Kontribusi Petani Perempuan dalam Sosial Ekonomi Keluarga di Desa Raya Huluan, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan
penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat.
Dalam pandangan politik orde baru, kaum perempuan merupakan sasaran
depolitisasi. Perempuan digiring ke lorong yang sangat sempit, tidak memiliki
akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan
diposisikan untuk sebuah peran ibu yang lebih berorientasi rumah tangga, bekerja
dan beraktivitas di sekitar dapur, sumur dan kasur. Perempuan terposisikan
menjadi warga periferal, marginal dan pinggiran, sementara laki-laki sebagai
warga pusat yang dekat dengan setiap proses kegiatan pembangunan (Listanti
dkk).
Timbulnya berbagai persoalan hidup dari konstruksi nilai yang mengurung
seluruh pemahaman perempuan telah menyebabkan apa yang semestinya
dipersoalkan menjadi sesuatu yang terkesan wajar. Kodrat seorang perempuan
adalah mengurus segala urusan rumah tangga, setelah itu ikut ke ladang atau ke
sawah mengerjakan apa yang semestinya dikerjakan tanpa perlu tahu hasilnya
berapa dan dipergunakan untuk apa.
Kemiskinan yang sampai saat ini masih belum bisa diselesaikan pun
menjadi salah satu faktor yang mendorong perempuan bekerja untuk memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan hidup kelurganya. Menurut data BPS 2012, jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96%) yang tersebar di
wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia. Penduduk miskin lebih banyak
terdapat di pedesaan yang mencapai 15,12% dari jumlah penduduk pedesaan,
sementara di wilayah perkotaan 8,78% penduduknya masih tergolong miskin.
Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di pedesaan lebih
tinggi dibandingkan penduduk di perkotaan, dan tidak dapat dipungkiri bahwa
penduduk desa mayoritasnya bekerja di sektor pertanian.
Sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia mendapat peranan
penting, terutama dalam bentuk penyediaan kesempatan kerja. Menurut data BPS,
tahun 2004 dari 93,72 juta orang angkatan kerja yang berusia 15 tahun ke atas
40,60 juta diantaranya bekerja di sektor pertanian, dan sektor kedua yang
menampung tenaga kerja terbanyak adalah sektor perdagangan besar, eceran,
rumah makan dan hotel yaitu sebanyak 19,12 juta orang. Tahun 2005 angkatan
kerja yang bekerja di sektor pertanian naik menjadi 41,30 juta, pada tahun 2006
mengalami sedikit penurunan menjadi 40,13 juta orang. Tahun 2007, 2008, 2009
jumlah angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian mengalami kenaikan
menjadi 41, 61 juta orang, dan tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 39,33
juta orang. Walaupun jumlah angkatan kerja di sektor pertanian 2011 menurun,
tetapi sektor pertanian tetap menjadi sektor yang paling banyak menampung
tenaga kerja. Sektor pertanian dapat menampung banyak tenaga kerja karena tidak
dibutuhkan keahlian khusus dalam mengelola lahan pertanian.
Dunia pertanian tidak terlepas dari peran perempuan. Diberbagai negara
produsen pangan dunia, perempuan memiliki peranan penting dalam proses
Universitas Sumatera Utara
produksi pangan. Menurut FAO jumlah perempuan yang terlibat dalam sektor
pertanian meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah tenaga kerja perempuan dalam
sektor pertanian mengalami peningkatan hampir tujuh kali lipat dari tahun 1960
sebanyak 7,43 juta menjadi 49,69 juta pada tahun 2000. Kondisi Indonesia pada
tahun yang sama, tenaga kerja perempuan berjumlah 41,41 juta dan sebanyak
50,28% nya bekerja di sektor pertanian, ini menandakan bahwa sektor pertanian
merupakan sektor yang menyerap lebih dari separuh total tenaga kerja perempuan
di Indonesia. Perempuan pedesaan dalam pertanian produksi pangan memerankan
posisi kunci. Menteri pertanian Suwono mengatakan, potensi perempuan dalam
pembangunan pertanian dan ketahanan pangan sangat strategis. Petani Perempuan
terlibat dalam pertanian yang berat seperti mengolah sawah, maupun ringan
seperti mengolah pekarangan (www.suarapembaruan.com).
