Hubungan Tingkat Stres Dengan Konstipasi Fungsional Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Konstipasi

merupakan

masalah

kesehatan

masyarakat

umum

dengan

kecenderungan yang diakui menyebabkan ketidaknyamanan yang cukup besar dan

mempengaruhi kualitas hidup (Okubo et al, 2007)
Sebagian besar kasus yang dikaitkan dengan gangguan fungsional tanpa
penyebab struktural yang bisa menjelaskan gejala. Faktor risiko, seperti kebiasaan
diet, aktivitas fisik, tingkat sosial ekonomi, parameter psikologis, obat-obatan (Peppas
et al, 2008), usia, dan jenis kelamin (Okubo et al, 2007)
Perkiraan prevalensi konstipasi di Amerika Utara berkisar dari 1,9% - 27,2%,
dengan sebagian besar perkiraan dari 12% - 19%. Perkiraan prevalensi berdasarkan
gender rasio perempuan dari laki-laki 2,2:1 (Okubo et al, 2007)
Prevalensi konstipasi di Amerika Serikat berkisar antara 2–20 %. Berdasarkan
International Database US Census Bureau pada tahun 2003 prevalensi konstipasi di
Indonesia sebesar 3.857.327 jiwa (Friedman dan Grendell, 2003).
Meskipun beberapa nutrisi dan makanan telah disarankan untuk pencegahan
konstipasi, semua studi sebelumnya telah memeriksa satu gizi atau makanan dalam
setiap analisis. Sebaliknya, analisis pola diet dapat memberikan wawasan baru ke
dalam pengaruh diet pada konstipasi fungsional. Kami melakukan pemeriksaan crosssectional dari hubungan antara pola diet dan konstipasi fungsional dalam 3.770 wanita
Jepang siswa kursus diet berusia 18-20 y dari 53 lembaga di Jepang. Hasil nya
prevalensi konstipasi fungsional adalah 26,0% (n = 979) (Okubo et al 2007)

Tingkat prevalensi tinggi, biaya ekonomi dan implikasi buruk pada kualitas
hidup dan status kesehatan, membuat konstipasi merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang utama (Dennison et al 2005)

Universitas Sumatera Utara

Stres adalah penyakit kejiwaan. Pada tahap ringan, stres tidak akan
menyebabkan penyakit fisik. Namun, kalau stres tersebut sudah pada tahap berat dan
berlangsung terus – menerus, maka penyakit fisik yang kronis pun akan muncul. Ini
karena sistem kekebalan tubuh berkurang dan terjadi ketidakseimbangan hormon pada
orang yang mengalami stres (Mumpuni dan Wulandari, 2010).
Psikosomatik menekan kesatuan pikiran dan tubuh serta interaksi antara
keduanya. Faktor psikologis penting di dalam timbulnya semua penyakit; meskipun
demikian, peranannya di dalam predisposisi, mulainya, perkembangan, atau
perburukan suatu penyakit atau reaksi terhadap penyakit masih menjadi perdebatan
dan bervariasi antargaangguan (Kaplan, 2004).
Sejauh ini jenis yang paling sering terjadi dari konstipasi adalah konstipasi
fungsional (disebabkan diri sendiri) daripada secara organik. kebiasaan konstipasi
sering di lakukan karena kebiasaan menunda buang air besar selama mungkin. Banyak
orang yang mengalami, termasuk juga mahasiswa yang sangat sibuk karena tuntutan
akademis yang begitu berat, tuntutan ini dapat memberi tekanan yang melampui batas
kemampuan mahasiswa itu sendiri dan dapat memicu terjadinya stres pada mahasiswa.

Penelitian ini di lakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang menghadapi kegiatan akademik yang padat untuk mengetahui hubungan
tingkat stres dengan penderita konstipasi fungsional.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah berupa :
“Apakah ada Hubungan Tingkat Stres dengan Konstipasi fungsional pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Tingkat Stres dengan
Konstipasi fungsional pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.


Universitas Sumatera Utara

1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui usia rata-rata mahasiswa dan mahasiswi FK USU yang
mengalami symptom dari Konstipasi fungsional.
2. Untuk mengetahui proporsi mahasiswa dan mahasiswi FK USU yang
mengalami symptom dari Konstipasi fungsional.
3. Untuk mengetahui perbandingan rasio antara mahasiswa dan mahasiswi FK
USU yang mengalami symptom dari Konstipasi fungsional.
4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya Hubungan stres dengan Konstipasi
Fungsional.

1.4

Manfaat Penelitian
Dari uraian tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang diharapkan adalah :

1.4.1 Bagi Peneliti
1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai
Gastroenterohepatologi dan kejiwaan khususnya mengenai Hubungan

Stress dengan penderita Konstipasi fungsional
2. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian
3. Menerapkan ilmu kedokteran yang dimiliki dan didapati selama pendidikan
di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1.4.2 Bagi Responden
Responden penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Hasil yang diperoleh diharapkan menjadi sebuah
informasi penting kepada responden tentang Hubungan Stres dengan Konstipasi
fungsional. Dan juga untuk menjadi sebuah pemikiran yang di anggap penting untuk
di ketahui.

Universitas Sumatera Utara

1.4.3 Bagi Masyarakat
Di kalangan masyarakat Konstipasi sering kali diabaikan, oleh karena itu
peneliti mengharapkan penelitian ini dapat memberi informasi tambahan bagi
pembaca khususnya para konsumen makanan cepat saji yang kurang sehat, dan
menambah wawasan serta pengetahuan masyarakat mengenai Hubungan Stress

dengan penderita Konstipasi fungsional.

1.4.4 Bagi Penelitian Kedokteran
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan yang penting bagi peneliti
dalam menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian di masa yang
akan datang. Selain itu juga dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian
kedokteran selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara