu dalam satu satuan dapat diperpendek.

Dengan metode yang diterapkan operator dalam bekerja, belum mengoptimalkan keseimbangan penggunaan tangan kiri dan tangan kanan sehingga menimbulkan delay yang cukup besar, sehingga perbaikan metode kerja yang baru harus dibuat agar tercipta waktu yang semakin singkat, metode yang digunakan adalah metode tangan kiri dan tangan kanan. (Santo Kurniawan, 2006)

Peta tangan kiri dan tangan kanan adalah cara kerja yang dilakukan oleh operator yang dapat diuraikan berdasarkan elemen-elemen gerakannya dapat menganalisis


(17)

adanya gerakan efektif dan tidak efektif. (Ina Siti Hasanah dan Duva Dilani Shaffar, Teknik Industri, Institut Teknologi Gunadarma)

PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri karet. Salah satu produk yang dihasilkan adalah rubber smoke sheet. Pada proses produksi rubber smoke sheet melalui proses sortasi terdapat kegiatan yang bersifat manual dilakukan oleh gerakan tangan.

Melalui pengamatan yang dilakukan di sortasi adanya gerakan kurang efektif dan banyaknya delay sehingga waktu meyelesaikan pekerjaan lebih lama. Tata letak fasilitas bagian sortasi kurang baik karena letak sheet yang akan diperiksa oleh operator pertama berada dibelakang operator dan jarak sheet yang dengan operator 55 cm. Letak kereta sorong dengan operator kedua berjarak 95 cm. Keadaan ini membuat waktu banyak terbuang tentunya akan mengalami kelambatan dalam proses produksi. Tata letak fasilitas juga merupakan faktor yang mempengaruhi lainnya waktu penyelesaian.

Peta tangan kiri dan tangan kanan berguna untuk memperbaiki suatu stasiun kerja dengan menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efektif sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja. Untuk pengerjaannya setiap operasi diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan dan kemudian memilih elemen-elemen yang efektif. Apabila pekerjaan dilakukan dengan efektif maka waktu penyelesaian pekerjaan akan semakin singkat. Berdasarkan alasan tersebut peneliti mengangkat objek tersebut sebagai judul sarjana.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah perlunya mengurangi gerakan-gerakan yang kurang efektif dan mengurangi delay dengan menyeimbangkan gerakan-gerakan


(18)

tangan kiri dan tangan kanan serta mengatur tata letak tempat kerja sehingga mendukung gerakan menjadi efektif.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan perbaikan metode kerja yang dilakukan dengan keseimbangan tangan kiri dan tangan kanan di bagian sortasi PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengukur waktu Operator di bagian sortasi.

2. Mengukur tata letak fasilitas kerja di bagian sortasi. 3. Mengukur tingkat kelonggaran pekerja.

4. Meguraikan elemen-elemen kerja operator di bagian sortasi.

5. Memberikan usulan fasilitas kerja yang ergonomis pada bagian sortasi PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang akan diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pemahaman dan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan teori-teori yang telah diperoleh melalui buku-buku dan pelajaran di kelas.

2. Bagi Perusahaan

Penerapan metode kerja yang diharapkan akan meningkatkan kemampuan kerja perusahaan sehingga dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian yang sudah dilakukan di bagian meja sortasi rubber smoke sheet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para akan menjadi salah satu sumber informasi yang dapat diharapkan dalam melengkapi informasi yang telah ada.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian

Agar pembatasan masalah tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya, maka perlu dilakukan pembatasan permasalahan, adalah sebagai berikut : 1. Perbaikan metode kerja dengan pendekatan studi ergonomi berdasarkan peta

tangan kiri dan tangan kanan.

2. Pengamatan dan pengukuran waktu hanya dilakukan pada bagian meja sortasi.

Asumsi yang digunakan untuk membantu dalam pemecahan persoalan ini adalah :


(20)

1. Dalam waktu pelaksanaanya yang ditetapkan tidak terjadi gangguan-gangguan, misalnya perubahan situasi politik dan ekonomi dalam masyarakat, bencana alam, penundaan pelaksanaan akibat perubahan cuaca dan sebagainya yang diluar kemampuan pelaksana.

2. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam produksi dianggap berjalan dengan normal.

3. Operator dan peralatan yang dipilih untuk diamati dan diukur waktu kerjanya memiliki kondisi kerja yang baik.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan Tugas Sarjana

Sistematika penulisan dibuat untuk memudahkan penulisan, pembahasan, dan penulisan tugas sarjana ini. Maka dalam pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa bab dalam sistematika, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan langkah paling awal dalam proses pengusulan masalah, isinya meliputi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan tugas sarjana.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


(21)

manajemen, proses produksi, jumlah dan spesifikasi produk, uraian proses produksi dan sebagainya.

BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini diuraikan tentang teori-teori yang relevan sebagai pendukung dalam menyelesaikan masalah.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menampilkan langkah-langkah yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam melakukan penelitian dari awal penelitian sampai pada penyelesaian laporan. Bab ini berisi tentang metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian yang disertai dengan penjelasan pada tiap tahapan.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini mengindentifikasi keseluruhan data yang dibutuhkan dan dilanjutkan dengan teori-teori dan langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian dan juga berisi pengolahan data sebagai dasar pada bab analisa dan evaluasi.

BAB VI : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini dilakukan pembahasan dan analisa terhadap pengolahan data.


(22)

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian dari hasil pembahasan secara keseluruhan yang dapat diberikan peneliti bagi perusahaan yang disertai sejumlah saran mengenai berbagai aspek yang perlu diperhatikan oleh perusahaan.


(23)

B

BAABBIIII G

GAAMMBBAARRAANNUUMMUUMMPPEERRUUSSAAHHAAAANN

2

2..11.. SSeejjaarraahhPPeerruussaahhaaaan n

Kebun Gunung Para adalah salah satu kebun tradisional PT. Perkebunan Nusantara III terletak di kecamatan Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Dimana jarak perusahaan ini ± 112 km dari Medan dengan ketinggian 96 – 114 meter di atas permukaan laut, dengan letak topografinya berbukit dan bergelombang.

Perusahaan ini berasal dari milik perusahaan Belanda CMO (Cultur Misde

Oeoskut) yang diambil alih oleh negara pada tanggal 10 Desember 1957 dalam

perjalanan ini telah beberapa kali berganti namanya. Berikut adalah pergantian nama-nama PT. Perkebunan Nusantara III :

1. Kebun Gunung Para dahulu bernama CMO (Cultur Misde Oeskust) milik Belanda. 2. Pada tanggal 10 Desember 1957 dinasionalisasi

3. Tahun 1957 - 1960 bernama Perkebunan Negara Baru (PPN Baru) 4. Tahun 1961 - 1962 bernama PPN Kesatuan Sumut VII

5. Tahun 1963 - 1968 bernama PPN Karet IV

6. Tahun 1976 - 1994 bernama PT.Perkebunan IV (Persero) 7. Tahun 1994 - 1996 bernama PTP, III, IV, V

8. Sejak 14 Februari 1996 sampai sekarang bernama PT Perkebunan Nusantara III (Persero), disingkat PTPN III, berdasarkan PP No. 8. Tahun 1996 yaitu penggabungan PTP III, PTP IV dan PTP V ( Akte No.36 Tanggal 11 Maret 1996 dari Notaris Harun Kamil SH).


(24)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pabrik karet kebun Gunung Para terdiri dari dua jenis pengolahan yaitu pabrik yang menghasilkan sheet dan pabrik yang menghasilkan crumb rubber. Pabrik getah lateks menjadi sheet atau RSS (Rubber Smoke Sheet) mulai beroperasi pada tahun 1960 dengan hasil produksi : RSS-1, RSS-2, RSS-3, Cutting

Kapasitas Olah pabrik = 16.800 kg kadar kotor sheet/hari Kebutuhan Air = 20-25 m3/ ton kadar sheet Kebutuhan kayu asap = 3.5 m3/ ton kadar sheet Kebutuhan fomit acid = 7.5-9.00 kg/ ton kadar sheet

Bahan baku latex berasal dari kebun sendiri (Kebun milik perusahaan). Hasil olahan sebagian besar diekspor dan selebihnya dipasarkan di dalam negeri (lokal). Pengolahan kompo (bahan baku untuk membuat crumb rubber) menjadi standard

Internasional Rubber mulai beroperasi mulai pada tahun 1960 dengan hasil produksi :

SIR 10, SIR 20.

