Analisis Ramalan Persediaan Semen Model Economic Order Quantity (EOQ) Pada Toko Material Panglong Jaya Bangun Berbasis Supply Chain Management (SCM)

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Model Economic Order Quantity (EOQ)
Salah satu keputusan yang harus diambil dalam manajemen persediaan
adalah ukuran pesanan. Untuk item yang permintaan atau kebutuhannya relatif
stabil dalam jangka panjang, ukuran pesanan akan berimplikasi pada frekuensi
pemesanan dan rata-rata persediaan yang akan disimpan oleh perusahaan.
Menurut Pujawan (2005:105) semakin kecil ukuran pesanan berarti semakin cepat
persediaan habis sehingga semakin sering pesanan harus dilakukan. Karena
biasanya ada ongkos tetap pemesanan yang terlalu besar. Sebaliknya, kalau
pesanan dilakukan dalam ukuran besar, perusahaan akan lebih jarang memesan,
namun secara rata-rata harus menyimpan persediaan dalam jumlah yang lebih
besar.
Model sederhana yang bisa digunakan untuk menentukan ukuran pesanan
yang ekonomis adalah Model economic order quantity (EOQ). Model ini
mempertimbangkan dua ongkos persediaan diatas, yakni ongkos pesan dan
ongkos simpan. Ongkos pesan yang dimaksud adalah ongkos-ongkos tetap yang
keluar setiap kali pemesanan dilakukan dan tidak tergantung pada ukuran atau
volume pesanan. Sedangkan ongkos simpan adalah ongkos yang terjadi akibat
perusahaan menyimpan barang tersebut selama suatu periode tertentu.

Model ini merupakan salah satu model deterministik statis, yaitu tingkat
permintaannya diketahui secara pasti dan bersifat konstan. Metode ini pertama
kali diperkenalkan oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun 1915.
Meskipun terdapat berbagai macam asumsi yang harus dipenuhi dalam model

Universitas Sumatera Utara

EOQ, bagaimanapun juga EOQ adalah model manajemen persediaan yang dapat
meminimumkan total biaya. Menurut Yamit (2005:51) Model EOQ dapat
dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai berikut:
1. Kebutuhan bahan baku dapat ditentukan, relatif tetap, dan terus menerus.
2. Tenggang waktu pemesanan dapat ditentukan dan relatif tetap.
3. Tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan; artinya setelah
kebutuhan dan tenggang waktu dapat ditentukan secara pasti berarti
kekurangan persediaan dapat dihindari.
4. Pemesanan datang sekaligus dan akan menambah persediaan.
5. Struktur biaya tidak berubah; biaya pemesanan atau persiapan sama tanpa
memperhatikan jumlah yang dipesan, biaya simpan adalah berdasarkan fungsi
linier terhadap rata-rata persediaan, dan harga beli atau biaya pembelian per
unit adalah konstan (tidak ada potongan).

6. Kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli pesanan.
7. Pembelian adalah satu jenis item.
Dalam persoalan persediaan dikenal beberapa model. Menurut Aminuddin
(2005:148-162) masing-masing model mempunyai karakteristik tersendiri sesuai
dengan parameter persoalan. Pada dasarnya model persediaan dibagi menjadi dua
kelompok utama, yaitu model deterministik dan model stokastik. Model
deterministik semua parameternya-parameternya diasumsikan diketahui dengan
pasti sedangkan model stokastik nilai-nilai parameternya tidak diketahui dengan
pasti, berupa nilai-nilai acak. Berikut ini jenis-jenis persediaan determenistik:
1. Model EOQ statis (klasik).
2. Model EOQ dengan back order.

Universitas Sumatera Utara

3. Model EOQ Fixed Production Rate.
4. Model EOQ Quantity Discount.
2.1.1 Model EOQ statis (klasik)
Model persediaan statis (klasik) merupakan model persediaan yang paling
sederhana dari berbagai model yang ada. Terdapat beberapa asumsi-asumsi yang
ada pada Model Statis ini yakni:

1. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan,
2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu),
3. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia.
4. Waktu ancang-ancang (lead time) bersifat konstan,
5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat
digunakan,
6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (storage),
dan
7. Tidak ada quantity discount.
Adapun proses penghitungannya dengan menganalisa tahap demi tahap
sebagai berikut:
Biaya Total Persediaan = Biaya Pesanan + Biaya Penyimpanan + Biaya
Pembelian
Parameter-parameter yang dipakai dalam model ini adalah:
D = Jumlah kebutuhan produk selama satu periode
k = Biaya pesanan setiap kali pesan
h = Biaya penyimpanan per-unit persediaan
c = Biaya pembelian per-unit produk