Pertemuan puncak pangan dunia 2002 (World Food Summit) pada
pertengahan bulan Juni 2002, menyoroti peran perempuan dalam ketahanan
pangan, peningkatan produktivitas pertanian, distribusi pangan dan pengentasan
kemiskinan. Dalam deklarasi pertemuan tersebut secara jelas disebutkan bahwa
pengentasan kemiskinan dan pemantapan ketahanan pangan harus mencakup
upaya-upaya peningkatan produktivitas pertanian, peningkatan produksi dan
distribusi pangan. Hal ini dilaksanakan melalui penyediaan akses yang sama bagi
laki-laki dan perempuan atas pangan, air, lahan, kredit dan teknologi sehingga
dapat meningkatkan pendapatan, daya beli dan perluasan kesempatan kerja di
pedesaan. Butir lain dari deklerasi tersebut menyatakan pentingnya kesetaraan
gender dalam pembangunan sektor pertanian, peningkatan gizi dan ketahanan
pangan (Kompas, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2012, Kementerian Pertanian telah mengalokasikan anggaran
sebesar Rp 433 Milyar untuk pemberdayaan petani perempuan dan akan
meningkat menjadi Rp 457 Milyar pada tahun 2013. Program dan anggaran
pemberdayaan tersebut tersebar di semua eselon satu. Meneg PP-PA, Linda
Amalia Sari Gumelar mengatakan bahwa kelompok petani perempuan sangat
besar jumlahnya, namun masih terbatas dari sisi akses baik dari permodalan,
fasilitas, maupun pemanfaatan hasil pertaniannya. Terutama bagi petani
perempuan di daerah terpencil dan kepulauan, yang sangat kurang mendapatkan
informasi dan penggunaan alat-alat pertanian modern sehingga manfaat dari
proses pertaniannya tidak berkembang. Menurut Linda, ada beberapa isu kunci
kesetaraan gender di bidang pertanian yang masih perlu diperjuangkan,
diantaranya memastikan akses yang setara untuk kaum perempuan dan kaum lakilaki terhadap informasi permodalan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
pertanian. Selain itu, mengupayakan peningkatan keterampilan perempuan
melalui pengenalan teknologi baru yang efektif dan terjangkau. Membantu kaum
perempuan maupun laki-laki memahami pola tanam, sistem irigasi dan produksi
pertanian (www.suarapembaruan.com)
Dalam kenyataanya, kedudukan perempuan di sektor pertanian masih
dipinggirkan. Secara umum petani perempuan tidak memiliki akses yang sama
jika dibandingkan dengan petani laki-laki dalam bidang pengambilan keputusan,
akses bantuan dan upah yang didapat. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar menyatakan bahwa manfaat dari
hasil pembangunan pertanian yang dirasakan petani perempuan dibandingkan
laki-lakinya masih timpang. Masih terdapat sejumlah kebijakan lama dibidang
Universitas Sumatera Utara
pertanian yang masih memosisikan petani perempuan dibelakang petani laki-laki.
Contohnya seperti akses permodalan yang hanya diberikan kepada kepala
keluarga (www.mediaindonesia.com). Akses permodalan yang hanya diberikan
kepala keluarga secara tidak langsung membatasi peran perempuan, padahal jika
akses permodalan tersebut diberikan kepada petani perempuan akan sangat
membantu untuk pembangunan usaha tani perempuan.
Budaya patriarki yang selama ini dipegang secara turun temurun ternyata
telah meminggirkan dan menghilangkan peran perempuan. Petani perempuan
tidak memiliki kedudukan yang mandiri akan tetapi ia merupakan bagian dari
petani yang notabenenya adalah laki-laki, ini terlihat dari KTP petani perempuan
yang kebanyakan menyatakan pekerjaan mereka adalah ibu rumah tangga,
sehingga dalam setiap kesempatan apakah itu pendidikan, akses informasi,
peluang ekonomi tidak pernah diberikan kepada ibu rumah tangga yang bekerja
sebagai petani, tetapi selalu kepada kepala keluarga karena ia seorang laki-laki.