Kapasitas Olah Pabrik = 24 ton SIR/ hari Kebutuhan Air = 3000 liter/ jam

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi

Organisasi adalah merupakan sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya organisasi, setiap tugas dan kegiatan dapat


(25)

didistribusikan dan dikerjakan oleh setiap anggota kelompok secara efisien sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.

Manajemen adalah suatu proses yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dari sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu tujuan yang diinginkan. Sumber daya haruslah dapat dikelola dengan baik dalam sistem organisasi yang tepat agar tercipta kerjasama yang baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk bagan organisasi (organization chart) yang memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen dalam organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan kerja baik secara horizontal maupun vertikal.

Organisasi perusahaan telah disusun sedemikian rupa dan mempunyai struktur organisasi dalam bentuk organisasi garis atau lini dan fungsional.

Adapun struktur organisasi yang digunakan pada Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para adalah struktur organisasi fungsional dan lini seperti pada Gambar 2.1


(26)

Asisten Teknik Asisten Laboratorium Asisten Pengolahan Asisten Tata Usaha Asisten Sipil/ dan Alat Berat Asisten Personalia Kebun Masinis Kepala Manajer Fungsional Lini Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Keterangan Garis Gam bar 2.1. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III

Kebun Karet Gunung Para

Berdasarkan Gambar 2.1. di atas maka dapat dikatakan bahwa bentuk struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para adalah berbentuk campuran fungsional dan lini. Dikatakan berbentuk fungsional karena terdapat pembagian bidang-bidang seperti asistensi teknik, asisten laboratorium, dan bagian yang lainnya. Organisasi dikatakan berbentuk lini, karena suatu bentuk kekuasaan dan tanggung jawab diturunkan secara garis dari tingkat pimpinan atas kepada tingkat bawahnya. Pada struktur organisasi prinsip kesatuan dalam komando akan terpelihara dengan baik. Atasan hanya memerintah bawahan tertentu dan bawahan akan memberikan laporan kepada atasan yang memberikan perintah.

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Organisasi memiliki tugas dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan. Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing jabatan dalam struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para dapat dilihat pada lampiran 1.


(27)

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Karyawan

Tenaga kerja yang terdapat di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Uraian

KARYAWAN

Pensiunan Total Pria

(Orang)

Wanita (Orang)

Jumlah (Orang)

Manajer 1 - 1 - 1

Karyawan

Pimpinan 15 - 15 - 15

Karyawan

Pelaksana 838 114 952 376 1.328

Jumlah 854 114 968 376 1.344

Sumber : PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para

Tabel 2.1. Situasi Tenaga Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III

Kebun Gunung Para

2.3.4. Jam Kerja

Waktu kerja di PT. Nusantara III Gunung Para terdiri dari dua bagian yaitu waktu kerja karyawan kantor dan waktu kerja karyawan produksi. Adapun pembagian waktu kerja tersebut adalah sebagai berikut:

a. Waktu kerja karyawan kantor Senin-Jumat 08.00-16.00 Sabtu 08.00-12.00 b. Waktu kerja karyawan produksi

Untuk karyawan produksi terbagi atas 3 shift (Senin-Minggu), yaitu:


(28)

Shift II : 15.00 – 22.00 WIB

Shift III : 22.00 – 07.30 WIB

2.3.5. Sistem Pengupahan Dan Fasilitas Lainnya

Sistem Pengupahan karyawan diberikan gaji pokok menurut golongan yang sesuai dengan skala gaji. Bagi karyawan dengan golongan terendah mengacu kepada sekurang – kurangnya 75 % dari upah minimum. Di samping gaji pokok kepada karyawan karyawan diberikan tunjangan tetap sebesar 25 % dari gaji. Besarnya gaji untuk golongan terendah akan disesuaikan sejalan dengan penetapan upah minimum yang berlaku. Apabila perusahaan tidak mampu untuk melaksanakan penyesuaian upah minimum.

Kompensasi atas hasil kerja karyawan diwujudkan dalam bentuk upah dan

fasilitas-fasilitas yang menunjang kesejahteraan karyawan. Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan adalah sebagai berikut :

1 Karyawan musiman dibayar setiap akhir minggu. Besar upah yang diterima adalah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional).

2 Untuk karyawan tetap ada dua sistem penggajian yaitu :

a. Karyawan tetap harian, gaji dibayarkan sebesar 30 hari kerja dipotong hari kerja yang absen.

b. Karyawan tetap bulanan, gaji dibayarkan setiap bulan pada tanpa potongan hari kerja absen.

Untuk pelayanan kesehatan perusahaan memiliki unit P3K. Apabila penyakit yang diderita tidak dapat ditanggulangi oleh P3K maka karyawan dapat berobat ke rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan.


(29)

Perusahaan akan memberikan insentif kepada karyawan berupa bonus apabila perusahaan mendapatkan laba dari penjualan Sheet dan Crumb Rubber. Bonus yang didapat oleh karyawan ½ dari gaji karyawan.

Fasilitas-fasilitas karyawan yang ada dalam PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para adalah sebagai berikut :

1. Tempat tinggal (sewa rumah)

Kepada karyawan yang tidak mendapat fasilitas perumahan dari perusahaan diberikan bantuan sewa rumah yang besarnya :

a. 1.50 % dari Gaji pokok (untuk karyawan Kandir, GPIHK dan PRTRA) b. 2,35 % dari gaji pokok (untuk karyawan kebun / unit)

c. Air = 15 % dari sewa rumah (untuk semua karyawan) d. Transport = 30 % dari gaji pokok ( khusus karyawan kandir) e. Listrik = 25 % dari sewa rumah (untuk semua karyawan) 2. Jamsostek.

3. Kenderaan dinas.

Selain upah yang diberikan perusahaan juga memperhatikan keselamatan karyawan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek). Seluruh pekerja memperoleh jaminan atas keselamatannya selama melaksanakan pekerjaan.

2.4. Proses Produksi 2.4.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam memproduksi Rubber Moke Sheet dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu : bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong. Bahan yang digunakan antara lain :


(30)

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk dan memiliki persentase yang relatif besar dalam produk dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Bahan baku pada produk sheet yang digunakan adalah latex murni. Sedangkan bahan baku Crumb Rubber adalah : kompo (karet yang sudah berbentuk gumpalan batok kelapa).

2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah suatu bahan pelengkap yang ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk untuk meningkatkan citra atau mutu produk yang dihasilkan dan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah asam formit/semut dengan konsentrasi 3%-5%, cuka 7.5 kg/ton, amoniak 6.5 kg/ton. Sedangkan untuk menghasilkan Crumb Rubber tidak ada bahan yang di tambahkan. 3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk menambah mutu produk. Bahan penolong yang dipakai adalah plastik, dan pallet.

2.4.2. Jumlah dan Spesifikasi Produk

Adapun spesifikasi produk jadi PT. Nusantara III Gunung Para adalah sebagai berikut :

1. RSS-I

Tiap sheet harus dibungkus supaya bebas dari jamur. Sheet yang berbintik atau bergaris-garis karena oksidasi, lembek karena mengalami pemanasan tinggi, kurang matang, terlampau lama di asap, buram dan hangus tidak diperkenankan.


(31)

Karet harus kering, bersih, tidak mengandung cacat, bebas dari bahan-bahan yang berkarat kecuali gelembung udara sebesar kepala jarum dapat diterima. 2. RSS-II

Bila terdapat sedikit bahan-bahan yang bersifat seperti karat dan sedikit jamur pada pembalut akan ditolak. Karet harus kering, bersih, tidak mengandung cacat, bebas dari bahan-bahan yang berkarat kecuali ada gelembung-gelembung udara kecil dan noda-noda kecil berasal dari kulit kayu.