Universitas Sumatera Utara


t = Waktu antara satu pemesanan kepemesanan berikutnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan mengenai:
a. Jumlah pemesanan yang optimal (EOQ),
b. Frekuensi pemesanan (f),
c. Waktu antar pemesanan (t0),
d. Biaya Total Persediaan yang relevan (TIC).
Adapun rumus yang akan digunakan dalam pemecahannya adalah sebagai
berikut:
a. Dari rumus Wilson, rumus untuk menentukan jumlah pesanan yang optimal
(EOQ):
��� = �

2��


b. Rumus untuk menentukan Frekuensi pemesanan (f):
�=





c. Rumus untuk waktu antar pemesanan (t0):
t0 =

���


d. Rumus untuk menentukan Total persediaan yang relevan (TIC):

2.1.2 Model EOQ dengan back order

��� = √ 2��ℎ

Pada asumsi keenam dalam model dasar EOQ adalah tidak adanya back
order karena kehabisan persediaan (shortage cost). Hal ini disebabkan oleh
kurangnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan actual (actual
demand) dan biasanya lebih rendah dibandingkan biaya persediaan tambahan

Universitas Sumatera Utara


yang diperlukan bila memenuhi seluruh kebutuhan tanpa back order. Tujuannya
adalah untuk menentukan ukuran kuantitas (Q) optimal yang meminimasi Total
biaya (TIC) persediaan sehingga bisa diasumsikan sebagai berikut:
1. Berapa jumlah persediaan maksimal yang diinginkan pada awal siklus
pemesanan produksi.
2. Berapa jumlah kehabisan persediaan maksimal yang diperbolehkan.
Dalam model ini dipakai asumsi bahwa perusahaan menanggung beban
biaya kehabisan persediaan (shortage cost), yaitu kerugian atas ketidakmampuan
perusahaan menyediakan barang yang dibutuhkan (p) dan lama kebutuhan itu baru
dapat dipenuhi. Berdasarkan model dan asumsi tersebut, maka TIC persediaan
model back order dapat dinyatakan dalam persamaan:
TIC = Biaya Pesanan + Biaya Penyimpanan + Biaya Kehabisan
Persediaan
Adapun rumus yang akan digunakan dalam pemecahannya adalah sebagai
berikut:
TIC = k

(� − �)2
� ℎH 2

+
+�
2�
� 2�

Tujuan model persediaan ini adalah mencari nilai Q dan H yang dapat
meminimasi TIC persediaan. Dengan menderivatifkan secara parsial persamaan
diatas, maka diperoleh:
�=�

2�� � + ℎ




�= �

2��




�+ℎ

Universitas Sumatera Utara

Dengan memasukkan persamaan Q dan H ke persamaan TIC, maka
diperoleh:

��� = √2ℎ�� �
�+ℎ

2.1.3 Model EOQ fixed production rate

Pada model ini harus dikaitkan dengan tingkat produksi dari perusahaan
pemasok barang atau produsen. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi pada
penggunaan model ini adalah:
1. Tingkat permintaan konstan.
2. Tingkat produksi dari pemasok konstan.
3. Tingkat produksi lebih besar dari tingkat permintaan per tahun.
4. Lead time konstan.

5. Tidak di ijinkan adanya back order.
2.1.4 Model EOQ quantity discount
Model ini didasari oleh adanya kemungkinan potongan kuantitas atau
harga per unit barang bila perusahaan membeli dalam kuantitas persediaan yang
lebih besar. Misalkan holding cost bervariasi sesuai ketentuan dari pemasok, maka
penentuan EOQ yang optimal memerlukan perhitungan seluruh biaya-biaya
minimum feasible.
Jika holding cost merupakan persentase dari harga, maka prosedur
penentuan EOQ adalah sebagai berikut:
1. Untuk setiap potongan harga hitung EOQ-nya.
2. Jika EOQ diluar jangkauan pada tiap potongan harga (tidak feasible) maka
sesuaikan nilai EOQ (naikkan pada kuantitas terendah sehingga feasible).

Universitas Sumatera Utara

3. Hitung total cost tiap EOQ (setelah disesuaikan).
4. Pilih EOQ yang menghasilkan total cost terendah.
2.2 Supply Chain
Supply chain atau biasa disebut sebagai rantai pasokan yang merupakan
sistem perpaduan antara ilmu dan seni yang dikaitkan dalam saluran distribusi

untuk perusahaan. Awal mulanya biasa dikenal dengan sistem logistik, namun
seiring perkembangan jaman teleh berubah menjadi manajemen rantai pasokan
atau disebut juga sebagai supply chain management (SCM).
2.2.1 Sistem manajemen logistik
Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (2000:7) kegiatan logistik adalah
suatu perpaduan dari sistem-sistem manajemen distribusi fisik, manajemen
material dan transfer persediaan internal. Hal ini menyangkut masalah segala
aspek gerakan fisik dari pemasok, perantara, lokasi serta fasilitas yang merupakan
struktur operasi dari organisasi perusahaan yang bersangkutan. Adapun saluran
distribusinya sebagai berikut:
1. Produsen – konsumen. Bentuk saluran ini yang paling pendek dan paling
sederhana, karena dari produsen langsung ke konsumen. Kegiatan logistiknya
juga harus menyesuaikan dengan bentuk saluran distribusi ini.
2. Produsen – pengecer – konsumen. Saluran distribusi ini sering disebut dengan
saluran distribusi langsung. Pengecer besar langsung mengadakan pembelian
ke produsen.
3. Produsen – pedagang besar – pengecer – konsumen. Saluran distribusi ini
banyak digunakan oleh produsen dan hal ini sering disebut distribusi
tradisional. Dalam model ini produsen hanya melayani penjualan dalam


Universitas Sumatera Utara

jumlah yang cukup besar kepada para pedagang besar saja, dan tidak melayani
pengecer.
4. Produsen – agen – pengecer – konsumen. Produsen memilih agen sebagai
penyalurnya. Agen bekerja untuk perusahaan dan tidak memiliki hak
kepemilikan atas barang tersebut (penghantar), dan agen ini menjalankan
kegiatan perdagangan besar terhadap pengecer besar dalam saluran distribusi
yang ada.
5. Produsen – agen – pedagang besar – pengecer – konsumen. Pada saluran
distribusi ini, perusahaan menggunakan agen sebagai perantara untuk
menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya
ketoko-toko kecil/pengecer.
2.1.2 Supply chain management (SCM)
Supply chain management merupakan sistem/metode pengelolaan dari
perusahaan atau pabrik sampai kepada konsumen akhir. Menurut Pujawan
(2005:5) terdapat tiga macam aliran yang harus dikelola:
1. Aliran barang yang mengalir dari hulu (Upstream) ke hilir (downstream).
Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah
produk selesai diproduksi, kemudian dikirim ke distributor, lalu ke pengecer
atau ritel, kemudian ke pemakai akhir.
2. Aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu.
3. Aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya.
Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing
supermarket sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik. Informasi
tentang ketersediaan kapasitas produksi yang dimiliki oleh supplier juga

Universitas Sumatera Utara

sering dibutuhkan oleh pabrik. Informasi tentang status pengiriman bahan
baku sering dibutuhkan oleh perusahaan yang mengirim ataupun yang akan
menerima.
2.1.3 Tantangan dalam mengelola supply chain management
Mengelola suatu supply chain bukanlah hal yang mudah. Menurut
Pujawan (2005:100) supply chain melibatkan sangat banyak pihak di dalam
maupun diluar sebuah perusahaan serta menangani cakupan kegiatan yang sangat
luas. Ditambah lagi dengan berbagai ketidakpastian yang ada disepanjang supply
chain serta semakin tingginya persaingan di pasar, supply chain management
membutuhkan pendekatan dan model pengelolaan yang tangguh untuk bisa tetap
bisa bertahan dalam dunia bisnis. Berikut akan dijelaskan beberapa tantangan
dalam mengelola supply chain:
1. Kompleksitas struktur supply chain. Suatu supply chain biasanya sangat
kompleks, melibatkan banyak pihak didalam maupun diluar perusahaan.
Pihak-pihak tersebut sering kali memiliki kepentingan yang berbeda-beda,
bahkan tidak jarang bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Di
dalam perusahaan sendiripun perbedaan kepentingan ini sering muncul.
Sebagai contoh, bagian pemasaran ingin memuaskan pelanggan sehingga
sering membuat kesepakatan dengan pelanggan tanpa mengecek secara baikbaik kemampuan bagian produksi. Perubahan jadwal produksi secara tiba-tiba
sering harus terjadi karena bagian pemasaran menyepakati perubahan order
(pesanan) dari pelanggan. Di sisi lain, bagian produksi biasanya cukup
resistant terhadap perubahan-perubahan mendadak seperti itu karena akan
berakibat pada rendahnya utilitas mesin dan seringnya pengadaan bahan baku

Universitas Sumatera Utara

harus dimajukan atau diubah. Ini membuat kinerja bagian produksi kelihatan
kurang bagus. Konflik antar bagian ini merupakan suatu tantangan besar
dalam mengelola suplly chain.
2. Ketidakpastian.
pengelolaan

Ketidakpastian
suatu

supply

merupakan
chain.

sumber

utama

Ketidakpastian

kesulitan

menimbulkan

ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang telah dibuat. Sebagai akibatnya,
perusahaan sering menciptakan pengaman disepanjang supply chain.
Pengaman ini bisa berupa persediaan yang berlebih (safety stock), waktu
(safety time),ataupun kapasitas produksi dan transportasi. Di sisi lain
ketidakpastian sering menyebabkan janji tidak bisa terpenuhi. Dengan kata
lain, customer service level akan lebih rendah pada situasi dimana
ketidakpastian cukup tinggi. Berdasarkan sumbernya, ada tiga klasifikasi
utama ketidakpastian pada supply chain, yaitu:
a. Ketidakpastian permintaan, seperti adanya kesalahan administrasi persediaan,
adanya syarat jumlah pengiriman minimum dari pabrik, dan keharusan untuk
mengakomodasikan ketidakpastian pelanggan.
b. Ketidakpastian dari arah supplier, seperti leadtime pengiriman, harga bahan
baku atau komponen, kualitas, serta kuantitas material yang dikirim.
c. Ketidakpastian internal, seperti kerusakan mesin, mesin yang tidak sempurna,
ketidakpastian tenaga kerja, serta ketidakpastian waktu dan kualitas produksi.
2.3 Peramalan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan
dimasa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu
dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun

Universitas Sumatera Utara

jasa. Menurut Nasution (2008:29-33) perlu dilakukan peramalan pada beberapa
bidang penting, antara lain peramalan tentang teknologi, peramalan tentang
kondisi ekonomi dan peramalan permintaan. Namun untuk saat ini penulis hanya
terfokus para peramalan permintaan, sebagai berikut:
2.3.1 Peramalan permintaan
Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang
diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan
datang. Peramalan permintaan ini digunakan untuk meramalkan permintaan dari
produk yang bersifat bebas (tidak tergantung), seperti peramalan produk jadi.
2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
Permintaan akan suatu produk pada suatu perusahaan merupakan resultan
dari berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam pasar. Faktor-faktor ini hampir
selalu merupakan kekuatan yang berada diluar kendali perusahaan. Berbagai
faktor tersebut antara lain:
1. Siklus bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan
produk tersebut, dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi,
resesi, depresi dan masa pemulihan.
2. Siklus hidup produk. Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti suatu pola
yang biasa disebut kurva S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan
terhadap waktu, dimana siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase
pengenalan, fase pertumbuhan, fase kematangan dan akhirnya fase penurunan.
Untuk menjaga kelangsungan usaha, maka perlu dilakukan inovasi produk
pada saat yang tepat.

Universitas Sumatera Utara

3. Faktor-faktor lain. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan
adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usahausaha yang dilakukan sendiri oleh perusahaan seperti peningkatan kualitas,
pelayanan, anggaran periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara kredit.
2.3.3 Karakteristik peramalan yang baik
Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara
lain sebagai berikut:
1. Akurasi. Akurasi suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan
konsistensian peramalan tersebut.Hasil peramalan dikatakan bias bila
peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan
kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila
besarnya kesalahan peramalan relatif kecil. Peramalan yang terlalu rendah
akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen
tidak

dapat

dipenuhi

dengan

segera,

akibatnya

adalah

perusahaan

dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjualan.
Peramalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan
persediaan, sehingga banyak modal yang terserap sia-sia.
2. Biaya. Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah
tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan,
dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan
mempengaruhi berapa banyak data yang dibutuhkan, bagaimana pengolahan
datanya (manual atau komputerisasi), bagaimana penyimpanan datanya dan
siapa tenaga ahli yang diperbantukan.

Universitas Sumatera Utara

3. Kemudahan. Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat
dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat
diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumberdaya
manusia, maupun peralatan teknologi. (Nasution, 2008: 32-33).
2.4 Mengelola Persediaan
Persediaan menurut Niswonger (2000:359) persediaan digunakan untuk
mengartikan Barang dagangan yang disimpan untuk dijual dalam operasi normal
perusahaan, dan bahan yang terdapat dalam proses produksi atau disimpan untuk
tujuan itu.
Persediaan merupakan rancangan kebutuhan akan suatu barang atau
produk untuk dipakai pada saat-saat yang telah ditentukan. Dalam pengelolaannya
terkadang perusahaan mengabaikan sistem persediaan ini, kebanyakan perusahaan
lebih tertarik untuk membeli produk dalam kapasitas yang cukup banyak untuk
meminimalisir biaya pengiriman, namun dari segi biaya pemeliharaan serta
penyusutan produk tersebut bukanlah bagian dari kendala dalam perusahaan. Jika
hal demikian terus berlanjut, perusahaan mungkin hanya akan mengalami sedikit
perkembangan. Untuk itu dibutuhkan suatu aliran produk yang sesuai agar modal
tidak membeku hanya pada satu jenis produk saja. Menurut Pujawan (2005:100)
dalam mengelola aliran material/ produk dengan tepat adalah salah satu tujuan
utama dari supply chain. Aliran yang tepat berarti tidak terlalu terlambat dan tidak
terlalu dini, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan, dan terkirim ketempat yang
memang membutuhkan. Jadi ada perusahaan yang memiliki persediaan karena
sengaja membuat produk dari awal atau lebih banyak dari waktu dan jumlah yang

Universitas Sumatera Utara

akan dikirim atau dijual pada suatu waktu tertentu, ada juga karena merupakan
akibat dari permintaan yang terlalu sedikit dibandingkan dengan perkiraan awal.
Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakpastian. Ketidakpastian pada supply chain
tidak hanya muncul dari arah permintaan tetapi juga dari arah pasokan dan operasi
internal.
Adapun yang menjadi yang menjadi tujuan pengendalian persediaan
menurut Assauri (1988:177) adalah sebagai berikut:
1. Menjaga jangan sampai terjadi kehabisan persediaan.
2. Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar
sehingga biaya yang timbul tidak terlalu besar.
3. Menghindari pembelian secara kecil-kecilan karena akan berakibat biaya
pemesanan menjadi besar.

2.4.1 Alat ukur persediaan
Persediaan memang harus selalu diperhatikan karena terlalu sensitif. Tidak
terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit. Alat ukur yang menjadi patokan
dalam memenuhi persediaan yaitu:
1. Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate). Ini melihat seberapa
cepat produk atau barang mengalir relatif terhadap jumlah yang rata-rata
tersimpan sebagai persediaan. Nilainya bisa diukur untuk tiap individu produk
atau secara agregat mewakili satu kelompok atau keseluruhan produk. Tingkat
perputaran biasanya diukur dalam setahun.
2. Inventory days of supply. Didefinisikan sebagai rata-rata jumlah hari suatu
perusahaan bisa beroperasi dengan jumlah persediaan yang dimiliki. Ukuran

Universitas Sumatera Utara

ini bisa dikatakan seirama dengan tingkat perputaran persediaan. Kalau
inventory days of supply panjang maka tingkat perputarannya rendah.
3. Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh
pelanggan. Jadi fill rate 97% berarti ada kemungkinan 3% dari item yang
diminta oleh pelanggan tidak tersedia. Akibatnya pelanggan harus menunggu
beberapa lama atau pindah ketempat lain untuk mendapatkannya. Fill rate
bisa di ukur untuk tiap produk secara individual atau untuk keseluruhan
produk secara agregat. Untuk menciptakan supply chain management yang
efektif, perusahaan mungkin harus membedakan target fill rate untuk setiap
pelanggan dan tiap item. (Pujawan, 2005: 102-103).
2.4.2 Klasifikasi persediaan
Setelah mengetahui alat ukur untuk menentukan kapasitas persediaan,
diperlukan pula klasifikasi untuk menentukan jenis persediaan tersebut:
1. Berdasarkan bentuknya, persediaan bisa diklarifikasikan menjadi bahan baku
(raw materials), barang setengah jadi (wood in process), dan produk jadi
(finished product). Klarifikasi ini biasanya hanya berlaku pada konteks
perusahaan manufaktur. Produk jadi yang dihasilkan oleh supplier akan
menjadi bahan baku bagi sebuah pabrik perakitan. Jadi, dalam konteks supply
chain mestinya produk jadi adalah produk yang sudah tidak akan mengalami
proses pengolahan lagi dan siap digunakan oleh pemakai akhir.
2. Berdasarkan fungsinya, persediaan bisa dibedakan menjadi:
a. Pipeline. Persediaan ini muncul karena lead time pengiriman dari suatu tempat
ketempat lain. Barang yang tersimpan di truk sewaktu proses pengiriman
adalah salah satu contohnya.

Universitas Sumatera Utara

b. Cycle stock, ini adalah persediaan akibat motif memenuhi skala ekonomi
seperti yang didiskusikan diatas. Persediaan ini punya siklus tertentu. Pada
saat pengiriman jumlahnya banyak, kemudian sedikit demi sedikit berkurang
akibat dipakai atau dijual sampai akhirnya habis atau hampir habis kemudian
mulai dengan siklus baru lagi.
c. Persediaan pengaman (safety stock). Fungsinya adalah sebagai perlindungan
terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. Perusahaan biasanya
menyimpan lebih banyak dari yang diperkirakan dibutuhkan selama suatu
periode tertentu supaya kebutuhan yang lebih banyak bisa dipenuhi tanpa
harus menunggu. Menentukan berapa besarnya persediaan pengaman adalah
pekerjaan yang sulit. Besar kecilnya persediaan pengaman terkait dengan
biaya persediaan dan service level.
d. Anticipation stock adalah persediaan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi
kenaikan permintaan akibat sifat musiman dari permintaan terhadap suatu
produk.
3. Persediaan juga bisa diklarifikasikan berdasarkan sifat ketergantungan
kebutuhan antara satu item dengan item yang lainnya. Item-item yang
kebutuhannya tergantung pada kebutuhan item lain dinamakan dependent
demand item. Sebaliknya, kebutuhan dependent demand item tidak tergantung
pada kebutuhan item lain. Klasifikasi ini dilakukan karena pengelolaan kedua
jenis item ini biasanya berbeda. Yang termasuk dalam dependent demand item
biasanya adalah komponen atau bahan baku yang akan digunakan untuk
membuat produk jadi. (Pujawan, 2005: 103-105).
2.4.3 Komponen-komponen biaya persediaan

Universitas Sumatera Utara

Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya operasi atas sistem
persediaan. Menurut Yamit (2005:8-9) Biaya persediaan didasarkan pada
parameter ekonomis yang relevan dengan jenis biaya sebagai berikut:
1. Biaya pembelian (purchase cost), yaitu harga per unit apabila item dibeli dari
pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan.
Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan.
Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah
biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam
perusahaan, biaya per unit adlah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan
biaya overhead pabrik.
2. Biaya pemesanan (order cost/setup cost), yaitu biaya persiapan yang apabila
item diproduksi didalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan
berubah secara langsung dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan dapat
berupa: biaya membuat daftar permintaan, menganalisis supplier, membuat
pesanan pembelian, penerimaan bahan, dan pelaksanaan proses transaksi.
Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat
perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum
produksi, dan pengecekan kualitas.
3. Biaya simpan (carrying cost/holding cost), yaitu biaya yang dikeluarkan atas
investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik
untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa: biaya modal, pajak,
asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang
dikeluarkan untuk memelihara persediaan.

Universitas Sumatera Utara

4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost), yaitu konsekuensi ekonomis atas
kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar
terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan
kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi
kebutuhan departemen yang lain. Biaya kekurangan dari luar dapat berupa
biaya backorder, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya
kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam
perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas. Jika
terjadi kekurangan atas permintaan suatu item, perusahaan harus melakukan
backorder atau mengganti dengan item lain atau membatalkan pengiriman.
Untuk mengatasi masalah ini secara khusus perusahaan melakukan pembelian
darurat atas item tersebut dan perusahaan akan menanggung biaya tambahan
(extra cost) untuk pesanan khusu yang dapat berupa biaya pengiriman secara
cepat, dan tambahan biaya pengepakan.
Sedangkan menurut Tampubolon (2004:194) terdapat biaya-biaya yang
timbul akibat persediaan antara lain:
1. Biaya penyimpanan, merupakan biaya yang timbul didalam menyimpan
persediaan dari kerusakan. Keusangan dan kehilangan. Biaya-biaya yang
termasuk didalam biaya penyimpanan antara lain sebagai berikut:
a. Biaya fasilitas penyimpanan (penerangan, pendingin, dan pemanasan).
b. Biaya keusangan.
c. Biaya modal.
d. Biaya asuransi persediaan.
e. Biaya perhitungan fisik dan konsolidasi laporan.

Universitas Sumatera Utara

f. Biaya kehilangan barang.
g. Biaya penanganan persediaan.
2. Biaya pemesanan, merupakan biaya-biaya yang timbul selama proses
pemesanan sampai barang tersebut dapat dikirim eksportir atau pemasok.
Adapun biayanya seperti:
a. Biaya ekspedisi.
b. Biaya upah.
c. Biaya telepon.
d. Biaya surat-menyurat.
e. Biaya pemeriksaan penerimaan.
3. Biaya penyiapan, merupakan biaya-biaya yang timbul didalam menyiapkan
mesin dan peralatan untuk dipergunakan dalam proses konversi. Adapun
biayanya seperti:
a. Biaya mesin yang menganggur.
b. Biaya penyiapan tenaga kerja.
c. Biaya penjadwalan.
d. Biaya ekspedisi.
4. Biaya kehabisan stok, merupakan biaya yang timbul akibat kehabisan
persediaan yang timbul karena kesalahan perhitungan. Adapun biayanya
seperti:
a. Biaya kehilangan penjualan.
b. Biaya pembelian darurat.
2.5 Kriteria Penjualan

Universitas Sumatera Utara

Menurut

Swastha

(2001:8-14)

menjual

adalah

ilmu

dan

seni

mempengaruhi pribadi yang di lakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain
agar bersedia membeli barang/jasa yang ditawarkannya. Adapun jenis-jenis
penjualan sebagai berikut:
1. Trade selling. Produsen dan pedagang besar mempersilahkan pengecer untuk
berusaha memperbaiki distributor produk-produk mereka. Hal ini melibatkan
para penyalur dengan kegiatan promosi, peragaan, persediaan dan produk
baru. Jadi titik beratnya adalah pada penjualan melalui penyalur dari pada
penjualan ke pembeli akhir.
2. Missionary selling. Penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong
pembeli untuk membeli barang-barang dari penyalur perusahaan. Di sini,
wiraniaga/penjual lebih cenderung pada penjualan untuk penyalur. Jadi,
penjual sendiri tidak menjual secara langsung produk yang ditawarkannya.
3. Technical seliing. Berusaha meningkatkan penjualan dengan dengan
pemberian saran dan nasehat kepada pembeli akhir dari barang dan jasanya.
Dalam hal ini, tugas utama penjual adalah mengidentifikasikan dan
menganalisis masalah-masalah yang dihadapi pembeli, serta menunjukkan
bagaimana produk atau jasa yang ditawarkan dapat mengatasi masalah
tersebut.
4. New business selling. Berusaha membuka transaksi baru dengan merubah
calon pembeli menjadi pembeli. Jenis penjualan ini sering dipakai oleh
perusahaan asuransi.

Universitas Sumatera Utara

5. Responsive selling. Setiap tenaga penjualan diharapkan dapat memberikan
reaksi terhadap permintaan pembeli. Dua jenis penjualan utama disini adalah
route driving dan retailing.
Adapun jenis-jenis wiraniaga/penjual sebagai berikut:
1. Merchandising salesman. Jenis ini tidak hanya terfokus pada penjualan saja,
tetapi juga membantu penyalur dalam mempromosikan penjualan produknya.
Ia bertanggung jawab pula atas persediaan barang dan membantu dengan
periklanan. Tugas penjualan yang dilakukan disebut trade selling.
2. Detail man. Ciri khusus dari detailman adalah tidak melakukan penjualan
secara langsung. Misalnya, perusahaan obat-obatan dapat menggunakan
detailman untuk memperkenalkan dan membujuk para dokter agar
menggunakan obat-obatan yang diproduksinya. Tugas penjualannya disebut
missionary selling.
3. Sales Engineer. Penjual yang juga dapat memberikan latihan atau demonstrasi
secara teknis tentang barang-barang yang dijual. Biasanya barang-barang
dijual berupa barang-barang industri; seperti instalasi, bahan mentah dan
barang setengah jadi atau komponen-komponen. Tugas penjualannya disebut
technical selling.
4. Pioneer product salesman. Mempunyai tugas pokok untuk membuka daerah
baru atau segmen pasar yang baru bagi produk barunya. Dalam hal ini,
perusahaan juga menentukan penyalurnya. Tugas penjualan ini disebut new
business selling.
2.6 Kerangka Berpikir

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan pendekatan supply chain didasarkan pada sistem produksi dan
distribusi perusahaan yang belum optimal. Hal ini dikarenakan adanya
ketidaksesuaian antara kapasitas dan waktu pengiriman yang tidak dapat
ditentukan secara pasti serta biaya-biaya yang ada. Adapun kerangka konsep
berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Model EOQ

1. Menentukan
jumlah pesanan
yang optimal
(EOQ)
2. Menentukan

Pendekatan SCM

1. Menentukan
durasi
distribusi
2. Menentukan
durasi bongkar
muatan

Ramalan
Persediaan pada
saat proses
penelitian (April,
Mei dan Juni)

frekuensi
pesanan (f)
3. Menentukan
waktu antar
Sumber : Penulis (2016)
pesanan (t)
2.7 Penelitian
Terdahulu
4. Total persediaan
(TIC)
Sebelum melakukan penelitian lanjutan, terlebih dahulu hendaknya
mengetahui sistematika penyusunan dan rangkaian penelitian yang akan dilakukan
dengan membandingkan beberapa hasil penelitian sebelumnya, sebagai berikut:
1. Syaparuddin Harahap, Akuntansi S1 – Ekstensi USU 2009, dengan judul
penelitian Analisis Perencanaan Dan Pengawasan Persediaan Barang
Dagangan Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada PT.
FastFood Indonesia Cabang Medan. Jenis penelitian deskriptif. Adapun hasil
penelitiannya dilihat dari total biaya pada pemesanan persediaan Pepsi Cola
untuk tahun 2008 sebesar Rp. 78.146.000,- dengan 20 BIB setiap kali pesan
dan frekwensi pemesanannya sebanyak 55 kali dalam setahun, sedangkan
pada perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) jumlah pemesanan
Ekonomis Persediaan Pepsi Cola sebanyak 24 BIB setiap kali pesan dan

Universitas Sumatera Utara

frekwensi pemesanannya sebanyak 46 kali dalam setahun dengan total biaya
pemesanan sebesar Rp. 78.138.929,- dapat menghemat biaya sebesar Rp.
7.071,-. Hal ini menunjukkan bahwa teknik perencanaan persediaan yang
diterapkan perusahaan kurang efektif dan kurang efisien dalam meminimalkan
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dan upaya mengurangi resiko
penumpukan atau kekurangan persediaan.
2. Monika Nainggolan, Matematika S1 – MIPA USU 2012, dengan judul Model
Pengendalian Persediaan EOQ dengan Pendekatan Vendor Managed
Inventory-Consignment(VMI-C).