Peminggiran perempuan akibat budaya patriarki juga sangat kental dirasakan oleh
perempuan desa Pematang Lalang karena mayoritas keluarga yang bertempat
tinggal di desa ini adalah suku Batak yang sangat mengagungkan budaya Bapak
(phinadiary.blogspot.com/2010/12/petani-perempuan-desa-pematanglalang.html).
Sumatera
Utara
merupakan
provinsi
keempat
terbesar
jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Menurut hasil pencacahan lengkap sensus penduduk (SP) 1990, penduduk
Sumatera Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada 2010 jumlah penduduk
Sumatera Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk
Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan pada tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
meningkat menjadi 178 jiwa per km2. Kadar partisipasi angkatan kerja (TPAK)
Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000, TPAK di daerah
Sumatera Utara sebesar 57,34%, tahun 2001 naik menjadi 57,70%, tahun 2002
naik lagi menjadi 69,45% (http:id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara).
Peran sektor pertanian dalam ekonomi Sumatera Utara masih cukup
penting dan cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari peran PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) sektor pertaniannya yang mencapai 30,2% pada tahun 2002.
Sektor pertanian juga berperan dalam ketahanan pangan nasional.
Simalungun merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
mayoritas penduduk adalah etnis Simalungun. Menurut data BPS tahun 2011
penduduk Simalungun berjumlah 828.778 jiwa. Wilayah Simalungun masih
didominasi oleh perempuan dengan jumlah 415.417 dan laki-laki sebanyak
413.361 jiwa, dimana seluruh penduduk ini tersebar di 31 kecamatan.
Pada umumnya penduduk Simalungun bekerja di sektor pertanian yaitu
dari 399.401 angkatan kerja di Simalungun, 235.460 jiwa bekerja di sektor
pertanian. Di sektor pertanian Simalungun, perempuan mengambil peran dimana
89.783 dari antara petani tersebut adalah petani perempuan yang tersebar di
seluruh wilayah Simalungun. Simalungun juga menjadi produsen padi (baik padi
sawah maupun padi ladang) dan jagung di Sumatera Utara (BPS 2011).
Kecamatan Raya yang menjadi lokasi penelitian penulis adalah kecamatan
yang terluas di Simalungun, yang dihuni oleh 31.295 jiwa penduduk, dimana
15.769 diantaranya adalah laki-laki dan 15.562 jiwa perempuan. Raya merupakan
ibu kota Kabupaten Simalungun. Penduduk di Raya umumnya bekerja di sektor
Universitas Sumatera Utara
pertanian (BPS 2011). Dari data-data tersebut dapat diketahui bahwasanya
perempuan di Raya mengambil peran yang bisa diperhitungkan di sektor
pertanian, bahkan dari jumlah penduduknya pun perempuan masih mendominasi.
Desa Raya Huluan adalah salah satu desa di Kecamatan Raya dan menjadi
lokasi penelitian penulis. Jumlah penduduk desa Raya Huluan adalah 1855 orang.
Dari seluruh jumlah penduduknya, 951 diantaranya adalah perempuan dan lakilaki sebanyak 904 orang. Adapun penduduk yang bekerja di sektor pertanian ada
sebanyak 747 dari 834 angkatan kerja dimana 378 orang dari jumlah total
petaninya merupakan petani perempuan. Penduduk desa ini mayoritasnya bekerja
di sektor pertanian dan jumlah petani perempuan dan laki-lakinya hampir
berimbang.
Perempuan di desa Raya Huluan mayoritas bekerja di sektor pertanian
karena mereka tidak mempunyai pilihan lain. Beban ganda bukan hal yang asing
lagi bagi mereka, dimana mereka rentan dalam pengertian untuk memperoleh
akses informasi yang sangat terbatas. Perempuan-perempuan petani ini
mengambil peran yang besar dalam sektor pertanian
dan dalam pemenuhan
kebutuhan keluarganya tetapi jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan di
bidang pertanian.
Perempuan di desa Raya Huluan memainkan peranan penting dalam setiap
proses pengolahan lahan dan tanaman sampai menghasilkan. Petani perempuan di
desa ini memiliki jam kerja yang lebih banyak dari laki-laki. Disiang hari petani
perempuan ini akan bekerja di ladang dan setelah pulang dari ladang para petani
perempuan ini masih memiliki banyak pekerjaan rumah tangga, sedangkan pada
Universitas Sumatera Utara
waktu yang sama banyak laki-laki (suami) yang hanya duduk-duduk di warung
kopi pada siang hari dan malamnya beralih ke kedai tuak.
Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan
yang
telah
diuraikan
sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti kontribusi petani perempuan dalam
sosial ekonomi keluarganya. Untuk itu, penulis mengangkat permasalahan yang
dirangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul:
”Kontribusi Petani Perempuan Dalam Sosial Ekonomi Keluarga di Desa
Raya Huluan Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
“Bagaimana Kontribusi Petani Perempuan Dalam Sosial Ekonomi Keluarga di
Desa Raya Huluan Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kontribusi petani perempuan dalam sosial ekonomi
keluarga di desa Raya Huluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan
khususnya studi masyarakat yang membahas masalah petani perempuan dengan
hubungannya dalam sosial ekonomi keluarganya dan dalam kaitannya dengan
Universitas Sumatera Utara
ilmu kesejahteraan sosial. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
rujukan bagi pemerintah setempat untuk mengetahui bagaimana kotribusi petani
perempuan dalam sosial ekonomi keluarga di desa Raya Huluan ini dan juga
untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi petani perempuan sehingga
didapatkan suatu model pemberdayaan petani perempuan guna meningkatkan
produktivitas petani perempuan.
1.4. Sistematika Penulisan
Rencana dan hasil penelitian ini akan dilaporkan menurut sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan uraian teoritis tentang konsep-konsep yang berkaitan
dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran yang
kemudian dituangkan dalam bentuk bagan alur pikiran, definisi
konsep dan definisi operasional.
BAB III
: METODE PENELITIAN
Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian,
teknik pengumpulan data serta teknik analisis yang diterapkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan uraian tentang gambaran umum lokasi penelitian dan
data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
BAB V
: ANALISIS DATA
Berisikan uraian data yang diperoleh dari pengumpulan data
penelitian yaitu melalui observasi, kuesioner dan wawancara.
BAB VI
: PENUTUP
Berisikan kesimpulan penelitian dan saran yang direkomendasikan
berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan
penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat.
Dalam pandangan politik orde baru, kaum perempuan merupakan sasaran
depolitisasi. Perempuan digiring ke lorong yang sangat sempit, tidak memiliki
akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan
diposisikan untuk sebuah peran ibu yang lebih berorientasi rumah tangga, bekerja
dan beraktivitas di sekitar dapur, sumur dan kasur. Perempuan terposisikan
menjadi warga periferal, marginal dan pinggiran, sementara laki-laki sebagai
warga pusat yang dekat dengan setiap proses kegiatan pembangunan (Listanti
dkk).
Timbulnya berbagai persoalan hidup dari konstruksi nilai yang mengurung
seluruh pemahaman perempuan telah menyebabkan apa yang semestinya
dipersoalkan menjadi sesuatu yang terkesan wajar. Kodrat seorang perempuan
adalah mengurus segala urusan rumah tangga, setelah itu ikut ke ladang atau ke
sawah mengerjakan apa yang semestinya dikerjakan tanpa perlu tahu hasilnya
berapa dan dipergunakan untuk apa.
Kemiskinan yang sampai saat ini masih belum bisa diselesaikan pun
menjadi salah satu faktor yang mendorong perempuan bekerja untuk memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan hidup kelurganya. Menurut data BPS 2012, jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96%) yang tersebar di
wilayah perkotaan dan pedesaan Indonesia. Penduduk miskin lebih banyak
terdapat di pedesaan yang mencapai 15,12% dari jumlah penduduk pedesaan,
sementara di wilayah perkotaan 8,78% penduduknya masih tergolong miskin.
Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di pedesaan lebih
tinggi dibandingkan penduduk di perkotaan, dan tidak dapat dipungkiri bahwa
penduduk desa mayoritasnya bekerja di sektor pertanian.
Sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia mendapat peranan
penting, terutama dalam bentuk penyediaan kesempatan kerja. Menurut data BPS,
tahun 2004 dari 93,72 juta orang angkatan kerja yang berusia 15 tahun ke atas
40,60 juta diantaranya bekerja di sektor pertanian, dan sektor kedua yang
menampung tenaga kerja terbanyak adalah sektor perdagangan besar, eceran,
rumah makan dan hotel yaitu sebanyak 19,12 juta orang. Tahun 2005 angkatan
kerja yang bekerja di sektor pertanian naik menjadi 41,30 juta, pada tahun 2006
mengalami sedikit penurunan menjadi 40,13 juta orang. Tahun 2007, 2008, 2009
jumlah angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian mengalami kenaikan
menjadi 41, 61 juta orang, dan tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 39,33
juta orang. Walaupun jumlah angkatan kerja di sektor pertanian 2011 menurun,
tetapi sektor pertanian tetap menjadi sektor yang paling banyak menampung
tenaga kerja. Sektor pertanian dapat menampung banyak tenaga kerja karena tidak
dibutuhkan keahlian khusus dalam mengelola lahan pertanian.
Dunia pertanian tidak terlepas dari peran perempuan. Diberbagai negara
produsen pangan dunia, perempuan memiliki peranan penting dalam proses
Universitas Sumatera Utara
produksi pangan. Menurut FAO jumlah perempuan yang terlibat dalam sektor
pertanian meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah tenaga kerja perempuan dalam
sektor pertanian mengalami peningkatan hampir tujuh kali lipat dari tahun 1960
sebanyak 7,43 juta menjadi 49,69 juta pada tahun 2000. Kondisi Indonesia pada
tahun yang sama, tenaga kerja perempuan berjumlah 41,41 juta dan sebanyak
50,28% nya bekerja di sektor pertanian, ini menandakan bahwa sektor pertanian
merupakan sektor yang menyerap lebih dari separuh total tenaga kerja perempuan
di Indonesia. Perempuan pedesaan dalam pertanian produksi pangan memerankan
posisi kunci. Menteri pertanian Suwono mengatakan, potensi perempuan dalam
pembangunan pertanian dan ketahanan pangan sangat strategis. Petani Perempuan
terlibat dalam pertanian yang berat seperti mengolah sawah, maupun ringan
seperti mengolah pekarangan (www.suarapembaruan.com).
Pertemuan puncak pangan dunia 2002 (World Food Summit) pada
pertengahan bulan Juni 2002, menyoroti peran perempuan dalam ketahanan
pangan, peningkatan produktivitas pertanian, distribusi pangan dan pengentasan
kemiskinan. Dalam deklarasi pertemuan tersebut secara jelas disebutkan bahwa
pengentasan kemiskinan dan pemantapan ketahanan pangan harus mencakup
upaya-upaya peningkatan produktivitas pertanian, peningkatan produksi dan
distribusi pangan. Hal ini dilaksanakan melalui penyediaan akses yang sama bagi
laki-laki dan perempuan atas pangan, air, lahan, kredit dan teknologi sehingga
dapat meningkatkan pendapatan, daya beli dan perluasan kesempatan kerja di
pedesaan. Butir lain dari deklerasi tersebut menyatakan pentingnya kesetaraan
gender dalam pembangunan sektor pertanian, peningkatan gizi dan ketahanan
pangan (Kompas, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 2012, Kementerian Pertanian telah mengalokasikan anggaran
sebesar Rp 433 Milyar untuk pemberdayaan petani perempuan dan akan
meningkat menjadi Rp 457 Milyar pada tahun 2013. Program dan anggaran
pemberdayaan tersebut tersebar di semua eselon satu. Meneg PP-PA, Linda
Amalia Sari Gumelar mengatakan bahwa kelompok petani perempuan sangat
besar jumlahnya, namun masih terbatas dari sisi akses baik dari permodalan,
fasilitas, maupun pemanfaatan hasil pertaniannya. Terutama bagi petani
perempuan di daerah terpencil dan kepulauan, yang sangat kurang mendapatkan
informasi dan penggunaan alat-alat pertanian modern sehingga manfaat dari
proses pertaniannya tidak berkembang. Menurut Linda, ada beberapa isu kunci
kesetaraan gender di bidang pertanian yang masih perlu diperjuangkan,
diantaranya memastikan akses yang setara untuk kaum perempuan dan kaum lakilaki terhadap informasi permodalan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
pertanian. Selain itu, mengupayakan peningkatan keterampilan perempuan
melalui pengenalan teknologi baru yang efektif dan terjangkau. Membantu kaum
perempuan maupun laki-laki memahami pola tanam, sistem irigasi dan produksi
pertanian (www.suarapembaruan.com)
Dalam kenyataanya, kedudukan perempuan di sektor pertanian masih
dipinggirkan. Secara umum petani perempuan tidak memiliki akses yang sama
jika dibandingkan dengan petani laki-laki dalam bidang pengambilan keputusan,
akses bantuan dan upah yang didapat. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar menyatakan bahwa manfaat dari
hasil pembangunan pertanian yang dirasakan petani perempuan dibandingkan
laki-lakinya masih timpang. Masih terdapat sejumlah kebijakan lama dibidang
Universitas Sumatera Utara
pertanian yang masih memosisikan petani perempuan dibelakang petani laki-laki.