3. RSS-III

Bila pada waktu penyerahan terdapat sedikit bahan-bahan yang bersifat sepeti karat dan sedikit jamur pada pembalut di permukaan sheet tidak ditolak. Adanya sedikit cacat warna, gelembung-gelembung udara kecil berasal dari kulit kayu dalam jumlah masih sedikit juga diperkenankan. Karet harus kering, kuat dan tidak mengandung cacat lepuh.

4. Cutting

Cutting adalah bekas-bekas potongan kecil dari lembaran-lembaran sheet

sewaktu pensortiran, ukuran cutting maksimal 15 cm persegi. Bila ditemukan sedikit bahan seperti karat dan jamur pada pembalutan permukaan sheet penyerahan tidak ditolak. Sheet yang mengandung gelembung-gelembung udara dan karet yang lembek mengalami pemanasan tinggi serta cacat warna sheet karena terlalu lama diasap, sheet yang sedikit lengket serta sedikit kurang matang diperkenankan.

Kapasitas olah pabrik = 16.800 kg kering/ hari Kebutuhan air = 20-25 m3/ton kadar sheet


(32)

Kebutuhan kayu asap = 3.5 m3 /ton kadar sheet.

2.4.3. Uraian Proses Produksi

Adapun uraian proses menghasilkan sheet, melalui blok diagram pabrik

Rubber Smoke Sheet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para dapat dilihat pada


(33)

Gambar 2.2. Block Diagram Pembuatan Rubber Smoked Sheet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

PENERIMAAN LATEX

BAK PENERIMAAN

BAK KOAGULASI

PENGGILINGAN SHEET

PENIRISAN DI LORI

PENGERINGAN DANPENGASAPAN (KAMAR ASAP)

SORTASI

PACKING

PENYIMPANAN SHEET


(34)

Uraian Proses dan Fasilitas yang digunakan di pabrik karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah sebagai berikut :

1. Bak Penerimaan

Lateks yang datang dari kebun sebelum dimasukkan dalam main bak terlebih dahulu dilakukan pengukuran volume lateks dalam tangki dengan memakai talang ukuran tangki dan kemudian penuangan lateks ke main bak harus disaring dan ditampung dalam main bak penampungan yang juga berfungsi untuk tempat pengenceran lateks. Penerimaan lateks di pabrik harus ditentukan kadar karet keringnya

Dry Rubber Counteen (Drc) dengan menggunakan alat metrolac.

1. Cara menentukan Drc dengan metrolac

Setiap tangki lateks diambil contoh lateks sebanyak 500 cc, kemudian ditambahkan air sebanyak 1000 cc (perbandingan 1 : 2), aduk perlahan-lahan sampai campuran lateks dengan air merata, lalu dimasukkan kedalam tabung. Busa lateks yang ada di atas permukaan dihilangkan untuk menghindarkan kesalahan baca pada skala

metrolac. Kemudian masukkan metrolac ke dalam tabung yang berisi contoh lateks,

penunjukan skala metrolac pada batas permukaan contoh lateks tersebut, maka itulah kadar karet keringnya (Drc).

2. Cara lain untuk menentukan Drc (Dry Rubber Counteen)

Untuk mengetahui kadar karet kering selain menggunakan metrolac dapat juga ditentukan dengan cara mencari faktor pengeringannya sebagai berikut :

a. Ambil contoh lateks yang datang ke pabrik sebanyak 200 cc b. Tambahkan asam semut ± 2 cc


(35)

d. Digiling dengan jumlah penggilingan 8 kali dengan tebal lembaran kira-kira 2.5 mm

e. Setelah digiling dikibaskan sampai air tuntas.

f. Kemudian lembaran karet basah ditimbang dan dicatat berat basahnya lalu dikeringkan di kamar asap, setelah kering ditimbang lagi dan dicatat keringnya. 3. Pengenceran Lateks

Pengenceran lateks bertujuan sebagai berikut :

a. Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga giling tidak terlalu besar. b. Untuk memudahkan penghilangan gelembung udara.

c. Untuk memudahkan pencampuran asam semut.

Selama pengenceran lateks di main bak harus dilakukan pengadukan dengan suatu alat yang dinamakan agitator agar pencampuran lateks dengan air merata atau homogen.

2. Pembekuan/Koagulasi

Setelah lateks diencerkan sampai 15 % kemudian dialirkan melalui gutther (talang) dan dimasukkan kedalam bak pembekuan setelah terlebih dahulu melewati saringan. Setelah permukaan lateks mencapai ketinggian tertentu, aliran lateks dihentikan dan pindah ke bak berikutnya. Busa yang terbentuk pada permukaan lateks harus diambil dengan alat serok.

Tambahan asam formit/semut 500 cc-600 cc dengan konsentrasi 3 %-5 % bak pembekuan, waktu pembekuan 6-8 jam. Selama penuangan asam semut harus diikuti dengan pengadukan dari belakang sebanyak 14-16 kali. Sebelum dituangkan asam semut tersebut harus diencerkan terlebih dahulu menjadi konsentrasi 3 %-5 % dengan


(36)

cara menambahkan air 9 liter. Busa yang terbentuk setelah pengadukan diambil lagi dengan serok busa dari alumunium.

Pemasangan sekat (sisir) di mulai dari tengah kemudian kedua bagian yang terbentuk dibagi dua lagi dan seterusnya, untuk mengurangi gelembung- gelembung yang melekat pada sekat-sekat maka sekat ini harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.

3. Penggilingan

Penggilingan dilakukan dengan gilingan sheet yang konstruksinya terdiri dari 6 buah rol yang disebut “six in one” gilingan rol 1 sampai dengan 5 rolnya licin (tidak berbunga) sedangkan gilingan rolnya terakhir atau finisher rolnya diberi berbunga

(grooving). Tujuan diberi bunga adalah agar lebih mudah dalam pengeringan dan tidak

lengket bila ditumpuk, masing-masing rol gilingan dilengkapi dengan saluran air, di depan gilingan terakhir dibuat bak air empat persegi, untuk pencucian terakhir lembaran

sheet.

Adapun tujuan penggilingan yaitu :

1. Mengeluarkan kandungan air dari lembaran sheet

2. Menghilangkan/membuang lendir yang terdapat di permukaan lembaran 3. Menipiskan lembaran sheet setebal 2-4 mm.

4. Penirisan di Lori

Sebelum dimasukan ke dalam kamar pengasapan terlebih dahulu lembaran sheet dikeringkan diudara bebas selama 2 jam dengan tujuan mengurangi kadar air sehingga mempercepat proses pengeringan di dalam kamar asap.


(37)

5. Pengeringan dan Pengasapan (kamar Asap)

Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air sehingga sheet kering, agar kondisi mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan dan pengangkutan. Sedangkan fungsi asap adalah untuk memberikan warna coklat terang pada sheet dan untuk mencegah pertumbuhan spora/jamur.

Cara pengeringan dan pengasapan dilakukan dengan menggantungkan sheet di atas gantar-gantar bambu/kayu, lori dengan kapasitas lebih kurang 504 lembar/lori. Sebelum lori-lori yang berisi sheet dimasukkan ke kamar pengeringan terlebih dahulu dibiarkan atau ditiriskan di luar selama 2 jam atau lebih supaya air yang terdapat di permukaan lembaran sheet jatuh untuk menghindarkan kelembaban yang tinggi di dalam kamar pengeringan, setelah pengasapan selama satu malam lori-lori tersebut di keluarkan dan dilakukan penyambretan, selama pengeringan 4-5 hari.

1. Pengaturan suhu di dalam kamar asap a. Hari I suhu 40-450 Ventilasi terbuka penuh b. Hari II suhu 45-500 Ventilasi setengah terbuka c. Hari III suhu 50-550 Ventilasi seperempat terbuka d. Hari IV suhu 55-600 Ventilasi tertutup

e. Hari V suhu 600-650 Ventilasi tertutup a. Spesifikasi kamar asap

a. Type : subur kamar Jumlah kamar : 8 kamar Kapasitas kamar : 6 lori/kamar b. Type : malaka


(38)

Jumlah kamar : 6 kamar Kapasitas kamar : 12 lori/kamar

6. Sortasi

Tujuan dilakukannya sortasi adalah untuk memisahkan antara RSS I, RSS II, RSS III dan Cutting. Setelah proses pemisahan maka Sheet selanjutnya dipress dengan menggunakan mesin press hidrolik.

1. Panjang : 55 cm – 57 cm 2. Lebar : 50 cm –56 cm 3. Tinggi : 40 cm - 47 cm

Setelah pengepresan cantelan (gelangan) besi jangan dibuka, biarkan sheet berada dalam peti press selama satu malam, keesokan harinya baru dibuka cantelan (gelangan) besinya.

7. Pengepakan (Packing)

Pembungkusan dilakukan dengan menusuk-nusuk lembaran pembungkus dengan alat tusuk dari baja yang runcing, sehingga pembungkusan benar-benar melekat. Setelah selesai pembungkusan, ball tersebut di kapur.

8. Gudang Produksi

Setelah proses pembungkusan, sheet disimpan di gudang produksi sebelum dipasarkan.


(39)

2.4.4 Mesin dan Peralatan 2.4.4.1 Mesin Produksi

Pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para ada mesin-mesin yang digunakan untuk proses pembuatan sheet adalah sebagai berikut:

1. Mesin Sheeter

Kapasitas : 500 Kg/Jam, Power : 75 Hp,Tegangan : 220/380V, 3 fasa, Frekwensi : 50 hz, Putaran : 1415 Rpm.

Jumlah : 5 buah.

Fungsi : mengiling koagulum dari bak koagulasi menjadi lembaran Sheet dengan tebal 3 mm.

2. Balling Press

Kapasitas: 1000 Kg/Jam, power : 75 Hp, Tegangan : 220/380V, 3 fasa, Frekwensi : 50 Hz, Putaran : 1450 Rpm

Fungsi : untuk memadatkan lembaran sheet menjadi bentuk bandela seberat 331/3 Kg dan ball 113 Kg (lose ball).

3. Mesin Agigator

Power : Power : 30 Hp, Tegangan : 220/380 V, 3 fasa, Frekwensi : 50 hz, Putaran : 930 Rpm

Fungsi : untuk menghomogenkan air dengan lateks murni (karet alam).

Agar proses produksi tidak terganggu, maka perawatan mesin harus dilakukan secara rutin yang ditanggungjawabi oleh Kepala Dinas Teknik. Di Kebun PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para perawatan mesin ini terdiri dari perawatan terencana dan perawatan tidak terencana.


(40)

1. Perawatan Terencana

Perawatan terencana dilakukan setiap hari dengan mengecek mesin-mesin. Selain itu setelah satu minggu digunakan, pada hari Minggu juga dilakukan perawatan dengan memberi minyak dan mengganti bagian-bagian mesin yang telah aus. Perawatan mesin seperti ini biasa pula disebut sebagai pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya gangguan proses produksi.

2. Perawatan Tidak Terencana

Perawatan tidak terencana dilakukan jika terjadi gangguan mesin produksi pada saat mesin sedang berproduksi. Hal seperti ini sangat dihindari karena dapat mengganggu jalannya produksi.

2.4.4.2 Peralatan Untuk Pengolahan Sheet

Pada PT. Nusantara III Gunung Para peralatan yang digunakan untuk proses pengolahan sheet adalah sebagai berikut :

1. Bak Penerimaan

Bak penerimaan berfungsi tempat penerimaan latex dari lapangan sekaligus proses pengenceran latex menjadi DRC 13-15 %.

2. Bak Koagulasi

Bak koagulasi berfungsi sebagai tempat latex yang telah diencerkan untuk pembekuan dengan Formic acid 7.5-9.00 kg/ton kering dengan kapasitas bak 650 liter/bak.


(41)

Lebar : 0.72 meter Tinggi : 0.39 meter Isi : 650 liter Penyekat : 74 buah Banyak lembaran : 75 lembar Jumlah bak : 80 buah Jarak antara sekat : 10 cm 3. Lori sheet

Lori sheet adalah sebagai alat mengangkut lembaran karet yang akan dimasukkan ke kamar asap. Pemeliharaannya tetap dilakukan secara intensif diantaranya rail dan roda – roda lori tetap berfungsi baik dan berikan minyak pelumas secukupnya. Lori sheet berfungsi tempat penjemuran sheet, pengeringan

sheet sebelum masuk kamar Asap kapasitas Lori sheet = 456 lembar.

a. Tempat terbuat dari kayu

Satu baris terbuat dari : 42 batang Satu batang terdiri dari : 3 lembar Banyaknya tingkatannya ada: 4 tingkatan Satu lembar beratnya :1,2 kg

Berat sheet 1 lori 42 x 3 x 4 x 1.2 = 662.4 kg Banyaknya lembaran sheet 42 x 3 x 4 = 504 lembar b. Tempat kayu terbuat dari besi

Satu baris terbuat dari : 46 batang Satu batang terdiri dari : 3 lembar


(42)

Banyaknya tingkatannya ada: 4 tingkatan Satu lembar beratnya :1,2 kg

Berat sheet 1 lori 46 x 3 x 4 x 1.2 = 662.4 kg Banyaknya lembaran sheet 46 x 3 x 4 = 552 lembar 4. Kamar Asap

Kamar asap berfungsi untuk mengeringkan sekaligus membentuk warna sheet selama 5 hari temperatur 40-65 ºC, kapasitas kamar asap = 3000 kg/kamar, dengan tahapan temperatur :

Hari Pertama : 40-45 ºC Hari kedua : 45-50 ºC Hari Ketiga : 50-55 ºC Hari Keempat : 55-60 ºC Hari Kelima : 60-65 ºC Kamar asap subur

Jumlah kamar : 8 kamar Kapasitas kamar : 6 lori/kamar

Kamar asap air wood

Jumlah kamar : 6 kamar Kapasitas kamar : 12 lori/kamar 5. Ruangan Sortasi

Ruangan sortasi berfungsi menyortir lembaran sheet untuk memperoleh mutu RSS-I, RSS-II, RSS-III, dan cutting. Dimana RSS-I adalah harus bebas dari segala kotoran dan gelembung-gelembung, karet cukup kering, bebas jamur, dan elastisitas cukup baik tidak melekat. RSS-II adalah harus bebas dari segala


(43)

kotoran, gelembung-gelembung yang sangat halus serta terpencar-pencar masih dibenarkan, sedangkan syarat lain sama dengan mutu RSS-I. RSS-III adalah dibenarkan sedikit kotoran serta gelembung yaitu gelembung-gelembung halus merata dan gelembung-gelembung besar yang menumpuk terpencar-pencar, bekas-bekas jamur yang telah dibersihkan, serta lembaran yang koyak dapat dibenarkan. Sedangkan cutting adalah bekas-bekas potongan kecil dari lembaran sheet sewaktu pensortiran, ukuran cutting maximal 15 cm persegi.

6. Packing

Packing lose ball berat 113 kg/ball dan untuk bentuk pallet 1200 kg/ pallet.

7. Gudang Produksi

Gudang berfungsi untuk menyimpan produksi siap ekspor dan yang akan dikirim di lokal.

Sarana pendukung pada Kebun PT. Nusantara III Kebun Gunung Para antara lain :

a. Listrik

Energi listrik diperoleh dari PLN dan jika listrik padam digunakan genset untuk menggerakkan mesin-mesin.

b. Air

Air yang digunakan oleh Kebun PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para berasal dari sumur bor.

2.4.5 Utilitas


(44)

1. Mesin Genset

Mesin Genset berfungsi sebagi alat pembangkit listrik apabila terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Mesin genset yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III kebun Gunung Para 2 unit

Spesifikasi mesin Genset

Merk : Kipor, Frekwensi : 50 Hz, Putaran : 5000 Rpm 2. Tangki Air

Tangki Air berfungsi menampung air hujan. Tinggi: 12 m, Kapasitas 6000 liter, Diameter 8 m.