Jenis

penelitian

bersifat

literature

berdasarkan rujukan pustaka. Adapun hasil penelitiannya sistem pengendalian
persediaan EOQ dengan menggunakan Vendor Managed InventoryConsignment (VMI-C) pada kasus bahan baku dalam penelitian ini
menghasilkan penghematan total biaya persediaan per tahun untuk pembeli,
pemasok dan sistem yang lebih besar bila dibandingkan model EOQ.
Penghematan yang terjadi cukup besar karena pada model pengendalian
persediaan EOQ dengan pendekatan Vendor Managed Inventory (VMI-C)
dimana pemasok yang menentukan jumlah pemesanan yang optimal sehingga
jumlah pemesanan tersebut akan lebih tepat dan akurat. Dengan demikian total
biaya persediaan per tahun, pemasok dengan menggunakan VMI-C akan jauh
lebih rendah dibandingkan dengan total biaya persediaan per tahun dengan
menggunakan EOQ sehingga akan menghasilkan selisih atau penghematan
biaya yang cukup besar.
3. Ricky, Teknik Industri S1 – TEKNIK USU 2015, dengan judul Perencanaan
Aktivitas

Distribusi

Dengan

Menggunakan

Konsep

Supply

Chain

Universitas Sumatera Utara

Management Pada PT. Pusaka Prima Mandiri. Jenis penelitian deskriptif
dengan bentuk action search. Adapun hasil penelitiannya jumlah pengiriman
optimum yang diperoleh dari metode economic order quantity untuk masingmasing distribution centre adalah 276 ton untuk distribution centre PT. Duta
Mendut, 355 ton untuk distribution centre PT. Mega Citra Sarana, 71 ton
untuk konsumen NV. Sumatera Tobacco Trading Company serta 63 ton untuk
konsumen PT. Pagi Tobacco. Sedangkan hasil perhitungan safety stock untuk
vendor adalah 86 ton untuk NBKP dan 58 ton untuk LBKP. Sedangkan untuk
pabrik sendiri adalah sebesar 143 ton, distribution centre PT. Mega Citra
Sarana sebesar 14 ton, DC 2 128 ton, K1 11 ton dan K2 5 ton. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi sistem supply chain adalah berupa peramalan
permintaan yang tidak tepat, bahan baku yang telat, jumlah produksi dan
permintaan yang tidak tepat serta penerapan sistem safety stock yang kurang
bagus sehingga dapat menyebabkan harga pokok produksi menjadi tinggi,
daya saing dari perusahaan lain menjadi meningkat dan tingkat efisiensi
perusahaan menjadi menurun.
4. Margaret Febrika Hutajulu, Akuntansi S1 – EKONOMI USU 2008, dengan
judul Perencanaan dan Pengawasan Persediaan Barang Dagangan untuk
Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Pada PT. Sinar Baru Medan. Jenis
penelitian

deskriptif.

persediaannya,

Adapun

perusahaan

hasil

sudah

penelitiannya

cukup

baik

dalam

dalam

pengadaan

melaksanakan

perhitungan biaya-biaya yang terkait. Standar perusahaan yang menetapkan
bahwa biaya-biaya persediaan mulai dari tahap pemesanan sampai penjualan
tidak boleh lebih dari tiga persen dari harga pembelian juga merupakan tolak

Universitas Sumatera Utara

ukur yang baik untuk meningkatkan efisiensi biaya persediaan. Penulis
menyimpulkan bahwa perencanaan dan pengawasan persediaan barang
dagangan pada PT. Sinar Baru Medan sudah dapat meningkatkan efisiensi
biaya persediaan.
5. Taufik Limansyah. Universitas Katolik Parahyangan Bandung (2011). Dengan
judul

penelitian

”Analisis

Model

Persediaan

Barang

EOQ

dengan

Mempertimbangkan Faktor Kedaluarsa dan Faktor All Unit Discount. Hasil
penelitian menjelaskan bahwasanya untuk pengembangan model persediaan
barang EOQ dengan mempertimbangkan faktor kedaluarsa dan faktor All Unit
Discount, biaya total persediaan akan diperoleh jika hasil dari biaya pembelian
ditambah biaya pesanan, ditambah biaya penyimpanan, ditambah biaya
kekurangan dan ditambah biaya kedaluarsa telah diidentifikasikan.

Universitas Sumatera Utara