Contohnya seperti akses permodalan yang hanya diberikan kepada kepala
keluarga (www.mediaindonesia.com). Akses permodalan yang hanya diberikan
kepala keluarga secara tidak langsung membatasi peran perempuan, padahal jika
akses permodalan tersebut diberikan kepada petani perempuan akan sangat
membantu untuk pembangunan usaha tani perempuan.
Budaya patriarki yang selama ini dipegang secara turun temurun ternyata
telah meminggirkan dan menghilangkan peran perempuan. Petani perempuan
tidak memiliki kedudukan yang mandiri akan tetapi ia merupakan bagian dari
petani yang notabenenya adalah laki-laki, ini terlihat dari KTP petani perempuan
yang kebanyakan menyatakan pekerjaan mereka adalah ibu rumah tangga,
sehingga dalam setiap kesempatan apakah itu pendidikan, akses informasi,
peluang ekonomi tidak pernah diberikan kepada ibu rumah tangga yang bekerja
sebagai petani, tetapi selalu kepada kepala keluarga karena ia seorang laki-laki.
Peminggiran perempuan akibat budaya patriarki juga sangat kental dirasakan oleh
perempuan desa Pematang Lalang karena mayoritas keluarga yang bertempat
tinggal di desa ini adalah suku Batak yang sangat mengagungkan budaya Bapak
(phinadiary.blogspot.com/2010/12/petani-perempuan-desa-pematanglalang.html).
Sumatera
Utara
merupakan
provinsi
keempat
terbesar
jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Menurut hasil pencacahan lengkap sensus penduduk (SP) 1990, penduduk
Sumatera Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada 2010 jumlah penduduk
Sumatera Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk
Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan pada tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
meningkat menjadi 178 jiwa per km2. Kadar partisipasi angkatan kerja (TPAK)
Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000, TPAK di daerah
Sumatera Utara sebesar 57,34%, tahun 2001 naik menjadi 57,70%, tahun 2002
naik lagi menjadi 69,45% (http:id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utara).
Peran sektor pertanian dalam ekonomi Sumatera Utara masih cukup
penting dan cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari peran PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) sektor pertaniannya yang mencapai 30,2% pada tahun 2002.
Sektor pertanian juga berperan dalam ketahanan pangan nasional.
Simalungun merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang
mayoritas penduduk adalah etnis Simalungun. Menurut data BPS tahun 2011
penduduk Simalungun berjumlah 828.778 jiwa. Wilayah Simalungun masih
didominasi oleh perempuan dengan jumlah 415.417 dan laki-laki sebanyak
413.361 jiwa, dimana seluruh penduduk ini tersebar di 31 kecamatan.
Pada umumnya penduduk Simalungun bekerja di sektor pertanian yaitu
dari 399.401 angkatan kerja di Simalungun, 235.460 jiwa bekerja di sektor
pertanian. Di sektor pertanian Simalungun, perempuan mengambil peran dimana
89.783 dari antara petani tersebut adalah petani perempuan yang tersebar di
seluruh wilayah Simalungun. Simalungun juga menjadi produsen padi (baik padi
sawah maupun padi ladang) dan jagung di Sumatera Utara (BPS 2011).