(45)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Defenisi Ergonomi

Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ERGON (kerja) dan NOMOS (hukum alam). Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman, nyaman, sehat, efisien.

Ilmu ergonomi akan memberikan manfaat yang sangat besar apabila perusahaan menerapkan secara tepat. Manfaat penerapan ergonomi antara lain adalah :

1. Menambah waktu kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.

2. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan.

3. Mengoptimalkan pendayagunaan sumer daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang diperlukan.

4. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.

5. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.


(46)

Penerapan ergonomi memerlukan informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasan. Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi-informasi ini, telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan. Ada empat kelompok besar bidang penyelidikan yaitu:

1. Penyelidikan tentang display

Display adalah suatu perangakat antara yang menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan kemudian mengkomunikasikannya pada manusia dalam bentuk tanda-tanda, angka-angka, lambang dan sebagainya.

2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalian

Dalam hal ini diselidiki tentang aktifitas-aktifitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktifitas tersebut.

3. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja

Penyelidikan dilakukan untuk mendapatkan tempat kerja yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran-ukuran dari tempat kerja harus sesuai dengan tubuh manusia.

4. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik

Penyelidikan yang meliputi ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja yang kedua-duanya mempengaruhi tingkah laku manusia.


(47)

Penelitian metode atau gerakan kerja (motion study) dan pengukuran waktu kerja

(time study atau work measurement) diawali oleh dua peneliti walaupun tidak dilakukan

bersama-sama yaitu Frederich W. Taylor dan Frank B. Gilbreth. Dimana Taylor sampai saat ini dipandang sebagai seorang yang memberikan kontribusi besar dalam dunia ilmu pengetahuan, bukan hanya teknik industri tetapi juga ilmu Manajemen.

Ia bekerja dipabrik baja di Amerika tahun 1891 sebagai seorang pengawas. Seorang lagi yang dipandang mempunyai peranan besar, khususnya dalam pengemabngan awal teknik tata cara kerja adalah frank B. Gilbreth. Pada mulanya ia adalah seorang kontraktor bangunan yang berhasil di Amerika serikat. Di dalam bidangnya sebagaimana halnya Taylor ketika melihat tata cara kerja para pekerjanya, dia pun melihat ketidakefisienan gerakan-gerakan kerja.

Semakin lama Gilbreth semakin terdorong untuk mempelajari kelemahan-kelemahan cara kerja dan menginginkan mencari kemungkinan-kemungkinan mengatasinya. Akhirnya Gerakan-gerakan kerja yang dilakukan pekerja diamati dan diteliti antara lain dengan menggunakan kamera-kamera film untuk merekam, kemudian mempelajari hasilnya dengan kecepatan putar sangat lambat.

Dari penelitian-penelitian itu akhirnya Gilbreth mendapatkan suatu prosedur untuk menganalisa gerakan kerja dan memperbaikinya. Prosedur itu adalah membagi gerakan-gerakan kerja menjadi elemen-elemen gerakan dasar. Sehubungan dengan ini Gilbreth mengemukakan bahwa perbaikan gerakan lebih mungkin dilakukan pada tataran elemennya yang pada gilirannya merupakan perbaikan gerakan itu sendiri.

Peranan istrinya dalam usaha ini cukup besar khususnya dalam memberiakan perhatian pada segi-segi psikologis yang berhubungan dengan gerakan-gerakan kerja


(48)

dan perbaikan-perbaikannya. Melengkapi studi gerakan yang menganalisis gerakan melalui elemen-elemennya.

Keduanya mengembangkan serangkaian prinsip perancangna sistem kerja yang dikenal sebagai ekonomi gerakan. Prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sehingga memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk sejauh mungkin menghindarkan atau melambatkan datangnya kelelahan.

3.4. Studi Teknik Tata Cara Kerja

Studi Teknik Tata Cara Kerja sangat dibutuhkan karena di dalam ini terdapat prinsip-prinsip untuk merancang system kerja yang terbaik. Penataan sistem kerja umumnya berisi berisi prinsip-prinsip yang mengatur komponen-komponen sistem kerja. Komponen-komponen kerja diatur sehingga bersama-sama berada dalam suatu komposisi yang baik, yaitu yang dapat memberikan keadaan yang efektif, aman, sehat, nyaman dan efisien.

3.5. Ruang Lingkup Penelitian Kerja

Sasaran pokok dari efektivitas ini adalah mencari, mengembangkan dan menerapkan metode kerja yang lebih efektif dan efisien dengan tujuan akhir adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang lebih singkat. Proses penelitian ini akan menitikberatkan pada studi gerakan kerja yang dilakukan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Untuk mencapai tujuan ini maka terlebih dahulu diperoleh kondisi pekerjaan yang memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan secara ekonomis. Untuk


(49)

mendapatkan kondisi yang baik yaitu memungkinkan dilakukan gerakan yang ekonomis perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu :

- Penggunaan bahan/anggota tubuh manusia serta gerakan-gerakan. - Pengaturan letak area kerja.

- Perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja.

3.6. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta tangan kiri dan tangan kanan merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien, yaitu gerakan-gerakan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

Peta ini menggambarkan semua gerakan-gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan pekerjaan.

Melalui peta ini bisa melihat semua operasi secara lengkap, yang berarti mempermudah perbaikan operasi. Peta ini sangat praktis untuk memperbaiki suatu pekerjaan yang manual dimana tiap siklus dari pekerja terjadi cepat dan terus berulang. Peta ini juga melihat dengan jelas pola-pola gerakan yang tidak efisien dan bisa melihat adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ekonomi gerakan.

Pada dasarnya, peta kerja tangan kiri dan tangan kanan berguna untuk memperbaiki suatu stasiun kerja, namun peta ini memiliki kegunaan yang lebih khusus, diantaranya :


(50)

Dengan bantuan studi gerakan dan prinsip-prinsip ekonomi gerakan maka dapat menguraikan suatu pekerjaan lengkap menjadi elemen-elemen gerakan yang terperinci. Setiap elemen gerakan dari pekerjaan ini dibebankan kesetiap tangan sedemikian rupa sehingga seimbang.

2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif, sehingga tentunya mempersingkat waktu kerja.

3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.

Tata letak tempat kerja juga merupakan faktor yang mempengaruhi lamanya waktu penyelesaian.

4. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru dengan cara kerja ideal.

Peta tangan kiri dan tangan kanan menunjukkan urutan-urutan pengerjaan yang terbaik.

3.7. Studi Gerakan

Studi gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerjaan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian dapat diharapkan agar gerakan-gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga akan memperoleh penghematan dalam waktu kerja.

Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seorang pekerja adakalanya pula seseorang pekerja melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu atau biasa disebut gerakan yang tidak efektif. Perancang kerja akan menghindari gerakan-gerakan yang tidak efektif karena itu terlebih dahulu perlu mempelajari yang berhubungan dengan gerakan-gerakan kerja serta perancangan metode kerja.


(51)

Oleh Gilbreth setiap Therblig dinyatakan dalam lambang-lambang tertentu seperti yang terlihat pada Tabel 3.1. adapun pengertian dari setiap elemen gerakan


(52)

Tabel 3.1. Simbol-Simbol Therblig1

Nama Therblig Simbol Therblig Lambang Huruf

Mencari (Search) SH

Memilih (Select) ST

Memegang (Grasp) G

Menjangkau (Reach) RE

Membawa (Move) M

Memegang untuk memakai (Hold)

H

Melepas (Released load) RL

Pengarahan (Position) P

Pengarahan sementara PP

Memeriksa (Inspeksi) I

Merakit (Assemble) A

Lepas rakit (Disassemble) DA

Memakai (Use) U

Delay tak terhindarkan UD

Delay yang dapat dihindarkan AD

Merencanakan (Plan) Pa

Istirahat untuk menghilangkan fatique

R

3.7.1. Mencari (Search)

1


(53)

Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek. Yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek sudah ditemukan.

Mencari merupakan gerakan yang tidak efektif dan masih dapat dihindarkan misalnya dengan menyimpan peralatan atau bahan-bahan pada tempat yang tetap sehingga proses mencari dapat dihilangkan. Tujuan lain daripada analisis gerakan ini adalah untuk memeudahkan seorang pekerja dapat dengan cepat menyesuaikan dirinya, terutama dalam pengenalan tempat-tempat perlatan dan bahan yang akan dipergunakan dalam pekerjaannya.

3.7.2. Memilih (Select)

Elemen gerakan memilih merupakan gerakan untuk menemukan objek yang tercampur. Tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila objek sudah ditemukan. Gerakan memilih merupakan gerakan yang tidak efektif, sehingga sedapat mungkin elemen gerakan ini harus dihindarkan.

3.7.3. Memegang (Grasp)

Elemen gerakan memegang adalah gerakan untuk memegang objek, biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa. Therblig ini merupakan gerakan yang efektif dari suatu pekerjaan dan meskipun sulit untuk dihilangkan dalam beberapa keadaan masih dapat diperbaiki.

3.7.4. Menjangkau (Reach)

Pengertian menjangkau dalam therblig ini adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas (release) dan diikuti oleh gerakan memegang.


(54)

Gerakan ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir bila tangan sudah berhenti. Seperti juga memegang, menjangkau, sulit untuk dihilangkan secara keseluruhan dari siklus kerja, yang masih mungkin adalah pengurangan dari waktu gerak ini.

3.7.5. Membawa (Move)

Membawa adalah elemen gerak perpindahan tangan, dalam gerakan ini tangan terbebani. Gerakan membawa biasanya didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga oleh pengarahan (position). Dalam beberapa pekerjaan yang memerlukan kombinasi antara tangan dan mata, waktu yang diperlukan untuk membawa menjadi terpengaruhi oleh waktu yang terpengaruhi oleh waktu yang diperlukan oleh gerakan tangan.

3.7.6. Memegang untuk memakai (Hold)

Elemen gerakan memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakan objek yang dipegang. Perbedaannya dengan memegang (grasp) adalah pada perlakuan terhadap objek yang dipegang. Gerakan ini sering dijumpai pada pekerjaan satu tangan memegang untuk memakai dan satu tangan lagi melakukan pekerjaan memasang. Therblig ini merupakan gerakan yang tidak efektif, dengan demikian sedapat mungkin harus dihilangkan atau paling tidak dikurangi.

3.7.7. Melepas (Release Load)

Elemen gerakan melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan objek yang dipegangnya. Bila dibandingkan dengan therblig lainnya, gerakan melepas merupakan gerakan yang relatif lebih singkat.


(55)

Gerakan ini dimulai pada saat pekerja melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila seluruh jarinya sudah tidak menyentuh objek lagi. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan mengangkat atau dapat pula gerakan mengarahkan dan biasanya diikuti oleh gerakan menjangkau.

3.7.8. Mengarahkan (Position)

Therblig ini merupakan gerakan mengarahkan suatu objek pada suatu lokasi tertentu. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti oleh gerakan merakit. Gerakan ini dimulai sejak tangan mengendalikan objek misalnya memutar, menggeser ketempat kerja mata, karena selama tangan mengarahkan, mata harus terus mengontrol agar objek dapat dengan mudah ditempatkan pada lokasi yang telah ditentukan.

3.7.9. Mengarahkan sementara (Pre position)

Mengarahkan sementara merupakan elemen gerak mengarahkan pada suatu tempat sementara. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemegangan apabila objek tersebut akan dipakai kembali. Dengan demikian untuk siklus kerja berikutnya elemen gerak mengarahkan diharapkan berkurang. Hal ini terjadi karena objek yang akan dipegang sudah diposisikan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemakaian selanjutnya.

3.7.10.Pemeriksaan (Inspeksi)

Therblig ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen gerakan ini dapat berupa gerakan


(56)

melihat seperti untuk memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan, mencium, mendengarkan dan kadang-kadang merasa dengan lidah.

Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan objek dengan suatu standard sehingga banyak atau sedikit waktu yang diperlukan untuk memeriksa tergantung pada kecepatan operator untuk menemukan perbedaan antara objek dengan standard yang dibandingkan.

Pemeriksaan yang dilakukan dalam therblig ini dapat berupa pemeriksaan kualitas seperti baik atau buruknya objek yang ditentukan oleh warnanya, dan jumlah cacatnya.

3.7.11.Perakitan (Assemble)

Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu objek dengan objek yang lain sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh salah satu therblig membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh melepas.

3.7.12.Lepas Rakit (Diassemble)

Therblig ini merupakan kebalikan dari perakitan, disini dua bagian objek dipisahkan dari satu kesatuan. Gerakan ini dimulai pada saat pemegangan atas objek dan dilanjutkan dengan usaha memisahkan dan berakhir bila kedua objek telah terpisah secara sempurna. Biasanya akhir dari lepas rakit merupakan awal dari salah satu gerakan membawa atau melepas.


(57)

Elemen gerakan memakai adalah gerakan bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk menggunakan alat. Lamanya waktu yang dipergunakan untuk gerakan ini tergantung dari jenis pekerjaan dan keterampilan dari pekerjaannya.

3.7.14.Kelambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable delay)

Kelambatan yang dimaksud disini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan yang lainnya bekerja. Gangguan-ganguan yang terjadi seperti padamnya listrik, rusaknya alat-alat mengakibatkan kelambatan.

3.7.15.Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable Delay)

Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjaanya baik disengaja maupun tidak disengaja. Misalnya pekerja yang menderita sakit batuk, merokok ketika sedang bekerja. Untuk mengurangi kelambatan ini harus diadakan perbaikan oleh pekerjaannya sendiri tanpa harus merubah proses operasinya.

3.7.16.Merencanakan (Plan)

Merencanakan merupakan proses mental sehingga operator berfikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Therblig ini lebih sering dilakuka n pada seorang pekerja baru.


(58)

Kegiatan bertujuan untuk memulihkan kondisi badan pekerja dari rasa lelah sebagai akibat kerja yang berbeda-beda, tidak saja kerena jenis pekerjaannya tetapi juga oleh individu pekerjanya.

3.8. Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan

Prinsip-prinsip ekonomi gerakan memiliki prinsip yang cukup erat satu sama lain dan dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Prinsip-prinsip ini dapat dihubungkan dengan beberapa hal, yaitu :

1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakannya, yang terdiri dari :

a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama. b. Kedua tangan sebaiknya tidak mengganggur pada saat yang sama kecuali pada

waktu istirahat.

c. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah.

d. Gerakan tangan dan badan sebaiknya dihemat.

e. Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambat gerakan tersebut.

f. Usahakan sedikit mungkin gerakan mata.

2. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat kerja.

a. Sebaiknya diusahakan agar bahan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap. b. Tempat bahan dan peralatan berada di tempat yang mudah dicapai.


(59)

c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia di tempat yang dekat untuk diambil.

d. Sebaiknya untuk menyalurkan objek yang sudah selesai dirancang mekanisme yang baik.

e. Tipe letak pencahayaan dan peralatan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu kondisi yang baik untuk penglihatan.

3. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan perancangan peralatan.

a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat ditingkatkan.

b. Peralatan dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanannya.

c. Sebaiknya peralatan dirancang dengan baik agar mempunyai lebih dari satu kegunaan.

d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri maka beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari.

e. Roda tangan, palang, dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian sehingga beban dapat melayaninya dengan posisi yang baik serta tenaga yang minimum.


(60)

Prinsip ekonomi gerakan diatas sangat berkaitan cukup erat satu sama lain dapat gunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya.

3.8.1. Eliminasi Gerakan

1. Eliminasi semua kegiatan/aktivitas yang memungkinkan, langkah-langkah atau gerakan-gerakan anggota tubuh.

2. Eliminasi kondisi yang tidak beraturan didalam setiap kegiatan. Letakkan segala fasilitas kerja dan material/komponen pada lokasi yang tetap yang dapat menyebabkan gerakan-gerakan yang otomatis.

3. Eliminasi penggunaan tangan sebagai memegang (holding device) karena hal ini merupakan kegiatan tidak produktif yang menyebabkan kerja kedua tangan tidak seimbang.

4. Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya, abnormal, terutama yang menyangkut keselamatan kerja.

5. Eliminasi penggunaan tenaga otot unutk melaksanakan kegiatan statis atau fixed

position. Sebaiknya gunakan tenaga mesin.

6. Eliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu (delay time) dengan membuat perencanaan atau penjadwalan kerja sebaik-baiknya.


(61)

1. Gerakan-gerakan kerja yang berlangsung pendek terputus-putus dan cenderung berubah-ubah arahnya dengan sebuah gerakan yang kontiniu diganti atau dikombinasikan, tidak patah-patah dan cenderung membentuk kurva.

2. Aktivitas-aktivitas yang mampu ditangani oleh sebuah peralatan dengan membuat desain yang multi guna dikombinasikan.

3. Distribusikan kegiatan keseimbangan kerja antara kedua tangan. Pola gerakan kerja yang simultan dan simetris akan memberikan gerakan yang paling efektif. Beban kerja yang merata diantara anggota kelompok kerja apabila kegiatan dilaksanakan secara berkelompok.

3.8.3. Penyederhanaan Kegiatan

1. Laksanakan setiap kegiatan kerja dengan prinsip kebutuhan energi otot yang digunakan minimal.

2. Kurangi kegiatan mencari-cari objek kerja (peralatan kerja, material, dll) hal ini dapat dilakukan apabila meletakkan objek kerja di tempat yang tidak berubah-ubah. 3. Letakkan fasilitas kerja berada dalam jangkauan tangan yang normal. Gerakan

tangan berada pada jarak yang sependek-pendeknya sehingga waktu yang dikeluarkan akan semakin singkat.

4. Sesuaikan letak dari peralatan dengan memperhatikan dimensi tubuh manusia dan kekuatan otot yang dibutuhkan. Jangkauan jarak yang pendek diperlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan bila jaraknya jauh.


(62)

Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang kurang sesuai maka disarankan untuk melakukan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal sesuai prinsip ekonomi gerakan. Daerah kerja normal adalah daerah di depan pekerja yang dapat disapu oleh kedua lengan.

2. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama dengan leher, kepala, dada atau kaki berada dalam sikap atau posisi miring. Demikian juga sedapat mungkin menghindari cara kerja yang memaksa operator harus bekerja dangan posisi terlentang atau terlungkup.

3. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekwensi atau periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku yang normal. 4. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi kerja

membungkuk dengan frekwensi kegiatan yang sering atau jangka waktu lama. Stasiun kerja harus dirancang terutama memperlihatkan fasilitas kerjanya seperti meja, kursi dan lain-lain yang sesuai dengan anthropometri agar operator dapat menjaga sikap dan posisi kerja yang tegak dan normal. Ketentuan ini terutama ditekankan bilamana pekerjaan dilaksanakan dengan posisi berdiri.

3.10. Kondisi Lingkungan Kerja

Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik sehinga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila keduanya ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang baik2

2


(63)

Kondisi lingkungan dikatakan baik apabila didalamnya manusia bisa melaksanakan kegiatannya dengan aman, sehat dan nyaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja antara lain temperatur, kelembaban, getaran, kebisingan, pencahayaan, dan lain-lain. Adanya lingkungan kerja fisik yang panas, bising atau udara yang tercemar akan mamberikan dampak negatif terhadap kinerja, moral dan motivasi kerja operator. Keadaan lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak tentunya tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif.

3.11. Pengukuran Waktu Kerja

Pengukuran waktu3 kerja adalah mengamati dan mencatat waktu-waktu kerja baik setiap elemen-elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang sudah disiapkan. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubugan dengan usaha-usaha untuk waktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Secara singkat pengukuran kerja4

3

Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. MTI ITB. Departemen Teknik Industri. Hal 131 4

Sritomo Wignjosoebroto. 2000. Ergonomi Studi Gerak Dan Waktu., cetakan Kedua, Surabaya. Guna Widya. Hal 169 adalah metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang disesuaikan dengan unit out put yang dihasilkan. Dimaksudkan untuk menunjukkan isi kerja dari suatu pekerjaan. Isi kerja biasanya diukur dalam satuan waktu.

Waktu yang diambil sebagai dasar pertimbangan ialah waktu yang secara normal diperlukan oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan dengan metode kerja terbaik.

Secara garis besar teknik pengukuran waktu dibagi dalam dua bagian, yaitu : 1. Teknik pengukuran waktu secara langsung


(64)

Teknik pengukuran waktu yang dilakukan secara langsung yaitu pengukuran dilakukan di tempat dimana pekerjaan yang dilakukan operator dan diamati oleh penulis. Ada dua cara yang termasuk ke dalam teknik ini, yaitu stop watch time

study (jam henti) dan work sampling (sampling pekerjaan).

2. Teknik pengukuran waktu secara tidak langsung

Teknik pengukuran waktu secara tidak langsung dilakukan karena penulis melakukan pengukuran tanpa harus berada ditempat dimana operator melakukan pekerjaan. Membaca tabel–tabel yang tersedia dengan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. Maka yang termasuk dalam teknik ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan.

3.12. Langkah- langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu

Hasil yang baik maka ada langkah-langkah yang akan dilakukan sebelum pengukuran waktu memiliki beberapa aturan pengukuran. Aturan-aturan tersebut dalam bentuk langkah-langkah adalah sebagai berikut :

1. Penetapan tujuan pengukuran

Pengukuran waktu kerja harus diketahui dan ditetapkan untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran. Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh waktu pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

2. Melakukan penelitian pendahuluan

Dilakukannya penelitian pendahuluan untuk mengetahui dan melihat kondisi pada operator yang akan diteliti dan melihat metode kerja operator.


(65)

3. Memilih operator

Operator yang akan diukur waktu penyelesaian pekerjaannya adalah operator yang berkemampuan normal atau rata-rata dan dapat diajak bekerjasama dengan tujuan pengukuran. Apabila operator yang belum terbiasa dengan sistem kerja, maka sebaiknya sebelum pengukuran dilakukan operator yang dipilih melakukan pekerjaan melakukan serangkaian latihan.

4. Melatih operator

Apabila operator yang belum terbiasa dengan sistem kerja, maka sebaiknya sebelum pengukuran dilakukan operator yang dipilih melakukan pekerjaan melakukan serangkaian latihan. Melatih operator perlu dilakukan agar operator dapat bekerja secara konsisten.

5. Menguraikan pekerjaan atas elemen-elemen

Pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang akan diukur waktunya. Pekerjaan sebelum diukur harus ditetapkan dahulu siklus pekerjaan yang akan diukur. Kemudian siklus pekerjaan yang telah ditetapkan diuraikan dalam elemen-elemen gerakan yang lebih kecil dan lebih sederhana, dan selanjutnya elemen-elemen gerakan tersebut yang akan diamati.

Alasan mengapa penting melakukan menguraikan pekerjaan atas elemen-elemennya, yang pertama untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan. Alasan kedua adalah untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi


(66)

setiap elemen karena keterampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian dari gerakan-gerakan kerjanya.

6. Mempersiapkan alat-alat pengukuran

Alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran adalah: a. Jam henti (stop watch)

b. Lembar pengamatan c. Alat tulis

d. Meter dan lain-lain yang mendukung pengukuran

Secara garis besar langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran diuraikan pada Gambar 3.1 sebagai berikut


(67)

Gambar 3.1 Langkah-langkah sistematis sebelum melakukan pengukuran

Aktifitas pengukuran kerja dengan jam henti umunnya diaplikasikan pada industri manufakturing yang memiliki karakteristik kerja yang berulang-ulang. Meskipun demikian aktivitas ini bisa pula diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan non manufakturing seperti yang bisa dijumpai dalam aktivitas kantor gudang dan jasa pelayanan lainnya.

Nyatalah bahwa aktivitas ini bisa dilaksanakan untuk berbagai macam/jenis pekerjaan baik yang bisa diklasifikasikan sebagai manufakturing job ataupun servis job.

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stopwatch time study) diperkenal pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu. Metode ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (representatif).

3.13. Langkah-Langkah Melakukan Pengukuran Waktu

Secara garis besar langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dapat diuraikan sebagai berikut (secara sistematis ditunjukkan dalam Gambar 3.2.)

Langkah Persiapan

- pilih dan defenisikan pekerjaan yang akan diukur dan akan ditetapkan waktu standarnya. - Informasikan maksud dan tujuan pengukuran kerja kepada pekerja - Pilih Operator dan catat yang berkaitan dengan sistem operasi kerja yang akan diukur.

Bagi siklus kegiatan yang berlangsung ke elemen-elemen kegiatan sesuai dengan satuan yang ada

Pengamatan dan Pengukuran

- Pelaksanaan pengamatan dan pengukuran waktu sejumlah N pengamatan untuk setiap siklus/elemen kegiatan. - Tetapkan performance rating dari kegiatan yang ditunjukkan operator.


(68)

Gambar 3.2. Langkah-langkah Sistematis dalam Kegiatan Pengukuran Kerja

- Defenisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada operator yang dipilih untuk diamati. - Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti

lay out, karakteristik, perlatan kerja yang digunakan, dan lain-lain.

- Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.

- Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.

- Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat.

- Tetapkan rate performans dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya. Rate performans ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performans operator.

- Setiap waktu pengamatan berdasarkan performans yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.

- Tetapkan waktu longgar (allowance) guna memberikan fleksibilitas. Waktu longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan dan lain-lainnya.


(1)

Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

Tabel 6.3. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Untuk Elemen Kegiatan Membawa sheet ke pengepakan Operator 2 (Usulan)

PETA TANGAN KIRI TANGAN KANAN Pekerjaan : Membawa sheet ke pengepakan

Sekarang/Usulan : Usulan Operator : Pak Dani

Dipetakan Oleh : Wan jun even (080423066) Tanggal Dipetakan : 22 Juni 2009

Gambar Layout :

Gambar 6.2 di Lampiran IV

Tangan Kiri Jarak (cm) Waktu (detik) Lambang Therblig Waktu (detik) Jarak (cm) Tangan Kanan Menjangkau kereta sorong

15 3 RE RE 3 15 Mengambil kereta

sorong Memegang kereta

sorong

- 5.4 G G 5.4 - Memegang kereta

sorong Membawa kereta

sorong ke meja sortasi

15 7 M M 7 15 Membawa kereta

sorong ke meja sortasi Meletakkan kereta

sorong

15 2 P

RL P RL

2 15 Meletakkan kereta sorong

Menjangkau sheet 10 3 RE RE 3 10 Menjangkau Sheet

Memegang sheet - 8 G G 8 - Memegang sheet

Membawa sheet ke kereta sorong

15 7 M M 7 15 Membawa sheet ke

kereta sorong

Meletakkan sheet di kereta sorong

15 5 RL RL 5 15 Meletakkan sheet di

kereta sheet Menjangkau kereta

sorong

15 2 RE RE 2 15 Menjangkau kereta


(2)

Sambungan Tabel 6.3. Memegang kereta

sorong

- 4 G G 4 - Memegang kereta

sorong

Membawa kereta sorong ke

pengepakan

300 75 M M 75 300 Membawa kereta

sorong ke pengepakan

Meletakkan kereta sorong

15 2 P

RL P RL

2 15 Meletakkan kereta sorong

415 123.4 123.4 415

Ringkasan Waktu tiap siklus : 123.4 detik Jumlah produk tiap siklus : 1 unit Waktu untuk membuat satu produk : 123.4 detik

Usulan perbaikan metode kerja pada bagian sortasi rubbr smoke sheet diharapkan dapat menghasilkan suatu metode kerja yang lebih efektif dan efisien. Letak

Sheet dari meja sementara dipindahkan ke meja sortasi yang dilakukan oleh operator

kedua tujuannya agar memperpendek jarak sheet dengan operator pertama sehingga mempermudah kerja operator pertama. Saat operator pertama melakukan sortasi maka operator kedua sudah kembali ke posisi untuk gerakan memindahkan sheet ke pengepakan. Perbedaan dapat dilihat pada Tabel 6.4.


(3)

Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

Tabel 6.4. Analisis Waktu Kerja Kedua Operator Pada Sortasi Rubber Smoke Sheet di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

(Sekarang)

Operator Memindahkan sheet ke meja sortasi

Memeriksa sheet

Membawa sheet ke pengepakan

I

Waktu Siklus (detik)

20.57 91.89

Total = 112.46

Operator Memindahkan sheet ke meja sortasi

Memeriksa sheet

Membawa sheet ke pengepakan

II Waktu Siklus (detik)

- - 138.39

Total = 138.39 Total Waktu Operator I dan II = 250.85 Sumber Pengolahan Data

Tabel 6.5. Analisis Waktu Kerja Kedua Operator Pada Sortasi Rubber Smoke Sheet di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para

(Usulan)

Operator Memindahkan sheet ke meja sortasi

Memeriksa sheet

Membawa sheet ke pengepakan

I

Waktu Siklus (detik)

- 82.2

-Total = 82.2

Operator Memindahkan sheet ke meja sortasi

Memeriksa sheet

Membawa sheet ke pengepakan

II Waktu Siklus(detik)

19.2 - 123.4

Total = 142.6 Total Waktu Operator I dan II = 224.8 Sumber Pengolahan Data


(4)

Dengan adanya perbedaan waktu siklus yang lama dengan waktu siklus yang baru, maka dapat dilakukan penghematan waktu siklus kerja bagian sortasi rubber

smoke sheet berdasarkan urutan kegiatan kerja. Gambar layout fasilitas kerja yang baru


(5)

Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada kegiatan usulan untuk memindahkan sheet dari meja sementara ke meja sortasi dilakukan oleh operator kedua, karena sheet yang akan diperiksa sudah di letakkan di meja sortasi sehingga gerakan operator lebih efektif dan waktu dalam melakukan sortasi semakin singkat.

2. Waktu kerja masing-masing total kegiatan yaitu waktu yang lama 250 detik sedangkan waktu usulan menjadi 224.8 detik.

3. Hasil pengurangan waktu untuk masing-masing elemen kegiatan kerja yaitu memindahkan sheet dari meja sementara ke meja sortasi 1.37 detik memeriksa sheet 9.69 detik, membawa sheet ke pengepakan 14.99 detik.

4. Perbaikan metode kerja dilakukan dengan cara mengeliminasi elemen-elemen gerakan kerja yang tidak produktif, mengurangi jarak benda kerja, merubah letak peralatan kerja dan merancang layout kerja yang lebih ergonomis.

7.2. Saran

1. Peta tangan kiri dan tangan kanan usulan dapat dijadikan sebagai suatu standar operasi kerja bagi pekerja pada pelatihan tenaga kerja yang baru.

2. Pekerja harus melakukan kegiatan kerja lebih mengutamakan ergonomis agar perbaikan metode kerja dapat menghasilkan secara optimal.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002

Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua, Surabaya. Guna Widya. 2004

Gempur Santoso, Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Cetakan Pertama, Jakarta : Prestasi Pustaka. 2004

Jonatan sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2006

Sutalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung : Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, 2006

Sutalaksana, Teknik Tata Cara Kerja, Bandung : Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung. 1979

Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Cetakan Kedua, Surabaya. Guna Widya. 2000

Sritomo Wignjosoebroto, Pengantar Teknik Industri, Cetakan Kedua Surabaya. Guna Widya. 1993

Taliziduhu Ndraha, Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1999.