Kecamatan Raya yang menjadi lokasi penelitian penulis adalah kecamatan
yang terluas di Simalungun, yang dihuni oleh 31.295 jiwa penduduk, dimana
15.769 diantaranya adalah laki-laki dan 15.562 jiwa perempuan. Raya merupakan
ibu kota Kabupaten Simalungun. Penduduk di Raya umumnya bekerja di sektor
Universitas Sumatera Utara
pertanian (BPS 2011). Dari data-data tersebut dapat diketahui bahwasanya
perempuan di Raya mengambil peran yang bisa diperhitungkan di sektor
pertanian, bahkan dari jumlah penduduknya pun perempuan masih mendominasi.
Desa Raya Huluan adalah salah satu desa di Kecamatan Raya dan menjadi
lokasi penelitian penulis. Jumlah penduduk desa Raya Huluan adalah 1855 orang.
Dari seluruh jumlah penduduknya, 951 diantaranya adalah perempuan dan lakilaki sebanyak 904 orang. Adapun penduduk yang bekerja di sektor pertanian ada
sebanyak 747 dari 834 angkatan kerja dimana 378 orang dari jumlah total
petaninya merupakan petani perempuan. Penduduk desa ini mayoritasnya bekerja
di sektor pertanian dan jumlah petani perempuan dan laki-lakinya hampir
berimbang.
Perempuan di desa Raya Huluan mayoritas bekerja di sektor pertanian
karena mereka tidak mempunyai pilihan lain. Beban ganda bukan hal yang asing
lagi bagi mereka, dimana mereka rentan dalam pengertian untuk memperoleh
akses informasi yang sangat terbatas. Perempuan-perempuan petani ini
mengambil peran yang besar dalam sektor pertanian
dan dalam pemenuhan
kebutuhan keluarganya tetapi jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan di
bidang pertanian.
Perempuan di desa Raya Huluan memainkan peranan penting dalam setiap
proses pengolahan lahan dan tanaman sampai menghasilkan. Petani perempuan di
desa ini memiliki jam kerja yang lebih banyak dari laki-laki. Disiang hari petani
perempuan ini akan bekerja di ladang dan setelah pulang dari ladang para petani
perempuan ini masih memiliki banyak pekerjaan rumah tangga, sedangkan pada
Universitas Sumatera Utara
waktu yang sama banyak laki-laki (suami) yang hanya duduk-duduk di warung
kopi pada siang hari dan malamnya beralih ke kedai tuak.
Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan
yang
telah
diuraikan
sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti kontribusi petani perempuan dalam
sosial ekonomi keluarganya. Untuk itu, penulis mengangkat permasalahan yang
dirangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul:
”Kontribusi Petani Perempuan Dalam Sosial Ekonomi Keluarga di Desa
Raya Huluan Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan
sebelumnya, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:
“Bagaimana Kontribusi Petani Perempuan Dalam Sosial Ekonomi Keluarga di
Desa Raya Huluan Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kontribusi petani perempuan dalam sosial ekonomi
keluarga di desa Raya Huluan Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan
khususnya studi masyarakat yang membahas masalah petani perempuan dengan
hubungannya dalam sosial ekonomi keluarganya dan dalam kaitannya dengan
Universitas Sumatera Utara
ilmu kesejahteraan sosial. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
rujukan bagi pemerintah setempat untuk mengetahui bagaimana kotribusi petani
perempuan dalam sosial ekonomi keluarga di desa Raya Huluan ini dan juga
untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi petani perempuan sehingga
didapatkan suatu model pemberdayaan petani perempuan guna meningkatkan
produktivitas petani perempuan.
1.4. Sistematika Penulisan
Rencana dan hasil penelitian ini akan dilaporkan menurut sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I
: PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan uraian teoritis tentang konsep-konsep yang berkaitan
dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran yang
kemudian dituangkan dalam bentuk bagan alur pikiran, definisi
konsep dan definisi operasional.
BAB III
: METODE PENELITIAN
Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian,
teknik pengumpulan data serta teknik analisis yang diterapkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan uraian tentang gambaran umum lokasi penelitian dan
data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.
BAB V
: ANALISIS DATA
Berisikan uraian data yang diperoleh dari pengumpulan data
penelitian yaitu melalui observasi, kuesioner dan wawancara.
BAB VI
: PENUTUP
Berisikan kesimpulan penelitian dan saran yang direkomendasikan
berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara